Proses Pengolahan Minyak Bumi Ok
Proses Pengolahan Minyak Bumi Ok
Proses Pengolahan Minyak Bumi Ok
Proses pengolahan minyak bumi secara umum ada dua, yaitu tahap pertama distilasi bertingkat, dan
tahap kedua merupakan proses lanjutan dari hasil tahap pertama. Berikut penjelasan selengkapnya.
Minyak mentah (crude oil) berwujud cairan kental berwarna hitam yang belum dapat
dimanfaatkkan. Agar dapat dimanfaatkan minyak bumi harus mengalami proses pengolahan dahulu.
Pengolahan minyak bumi dilakukan dengan kilang minyak melalui dua tahap. Pengolahan tahap
pertama (primary processing) dilakukan dengan cara distilasi bertingkat dan pengolahan tahap
kedua (secondary processing) dilakukan dengan berbagai cara.
Proses pengolahan minyak bumiPengolahan minyak bumi – distilasi bertingkat minyak bumi
Pengolahan minyak bumi tahap pertama dilakukan dengan distilasi bertingkat, yaitu proses distilasi
berulang-ulang sehingga didapatkan berbagai macam hasil berdasarkan perbedaan titik didihnya.
Hasil pada proses distilasi bertingkat ini meliputi:
Fraksi pertama menghasilkan gas yang pada akhirnya dicairkan kembali dan dikenal dengan nama
elpiji atau LPG (Liquefied Petroleum Gas). LPG digunakan untuk bahan bakar kompor gas dan mobil
BBG, atau diolah lebih lanjut menjadi baha kimia lainnya.
Fraksi kedua disebut nafta (gas bumi). Nafta tidak dapat langsung digunakan, tetapi diolah lebih
lanjut pada tahap kedua menjadi bensin (premium) atau bahan petrokimia yang lain. Nafta sering
disebut juga sebagai bensin berat.
Fraksi ketiga atau fraksi tengah, selanjutnya dibuat menjadi kerosin (minyak tanah) dan avtur
(bahan bakar pesawat jet).
Fraksi keempat sering disebut solar yang digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel.
Fraksi kelima atau disebut juga residu yang berisi hidrokarbon rantai panjang dan dapat diolah
lebih lanjut pada tahap kedua menjadi berbagai senyawa karbon lainnya, dan sisanya sebagai aspal
dan lilin.
Perengkahan (cracking): Pada proses perengkahan, dilakukan perubahan struktur kimia senyawa-
senyawa hidrokarbon yang meliputi: pemecahan rantai, alkilasi (pembentukan alkil), polimerisasi
(penggabungan rantai karbon), reformasi (perubahan struktur), dan isomerisasi (perubahan isomer).
Proses ekstraksi: Pembersihan produk dengan menggunakan pelarut sehingga didapatkan hasil
lebih banyak dengan mutu lebih baik.
Proses kristalasasi: Proses pemisahan produk-produk melalui perbedaan titik cairnya. Misalnya,
dari pemurnian solar melalui proses pendinginan, penekanan, dan penyaringan akan diperoleh
produk sampingan lilin.
Pembersihan dari kontaminasi (treating): Pada proses pengolahan tahap pertama dan tahap kedua
sering terjadi kontaminasi (pengotoran). Kotoran-kotoran ini harus dibersihkan dengan cara
menambahkan soda kaustik (NaOH), tanah liat atau hidrogenasi.
Hasil proses tahap kedua ini dapat dikelompokan berdasarkan titik didih dan jumlah atom karbon
pembentuk rantai karbonnya.
175 – 325 oC C12 – C18 Kerosin (minyak tanah), bahan bakar jet
2.1. Residu
Saat pertama kali minyak bumi masuk ke dalam menara distilasi, minyak bumi
akan dipanaskan dalam suhu diatas 500oC. Residu tidak menguap dan
digunakan sebagai bahan baku aspal, bahan pelapis antibocor, dan bahan bakar
boiler (mesin pembangkit uap panas). Bagian minyak bumi yang menguap akan
naik ke atas dan kembali diolah menjadi fraksi minyak bumi lainnya.
Aspal digunakan untuk melapisi permukaan jalan. Kandungan utama aspal adalah
senyawa karbon jenuh dan tak jenuh, alifatik, dan aromatik yang mempunyai
atom karbon sampai 150 per molekul. Unsur-unsur selain hidrogen dan karbon
yang juga menyusun aspal adalah nitrogen, oksigen, belerang, dan beberapa
unsur lain. Secara kuantitatif, biasanya 80% massa aspal adalah karbon, 10%
hidrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen dan nitrogen, serta sejumlah renik
besi, nikel, dan vanadium.
2.2. Oli
Oli adalah pelumas kendaraan bermotor untuk mencegak karat dan mengurangi
gesekan. Oli dihasilkan dari hasil distilasi minyak bumi pada suhu antara 350-
500oC. Itu dikarenakan oli tidak dapat menguap di antara suhu tersebut.
Kemudian, bagian minyak bumi yang lainnya akan menguap dan menuju ke atas
untuk diolah kembali.
2.3. Solar
Solar adalah bahan bakar mesin diesel. Solar adalah hasil dari pemanasan
minyak bumi antara 250-340oC. Solar tidak dapat menguap pada suhu
tersebut dan bagian minyak bumi lainnya akan terbawa ke atas untuk diolah
kembali.
Umumnya, solar mengandung belerang dengan kadar yang cukup tinggi. Kualitas
minyak solar dinyatakan dengan bilangan setana. Angka setana adalah tolak
ukur kemudahan menyala atau terbakarnya suatu bahan bakar di dalam mesin
diesel. Saat ini, Pertamina telah memproduksi bahan bakar solar ramah
lingkungan dengan merek dagang Pertamina DEX© (Diesel Environment Extra).
Angka setana DEX dirancang memiliki angka setana minimal 53 sementara
produk solar yang ada di pasaran adalah 48. Bahan bakar ramah lingkungan
tersebut memiliki kandungan sulfur maksimum 300 ppm atau jauh lebih
rendah dibandingkan solar di pasaran yang kandungan sulfur maksimumnya
mencapai 5.000 ppm.
2.4. Kerosin dan Avtur
Kerosin (minyak tanah) adalah bahan bakar kompor minyak. Avtur adalah
bahan bakar pesawat terbang bermesin jet. Kerosin dan avtur dihasilkan dari
pemanasan minyak bumi pada suhu antara 170-250oC. Kerosin dan avtur tidak
dapat menguap pada suhu tersebut dan bagian minyak bumi lainnya akan
terbawa ke atas untuk diolah kembali.
Kerosin adalah cairan hidrokarbon yang tidak berwarna dan mudah terbakar.
Kerosin yang digunakan sebagai bahan bakar kompor minyak disebut minyak
tanah, sedangkan untuk bahan bakar pesawat disebut avtur.
2.5. Nafta
Nafta adalah bahan baku industri petrokimia. Nafta dihasilkan dari pemanasan
minyak bumi pada suhu antara 70-170oC. Nafta tidak dapat menguap pada
suhu tersebut dan bagian minyak bumi lainnya akan terbawa ke atas untuk
diolah kembali.
Petroleum eter adalah bahan pelarut dan untuk laundry. Bensin pada
umumnya adalah bahan bakar kendaraan bermotor. Petroleum eter dan bensin
dihasilkan dari pemanasan minyak bumi pada suhu antara 35-75oC. Petroleum
eter dan bensin tidak dapat menguap pada suhu tersebut dan bagian minyak
bumi lainnya akan terbawa ke atas untuk diolah kembali.
Bensin merupakan fraksi minyak bumi yang mengandung senyawa n-heptana dan
isooktan. Misalnya bensin Premium (salah satu produk bensin Pertamina) yang
beredar di pasaran dengan bilangan oktan 80 berarti bensin tersebut
mengandung 80% isooktan dan 20% n-heptana. Bensin super mempunyai
bilangan oktan 98 berarti mengandung 98% isooktan dan 2% n-heptana.
Pertamina meluncurkan produk bensin ke pasaran dengan 3 nama, yaitu:
Premium dengan bilangan oktan 80-88, Pertamax dengan bilangan oktan 91-
92, dan Pertamax Plus dengan bilangan oktan 95.
2.7. Gas
Hasil olahan minyak bumi yang terakhir adalah gas. Gas merupakan bahan baku
LPG (Liquid Petroleum Gas) yaitu bahan bakar kompor gas. Supaya gas dapat
disimpan dalam tempat yang lebih kecil, gas didinginkan pada suhu antara -160
sampai -40oC supaya dapat berwujud cair.
Sebenarnya, senyawa alkana yang terkandung dalam LPG berwujud gas pada
suhu kamar. LPG dibuat dalam bentuk gas untuk berat yang sama. Wujud gas
LPG diubah menjadi cair dengan cara menambah tekanan dan menurunkan
suhunya.
Minyak bumi terbentuk dari penguraian senyawa-senyawa organik dari jasad
mikroorganisme jutaan tahun yang lalu di dasar laut atau di darat. Sisa-sisa
tumbuhan dan hewan tersebut tertimbun oleh endapan pasir, lumpur, dan
zat-zat lain selama jutaan tahun dan mendapat tekanan serta panas bumi
secara alami. Bersamaan dengan proses tersebut, bakteri pengurai merombak
senyawa-senyawa kompleks dalam jasad organik menjadi senyawa-senyawa
hidrokarbon. Proses penguraian ini berlangsung sangat lamban sehingga untuk
membentuk minyak bumi dibutuhkan waktu yang sangat lama. Itulah sebabnya
minyak bumi termasuk sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui, sehingga
dibutuhkan kebijaksanaan dalam eksplorasi dan pemakaiannya.
Hasil peruraian yang berbentuk cair akan menjadi minyak bumi dan yang
berwujud gas menjadi gas alam. Untuk mendapatkan minyak bumi ini dapat
dilakukan dengan pengeboran. Beberapa bagian jasad renik mengandung minyak
dan lilin. Minyak dan lilin ini dapat bertahan lama di dalam perut bumi.
Bagian-bagian tersebut akan membentuk bintik-bintik, warnanya pun berubah
menjadi cokelat tua. Bintink-bintik itu akan tersimpan di dalam lumpur dan
mengeras karena terkena tekanan bumi. Lumpur tersebut berubah menjadi
batuan dan terkubur semakin dalam di dalam perut bumi. Tekanan dan panas
bumi secara alami akan mengenai batuan lumpur sehingga mengakibatkan
batuan lumpur menjadi panas dan bintin-bintik di dalam batuan mulai
mengeluarkan minyak kental yang pekat. Semakin dalam batuan terkabur di
perut bumi, minyak yang dihasilkan akan semakin banyak. Pada saat batuan
lumpur mendidih, minyak yang dikeluarkan berupa minyak cair yang bersifat
encer, dan saat suhunya sangat tinggi akan dihasilkan gas alam. Gas alam ini
sebagian besar berupa metana.
Sementara itu, saat lempeng kulit bumi bergerak, minyak yang terbentuk di
berbagai tempat akan bergerak. Minyak bumi yang terbentuk akan terkumpul
dalam pori-pori batu pasir atau batu kapur. Oleh karena adanya gaya kapiler
dan tekanan di perut bumi lebih besar dibandingkan dengan tekanan di
permukaan bumi, minyak bumi akan bergerak ke atas. Apabila gerak ke atas
minyak bumi ini terhalang oleh batuan yang kedap cairan atau batuan tidak
berpori, minyak akan terperangkap dalam batuan tersebut. Oleh karena itu,
minyak bumi juga disebut petroleum. Petroleum berasal dari bahasa Latin,
petrus artinya batu dan oleum yang artinya minyak.
Daerah di dalam lapisan tanah yang kedap air tempat terkumpulnya minyak
bumi disebut cekungan atau antiklinal. Lapisan paling bawah dari cekungan ini
berupa air tawar atau air asin, sedangkan lapisan di atasnya berupa minyak
bumi bercampur gas alam. Gas alam berada di lapisan atas minyak bumi karena
massa jenisnya lebih ringan daripada massa jenis minyak bumi. Apabila
akumulasi minyak bumi di suatu cekungan cukup banyak dan secara komersial
menguntungkan, minyak bumi tersebut diambil dengan cara pengeboran. Minyak
bumi diambil dari sumur minyak yang ada di pertambangan-pertambangan
minyak. Lokasi-lokasi sumur-sumur minyak diperoleh setelah melalui proses
studi geologi analisis sedimen karakter dan struktur sumber.
Minyak bumi sendiri bukan merupakan bahan yang uniform, melainkan berkomposisi yang
sangat bervariasi, tergantung pada lokasi, umur lapangan minyak dan juga kedalaman sumur.
Sedangkan hidrokarbon yang terkandung dalam minyak bumi terutama adalah alkana dan
sikloalkana, senyawa lain yang terkandung didalam minyak bumi diantaranya adalah Sulfur,
Oksigen, Nitrogen dan senyawa-senyawa yang mengandung konstituen logam terutama
Nikel, Besi dan Tembaga.
Komponen Hidrokarbon
Berdasarkan atas hasil analisa Perbandingan unsur-unsur yang terdapat dalam komponen
minyak bumi diperoleh data sebagai berikut :
Karbon : 83,0-87,0 %
Hidrogen : 10,0-14,0 %
Nitrogen : 0,1-2,0 %
Oksigen : 0,05-1,5 %
Sulfur : 0,05-6,0 %
Sedangkan komponen hidrokarbon dalam minyak bumi diklasifikasikan atas tiga golongan,
yaitu
golongan parafinik
golongan naphthenik
golongan aromatik
sedangkan golongan olefinik umumnya tidak ditemukan dalam crude oil, demikian
juga hidrokarbon asetilenik sangat jarang.
Penjelasan
1. Golongan parafinik, (parafin) CnH2n + 2 , alkana ini memiliki rantai lurus dan bercabang,
fraksi ini merupakan yang terbesar di dalam minyak mentah.
2. Golongan naphthenik, (napten) CnH2n , Sikloalkana ada yang memiliki cincin 5 (lima)
yaitu siklopentana ataupun cincin 6 (enam) yaitu sikloheksana.
3. Golongan aromatik
Aromatik hanya terdapat dalam jumlah kecil, tetapi sangat diperlukan dalam bensin karena :
- Memiliki harga anti knock yang tinggi
- Stabilitas penyimpanan yang baik
- Dan kegunaannya yang lain sebagai bahan bakar (fuels)
Proporsi dari ketiga tipe hidrokarbon sangat tergantung pada sumber dari minyak bumi.
Pada umumnya alkana merupakan hidrokarbon yang terbanyak tetapi kadang-kadang
(disebut sebagai crude napthenic) mengandung sikloalkana sebagai komponen yang terbesar,
sedangkan aromatik selalu merupakan komponen yang paling sedikit.
Komponen Utama Minyak Bumi, Alkana, Sikloalkana, Aromatik, Senyawa Kimia - Komposisi
utama minyak bumi yaitu senyawa hidrokarbon. Di samping senyawa-senyawa hidrokarbon,
minyak bumi pada umumnya mengandung unsur-unsur belerang, nitrogen, oksigen, dan logam
(khususnya vanadium, nikel, besi, dan tembaga). [1] (Baca juga : Fraksi Minyak Bumi)
Senyawa alkana merupakan komponen utama minyak bumi. Pada suhu kamar, metana dan
etana berupa gas. Metana dan etana merupakan komponen utama LNG. Sementara itu, propana
dan butana merupakan komponen utama LPG berbentuk cair.[1] Golongan alkana yang tidak
bercabang terbanyak adalah n–oktana, sedang alkana bercabang terbanyak adalah isooktana
(2,2,4–trimetilpentana).
Golongan hidrokarbon aromatik yang terdapat dalam minyak bumi adalah benzena. Hanya
sedikit senyawa aromatik dengan titik didih rendah dalam minyak bumi.
4. Senyawa isoalkana
5. Senyawa-senyawa Lain
– 7%, senyawa nitrogen berkisar 0,01 – 0,9%, senyawa oksigen berkisar 0,06
– 0,4%, dan mengandung sedikit senyawa organologam yang mengandung logam vanadium
dan nikel.
Sementara itu sumber energi yang lain, yaitu gas alam memiliki komponen alkana suku rendah,
yaitu metana, etana, propana, dan butana. Sebagai komponen terbesarnya adalah metana.
Dalam gas alam, selain mengandung alkana, terkandung juga di dalamnya berbagai gas lain,
yaitu karbon dioksida (CO2) dan hidrogen sulfida (H2S), meskipun beberapa sumur gas alam
yang lain ada juga yang mengandung helium. Dalam gas alam ini, metana digunakan sebagai
bahan bakar, sumber hidrogen, dan untuk pembuatan metanol. Etana yang ada dipisahkan
untuk keperluan industri, sedangkan propana dan butana juga dipisahkan, dan kemudian
dicairkan untuk bahan bakar yang dikenal dengan nama LPG (Liquid Petroleum Gas) yang
biasa digunakan untuk bahan bakar kompor gas rumah tangga.
Tabel 1. senyawa alkana dan senyawa lainnya dari fraksi hidrokarbon beserta titik didihnya.
No. Fraksi Jumlah Atom Titik Didih (°C) Kegunaan
C
1. Gas C1 – C4 < 30 Bahan bakar pemanas
2. Petroleum eter C5 – C7 30 – 90 Pelarut /sintesis bahan
organik, binatu kimia
3. Bensin C6 – C12 30 – 180 Bahan bakar kendaraan
bermotor
4. Minyak tanah C10 – C15 180 – 230 Bahan bakar, pemanas
5. Minyak gas C10 – C20 230 – 305 Bahan bakar diesel,
pemanas
6. Solar C16 – C20 > 305 Bahan bakar mesin jet
7. Minyak pelumas > C20 Zat padat, titik Digunakan untuk
cair rendah minyak pelumas karena
kekentalannya yang
tinggi
Anda sekarang sudah mengetahui Komponen Minyak Bumi. Terima kasih anda sudah
berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
Minyak bumi adalah cairan kental bewarna cokelat gelap atau kehijauan yang mudah
terbakar. Minyak bumi juga disebut crude oil, emas hitam, dan petroleum. Minyak bumi
sebagian besar tersusun atas senyawa-senyawa hidrokarbon jenuh (alkana). Setiap jenis
senyawa hidrokarbon memiliki titik didih yang berbeda. Semakin panjang rantai hidrokarbon
maka titik didihnya juga semakin besar. Perbedaan titik didih tersebut menghasilkan beberapa
fraksi-fraksi minyak bumi yang memiliki kegunaan berbeda-beda. Berikut adalah penjelasan
beberapa fraksi minyak bumi beserta titik didihnya. Langsung saja kita simak yang pertama:
1. Aspal
Aspal adalah residu minyak bumi dan didapatkan saat minyak bumi pertama kali masuk ke
dalam menara distilasi dan dipanaskan pada suhu lebih dari 500 °C. Fraksi minyak bumi yang
memiliki titik didih dibawah 500 °C akan menguap ke atas menara distilasi dan dipanaskan
kembali. Sedangkan yang memiliki titik didih diatas 500 °C akan terkumpul menjadi residu
yang selanjutnya dijadikan aspal. Aspal digunakan sebagai penghalus jalan.
3. Oli
4. Solar
Solar adalah hasil distilasi minyak bumi pada suhu antara 200 oC dan 350 oC. Titik didihnya
memang di antara suhu tersebut sehingga ketika dipanaskan pada suhu tersebut, rantai
hidrokarbon yang memiliki 8 sampai 21 atom karbon (solar) tidak akan menguap. Solar
digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel.
Kerosin dan avtur adalah hasil distilasi minyak bumi pada suhu antara 170 oC dan 250 oC.
Kerosin (minyak tanah) digunakan sebagai bahan bakar kompor minyak tanah. Sedangkan
avtur digunakan sebagai bahan bakar pesawat terbang.
6. Nafta
Nafta (bensin berat) adalah hasil distilasi minyak bumi pada suhu antara 70-140 oC. Nafta
digunakan sebagai bahan baku industri petrokimia seperti plastik, karet sintetis, deterjen,
obat, cat, serat sintetis, kosmetik, dan zat aditif bensin.
7. Bensin
Bensin adalah hasil distilasi minyak bumi pada suhu antara 35-75 oC. Bensin terdiri atas
isomer-isomer heptana dan oktana. Bensin digunakan sebagai bahan bakar kendaraan
bermotor.
8. Petroleum Eter
Petroleum eter adalah hasil distilasi minyak bumi pada suhu antara 30 sampai 90 derajat
celcius. Ciri khas petroleum eter adalah mudah terbakar dan harganya yang murah. Namun
petroleum eter tidak terlalu membahayakan. Petroleum eter digunakan sebagai bahan pelarut
nonpolar dan sebagai pengganti pentana.
9. Gas
Gas adalah hasil distilasi minyak bumi dengan suhu distilasi yang paling rendah antara –160
sampai –40 derajat celcius. Ini dikarenakan gas sangat mudah menguap. Gas adalah wujud
gas dari LPG yang berwujud cair. Gas digunakan sebagai bahan bakar kompor gas.
Referensi:
Komponen utama bensin adalah n-heptana dan isooktana. Angka yang digunakan untuk
menunjukan mutu bensin ini disebut bilangan oktan.
Hasil pengolahan minyak bumi umumya dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Selain itu,
digunakan juga sebagai bahan baku industri petrokimia, misalnya plastik dan serat. Bensin
merupakan salah satu bahan bakar hasil pengolahan minyak bumi yang penting. Saat ini, ada
beberapa jenis bensin yang beredar di pasaran, seperti premium, pertamax, dan pertamax plus.
Harga masing-masing jenis bensin tersebut tidak sama karena mutunya berbeda.
Mutu bensin ditentukan oleh efektifitas pembakarannya di dalam mesin. Bensin yang baik tidak
menimbulkan ketukan (knocking) pada mesin. Ketukan pada mesin terjadi bila bensin terbakar
tidak pada saat yang tepat sehingga akan mengganggu gerakan piston pada mesin.
Komponen Bensin
Bilangan Oktan
Penentuan angka oktan suatu bahan bakar dilakukan dengan pengujian di laboratorium, yaitu
dengan membandingkan efisiensi pembakarannya dengan bensin standar. Alkohol yang
mempunyai angka oktan 112, bukan berarti bahwa alkohol tersebut mengandung 112%
isooktana. Tetapi, alkohol tersebut mempunyai efisiensi pembakaran 12% di atas bensin
standar yang berkadara 100% isooktana. Jadi, jika suatu bahan bakar mempunyai bilangan
oktan 80,mutu (kualitas) pembakarannya setara dengan bensin standar yang mengandung 80%
isooktana dan 20% n-heptana. Tabel berikut memuat bilangan oktan dari beberapa bahan bakar.
2,2-dimetilpentana 89 1-heptena 68
2,3-dimetilpentana 87 5-metil-1-heksena 96
Pada umumnya, bensin yang dihasilkan dari proses penyulingan tahap pertama mempunyai
angka oktan antara 70-80. Untuk itu, perlu dinaikan bilangan oktan -nya agar tidak
menyebabkan mesin mudah aus. Peningkatan bilangan oktan dapat dilakukan dengan
menambahkan zat aditif anti ketukan seperti Tetra Ethyl Lead (TEL), Methyl Tertier Buthyl
Ether (MTBE) dan etanol.
TEL (Tetra Ethyl Lead) dengan rumus kimia Pb(C2H5)4. Cara ini efektif, tetapi timbal
hasilpembakarannya dapat mengendap di mesin. Oleh karena itu, perlu ditambahkan senyawa
1,2-dibromoetana (C2H4Br2), yanga kan mengikat timbal menjadi PbBr2 yang mudah menguap.
Adanya PbBr2 yang berasal dari bensin menimbulkan masalah baru, yaitu dapat menimbulkan
pencemaran. Selain itu, timbal yang terlepas ke udara juga berbahaya bagi kesehatan. Oleh
karena itu, saat ini penggunaan timbal untuk meningkatkan bilangan oktan sudah ditinggalkan.
Meskipun tidak mengandung timbal seperti TEL, sehingga relatif lebih aman dibandingkan
TEL, namun tetap saja MTBE ini memiliki potensi mencemari lingkungan karena
mikroorganisme sulit menguraikannya.
3. Etanol
Zat Aditif lainnya yang dapat meningkatkan efisiensi pembakaran bensin, dengan bilangan
oktan 112 adalah Etanol. Etanol ini memiliki keunggulan dibanding saudaranya TEL dan
MTBE, tidak mengandung timbal dan bisa diuraikan oleh mikroorganisme sehingga
tidakmencemari udara/lingkungnan. Disamping itu, etanol bisa didapat dari hasil fermentasi
tumbuh-tumbuhan sehingga di alam ketersediannya cukup melimpah dan juga dapat
dibudidayakan.
Komponen utama bensin adalah n-heptena (C7H16) dan isooktana (C8H18). Kualitas bensin
ditentukan oleh kandungan isooktana (bilangan oktan). Bilangan oktan untuk n-heptana = 0 dan
isooktana = 100.
*Etanol
Memiliki bilangan oktan 123 dan lebih unggul disbanding TEL dan MTBE karena tidak mencemari
udara dan mudah diuraikan mikroorganisme. Selain itu bahan baku untuk membuat etanol juga dari
fermentasi tumbuh-tumbuhan yang melimpah dialam dan dapat dibudidayakan.