Kimia Kelompok 6
Kimia Kelompok 6
Kimia Kelompok 6
OLEH :
1. BAGAS SATRIYA PRAYOGA (1941230036)
2. MUHAMMAD FATKHUR ROHMAN (1941230041)
3. STEFFANIE EMERALIZTY AZURA (1941230026)
DOSEN PENGAMPU :
Minyak mentah hasil pengeboran sumur eksplorasi belum dapat dimanfaatkan karena
masih berupa campuran. Oleh karena itu, harus dilakukan pengolahan lebih lanjut terhadap
minyak, bukan hidrokarbon harus dipisahkan terlebih dahulu dari minyak mentah. Untuk
melakukan proses pada minyak bumi menjadi produk seperti LPG, bensin, minyak tanah,
solar, minyak pelumas, dan residu, memerlukan kilang minyak. Secara umum, proses
pengolahan minyak mentah dilakukan melalui dua tahap, yaitu :
1. Desalting
Desalting merupakan proses pengolahan untuk menghilangkan kotoran atau
garam yang tercampur dalam minyak mentah,. Pada proses ini, minyak mentah
dicampur dengan air agar mineral-mineral yang ada di dalam minyak larut. Selain itu,
pada proses ini juga ditambahkan senyawa asam dan basa ke dalam minyak mentah
untuk menghilangkan senyawa-senyawa nonhidrokarbon.
Proses desalting dilakukan untuk mencegah terjadinya korosi di pipa-pipa
minyak dan mencegah tersumbatnya lubang-lubang di Menara fraksinasi. Selanjutnya,
minyak mentah yang telah mengalami proses desalting dialirkan ke tangka pemanas
untuk diuapkan, uap minyak mentah ini selanjutnya dialirkan ke Menara distilasi atau
Menara fraksinasi untuk diproses lebih lanjut.
2. Distilasi Bertingkat
Dalam proses distilasi bertingkat, minyak mentah tidak dipisahkan menjadi
komponen-komponen murni, melainkan ke dalam fraksi-fraksi, yakni kelompok-
kelompok yang mempunyai kisaran titik didih tertentu. Hal ini dikarenakan jenis
komponen hidrokarbon begitu banyak dan isomer-isomer hidrokarbon mempunyai
titik didih yang berdekatan. Proses distilasi bertingkat ini dapat dijelaskan sebagai
berikut :
Minyak mentah dipanaskan dalam boiler menggunakan uap air bertekanan
tinggi sampai suhu -600℃. Uap minyak mentah yang dihasilkan kemudian
dialirkan ke bagian bawah Menara atau tanur distilasi.
Dalam Menara distilasi, uap minyak mentah bergerak ke atas melewati pelat-
pelat (tray). Setiap pelat memiliki banyak lubang yang dilengkapi dengan
tutup gelembung (bubble cap) yang memungkinkan uap lewat.
Dalam pergerakannya, uap minyak mentah akan menjadi dingin. Sebagian
uap akan mencapai ketinggian dimana uap tersebut akan terkondensasi
membentuk zat cair. Zat cair yang diperoleh dalam suatu kisaran suhu tertentu
ini disebut fraksi.
Fraksi yang mengandung senyawa-senyawa dengan titik didih tinggi akan
terkondensasi di bagian bawah Menara distilasi. Sedangkan fraksi senyawa-
senyawa dengan titik didih rendah akan terkondensasi di bagian atas Menara.
Sebagian fraksi dari Menara distilasi selanjutnya dialirkan kebagian kilang
minyak lainnya untuk proses konversi.
C. FRAKSI MINYAK BUMI DAN MANFAAT MINYAK BUMI
Berikut ini fraksi hidrokarbon dari minyak bumi dan manfaat minyak bumi untuk
setiap fraksinya.
Fraksi Minyak Bumi Jumlah atom C Titik didih (oC) Manfaat Minyak Bumi
Bahan bakar gas (LPG) dan bahan baku
Gas C1-C4 < 20 sintesis senyawa organic
Eter petroleum C5-C7 30 – 90 Pelarut dan cairan pembersih
Bensin (Gasolin) C5-C10 40 – 180 Bahan bakar kendaraan bermotor
Nafta C6-C10 70 – 180 Bahan baku sintesis senyawa organic
Bahan bakar jet dan bahan bakar kompor
Kerosin C11-C14 180 – 250 paraffin
Minyak solar dan Bahan bakar kendaraan bermesin diesel dan
diesel C15-C17 250 – 300 bahan bakar tungku di industry
Minyak pelumas C18-C20 300 – 350 Oil dan pelumas
Petroleum jelly dan lilin paraffin untuk
membuat lilin, kertas berlapis lilin, lilin batik,
Lilin C20+ > 350 dan bahan pengkilan seperti semir
Bahan bakar kapal, pemanas industri (boiler
Minyak bakar C20+ > 350 plant), dan pembangkit listrik
Bitumen C40+ > 350 Material aspal jalan dan atap bangunan
Distilasi dilakukan dalam ruang hampa udara. Hal ini untuk menghindari suhu tinggi
pada saat berlangsung proses distilasi pada tekanan atmosfer. Suhu tinggi cenderung merusak
senyawa hidrokarbon. Proses distilasi di ruang hampa udara meninggalkan padatan yang
tidak mudah menguap yang disebut aspal.
D. BENSIN DAN DAMPAK PEMBAKARAN BAHAN BAKAR
Bahan bakar diperlukan untuk menunjang kelangsungan hidup sehari-hari. Kompor
dan kendaraan bermotor membutuhkan bahan bakar dalam penggunaannya. Salah satu bahan
bakar yang sering digunakan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari adalah bensin.
Pembakaran bensin di dalam mesin dipengaruhi oleh jenis bensin yang digunakan. Bensin
(gasoline) merupakan fraksi minyak bumi yang bersifar paling komersial, dan bayak
diproduksi. Kendaraan bermotor yang menjadi alat transportasi sehari-hari membutuhkan
bahan bakar terutama bahan bakar bensin.
1. Bensin (Gasolin)
Bensin merupakan campuran isomer-isomer heptana (C 8 H 16) dan oktana (C 8 H 18).
Sebanyak 10% produk distilasi minyak mentak mentah adalah bensin dengan rantai tidak
bercabang. Bensin (gasoline) merupakan fraksi minyak bumi yang jumlahnya relative sedikit.
Bensin juga diperoleh melalui proses kertakan (cracking) atau pemutusan hidrokarbon yang
mempunyai rantai Panjang menjadi hidrokarbon berantai pendek. Proses kertakan dilakukan
pada wadah tertentu dengan suhu yang sangat tinggi. Proses ini membutuhkan katalis berupa
silicon atau aliuminium.
Peningkatan jumlah fraksi bensin juga dapat dilakukan dengan cara memecah
hidrokarbon rantai Panjang menjadi fraksi dengan jumlah atom karbon antara C 5−C10 . Proses
ini disebut perengkahan termal. Proses ini dilakukan pada suhu 500℃ dan tekanan 25 atm.
Misal hidrokarbon jenuh rantai lurus seperti kerosin (C 12 H 26) dapat direngkahkan kedalam
dua fragmen yang lebih pendek menjadi senyawa heksana (C 6 H 14 ) dan heksena (C 6 H 12).
500℃
C 12 H 26 (ƒ) C H (ƒ) + C 6 H 12 (ƒ)
25 atm 6 14
Akan tetapi, hasil dari proses perengkahan ini umumnya kurang stabil jika disimpan
terlalu lama. Oleh karena itu, proses ini kemudian diganti dengan proses perengkahan katalik.
Proses perengkahan katalik dilakukan pada suhu dan tekanan tinggi dengan katalis tertentu,
missal alkana rantai Panjang direaksikan dengan alumina ( Al2 O 3 ¿ dan silika(SiO ¿¿ 2)¿
ditambah gas hydrogen.
2. Kualitas Bensin
Mesin kendaraan bermotor dapat bekerja karena adanya energi hasil pembakaran
bensin dengan gas oksigen dari udara. Bensin mengandung campuran hidrokarbon rantai
lurus maupun rantai bercabang. Hidrokarbon penyusun bensin akan menentukan ketepatan
waktu pembakaran. Semakin Panjang rantai karbon, pembakaran bensin berlangsung semakin
cepat. Pembakaran bensin yang terlalu cepat akan mengurangi efisiensi energi yang
dihasilkan. Pada mesin bertekanan tinggi, pembakaran bensin rantai lurus tidak merata dan
menimbulkan gelombang kejut yang mengakibatkan terjadinya ketukan pada mesin, ketukan
itu mengakibatkan mesin bergetar sangat hebat dan panas sehinnga dapat merusak mesin.
Suara ketukan dapat dikurangi dengan membuat bensin seefisien mungkin. Ketukan
keras ditimbulkan oleh komponen rantai karbon lurus dari bensin. Rantai karbon bercabang
menimbulkan ketukan lebih lemah. Ukuran pemerataan pembakaran bensin agar tidak terjadi
ketukan digunakan bilangan oktan, bilangan oktan itu sendiri adalah bilangan hasil
perbandingan antara nilai ketukan bensin terhadap nilai ketukan dari campuran hidrokarbon
standar, yaitu n-heptana dan isooktana. Nilai bilangan oktan ditetapkan nol untuk n-heptana
karena mudah terbakar dan 100 untuk isooktana karena tidak mudah terbakar. Misal, suatu
bensin mengandung campuran 20% n-heptana dan 80% isooktana. Bilangan oktan bensin
20 80
tersebut adalah ( x 0) + ( x 100) = 80. Sementara itu, bensin dengan campuran 5% n-
100 100
heptana dan 95% isooktana mempunyai bilangan oktan sebesar 95.
4. Hidrokarbon (HC)
Hidrokarbon merupakan senyawa organic yang mudah menguap (volative organic
compounds / VOC), dan sebagai gas organic reaktif (reactive organic gases / ROG).
Sumber : emisi kendaraan bensin dan solar akibat HC yang tidak terbakar
sempurna dari proses mesin yang kurang baik.
Dampak : mengakibatkan iritasi mata, batuk, rasa ngantuk, bercak kulit,
leukimia, kanker paru-paru, dan perubahan kode organic.