Proses Pengolahan Minyak Bumi Ok

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

PROSES PENGOLAHAN MINYAK BUMI

hasannudin | November 8, 2015 | Hidrokarbon | 2 Comments

Proses pengolahan minyak bumi secara umum ada dua, yaitu tahap pertama distilasi bertingkat, dan
tahap kedua merupakan proses lanjutan dari hasil tahap pertama. Berikut penjelasan selengkapnya.

PROSES PENGOLAHAN MINYAK BUMI

Minyak mentah (crude oil) berwujud cairan kental berwarna hitam yang belum dapat
dimanfaatkkan. Agar dapat dimanfaatkan minyak bumi harus mengalami proses pengolahan dahulu.

Pengolahan minyak bumi dilakukan dengan kilang minyak melalui dua tahap. Pengolahan tahap
pertama (primary processing) dilakukan dengan cara distilasi bertingkat dan pengolahan tahap
kedua (secondary processing) dilakukan dengan berbagai cara.

1. Pengolahan minyak bumi tahap pertama

Proses pengolahan minyak bumiPengolahan minyak bumi – distilasi bertingkat minyak bumi

Pengolahan minyak bumi tahap pertama dilakukan dengan distilasi bertingkat, yaitu proses distilasi
berulang-ulang sehingga didapatkan berbagai macam hasil berdasarkan perbedaan titik didihnya.
Hasil pada proses distilasi bertingkat ini meliputi:

Fraksi pertama menghasilkan gas yang pada akhirnya dicairkan kembali dan dikenal dengan nama
elpiji atau LPG (Liquefied Petroleum Gas). LPG digunakan untuk bahan bakar kompor gas dan mobil
BBG, atau diolah lebih lanjut menjadi baha kimia lainnya.

Fraksi kedua disebut nafta (gas bumi). Nafta tidak dapat langsung digunakan, tetapi diolah lebih
lanjut pada tahap kedua menjadi bensin (premium) atau bahan petrokimia yang lain. Nafta sering
disebut juga sebagai bensin berat.

Fraksi ketiga atau fraksi tengah, selanjutnya dibuat menjadi kerosin (minyak tanah) dan avtur
(bahan bakar pesawat jet).

Fraksi keempat sering disebut solar yang digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel.

Fraksi kelima atau disebut juga residu yang berisi hidrokarbon rantai panjang dan dapat diolah
lebih lanjut pada tahap kedua menjadi berbagai senyawa karbon lainnya, dan sisanya sebagai aspal
dan lilin.

2. Pengolahan minyak bumi tahap kedua


Pada pengolahan minyak bumi tahap kedua, dilakukan berbagai proses lanjutan dari hasil
penyulingan pada tahap pertama. Proses-proses tersebut meliputi:

Perengkahan (cracking): Pada proses perengkahan, dilakukan perubahan struktur kimia senyawa-
senyawa hidrokarbon yang meliputi: pemecahan rantai, alkilasi (pembentukan alkil), polimerisasi
(penggabungan rantai karbon), reformasi (perubahan struktur), dan isomerisasi (perubahan isomer).

Proses ekstraksi: Pembersihan produk dengan menggunakan pelarut sehingga didapatkan hasil
lebih banyak dengan mutu lebih baik.

Proses kristalasasi: Proses pemisahan produk-produk melalui perbedaan titik cairnya. Misalnya,
dari pemurnian solar melalui proses pendinginan, penekanan, dan penyaringan akan diperoleh
produk sampingan lilin.

Pembersihan dari kontaminasi (treating): Pada proses pengolahan tahap pertama dan tahap kedua
sering terjadi kontaminasi (pengotoran). Kotoran-kotoran ini harus dibersihkan dengan cara
menambahkan soda kaustik (NaOH), tanah liat atau hidrogenasi.

Hasil proses tahap kedua ini dapat dikelompokan berdasarkan titik didih dan jumlah atom karbon
pembentuk rantai karbonnya.

Tabel beberapa fraksi hasil pengolahan minyak bumi dan kegunaannya.

Ttitik Didih Jumlah Atom Karbon Kegunaan

< 20oC C1 – C4 Bahan bakar gas, dikenal sebagai LPG (elpiji)

Bahan baku pembuatan berbagai produk petrokimia

20 – 60 oC C5 – C6 Dikenal sebagai petroleum eter, merupakan pelarut non-polar digunakan


sebagai cairan pembersih

60 – 100 oC C6 – C7 Ligrolin atau nafta, pelarut non-polar, dan cairan pembersih

40 -200 oC C5 – C10 Bensin sebagai bahan bakar minyak

175 – 325 oC C12 – C18 Kerosin (minyak tanah), bahan bakar jet

250 – 400 oC C12 ke atas Solar, miyak diesel

Zat cair C20 ke atas Oli, pelumas

Zat padat C20 ke atas Lilin parafin, aspal ter

Demikian ulasan mengenai proses pengolahan minyak bumi.


Pengantar
Minyak bumi sangatlah bermanfaat terutama dalam bahan bakar dan plastik.
Namun, minyak bumi haruslah diolah terlebih dahulu supaya bisa digunakan
sebagai bahan bakar dan bahan baku plastik. Proses pengolahan minyak bumi
disebut distilasi. Dalam destilasi bertingkat, komponen-komponen minyak
mentah akan dipisahkan berdasarkan titik didihnya agar dapat digunakan untuk
berbagai keperluan. Pemilihan metode tersebut berdasarkan pada kandungan
minyak mentah yang terdiri atas berbagai senyawa hidrokarbon, misalnya
senyawa alkana, aromatik, naptalena, alkena, dan alkuna. Senyawa-senyawa
tersebut mempunyai panjang rantai dan titik didih yang berbeda-beda. Semakin
panjang rantai karbon yang dimilikinya, semakin tinggi titik didihnya. Proses
distalasi melalui beberapa tahap di dalam menara distilasi. Proses distilasi
menghasilkan beberapa fraksi-fraksi minyak bumi yang dapat kita manfaatkan.

Minyak mentah mula-mula dipanaskan hingga suhunya mencapai sekitar 500-


600oC. Pemanasan minyak mentah itu dilakukan dalam pemanas (boiler)
dengan menggunakan uap air bertekanan tinggi. Hasil pemanasan berupa uap
minyak dialirkan ke dasar menara distilasi. Selanjutnya, uap minyak akan
bergerak naik melewati pelat-pelat yang terdapat dalam menara. Pada saat
mencapai suhu tertentu sesuai titik didihnya, uap minyak mentah akan
berubah menjadi zat cair. Perubahan uap air (gas) menjadi zat cair disebut
kondensasi. Zat cair hasil kondensasi itu disebut fraksi minyak.

2. Fraksi-Fraksi Minyak Bumi


Kegunaan fraksi-fraksi minyak bumi terkait dengan sifat fisisnya seperti titik
didih dan viskositasnya (kekentalan), dan juga sifat kimianya. Hasil dari distilasi
minyak bumi menghasilkan beberapa fraksi minyak bumi seperti berikut.

2.1. Residu

Saat pertama kali minyak bumi masuk ke dalam menara distilasi, minyak bumi
akan dipanaskan dalam suhu diatas 500oC. Residu tidak menguap dan
digunakan sebagai bahan baku aspal, bahan pelapis antibocor, dan bahan bakar
boiler (mesin pembangkit uap panas). Bagian minyak bumi yang menguap akan
naik ke atas dan kembali diolah menjadi fraksi minyak bumi lainnya.

Aspal digunakan untuk melapisi permukaan jalan. Kandungan utama aspal adalah
senyawa karbon jenuh dan tak jenuh, alifatik, dan aromatik yang mempunyai
atom karbon sampai 150 per molekul. Unsur-unsur selain hidrogen dan karbon
yang juga menyusun aspal adalah nitrogen, oksigen, belerang, dan beberapa
unsur lain. Secara kuantitatif, biasanya 80% massa aspal adalah karbon, 10%
hidrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen dan nitrogen, serta sejumlah renik
besi, nikel, dan vanadium.

2.2. Oli

Oli adalah pelumas kendaraan bermotor untuk mencegak karat dan mengurangi
gesekan. Oli dihasilkan dari hasil distilasi minyak bumi pada suhu antara 350-
500oC. Itu dikarenakan oli tidak dapat menguap di antara suhu tersebut.
Kemudian, bagian minyak bumi yang lainnya akan menguap dan menuju ke atas
untuk diolah kembali.

2.3. Solar

Solar adalah bahan bakar mesin diesel. Solar adalah hasil dari pemanasan
minyak bumi antara 250-340oC. Solar tidak dapat menguap pada suhu
tersebut dan bagian minyak bumi lainnya akan terbawa ke atas untuk diolah
kembali.

Umumnya, solar mengandung belerang dengan kadar yang cukup tinggi. Kualitas
minyak solar dinyatakan dengan bilangan setana. Angka setana adalah tolak
ukur kemudahan menyala atau terbakarnya suatu bahan bakar di dalam mesin
diesel. Saat ini, Pertamina telah memproduksi bahan bakar solar ramah
lingkungan dengan merek dagang Pertamina DEX© (Diesel Environment Extra).
Angka setana DEX dirancang memiliki angka setana minimal 53 sementara
produk solar yang ada di pasaran adalah 48. Bahan bakar ramah lingkungan
tersebut memiliki kandungan sulfur maksimum 300 ppm atau jauh lebih
rendah dibandingkan solar di pasaran yang kandungan sulfur maksimumnya
mencapai 5.000 ppm.
2.4. Kerosin dan Avtur

Kerosin (minyak tanah) adalah bahan bakar kompor minyak. Avtur adalah
bahan bakar pesawat terbang bermesin jet. Kerosin dan avtur dihasilkan dari
pemanasan minyak bumi pada suhu antara 170-250oC. Kerosin dan avtur tidak
dapat menguap pada suhu tersebut dan bagian minyak bumi lainnya akan
terbawa ke atas untuk diolah kembali.

Kerosin adalah cairan hidrokarbon yang tidak berwarna dan mudah terbakar.
Kerosin yang digunakan sebagai bahan bakar kompor minyak disebut minyak
tanah, sedangkan untuk bahan bakar pesawat disebut avtur.

2.5. Nafta

Nafta adalah bahan baku industri petrokimia. Nafta dihasilkan dari pemanasan
minyak bumi pada suhu antara 70-170oC. Nafta tidak dapat menguap pada
suhu tersebut dan bagian minyak bumi lainnya akan terbawa ke atas untuk
diolah kembali.

2.6. Petroleum Eter dan Bensin

Petroleum eter adalah bahan pelarut dan untuk laundry. Bensin pada
umumnya adalah bahan bakar kendaraan bermotor. Petroleum eter dan bensin
dihasilkan dari pemanasan minyak bumi pada suhu antara 35-75oC. Petroleum
eter dan bensin tidak dapat menguap pada suhu tersebut dan bagian minyak
bumi lainnya akan terbawa ke atas untuk diolah kembali.

Bensin akhir-akhir ini menjadi perhatian utama karena pemakaiannya untuk


bahan bakar kendaraan bermotor sering menimbulkan masalah. Kualitas bensin
ditentukan oleh bilangan oktan, yaitu bilangan yang menunjukkan jumlah
isooktan dalam bensin. Bilangan oktan adalah ukuran kemampuan bahan bakar
mengatasi ketukan ketika terbakar dalam mesin.

Bensin merupakan fraksi minyak bumi yang mengandung senyawa n-heptana dan
isooktan. Misalnya bensin Premium (salah satu produk bensin Pertamina) yang
beredar di pasaran dengan bilangan oktan 80 berarti bensin tersebut
mengandung 80% isooktan dan 20% n-heptana. Bensin super mempunyai
bilangan oktan 98 berarti mengandung 98% isooktan dan 2% n-heptana.
Pertamina meluncurkan produk bensin ke pasaran dengan 3 nama, yaitu:
Premium dengan bilangan oktan 80-88, Pertamax dengan bilangan oktan 91-
92, dan Pertamax Plus dengan bilangan oktan 95.

Penambahan zat antiketikan pada bensin bertujuan untuk memperlambat


pembakaran bahan bakar. Untuk menaikkan bilangan oktan antara lain dengan
ditambahkan MTBE (Metyl Tertier Butil Eter), tersier butil alkohol, benzena,
atau etanol. Penambahan zat aditif Etilfluid yang merupakan campuran 65%
TEL (Tetra Etil Lead/Tetra Etil Timbal), 25% 1,2-dibromoetana dan 10%
1,2-dikloro etana sudah ditinggalkan karena menimbulkan dampak pencemaran
timbal ke udara. Timbal (Pb) bersifat racun yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan seperti pusing, anemia, bahkan kerusakan otak. Anemia terjadi
karena ion Pb2+ bereaksi dengan gugus sulfhidril (-SH) dari protein sehingga
menghambat kerja enzim untuk biosintesis hemoglobin.

Permintaan pasar terhadap bensin cukup besar maka untuk meningkatkan


produksi bensin dapat dilakukan dengan cara:

1. Cracking (perengkahan), yaitu pemecahan molekul besar menjadi molekul-


molekul kecil. Contoh:
2. Reforming, yaitu mengubah struktur molekul rantai lurus menjadi rantai
bercabang.
3. Alkilasi atau polimerisasi, yaitu penggabungan molekul-molekul kecil
menjadi molekul besar. Seperti dan

2.7. Gas

Hasil olahan minyak bumi yang terakhir adalah gas. Gas merupakan bahan baku
LPG (Liquid Petroleum Gas) yaitu bahan bakar kompor gas. Supaya gas dapat
disimpan dalam tempat yang lebih kecil, gas didinginkan pada suhu antara -160
sampai -40oC supaya dapat berwujud cair.

Sebenarnya, senyawa alkana yang terkandung dalam LPG berwujud gas pada
suhu kamar. LPG dibuat dalam bentuk gas untuk berat yang sama. Wujud gas
LPG diubah menjadi cair dengan cara menambah tekanan dan menurunkan
suhunya.
Minyak bumi terbentuk dari penguraian senyawa-senyawa organik dari jasad
mikroorganisme jutaan tahun yang lalu di dasar laut atau di darat. Sisa-sisa
tumbuhan dan hewan tersebut tertimbun oleh endapan pasir, lumpur, dan
zat-zat lain selama jutaan tahun dan mendapat tekanan serta panas bumi
secara alami. Bersamaan dengan proses tersebut, bakteri pengurai merombak
senyawa-senyawa kompleks dalam jasad organik menjadi senyawa-senyawa
hidrokarbon. Proses penguraian ini berlangsung sangat lamban sehingga untuk
membentuk minyak bumi dibutuhkan waktu yang sangat lama. Itulah sebabnya
minyak bumi termasuk sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui, sehingga
dibutuhkan kebijaksanaan dalam eksplorasi dan pemakaiannya.

Hasil peruraian yang berbentuk cair akan menjadi minyak bumi dan yang
berwujud gas menjadi gas alam. Untuk mendapatkan minyak bumi ini dapat
dilakukan dengan pengeboran. Beberapa bagian jasad renik mengandung minyak
dan lilin. Minyak dan lilin ini dapat bertahan lama di dalam perut bumi.
Bagian-bagian tersebut akan membentuk bintik-bintik, warnanya pun berubah
menjadi cokelat tua. Bintink-bintik itu akan tersimpan di dalam lumpur dan
mengeras karena terkena tekanan bumi. Lumpur tersebut berubah menjadi
batuan dan terkubur semakin dalam di dalam perut bumi. Tekanan dan panas
bumi secara alami akan mengenai batuan lumpur sehingga mengakibatkan
batuan lumpur menjadi panas dan bintin-bintik di dalam batuan mulai
mengeluarkan minyak kental yang pekat. Semakin dalam batuan terkabur di
perut bumi, minyak yang dihasilkan akan semakin banyak. Pada saat batuan
lumpur mendidih, minyak yang dikeluarkan berupa minyak cair yang bersifat
encer, dan saat suhunya sangat tinggi akan dihasilkan gas alam. Gas alam ini
sebagian besar berupa metana.

Sementara itu, saat lempeng kulit bumi bergerak, minyak yang terbentuk di
berbagai tempat akan bergerak. Minyak bumi yang terbentuk akan terkumpul
dalam pori-pori batu pasir atau batu kapur. Oleh karena adanya gaya kapiler
dan tekanan di perut bumi lebih besar dibandingkan dengan tekanan di
permukaan bumi, minyak bumi akan bergerak ke atas. Apabila gerak ke atas
minyak bumi ini terhalang oleh batuan yang kedap cairan atau batuan tidak
berpori, minyak akan terperangkap dalam batuan tersebut. Oleh karena itu,
minyak bumi juga disebut petroleum. Petroleum berasal dari bahasa Latin,
petrus artinya batu dan oleum yang artinya minyak.
Daerah di dalam lapisan tanah yang kedap air tempat terkumpulnya minyak
bumi disebut cekungan atau antiklinal. Lapisan paling bawah dari cekungan ini
berupa air tawar atau air asin, sedangkan lapisan di atasnya berupa minyak
bumi bercampur gas alam. Gas alam berada di lapisan atas minyak bumi karena
massa jenisnya lebih ringan daripada massa jenis minyak bumi. Apabila
akumulasi minyak bumi di suatu cekungan cukup banyak dan secara komersial
menguntungkan, minyak bumi tersebut diambil dengan cara pengeboran. Minyak
bumi diambil dari sumur minyak yang ada di pertambangan-pertambangan
minyak. Lokasi-lokasi sumur-sumur minyak diperoleh setelah melalui proses
studi geologi analisis sedimen karakter dan struktur sumber.

Berikut adalah langkah-langkah proses pembentukan minyak bumi beserta gamar


ilustrasi:

1. Ganggang hidup di danau tawar (juga di laut). Mengumpulkan energi dari


matahari dengan fotosintesis.

2. Setelah ganggang-ganggang ini mati, maka akan terendapkan di dasar


cekungan sedimen dan membentuk batuan induk (source rock). Batuan induk
adalah batuan yang mengandung karbon (High Total Organic Carbon). Batuan
ini bisa batuan hasil pengendapan di danau, di delta, maupun di dasar laut.
Proses pembentukan karbon dari ganggang menjadi batuan induk ini sangat
spesifik. Itulah sebabnya tidak semua cekungan sedimen akan mengandung
minyak atau gas bumi. Jika karbon ini teroksidasi maka akan terurai dan
bahkan menjadi rantai karbon yang tidak mungkin dimasak.

3. Batuan induk akan terkubur di bawah batuan-batuan lainnya yang


berlangsung selama jutaan tahun. Proses pengendapan ini berlangsung terus
menerus. Salah satu batuan yang menimbun batuan induk adalah batuan
reservoir atau batuan sarang. Batuan sarang adalah batu pasir, batu gamping,
atau batuan vulkanik yang tertimbun dan terdapat ruang berpori-pori di
dalamnya. Jika daerah ini terus tenggelam dan terus ditumpuki oleh batuan-
batuan lain di atasnya, maka batuan yang mengandung karbon ini akan
terpanaskan. Semakin kedalam atau masuk amblas ke bumi, maka suhunya akan
bertambah. Minyak terbentuk pada suhu antara 50 sampai 180 derajat
Celsius. Tetapi puncak atau kematangan terbagus akan tercapai bila suhunya
mencapat 100 derajat Celsius. Ketika suhu terus bertambah karena cekungan
itu semakin turun dalam yang juga diikuti penambahan batuan penimbun, maka
suhu tinggi ini akan memasak karbon yang ada menjadi gas.
4.
Karbon terkena panas dan bereaksi dengan hidrogen membentuk hidrokarbon.
Minyak yang dihasilkan oleh batuan induk yang telah matang ini berupa minyak
mentah. Walaupun berupa cairan, ciri fisik minyak bumi mentah berbeda
dengan air. Salah satunya yang terpenting adalah berat jenis dan kekentalan.
Kekentalan minyak bumi mentah lebih tinggi dari air, namun berat jenis
minyak bumi mentah lebih kecil dari air. Minyak bumi yang memiliki berat jenis
lebih rendah dari air cenderung akan pergi ke atas. Ketika minyak tertahan
oleh sebuah bentuk batuan yang menyerupai mangkok terbalik, maka minyak ini
akan tertangkap dan siap ditambang.
KOMPENEN UTAMA MINYAK BUMI

Komponen Utama Minyak Bumi

Komponen Utama Minyak Bumi


Minyak bumi dan gas alam adalah campuran kompleks hidrokarbon dan senyawa-senyawa
organik lain. Komponen hidrokarbon adalah komponen utama minyak bumi dan gas alam.
Gas alam terdiri dari alkana suku rendah, yaitu metana, etana, propana, dan butana. Selain
alkana juga terdapat berbagai gas lain seperti karbondioksida (CO2) dan hidrogen sulfida
(H2S), beberapa sumur gas juga mengandung helium.

Minyak bumi sendiri bukan merupakan bahan yang uniform, melainkan berkomposisi yang
sangat bervariasi, tergantung pada lokasi, umur lapangan minyak dan juga kedalaman sumur.
Sedangkan hidrokarbon yang terkandung dalam minyak bumi terutama adalah alkana dan
sikloalkana, senyawa lain yang terkandung didalam minyak bumi diantaranya adalah Sulfur,
Oksigen, Nitrogen dan senyawa-senyawa yang mengandung konstituen logam terutama
Nikel, Besi dan Tembaga.

Komponen Hidrokarbon
Berdasarkan atas hasil analisa Perbandingan unsur-unsur yang terdapat dalam komponen
minyak bumi diperoleh data sebagai berikut :

 Karbon : 83,0-87,0 %
 Hidrogen : 10,0-14,0 %
 Nitrogen : 0,1-2,0 %
 Oksigen : 0,05-1,5 %
 Sulfur : 0,05-6,0 %

Sedangkan komponen hidrokarbon dalam minyak bumi diklasifikasikan atas tiga golongan,
yaitu

 golongan parafinik
 golongan naphthenik
 golongan aromatik
 sedangkan golongan olefinik umumnya tidak ditemukan dalam crude oil, demikian
juga hidrokarbon asetilenik sangat jarang.

Penjelasan
1. Golongan parafinik, (parafin) CnH2n + 2 , alkana ini memiliki rantai lurus dan bercabang,
fraksi ini merupakan yang terbesar di dalam minyak mentah.

2. Golongan naphthenik, (napten) CnH2n , Sikloalkana ada yang memiliki cincin 5 (lima)
yaitu siklopentana ataupun cincin 6 (enam) yaitu sikloheksana.

3. Golongan aromatik
Aromatik hanya terdapat dalam jumlah kecil, tetapi sangat diperlukan dalam bensin karena :
- Memiliki harga anti knock yang tinggi
- Stabilitas penyimpanan yang baik
- Dan kegunaannya yang lain sebagai bahan bakar (fuels)

Proporsi dari ketiga tipe hidrokarbon sangat tergantung pada sumber dari minyak bumi.
Pada umumnya alkana merupakan hidrokarbon yang terbanyak tetapi kadang-kadang
(disebut sebagai crude napthenic) mengandung sikloalkana sebagai komponen yang terbesar,
sedangkan aromatik selalu merupakan komponen yang paling sedikit.

Komponen Utama Minyak Bumi, Alkana, Sikloalkana, Aromatik, Senyawa Kimia - Komposisi
utama minyak bumi yaitu senyawa hidrokarbon. Di samping senyawa-senyawa hidrokarbon,
minyak bumi pada umumnya mengandung unsur-unsur belerang, nitrogen, oksigen, dan logam
(khususnya vanadium, nikel, besi, dan tembaga). [1] (Baca juga : Fraksi Minyak Bumi)

A. Komponen Minyak Bumi

Secara umum, komposisi minyak bumi dapat digolongkan sebagai berikut.

1. Senyawa Golongan Alkana

Senyawa alkana merupakan komponen utama minyak bumi. Pada suhu kamar, metana dan
etana berupa gas. Metana dan etana merupakan komponen utama LNG. Sementara itu, propana
dan butana merupakan komponen utama LPG berbentuk cair.[1] Golongan alkana yang tidak
bercabang terbanyak adalah n–oktana, sedang alkana bercabang terbanyak adalah isooktana
(2,2,4–trimetilpentana).

2. Senyawa Golongan sikloalkana


Senyawa sikloalkana merupakan komponen terbesar kedua setelah n-alkana. Senyawa
sikloalkana yang paling banyak terdapat pada minyak bumi yaitu siklopentana dan
sikloheksana.

3. Senyawa Golongan Hidrokarbon Aromatik

Golongan hidrokarbon aromatik yang terdapat dalam minyak bumi adalah benzena. Hanya
sedikit senyawa aromatik dengan titik didih rendah dalam minyak bumi.

4. Senyawa isoalkana

Hanya sedikit isoalkana yang terkandung dalam minyak bumi.

5. Senyawa-senyawa Lain

Senyawa-senyawa mikro yang lain, seperti senyawa belerang berkisar 0,01

– 7%, senyawa nitrogen berkisar 0,01 – 0,9%, senyawa oksigen berkisar 0,06
– 0,4%, dan mengandung sedikit senyawa organologam yang mengandung logam vanadium
dan nikel.

B. Komponen Gas Alam

Sementara itu sumber energi yang lain, yaitu gas alam memiliki komponen alkana suku rendah,
yaitu metana, etana, propana, dan butana. Sebagai komponen terbesarnya adalah metana.
Dalam gas alam, selain mengandung alkana, terkandung juga di dalamnya berbagai gas lain,
yaitu karbon dioksida (CO2) dan hidrogen sulfida (H2S), meskipun beberapa sumur gas alam
yang lain ada juga yang mengandung helium. Dalam gas alam ini, metana digunakan sebagai
bahan bakar, sumber hidrogen, dan untuk pembuatan metanol. Etana yang ada dipisahkan
untuk keperluan industri, sedangkan propana dan butana juga dipisahkan, dan kemudian
dicairkan untuk bahan bakar yang dikenal dengan nama LPG (Liquid Petroleum Gas) yang
biasa digunakan untuk bahan bakar kompor gas rumah tangga.

Tabel 1. senyawa alkana dan senyawa lainnya dari fraksi hidrokarbon beserta titik didihnya.
No. Fraksi Jumlah Atom Titik Didih (°C) Kegunaan
C
1. Gas C1 – C4 < 30 Bahan bakar pemanas
2. Petroleum eter C5 – C7 30 – 90 Pelarut /sintesis bahan
organik, binatu kimia
3. Bensin C6 – C12 30 – 180 Bahan bakar kendaraan
bermotor
4. Minyak tanah C10 – C15 180 – 230 Bahan bakar, pemanas
5. Minyak gas C10 – C20 230 – 305 Bahan bakar diesel,
pemanas
6. Solar C16 – C20 > 305 Bahan bakar mesin jet
7. Minyak pelumas > C20 Zat padat, titik Digunakan untuk
cair rendah minyak pelumas karena
kekentalannya yang
tinggi

8. Parafin (lilin) > C20 meleleh lilin gereja,


52 °C – 57 °C pengendapan
air bagi kain, korek
api,dan
pengawetan
8. Aspal / Bitumer/ Ter > C25 Residu Lilin, malam, pelapis
jalan raya
9. Kokas petroleum residu Bahan bakar, elektrode

Anda sekarang sudah mengetahui Komponen Minyak Bumi. Terima kasih anda sudah
berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
Minyak bumi adalah cairan kental bewarna cokelat gelap atau kehijauan yang mudah
terbakar. Minyak bumi juga disebut crude oil, emas hitam, dan petroleum. Minyak bumi
sebagian besar tersusun atas senyawa-senyawa hidrokarbon jenuh (alkana). Setiap jenis
senyawa hidrokarbon memiliki titik didih yang berbeda. Semakin panjang rantai hidrokarbon
maka titik didihnya juga semakin besar. Perbedaan titik didih tersebut menghasilkan beberapa
fraksi-fraksi minyak bumi yang memiliki kegunaan berbeda-beda. Berikut adalah penjelasan
beberapa fraksi minyak bumi beserta titik didihnya. Langsung saja kita simak yang pertama:

Bagian dari: Minyak Bumi (Artikel Lengkap)

1. Aspal

Titik didih: 525 °C

Aspal adalah residu minyak bumi dan didapatkan saat minyak bumi pertama kali masuk ke
dalam menara distilasi dan dipanaskan pada suhu lebih dari 500 °C. Fraksi minyak bumi yang
memiliki titik didih dibawah 500 °C akan menguap ke atas menara distilasi dan dipanaskan
kembali. Sedangkan yang memiliki titik didih diatas 500 °C akan terkumpul menjadi residu
yang selanjutnya dijadikan aspal. Aspal digunakan sebagai penghalus jalan.

3. Oli

Titik didih: 350-500 oC


Oli atau pelumas adalah hasil distilasi minyak bumi setelah aspal. Minyak bumi akan
dipanaskan dengan suhu antara 350 oC dan 500 oC sehingga senyawa hidrokarbon yang
memiliki titik didih dibawah 350 oC akan menguap dan yang memiliki titik didih diatasnya
akan membentuk oli. Oli digunakan sebagai pelumas/pelicin komponen mesin kendaraan.

4. Solar

Titik didih: 270-350 oC

Solar adalah hasil distilasi minyak bumi pada suhu antara 200 oC dan 350 oC. Titik didihnya
memang di antara suhu tersebut sehingga ketika dipanaskan pada suhu tersebut, rantai
hidrokarbon yang memiliki 8 sampai 21 atom karbon (solar) tidak akan menguap. Solar
digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel.

5. Kerosin dan Avtur

Baca juga: Tugas Kimia: Makalah Fraksi-Fraksi Minyak Bumi

Titik didih: 180-250 oC

Kerosin dan avtur adalah hasil distilasi minyak bumi pada suhu antara 170 oC dan 250 oC.
Kerosin (minyak tanah) digunakan sebagai bahan bakar kompor minyak tanah. Sedangkan
avtur digunakan sebagai bahan bakar pesawat terbang.

6. Nafta

Titik didih: 80-170 oC

Nafta (bensin berat) adalah hasil distilasi minyak bumi pada suhu antara 70-140 oC. Nafta
digunakan sebagai bahan baku industri petrokimia seperti plastik, karet sintetis, deterjen,
obat, cat, serat sintetis, kosmetik, dan zat aditif bensin.

7. Bensin

Titik didih: 70-140 oC

Bensin adalah hasil distilasi minyak bumi pada suhu antara 35-75 oC. Bensin terdiri atas
isomer-isomer heptana dan oktana. Bensin digunakan sebagai bahan bakar kendaraan
bermotor.

8. Petroleum Eter

Titik didih: 30-90 oC

Petroleum eter adalah hasil distilasi minyak bumi pada suhu antara 30 sampai 90 derajat
celcius. Ciri khas petroleum eter adalah mudah terbakar dan harganya yang murah. Namun
petroleum eter tidak terlalu membahayakan. Petroleum eter digunakan sebagai bahan pelarut
nonpolar dan sebagai pengganti pentana.
9. Gas

Baca juga: Proses Pembentukan Minyak Bumi (Materi Lengkap)

Titik didih: (-160)-30 oC

Gas adalah hasil distilasi minyak bumi dengan suhu distilasi yang paling rendah antara –160
sampai –40 derajat celcius. Ini dikarenakan gas sangat mudah menguap. Gas adalah wujud
gas dari LPG yang berwujud cair. Gas digunakan sebagai bahan bakar kompor gas.

Referensi:

1. Bensin sebagai Bahan Bakar (http://siswakimia.blogspot.com/2014/04/bensin-sebagai-


bahan-bakar.html)
2. Tugas Kimia: Makalah Fraksi-Fraksi Minyak Bumi
(http://hedisasrawan.blogspot.com/2013/05/tugas-kimia-makalah-fraksi-fraksi.html)
3. Fraksi-fraksi Minyak Bumi (LNG, LPG, Petroleum Eter, Bensin, Kerosin, Solar, Oli, Lilin, Aspal)
(http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/04/fraksi-fraksi-minyak-bumi-lng-lpg-
petrolium-bensin-kerosin-solar-oli-lilin-aspal.html)
4. Dasar Teori Percobaan Hidrokarbon (C-1) non-kimia FMIPA UGM
(http://oksigenasu.blogspot.com/2010_03_01_archive.html)
5. Analisis Minyak dan Lemak (http://wpoerbawati.blogspot.com/2012_09_01_archive.html)
BENSIN DAN BILANGAN OKTAN
hasannudin | November 9, 2015 | Minyak Bumi | No Comments

Komponen utama bensin adalah n-heptana dan isooktana. Angka yang digunakan untuk
menunjukan mutu bensin ini disebut bilangan oktan.

BENSIN DAN BILANGAN OKTAN

Hasil pengolahan minyak bumi umumya dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Selain itu,
digunakan juga sebagai bahan baku industri petrokimia, misalnya plastik dan serat. Bensin
merupakan salah satu bahan bakar hasil pengolahan minyak bumi yang penting. Saat ini, ada
beberapa jenis bensin yang beredar di pasaran, seperti premium, pertamax, dan pertamax plus.
Harga masing-masing jenis bensin tersebut tidak sama karena mutunya berbeda.

Mutu bensin ditentukan oleh efektifitas pembakarannya di dalam mesin. Bensin yang baik tidak
menimbulkan ketukan (knocking) pada mesin. Ketukan pada mesin terjadi bila bensin terbakar
tidak pada saat yang tepat sehingga akan mengganggu gerakan piston pada mesin.

Komponen Bensin

Berdasarkan penelitian, bensin merupakan campuran dari berbagai macam senyawa


hidrokarbon. Oleh karena itu, dilakukan penelitian untuk menentukan senyawa manakah yang
paling efektif digunakan sebagai standar dalam menentukan mutu bensin. Penelitian umumnya
dilakukan dengan membuat bensin standar, yaitu bensin yang dibuat dari senyawa n-heptana
dan isooktana (2,2,4-trimetil pentana). Angka yang digunakan untuk menunjukan mutu
bensin ini disebut bilangan oktan ataau bilangan oktana. Semakin tinggi bilangan oktan bensin,
semakin baik mutu bensin tersebut.
Bensin standar yang mengandung 100% isooktana diberi bilangan oktan 100, sedangkan yang
mengandung 100% n-heptana diberi bilangan oktan 0. Jadi, bensin standar yang mengandung
60% isooktana dan 40% n-heptana diberi bilangan oktan 60.

Bilangan Oktan

Penentuan angka oktan suatu bahan bakar dilakukan dengan pengujian di laboratorium, yaitu
dengan membandingkan efisiensi pembakarannya dengan bensin standar. Alkohol yang
mempunyai angka oktan 112, bukan berarti bahwa alkohol tersebut mengandung 112%
isooktana. Tetapi, alkohol tersebut mempunyai efisiensi pembakaran 12% di atas bensin
standar yang berkadara 100% isooktana. Jadi, jika suatu bahan bakar mempunyai bilangan
oktan 80,mutu (kualitas) pembakarannya setara dengan bensin standar yang mengandung 80%
isooktana dan 20% n-heptana. Tabel berikut memuat bilangan oktan dari beberapa bahan bakar.

Tabel bilangan oktan beberapa bahan bakar

Senyawa Bilangan oktan Senyawa Bilangan oktan

n-heptana 0 Metilsikloheksana 104

2-metilheksana 41 Benzena 108

3-metilheksana 56 Metilbenzena 124

2,2-dimetilpentana 89 1-heptena 68

2,3-dimetilpentana 87 5-metil-1-heksena 96

2,4-dimetilpentana 77 2-metil-2-heksena 129

3,3-dimetilpentana 95 2,4-dimetil-1-pentena 142

3-etilpentana 64 4,4-dimetil-1-pentena 144

2,2,3-trimetilbutana 113 2,3-dimetil-2-pentena 165

n-heksana 26 2,4-dimetil-2-pentena 135

sikloheksana 77 2,2,3-trimetil-1-butena 145

Pada umumnya, bensin yang dihasilkan dari proses penyulingan tahap pertama mempunyai
angka oktan antara 70-80. Untuk itu, perlu dinaikan bilangan oktan -nya agar tidak
menyebabkan mesin mudah aus. Peningkatan bilangan oktan dapat dilakukan dengan
menambahkan zat aditif anti ketukan seperti Tetra Ethyl Lead (TEL), Methyl Tertier Buthyl
Ether (MTBE) dan etanol.

1. TEL (Tetra Ethyl Lead)

TEL (Tetra Ethyl Lead) dengan rumus kimia Pb(C2H5)4. Cara ini efektif, tetapi timbal
hasilpembakarannya dapat mengendap di mesin. Oleh karena itu, perlu ditambahkan senyawa
1,2-dibromoetana (C2H4Br2), yanga kan mengikat timbal menjadi PbBr2 yang mudah menguap.

Adanya PbBr2 yang berasal dari bensin menimbulkan masalah baru, yaitu dapat menimbulkan
pencemaran. Selain itu, timbal yang terlepas ke udara juga berbahaya bagi kesehatan. Oleh
karena itu, saat ini penggunaan timbal untuk meningkatkan bilangan oktan sudah ditinggalkan.

2. MTBE (Methyl Tertier Buthyl Ether)

Dengan bilangan oktan 118, senyawa MTBE mempunyai rumus kimia:

Meskipun tidak mengandung timbal seperti TEL, sehingga relatif lebih aman dibandingkan
TEL, namun tetap saja MTBE ini memiliki potensi mencemari lingkungan karena
mikroorganisme sulit menguraikannya.

3. Etanol

Zat Aditif lainnya yang dapat meningkatkan efisiensi pembakaran bensin, dengan bilangan
oktan 112 adalah Etanol. Etanol ini memiliki keunggulan dibanding saudaranya TEL dan
MTBE, tidak mengandung timbal dan bisa diuraikan oleh mikroorganisme sehingga
tidakmencemari udara/lingkungnan. Disamping itu, etanol bisa didapat dari hasil fermentasi
tumbuh-tumbuhan sehingga di alam ketersediannya cukup melimpah dan juga dapat
dibudidayakan.

Bensin dan Bilangan Oktan

Komponen utama bensin adalah n-heptena (C7H16) dan isooktana (C8H18). Kualitas bensin
ditentukan oleh kandungan isooktana (bilangan oktan). Bilangan oktan untuk n-heptana = 0 dan
isooktana = 100.

Fungsi kandungan isooktana pada bensin:


1.Mengurangi ketukan (knocking) pada mesin
2.Meningkatkan efisiensi pembakaran sehingga energi yang dihasilkan lebih besar.

Bilangan oktan bensin dapat ditingkatkan dengan:


1.Memperbesar kandungan isooktana
2.menambah zat akditif antiketukan (TEL, MTBE dan etanol).

*Tetraethylleed (TEL) Pb(C2H5)4


Untuk mengubah Pb dari padat ke gas ditambahkan zat adiktif lain yaitu etilen bromida (C2H5Br)
yang nantinya akan bereaksi membentuk uap PbBr2. Namun Pb nantinya dapat membahayakan
kesehatan karna merupakan logam berat.

*Methyl Tertier Buthyl Ether (MTBE)


Memiliki bilangan oktan 118, dan lebih aman disbanding TEL karena tidak mengandung logam berat
namun tetap berpotensi mencemari lingkungan karena sulit diuraikan Mikroorganisme.

*Etanol
Memiliki bilangan oktan 123 dan lebih unggul disbanding TEL dan MTBE karena tidak mencemari
udara dan mudah diuraikan mikroorganisme. Selain itu bahan baku untuk membuat etanol juga dari
fermentasi tumbuh-tumbuhan yang melimpah dialam dan dapat dibudidayakan.

Kegunaan minyak bumi dan Residunya

1.Kegunaan Minyak Bumi


a.Bahan Bakar Gas
Terdapat 2 jenis gas dalam bentuk cair untuk bahan bakar:
- Liquifed Natural Gas (LNG)
Gas rawa yang terdiri atas 90% metana dan 10% etana
- Liqufied Petroleum Gas (LPG)
Dikenal dengan gas elpiji dengan koponen utama propana (C3H8) dan Butana (C4H10)
Umum digunakan untuk keperluan rumah tangga dan industri, selain itu juga digunakan sebagai
bahan baku pembuatan plastik dan zat adiktif bensin.
b.Pelarut dalam industri (exp:petrolium eter)
c.Bahan bakar kendaraan bermotor (exp: bensin, solar)
d.Bahan bakar rumah tangga dan bahan baku pembuatan bensin (exp: kerosin, minyak tanah)
e.Bahan bakar untuk mesin diesel dan bahan baku pembuatan bensin.
f.Minyak pelumas
g.Bahan pembuatan sabun dan detergen
h.Residu minyak bumi, yang terdiri atas:
Parafin: digunakan dalam pembuatan obat-obatan, kosmetik, dan lilin
Aspal : digunakan sebagai pengeras jalan
Residu minyak bumi yang berupa senyawa alkana rantai panjang diuraikan menjadi senyawa alkena
yaitu etena atau butadiena yang dapat diolah lebih lanjut menjadi senyawa karbon lain seperti
senyawa polietena (plastik) dan senyawa etanol. Residu minyak bumi juga digunakan sebagai bahan
dasar industri petrokimia.

Diposting oleh ayu aza di 21.16

Anda mungkin juga menyukai