Makalah Bep

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ANALISIS TITIK IMPAS (BREAK EVEN POINT)


“Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Keuangan”

Dosen : Rinni Indriyani, S.ST.,M.Tr.Bns.

Disusun oleh :

1. Hanny Safitri (NIM : 180111134)

2. Madisa (NIM : 180111126)

3. Novi Rahmawati (NIM : 180111102)

4. Sarifudin (NIM : 180111025)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON


FAKULTAS EKONOMI
PRODI MANAJEMEN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berisi tentang “Analisis Titik
Impas”.

Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Rinni Indriyani, S.ST.,M.Tr.Bns yang telah
membantu kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada
teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan
tugas ini tepat waktu.

Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna
baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan
agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat
untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Cirebon, November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL.................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang................................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah..........................................................................................................1
1.3 Tujuan penulisan............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian analis titik impas..........................................................................................3
2.2 Tujuan analisis titik impas..............................................................................................4
Kelemahan analisis titik impas......................................................................................5
2.3 Asumsi dan keterbatasan analisis...................................................................................6
2.4 Rumus yang di gunakan.................................................................................................7
Contoh Kasus 1..............................................................................................................8
Contoh Kasus 2..............................................................................................................9
Contoh Kasus 3............................................................................................................10
2.5 Tingkat keamanan (Margin Of Safety).........................................................................11
2.6 BEP dengan perubahan................................................................................................12
Adanya perubahan biaya variabel................................................................................13
Adanya perubahan harga input....................................................................................14
Adanya kerugian non operasi.......................................................................................15
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN.................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................17
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Salah satu teknik analisis keuangan adalah Break Even Point, analisis perbandingan
laporan keuangan, analisis trend, analisis common size, dan lain-lain. Dalam makalah ini,
penulis memfokuskan untuk membahas teknik Break Even Point atau analisis titik impas
untuk menganalisis target suatu penjualan agar dapat memaksimalkan penjualan dan
meminimalisir resiko.

Analisis titik impas atau analisis pulang pokok atau dikenal dengan nama analisis Break
Even Point (BEP) merupakan salah satu analisis keuangan yang sangat penting dalam
perencanaan keuangan perusahaan. Analisis titik impas sering disebut analisis perencanaan
laba (profit planning). Analisis ini biasanya lebih sering digunakan apabila perusahaan ingin
mengeluarkan suatu produk baru. Artinya dalam memproduksi produk baru tentu berkaitan
dengan masalah biaya yang harus dikeluarkan, kemudian penentuan harga jual serta jumlah
barang atau jasa yang akan diproduksi atau dijual ke konsumen.

Analisis BEP memberikan pedoman tentang berapa jumlah produk minimal, yang harus
diproduksi atau dijual. Tujuannya adalah agar perusahaan mampu memperoleh keuntungan
yang maksimal agar kelangsungan hidup perusahaan terus berjalan dari waktu ke waktu.

Manajemen yang baik dan efisien adalah manajemen yang dapat mengelola dan
mengambil keputusan yang berguna bagi kelangsungan hidup perusahaan guna mencapai
tujuan tersebut. Salah satu fungsi manajemen adalah sebagai alat dalam membantu
perncanaan (planning). Salah satu pendekatan yang digunakan manajemen dalam
perencanaan laba adalah analisis titik impas atau Break Event Point.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa Pengertian Analisis Titik Impas (Break Even Point) ?
2. Apa Tujuan Analisis Titik Impas (Break Even Point) ?
3. Apa Asumsi dan Keterbatasan Analisis Titik Impas (Break Even Point) ?
4. Apa Rumusan Yang Digunakan Break Even Point?
5. Bagaimana Tingkat Keamanan (Margin of Safety)?
6. Bagaimana BEP Dengan Perubahan?
1.3 TUJUAN PENULISAN

Tujuan dari penulisan makalah ini, selain untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Manajemen Keuangan, juga mempunyai tujuan pembahasan yang sesuai dengan
permasalahan yang diajukan antara lain :

1. Untuk Mengetahui Pengertian Analisis Titik Impas


2. Untuk Mengetahui Tujuan Analisis Titik Impas
3. Untuk Mengetahui Asumsi dan Keterbatasan Analisis Titik Impas
4. Untuk Mengetahui Rumus yang digunakan
5. Untuk Mengetahui Bagaimana Tingkat Keamanan (Margin Of Safety)
6. Untuk Mengetahui Bagaimana BEP dengan Perubahan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Analisis Titik Impas (Break Even Point)

Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana
perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian.
Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian sama dengan nol. Hal tersebut
dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume
penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan
hanya cukup untuk menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan
menderita kerugian. Dan sebaliknya akan memperoleh memperoleh keuntungan, bila
penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus di keluarkan.
Tujuan dari analisis break even point yaitu untuk mengetahui pada volume penjualan
atau produksi berapakah suatu perusahaan akan mencapai laba tertentu. BEP
amatlah penting kalau kita membuat usaha agar kita tidak mengalami kerugian, apa itu usaha
jasa atau manufaktur, diantara manfaat BEP adalah:
a. Alat perencanaan untuk hasilkan laba
b. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta
hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang
bersangkutan.
c. Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan
d. Mengganti system laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan
dimengerti
Analisis BEP digunakan untuk mengetahui pada titik berapa hasil penjualan sama dengan
jumlah biaya. Atau perusahaan beroperasi dalam kondisi tidak laba dan tidak rugi, atau laba
sama dengan nol. Melalui titik BEP, kita akan dapat mengetahui bagaimana hubungan antara
biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan (penjualan atau produksi). Oleh
karena itu, analisis ini juga sering disebut dengan nama cost profit volume analysis.
Analisis BEP juga memberikan pedoman tentang berapa jumlah produk minimal, yang
harus diproduksi atau dijual. Tujuannya adalah agar perusahaan mampu memperoleh
keuntungan yang maksimal. Artinya dengan memproduksi sejumlah barang dengan kapasitas
produksi yang dimilikinya, perusahaan akan tahu batas minimal yang harus dijual dan
keuntungan maksimal yang diperoleh apabila diproduksi secara penuh.
Jumlah produksi yang akan dijual akan berkaitan erat dengan biaya yang dikeluarkan.
Pada akhirnya biaya-biaya ini menjadi penentu terhadap harga jual perusahaan. Kecilnya
biaya sangat berpengaruh terhadap harga jual, demikian pula sebaliknya, oleh karena itu,
salah satu kegunaan analisis titik impas adalah untuk menentukan biaya-biaya yang
dikeluarkan dan jumlah produksi. Dengan demikian, akan dapat diketahui berapa jumlah
yang layak untuk dijalankan.
Manfaat lain analisis titik impas adalah untuk membantu manajer mengambil keputusan
dalam hal aliran kas, jumlah permintaan (produksi), dan penentuan harga suatu produk
tertentu. Intinya, kegunaan analisis ini adalah untuk menentukan jumlah keuntungan pada
berbagai tingkat penjualan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa arti analisis BEP adalah suatu keadaan
dimana perusahaan beroperasi dalam kondisi tidak memperoleh pendapatan (laba) dan tidak
pula menderita kerugian. Artinya dalam kondisi ini jumlah pendapatan yang diterima sama
dengan jumlah biaya yang dikeluarkan. Lebih lanjut harus dijual agar kita memperoleh
keuntungan, baik dalam volume penjualan dalam unit maupun rupiah.

2.2 Tujuan Analisis Titik Impas (Break Even Point)


Penggunaan analisis titik impas bagi perusahaan memberikan banyak manfaat. Secara
umum analisis titik impas digunakan sebagai alat untuk mengambil keputusan dalam
perencanaan keuangan, penjualan, dan produksi. Dari uraian di atas sebelumnya, jelas bahwa
terdapat beberapa keuntungan bagi para manajer dalam mengambil keputusan apabila
mengetahui hasil analisis titik impas. Misalnya dengan informasi tersebut, manajer mampu
meminimalkan kerugian, memaksimalkan keuntungan, dan memprediksi keuntungan yang
diharapkan.
Penggunaan analisis titik impas memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu :
1. Mendesain spesifikasi produk;
2. Menentukan harga jual persatuan;
3.Menentukan jumlah produksi atau penjualan minimal agar tidak mengalami
kerugian;
4. Memaksimalkan jumlah produksi;
5. Merencanakan laba yang diinginkan; dan
6. tujuan lainnya.
Dalam mendesain suatu produk, diperlukan suatu pedoman yang memberi arah bagi
manajemen untuk mengambil keputusan yang berhubungan dengan biaya dan harga.
Analisis titik impas memberikan perbandingan antara biaya dengan harga untuk berbagai
desain sebelum spesifikasi produk diterapkan. Hal ini disebabkan biaya sangat besar
pengaruhnya terhadap harga. Dengan analisis titik impas, kita dapat menguji terlebih dulu
kelayakan suatu produk.
Penentuan harga jual per satuan, sangat penting agar harga jual yang dapat diterima
pelanggan. Di samping pertimbangan biaya yang akan dikeluarkan, harga jual juga terkait
dengan pihak pesaing yang memiliki produk yang sejenis. Jika penentuan harga jual yang
tidak realistis, perusahaan tidak akan mampu menutupi semua atau sebagian biaya yang akan
dikeluarkan. Demikian pula jika melebihi harga jual dari pesaing dan tidak diimbangi dengan
kualitas dan pelayanan, perusahaan juga tidak akan mampu memaksimalkan penjualan seperti
yang telah ditentukan.
Maksud penentuan harga produksi atau penjualan minimal agar tidak mengalami
kerugian adalah agar perusahaan mampu menentukan batas produksi dalam kondisi tidak rugi
dan tidak laba dari kapasitas produksi yang dimilikinya. Dengan demikian, akan
memudahkan perusahaan untuk mempertimbangkan apakah harga jual sudah layak jika
dikaitkan dengan biaya yang dikeluarkan dan kapasitas produksi yang dimiliki.
Arti memaksimalkan jumlah produksi adalah dengan analisis titik impas, kita akan tahu,
apakah jumlah produksi sudah maksimal atau belum. Tujuannya adalah agar jangan sampai
ada kapasitas produksi yang menganggur. Kemudian perusahaan juga mampu menjaga agar
berproduksi secara efisien.
Arti menentukan perencanaan laba yang diinginkan adalah manajemen mampu
merencanakan laba yang diinginkan dengan kapasitas produksi yang dimiliki tentunya.
Besarnya laba dapat kita ukur dari batas minimal produk atau total rupiah yang diproduksi,
kemudian mampu merencanakan atau menentukan jumlah keuntungan setiap unit produksi
yang dijual.
Disamping memiliki tujuan dan mampu memberikan manfaat yang cukup banyak bagi
pemimpin perusahaan, analisis BEP juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan analisis
BEP mau tidak mau pasti ada dan tidak dapat dihindari.
Berikut ini beberapa kelemahan dari analisis titik impas:
1. Perlu asumsi, artinya analisis titik impas membutuhkan banyak asumsi, terutama
mengenai hubungan antara biaya dengan pendapatan. Padahal terkadang asumsi yang
digunakan sudah tidak sesuai dengan realita yang terjadi ke depan.
2. Bersifat statis, artinya analisis ini hanya digunakan pada titik tertentu, bukan pada suatu
periode tertentu.
3. Tidak digunakan untuk mengambil keputusan akhir Analisis BEP hanya baik digunakan
jika ada penentuan kegiatan lanjutan yang dapat dilakukan.
4. Tidak menyediakan pengujian aliran kas yang baik, artinya jika aliran kas telah ditentukan
melebihi aliran kas yang harus dikeluarkan, proyek dapat diterima dan hal-hal lainnya
dianggap sama.
5. Hubungan penjualan dan biaya adalah dalam hal biaya, jika penjualan dilakukan dalam
kapasitas penuh tetapi memerlukan tambahan penjualan, akan ada tambahan biaya tenaga
kerja atau upah yang mengakibatkan naiknya biaya variabel dan jika diperlukan tambahan
peralatan atau pabrik. Maka, biaya tetap juga akan meningkat.
6. Kurang memperhatikan resiko resiko yang terjadi selama masa penjualan, artinya selama
masa penjualan begitu banyak risiko yang mungkin dihadapi, misalnya kenaikan harga
bahan baku, yang akan berpengaruh terhadap harga jual dan pada akhirnya akan
berpengaruh kepada jumlah penjualan secara keseluruhan, baik unit maupu rupiah.
7. Pengukuran kemungkinan penjualan, artinya jika hendak membuat grafik pulang pokok
yang didasarkan kepada harga penjualan yang konstan, untuk melihat kemungkinan laba
pada berbagai tingkat harga harus dibuatkan semua seri grafik untuk tiap tingkat harga.

2.3 Asumsi dan Keterbatasan Analisis BEP

Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa satu kelemahan analisis BEP adalah karena
banyaknya asumsi yang mendasari analisis ini. Akan tetapi, asumsi-asumsi ini memang harus
dilakukan jika kita mau analisis ini dapat dilakukan secara tepat. Kemudian dengan asumsi-
asumsi ini, analisis BEP dapat dilakukan secara cepat dan akurat. Hanya sajaasumsi-asumsi
yang dilakukan terkadang terlalu memaksa dan pertanggungjawabannya sering diambangkan.
Oleh karena itu para manager menganggap bahwa asumsi ini harus tetap dilakukan dan ini
merupakan salah satu keterbatasan analisis BEP bila kita mau menggunakannya.
Adapun asumsi-asumsi dan keterbatasan analisis BEP adalah sebagai berikut :

1. Biaya Dalam analisis BEP

Hanya digunakan dua macam biaya, yaitu fixed cost dan variablecost. Oleh karena
itu, kita harus memisahkan dulu komponen antara biaya tetap dan biaya variabel.
Artinya mengelempokkan biaya tetap disatu sisi dan biaya variabel disisi lain. Dalam
hal ini secara umum untuk memisahkan kedua biaya ini relatif sulit karena ada biaya
yang tergolong semi variabel dan tetap.

Untuk memisahkan biaya ini dapat dilakukan melalui dua pendekatan sebagai berikut :

a. Pendekatan analitis, yaitu kita harus meneliti setiap jenis dan unsur biaya yang
terkandung satu per satu dari biaya yang ada beserta sifat-sifat biaya tersebut.

b. Pendekatan historis, dalam hal ini yang harus dilakukan adalah memisahkan biaya
tetap dan variabel berdasarkan angka-angka dan data biaya masa lampau.

2. Biaya tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami perubahan, walaupun
ada perubahan volume produksi atau penjualan (dalam batas tertentu). Artinya kita
menganggap biaya tetap konstan sampai kapasitas tertentu saja, biasanya kapasitas
produksi yang dimiliki. Namun, untuk kapasitas produksi bertambah, biaya tetap juga
menjadi lain. Contoh biaya tetap adalah seperti gaji, penyusutan aktiva tetap, bunga,
sewa atau biaya kantor dan biaya tetap lainnya.

3. Biaya variabel (Variable Cost)

Biaya variable merupakan biaya yang secara total berubah- ubah sesuai dengan
perubahan volume produksi atau penjualan. Artinya asumsi kita biaya variabel
berubahubah secara sebanding (proporsional) dengan perubahan volume produksi atau
penjualan. Dalam hal ini sulit terjadi dalam praktiknya karena dalam penjualan jumlah
besar akan ada potongan-potongan tertentu, baik yang diterima maupun diberikan
perusahaan . contoh biaya variabel biaya variabel adalah biaya bahan baku, upah
buruh langsung dan komisi penjualan biaya variabel lainnya.

4. Harga Jual Harga jual maksudnya dalam analisis ini hanya digunakan untuk satu
macam harga jual atau harga barang yang dijual atau diproduksi.

5. Tidak Ada Perubahan Harga Jual Artinya diasumsikan harga jual per satuan tidak
dapat berubah selama periode analisis. Hal ini bertentangan dengan kondisi yang
sesungguhnya, dimana harga jual dalam suatu periode dapat berubah-ubah seiring
dengan perubahan biaya-biaya lainnya yang berhubungan langsung dengan produk
maupun tidak.
2.4 Rumus yang Digunakan
Untuk mencari titik BEP dapat kita gunakan beberapa model rumus. Pemakaian
rumus dapat dilakukan sesuai dengan keinginan dan tujuan pemakai. Hanya saja masing-
masing rumus memiliki keuntungan atau kelebihan masing-masing. Misalnya rumus
matematika dengan grafik tentu memberikan informasi yang berbeda dalam arti luas, seperti
lengkap tidaknya informasi yang diberikan dan kemudahan dalam menggunkan. Sebagai
contoh,dengan menggunakan model matematik, kita dapat dengan mudah mencari dan
mengetahui titik impas suatu produk. Sebaliknya, penggunaan model grafik memberikan
informasi yang diberikan cukup luas dan dapat dibuatkan grafik dengan mudah pula.

Berikut model rumus yang dapat digunakan dalam analisis BEP :


Dengan Rumusan Matematik
a. Analisis Titik Impas Dalam Unit
BEP = FC
P - VC
b. Analisis Titik Impas Dalam Rupiah

Keterangan :
BEP = Analisis Titik Impas (Break Even Point)
FC = Biaya Tetap (Fixed Cost)
VC = Biaya Variabel Persatuan (Variabel Cost)
P = Harga Jual Persatuan (Price)
S = Jumlah Penjualan (Sales volume)

Contoh Kasus 1
PT. Sungailiat memiliki usaha di bidang alat perkakas gergaji dengan data sebagai berikut:
1. Kapasitas produksi yang mampu dipakai adalah 100.000 unit mesin gergaji.
2. Harga jual persatuan diperkirakan Rp. 5000,- unit
3.Total biaya tetap sebesar Rp. 150.000.000,- dan total biaya variabel sebesar
Rp.250.000.000,

Perincian masing-masing biaya adalah sebagai berikut :


1.Biaya Tetap (Fixed Cost):
Overhead Pabrik Rp. 60.000.000,-
Biaya distribusi Rp. 65.000.000,-
Biaya administrasi dan umum Rp. 25.000.000,- +
Total biaya tetap Rp.150.000.000,-
2.Biaya Variable (Variable Cost):
Biaya bahan langsung Rp. 70.000.000,-
Biaya tenaga kerja langsung Rp. 85.000.000,-
Overhead pabrik Rp. 20.000.000,-
Biaya distribusi Rp. 45.000.000,-
Biaya administrasi dan umum Rp. 30.000.000,- +
Total biaya variabel Rp.250.000.000,-

Pertanyaan: Cari BEP dalam unit maupun rupiah!


Jawab:
Kapasitas Produksi 100.000 unit
Harga jual per unit Rp. 5000,-
Penjualan 100.000 unit x Rp 5000,- = Rp. 500.000.000,
Biaya Tetap Unit = 150.000.000 = Rp.1.500
100.000
Biaya Variabel Unit = 250.000.000 = Rp 2.500
100.000
Ringkasan Buget laba rugi adalah sebagai berikut :
Total penjualan 100.000 unit x Rp.5000,- = Rp.500.000.000,- (100 %) Total
biaya variabel = Rp.250.000.000,- ( 50 %) Marginal
Incom = Rp.250.000.000,- ( 50 %) Total biaya tetap
= Rp.150.000.000,- ( 30 %) Laba
= Rp.100.000.000,- ( 20 %)

Untuk mencari BEP dalam unit adalah sebagai berikut :


BEP (unit) Rp.150.000.000 = 60 . 000 unit
Rp.5000 – Rp. 2500
Kemudian, mencari BEP dalam rupiah adalah sebagai berikut :
BEP (rupiah) = Rp.150.000.000 = Rp 300.000.000
Rp.250.000.000
Rp.500.000.000

Cara lain dapat dilakukan untuk membuktikan kedua hasil tersebut dengan :
BEP = Unit BEP x harga jual unit
BEP = 60.000 unit x Rp.5000 = Rp.300.000.000,-

Contoh Kasus 2
Fixed Cost suatu toko sepatu : Rp.500.000,-
Variable cost Rp.10.000 / unit
Harga jual Rp. 20.000 / unit
Maka BEP per unitnya adalah

BEP = FC
P -VC
BEP = Rp.500.000 = 50 Unit
Rp.20.000 – Rp.10.000

Artinya perusahaan perlu menjual 50 unit sepasang sepatu agar terjadi break even point. Pada
pejualan unit ke 51, maka toko itu mulai memperoleh keuntungan.

Contoh BEP untuk menghitung berapa uang penjualan yang perlu diterima agar terjadi BEP :

BEP = Total Fixed Cost x Harga jual / unit


Harga jual per unit – variable cost
Dengan menggunakan contoh soal sama seperti diatas maka uang penjualan yang harus
diterima agar terjadi BEP adalah
BEP = Rp.500.00 x Rp.20.000 = Rp.1.000.000,
Rp.20.000 – Rp.10.000
Contoh Kasus 3
Sebuah perusahaan yang diberi nama “Usaha Maju” memiliki data-data biaya dan rencana
produksi seperti berikut ini :
a.Biaya Tetap sebulan adalah sebesar Rp.140juta yaitu terdiri dari :
biaya gaji pegawai + pemilik = Rp.75,000,000
biaya penyusutan mobil kijang = Rp. 1,500,000
biaya asuransi kesehatan = Rp.15,000,000
biaya sewa gedung kantor = Rp.18,500,000
biaya sewa pabrik = Rp.30,000,000
b.Biaya variable per unit Rp. 75,000.00 yaitu terdiri dari :
biaya bahan baku = Rp.35,000
biaya tenaga kerja langsung = Rp.25,000
biaya lain = Rp.15,000
c.Harga Jual per Unit Rp.95,000.
Sekarang mari kita hitung berapa tingkat BEP usaha tersebut baik dalam unit maupun dalam
rupiah :
BEP unit = Biaya Tetap / (harga per unit – biaya variable per unit)
= Rp.140juta / (Rp.95,000 – Rp.75,000)
= Rp.140juta / Rp.20,000
= 7,000 unit

BEP Rupiah = Total Fixed Cost x Harga jual / unit


Harga jual per unit - variable cost
= Rp.140 juta x Rp. 95.000
Rp.95.000 – Rp.75.000
= Rp.140 juta x Rp. 95.000
Rp. 20.000
= Rp 665.000.000
Penjelasan perhitungan BEP :
Untuk dapat beroperasi dalam kondisi BEP yaitu laba nol, perusahaan Usaha Maju harus
dapat menghasilkan produk sebanyak 7,000 unit dengan harga Rp.95,000 unit, maka jumlah
penjualannya akan menjadi Rp.665.000.000
Aplikasi BEP untuk penghitungan target laba.
Dengan mengetahui kapan perusahaan melewati tingkat BEP, maka anda sebagai manager
atau pemilik Usaha Maju Terus akan dapat menghitung berapa minimal penjualan untuk
mendapatkan laba yang anda targetkan, yaitu dengan cara menambahkan laba yang
ditargetkan tersebut dengan biaya tetap yang anda miliki.

Misalkan target laba anda sebulan adalah Rp.75 juta, maka minimal penjualan yang anda
harus capai adalah sebagai berikut :
BEP – Laba = (Biaya Tetap + Target Laba) / (Harga per unit – Biaya Variable/ unit)
= (Rp.140juta + Rp.75juta) / (Rp.95,000 – Rp.75,000)
= Rp.215juta / Rp.20,000
= 10,750 unit
Mari kita buktikan perhitungan tersebut diatas, apakah benar dengan menjual sebanyak
10,750 unit Usaha Maju Terus akan mendapatkan laba sebesar Rp.75,000,000.
Jawab :
Penjualan = (Harga perunit x target unit) – (biaya tetap + biaya variable)
=(Rp.95.000 x Rp. 10.750 unit) – (Rp. 140.000.000 + (10.750xRp.75.000))
= Rp.1.021.250.000 - ( Rp. 140.000.000 + 806.250.000)
= Rp.1021.250.000 - Rp. 946.250.000
Laba/Rugi = Rp. 75.000.000

Kesimpulan : Terbukti.
2.5 Tingkat Keamanan (Margin of Safety)
Tingkat kemanan atau Margin of Safety (MoS) merupakan hubungan atau selisih antara
penjualan tertentu (sesuai anggaran) dengan penjualan pada titik impas. Batas aman
digunakan untuk mengetahui berapa besar penjualan yang dianggarkan untuk mengantisipasi
penurunan penjualan agar tidak mengalami kerugian.
Margin Safety dalam hubungannya dengan analisis Break Event Point yaitu untuk
menentukan seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak mengalami
kerugian. Apabila hasil penjualan pada tingkat Break Event dihubungkan dengan penjualan
yang dibudgetkan atau pada tingkat penjualan tertentu, maka akan diperoleh informasi
tentang seberapa jauh volume penjualan boleh turun, sehingga perusahaan tidak menderita
rugi. Hubungan atau selisih antara penjualan yang dibudget atau tingkat penjualan tertentu
dengan penjualan pada tingkat Break Even merupakan tingkat keamanan (Margin Of Safety)
bagi perusahaan dalam melakukan penurunan penjualan.
Rumus yang digunakan untuk mencari tingkat keamanan atau Margin of Safety (MoS) adalah
sebagai berikut :
1.Penjualan MoS yang direncanakan
MoS = penjualanp erbujet x100 %
penjualanp ertitikimp as

2.Penjualan MoS
MoS = penjualanp erbujet - penjualanp ertitikimpas x100 %
penjualanp erbujet

Dari data sebelumnya MoS dapat dicari sebagai berikut :


MoS = Rp.500.000.000 x100 % = 166 . 66 % dibulatkan (167%)
Rp.300.000.000
MoS= Rp.500.000.000 – Rp.300.000.000 x100 % = 40 %
Rp. 500.000.000
Ini berarti bahwa tingkat penjualan tidak boleh kurang atau turun 40 % dari tingkat
penjualan yang direncanakan atau 167 % dari tingkat penjualan titik impas yang telah
ditetapkan perusahaan. Jika MoS ditentukan berdasarkan hasil penjualan dapat dicari sebagai
berikut.

Pertama : 67 % x Rp.300.000.000,- = Rp. 201.000.000,-


Kedua : 40 % x Rp.500.000.000,- = Rp. 200.000.000,-

2.6 BEP dengan Perubahan


Berdasarkan limitasi-limitasi tersebut, BREAK EVEN POINT (BEP) akan bergeser atau
berubah apabila:
1. Perubahan FC, terjadi sebagai akibat bertambahnya kapasitas produksi, dimana
perubahan ini di tandai dengan naik turunnya garis FC dan TC-nya, meskipun
perubahannya tidak mempengaruhi kemiringan garis TC. Bila FC naik BEP akan bergeser
keatas atau sebaliknya.
2. Perubahan pada variabel cost ratio atau VC per unit, dimana perubahan ini akan
menentukan bagaimana miringnya garis total cost. Naiknya biayaVC per unit akan
menggeser BEP keatas atau sebaliknya.
3. Perubahan dalam sales price per unit
Perubahan ini akan mempengaruhi miringnya garis total revenue (TR). Naiknya harga jual
per unit pada level penjualan yang sama walaupun semua biaya adalah tetap, akan
menggeser kebawah atau sebaliknya.
4. Terjadinya perubahan dalam sales mix
Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk maka komposisi
atau perbandingan antara satu produk dengan produk lain (sales mix) haruslah tetap.
Apabila terjadi perubahan misalnya terjadi kenaikan 20% pada produk A sedangkan
produk B tetap maka BEP pun akan berubah.

Ketika asumsi yg harus dipenuhi untuk dapat melakukan analisis Break Even tidak
terpenuhi, karena adanya perubahan maka hal tersebut akan mempengaruhi besaran Break
Even Point. Dengan menggunakan data soal pada topik Cara Menentukan Titik Break Even
berikut diberikan ilustrasi terkait berbagai perubahan yang mungkin terjadi antara lain :
 Adanya Perubahan dalam Harga Jual

Kenaikan dalam harga jual- produk dengan 10% sedang data lainnya tidak berubah. Maka
tingkat break even yang baru adalah :

Kenaikan harga jual akan berakibat turunnya Variabel Cost ratio dari 52% menjadi tinggal
47,3%. Sehingga bagian penghasilan yang tersedia untuk menutup biaya tetap menjadi lebih
besar (dari 48% menjadi 52,7%). Oleh karena itulah break even dicapai pada tingkat
penjualan yang lebih rendah.

 Adanya Perubahan Biaya Variabel

Biaya variabel naik dengan 10%, sedang data lainnya' tidak berubah, maka

Meningkatnya biaya variabel mengakibatkan meningkatnya Variable Cost ratio menjadi


57,2%. Sehingga beban biaya tetap sekarang dirasakan lebih berat dan break even baru
dicapai pada tingkat 84,1% dari penjualan yang dianggarkan.

 Adanya perubahan Biaya Tetap

Biaya tetap keseluruhan naik dengan IS% karena naiknya gaji atau biaya penyusutan, maka
Meningkatnya biaya tetap tanpa diimbangi dengan penghematan pada jenis biaya yang lain,
atau meningkatnya penghasilan, jelas akan mengakibat¬kan naiknya volume break even
menjadi 86,2% dari penjualan yang dianggar¬kan.
 Adanya Perubahan harga input

Pemerintah menaikkan harga BBM dengan 50%, sehingga mengakibatkan


1. naiknya biaya variabel dengan 10%
2. naiknya biaya tetap dengan 15%

3. peningkatan harga jual produk dengan 20%

4. penurunan jumlah yang laku terjual dengan 12%

Maka volume break even yang baru menjadi :

Pengaruh gabungan dari berbagai perubahan itu mengakibatkan meningkat¬nya Break even
dalam nilai Rupiah (dari Rp 3.750.000,- menjadi Rp 3.955.665,-), namun karena harga jual
juga dinaikkan maka BE dalam unit malah turun dengan 18.145 unit (dari 150.000 unit
menjadi 131.855 unit). Dengan demikian pada kasus ini berbagai perubahan membawa
pengaruh positif bagi perusahaan.

 Adanya laba dari sumber kegiatan lain


Perusahaan selain memperoleh laba dari sumber kegiatan yang utama, ternyata juga
memperoleh pendapatan lain (sampingan) yang bernilai Rp 300.000,- setahun.
Akibatnya terhadap perhitungan BE adalah :

Adanya siimber pendapatan non operasi ternyata mempunyai pengaruh positif bagi
perusahaan, yaitu dengan menurunnya BE dengan Rp 625.000,¬Dengan adanya pendapatan
lain berarti beban biaya tetap disumbang tidak saja dari sumber yang biasa, melainkan juga
dari sumber non operasi.

 Adanya kerugian non operasi

Dengan adanya kerugian non operasi akan menambah beban bagi perusahaan. Dalam contoh
ini dilukiskan adanya (kerugian non operasi sebesar Rp 100.000,- Akibatnya terhadap volume
BE :

 Keadaan di mana jumlah yang dijual tidak sama dengan jumlah yang
dihasilkan.

Dalam situasi seperti ini timbul masalah dalam pembebanan biaya tetap, khususnya biaya
tetap dari harga pokok pabrik atau harga pokok produksi. Masalahnya adalah apakah produk
yang tidak terjual juga dibebani dengan biaya tetap produksi, ataukah seluruh beban biaya
tetap produksi seluruhnya menjadi beban produk yang terjual saja. Khusus untuk biaya usaha
yang terdiri dari biaya penjualan dan biaya administrasi, umumnya semua pihak sepakat
untuk hanya membebankannya pada produk yang terjual saja.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Analisis titik impas adalah suatu keadaan dimana perusahaan beroperasi dalam
kondisi tidak memperoleh pendapatan (laba) dan tidak pula menderita kerugian. Artinya
dalam kondisi ini jumlah pendapatan yang diterima sama dengan jumlah biaya yang
dikeluarkan.
Analisis titik impas dapat digunakan untuk :
1. Desain produk
2. Pembelian peralatan dana
3. Analisis produksi
Kelemahan analisis titik impas adalah :
1. Membutuhkan banyak asumsi terbatas
2. Bersifat statis
3. Tidak digunakan untuk mengambil keputusan akhir
4. Tidak menyediakan pengujian aliran kas yang baik
5. Kurang mempertimbangkan risiko-risiko yang terjadi selama masa penjualan.

Asumsi dan keterbatasan analisi titik impas adalah sebagai berikut.


1. Biaya yang digunakan hanya dua macam, yaitu memisahkan antara biaya tetap dan biaya
variabel
2. Biaya tetap dianggap konstan sampai kapasitas tertentu saja
3. Biaya variabel berubah-ubah secara sebanding (proporsional) dengan perubahan volume
penjualan
4. Hanya digunakan satu macam harga barang yang dijual atau diproduksi
5. Tidak ada perubahan harga jual

Rumus yang dapat digunakan dalam analisis BEP :


a. Analisis Titik Impas Dalam Unit b. Analisis Titik Impas Dalam Rupiah
BEP = FC BEP = FC
P - VC 1- VC
S

DAFTAR PUSTAKA
Makalah Manajemen Keuangan “Analisis Break Event Point”,
http://ranirizkynaamelya.blogspot.com/2013/06/makalah-manajemen-keuangan-
analisis.html , diakses pada tanggal 11 November 2019

Academia.2019.”Analisa Break Even” ,


https://www.academia.edu/30064339/ANALISA_BREAK_EVEN , diakses pada tanggal 11
November 2019

JR Company “Makalah tentang Analisis Break Event Point” ,


http://chalisjr.blogspot.com/2016/03/makalah-tentang-analisis-break-event.html , diakses
pada tanggal 11 November 2019

In “Analisis Titik Impas” , https://www.slideshare.net/astriyulia3/print-makalah-analisis-titik-


impas , diakses pada tanggal 11 November 2019

Anda mungkin juga menyukai