Resume Buku

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 27

Ikhsan Hasyim

Senin, 24 November 2016

RESUME BUKU TEORI DAN PRINSIP PENDIDIKAN

NAMA : IKHSAN HASYIM


NIM : 201223441

IDENTITAS BUKU
Judul : Teori dan Prinsip Pendidikan
Pengarang : Dr. H. Syarif Hidayat, M.Pd.
Editor : Dr. Asrol M.Pd.
Kota Penerbit : Tangerang
Penerbit : PT Pustaka Mandiri
Tahun Penerbit : 2013
Isbn : 928-602-8958-68-4
Jumlah Halaman : 157 Halaman
Pengulas : Ikhsan Hasyim, NIM: 201223441, Prodi:Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), FTK UIN Ar-Raniry Banda Aceh
DAFTAR ISI

BAB I
KONSEP PENDIDIKAN

BAB II
PERUBAHAN DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN

BAB III
MASALAH DALAM PENDIDIKAN

BAB IV
PROFESI GURU

BAB V
PERAN DAN TUGAS GURU

BAB VI
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

BAB VII
BELAJAR DAN ASPEK-ASPEKNYA

BAB VIII
METODE DALAM PEMBELAJARAN

BAB IX
MEDIA DALAM PEMBELAJARAN

BAB X
KURIKULUM PENDIDIKAN

BAB XI
PENILAIAN PENDIDIKAN
BAB I
KONSEP PENDIDIKAN

A. Pengertian Pendidikan
Sebagai usaha sadar, proses pendidikan dilakukan secara terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat serta tuntutan perkembangan zaman.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar "didik"
(mendidik), yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran pimpinan) mengenai akhlak dan
kecerdasan pikiran. Sedangkan oendidikan mempunyai pengertian proses pengubahan dan
tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan latihan, proses perluasan, dan cara mendidik.
Menurut para ahli, pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Jhon Dewey
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan esensial baik secara
intelektual maupun emosional.
2. Ki Hajar Dewantara
Pendidikan adalah tuntunan di dalam tumbuh kembangnya anak-anak, yakni
menuntun segala kekuatan yang ada pada anak-anak berupa potensi agar mereka sebagai
manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya.
3. Menurut UU No. 20 tahun 2003
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara efektif mengembangkan potensi dirinyauntuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

B. Hakikat Pendidikan
Hakikat pendidikan ini dapat terwujud melalui proses pengajaran, pembelajaran
(ta'lim dan tadris), pembersihan dan pembiasaan (tahdzib dan ta'dib), dan latihan (tadrib)
dengan memperhatikan kompetensi pedagogi berupa profesi, kepribadian, dan sosial.
Berbagai pendapat mengenai hakikat pendidikan dapat diolongkan atas dua kelompok
besar yaitu pendekatan redaksional dan pendekatan holistik integratif.
1. Pendekatan Redaksional
Dalam hal ini akan dibicarakan berbagai pendekatan, yaitu:
a. Pendekatan Pedagogisme
b. Pendekatan Filosofis
c. Pendekatan Religius
d. Pendekatan Psikologis
e. Pendekatan Negativis
f. Pendekatan Sosiologis
2. Pendekatan Holistik Integratif
Pendekatan holistik integratif merumuskan mengenai hakikat pendidikan sebagai
berikut:
a. Pendidikan merupakan suatu proses berkesinambungan
b. Proses pendidikan berarti menumbuhkembangkan eksistensi manusia
c. Eksistensi manusia yang memasyarakat
d. Proses pendidikan dalam masyarakat yang membudaya
e. Proses bermasyarakat dan membudaya mempunyai dimensi-dimensi waktu
dan ruang
C. Aliran dalam Pendidikan
Sangat banyak jenis dan ragam aliran pendidikan seiring dengan aliran-aliran dalam
filsafata sebagai ibunya ilmu pengetahuan, di antara aliran yang sangat terkenal adalah:
1. Aliran empirisme (aliran optimisme)
Aliran ini dimotori oleh John Locke. Aliran empirisme mengutamakan perkembangan
manusia dari segi empiris yang secara eksternal dapat diamati dan mengabaikan pembawaan
sebagai sisi internal manusia.
2. Aliran nativisme (aliran pesimistis)
Tokoh aliran ini adalah Arthur Schoupenhauer. Aliran nativisme menyatakan bahwa
perkembangan sesorang merupakan produk dari pembawaan yang berupa bakat. Orang yang
"berbakat tidak baik" akan tetap tidak baik dan orang yang "berbakat baik" akan tetap baik
dan tidak perlu dididik.
3. Aliran naturalisme
Aliran ini dipelopori oleh J.J. Rousseau. Aliran naturalisme menyatakan bahwa semua
anak yang dilahirkan pada dasarnya dalam keadaan baik. Pendidikan hanya memberikan
kesempatan kepada anak untuk tumbuh dengan sendirinya.
4. Aliran konvergensi
Aliran ini dipelopori oleh William Stern. Aliran ini menyatakan bahwa bakat,
pembawaan dan lingkungan atau pengalamanlah yang menentukan pembentukan pribadi
seseorang.
D. Gerakan-Gerakan Baru dalam Pendidikan
Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, pandangan dan praktik
pendidikanpun berubah dengan munculnya gerakan-gerakan baru dalam pendidikan
diantaranya adalah:
1. Pembelajaran alam sekitar
Dalam pandangan ini bahwa pendidikan dapat dilakukan menyatu dengan alam
sekitar yang dalam prosesnya ditanamkan pemahaman, apresiasi, pemanfa'atan
lingkunganalami dan sumber-sumber pengetahuan di luar sekolah.
2. Pengajaran pusat perhatian (centres d'interet)
Ditemukan oleh Ovide Decroly. Pengajaran disusun menurut pusat perhatian anak.
3. Sekolah kerja
Dikembangkan oleh George Kerschenteiner. Menurut dia, bentuk sekolah untuk
menjadi warga negara yang baik yaitu mendidik anak agar pekerjaannya tidak merugikan
masyarakat dan justru memajukannya.
4. Pengajaran proyek
Dikembangkan oleh W.H. Kilpatrick.

E. Konsep Pendidikan dan Pengajaran/Pembelajaran


Pendidikan lebih daripada pengajaran/pembelajaran, karena pengajaran sebagai suatu
proses transfer ilmu belaka, sedang pendidikan merupakan transformasi nilai dan
pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya.
Di dalam pembelajaran terdapat interaksi antara peserta didik dan pendidik yang
melibatkan unsur-unsur yang memengaruhi untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang
diharapkan, pembelajaran menggambarkan kegiatan guru mengajar dan siswa sebagai
pembelajaran dan unsur-unsur lain yang saling memengaruhi.

BAB II
PERUBAHAN DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN

A. Dinamika Masyarakat Indonesia


Dilihat dari perspektif pendidikan, dalam masyarakat ada empat sumber masalah,
yaitu:
1. Rendahnya kesadaran multicultural
2. Penafsiran otonomi daerah yang masih lemah
3. Kurangnya sifat kreatif dan produktif
4. Rendahnya kesadaran moral dan hukum
Dalam perkembangan global, pendidikan sangat berperan untuk mewujudkan
masyarakat Indonesia baru. Visi pendidikan nasional adalah pendidikan yang mengutamakan
kemandirian dan keunggulan yang menghasilkan kemajuan dan kesejahteraan yang
berdasarkan nilai-nilai universal dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.

B. Perkembangan Masyarakat Masa Depan


Untuk mewujudkan masyarakat Indonesia baru ada komponen-komponen dasar yang
dibutuhkan, yaitu:
1. Kebutuhan untuk terus menguasai lingkungannya.
2. Kebutuhan untuk berkomunikasi baik dengan sesamanya maupun dengan
tradisi dan masa lalunya.
3. Kebutuhan untuk lepas dari berbagai lingkungan yang menghambat aktualisasi
dirinya.

C. Perubahan Pendidikan untuk Meningkatkan SDM


Merupakan satu keniscayaan bahwa dalam pendidikan ada perubahan karena realita
manusia yang terus berubah dari zaman ke zaman.
1. Pendidikan sebagai proses pembebasan
2. Pendidikan sebagai proses pembodohan atau pencerdasan
3. Pendidikan sebagai proses perampasan hak-hak anak atau justru menjunjung
tinggi hak anak
4. Pendidikan menghasilkan tindak kekerasan atau tindakan perdamaian
5. Pendidikan anak berwawasan integrative
6. Pendidikan membangun watak persatuan
7. Pendidikan menghasilkan manusia demokrasi
8. Pendidikan menghasilkan manusia peduli lingkungan

BAB III
MASALAH DALAM PENDIDIKAN

A. Masalah Pokok Pendidikan


Fungsi dan peranan social kemanusiaan pendidikan merujuk pada kontribusi
pendidikan terhadap perkembangan manusia dan hubungan social pada berbagai tingkat
social yang berbeda. Orang yang berpendidikan diharapkan lebih mengerti hak dan
kewajibannya sehingga wawasan dan perilakunya semakin demokratis. Selain itu, orang yang
berpendidikan diharapkan memiliki kesadaran dan tanggung jawab terhadap bangsa dan
Negara lebih baik dibandingkan dengan yang kurang berpendidikan.
UNESCO (1996) mencanangkan empat pilar pendidikan abad ke-21 yang perlu
diterapkan konsepnya dalam pendidikan nasional, yaitu: (1) belajar untuk mengetahui
(learning to know), (2) belajar untuk melakukan sesuatu/bekerja terampil (learning to do), (3)
belajar untuk menjadi seorang/pribadi (learning to be), dan (4) belajar untuk menjalani
kehidupan bersama (learning to live together).
Terdapat masalah pokok pendidikan yang dialami hingga saat ini dan tak kunjung
selesai dan terealisasikan, yaitu:
1. Kualitas pendidikan
2. Relevansi pendidikan
3. Elitisme
4. Manajemen pendidikan
5. Pemerataan pendidikan

BAB IV
PROFESI GURU

A. Guru sebagai profesi


Menurut Dedi Supriyadi bahwa guru sebagai suatu profesi di Indonesia baru dalam
taraf sedang tumbuh (emerging profession) yang tingkat kematangannya belum sampai pada
yang telah dicapai oleh profesi-profesi lainnya, sehingga guru dikatakan sebagai profesi yang
setengah-setengah atau semiprofessional.
Pekerja professional berbeda dengan pekerja nonprofessional karena suatu profesi
memerlukan kemampuan dan keahlian khusus dalam melaksanakan profesinya dengan kata
lain pekerjaan yang bersifat professional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh
mereka yang khususnya dipersiapkan untuk itu.
Suatu pekerjaan dapat menjadi profesi harus memenuhi kriteria atau persyaratan tertentu
yang melekat dalam pribadinya sebagai tuntutan melaksanakan profesi tersebut. Secara
sederhana menurut Wirawan bahwa persyaratan profesi adalah lain:
1. Pekerjaan penuh
Suatu profesi merupakan pekerjaan penuh dalam pengertian pekerjaan yang
diperlukan oleh masyarakat atau perorangan. Profesi guru cukup mencakup aspek pendidikan
dan pengajaran di sekolah.
2. Ilmu pengetahuan
Salah satu persyaratan ilmu pengetahuan adalah adanya teori, bukan hanya kumpulan
pengetahuandan pengalaman. Fungsi dari suatu teori adalah untuk menjelaskan dan
meramalkan fenomena.
3. Aplikasi ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan pada dasarnya mempunyai dua aspek yaitu aspek teori dan aspek
aplikasi. Kaitan dengan profesi, guru tidak hanya ilmu pengetahuan yang harus dikuasai oleh
guru tetapi juga pola penerapan ilmu pengetahuan tersebut sehingga guru dituntut untuk
menguasai keterampilan mengajar.

B. Standar Profesi
Standar profesi adalah prosedur dan norma-norma serta prinsip-prinsip yang
digunakan sebagai pedoman agar keluaran (output) kuantitas dan kualitas pelaksanaan profesi
tinggi sehingga kebutuhan orang dan masyarakat ketika diperlukan dapat dipenuhi.
Di beberapa Negara telah memperkenalkan “Standar Profesional untuk guru dan
Kepala sekolah”, misalnya di USA dimana National Board of Professional Teacher
Standards telah mengembangkan standard an prosedur penilaian berdasarkan pada 5 (lima)
prinsip dasar (Depdiknas, 2005), yaitu:
1. Guru bertanggung jawab (commited to) terhadap siswa dan belajarnya.
2. Guru mengetahui materi ajar yang mereka ajarkan dan bagaimana mengajar
materi tersebut kepada siswa.
3. Guru bertanggung jawab untuk mengelola dan memonitor belajar siswa.
4. Guru berpikir secara sistematik tentang apa-apa yang mereka kerjakan dan
pelajari dari pengalaman.
5. Guru adalah anggota dari masyarakatbelajar.

C. Kode Etik Profesi


Kode etik guru adalah suatu norma atau aturan tata susila yang mengatur tingkah laku
guru. Kode etik guru ditetapkan dalam suatu kongres yang dihadiri oleh seluruh utusan
cabang dan pengurus daerah PGRI se-Indonesia dalam kongres XIII di Jakarta tahun 1973,
yang kemudian disempurnakan dalam kongres PGRI XVI tahun 1989 juga di Jakarta yang
berbunyi sebagai berikut:
1. Guru berbakti membimbing siswa untuk membentuk manusia seutuhnya yang
berjiwa Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang siswa sebagai bahan melakukan
bimbingan dan pembinaan.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
berhasilnya proses belajar-mengajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat
sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap
pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan
mutu dan martabat profesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan social.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan.

D. Legalisasi Guru sebagai Profesi


Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disahkan pada
Desember 2005. Salah satu pasalnya adalah membahas tentang masalah sertifikasi guru yang
saat ini masih bergulir pada tataran operasional. Undang-undang ini lahir sebagai landasan
yuridis yang memberi kekuatan hukum bagi guru dan dosen dalam melaksanakan aktivitas
pendidikan terutama dalam peningkatan profesionalismenya yang berimplikasi pada
peningkatan kesejahteraan.
Guru sebagai agen pembelajaran di Indonesia diwajibkan memenuhi tiga persyaratan
seperti dijelaskan, yaitu kualifikasi pendidikan minimum, kompetensi, dan sertifikasi
pendidik.
E. Tuntutan Kompetensi Guru sebagai Profesi
Suatu kompetensi mengarah pada kapasitas yang harus dimiliki seseorang untuk
memenuhi persyaratan kerja baik untuk saat ini maupun saat mendatang.
Menurut Spencer & Spencer, ada lima karakteristik kompetensi yaitu:
1. Motives
2. Traits
3. Self Concept
4. Knowledge
5. Skill
Dalam PP RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28, pendidik
adalah agen pembelajaranyang harus memiliki empat jenis kompetensi, yakni kompetensi
pedagogic, kepribadian, professional,dan social.
1. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta
didik, dan berakhlak mulia.
2. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogic merupakan kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman
pesera didik dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis.
3. Kompetensi Profesional
Kompetensi professional merupakan kemampuan yang berkenaan dengan penguasaan
materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan
substansi isi materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang
menaungi materi kurikulum tersebut, serta menambah wawasan keilmuan sebagai guru.
4. Kompetensi Sosial
Kompetensi social berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame
pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

F. Profesi, Profesional/Profesionalisme dan Profesionalisasi


1. Profesi
Profesi merupakan pekerjaan, dapat juga berwujud sebagai jabatan di dalam suatu
hierarki birokrasi, yang menuntut keahlian tertentu serta memiliki etika khusus untuk jabatan
tersebut serta pelayanan baku terhadap masyarakat.
2. Profesional/Profesionalisme
Seorang professional menjalankan pekerjaannya sesuai dengan tuntutan profesi atau
dengan kata lain memiliki kemampuan dan sikap sesuai dengan tuntutan profesinya.
3. Profesionalisasi
Profesionalisasi berarti menjadikan atau mengembangkan suatu bidang pekerjaan atau
jabatan secara professional. Profesionalisme guru adalah kemampuan guru untuk melakukan
tugas pokoknya sebagai pendidik dan pengajar meliputi kemampuan merencanakan,
melakukan dan melaksanakan evaluasi pembelajaran.

G. Aspek yang harus DIkuasai Guru dalam Pembelajaran


Mengajar merupakan aktivitas merangsang dan membimbing siswa untuk menguasai
suatu obyek tertentu, hal ini seperti dikatakan:”Teaching is essentially helping people get
excited in a subject area, which leads them to engage in the big ideas, the cultural ideas”. (A
Report of The Holmes Group, 1990: 10)
Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 pasal 21 ayat (1) dinyatakan
bahwa: Pelaksanaan proses pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3)
harus memperhatikan jumlah maksimal peserta didik per kelas dan beban mengajar maksimal
per pendidik, dan rasio maksimal jumlah peserta didik setiap pendidik. Ayat (2) Pelaksanaan
proses pembelajaran dilakukan dengan mengembangkan budaya membaca dan menulis.
Kualitas profesi sangat berbeda antara satu orang dengan orang lainnya dan dari satu
organisasi dengan organisasi lainnya, hal ini sangat bergantung pada lima hal sebagai berikut:
1. Teori pokok (substantive theory) bidang keahlian yang jelas dengan berbagai
teknik aplikasinya dalam mengamalkan profesionalisme di lapangan.
2. Praktik baku yang tervalidasi (validated practice), yakni sebuah prosedur
operasional yang dimonopoli oleh kelompok profesi.
3. Otonomi profesi yang berbasis penelitian yang obyektif demi tegaknya
kebenaran akademik.
4. Organisasi profesi yang mewadahi anggotanya untuk memperjuangkan hak-
hak profesi mereka.
5. Prestise dan penghargaan atas profesi sebagai aktualisasi keempat unsur di
atas yang sangat beragam di masyarakat.

Menurut Marsh terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan acuan bagi guru dalam
mengajar, yaitu:
1. Waktu
2. Rasional
3. Tutuan atau sasaran
4. Isi
5. Pengalaman belajar
6. Evaluasi atau penilaian
Menurut Danim, (2002) untuk melihat apakah guru dikatakan professional atau tidak,
dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama, dilihat dari tingkatan pendidikan minimal dari latar
belakang pendidikan untuk jejang sekolah tempat dia menjadi guru. Kedua, penguasaan guru
terhadap materi bahan ajar, mengelola proses pembelajaran, mengelola siswa, melakukan
tugas-tugas bimbingan, dan lain-lain. (Sudarwan Danim, 2002)
Secara rinci dikatakan bahwa tugas guru harus didukung dengan berbagai kemampuan
sebagai berikut:
1. Menguasai bahan ajar
2. Memahami secara mendalam peserta didik yang dilayani
3. Menguasai teori dan keterampilan keguruan
4. Memiliki kemampuan memperagakan untuk kerja
5. Memiliki sikap, nilai dan kecenderungan kepribadian yang menunjang
pelaksanaan tugas-tugas sebagai guru dan pendidik
6. Memiliki kemampuan melaksanakan tugas-tugas professional dan tugas-tugas
administrative rutin
Sedangkan keterampilan teknis yang harus dikuasai adalah keterampilan khusus
sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik, di antara keterampilan itu adalah:
1. Keterampilan bertanya (question skill)
2. Keterampilan memberi penguatan (reinforscement skills)
3. Keterampilan mengadakan variasi (variation skills)
4. Keterampilan menjelaskan (explanation skillsi)
5. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran (set induction and closure)
6. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil
7. Keterampilan mengelola kelas
8. Keterampilan mengajar perseorangan

BAB V
PERAN DAN TUGAS GURU

A. Peran Guru
Guru sebagai elemen utama dalam pendidikan memiliki peran sebagai berikut:
1. Peran guru sebagai perencana pembelajaran
2. Guru sebagai pengelola pembelajaran
3. Guru sebagai fasilitator
4. Peran guru sebagai evaluator
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang guru dan
dosen bahwa profesi guru merupakan pekerjaan bidang khusus yang dilaksanakan
berdasarkan prinsip, memilik minat, bakat, komitmen, kulaifikasi akademik, tanggung jawab,
memiliki kesempatan mengembangkan profesinya.
Selain menjalankan fungsinya seorang guru juga harus memiliki kestabilan emosi dan
sebagai anggota masyarakat setiap guru harus pandai bergaul dengan masyarakat. Interaksi
yang baik antara guru dengan perserta didik merupakan sesuatu yang harus terjadi, interaksi
yang dimaksudkan adalah hubungan timbal balik antara guru dan siswa, siswa dan guru, dan
siswa dengan siswa lainnya.
Peran guru di atas, menurut Cagne dikelompokkan menjadi tiga bagian besar, yaitu:
1. Guru sebagai designer of instruction (perancang pengajaran)
2. Guru sebagai manager of instruction (pengelola pengajaran)
3. Guru sebagai evaluator of student learning (penilai prestasi belajar siswa)

B. Tugas dan Tanggung Jawab Guru


Tugas guru sebagai profesi meliputi; pertama, mendidik berartimeneruskan dan
mengembangkan nilai-nilai hidup; kedua, mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi; ketiga, melatih berarti mengembangkan keterampilan-
keterampilan pada siswa.
Menurut Oemar Hamalik, tanggung jawab guru adalah:
1. Guru harus menuntut murid-murid belajar
2. Turut serta membina kurikulum sekolah
3. Melakukan pembinaan terhadap diri siswa (kepribadian, watak, dan
jasmaniah)
4. Memberikan bimbingan kepada murid
5. Melakukan diagnosis atas kesulitan-kesulitan belajar dan mengadakan
penilaian atas kemajuan belajar
6. Menyelenggarakan penelitian
7. Mengenal masyarakat dan ikut serta aktif
8. Menghayati, mengamalkan, dan mengamankan pancasila
9. Turut serta membantu terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa dan
perdamaian dunia
10. Turut menyukseskan pembangunan
11. Tanggung jawab meningkatkan peranan professional guru

C. Guru pada Abad ke-21


Secara sederhana kualifikasi professional kependidikan guru dijelaskan sebagai
berikut:
1. Kapabilitas personal (person capability) yaitu guru diharapkan memiliki
pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan
memadai sehingga mampu mengelola proses pembelajaran secara efektif.
2. Guru sebagai innovator yang berarti memiliki komitmen terhadap upaya
perubahan dan informasi.
3. Guru sebagai developer yang berarti ia harus memiliki visi keguruan yang
mantap dan luas perspektifnya.

BAB VI
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

A. Kepemimpinan dan Gaya Kepemimpinan


Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti (pengarahan yang berarti) terhadap
usaha kolektif, dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan
untuk mencapai sasaran.
Davis mendefinisikan pemimpin sebagai kemampuan untuk membujuk orang lain
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara antusias. Dengan demikian,
kepemimpinan merupakan kecakapan atau kemampuan seseorang untuk membujuk orang
lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara antusias. Dengan demikian,
kepemimpinan merupakan atau kemampuan seseorang untuk membujuk orang lain agar
bersedia bekerja keras dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Gaya kepemimpinan merupakan sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk
mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi dapat tercapai. Sedangkan pendapat lain
bahwa gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering
diterapkan oleh seorang pimpinan.
Menurut Hersey & Blanchard pada dasarnya gaya kepemimpinan seorang terbagi
kepada dua kecenderungan, yaitu: berorientasi pada tugas (text behavior) berorientasi pada
hubungan atau (relationship behavior). Selanjutnya Hersey & Blanchard 1982 membedakan
dua kecenderungan tersebut ke dalam empat gaya kepemimpinan: telling, selling,
participating, delegating.
B. Tugas Pokok Kepala Sekolah
Mulyasa (2003:98) menjelaskan, dalam paradigma baru manajemen pendidikan
kepala sekolah sedikitnya harus mampu berfungsi sebagai educator, manager, admistrator,
supervisor, leader, innovator, motivator (EMASLIM).
Kepala sekolah memiliki tupoksi dengan yang kita kenal dengan EMASLIM yaitu
sebagai berikut:
1. Kepala sekolah sebagai Educator
2. Kepala sekolah sebagai Manager
3. Kepala sekolah sebagai Administrator
4. Kepala sekolah sebagai Supervisor
5. Kepala sekolah sebagai Leader
6. Kepala sekolah sebagai Innovator
7. Kepala sekolah sebagai Motivator

C. Supervisi
Menurut Sergiovanni (1971:10) supervise adalah satu proses yang digunakan oleh
personalia sekolah yang bertanggung jawab terhadap aspek-aspek tujuan sekolah dan yang
bergantung secara langsung kepada personalia yang lain untuk menolong mereka
menyelesaikan tujuan sekolah itu. Jadi supervise itu bukan peranan tetapi merupakan suatu
proses. Terdapat dua bagian besar dalam teknik supervise, yaitu klinis dan nonklinis.
Supervisi klinis adalah sebuah upaya berbagi pengalaman dan pengetahuan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran dengan tanpa mengangkat/mencabut guru dari habitat
dan kultur aslinya.
Pelaksanaan supervise klinis menuntut perubahan paradigm guru dan supervisor. Supervisi
dilakukan bukan dalam konterks mencari kesalahan dan kelemahan guru yang disupervisi.
Antara guru yang disupervisi dan supervisor adalah mitra sejajar, bukan merupakan
hubungan antara bawahan dan atasan dan atau hubungan antara guru dengan murid.
Supervisi klinis berlangsung dalam suatu siklus dengan tiga tahap utama, yaitu tahap
pertemuan awal, tahap obseravasi mengajar, dan tahap pertemuan setelah observasi.
Sedangkan supervise nonklinis adalah supervise yang sifatnya bukan penyembuhan
akan tetapi pembinaan rutin oleh kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi pada institusi
sekolah dalam rangka membantu, mendorong dan meningkatkan kompetensi para guru dalam
melaksanakan pekerjaannya.
Supervisi nonklinis dilakukan baik secara terjadwal ataupun tidak sebagai bagian
tugas kepala sekolah dalam melakukan pembinaan staf untuk memiliki pengetahuan yang
mendalam tentang berbagai hal yang ada di sekelilingnya yaitu siswa didik. Tugas utama
seorang supervisor pada dunia pendidikan modern saat ini adalah melakukan observasi dan
membantu guru dalam membuat kondisi pembelajaran yang efektif, memastikan kerja sama
dalam pembuatan keputusan serta bertindak sebagai seorang fsilitator dan pemandu.

BAB VII
BELAJAR DAN ASPEK-ASPEKNYA

A. Hakikat Belajar
Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu, berkat
adanya interaksi antara individu dan individu dengan lingkungan. Winkel berpendapat bahwa
belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengetahuan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relative konstan dan
berbekas.
Belajar dapat dikatakan berhasil jika terjadi perubahan dalam diri siswa, namun tidak
semua perubahan perilaku dapat dikatakan belajar karena perubahan tingkah laku akibat
belajar memiliki ciri-ciri perwujudan yang khas (Muhibbidin Syah, 2000:116) antara lain:
a. Perubahan intensional
b. Perubahan positif dan aktif
c. Perubahan efektif dan fungsional

B. Tujuan Pembalajaran
Bila tujuan pembelajaran suatu program atau bidang pelajaran itu ditinjau dari hasil
belajar akan muncul tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
1. Tujuan pembelajaran ranah kognitif
a. Kemampuan kognitif tingkat pengetahuan (C1)
b. Kemampuan kognitif tingkat pemahaman (C2)
c. Kemampuan kognitif tingkat penerapan (C3)
d. Kemampuan kognitif tingkat analisis (C4)
e. Kemampuan kognitif tingkat sintesis (C5)
f. Kemampuan kognitif tingkat evaluasi (C6)
2. Tujuan pembelajaran ranah afektif
a. Pengenalan (Receiving)
b. Pemberian respon (Responding)
c. Penghargaan terhadap nilai (Valuing)
d. Pengorganisasian (Organization)
e. Pengamalan (Characterization)
3. Tujuan pembelajaran ranah Psikomotorik
a. Peniruan (Imitation)
b. Manipulasi (Manipulation)
c. Ketepatan gerakan (Precision)
d. Artikulasi (Articulation)
e. Naturalisasi (Naturalization)

C. Teori-Teori Belajar
Teori-teori belajar dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, yaitu teori yang
berorientasi pada aliran Behaviorisme, aliran Kognitif dan teori belajar Albert Bandura.
1. Aliran Behaviorisme
Aliran behaviorisme pada dasarnya teori belajar yang dikenal
dengan kondisioning.Dalam teori kondisioning ini dibedakan menjadi dua, yaitu: (a) teori
belajar asosiatif dan (b) teori fungsionalistik.
2. Teori belajar yang berorientasi pada aliran kognitif
3. Teori belajar Albert Bandura

D. Tipe-Tipe Belajar
Rita Dunn dalam De Porter, seorang pelopor bidang gaya belajar telah menemukan
banyak variable yang memengaruhi cara atau tioe belajar orang. Ini mencakup faktor-faktor
fisik, emosional, sosiologis dan lingkungan.
Peneliti gaya belajar Walter Barbed an Raymond Swassiing memberikan tiga jenis
persepsi sensoris (cara untuk mengingat) yang kita gunakan dalam tingkat yang beragam.
Semua ini dalam Cynthia Ulrich Tobias (2009:86) dinamakan modalitas. Modalitas yang
paling mudah dikenali adalah sebagai berikut:
1. Auditori
Auditori merupakan cara belajar dengan cara mendengarkan petunjuk lisan atau
belajar dengan cara mendengar.
2. Visual
Visual merupakan belajar dengan melihat dan mengamati, mengaitkan yang sedang
dipelajari dengan sesuatu yang kelihatan.
3. Kinestetik
Kinestetik merupakan belajar dengan melibatkan anggota tubuh, apa yang sedang
dipelajari diperagakan.
E. Hakikat Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelahmelalui kegiatan belajar.
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi dua faktor utama, yakni dari lingkungan dan
faktor yang dating dari diri siswa, terutama kemampuan yang dimilikinya.
Penilaian terhadap hasil belajar atau prestasi siswa untuk mengetahui sejauh mana ia
telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar. Menurut
Poerwodarminto yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan
atau dikerjakan oleh seseorang.
Menurut Sumardi Suryabrata, faktor-faktor yang dapat memengaruhi keberhasilan
belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan kepada 2 bagian, yaitu internal dan eksternal.
1. Faktor internal
a. Aspek fisiologis (jasmaniah)
b. Aspek psikologis
2. Faktor eksternal
a. Faktor social
b. Faktor nonsosial

F. Minat
1. Pengertian Minat
Menurut bahasa “minat” adalah perbuatan sebagainya yang berdasarkan pendirian,
pendapat atau keyakinan. Minat (interest) adalah istilah yang menunjukkan pada adanya
intensitas perhatian yang tinggi seseorang terhadap suatu hal, peristiwa, orang atau benda.
Menurut Alisuf Sabri minat adalah suatu kecenderungan untuk memperhatikan secara
terus menerus dan mengingat secara terus menerus.

2. Fungsi Minat
Minat berhubungan erat dengan sikap kebutuhan seseorang dan mempunyai fungsi
yang dikemukakan oleh Elizabeth B Hurlock, yaitu:
a. Sumber motivasi yang kuat untuk belajar
b. Minat memengaruhi bentuk intensitas aspirasi anak
c. Menambah kegairahan pada setiap kegiatan yang ditekuni

3. Dimensi dan Indikator Minat


Minat merupakan suatu sifat yang relative menetap pada diri seseorang. Dari
pengertian tersebut kita memperoleh kesan bahwa “minat itu sebenarnya mengandung tiga
unsur yaitu: kognisi (mengenal), emosi (perasaan), dan konasi (kehendak). Ketiga unsur
tersebut oleh penulis akan dibagi mejadi beberapa indicator yang menentukan minat
seseorang terhadap sesuatu, antara lain:
1. Keinginan
2. Perasaan senang
3. Perhatian
4. Perhatian tertarik
5. Giat belajar
6. Mengerjakan tugas
7. Menaati peraturan

G. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Motif atau dalam bahsa inggrisnya “motive”, berasal dari kata “motion”, yang berarti
gerakan atau sesuatu yang bergerak. Jadi istilah motif pun erat hubungannya dengan ‘gerak’,
yaitu dalam hal ini gerakan yang dilakukan oleh manusia disebut juga perbuatan tingkah laku.
Motif dalam psikologi berarti rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga bagi terjadinya
suatu tingkah laku.
Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif/daya menjadi perbuatan atau
tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan tertentu. Motivasi siswa dapat
timbul dari dalam diri individu (motivasi entrinsic) dan dapat timbul dari luar diri siswa
(motivasi ekstrinsic).
Motivasi paling tidak memuat tiga unsur esensial, yakni: (1) faktor pendorong atau
pembangkit motif, (2) tujuan yang ingin dicapai, (3) strategi yang diperlukan oleh individu
atau kelompok untuk mencapai tujuan tersebut.

2. Ciri-ciri motivasi
a. Tekun menghadapi tugas
b. Ulet menghadapi kesulitan
c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
d. Lebih senang bekerja mandiri
e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin
f. Dapat mempertahankan pendapatnya
g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu
h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal

3. Macam-macam motivasi
Menurut Woodworth dan Marquis (1995:301-333) motif dibedakan menjadi 3
macam, yaitu:
a. Kebutuhan-kebutuhan organic
b. Motif-motif darurat
c. Motif-motif objektif
Keberadaan motivasi bagi manusia memiliki fungsi yang luar biasa, di antaranya
adalah:
a. Mendorong manusia untuk berbuat
b. Menentukan arah perbuatan yakni kea rah tujuan yang hendak dicapai
c. Menyeleksi perbuatan

BAB VIII
METODE PEMBELAJARAN

A. Jenis-Jenis Metode Pembelajaran


Dengan beragamnya metode dalam pembelajaran yang terpenting adalah terjadinya
komunikasi dua arah yang efektif. Terdapat banyak sekali metode pembelajaran yang biasa
digunakan oleh para pendidik dalam proses belajar mengajar, di antaranya yaitu:
1. Metode Ceramah
Yang dimaksud dengan mtode ceramah yaitu cara menyampaikan satu pelajaran
tertentu dengan jalan penuturan secara lisan kepada anak didik atau khalayak ramai.
2. Metode Diskusi
Menurut Abdul Rahman Shaleh bahwa yang dimaksud dengan metode diskusi ialah
suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui wahana tukar pendapat berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman yang telah diperoleh, guna memecahkan suatu masalah.
3. Metode Demonstrasi dan Eksperimen
Yang dimaksud dengan metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan
menggunakan alat peragaan (meragakan), untuk memperjelas suatu pengertian, atau untuk
memperlihatkan bagaimana untuk melakukan dan jalannya suatu proses pembuatan tertentu
kepada siswa.
4. Metode Tanya Jawab
Yang dimaksud dengan metode Tanya jawab yaitu: suatu cara menyajikan materi
pelajaran dengan jalan guru mengajukan suatu pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk
dijawab, bisa pula diatur pertanyaan-pertanyaan diajukan siswa lalu dijawab oleh siswa
lainnya.
5. Metode Pemberian Tugas (Resitasi)
Metode resitasi dimaksudkan; yaitu guru menyajikan bahan pelajaran dengan cara
memberikan tugas kepada siswa, untuk dikerjakan dengan penuh tanggung jawab dan
kesadaran
6. Metode Sosiodrama dan Bermain Peran (Role Playing Method)
Sosiodrama yang dimaksudkan adalah suatu cara mengajar dengan jalan
mendramatisasikan bentuk tingkah laku dalam hubungan social.
7. Metode Simulasi
Sebagai metode mengajar simulasi dapat diartikan sebagai: suatu kegiatan yang
menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
8. Metode Latihan (Drill)
Metode latihan pada umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan dari
apa yang telah dipelajari.
9. Metode Karyawisata
Metode karyawisata adalah metode pengajaran yang dilakukan dengan mengajak para
siswa ke luar kelas untuk mengunjungi suatu peristiwa atau tempat yang ada kaitannya
dengan pokok bahasan.

B. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif
sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.
Pembelajaran kooperatif sebagai pembelajaran kelompok kooperatif yang menuntut
diterapkannya pendekatan belajar siswa sentries, humanistic, dan demokratis yang
disesuaikan dengan kemampuan siswa dan lingkungan belajarnya.
Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif adalah:
1. Penghargaan kelompok
2. Pertanggung jawaban individu
3. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan

C. Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Terdapat 8 komponen utama dalam sistem pembelajaran kontekstual, yaitu:
1. Melakukan hubungan yang bermakna
2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan
3. Belajar yang diatur sendiri
4. Bekerjasama
5. Berpikir kritis dan kreatif
6. Mengasuh dan memelihara pribadi siswa
7. Mencapai standar yang tinggi
8. Menggunakan penilaian autentik

BAB IX
MEDIA DALAM PEMBELAJARAN

A. Pengertian Media Pembelajaran


Media adalah channel (saluran) karena pada hakikatnya media telah memperluas atau
memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar dan melihat dalam batas-
batas jarak, ruang dan waktu tertentu.
Menurut ACET (Association for Educational Technology) mengatakan bahwa media
adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran informasi.
Media pendidikan adalah segala sarana atau bentuk komunikasi nonpersonal yang
dapat dijadikan sebagai wadah dari informasi pelajaran yang akan disampaikan kepada anak
didik serta dapat menarik minat serta perhatian, sehingga tujuan dari pada belajar dapat
tercapai dengan baik.

B. Karakteristik Media Pembelajaran


Dilihat dari jenisnya dan bentuknya, media pembelajaran memiliki karakteristik yang
berbeda, yaitu:
a. Media Transparasi
Karakteristik media transparasi Overhead Transparacy (OHT) merupakan perangkat
lunak/software, sedangkan perangkat kerasnya/hardware adalah Overhead Projector(OHP).
b. Media Audio
Karakteristik media audio adalah media yang mengutamakan indera pendengaran.
c. Media Slide (film bingkai suara)
Karakteristik media slide terdiri dari film aktachrome (positif) berukuran 35 mm
dipotong satu persatu dan diberi bingkai (2x2 inchi) yang terbuat dari karton atau plastic.
d. Media Video
e. Media CD Multimedia Interaktif
f. Media Internet

C. Fungsi Media Pendidikan


Dalam proses pembelajaran, media mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Membantu memudahkan belajar bagi siswa atau mahasiswa dan membantu
memudahkan pengajaran bagi guru atau dosen.
2. Memberikan pengalaman lebih nyata
3. Menarik perhatian siswa lebih besar
4. Semua indera murid dapat diaktifkan, kelemahan satu indera dapat diimbangi
oleh kekurangan indera yang lain
5. Lebih menarik perhatian dan minat murid dalam belajar
6. Dapat membangkitkan dunia dengan realitanya

D. Klasifikasi Media Pembelajaran


Media dapat diidentifikasikan ke dalam tiga unsur pokok media, yaitu: suara, gambar
dan gerak. Berdasarkan identifikasi tersebut, maka media dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Media audio visual gerak
2. Media audio visual diam
3. Media audio visual semi gerak
4. Media visual gerak
5. Media visual diam
6. Media visual semi
7. Media audio
8. Media cetak

E. Macam-Macam Media Pembelajaran

F. Media Pembelajaran Multimedia


1. Pengertian Teknologi Multimedia
Multimedia berasal dari kata “multi” dan “media”. Multi berarti banyak, sehingga
multimedia dapat diartikan sebagai gabungan dari berbagai media yang terintegrasi.
2. Pemanfaatan Media Video
3. Pemanfaatan Modul

BAB X
KURIKULUM PENDIDIKAN

A. Pengertian Kurikulum
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun
2005 menetapkan pengertian kurikulum sebagai seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

B. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)


KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakan pada posisi
yang paling dekat dengan pembelajaran yakni sekolah dan satuan pendidikan.
KTSP dilandasi oleh Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang
Standar Nasional Pendidikan
3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006

C. Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)


Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan
memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada
lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara
partisipatif dalam pengembangan kurikulum.

D. Karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)


Dapat dikemukakan beberapa karakteristik KTSP yaitu sebagai berikut:
1. Pemberian otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan
2. Partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi
3. Kepemimpinan yang demokratis dan professional
4. Tim kerja yang kompak dan transparan

E. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan
menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah dengan berpedoman pada Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) serta panduan penyusunan kurikulum yang
dibuat oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), dengan memperhatikan prinsip-
prinsip sebagai berikut (Permendiknas, No. 22 tahun 2006)
1. Berpusat pada potensi, perkembangan serta kebutuhan peserta didik dan
lingkungannya
2. Beragam dan terpadu
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
5. Menyeluruh dan berkesinambungan
6. Belajar sepanjang hayat
7. Seimbang antar kepentingan nasional dan kepentingan daerah

F. Acuan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)


Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) penyusunan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Peningkatan iman dan taqwa serta akhlak mulia
2. Peningkatan potensi, kecerdasan dan minat sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemampuan peserta didik
3. Keragaman potensi dan karakterisitik daerah dan lingkungan
4. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional
5. Tuntutan dunia kerja
6. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
7. Agama
8. Dinamika perkembangan global
9. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
10. Kondisi social budaya masyarakat setempat
11. Kesetaraan jender
12. Karakteristik satuan pendidikan

G. Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)


Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) komponen-komponen KTSP
terdiri dari sebagai berikut:
1. Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan
2. Struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)
3. Kalender pendidikan

BAB XI
PENILAIAN PENDIDIKAN

A. Definisi Penilaian Hasil Belajar


Secara sederhana penilaian hasil belajar diartikan sebagai suatu kegiatan pendidikan
yang terkait dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar
peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran.
1. Prinsip Penilaian
a. Sahih
b. Objektif
c. Adil
d. Terpadu
e. Terbuka
f. Menyeluruh dan berkesinambungan
g. Sistematis
h. Beracuan kriteria
i. Akuntabel
2. Fungsi Penilaian
3. Jenis-Jenis Penilaian
a. Ulangan harian
b. Ulangan tengah semester
c. Ulangan akhir semester
d. Ulangan kenaikan kelas
e. Ujian sekolah
f. Ujian nasional
4. Teknik Penilaian
Penilaian hasil belajar oleh pendidik untuk mengukur kompetensi atau kemampuan
tertentu maka digunakan teknik tes, sedangkan penilaian untuk mengetahui sikap digunakan
teknik non tes.

B. Kriteria Ketuntasan Minimal


KKM suatu mata pelajaran merupakan standar minimal skor yang ditetapkan oleh
guru mata pelajaran yang harus dicapai oleh siswa dengan mempertimbangkan karakteristik
siswa, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi dukungan lainnya.
Diposkan oleh Fanny Amalina di 05.44
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Penugasan individu MPA FIP PGSD UNJ 2015 Nama : Heny Rahmawati Fakultas/Prodi
: FIP/PGSD NIM : 1815150826 1. Identitas Buku Judul Buku :
Pendidikan Karakter Nama Pengarang : Ratna Megawangi Nama Penerbit : Indonesia Heritage
Foundation Tempat Terbit : Jl Raya Jakarta – Bogor Km 31, No.46 Cisalak – Cimanggis 16951 Tahun
Terbit : Cetakan pertama, Juli 2004 Cetakan kedua (revisi), Mei 2007
Cetakan ketiga, Oktober 2009 Tebal Buku : 188 halaman

2. Tujuan Pengarang
Buku Memberikan solusi dalam menjawab permasalahan negara Indonesia, dan menjelaskan mengenai
metode pendidikan karakter yang efektif untuk anak yang telah diterapkan di beberapa lembaga pendidikan.

3. Pokok – Pokok/Ringkasan Isi Buku


Sebuah peradaban akan menurun apabila terjadi kerusakan moral. Masyarakat Indonesia saat ini sedang
menghadapi krisis multidimensi yang berkepanjangan. Krisis multidimensi ini ditimbulkan karena menurunnya
kualitas moral bangsa yang dicirikan oleh membudayanya praktik KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme),
konflik (antar etnis, agama, politisi, remaja, antar RW, dll), meningkatnya kriminalitas, menurunnya etos kerja,
dan banyak lagi. Indonesia termasuk ke dalam 10 besar negara yang paling korup di dunia, dan kesepuluh
negara tersebut adalah negara yang miskin dengan segudang permasalahan social lainnya. Hal ini
menunjukkan bahwa Indonesia di mata dunia internasional dianggap negara yang rendah kredibilitasnya.
Tentunya presepsi tersebut sangat tidak menguntungkan bagi Indonesia, karena akan mempengaruhi daya
Tarik Indonesia untuk iklim investasi. Rendahnya kredibilitas Indonesia di mata dunia internasional adalah
cerminan dari perilaku individu – individu yang tidak berkarakter, sehingga berdampak negatif terhadap
pengelolaan negara, sistem hukum yang akhirnya akan menurunkan daya saing Indonesia, dan seterusnya
membuat Indonesia terpuruk secara sosial, ekonomi, dan budaya. Seorang profesor pendidikan
dari Cortland University, Thomas Lickona mengungkapkan bahwa ada sepuluh tanda – tanda jaman yang
harus diwaspadai karena menandakan sebuah bangsa sedang menuju jurang kehancuran. Tanda – tanda
yang dimaksud adalah meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, penggunaan bahasa dan kata – kata
yang memburuk, pengaruh peer group yang kuat dalam tindak kekerasan, meningkatnya perilaku merusak
diri, semakin kaburnya moral baik dan buruk, menurunnya etos kerja, semakin rendahnya rasa hormat kepada
orang tua dan guru, rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, membudayanya
ketidakjujuran dan adanya rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama. Karakter yang
berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak dini. Ada beberapa pihak yang sangat mempengaruhi
terbentuknya karakter anak, seperti keluarga, lingkungan masyarakat, teman sepergaulan, lingkungan
sekolah, dll. Banyak pakar yang mengatakan bahwa kegagalan penanaman karakter pada seseorang sejak
usia dini akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak. Memiliki akhlak yang mulia
tidak secara otomatis begitu manusia dilahirkan, namun memerlukan proses panjang melalui pengasuhan dan
pendidikan.

4. Keunggulan Buku
Memberikan pemahaman yang luas betapa pentingnya pendidikan karakter yang ditanamkan dalam diri
seseorang, selain itu pembahasan yang diberikan sangat detail disertai dengan hasil penelitian dan teori –
teori yang dikemukakan oleh beberapa tokoh dunia.

5. Kelemahan Buku
Terdapat beberapa kesalahan dalam penulisan kata – kata, penulis menggunakan bahasa yang agak sulit
untuk dimengerti, dan terdapat pembahasan yang diulang kembali. 6. Saran pada Penyaji Buku Buku ini
sangat bagus dibaca oleh semua kalangan, karena dapat membantu pembaca untuk menjadi manusia yang
memiliki kualitas moral yang tinggi bagi diri sendiri maupun anak didiknya. Sebaiknya penulis menggunakan
Bahasa yang mudah dimengerti oleh semua kalangan dan memperbaiki penulisan kata – katanya agar lebih
mudah dipahami.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/henyrahmawati/resume-buku-pendidikan-
karakter_55d14a75a7afbd620b1647d5

RESENSI BUKU MENGELOLA JURNAL PENDIDIKAN SEKOLAH

1. IDENTITAS BUKU
Judul Buku : Mengelola Jurnal Pendidikan Sekolah

Penulis : Mohammad Saroni

Penulis : Ar-Ruzz Media

Tahun Penerbit : 2012

Tebal Buku : 232 halaman , 14,8 X 21 cm

2. RANGKUMAN ISI BUKU


Sebagai tindak lanjut atas berbagai persoalan pendidikan, guru dituntut memiliki
kopetensi lebih untuk dapat memperbaiki sistem pendidikan. Salah satu cara adalah
dengan menulis.

Menulis merupakan cara paling efektif, melalui tulisan para guru dapat menuangkan
ide idenya atau berbagai pengalaman untuk mengajar untuk meningkatkan kualias
pengajaran dan mengatasi berbagai persoalan dalam dunia pendidikan.

Jurnal Pendidikan merupakan solusinya. Melalui Jurnal pendidikan, karya para guru
ditampung dan disebar luaskan. Jurnal pendidikan menjadi wahana penampung
ide,gagasan, kreativitas, dan pengalaman-pengalaman unik para guru,yang kemudian
menjadi renungan bersama para guru di seluruh tanah air. Melalui jurnal tersebut para
guru belajar dari pengalaman dan ide-ide guru lainnya. Dengan demikian
intelektualitas para guru berkembang dan pada akhirnya meningkatkan kopetensinya
dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Isi jurnal pendidikan antara lain antara lain artikel ilmiah, materi pelajaran makalah
pendidikan,naskah penelitian,penilitian tindakan kelas.

3. KELEBIHAN BUKU

Buku mengelola Jurnal Pendidikan Sekolah sangat komplit dan jelas tentang
bagaimana menjelaskan cara mengelola dan membuat jurnal pendidikan sekolah

4. KEKURANGAN BUKU

Buku mengelola Jurnal Pendidikan Sekolah hanya menerangkan tentang pengertian


jurnal pendidikan sekolah, Isi Jurnal Pendidikan Sekolah,pentingnya jurnal
pendidikan,perencanaan pembuatan jurnal pendidikan, melatih guru menulis,
meningkatkan kualitas guru. Dan di buku ini tidak ada contoh yang rinci tentang
jurnal pendidikan di sekolah

5. SARAN

Supaya buku Mengelola Jurnal Pendidikan Sekolah tidak hanya menerangka cara
membuat jurnal pendidikan sekolah saja melainkan harus memberi contoh jurnal
secara rinci
http://galangnarotama.blogs.uny.ac.id/2016/10/06/resensi-buku-mengelola-jurnal-pendidikan-sekolah/

Anda mungkin juga menyukai