Biologi Laut Kelompok 2 Plankton
Biologi Laut Kelompok 2 Plankton
Biologi Laut Kelompok 2 Plankton
“Plankton”
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2
PENDIDIKAN BIOLOGI
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Harapan kami semoga makalah ini
membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Makalah ini
bejudul “Plankton” yang dibuat untuk memenuhi tugas kami dalam mata kuliah Biologi
Laut.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kami harapkan
kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun agar
kami dapat menyusun makalah lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ................................................................................................ 23
B. Saran .......................................................................................................... 23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laut merupakan tempat hidup atau habitat dari berbagai macam biota, mulai
dari organisme bersel satu hingga organisme yang berukuran sangat besar. Terdapat
ratusan ribu biota laut yang telah diketahui dan laut masih menyimpan misteri akan
keanekaragaman biotanya. Biota laut saling berinteraksi dan membentuk suatu
ekosistem khusus. (Romimohtarto &Juwana, 2007)
Pada umumnya biota laut dibagi menjadi 3 kelompok utama yaitu, plankton,
nekton dan bentos. Pengelompokan ini tidak berkaitan dengan jenis dan klasifikasi
ilmiah. Melainkan pengelompokan ini berdasarkan pada kebiasaaan hidup mereka
secara umum, seperti gerakan saat berjalan, pola hidupnya, serta persebarannya di
perairan laut menurut ekologi. (Nybakken. 1988)
Plankton merupakan organisme yang hidup di air baik air tawar hingga air
laut, dan bergerak mengunakan arus air saja. Ukuran plankton bervariasi namun
lebih di dominansi oleh plankton berukuran mikroskopis. Ukuran yang kecil pada
plankton sangat menguntungkan, hal ini merupakan adaptasinya dalam kehidupan di
air dengan mengecilkan ukuran daya apung. (Nontji, 2008)
Plankton merupakan biota laut yang berjumlah sangat banyak dan beraneka
ragam serta yang terpadat di laut. Plankton memiliki peranan yang penting dalam
ekosistem dan rantai makanan di laut. Fitoplankton yang menyerupai tumbuhan
yang merupa kan produsen utama di laut yang menjadi dasar dari rantai makanan.
Dan zooplankton merupakan konsumen primer utama yang menjadi makanan bagi
berbagai biota laut. Paus biru yang terkenal sebagai hewan terbesar menjadikan
zooplankton sebagai makanan utamanya. Tanpa adanya plankton maka tidak
terdapat keseimbangan pada rantai akanan di laut hingga dapat menyebabkan
1
ketidakseimbangan dalam ekosistem. Karena hal tersebut maka plankton merupakan
tumpuan bagi seluruh organisme yang hidup dilaut. (Nybakken. 1988)
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian plankton?
2. Bagaimana klasifikasi plankton?
3. Bagaimana migrasi plankton?
4. Bagaimana adaptasi plankton?
5. Apa peran dan manfaat plankton?
C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian plankton
2. Menjelaskan klasifikasi plankton
3. Menjelaskan migrasi plankton
4. Menjelaskan adaptasi plankton
5. Menjelaskan peran dan manfaat plankton
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Plankton
3
hidupnya. Kemudian meroplankton merupakan organisme – organisme akuatik
yang hanya sebagian dari daur hidupnya bersifat planktonik. Organisme yang
termasuk dalam golongan meroplankton yaitu berbagai larva hewan laut yang pada
stadium dewasa hidup sebagai bentos atau nekton. (Nybakken. 1988)
B. Klasifikasi Plankton
a. Klasifikasi berdasarkan ukuran
Kini, dengan kemajuan teknik penyaringan yang dapat lebih baik memilah –
milah partikel yang sangat halus, penggolongan plankton berdasarkan
ukurannya lebih berkembang. Penggolongan di bawah ini diusulkan oleh
sierubuth dkk. (1978) yang kini banyak diacu orang. (Nontji, 2008)
4
Yang termasuk dalam golongan ini yaitu ubur-ubur Schyphomedusa,
misalnya bisa mempunyai ukuran diameter payungnya sampai lebih dari
satu meter, sedangkan umbai-umbai tentakelnya bisa sampai beberapa meter
panjangnya. Plankton raksasa yang berukuran terbesar di dunia adalah ubur-
ubur Cyanea arctica yang payungnya bisa berdiameter lebih dua meter dan
dengan panjang tentakel 30 m lebih.
b. Makroplankton (2-20 cm)
Contohnya adalah eufausit, sergestid, pteropod. Larva ikan banyak pula
termasuk dalam golongan ini.
c. Mesoplankton (0,2-20 mm)
Sebagian besar zooplankton berada dalam kelompok ini, seperti
copepod, amfipod, ostakod, kaetognat,. Ada juga beberapa fitoplankton yang
berukuran besar dalam golongan ini seperti Noctiluca.
d. Mikroplankton (20-200 µm)
Fitoplankton adalah yang paling umum ditemukan yang termasuk dalam
golongan ini, sepeti diatom dan dinoflagelata.
e. Nanoplankton (2-20 µm)
Kelompok ini terlalu kecil untuk dapat ditangkap dengan jarring
plankton, misalnya kokolitororid. Dan berbagai mikroflagelata.
f. Picoplankton (0,2-2 µm)
Umum bakteri termasuk dalam golongan ini, termasuk sianobakteri yang
baik membentuk filament seperti Synechococcus.
g. Femtoplankton (lebih kecil dari 0,2 µm)
Termasuk dalam golongan ini adalah virus laut (marine virus), yang
disebut juga sebagai virioplankton
5
dan hidup di melayang diair dan Sebagaian fitoplatan bersel satu.
Fitoplankton memiliki peran penting dalam ekosistem perairan yaitu
sebagai produsen utama (primary producer) serta salah satu parameter
tingkat kesuburan suatu peairan. Fitoplankton juga dapat mengubah zat
anorganik menjadi organic dan mengoksidasi air serta fitoplanton
habitatnya ditemukan pada zona eufotik. Dimana zona eufotik ini
merupakan tempat kedalaman tertentu yang dapat ditembus oleh matahari
yang bisa tempat tumbuhan melakukan fotosintesis. (Nontji, 2008)
Fitoplankton dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Diatom
Gambar 1 Diatom
6
b. Dinoflagelata
Gambar 2 Dinoflagelata
Dinoflagelata dicirikan oleh sepasang flagel yang digunakan
untuk bergerak dalam air. Dinoflagelata tidak memiliki kerangka luar
yang yang terbuat dari silikon, tetapi sering memiliki suatu “baju
zirah” berupa lempeng-lempeng selulosa yaitu suatu karbohidrat.
Pada umumnya dinoflagelata berukuran kecil, hidup tunggal, dan
jarang membentuk rantai . sama halnya dengan diatom, dinoflagelata
berkembang biak melalui proses pembelahan .dinoflagelata juga
mampu menghasilkan bermacam zat racun yang dilepaskan ke dalam
laut. Zat racun yang dilepaskan ini akan dapat mempengaruhi
organisme-organisme lainnya yang ada dilaut dan dapat
menyebabkan kematian masal. (Nybakken. 1988)
2. Zooplankton
Zooplankton merupakan anggota plankton yang bersifat hewani.
Zooplankton hidupnya mengapung atau melayang dipermukaan air serta
dapat bergerak dengan cara berenang. Pengerakannnya zooplankton inipun
terbatas sehingga hanya ditentukan oleh arus yang membawanya. (Nontji,
2008)
Zooplankton bersifat heterotrofik, dimana ia tidak mampu mengubah
bahan organik dari anorganik. Oleh sebab itu untuk kelangsungan hidupnya
ia sangat bergantung pada bahan organic dari fitoplanton yang menjadi
makananya. Jadi zooplankton ini yang berfungsi sebagai konsumen bahan
organik. Zooplankton ada yang hidup dipermukaan dan ada pula yang hidup
7
di perairan dalam serta ada juga yang melakukan migrasi vertikal harian dari
lapisan dalam kepermukaan. (Nontji, 2008)
Meroplankton yaitu hewan yang hidup sebagai plankton hanya pada
tahapan siklus tertentu, seperti larva atau juvenil dari Crustacea,
Coelenterata, Molusca, Annelida dan Echinodermata. (Putra, 2015)
Arinardi (1994) mengatakan bahwa beberapa filum hewan terwakili
di dalam kelompok zooplankton. Zooplankton terdiri dari beberapa filum
hewan antara lain : filum Protozoa, Cnidaria, Ctenophora, Annelida,
Crustacea, Mollusca, Echinodermata, Chaetognatha dan Chordata. (Diah
Afsari, 2012)
1. Protozoa
Gambar 3 Protozoa
Di antara zooplankton yang holoplanktonik, jumlah individu dari
filum Protozoa sangat besar. Protozoa lautan ini didominasi oleh ordo
Foraminiferida dan ordo Radiolaria. Para anggota kedua ordo ini
semuanya organisme-organisme monoselular berkerangka. Kerangka
foraminiferida terdiri dari kalsium karbonat, sedangkan kerangka
radiolaria terdiri dari gelas (SiO2). Radiolaria hanya terdapat di laut,
sedangkan foraminiferida hanya sebagian yang hidup di laut. Para
anggota kedua ordo ini demikian melimpahinya dan penyebarannya pun
sangat luas, sehingga kerangka mereka yang mengendap di dasar
perairan-perairan bahari yang dalam membentuk lapisan-lapisan lumpur
globigerina dan radiolaria yang tebal. (Nybakken. 1988)
8
2. Cnidaria
Gambar 4 Cnidaria
Termasuk dalam filum Cnidaria yang holoplanktonik ialah
berbagai ubur-ubur dari klas Hydrozoa dan Scyphozoa, serta koloni-
koloni yang kompleks dan aneh yang dikenal dengan nama sifonofora.
Ubur-ubur dari klas Scyphozoa merupakan organisme plankton tersebar
dan kadang-kadang terdapat dalam jumlah besar. (Nybakken. 1988)
3. Ctenophora
Gambar 5 Ctenophora
Filum Ctenophora yang secara taksonomi masih dekat dengan
Cnidaria sebagian besar bersifat planktonik. Semua Ctenophora adalah
karnivora rakus, yang menangkap mangsanya dengan tentakel - tentakel
yang lengket atau dengan mulutnya yang sangat lebar. Untukbergerak
dalam air menggunakan deretan- deretan silia yang besar yang disebut
stenes. Perbedaan Ctenophora dengan Cnidaria adalah tidak adanya sel
penyengat (nematocysts) pada Ctenophora tetapi memiliki sel pelengket
yang disebut coloblast dimana sel ini dapat melekatkan mangsanya
(Nybakken. 1988)
4. Annelida
Gambar 6 Annelida
9
Annelida ini cukup banyak terdapat sebagai meroplankton di
laut. Banyak meroplankton dari Annelida ini terdapat di pantai-pantai
yang subur. Larva- larva Annelida bernama trochophore larva, jika baru
keluar dari telur, berbentuk bulat atau oval, besilia dan mempunyai
tractus digesvitus agar di lautan bebas dapat memakan nanoplankton dan
detritus yang halus. (Diah Afsari, 2012)
Terdapat pula holoplankton dari filum annelida seperti cacing
polikaeta dari family Tomoptoridae dan Alciopidae. Plankton jenis ini
memiliki habitat di perairan dalam. (Nybakken. 1988)
5. Arthropoda
Gambar 7 Arthropoda
Menurut Nybakken (1992) bagian terbesar zooplankton adalah
anggota filum arthropoda. Dari phylum Arthropoda hanya Crustacea
yang hidup sebagai plankton dan merupakan zooplankton terpenting bagi
ikan di perairan air tawar maupun air laut.
Crustacea berarti hewan-hewan yang mempunyai sel yang terdiri
dari kitin atau kapur yang sukar dicerna. Crustacea dapat dibagi menjadi
2 golongan: Entomostracea (udang-udangan tingkat rendah) dan
Malacostracea (udang-udangan tingkat tinggi). Sebagian besar dari larva
Malacostracea merupakan meroplankton. Entomostracea tidak
mempunyai stadium zoea seperti halnya Malocostracea. Entomostracea
yang merupakan zooplankton ialah Cladocera, Ostracoda dan Copepoda,
sedangkan dari Malacostracea hanya Mycidacea (mysid) dan
Euphausiacea (Eufausid) yang merupakan zooplankton kasar atau
makrozooplankton (Diah Afsari, 2012)
10
Salah satu sub kelas Crustacea yang penting bagi perairan adalah
Copepoda. Kopepoda yaitu krustasea holoplaktonik berukuran kecil
yang mendominasi zooplankton di semua laut dan Sumatra. Copepoda
mendominasiekosistem perairan, dengan populasi dapat mencapai 70 –
90%. (Diah Afsari, 2012)
Pada umumnya kopepoda hidup bebas yang berukuran kecil ,
panjang. Gerakan-gerakan renangnya lemah, menggunakan kaki-kaki
torakal, dengan ciri khas gerakan kaki yang tersentak-sentak. Antenanya
yang paling besar berguna untuk menghambat laju tenggelamnya dan
kebnyakan kopepoda memiliki bentuk tubuh yang khas sehingga mudah
dikenal. Kopepoda memakan fitoplakton dengan cara menyaringnya
melalui rambut-rambut (sitae) halus yang tumbuh di apendiks tertentu
yang mengelilingi mulut (maxillae), atau dengan langsung menangkap
fitoplakton dengan apendiksnya. (Nybakken. 1988)
6. Molusca
Gambar 8 Molusca
Filum Moluska biasanya terdiri dari hewan-hewan bentik yang
lambat. Namun, terdapat pula bermacam moluska yang telah mengalami
adaptasi khusus agar dapat hidup sebagai holoplankton. Moluska
planktonik yang telah mengalami modifikasi tertinggi ialah pteropoda
dan heteropoda. Kedua kelompok ini secara taksonomi dekat dengan
siput dan termasuk kelas Gastropoda. Salah satu jenis spesies unik dari
plankton pada filum molusca adalah janthina. (Nybakken. 1988)
7. Echinodermata
11
Gambar 9 Molusca
Filum Echinodermata hanya larva-larva dari beberapa ordo yang
termasuk meroplankton. Genus echinodermata yang larvanya merupakan
meroplankton ialah Bipinaria, Brachiolarva dan Auricularia, yang ada
pada waktunya akan mengendap semua pada dasar laut sebagai benthal-
fauna (Diah Afsari 2012)
8. Chaetognatha
Gambar 10 Chaetognatha
Chaetognatha merupakan filum yang seluruh jenis hewannya
hidup di laut. Nama chateognat berasal dari bahasa yunani kuno
“Chaete” yang berarti bulu kaku, dan “gnathos” yang berarti rahang.
Jadi dapat disumpulkan bahwa hewan yang memiliki rahang berbulu
kaku. (Nontji, 2008)
Chaetognatha terkenal dengan julukan “cacing panah” dan
merupakan anggota plankton paling banyak dari seluruh dunia.
Semuanya merupakan predator rakus, baik terhadap koppepoda maupun
organisme planktonik lainnya. (Nybakken. 1988)
9. Chordata
Gambar 11 Chordata
12
Para anggota filum ini yang planktonik termasuk dalam kelas
Thaliacea dan larvacea, berbentuk seperti agar-agar dan makan dengan
cara menyaring makanan dari air laut. Larvacea membangun rumah di
sekelilingnya dan memompa air melalui alat penyaring di dalam rumah
untuk memperoleh makanan. (Nybakken. 1988)
13
Larva krustacea seperti udang dan kepiting mempunyai
perkembangan yang bertingkat – tingkat dengan bentuk yang
sedikitpun tidak menunjukan persamaan dengan bentuk dewasanya.
Pengetahuan mengenai meroplankton ini menjadi sangat penting
dalam kaitannya dengan upaya budi daya udang, krustacea, molusca,
dan ikan. (Nontji, 2008)
14
kelompok neuston adalah Trichodesmium. Yang merupakan
sianobakteri berantai panjang yang dapat hidup di permukaan dan
mempunyai keistimewaan dapat mengikat nitrogen langsung dari
udara. Neuston yang hidup pada kedalaman sekitar 0-10 cm dari
permukaan laut disebut hiponeuston. (Nontji, 2008)
Dari kelompok neuston ini terdapat pula jenis plankton yang
mengambang di permukaan dengan sebagian tubuhnya di dalam air
dan sebagian lainnya timbul di udara yang disebut pleuston. Contoh
pleuston adalah ubur – ubur api (Physalia physalis) yang diberi
julukan Portuguese man of war. Bagian atasnya mengelembung
keluar dari permukaan bagaikan layar yang dapat ditiup angin yang
menghanyutkan plankton tersebut. Plankton Physalia physalis
disebut ubur – ubur api karena bila tersentuh akan dapat menyengat
kulit hingga melebuh seperti terbakar api. Selain ubur – ubur lapi
terdapat pula spesies lain yang termasuk kelompok pleuston yakni
Janthina yang merupakan keong laut yang hidup menggantung di
lapisan permukaan dengan busa yang dihasilkan bagaikan
pelampung. (Nontji, 2008)
2. Mesoplankton
Mesoplankton yakni plankton yang hidup di lapisan tengah,
pada kedalaman sekitar 100-400 m di bawah permukaan laut.
Lapisan laut ini termasuk mintakat oseanik zona mesopelagik. Pada
lapisan ini intensitas cahaya matahari lebih rendah dari zona
epipelagic, Kondisi lingkungan cenderung redup hingga gelap. Oleh
sebab itu pada lapian ini fitoplankton sulit dijumpai karena
kurangnya cahaya matahari yang masuk menyebabkan fitoplankton
kesulitan untuk melakukan fotosintesis. Pada umumnya lapisan ini di
dominansi oleh zooplankton. Kelompok kopepoda (jenis crustacean
kecil) misalnya Eucheuta marina. Terdapat pula kelompok eufausid
misalnya (Thysanopoda, Euphausia, Thysanoessa, Nematoscelis).
15
Namun kelompok ini juga dapat melakukan migrasi ke lapisan
atasnya. (Nontji, 2008)
3. Hipoplankton
Hipoplankton adalah plankton yang hidup di kedalaman lebih
dari 400 m. termasuk dalam kelompok ini adalah Batiplankton
(Bathyplankton) yang hidup pada kedalaman >600 m yang termasuk
pada zona batipelagik , dan Abisoplankton (Abyssoplankton) yang
hidup di lapisan yang paling dalam sampai 3000-4000 meter yang
termasuk pada zona abisopelagik. Sebagai contoh, dari kelompok
eufausid, Bentheuphausia ambylops,dan Thysanopoda adalah jenis
tipikal laut dalam yang menghuni perairan pada kedalaman lebih dari
1500 m. Kelompok kaetognat Eukrohnia hamata,dan Eukrohnia
bathypelagica yang hidup pada kedalaman lebih dari 1000 m.
(Nontji, 2008)
C. Migrasi Plankton
Migrasi merupakan perpindahan sekelompok hewan dari satu lokasi ke
lokasi yang lain. Pada umumnya hewan bermigrasi dipicu oleh tiga dorongan utama
yaitu reproduksi, makanan, dan bertahan hidup (Survival). Zooplankton juga
mengalami migrasi yang dinamakan migrasi vertika zooplankton, dalam setiap hari
diperkirankan sekitar satu miliar ton zooplankton bermigari. (Nontji, 2008)
Migrasi vertikal sebenarnya dapat dibagi menjadi migrasi vertikal harian
(diel vertikal migration), migrasi vertikal musiman (seasonal vertikal migration).,
migrasi vertikal ontogenetik (ontogenetic vertikal migration) yang bergantung pada
tahap pertumbuhan jenis. migrasi vertikal harian merupakan migrasi yang dilakukan
zooplankton setiap hari pada malam hari. Migrasi vertikal musiman merupakan
migrasi yang dilakukan zooplankton pada musim tertentu terganutung makanan
(fitoplankton) atau kondisi lingkungan tertentu. Migrasi vertikal ontogenetik
merupakan migrasi yang terjadi pada siklus hidup tertentu pada kedalaman tertentu.
16
Namun yang paling umum adalah migrasi vertikal harian, dimana
zooplankton bergerak naik menjelang malam hari dan bergerak turun pada dini hari.
Jarak vertikal yang ditempuh dalam migrasi vertikal bervariasi antar jenis,
meskipun para ahli memperkirakan jaraknya tidak lebih dari 1700 m. hampir
seluruh filum hewan yang mempunyai representasi dalam zooplankton melakukan
migrasi harian, seperti kaetognat, copepod, misid, amfipod, dan lainnya. (Nontji,
2008)
Sejak awal ilmuan mempelajari plankton pada akhir abad – 19, orang sudah
menduga adanya migrasi vertikal ini pada zooplankton. Hal ini didasarkan pada saat
ilmuan tersebut mengambil contoh sampel zooplankton pada malam hari hasilnya
biasanya lebih besar daripada pengambilan contoh sampel pada siang hari. Salah
satu contoh klasik pola migrasi vertikal zooplankton yang terjadi pada jenis Calanus
finmerchicus diperairan Sconland. (Nontji, 2008)
Pada umumnya dapat dijelaskan bahwa migrasi vertikal itu disebabkan oleh
faktor internal (endogenous) dan faktor eksternal (eksogenous). Faktor internal
misalnya dengan adanya jam biologi (biological clock) yang secara otomatis
mengatur irama kegiatan harian tiap individu faktor eksternal di tentukan oleh
perubahan kondisi lingkungan, antara lain karena faktor cahaya, suhu, salinitas,
kandungan oksigen, tekanan hidrostatik, dan keterseidaan pakan. Diantara seluruh
faktor maka yang paling dominan adalah cahaya. Terdapat beberapa hipotesis
mengenai faktor yang mendukung migrasi zooplankton yaitu : (Nontji, 2008)
Hipotesis isolume (isolume hypothesis), yang menerangkan bahwa
zooplankton bergerak mengikuti kedalaman yang mempunyai intensitas cahaya
yang paling cocok untuknya. Jadi menjelang senja, ketika penetrasi cahaya matahari
ke dalam laut mulai berkurang, zooplankton pun mulai bergerak ke permukaan.
Sebaliknya. Menjelang subuh, ketika cahaya matahari mulai akan bersinar,
zooplankton akan bergerak turun.
Hipotesis laju perubahan (rate of change hypothesis) yang menerangkan
bahwa zooplankton tidak mengikuti intensitas cahaya absolut, tetapi merespon laju
17
perubahan cahaya. Saat – saat menjelang senja dan menjelang subuh adalah saat
laju perubahan cahya terjadi dengan sangat.
Hipotesis mengenai ketersediaan pakan didasarkan pada asumsi bahwa
zooplankton akan berhimpun di tempat yang mempunyai ketersediaan pakan yang
tinggi. Ada pula yang melihat bahwa semua faktor – faktor itu berpengaruh secara
serentak, tidak sendiri – sendiri. Oleh sebab itu, penjelasan mengenai migrasi
vertikal ini harus dilihat sebagai kombinasi semua faktor lingkungan tersebut.
Penelitian mengenai distribusi dan pola migrasi vertikal pada zooplankton
Indonesia telah dipelajari pula dalam Ekspedisi Sriellius II (kerjasama Indonesia –
belanda) di laut banda. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan agustus 1984 saat
terjadinya upwelling (air naik), dan bulan februari-maret 1985 saat downwelling (air
tenggelam). Beberapa jenis copepod mempunya pola migrasi vertika yang berbeda.
Copepod Calanoides philippinensis, yang merupakan jenis indikator (indikator
species). Untuk perairan upwelling, mengadakan migrasi ontogenetic dan musiman
antara permukaan dan lapisan lebih dalam dari 500m. beberapa jenis copepod
lainnya, seperti Rhyncalanus nasutus, Eucalanus mucronatus, dan Pleuremamma
abdominalis melakukan migrasi vertikal harian, merambat naik keatas saat senja,
dan mulai turun ke lapisan lebih dalam setelah malam hari. Ekspedisi ini juga
mendapatkan bukti bahwa migrasi vertikal tidak hanya terjadi pada holoplankton
seperti copepod, tetapi juga pada berbagai larva ikan dan mikro nekton. (Nontji,
2008)
D. Adaptasi Plankton
Plankton hidup mengapung atau melayang dalam laut. Tentu diperlukan
strategi sehingga tidak mudah tenggelam. Melawan gravitasi atau daya tenggelam
merupakan kunci untuk survival bagi plankton. (Nontji, 2008)
Sebagai makhluk hidup, semua plankton terdiri dari sel yang mengandung
bagian yang hidup bernama protoplasma. Protoplasma hidup mempunyai berat jenis
yang sedikit lebih tinggi daripada air murni, tetapi hampir sama dengan berat jenis
air laut, berkisar 1,02 – 1,05. Apabila suatu jenis fitoplankton dicirikan mempunyai
dinding sel pelindung maka berat jenisnya akan bertambah, dan karenanya akan
18
tenggelam. Untuk melawan gravitasi atau daya tenggelam ini ternyata berlaku
ketentuan umu bahwa makin besar luas permukaan suatu benda maka akan akn
makin besar pula tahanan gesekannya (Frictional resistance) terhadap air. Maikn
besar tahanan gesekannya akan semakin besar pula tahanannya untuk tenggelam.
Dapat disimpulkan bahwa plankton dengan ukuran yang kecil dapat lebih mudah
untuk mengapung, semaikn kecil ukurannya maka semakin tinggi daya apungnya
(buoyancy). Itulah sebabnya plankton yang harus hidup mengapung atau melayang
umumnya berukuran kecil. Apabila ada plankton yang berukuran besar seperti pada
ubur – ubur, strateginya adalah dengan mengandung air yang banyak dengan berat
jenis yang sama dengan air sekitarnya. Kandungan air pada ubur – ubur bisa lebih
dari 95%. (Nontji, 2008)
Untuk melawan gravitasi, atau menignkatkan daya apung, maka plankton
mempunyai berbagai adaptasi morfologis. Adaptasi ini pada plankton diatom ada
beberapa tipe: (Nontji, 2008)
1. Tipe kantong
Gambar 12 Coscinodiscus
Tipe kantong yakni berukuran relative besar dengan kandungan cairan
yang ringan dalam selnya. Contohnya adalah coscinodiscus. Terdapat pula yang
berbentuk cakram seperti Planktoniella.
2. Tipe jarum
Gambar 13 Rhizosolenia
19
Tipe jarum atau rambut, berbentuk ramping atau memanjang seperti
pada Rhizosolenia dan Thallasiothrix.
3. Tipe pita
Gambar 15 Chaeostoceros
Bercabang banyak dan membentuk rantai spiral untuk menghambat
daya tenggelam seperti yang terdapat pada Chaetoceros dan Corethron
20
Ada faktor lingkungan yang juga ikut mempengaruhi daya apung plankton,
yakni viskositas atau kekentalanair laut, yang bergantung dari suhu dan salinitas
(kadar garam). Makin tinggi suhu air atau makin rendah salinitas akan
menyebabkan viskositas menurun, dan menyebabkan plankton lebih mudah
tenggelam. (Nontji, 2008)
21
fitoplankton membuat ikatan-ikatan organik yang kompleks dari bahan
anorganik sederhana serta melakukan fotosintesis. (Nontji, 2008)
3. Fitoplankton sebagai sumber daya pakan dalam budidaya ikan (kolam atau
tambak) (Nontji, 2008)
4. Plankton sebagai obat. Berbagai jenis plankton merupakan bahan dasar
untuk memproduksi obat – obatan. Salahsatu alas an terjadinya pemburuan
plankton krill (zooplankton eufausid) di samudra selatan adalah untuk
memenuhi meningkatnya permintaan bahan baku untuk obat – obatan.
Plankton ubur – ubur jenis tertentu dipercaya dapat menjadi obat untuk
artritis, hipertensi dan nyeri punggung contoh lainnya adalah adalah
spirulina yang digunakan dalam bidang kecantikan.. (Nontji, 2008)
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Plankton adalah organisme yang hidup di perairan baik hewan maupun
tumbuhan hidup secara mengapung, menghanyut atau berenang dengan sangat
lemah, dan terbawa arus air laut. Plankton hidup di zonasi mintakat pelagik
dengan tidak dapat melawan arus air.
2. Klasifikasi plankton terbagi menjadi 4 yaitu berdasarkan ukuran, berdasarkan
fungsi, berdasarkan daur hidup, berdasarkan zonasi vertikal.
3. Migrasi plankton terbagi menjadi 3 migrasi vertikal harian, migrasi vertical
musiman, migrasi vertikan ontogenetik.
4. Adaptasi merupakan kemampuan plankton dapat mengapung hal ini disebabkan
karena ukurannya yang kecil sehingga mengurangi gaya gesek dengan air,
bentuk morfologinya yang mendukung, adanya cairan lemak, adanya gelembung
udara serta faktor luar seperti viskositas dan salinitas air.
5. Fitoplankton berperan sebagai produsen primer (utama) dan zooplankton
berperan sebagai konsumen primer. Manfaat Plankton yaitu sebagai indikator
kualitas lingkungan, menyuburkan ekosistem di sekitarnya. sumber daya pakan
dalam budidaya ikan (kolam atau tambak), sebagai obat.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari masih banyaknya
kekurangan yang terdapat di dalamnya, mulai dari kurangnya referensi yang kami
miliki sampai tahapan penyusunan makalah. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
23
Daftar Pustaka
Nyabakken, James W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta : PT.
Gramedia.
Romimohtarto, Kasijan & Juwana, Sri. 2007. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan Tentang
Biologi Laut. Jakarta : Penerbit Djambata
Setyadji. Bram & Priatna, Asep. 2011. Distribusi Spasial Dan Temporal Plankton di
Perairan Teluk Tomini, Sulawesi. jurnal bawal vol.3 (6) desember 2011 : 387 diakses
tanggal 11 september 2019
Putra, Gigih Janotama. 2015. Perbedaan Salinitas Dengan Pakan Alami Kombinasi
Terhadap Pertumbuhan Diaphanosoma Sp. Di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut
Lampung. dikutip dari https:// digilib.unila.ac.id pdf diakses tanggal 11 september 2019
24