Resume Buku
Resume Buku
Resume Buku
IDENTITAS BUKU
Judul : Teori dan Prinsip Pendidikan
Pengarang : Dr. H. Syarif Hidayat, M.Pd.
Editor : Dr. Asrol M.Pd.
Kota Penerbit : Tangerang
Penerbit : PT Pustaka Mandiri
Tahun Penerbit : 2013
Isbn : 928-602-8958-68-4
Jumlah Halaman : 157 Halaman
Pengulas : Ikhsan Hasyim, NIM: 201223441, Prodi:Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), FTK UIN Ar-Raniry Banda Aceh
DAFTAR ISI
BAB I
KONSEP PENDIDIKAN
BAB II
PERUBAHAN DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN
BAB III
MASALAH DALAM PENDIDIKAN
BAB IV
PROFESI GURU
BAB V
PERAN DAN TUGAS GURU
BAB VI
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
BAB VII
BELAJAR DAN ASPEK-ASPEKNYA
BAB VIII
METODE DALAM PEMBELAJARAN
BAB IX
MEDIA DALAM PEMBELAJARAN
BAB X
KURIKULUM PENDIDIKAN
BAB XI
PENILAIAN PENDIDIKAN
BAB I
KONSEP PENDIDIKAN
A. Pengertian Pendidikan
Sebagai usaha sadar, proses pendidikan dilakukan secara terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat serta tuntutan perkembangan zaman.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar "didik"
(mendidik), yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran pimpinan) mengenai akhlak dan
kecerdasan pikiran. Sedangkan oendidikan mempunyai pengertian proses pengubahan dan
tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan latihan, proses perluasan, dan cara mendidik.
Menurut para ahli, pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Jhon Dewey
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan esensial baik secara
intelektual maupun emosional.
2. Ki Hajar Dewantara
Pendidikan adalah tuntunan di dalam tumbuh kembangnya anak-anak, yakni
menuntun segala kekuatan yang ada pada anak-anak berupa potensi agar mereka sebagai
manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya.
3. Menurut UU No. 20 tahun 2003
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara efektif mengembangkan potensi dirinyauntuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
B. Hakikat Pendidikan
Hakikat pendidikan ini dapat terwujud melalui proses pengajaran, pembelajaran
(ta'lim dan tadris), pembersihan dan pembiasaan (tahdzib dan ta'dib), dan latihan (tadrib)
dengan memperhatikan kompetensi pedagogi berupa profesi, kepribadian, dan sosial.
Berbagai pendapat mengenai hakikat pendidikan dapat diolongkan atas dua kelompok
besar yaitu pendekatan redaksional dan pendekatan holistik integratif.
1. Pendekatan Redaksional
Dalam hal ini akan dibicarakan berbagai pendekatan, yaitu:
a. Pendekatan Pedagogisme
b. Pendekatan Filosofis
c. Pendekatan Religius
d. Pendekatan Psikologis
e. Pendekatan Negativis
f. Pendekatan Sosiologis
2. Pendekatan Holistik Integratif
Pendekatan holistik integratif merumuskan mengenai hakikat pendidikan sebagai
berikut:
a. Pendidikan merupakan suatu proses berkesinambungan
b. Proses pendidikan berarti menumbuhkembangkan eksistensi manusia
c. Eksistensi manusia yang memasyarakat
d. Proses pendidikan dalam masyarakat yang membudaya
e. Proses bermasyarakat dan membudaya mempunyai dimensi-dimensi waktu
dan ruang
C. Aliran dalam Pendidikan
Sangat banyak jenis dan ragam aliran pendidikan seiring dengan aliran-aliran dalam
filsafata sebagai ibunya ilmu pengetahuan, di antara aliran yang sangat terkenal adalah:
1. Aliran empirisme (aliran optimisme)
Aliran ini dimotori oleh John Locke. Aliran empirisme mengutamakan perkembangan
manusia dari segi empiris yang secara eksternal dapat diamati dan mengabaikan pembawaan
sebagai sisi internal manusia.
2. Aliran nativisme (aliran pesimistis)
Tokoh aliran ini adalah Arthur Schoupenhauer. Aliran nativisme menyatakan bahwa
perkembangan sesorang merupakan produk dari pembawaan yang berupa bakat. Orang yang
"berbakat tidak baik" akan tetap tidak baik dan orang yang "berbakat baik" akan tetap baik
dan tidak perlu dididik.
3. Aliran naturalisme
Aliran ini dipelopori oleh J.J. Rousseau. Aliran naturalisme menyatakan bahwa semua
anak yang dilahirkan pada dasarnya dalam keadaan baik. Pendidikan hanya memberikan
kesempatan kepada anak untuk tumbuh dengan sendirinya.
4. Aliran konvergensi
Aliran ini dipelopori oleh William Stern. Aliran ini menyatakan bahwa bakat,
pembawaan dan lingkungan atau pengalamanlah yang menentukan pembentukan pribadi
seseorang.
D. Gerakan-Gerakan Baru dalam Pendidikan
Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, pandangan dan praktik
pendidikanpun berubah dengan munculnya gerakan-gerakan baru dalam pendidikan
diantaranya adalah:
1. Pembelajaran alam sekitar
Dalam pandangan ini bahwa pendidikan dapat dilakukan menyatu dengan alam
sekitar yang dalam prosesnya ditanamkan pemahaman, apresiasi, pemanfa'atan
lingkunganalami dan sumber-sumber pengetahuan di luar sekolah.
2. Pengajaran pusat perhatian (centres d'interet)
Ditemukan oleh Ovide Decroly. Pengajaran disusun menurut pusat perhatian anak.
3. Sekolah kerja
Dikembangkan oleh George Kerschenteiner. Menurut dia, bentuk sekolah untuk
menjadi warga negara yang baik yaitu mendidik anak agar pekerjaannya tidak merugikan
masyarakat dan justru memajukannya.
4. Pengajaran proyek
Dikembangkan oleh W.H. Kilpatrick.
BAB II
PERUBAHAN DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN
BAB III
MASALAH DALAM PENDIDIKAN
BAB IV
PROFESI GURU
B. Standar Profesi
Standar profesi adalah prosedur dan norma-norma serta prinsip-prinsip yang
digunakan sebagai pedoman agar keluaran (output) kuantitas dan kualitas pelaksanaan profesi
tinggi sehingga kebutuhan orang dan masyarakat ketika diperlukan dapat dipenuhi.
Di beberapa Negara telah memperkenalkan “Standar Profesional untuk guru dan
Kepala sekolah”, misalnya di USA dimana National Board of Professional Teacher
Standards telah mengembangkan standard an prosedur penilaian berdasarkan pada 5 (lima)
prinsip dasar (Depdiknas, 2005), yaitu:
1. Guru bertanggung jawab (commited to) terhadap siswa dan belajarnya.
2. Guru mengetahui materi ajar yang mereka ajarkan dan bagaimana mengajar
materi tersebut kepada siswa.
3. Guru bertanggung jawab untuk mengelola dan memonitor belajar siswa.
4. Guru berpikir secara sistematik tentang apa-apa yang mereka kerjakan dan
pelajari dari pengalaman.
5. Guru adalah anggota dari masyarakatbelajar.
Menurut Marsh terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan acuan bagi guru dalam
mengajar, yaitu:
1. Waktu
2. Rasional
3. Tutuan atau sasaran
4. Isi
5. Pengalaman belajar
6. Evaluasi atau penilaian
Menurut Danim, (2002) untuk melihat apakah guru dikatakan professional atau tidak,
dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama, dilihat dari tingkatan pendidikan minimal dari latar
belakang pendidikan untuk jejang sekolah tempat dia menjadi guru. Kedua, penguasaan guru
terhadap materi bahan ajar, mengelola proses pembelajaran, mengelola siswa, melakukan
tugas-tugas bimbingan, dan lain-lain. (Sudarwan Danim, 2002)
Secara rinci dikatakan bahwa tugas guru harus didukung dengan berbagai kemampuan
sebagai berikut:
1. Menguasai bahan ajar
2. Memahami secara mendalam peserta didik yang dilayani
3. Menguasai teori dan keterampilan keguruan
4. Memiliki kemampuan memperagakan untuk kerja
5. Memiliki sikap, nilai dan kecenderungan kepribadian yang menunjang
pelaksanaan tugas-tugas sebagai guru dan pendidik
6. Memiliki kemampuan melaksanakan tugas-tugas professional dan tugas-tugas
administrative rutin
Sedangkan keterampilan teknis yang harus dikuasai adalah keterampilan khusus
sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik, di antara keterampilan itu adalah:
1. Keterampilan bertanya (question skill)
2. Keterampilan memberi penguatan (reinforscement skills)
3. Keterampilan mengadakan variasi (variation skills)
4. Keterampilan menjelaskan (explanation skillsi)
5. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran (set induction and closure)
6. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil
7. Keterampilan mengelola kelas
8. Keterampilan mengajar perseorangan
BAB V
PERAN DAN TUGAS GURU
A. Peran Guru
Guru sebagai elemen utama dalam pendidikan memiliki peran sebagai berikut:
1. Peran guru sebagai perencana pembelajaran
2. Guru sebagai pengelola pembelajaran
3. Guru sebagai fasilitator
4. Peran guru sebagai evaluator
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang guru dan
dosen bahwa profesi guru merupakan pekerjaan bidang khusus yang dilaksanakan
berdasarkan prinsip, memilik minat, bakat, komitmen, kulaifikasi akademik, tanggung jawab,
memiliki kesempatan mengembangkan profesinya.
Selain menjalankan fungsinya seorang guru juga harus memiliki kestabilan emosi dan
sebagai anggota masyarakat setiap guru harus pandai bergaul dengan masyarakat. Interaksi
yang baik antara guru dengan perserta didik merupakan sesuatu yang harus terjadi, interaksi
yang dimaksudkan adalah hubungan timbal balik antara guru dan siswa, siswa dan guru, dan
siswa dengan siswa lainnya.
Peran guru di atas, menurut Cagne dikelompokkan menjadi tiga bagian besar, yaitu:
1. Guru sebagai designer of instruction (perancang pengajaran)
2. Guru sebagai manager of instruction (pengelola pengajaran)
3. Guru sebagai evaluator of student learning (penilai prestasi belajar siswa)
BAB VI
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
C. Supervisi
Menurut Sergiovanni (1971:10) supervise adalah satu proses yang digunakan oleh
personalia sekolah yang bertanggung jawab terhadap aspek-aspek tujuan sekolah dan yang
bergantung secara langsung kepada personalia yang lain untuk menolong mereka
menyelesaikan tujuan sekolah itu. Jadi supervise itu bukan peranan tetapi merupakan suatu
proses. Terdapat dua bagian besar dalam teknik supervise, yaitu klinis dan nonklinis.
Supervisi klinis adalah sebuah upaya berbagi pengalaman dan pengetahuan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran dengan tanpa mengangkat/mencabut guru dari habitat
dan kultur aslinya.
Pelaksanaan supervise klinis menuntut perubahan paradigm guru dan supervisor. Supervisi
dilakukan bukan dalam konterks mencari kesalahan dan kelemahan guru yang disupervisi.
Antara guru yang disupervisi dan supervisor adalah mitra sejajar, bukan merupakan
hubungan antara bawahan dan atasan dan atau hubungan antara guru dengan murid.
Supervisi klinis berlangsung dalam suatu siklus dengan tiga tahap utama, yaitu tahap
pertemuan awal, tahap obseravasi mengajar, dan tahap pertemuan setelah observasi.
Sedangkan supervise nonklinis adalah supervise yang sifatnya bukan penyembuhan
akan tetapi pembinaan rutin oleh kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi pada institusi
sekolah dalam rangka membantu, mendorong dan meningkatkan kompetensi para guru dalam
melaksanakan pekerjaannya.
Supervisi nonklinis dilakukan baik secara terjadwal ataupun tidak sebagai bagian
tugas kepala sekolah dalam melakukan pembinaan staf untuk memiliki pengetahuan yang
mendalam tentang berbagai hal yang ada di sekelilingnya yaitu siswa didik. Tugas utama
seorang supervisor pada dunia pendidikan modern saat ini adalah melakukan observasi dan
membantu guru dalam membuat kondisi pembelajaran yang efektif, memastikan kerja sama
dalam pembuatan keputusan serta bertindak sebagai seorang fsilitator dan pemandu.
BAB VII
BELAJAR DAN ASPEK-ASPEKNYA
A. Hakikat Belajar
Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu, berkat
adanya interaksi antara individu dan individu dengan lingkungan. Winkel berpendapat bahwa
belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengetahuan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relative konstan dan
berbekas.
Belajar dapat dikatakan berhasil jika terjadi perubahan dalam diri siswa, namun tidak
semua perubahan perilaku dapat dikatakan belajar karena perubahan tingkah laku akibat
belajar memiliki ciri-ciri perwujudan yang khas (Muhibbidin Syah, 2000:116) antara lain:
a. Perubahan intensional
b. Perubahan positif dan aktif
c. Perubahan efektif dan fungsional
B. Tujuan Pembalajaran
Bila tujuan pembelajaran suatu program atau bidang pelajaran itu ditinjau dari hasil
belajar akan muncul tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
1. Tujuan pembelajaran ranah kognitif
a. Kemampuan kognitif tingkat pengetahuan (C1)
b. Kemampuan kognitif tingkat pemahaman (C2)
c. Kemampuan kognitif tingkat penerapan (C3)
d. Kemampuan kognitif tingkat analisis (C4)
e. Kemampuan kognitif tingkat sintesis (C5)
f. Kemampuan kognitif tingkat evaluasi (C6)
2. Tujuan pembelajaran ranah afektif
a. Pengenalan (Receiving)
b. Pemberian respon (Responding)
c. Penghargaan terhadap nilai (Valuing)
d. Pengorganisasian (Organization)
e. Pengamalan (Characterization)
3. Tujuan pembelajaran ranah Psikomotorik
a. Peniruan (Imitation)
b. Manipulasi (Manipulation)
c. Ketepatan gerakan (Precision)
d. Artikulasi (Articulation)
e. Naturalisasi (Naturalization)
C. Teori-Teori Belajar
Teori-teori belajar dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, yaitu teori yang
berorientasi pada aliran Behaviorisme, aliran Kognitif dan teori belajar Albert Bandura.
1. Aliran Behaviorisme
Aliran behaviorisme pada dasarnya teori belajar yang dikenal
dengan kondisioning.Dalam teori kondisioning ini dibedakan menjadi dua, yaitu: (a) teori
belajar asosiatif dan (b) teori fungsionalistik.
2. Teori belajar yang berorientasi pada aliran kognitif
3. Teori belajar Albert Bandura
D. Tipe-Tipe Belajar
Rita Dunn dalam De Porter, seorang pelopor bidang gaya belajar telah menemukan
banyak variable yang memengaruhi cara atau tioe belajar orang. Ini mencakup faktor-faktor
fisik, emosional, sosiologis dan lingkungan.
Peneliti gaya belajar Walter Barbed an Raymond Swassiing memberikan tiga jenis
persepsi sensoris (cara untuk mengingat) yang kita gunakan dalam tingkat yang beragam.
Semua ini dalam Cynthia Ulrich Tobias (2009:86) dinamakan modalitas. Modalitas yang
paling mudah dikenali adalah sebagai berikut:
1. Auditori
Auditori merupakan cara belajar dengan cara mendengarkan petunjuk lisan atau
belajar dengan cara mendengar.
2. Visual
Visual merupakan belajar dengan melihat dan mengamati, mengaitkan yang sedang
dipelajari dengan sesuatu yang kelihatan.
3. Kinestetik
Kinestetik merupakan belajar dengan melibatkan anggota tubuh, apa yang sedang
dipelajari diperagakan.
E. Hakikat Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelahmelalui kegiatan belajar.
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi dua faktor utama, yakni dari lingkungan dan
faktor yang dating dari diri siswa, terutama kemampuan yang dimilikinya.
Penilaian terhadap hasil belajar atau prestasi siswa untuk mengetahui sejauh mana ia
telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar. Menurut
Poerwodarminto yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan
atau dikerjakan oleh seseorang.
Menurut Sumardi Suryabrata, faktor-faktor yang dapat memengaruhi keberhasilan
belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan kepada 2 bagian, yaitu internal dan eksternal.
1. Faktor internal
a. Aspek fisiologis (jasmaniah)
b. Aspek psikologis
2. Faktor eksternal
a. Faktor social
b. Faktor nonsosial
F. Minat
1. Pengertian Minat
Menurut bahasa “minat” adalah perbuatan sebagainya yang berdasarkan pendirian,
pendapat atau keyakinan. Minat (interest) adalah istilah yang menunjukkan pada adanya
intensitas perhatian yang tinggi seseorang terhadap suatu hal, peristiwa, orang atau benda.
Menurut Alisuf Sabri minat adalah suatu kecenderungan untuk memperhatikan secara
terus menerus dan mengingat secara terus menerus.
2. Fungsi Minat
Minat berhubungan erat dengan sikap kebutuhan seseorang dan mempunyai fungsi
yang dikemukakan oleh Elizabeth B Hurlock, yaitu:
a. Sumber motivasi yang kuat untuk belajar
b. Minat memengaruhi bentuk intensitas aspirasi anak
c. Menambah kegairahan pada setiap kegiatan yang ditekuni
G. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Motif atau dalam bahsa inggrisnya “motive”, berasal dari kata “motion”, yang berarti
gerakan atau sesuatu yang bergerak. Jadi istilah motif pun erat hubungannya dengan ‘gerak’,
yaitu dalam hal ini gerakan yang dilakukan oleh manusia disebut juga perbuatan tingkah laku.
Motif dalam psikologi berarti rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga bagi terjadinya
suatu tingkah laku.
Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif/daya menjadi perbuatan atau
tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan tertentu. Motivasi siswa dapat
timbul dari dalam diri individu (motivasi entrinsic) dan dapat timbul dari luar diri siswa
(motivasi ekstrinsic).
Motivasi paling tidak memuat tiga unsur esensial, yakni: (1) faktor pendorong atau
pembangkit motif, (2) tujuan yang ingin dicapai, (3) strategi yang diperlukan oleh individu
atau kelompok untuk mencapai tujuan tersebut.
2. Ciri-ciri motivasi
a. Tekun menghadapi tugas
b. Ulet menghadapi kesulitan
c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
d. Lebih senang bekerja mandiri
e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin
f. Dapat mempertahankan pendapatnya
g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu
h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal
3. Macam-macam motivasi
Menurut Woodworth dan Marquis (1995:301-333) motif dibedakan menjadi 3
macam, yaitu:
a. Kebutuhan-kebutuhan organic
b. Motif-motif darurat
c. Motif-motif objektif
Keberadaan motivasi bagi manusia memiliki fungsi yang luar biasa, di antaranya
adalah:
a. Mendorong manusia untuk berbuat
b. Menentukan arah perbuatan yakni kea rah tujuan yang hendak dicapai
c. Menyeleksi perbuatan
BAB VIII
METODE PEMBELAJARAN
B. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif
sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.
Pembelajaran kooperatif sebagai pembelajaran kelompok kooperatif yang menuntut
diterapkannya pendekatan belajar siswa sentries, humanistic, dan demokratis yang
disesuaikan dengan kemampuan siswa dan lingkungan belajarnya.
Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif adalah:
1. Penghargaan kelompok
2. Pertanggung jawaban individu
3. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
C. Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Terdapat 8 komponen utama dalam sistem pembelajaran kontekstual, yaitu:
1. Melakukan hubungan yang bermakna
2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan
3. Belajar yang diatur sendiri
4. Bekerjasama
5. Berpikir kritis dan kreatif
6. Mengasuh dan memelihara pribadi siswa
7. Mencapai standar yang tinggi
8. Menggunakan penilaian autentik
BAB IX
MEDIA DALAM PEMBELAJARAN
BAB X
KURIKULUM PENDIDIKAN
A. Pengertian Kurikulum
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun
2005 menetapkan pengertian kurikulum sebagai seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
BAB XI
PENILAIAN PENDIDIKAN
Penugasan individu MPA FIP PGSD UNJ 2015 Nama : Heny Rahmawati Fakultas/Prodi
: FIP/PGSD NIM : 1815150826 1. Identitas Buku Judul Buku :
Pendidikan Karakter Nama Pengarang : Ratna Megawangi Nama Penerbit : Indonesia Heritage
Foundation Tempat Terbit : Jl Raya Jakarta – Bogor Km 31, No.46 Cisalak – Cimanggis 16951 Tahun
Terbit : Cetakan pertama, Juli 2004 Cetakan kedua (revisi), Mei 2007
Cetakan ketiga, Oktober 2009 Tebal Buku : 188 halaman
2. Tujuan Pengarang
Buku Memberikan solusi dalam menjawab permasalahan negara Indonesia, dan menjelaskan mengenai
metode pendidikan karakter yang efektif untuk anak yang telah diterapkan di beberapa lembaga pendidikan.
4. Keunggulan Buku
Memberikan pemahaman yang luas betapa pentingnya pendidikan karakter yang ditanamkan dalam diri
seseorang, selain itu pembahasan yang diberikan sangat detail disertai dengan hasil penelitian dan teori –
teori yang dikemukakan oleh beberapa tokoh dunia.
5. Kelemahan Buku
Terdapat beberapa kesalahan dalam penulisan kata – kata, penulis menggunakan bahasa yang agak sulit
untuk dimengerti, dan terdapat pembahasan yang diulang kembali. 6. Saran pada Penyaji Buku Buku ini
sangat bagus dibaca oleh semua kalangan, karena dapat membantu pembaca untuk menjadi manusia yang
memiliki kualitas moral yang tinggi bagi diri sendiri maupun anak didiknya. Sebaiknya penulis menggunakan
Bahasa yang mudah dimengerti oleh semua kalangan dan memperbaiki penulisan kata – katanya agar lebih
mudah dipahami.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/henyrahmawati/resume-buku-pendidikan-
karakter_55d14a75a7afbd620b1647d5
1. IDENTITAS BUKU
Judul Buku : Mengelola Jurnal Pendidikan Sekolah
Menulis merupakan cara paling efektif, melalui tulisan para guru dapat menuangkan
ide idenya atau berbagai pengalaman untuk mengajar untuk meningkatkan kualias
pengajaran dan mengatasi berbagai persoalan dalam dunia pendidikan.
Jurnal Pendidikan merupakan solusinya. Melalui Jurnal pendidikan, karya para guru
ditampung dan disebar luaskan. Jurnal pendidikan menjadi wahana penampung
ide,gagasan, kreativitas, dan pengalaman-pengalaman unik para guru,yang kemudian
menjadi renungan bersama para guru di seluruh tanah air. Melalui jurnal tersebut para
guru belajar dari pengalaman dan ide-ide guru lainnya. Dengan demikian
intelektualitas para guru berkembang dan pada akhirnya meningkatkan kopetensinya
dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Isi jurnal pendidikan antara lain antara lain artikel ilmiah, materi pelajaran makalah
pendidikan,naskah penelitian,penilitian tindakan kelas.
3. KELEBIHAN BUKU
Buku mengelola Jurnal Pendidikan Sekolah sangat komplit dan jelas tentang
bagaimana menjelaskan cara mengelola dan membuat jurnal pendidikan sekolah
4. KEKURANGAN BUKU
5. SARAN
Supaya buku Mengelola Jurnal Pendidikan Sekolah tidak hanya menerangka cara
membuat jurnal pendidikan sekolah saja melainkan harus memberi contoh jurnal
secara rinci
http://galangnarotama.blogs.uny.ac.id/2016/10/06/resensi-buku-mengelola-jurnal-pendidikan-sekolah/