LP JIWA Kelompok 5 RPK
LP JIWA Kelompok 5 RPK
LP JIWA Kelompok 5 RPK
TENTANG
RPK (RESIKO PERILAKU KEKERASAN)
DISUSUN OLEH:
TRI WAHYU VIVA INDRIYANI
201701076
1.3 Etiologi
1. Adanya stressor yang berasal dari internal atau eksternal.
a. Stressor internal seperti penyakit, hormonal, dendam, kesal
b. Stressor eksternal bisa berasal dari ledekan, cacian, makian,
hilangnya benda berharga, tertipu, penggusuran, bencana, dan
sebagainya
2. Kehilangan harga diri karena tidak dapat memenuhi kebutuhan
sehingga individu tidak berani bertindak, cepat tersinggung, dan lekas
marah.
3. Frustasi akibat tujuan tidak tercapai atau terhambat, sehingga individu
merasa cemas dan terancam.
4. Kebutuhan aktualisasi diri yang tidak tercapai sehingga menimbulkan
ketegangan dan membuat individu cepat tersinggung.
Adapun faktor-faktor terjadinya perilaku kekerasan:
a) Factor Predisposisi
1) Faktor Biologis
a. Neurologic factor
Beragam komponen dari system syaraf seperti synap,
neurotransmitter, dendrite, axon terminal mempunyai peran
memfasilitasi atau menghambat rangsang dan pesan-pesan yang
mempengaruhi sifat agrif. Sistem limbic sangat terlibat dalam
menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan respons agresif.
b. Faktor Genetik
Adanya faktor gen yang diturunkan melalui orang tua, menjadi
potensi perilaku agresif.
c. Faktor Biokimia
Factor biokimia tubuh seperti neurotransmitter di otak (epinephrin,
norepinephrin, dopamin, asetilkolin, dan serotonin). Peningkatan
hormone androgen dan norephineprin serta penurunan serotonin
dan GABA pada cairan cerebrospinal vertebra dapat menjadi factor
predisposisi terjadinya perilaku agresif.
d. Instinctual drive theory ( teori dorongan naluri )
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh
suatu dorongan kebutuhan dasar yang kuat.
2) Faktor Psikologis
a. Teori Psikologis
Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh
kembang seseorang. Teori ini menjelaskan adanya ketidakpuasan
fase oral antara usia 0-2 tahun dimana anak tidak mendapat kasih
sayang dan pemenuhan kebutuhan air susu yang cukup cenderung
mengembangkan sikap agresif dan bermusuhan setelah dewasa
sebagai kompensasi adanya ketidakpercayaan pada lingkungan.
b. Imitation, modeling, and information processing theory
Perilaku kekerasan bias berkembang dalam lingkungan yang
monolelir kekerasan. Adanya contoh, model dan perilaku yang
ditiru dari media atau lingkungan sekitar memungkinkan individu
meniru perilaku tersebut.
c. Learning theory
Hasil belajar individu terhadap lingkungan terdekatnya. Ia
mengamati bagaimana respons ayah saat menerima kekecewaan
dan mengamati bagimana respons ibu saat marah atau sebaliknya.
d. Existensi theory (teori eksistensi)
Bertindak sesuai perilaku adalah kebutuhan dasar manusia apabila
kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui perilaku
konstruktif maka individu akan memenuhi kebutuhan melalui
perilaku destruktif.
e. Factor social cultural
i. Social environment theory (theory lingkungan)
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu
dalam mengekspresikan marah.
ii. Social learning theory (theory belajar social)
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung
maupun melalui proses sosialisasi.
b) Factor Presipitasi
Factor-faktor yang dapat mencetus perilaku kekerasan seringkali berkaitan
dengan:
a. Ekspresi diri, ingin menunjukan eksistensi diri atau symbol
solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng
sekolah, perkelahian massal dan sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi
sosial ekonomi
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta
tidak kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
c) Penilaian terhadap stressor
Penilaian adalah evaluasi tentang pentingnya sebuah peristiwa dalam
kaitannya dengan kesejahteraan seseorang. Respons perilaku adalah hasil
dari respons emosional dan fisiologis, serta analisa kognitif seseorang
tentang situasi stress. Caplan (1981, dalam Stuart & Laraia, 2005)
menggambarkan 4 fase dari respons perilaku individu untuk menghadapi
stres, yaitu:
a. Perilaku yang mengubah lingkungan stress atau memungkinkan
individu untuk melarikan diri dari itu.
b. Perilaku yang memungkinkan individu untuk mengubah keadaan
eksternal dan setelah mereka.
c. Perilaku intrapsikis yang berfungsi untuk mempertahankan
rangsangan emosional yang tidak menyenangkan
d. Perilaku intrapsikis yang membantu untuk berdamai dengan
masalah dan gejala sisa dengan penyesuaian internal
d) Sumber koping
Menurut Stuart & Laraia (2005), sumber koping dapat berupa asset
ekonomi, kemampuan dan keterampilan, teknik defensive, dukungan
sosial, dan motivasi. Hubungan antara individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat sangat berperan penting pada saat ini. Sumber koping lainnya
termasuk kesehatan dan energi, dukungan spiritual, keyakinan positif,
keterampilan menyelesaikan masalah dan sosial, sumber daya sosial dan
material, dan kesejahteraan fisik.
e) Mekanisme koping
Menurut Stuart & Laraia (2005), mekanisme koping yang dipakai pada
klien marah untuk melindungi diri antara lain:
1. Sublimasi
Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan
penyalurannya secara normal.
2. Proyeksi
Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya
yang tidak baik.
3. Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk kea
lam sadar.
4. Reaksi formasi
Keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan melebih-
lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya
sebagai rintangan.
5. Displacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasannya bermusuhan, pada
obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang
membangkitkan emosi itu.
Rentang Respon/Pathway
Adaptif Maladaptif
I.1 Pathway
Ancaman
Stress
Cemas
Marah
h. Tingkat kesadaran
Tidak sadar, bingung, dan apatis. Terjadi disorientasi orang, tempat,
dan waktu. Tingkat kesadarannya bingung sendiri untuk
menghadapi kenyataan dan mengalami kegelisahan.
i. Memori
Masih dapat mengingat kejadian jangka pendek maupun panjakng.
j. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tingkat konsentrasi klien perilaku kekerasan mudah beralih dari
satu objek ke objek lainnya. Klien selalu menatap penuh kecemasan
tegang dan gelisahan.
k. Kemapuan penilain/pengambilan keputusan
Tidak mampu Mengambil keputusan yang konstruktif dan adaptif.
l. Daya tilik
Mengingkari penyakit yang diderita: klien tidak menyadari gejala
penyakit (perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak
perlu minta pertolongan/klien menyangkal keadaan penyakitnya.
Menyalahkan hal-hal diluar dirinya yang menyebabkan timbulnya
penyakit atau masalah sekarang.
m. Mekanisme koping
Klien dengan HDR menghadapi suatu permasalahan, apakah
menggunakan cara-cara yang adaptif seperti bicara dengan orang
lain, mampu menyelesaikan masalah, teknik relaksasi, aktivitas
konstruktif, olahraga, dll. Ataukah menggunakan cara-cara yang
maladaptive seperti minum alcohol, merokok, reaksi
lambat/berlebihan, menghindari, mencederai diri atau lainnya
2) Diagnosa Keperawatan
a. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
b. Perilaku kekerasan
c. Perubahan persepsi sensori: Halusinasi
d. Gangguan harga diri: harga diri rendah
3) Koping individu tidak efektif
4) Intervensi/ Perencanaan Keperawatan
Perencanaan Keperawatan
Klien dengan Gangguan Perilaku Kekerasan
Diagnosis TUJUAN KH INTERVENSI
Resiko TUM : 1.1 Klien mau membalas 1. Beri salam/panggilan nama.
a. Sebutkan nama perawat
perilaku Klien tidak salam
b. Jelaskan maksud hubungan interaksi
mencederai mencederai diri 1.2 Klien mau menjabat c. Jelaskan akan kontrak yang akan dibuat
d. Beri rasa aman dan sikap empati
diri TUK : tangan
e. Lakukan kontak singkat tapi sering
berhubungan 1. Klien dapat 1.3 Klien mau menyebut
dengan membina hubungan nama Klien
perilaku saling percaya 1.4 Mau tersenyum
kekerasan 1.5 Klien mau kontak mata
1.6 Klien mau mengetahui
nama perawat
2. 3. Klien dapat 2.1Klien dapat 2.1 Berikan kesempatan untuk mengukapkan perasaannya.
mengidentifikasi mengungkapkan 2.2.Bantu klien untuk mengungkapkan
menyebab perasaannya. penyebab perasaan jengkel/kesal
perilaku 2.2 Klien dapat
kekerasan mengungkapkan penyebab
perasaan jengkel/ kesal (dari
diri sendiri)
3. 3.1Klien dapat 3.1 Klien dapat 3.1.1. Anjurkan klien mengungkapkan apa yang dialami dan
mengidentifikasi mengungkapkan perasaan dirasakan saat marah/jengkel.
tanda dan gejala saat marah/jengkel. 3.1.2. Observasi tanda dan gejala perilaku kekerasan pada klien
perilaku kekerasan. 3.2 Klien dapat 3.2.1. Simpulkan bersama klien tanda dan
menyimpulkan tanda d an gejala jengkel/kesal yang akan dialami
gejala jengkel/kesal yang
dialaminya.
4. 4. Klien dapat 4.1 Klien dapat 4.1.1 Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekeraan
mengidentifikasi mengungkapkan yang biasa dilakukan klien(verbal, pada orang lain, pada
perilaku perilaku kekerasan yang lingkungan dan pada diri sendiri)
kekerasan yang biasa dilakukan. 4.2.1 Bantu klien bermain peran sesuai perilaku kekerasan
4.2 Klien dapat bermain
biasa dilakukan. yang biasa dilakukan.
peran sesuai perilaku
4.3.1 Bicarakan dengan klien apakah
kekerasan yang biasa
dengan cara klien lakukan masalahnya selesai.
dilakukan.
4.3 Klien dapat mengetahui
cara yang biasa
dilakukan untuk
menyelesaikan masalah.
5 5. Klien dapat 5.1 Klien dapat menjelaskan 5.1.1 Bicarakan akibat atau kerugian dari cara yang dilakukan
mengidentifikasi akibat dari cara yang klien.
akibat perilaku digunakan klien : 5.1.2 Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang
a. Akibat pada klien
kekerasan. dilakukan oleh klien.
sendiri.
5.1.3 Tanyakan pada klien” apakah dia
b. Akibat pada orang
ingin mempelajari cara baru yang sehat”.
lain.
c. Akibat pada
lingkungan.
6. Klien dapat 6.1 Klien dapat 6.1.1 Diskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien.
mendemonstrasik menyebutkan contoh 6.1.2 Beri pujian atas kegiatan fisik yang biasa dilakukan
an cara fisik pencegahan perilaku klien.
untuk mencegah kekerasan secara fisik : 6.1.3 Diskusikan dua cara fisik yang
a. Tarik napas dalam.
perilaku paling mudah untuk mencegah perilaku kekerasan,
b. Pukul kasur, dan
kekerasan. yaitu : tarik napas dalam dan pukul kasur serta bantal.
bantal.
c. Dll: kegiatan fisik.
6.2 Klien dapat 6.2.1 Diskusikan cara melakukan tarik napas dalam dengan
mendemonstrasikan klien
cara fisik untuk 6.2.2 Beri contoh klien cara menarik napas dalam
mencegah perilaku 6.2.3 Minta klien untuk mengikuti contoh yang diberikan
kekerasan. sebanyak 5 kali
6.2.4 Beri pujian positif atas kemampuan klien
mendemonstrasikan cara menarik napas dalam
6.2.5 Tanyakan perasaan klien setelah selesai
6.2.6 Anjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari
saat marah/jengkel
6.2.7 Lakukan hal yang sama dengan 6.2.1 sampai 6.2.6 untuk
cara fisik lain di pertemuan yang lain.
6.3 Klien mempunyai 6.3.1 Diskusikan dengan klien mengenai frekuensi latihan yang
jadwal akan dilakukan sendiri oleh klien.
untuk melatih cara
6.3.2 Susun jadwal kegiatan untuk melatih
pencegahan fisik yang
cara yang telah dipelajari.
telah dipelajari
sebelumnya.
6.4 Klien mengevaluasi 6.4.1 Klien mengevaluasi peaksanaan latihan, cara pencegahan
kemampuannya dalam
perilaku kekerasan yang telah dilakukan dengan mengisi
melakukan cara fisik
jadwal kegiatan harian (self-evolution).
sesuai jadwal yang
6.4.2 Validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan.
disusun
6.4.3 Beikan pujian atas keberhasilan klien.
6.4.4 Tanyakan pada klien” apakah kegiatan cara pencegahan
perilaku kekerasan dapat mengurangi perasaan marah”.
7. Klien dapat 7.1 Klien dapat 7.1.1. Diskusikan cara bicara yang baik dengan klien
mendemonstrasik menyebutkan cara 7.1.2. Beri contoh cara bicara yang baik :
an cara social bicara yang baik a. Meminta dengan baik.
untuk mencegah dalam mencegah b. Menolak dengan baik.
perilaku perilaku kekerasan. c.Mengungkapkan perasaan
a. Meminta dengan
kekerasan dengan baik.
baik.
b. Menolak dengan
baik.
c. Mengungkapkan
perasaan dengan
baik
7.2 Klien dapat 7.2.1. Minta klien mengikuti contoh cara bicara yang baik
mendemonstrasikan
a. Meminta dengan baik : “Saya minta uang untuk beli
cara verbal yang baik.
makanan”.
b. Menolak dengan baik : “ Maaf, saya tidak dapat
melakukannya karena ada kegiatan lain.
c. Mengungkapkan perasaan dengan baik : “Saya kesal
karena permintaan saya tidak dikabulkan” disertai
nada suara yang rendah.
7.2.2. Minta klien mengulang sendiri.
7.2.3. Beri pujian atas keberhasilan klien.
7.3 Klien mumpunyai 7.3.1. Diskusikan dengan klien tentang waktu dan kondisi cara
jadwal untuk melatih bicara yang dapat dilatih di ruangan, misalnya :
cara bicara yang baik. meminta obat, baju, dll, menolak ajakan merokok, tidur
tidak pada waktunya; menceritakan kekesalan pada
perawat
7.3.2. Susun jadwaj kegiatan untuk
melatih cara yang telah dipelajari.
7.4 Klien melakukan 7.4.1. Klien mengevaluasi pelaksanaa latihan cara bicara yang
evaluasi baik dengan mengisi jadwal kegiatan ( self-evaluation )
terhadap kemampuan
7.4.2.Validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan
cara bicara yang sesuai
7.4.3 Berikan pujian atas keberhasilan klien
dengan jadwal yang
7.4.4 Tanyakan kepada klien : “
telah disusun
Bagaimana perasaan Budi setelah latihan bicara yang
baik ? Apakah keinginan marah berkurang ?”.
8. Klien dapat 8.1 Klien dapat 8.1.1. Diskusikan dengan klien kegiatan ibadah yang pernah
mendemonstrasik menyebutkan dilakukan
kegiatan ibadah yang
an cara spiritual 8.1.2. Bantu klien menilai kegiatan ibadah yang dapat
biasa dilakukan
untuk mencegah dilakukan di ruang rawat
perilaku 8.1.3. Bantu klien memilih kegiatan ibadah yang akan
kekerasan dilakukan
8.1.4. Minta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang
dipilih
8.1.5. Beri pujian atas keberhasilan klien
8.2 Klien dapat 8.2.1 Klien mengevaluasi pelaksanaan kegiatan ibadah dengan
mendemonstrasikan
mengisi jadwal kegiatan harian (self-evaluation)
cara beribadah yang
8.2.2 Susun jadwal kegiatan untuk melatih
dipilih
kegiatan ibadah
8.3 Klien mempunyai 8.3.1. Klien mengevaluasi pelaksanaan kegiatan ibadah dengan
jadwal untuk melatih mengisi jadwal kegiatan harian (self-evaluation)
kegiatan ibadah 8.3.2. Validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan
8.3.3. Berikan pujian atas keberhasilan klien
8.3.4 Tanyakan kepada klien :
“Bagaimana perasaan Budi setelah teratur melakukan
ibadah? Apakah keinginan marah berkurang?”
9. Klien dapat 9.1 Klien dapat 9.1.1 Diskusikan dengan klien tentang jenis obat yang
mendemonstrasik menyebutkan jenis, diminumnya (nama, warna, besarnya); waktu minum
an kepatuhan dosis, dan waktu obat (jika 3x : pukul 07.00, 13.00, 19.00); cara minum
minum obat minum obat serta obat.
untuk mencegah manfaat dari obat itu 9.1.2 Diskusikan dengan klien tentang manfaat minum obat
perilaku (prinsip 5 benar: benar secara teratur :
kekerasan orang, obat, dosis, a. Beda perasaan sebelum minum obat dan sesudah
waktu dan cara minum obat
b. Jelaskan bahwa dosis hanya boleh diubah oleh
pemberian)
dokter
c. Jelaskan mengenai akibat minum obat yang tidak
teratur, misalnya, penyakit kambuh
9.2 Klien 9.2.1 Diskusikan tentang proses minum obat :
mendemonstrasikan a. Klien meminat obat kepada perawat ( jika di rumah
kepatuhan minum obat sakit), kepada keluarga (jika di rumah)
b. Klien memeriksa obat susuai dosis
sesuai jadwal yang
c. Klien meminum obat pada waktu yang tepat.
ditetapkan
9.2.2. Susun jadwal minum obat bersama
Klien
9.3 Klien mengevaluasi 9.3.1 Klien mengevaluasi pelaksanaan minum obat dengan
kemampuannya dalam
mengisi jadwal kegiatan harian (self-evaluation)
mematuhi minum obat
9.3.2 Validasi pelaksanaan minum obat klien
9.3.3 Beri pujian atas keberhasilan klien
9.3.4 Tanyakan kepada klien : “Bagaiman
perasaan Budi setelah minum obat secara teratur?
Apakah keinginan untuk marah berkurang?”
10. Klien 10.1 Keluarga dapat 10.1.1 Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien
mendemonstrasikan
mendapatkan sesuai dengan yang telah dilakukan keluarga terhadap
cara merawat klien
dukungan klien selama ini
keluarga dalam 10.1.2 Jelaskan keuntungan peran serta keluarga dalam
melakukan cara merawat klien
pencegahan 10.1.3 Jelaskan cara- cara merawat klien :
perilaku a. Terkait dengan cara mengontrol perilaku marah
kekerasan secara konstruktif
b. Sikap dan cara bicara
c. Membantu klien mengenal penyebab marah dan
pelaksanaan cara pencegahan perilaku kekerasan
10.1.4 Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien
10.1.5 Bantu keluarga mengngkapkan perasaannya setelah
melakukan demonstrasi
A Pasien
Sp 1
1. Menyebutkan nama PK
2. Menyebutkan tanda dan gejala Pk
3. Menyebutkan PK yang dilakukan
4. Menyebutkan akibat PK
5. Menyebutkan Cara Mengontrol PK
6. Mempraktekkan latihan Cara mengontrol
Fisik 1
SP2
7. Mempraktekkan latihan cara fisik II dan
memasukkan dalam jadwal
SP3
8. Mempraktekkan latihan cara verbal dan
memasukkan dalam jadwal
SP4
9. Mempraktekkan latihan cara spiritual dan
memasukkan dalam jadwal
SP5
Mempraktekkan latihan cara minum obat
dan memasukkan dalam jadwal
DAFTAR PUSTAKA