Askep Faringitis
Askep Faringitis
Askep Faringitis
2. PENYEBAB/FAKTOR PREDISPOSISI
Beberapa penyebab dari faringitis yaitu:
a. Virus
Virus merupakan etiologi terbanyak dari faringitis. Beberapa jenis virus ini yaitu:
- Rhinovirus
- Coronavirus
- Virus influenza
- Virus parainfluenza
- Adenovirus
- Herpes Simplex Virus tipe 1 dan 2
- Coxsackievirus A
- Cytomegalovirus
- Virus Epstein-Barr
- HIV
b. Bakteri
Beberapa jenis bakteri penyebab faringitis yaitu:
- Streptoccocus pyogenes, merupakan penyebab terbanyak pada faringitis akut
- Streptokokus grup A, merupakan penyebab terbanyak pada anak usia 5 – 15 tahun, namun
jarang menyebabkan faringitis pada anak usia <3 tahun.
- Streptokokus grup C dan G
- Neisseria gonorrheae
- Corynebacterium diphtheriae
- Corynebacterium ulcerans
- Yersinia enterocolitica
- Treponema pallidum
- Vincent angina, merupakan mikroorganisme anaerobik dan dapat menyebabkan komplikasi
yang berat, seperti abses retrofaringeal dan peritonsilar.
3. PATOFISIOLOGI
Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara langsung
menginvasi mukosa faring menyebabkan respon inflamasi lokal. Kuman menginfiltrasi lapisan
epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi
pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat
hiperemi, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi
menebal dan kemudian cendrung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan
hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning,
putih atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan
bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan
membengkak. Virus-virus seperti Rhinovirus dan Coronavirus dapat menyebabkan iritasi sekunder
pada mukosa faring akibat sekresi nasal.
Infeksi streptococcal memiliki karakteristik khusus yaitu invasi lokal dan pelepasan
extracellular toxins dan protease yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang hebat karena
fragmen M protein dari Group A streptococcus memiliki struktur yang sama dengan sarkolema
pada myocard dan dihubungkan dengan demam rheumatic dan kerusakan katub jantung. Selain itu
juga dapat menyebabkan akut glomerulonefritis karena fungsi glomerulus terganggu akibat
terbentuknya kompleks antigen-antibodi.
4. PATHWAYS:
Jumlah sel darah putih normal atau agak Jumlah sel darah putih meningkat ringan sampai
meningkat sedang
Kelenjar getah bening normal atau sedikit Pembengkakan ringan sampai sedang pada
membesar kelenjar getah bening
Pada biakan di laboratorium tidak tumbuh Bakteri tumbuh pada biakan di laboratorium
bakteri
6. GEJALA KLINIS
Tanda dan gejala faringitis dibedakan berdasarkan etiologinya, yaitu:
a. Virus
- Jarang ditemukan tanda dan gejala yang spesifik. Faringitis yang disebabkan oleh virus
menyebabkan rhinorrhea, batuk, dan konjungtivitis.
- Gejala lain dari faringitis penyebab virus yaitu demam yang tidak terlalu tinggi dan sakit kepala
ringan.
- Pada penyebab rhinovirus atau coronavirus, jarang terjadi demam, dan tidak terlihat adanya
adenopati servikal dan eksudat faring.
- Pada penyebab virus influenza, gejala klinis bisa tampak lebih parah dan biasanya timbul demam,
myalgia, sakit kepala, dan batuk.
- Pada penyebab adenovirus, terdapat demam faringokonjungtival dan eksudat faring. Selain itu,
terdapat juga konjungtivitis.
- Pada penyebab HSV, terdapat inflamasi dan eksudat pada faring, dan dapat ditemukan vesikel
dan ulkus dangkal pada palatum molle.
- Pada penyebab coxsackievirus, terdapat vesikel-vesikel kecil pada palatum molle dan uvula.
Vesikel ini mudah ruptur dan membentuk ulkus dangkal putih.
- Pada penyebab CMV, terdapat eksudat faring, demam, kelelahan, limfadenopati generalisata, dan
splenomegali.
- Pada penyebab HIV, terdapat demam, myalgia, arthralgia, malaise, bercak kemerahan
makulopapular yang tidak menyebabkan pruritus, limfadenopati, dan ulkus mukosa tanpa eksudat.
b. Bakteri
Faringitis dengan penyebab bakteri umumnya menunjukkan tanda dan gejala berupa lelah,
nyeri/pegal tubuh, menggigil, dan demam yang lebih dari 380C. Faringitis yang menunjukkan
adanya mononukleosis memiliki pembesaran nodus limfa di leher dan ketiak, tonsil yang
membesar, sakit kepala, hilangnya nafsu makan, pembesaran limpa, dan inflamasi hati.
Pada penyebab streptokokus grup A, C, dan G, terdapat nyeri faringeal, demam, menggigil,
dan nyeri abdomen. Dapat ditemukan hipertrofi tonsil, membran faring yang hiperemik, eksudat
faring, dan adenopati servikal. Batuk tidak ditemukan karena merupakan tanda dari penyebab
virus.
Pada penyebab S. Pyogenes, terdapat demam scarlet yang ditandai dengan bercak kemerahan
dan lidah berwarna stoberi.
Pada penyebab bakteri lainnya, ditemukan adanya eksudat faring dengan atau tanpa tanda
klinis lainnya.
Manifestasi klinis akut:
- Nyeri Tenggorokan
- Sulit Menelan, serak, batuk
- Demam
- Mual, malaise
- Kelenjar Limfa Leher Membengkak
- Tonsil kemerahan
- Membran faring tampak merah
- Folikel tonsil dan limfoid membengkak dan di selimuti oleh eksudat
- Nyeri tekan nodus limfe servikal
- Lesu dan lemah, nyeri pada sendi-sendi otot, dan nyeri pada telinga.
- Peningkatan jumlah sel darah putih (Leukosità Al)
- Nodus limfe servikal membesar dan mengeras
- Mungkin terdapat demam,malaise dan sakit tenggorokan
- Serak,batuk,rhinitis bukan hal yang tidak lazim.
Manifestasi klinis kronis:
- Rasa iritasi dan sesak yang konstan pada tenggorokan.
- Lendir yang terkumpul dalam tenggorokan dan dikeluarkan dengan batuk.
- Kesulitan menelan.
7. PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan dengan mempergunakan spatel lidah, tampak tonsil membengkak,
hiperemis, terdapat detritus, berupa bercak (folikel, lakuna, bahkan membran). Kelenjar
submandibula membengkak dan nyeri tekan, terutama pada anak.
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Biopsi
Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran pernapasan (sekitar faring)
dengan menggunakan teknik endoskopi. Jaringan tersebut akan diperiksa dengan mikroskop untuk
mengetahui adanya peradangan akibat bakteri atau virus.
b. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik atau bakteriologik penting dalam diagnosis
etiologi penyakit.Warna bau dan adanya darah merupakan petunjuk yang berharga.
c. Pemeriksaan Laboratorium
1) Sel darah putih (SDP)
Peningkatan komponen sel darah putih dapat menunjukkan adanya infeksi atau inflamasi.
2) Analisa Gas Darah
Untuk menilai fungsi pernapasan secara adekuat, perlu juga mempelajari hal-hal diluar paru seperti
distribusi gas yang diangkut oleh sistem sirkulasi.
9. TERAPI/TINDAKAN PENANGANAN
Penatalaksanaan terhadap faringitis dapat mengurangi risiko demam reumatik,
menurunkan durasi gejala, dan mengurangi risiko penularan penyakit. Pada faringitis dengan
penyebab bakteri, dapat diberikan antibiotik, yaitu:
a. Penicillin benzathine; diberikan secara IM dalam dosis tunggal
b. Penicillin; diberikan secara oral
c. Eritromisin
d. Penicillin profilaksis, yaitu penicillin benzathine G; diindikasikan pada pasien dengan risiko
demam reumatik berulang. Sedangkan, pada penyebab virus, penatalaksanaan ditujukan untuk
mengobati gejala, kecuali pada penyebab virus influenza dan HSV. Beberapa obat yang dapat
digunakan yaitu:
1) Amantadine
2) Rimantadine
3) Oseltamivir
4) Zanamivir; dapat digunakan untuk penyebab virus influenza A dan B
5) Asiklovir; digunakan untuk penyebab HSV
Faringitis yang disebabkan oleh virus biasanya ditangani dengan istirahat yang cukup, karena
penyakit tersebut dapat sembuh dengan sendirinya. Selain itu, dibutuhkan juga mengkonsumsi air
yang cukup dan hindari konsumsi alkohol. Gejala biasanya membaik pada keadaan udara yang
lembab. Untuk menghilangkan nyeri pada tenggorokan, dapat digunakan obat kumur yang
mengandung asetaminofen (Tylenol) atau ibuprofen (Advil, Motrin). Anak berusia di bawah 18
tahun sebaiknya tidak diberikan aspirin sebagai analgesik karena berisiko terkena sindrom Reye.
Pemberian suplemen dapat dilakukan untuk menyembuhkan faringitis atau mencegahnya,
yaitu:
a. Sup hangat atau minuman hangat, dapat meringankan gejala dan mencairkan mukus, sehingga
dapat mencegah hidung tersumbat.
b. Probiotik (Lactobacillus), dapat digunakan untuk menghindari dan mengurangi demam.
c. Madu, dapat digunakan untuk mengurangi batuk.
d. Vitamin C, dapat digunakan untuk menghindari demam, namun penggunaan dalam dosis tinggi
perlu pengawasan dokter.
e. Seng, digunakan dalam fungsi optimal sistem imun tubuh, karena itu seng dapat digunakan untuk
menghindari demam, dan penggunaan dalam spray dapat digunakan untuk mengurangi hidung
tersumbat. Namun, penggunaannya perlu dalam pengawasan karena konsumsi dalam dosis besar
dan jangka waktu yang lama dapat berbahaya.
10. KOMPLIKASI
a. Otitis media akut
b. Abses peri tonsil
c. Abses para faring
d. Toksenia
e. Septikinia
f. Bronkitis
g. Nefritis akut
h. Miokarditis
i. Artritis
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi pada faring.
b. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada faring.
c. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret (sputum).
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kesulitan menelan.
e. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpajan informasi.
3. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Rencana Keperawatan
No Diagnosa NOC / Tujuan NIC / Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Hipertermi Setelah dilakukan
berhubungan dengan tindakan a. Kaji suhu badan
a. Mengetahui suhu
inflamasi pada faring perawatan, setiap 2 jam. badan anak
diharapakan suhu
badan pasien
b. Anjurkan intake
normal cairan dan nutrisi
b. Intake cairan dan
Termoregulasi yang adekuat. nutrisi dapat
(0800) membantu
Kriteria hasil : mempercepat dalam
Suhu c.
kulit Beri kompres proses pengeluaran
normal hangat misalnya panas tubuh.
Suhu badan pada ketiak c. Kompres hangat
35,9°C-37,7°C dapat membuka
- pori-pori kulit
d. Berikan obat sehingga
antipiretik mempercepat proses
8. evaporasi.
d. Obat antipiretik
dapat membantu
menurunkan panas.
2. Nyeri akut Setelah dilakukan
berhubungan dengan tindakan a. Lakukan
a. Mengetahui tingkat
inflamasi pada faring keperawatan, pengkajian nyeri nyeri termasuk
diharapkan nyeri secara lokasi, karakteristik,
komprehensif durasi, frekuensi,
berkurang dengan termasuk lokasi, kualitas dan faktor
kriteria hasil karakteristik, presipitasi
Anak durasi, frekuensi,
melaporkan kualitas dan faktor
bahwa nyeri presipitasi. b. Napas dalam
berkurang b. Ajarkan merupakan salah
Anak tentang Teknik satu relaksasi
melaporkan non farmakologi mengurangi
kebutuhan tidur (seperti napas ketegangan dan
dan istirahat dalam) membuat perasaan
tercukupi lebih nyaman
Anak c.
mampu Berikan analgetik
c. Analgetik berguna
nyeri. merileksasikan
sehingga dapat
mengurangi nyeri
3. Ketidakefektifan Setelah dilakukana. Kaji status
a. Dengan mengkaji
bersihan jalan nafas perawatan, pernafasan status pernafasan
berhubungan dengan diharapakan (kecepatan, maka akan diketahui
penumpukan sekret bersihan jalan kedalaman, serta tingkat pernafasan
(sputum) nafas efektif pergerakan dada). dan adanya kelainan
dengan kriteria pada sistem
hasil: pernafasan.
Anak tidak batukb. Auskultasi adanya
b. Bunyi nafas
Anak dapat suara nafas bertambah sering
bernpas dengan tambahan (mis : terdengar pada
lega mengi, krekels) waktu inspirasi dan
RR (u = 3 tahun) ekspirasi pada
= 20-30 x/menit respon terhadap
pengumpulan cairan,
sekret kental dan
c. Ajarkan pada klien spasme jalan nafas
untuk berlatih obstruksi.
nafas tambahan
c. Pernafasan dalam
dalam dan batuk membatu expansi
efektif. paru maximal dan
batuk efektif
merupakan
d. Berikan klien mekanisme
minuman hangat pembersihan silla.
sedikitnya 2500
d. Cairan terutama
cc/hari. yang hangat
membantu di dalam
e. Kolaborasi dengan mengencerkan sekret
tim dokter dalam (bronkadilator).
pemberian, terapi
e. Expectorant
pemberian membantu
expectorant dan mengurangi spasme
broncodilatos. pada bronchus
sehingga
pengeluaran sekret
menjadi lancar.
Bulecheck, Gloria M, dkk (Ed). 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) 6th Edition. Missouri:
Elsevier.
unner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 1. Jakarta : EGC.
arpenito, Lynda Jual. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 11. Jakarta: EGC
oenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
iaty Arsyad S,Dr,Sp.THT, 2000, Buku Ajar Ulmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan
ngel, Joyce. 2008. Pengkajian Pediatrik Edisi 4. Jakarta: EGC
Herdman, T. Heather (Ed). 2012. NANDA International: Nursing Diagnosis 2012-2014. Oxford: Wiley
Kusuma, Hardhi, dkk. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis. Yogyakarta :
Media Action Publlishing
ansjoer, Arif et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid I FKUI : Media Aescukpius.
Moorhead, Sue, dkk (Ed). 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th Edition. Missouri: Elsevier.
tter, Patricia A. 1956. Pengkajian Kesehatan. Jakarta : EGC.