Laporan Komunitas RW 05
Laporan Komunitas RW 05
Laporan Komunitas RW 05
PERIODE:
14 JANUARI 2019 – 09 FEBRUARI 2019
KELOMPOK 4
GELOBANG 2
KELOMPOK 4
GELOMBANG 2
Andinia Fathonah
Dyah Hermawati
Lidya Ambarsari
Lisa Perikani
Meulu Primananda
Ridwan Ginanjar
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
1. PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1 Latar
Belakang....................................................................................................1
1.2 Tujian Penulisan.................................................................................................5
1.3 Sistematika Penulisan.........................................................................................6
2. TINJAUAN TEORITIS....................................................................................7
2. 1 Keperawatan
Komunitas....................................................................................7
2.2 Asuhan Keperawatan
Komunitas........................................................................9
2.2.1 Pengkajian Keperawatan
Komunitas.........................................................9
2.2.2 Diagnosis Keperawatan
Komunitas.........................................................11
2.2.3 Rencana Intervensi Keperawatan
Komunitas..........................................11
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Komunitas...................................................13
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Komunitas...........................................................13
2.3 Kelompok usia Dewas dan Lansia sebagai Populasi
Berisiko..........................14
2.3.1 Definisi Populasi Berisiko.......................................................................14
2.3.2 Karakteristik Usia Dewasa sebagai Populasi
Berisiko.............................14
2.3.3 Karakteristik Lansia sebagai Populasi
Berisiko.......................................15
2.4 Perawatan Diabetes Mellitus............................................................................16
2.5 Perawatan
Hipertensi........................................................................................20
3. PELAKSANAAN ASUHAN
KEPERAWATAN...........................................27
3.1 Pengkajian dan
Hasil.........................................................................................27
3.2 Diagnosa Keperawatan
Komunitas...................................................................38
3.3 Perencanaan Asuhan Keperawatan
Komunitas.................................................40
3.4 Implementasi, Evaluasi, dan Rencana Tindak
Lanjut.......................................45
4.
PEMBAHASAN................................................................................................51
4.1 Pengkajian........................................................................................................51
4.2 Diagnosa Keperawatan.....................................................................................53
4.3 Rencana Keperawatan
Komunitas....................................................................54
4.4 Implementasi dan
Evaluasi...............................................................................55
4.5 Analisa
SWOT..................................................................................................60
5. PENUTUP.........................................................................................................62
5.1
Kesimpulan.......................................................................................................62
5.2 Saran.................................................................................................................63
5.2.1 Bagi
Pemerintah.......................................................................................63
5.2.2 Bagi Puskesmas.......................................................................................63
5.2.2 Bagi
Kader...............................................................................................64
5.2.3 Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
..................................................65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
2
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Rukun Warga (RW) 05 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis
selama 4 minggu dimulai dari tanggal 14 Januari hingga 09 Februari. Praktik
ini dilakukan guna meningkatkan status kesehatan komunitas serta memenuhi
syarat untuk mendapatkan gelar Ners agar dapat berperan sebagai perawat
yang sesuai dengan standar perawat yang diharapkan pemerintah dan
masyarakat.
Tempat Praktik yang digunakan RW 05 yang terdiri dari 9 Rukun Tetangga
(RT) serta terdapat 2 (dua) posyandu dan 1 (satu) posbindu. Guna mengetahui
masalah kesehatan yang ada pada RW 05, mahasiswa terlebih dahulu
melakukan pengkajian serta pengumpulan data. Pengumpulan data ini
dilakukan melalui wawancara, diskusi dengan masyarakat dan tokoh-tokoh
penting di RW tersebut (tokoh agama, tokoh masyarakat, dan kader),
windshiel survey, observasi, serta data sekunder yang di dapatkan dari
Residen, Puskesmas, Posyandu, dan Posbindu. Mahasiswa bersama Pak
Lurah, Ketua RT, tokoh masyarakat, tokoh agama, serta kader telah
melakukan identifikasi masalah kesehatan dengan cara focus group discussion
(FGD) pada pertemuan 1 (satu). Pada akhir pertemuan tersebut, didapatkan
masalah kesehatan utama yang teridentifikasi adalah penyakit tidak menular,
terutama hipertensi. Hasil FGD ini ditemukan berbanding lurus dengan
perolehan data yang didapatkan secara wawancara langsung serta data
sekunder.
Berdasarkan hasil FGD yang didapatkan, sebagian besar kader mengatakan
bahwa warga sebenarnya sudah sering mendapatkan informasi terkait
Hipertensi sebelumnya, namun gaya hidup warga seperti suka jajan makanan
seperti gorengan dan bersantan serta kurangnya olahraga membuat masalah
tersebut muncul lagi. Selain itu, warga hanya aktif mengikuti kegiatan-
kegiatan pencegahan hipertensi hanya saat ada mahasiswa, dan setelah
mahasiswa selesai praktik maka kegiatan tersebut berhenti dan tidak dilakukan
lagi. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan mahasiswa kepada 26 keluarga,
didapatkan sebanyak 16 keluarga memiliki anggota keluarga yang mengalami
hipertensi. Untuk masalah kolesterol sendiri, belum didapatkan data spesifik
untuk RW 05, namun untuk wilayah cisalak pasar, didapatkan sebanyak 41
2
orang terdeteksi memiliki kadar kolesterol tinggi selama bulan desember
2018. Berdasarkan hasil pengkajian dan hasil skoring, masalah utama yang
harus diselesaikan adalah hipertensi.
Setelah dibentuk rencana keperawatan, implementasi keperawatan komunitas
yang telah dilakukan untuk menangani masalah tersebut adalah pendidikan
kesehatan berupa penyuluhan tentang penyakit tidak menular dan demontrasi
latihan fisik senam hipertensi. Keterampilan psikomotorik yang diajarkan
dalam implementasi tersebut adalah teknik relaksasi napas dalam dan teknik
kompres tengkuk. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan psikomotorik
tersebut masih belum cukup untuk mengendalikan Hipertensi karena masih perlu
dilakukan evaluasi lanjutan terhadap perilaku masyarakat.
3
f. Rencana tindak lanjut kegiatan dalam menangani masalah komunitas di
RW 05 Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Depok
4
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
5
dengan profesi, organisasi, dan berbagai pihak sebagai cara yang paling
efektif untuk melakukan promosi dan perlindungan bagi kesehatan
penduduk, 9) adanya kesinambungan pelayanan kesehatan (continuity of
care) serta terjadinya peralihan peran dari perawat Perkesmas kepada klien
sehingga terjadi kemandirian.
6
2.2 Asuhan Keperawatan Komunitas
Asuhan keperawatan komunitas adalah bentuk pelayanan keperawatan
professional yang merupakan bagian integral dari proses keperawatan yang
didasarkan pada ilmu keperawatan dan ditujukan kepada masyarakat dengan
menekankan pelayanan kepada kelompok risiko tinggi dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui upaya peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan serta rehabilitasi (Riasmini et
al, 2017).
7
a) Lingkungan Fisik: Hal yang perlu dikaji mengenai lingkungan fisik
antara lain kualitas air yang digunakan, pembuangan limbah, kualitas
udara, kualitas tumbuh-tumbuhan, adanya ruang terbuka, perumahan,
daerah hijau, musim, kualitas makanan serta akses yang ada di
lingkungan masyarakat.
b) Pelayanan Kesehatan dan Sosial: Pelayanan kesehatan dan sosial yang
perlu dikaji dalam komunitas antara lain ketersediaan Puskesmas,
klinik kesehatan, Rumah Sakit terdekat, kader kesehatan, fasilitas
pelayanan sosial serta data masyarakat yang mengalami sakit akut atau
kronis.
c) Ekonomi: Data yang perlu dikaji terkait perekonomian di masyarakat
antara lain karakteristik keuangan keluarga dan individu berdasarkan
Upah Minimum Regional (UMR), status pekerjaan, jumlah penduduk
yang tidak bekerja, lokasi industri serta penghasilan tambahan
keluarga.
d) Transportasi dan Keamanan: Data yang perlu dikaji terkait transportasi
dan keamanan di masyarakat meliputi alat transportasi yang umum
digunakan oleh masyarakat untuk mobilisasi keluar dan masuk ke
dalam wilayah, transportasi umum (bus, taksi, angkot), transportasi
pribadi, ketersediaan posko keamanan lingkungan (Poskamling) serta
pos polisi.
e) Politik dan Pemerintahan: Data yang perlu dikumpulkan meliputi
pemerintahan (RT,RW,desa/kelurahan, kecamatan) serta kelompok
pelayanan masyarakat (Posyandu, PKK, Karang Taruna, Posbindu).
f) Komunikasi: Data terkait komunikasi dalam masyarakat yang perlu
dikaji dibagi menjadi dua yaitu komunikasi formal dan komunikasi
informal. Komunikasi formal meliputi surat kabar, radio dan televisi,
telepon, internet dan hotline) sementara komunikasi secara informal
melalui papan pengumuman, poster, brosur, pengeras suara dari
masjid).
g) Pendidikan:Data yang perlu dikaji terkait pendidikan dalam komunitas
antara lain sekolah yang terdapat di masyarakat, tipe pendidikan,
8
pelayanan kesehatan di sekolah, rata-rata pendidikan serta kemampuan
baca tulis masyarakat.
h) Rekreasi: Data terkait rekreasi yang perlu dikaji meliputi ketersediaan
taman serta rekreasi umum.
2.2.1.3 Data Persepsi
a) Persepsi Masyarakat: Persepsi masyarakat yang dikaji adalah perasaan
masyarakat tentang kehidupan bermasyarakat yang dirasakan di
lingkungan tempat tinggal mereka sekarang, poin kekuatan di daerah
tersebut serta permasalahan yang dirasakan dalam komunitas.
b) Persepsi Perawat: Persepsi perawat merupakan pernyataan umum
mengenai kondisi kesehatan masyarakat yang meliputi kekuatan,
permasalahan serta potensial masalah yang dapat teridentifikasi.
9
2.2.3.1 Menetapkan Prioritas
Keterlibatan masyarakat diperlukan dalam penetapan prioritas yang
dilakukan dengan cara mengumpulkan masyarakat melalui pertemuan
musyawarah. Pertemuan tersebut akan membahas prioritas masalah
dengan bimbingan dan arahan dari perawat kesehatan komunitas.
Penentuan prioritas masalah oleh perawat didasarkan pada enam kriteria
yaitu kesadaran masyarakat terhadap masalah, motivasi masyarakat dalam
penyelesaian masalah, ketersediaan ahli/pihak terkait terhadap solusi
masalah, konsekuensi apabila masalah tidak terselesaikan, penyelesaian
masalah dengan resolusi yang dapat dicapai (Stanhope & Lancaster, 2016)
2.2.3.2 Menetapkan Sasaran (goal)
Langkah yang dilakukan setelah menetapkan prioritas masalah adalah
penetapan sasaran dimana sasaran merupakan hasil yang diharapkan.
Sasaran dalam pelayanan kesehatan adalah pernyataan situasi ke depan,
kondisi atau status jangka panjang yang belum bisa diukur (Riasmini et al,
2017).
2.2.3.3 Menetapkan Tujuan (objective)
Tujuan merupakan pernyataan hasil yang diharapkan dan terukur, dibatasi
waktu serta berorientasi pada kegiatan. Penulisan tujuan menggunakan
kata kerja, menggambarkan tingkah laku akhir, kualitas dan kuantitas
penampilan serta cara mengukurnya, berhubungan dengan sasaran yang
ditetapkan dan terdapat pembatasan waktu yang mengacu pada Nursing
Outcome Classification/ NOC (Riasmini et al, 2017).
2.2.3.4 Menetapkan Rencana Intervensi
Penetapan rencana intervensi keperawatan kesehatan komunitas mencakup
hal yang akan dilakukan, waktu, jumlah, target atau sasaran serta lokasi.
Penetapan rencana intervensi perlu memperhatikan program pemerintah
terkait masalah kesehatan yang ada, kondisi atau situasi, sumber daya
dalam atau diluar komunitas yang dapat dimanfaatkkan, program lalu yang
pernah dijalankan, menekankan pada pemberdayaan masyarakat,
penggunaan teknologi tepat guna, mengedepankan upaya promotif dan
10
preventif dengan tidak mengabaikan kuratif dan rehabilitatif serta
mengacu kepada NIC (Riasmini et al, 2017).
11
2.2.5.3 Kriteria penilaian dalam evaluasi
Menurut Riasmini et al (2017) kriteria penilaian dalam evaluasi sebagai
berikut:
a) Relevansi (relevance): apakah tujuan program mendukung tujuan
kebijakan?
b) Keefektifan (effectiveness) : apakah tujuan program dapat tercapai?
c) Efisiensi (efficiency) : apakah tujuan program tercapai dengan biaya
paling rendah?
d) Hasil (outcomes): apakah indikator tujuan program membaik?
e) Dampak (impact): apakah indikator tujuan kebijakan membaik?
f) Keberlanjutan (sustainability): apakah perbaikan indikator terus
berlanjut setelah program selesai?
12
menengah, gaya hidup berubah akibat perubahan dalam hal lain (Kozier,
Erb, Berman & Snyder, 2010).
Tugas perkembangan menurut Havighurst pada periode dewasa awal yaitu
memilih teman hidup, belajar untuk hidup bersama pasangan, membentuk
keluarga, membesarkan anak, mengatur rumah tangga, mulai bekerja,
menjalani tanggung jawab sebagai warga negara, dan menentukan kelompok
sosisal yang sesuai. Sedangkan pada periode paruh baya tugas
perkembangannya antara lain menyelesaikan tanggung jawab sosial dan
tanggung jawab sebaga warga negara dewasa, membangun dan
mempertahankan standar ekonomi hidup, membantu anak remaja untuk
bertanggungjawab dan menjadi individu dewasa yang bahagia, melakukan
aktivitas guna mengisi waktu luang, berhubungan dengan pasangan sebagai
seorang individu, menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan yang
terjadi pada usia paruh baya, dan menyesuaikan diri dengan orang tua yang
semakin menua (Kozier, Erb, Berman & Snyder, 2010).
Kondisi fisik pada awal 20-an berada pada kondisi yang prima, berbagai
sistem berkembang dengan baik dan terkoordinasi. Perubahan secara fisik
minimal, namun berat badan dan masa otot dapat berubah sesuai diet dan
kebiasaan olahraga. Perubahan fisik yang signifikan terlihat pada perempuan
yang hamil dan menyusui. Sedangkan perubahan fisik pada paruh baya
banyak mengalami perubahan. Penampilan individu paruh baya memiliki
rambut tipis dan beruban, masa otot semakin berkurang, pembuluh darah
berkurang elastisitasnya, metabolisme lebih lambat, jumlah nefron ginjal
berkurang dan terjadi perubahan hormon.
Masalah kesehatan yang sering ditemui pada dewasa muda sampai paruh
baya diantaranya kecelakaan, bunuh diri, hipertensi, penyalahgunaan zat.
Penyakit menular seksual, kekerasan, penganiyaan terhadap wanita, kanker,
penyakit kardiovaskuler, obesitas, dan perubahan stresor mental.
13
Batasan umur lansia di Indonesia menurut Depsos RS (2004) adalah 60
tahun ke atas. Dengan demikian, seseorang dikatakan telah lanjut usia ketika
berumur 60 tahun atau lebih. Banyak perubahan terjadi pada lanjut usia, baik
secara fisik maupun mental. Proses penuaan ini merupakan proses universal
dan alami.
14
yaitu sistol lebih dari sama dengan 130 mmHg dan diastol lebih dari sama
dengan 80 mmHg (Whelton et al, 2017). Diagnosa medis hipertensi dapat
ditegakkan dengan dua kali pengukuran dan dalam keadaan tenang/ cukup
istirahat. Dalam proses pengukuran tekanan darah, orang yang akan diukur
sudah mengosongkan kandung kemih, tidak boleh merokok atau minum kopi
30 menit sebelumnya, duduk dengan tenang selama 5 menit, duduk dengan
nyaman dan perhatikan lengan sejajar jantung, kaki menapak lantai serta tidak
berbicara selama pengukuran (Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheever, 2010). Hasil
rata-rata minimal 3 kali pengukuran tekanan darah adalah nilai yang dapat
dibaca untuk menentukan tingkat hipertensi.
15
Hipertensi sangat besar dipengaruhi oleh faktor genetik, faktor gaya hidup dan
faktor fisik. Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang dapat mempengaruhi
terjadinya hipertensi terbagi dua yaitu faktor resiko yang dapat dikontrol dan
yang tidak dapat dikontrol. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol, yaitu:
a) Jenis Kelamin
Wanita memproduksi lebih banyak hormon estrogen yang berperan
dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Tingginya
kadar kolesterol HDL merupakan faktor pelindung terbentuknya
aterosklerosis. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut
berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang
umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun dan wanita
menopouse (Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheeverth, 2010).
b) Umur
Semakin bertambahnya usia, perubahan organ tubuh lebih nampak
terlihat yaitu berkurangnya kelenturan pembeluruh darah. Dengan
mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta
itu kehilangan daya penyesuaian diri (Smeltzer, Bare, Hinkle &
Cheeverth, 2010).
c) Keturunan (Genetik)
Individu dengan orang tua yang menderita hipertensi mempunyai risiko
dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak
mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-
80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam
keluarganya (Anggraini dkk, 2009).
16
tekanan darah 5-20 mmHg (Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheeverth, 2010).
Indeks massa tubuh (BMI) yang normal bagi penderita hipertensi adalah
18,5-24,9 kg/m2.
b) Kurang olahraga atau aktivitas fisik
Kurang olahraga atau aktivitas fisik dapat menyebabkan tingginya risiko
hipertensi yaitu obesitas. Orang dengan berat badan berlebih memiliki
risiko terjadinya hyperlipidemia dan penumpukan lemak di arteri darah
atau aterosklerosis. Kemudian menyebabkan penyempitan pembuluh darah
dan menjadikan jantung bekerja lebih keras untuk menghasilkan tekanan
yang lebih besar melewati pembuluh darah (Smeltzer, Bare, Hinkle &
Cheeverth, 2010). Peningkatan frekuensi olahraga dan aktivitas fisik
seperti aerobic atau jalan cepat selama 30 menit per hari dapat
menurunkan tekanan darah 4-9 mmHg.
c) Kebiasaan Merokok
Hipertensi akibat merokok merupakan hasil dari penyempitan pembuluh
darah arteri dan ateriosklerosis (Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheeverth,
2010). Hasil penelitian Bowman (2005) dalam Rahyani (2007)
menjelaskan bahwa kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek
dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari.
d) Mengkonsumsi garam berlebih
Natrium atau garam merupakan zat yang mengikat air. Kelebihan
konsumsi natrium dapat menyebabkan tertahannya cairan dalam tubuh
dan meningkatkan volume darah. Peningkatan volume darah tersebut
dapat mempercepat dan memperberat kerja jantung, kemudian
meningkatkan risiko hipertensi akibat perubahan struktur jantung dan
pembuluh darah (Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheeverth, 2010). Hasil
penelitian Nunung (2007) menjelaskan bahwa faktor yang sangat erat (p=
0,004) pada kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Bojongsari
Brebes adalah hubungannya dengan asupan garam tinggi.
e) Minum alkohol
Alkohol yang diminum akan di metabolisme di hati dan dapat
menyebabkan kerusakan sel hati. Apabila sel hati sudah rusak maka
17
fungsi-fungsi tubuh akan terganggu, seperti memproduksi faktor
pembekuan darah. Kondisi tersebut mendukung rusaknya pembuluh darah.
Konsumsi minuman berakohol per hari hanya dianjurkan tidak lebih dari
2 gelas bagi laki-laki, sedangkan untuk wanita hanya diperbolehkan 1
gelas per hari (Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheeverth, 2010). Pembatasan
minuman beralkohol tersebut dapat menurunkan tekanan darah sekitar 2-4
mmHg.
f) Minum kopi
Menurut Elsanti (2009) faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu
cangkir kopi mengandung 75–200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir
tersebut berpotensi meningkatkan tekanan darah 5-10 mmHg. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Martiani dan Lelyana (2012) tentang
faktor risiko hipertensi ditinjau dari kebiasaan minum kopi yaitu subjek
yang mengkonsumsi kopi 1-2 cangkir per hari, meningkatkan risiko
hipertensi 4,11 kali lebih tinggi (p=0,017) dibandingkan dengan subjek
yang tidak minum kopi.
g) Stress
Hubungan antara stress dengan hipertensi terjadi akibat peningkatan
aktivitas saraf simpatis, produksi renin-angiotensin berlebih dan
penurunan area filtrasi ginjal. Peningkatan aktivitas saraf simpatis
menyebabkan kerja jantung menjadi lebih cepat, terjadi peningkatan
kontraktilitas dan curah jantung. Kondisi tersebut jika berlangsunng terus
menerus dapat merubah struktur jantung dan pembukuh darah (Smeltzer,
Bare, Hinkle & Cheeverth, 2010). Selanjutnya produksi renin-angiotensin
dapat menyebabkan vasokonstriksi pada pembuluh darah sehingga
meningkatkan tahanan perifer pembuluh darah dan aliran darah menuju
organ-organ tidak maksimal. Aliran darah yang tidak maksimal menuju
organ, khususnya organ penting seperti ginjal atau otak dapat memberikan
efek langsung pada tubuh. Pada otak menjadi kurang konsetrasi dan
mengantuk. Sedangkan pada ginjal, darah yang akan di filtrasi menjadi
berkurang dan penumpukan cairan di dalam tubuh (Smeltzer, Bare, Hinkle
& Cheeverth, 2010).
18
Perawatan hipertensi dengan cara mengendalikan faktor penyebab yang dapat
meningkatkan tekanan darah seperti obesitas, resistensi insulin, asupan
alkohol yang tinggi, asupan garam yang tinggi dalam makanan, penuaan,
gaya hidup kurang sehat, stress, asupan kalium yang rendah dan kadar intake
kalsium yang rendah (Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheeverth, 2010). Perubahan
gaya hidup dapat dilakukan dengan mudah dalam pengendalian hipertensi,
diantaranya: (Edelman&Mandle, 2010; Brunner&Suddarth, 2010)
a) Pemantauan tekanan darah
Pemantauan tekanan darah tinggi merupakan kunci utama dalam
mengendalikan tekanan darah sehingga tidak berakibat pada penyakit yang
lebih parah seperti penyakit jantung atau stroke. Target penurunan tekanan
darah pada individu yang sehat adalah sistolik < 130 mmHg, diastolik < 80
(Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheeverth, 2010).
b) Melakukan Diet
Rencana Dietary approaches to stop hypertension (DASH) lebih mudah
diterapkan bagi orang dengan hipertensi seperti konsumsi lebih banyak
buah, sayur, dan makanan rendah lemak. Penerapan diet tersebut dapat
menurunkan tekanan darah 8-14 mmHg (Smeltzer, Bare, Hinkle &
Cheeverth, 2010). Tujuan untuk melakukan diet dapat juga digunakan
untuk menurunkan berat badan dan menjaga berat badan ideal. Menjaga
berat badan ideal pada BMI 18.5-24.9 kg/m2. Penurunan berat badan dapat
menurunkan tekanan darah sebesar 5-20 mmHg/ 10 kgBB (Smeltzer, Bare,
Hinkle & Cheeverth, 2010).
19
Lionakis, Mendrinos, Sanidas (2012) diet rendah garam tidak lebih dari
2.300 mg per hari atau kurang akan menurunkan tekanan darah 5-10
mmHg. Pengaturan menu bagi penderita hipertensi dapat dilakukan
dengan empat cara, yaitu (1) Diet rendah garam, yang terdiri dari diet
ringan (konsumsi garam 3,75-7,5 gram per hari), menengah (1,25-3,75
gram per hari) dan berat (kurang dari 1,25 gram per hari).
d) Manajemen stress
Keberhasilan manajemen stress dapat memperbaiki kualitas hidup
dengan meningkatkan kesehatan, koping yang efektif, dan mengurangi
konsekuensi yang tidak sehat. Proses ini menghasilkan interaksi yang
dinamis terhadap diri sendiri, tubuh, dorongan yang efeknya tidak
hanya terjadi pada kesehatan fisik, melainkan juga perilaku emosional
(Edelman & Mandle, 2010). Menurut Stanley dan Beare (2007)
pengurangan stress dapat mencegah terjadinya hipertensi esensial, hal
ini merupakan salah satu upaya dalam pengendalian hipertensi secara
nonfarmakologi. Manajemen stress yang dapat dilakukan oleh
penderita hipertensi yaitu dengan relaksasi, latihan fisik, tidur yang
20
cukup, dukungan sosial, mengembangkan kesadaran diri, perubahan
perilaku kognitif, komunikasi yang asertif, empati, praktek spiritual
dan kesenangan atau humor (Edelman & Mandle, 2010; Wellmark,
2009).
21
BAB 3
PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN
22
No Kategori Jumlah
Hampir semua tipe keluarga dapat di temukan di RW 05, seperti keluarga inti,
keluarga tanpa anak, anak dengan orang tua tunggal dsb. Berdasarkan hasil
diskusi dengan para warga dan kader pertemuan satu, didapatkan data bahwa
masalah kesehatan yang sering terjadi di wilayah ini adalah hipertensi,
kolesterol, diabetes melitus, dan nyeri sendi. Warga sebenarnya sudah sering
menerima penyuluhan terkait kesehatan namun sulit. untuk merubah perilaku
dan gaya hidup yang berhubungan dengan kesehatan. Untuk prevalensi gizi
buruk tidak ditemukan di wilayah ini, namun untuk pola hidup bersih dan
sehat belum dijalankan secara optimal. Berdasarkan hasil wawancara, warga
di wilayah RW 05 pada umumnya telah menyadari betapa pentingnya
kesehatan dalam diri, namun warga masih kurang berperilaku hidup sehat
untuk mencegah penyakit dan komplikasinya.
23
3.1.3.2 Subsistem
3.1.3.2.1 Lingkungan
Lingkungan RW 05 memiliki model arsitektur rumah yang beragam,
namun kebanyakan tipe rumah petak, sempit, serta padat pemduduk.
Sebagian besar masih memiliki sedikit ventilasi dan pencahayaan yang
kurang. Kriteria rumah sehat 875 rumah dan yang kurang sehat 267
rumah. Sumber air bersih yang digunakan warga yaitu air tanah (sumur)
sebanyak 1158. Rerata warga RW. 05 memiliki jamban keluarga
sebanyak 908. RW 05 juga memiliki dua perumahan elit yang dikelilingi
oleh tembok sehingga warga perumahan jarang berinteraksi dengan
warga sekitar. Masih banyak terdapat selokan kotor dan berbau tidak
sedap. Jarang ditemukan tong sampah pada daerah umum. Pada
beberapa wilayah di RW 05 jika hujan akan terdapat genangan air yang
cukup menganggu. Keunikan dari lingkungan RW 05 yakni dekat
dengan Pasar Cisalak. Batasan wilayah RW 05 berbatasan langsung
dengan RW 06 dan Setu Godog. Akses jalan raya utama pada RW 05
adalah Jl. Raya Bogor.
24
pencegahan yang dilakukan juga masih sangat minim. Berdasarkan hasil
wawancara dengan masyarakat dan diskusi bersama kader RT, mereka
mengatakan bahwa masyarakat disini mengandalkan obat warung, dan
beberapa mengandalkan obat herbal. Namun untuk pencegahan baik dari
pola hidup sehat atau pola makan, mayoritas warga belum diperhatikan.
Adapun jarak puskesmas dengan wilayah RW 06 kurang lebih 2-3 km
dari pemukiman warga. Warga disini biasa menjangkau pelayanan
kesehatan dengan menggunakan kendaraan umum atau dengan
kendaraan pribadi (motor). Untuk penyuluhan di wilayah RW 05 sudah
sering diadakan. Penyuluhan biasanya diadakan oleh Mahasiswa seperti
Mahasiswa Keperawatan saat ini. Pelayanan kesehatan disini untuk RS
terdekat buka selama 24 jam, dan untuk pelayanan kesehatan di
puskesmas buka dari hari senin sampai sabtu dan mulai buka dari jam
08-16 siang. Sedangkan untuk pelatihan kader pernah dilakukan ketika
ada mahasiswa praktik seperti mahasiswa Residensi FIK UI dan Dinas
Kesehatan kota Depok.
3.1.3.2.4 Pendidikan
25
Di wilayah RW 05 kelurahan Cisalak Pasar kecamatan Cimanggis kota
Depok terdapat satu bangunan Sekolah Dasar (SD) serta 3 TK dan Paud.
Berdasarkan wawancara, mayoritas warga RW 05 memiliki latar
belakang pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah
Pertama (SMP).
3.1.3.2.5 Ekonomi
Pekerjaann warga di RW 05 beragam, mulai dari pedagang, Buruh
pabrik, buruh bagunan, pegawai swasta, Ojek, guru, PNS, dan beberapa
pekerjaan lain yang kurang dominan. Rata-rata penghasilan warga di RW
05 lebih dari Rp. 2.000.000,00 per bulan. Sebagian besar warga di
wilayah RW 05 memiliki tingkat sosial ekonomi menengah bawah dan
sisanya dengan tingkat menengah keatas. Di wilayah RW 05 terdapat
pasar tempat beberapa warga berjualan.
3.1.3.2.7 Rekreasi
Jika terdapat waktu luang, warga menghabiskan waktu dgn menonton
televisi atau mengobrol dengan anggota keluarga lain atau tetangga.
Kegiatan rutin yang diadakan di wilayah RW 05 yaitu senam dan
pengajian. Fasilitas yang ada untuk hiburan yaitu 87% warga memiliki
televisi dan 91% keluarga memiliki smartphone. Warga tidak memiliki
26
kebiasaan atau jadwal khusus ke tempat rekreasi. Rekreasi jarang
dilakukan. Namun, terdapat beberapa keluarga yang sering main ke
taman, dan tempat hiburan lain.
3.1.3.2.8 Komunikasi
Penyebaran informasi antar warga biasanya dilakukan melalui jaringan
komunikasi via aplikasi chatting seperti whatsapp dan dari mulut ke
mulut. Selain itu, terkadang warga juga memanfatkan TOA masjid jika
ada informasi penting yang harus disampaikan dengan cepat kepada
warga. Berdasarkan hasil observasi, belum ada jenis penyebaran
informasi seperti spanduk dan leaflet mengenai masalah kesehatan.
Komunikasi antar warga cukup baik, sedangkan untuk komunikasi antar
warga dan kader masih kurang terbentuk dengan baik sehingga kader
jarang digunakan warga dalam menyelesaikan masalah kesehatan warga.
27
No. Data Masalah Keperawatan
a. Warga mengatakan kegiatan jalan sehat pemeliharaan kesehatan
sudah tidak berjalan
(00099)
b. Warga jarang bertanya kepada kader
terkait masalah kesehatan
c. Kader menjelaskan posbindu PTM
belum terlaksana secara maksimal
d. Kader mengatakan kader Posbindu
PTM tergabung dengan posbindu
lansia dan posyandu balita
e. Lansia yang tidak mengunjungi
posbindu mengatakan lokasi posbindu
terlalu jauh
f. Kader mengatakan yang dilatih hanya
orang yang sama dan tidak
mentransferkan ilmunya
Data Sekunder:
a. Kegiatan kesehatan wilayah RW 05
hanya senam 1x seminggu
b. Jumlah lansia yang dating pada setiap
posbindu sedikit
c. Pencatatan yang kurang lengkap
d. Kader yang dilatih hanya 1 orang
e. Terdapat 78 % kelompok lansia
hipertensi memiliki pengetahuan
kurang baik tentang masalah hipertensi
f. Terdapat 73 % kelompok lansia
hipertensi yang memiliki sikap yang
kurang baik dalam mengelolah masalah
hipertensinya
g. Terdapat 69 % kelompok lansia
hipertensi yang memiliki keterampilan
yang kurang baik dalam mengelolah
masalah hipertensinya
h. 86 % responden masih beranggapan
bahwa penyebab darah tinggi adalah
keturunan
i. 86 % responden masih menjawab
bahwa aktifitas fisik tidak
mempengaruhi darah tinggi
j. 90% responden masih menjawab
makan mie instan tidak akan
menyebabkan darah tinggi
k. 86 % responden menyatakan darah
tinggi selalu disertai dengan tanda dan
gejala
l. 50 % responden jarang untuk
28
No. Data Masalah Keperawatan
memeriksakan tekanan darah ke
fasilitas kesehatan
m. 50 % responden sering mengkonsumsi
makanan berlemak (gorengan)
n. 70 % responden sering mengkonsumsi
yang mengandung rasa asin (ikan asin)
o. 50 % yang diketahui tidak pernah
melakukan olah raga
p. 50 % tidak bisa menghindari stress
q. 50 % lansia jarang minum obat
hipertensi
2 Data Primer: Ketidakefektifan
manajemen kesehatan
a. Warga mengatakan sebagian besar
menderita penyakit hipertensi, (00078)
diabetes
b. Kader menyatakan sudah sering
dilakukan edukasi kesehatan terkait
hipertensi namun warga masih sulit
mengubah gaya hidup sesuai edukasi
yang telah dilakukan
c. Sebagian besar warga menyatakan
sudah sadar memiliki hipertensi tapi
jarang berobat ke puskesmas,
kalaupun berobat ke puskesmas warga
jarang tidak minum obat secara rutin
d. Warga banyak yg masih
mengkonsumsi obat HT yang dibeli
bebas di apotik serta hanya saat
sedang kumat saja
e. Kader menyatakan bahwa warga
hanya bersemangat mengikuti
kegiatan terkait kesehatan hanya jika
terdapat mahasiswa
f. Warga menyatakan hambatan untuk
berobat ke puskesmas adalah malas,
tidak ada biaya, serta tidak punya
jaminan kesehatan
g. Sebagian besar keluarga warga
memiliki komunikasi kurang efektif
Data Sekunder:
29
No. Data Masalah Keperawatan
masalah hipertensinya
c. Terdapat 69 % kelompok lansia
hipertensi yang memiliki keterampilan
yang kurang baik dalam mengelolah
masalah hipertensinya
d. 86 % responden masih menjawab
bahwa aktifitas fisik tidak
mempengaruhi darah tinggi
e. 90% responden masih menjawab
makan mie instan tidak akan
menyebabkan darah tinggi
f. 86 % responden menyatakan darah
tinggi selalu disertai dengan tanda dan
gejala
g. 50 % responden jarang untuk
memeriksakan tekanan darah ke
fasilitas kesehatan
h. 50 % responden sering mengkonsumsi
makanan berlemak (gorengan)
i. 70 % responden sering mengkonsumsi
yang mengandung rasa asin (ikan asin)
j. 50 % yang diketahui tidak pernah
melakukan olah raga
k. 50 % tidak bisa menghindari stress
l. 50 % lansia jarang minum obat
hipertensi
m. 90% lansia tidak bekerja
30
Diagnosis Komponen Skor Total
(SkorxBobot)
1 2 3 4 5 6
1 4 8 8 7 6 4 234
2 4 8 8 7 5 4 227
Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang hendak dicapai selama praktik keperawatan
komunitas adalah warga RW 05 Kelurahan Cisalak Pasar berpartisipasi
aktif dalam tindakan preventif hipertensi, melalui kegiatan penyuluhan,
pengecekan kesehatan, serta jalan sehat. Penyuluhan bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan kader dan warga tentang hipertensi dan PTM
yang meliputi pengertian, faktor risiko, tanda dan gejala, komplikasi, serta
pengendalian penyakit (minimal 60% peserta penyuluhan mengalami
31
peningkatan nilai post test). Selain itu, diharapkan warga memiliki
keterampilan melakukan prevensi hipertensi yang ditunjukkan dengan
warga mampu meningkatkan kegiatan fisik seperti melakukan jalan sehat
serta memahami tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan secara
berkala.
Diagnosis 2:
Ketidakefektifan manajemen kesehatan pada kelompok lansia dengan
hipertensi di RW. 05 Kelurahan Cisalak Pasar
Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 minggu persentase
kasus hipertensi pada warga RW 05 Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan
Cimanggis, Depok mengalami penurunan
Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang hendak dicapai selama praktik keperawatan
komunitas adalah warga RW 05 Kelurahan Cisalak Pasar berpartisipasi
aktif dalam melakukan manajemen kesehatan terkait hipertensi, melalui
kegiatan penyuluhan, senam, serta manajemen stres dengan teknik
relaksasi napas dalam. Penyuluhan diharapkan dapat meningkatkan
kesadaran warga atas penyakit hipertensi serta penanganannya. Warga
juga diharapkan dapat meningkatkan aktivitas fisik dengan mengikuti
32
senam hipertensi. Selain itu, diharapkan warga memiliki keterampilan
melakukan perawatan hipertensi yang ditunjukkan dengan warga mampu
melakukan kompres hangat dan mengelola stres dengan metode relaksasi
nafas dalam.
33
3.3.2. Rancana Kerja (Plan of Action)
Diagnosis 1:
Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan Masalah hipertensi dan
penyakit tidak menular di RW 05 Kelurahan Cisalak Pasar,
Kecamatan Cimanggis, Depok
Kegiatan yang dilakukan mahasiswa adalah (NIC):
Diagnosis 2:
Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Masalah hipertensi di RW
05 Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Depok
Kegiatan yang dilakukan mahasiswa adalah (NIC):
a. Pendidikan kesehatan
b. Latihan relaksasi nafas dalam
c. Senam hipertensi
34
7. Mahasiswa telah menyiapkan alat dan bahan untuk demontrasi
perawatan kaki
b. Evaluasi Proses
c. Evaluasi Hasil
Evaluasi Intervensi Diagnosis 1
a. Pendidikan Kesehatan
Penyuluhan diikuti warga minimal 30 orang RW 05 dan 90% warga
mengalami peningkatan pengetahuan tentang hipertensi dan PTM
berdasarkan hasil post test.
b. Pengecekan Kesehatan
Diikuti minimal 50 orang warga dan 90% warga yang mengalami
gangguan kesehatan diarahkan untuk pemeriksaan lebih lengkap dan
mendapatkan pengobatan di Puskesmas atau pelayanan kesehatan
lainnya
c. Jalan Sehat
Diikuti minimal 50 orang warga dengan 80% warga mampu
mengikuti acara hingga selesai
Evaluasi Intervensi Diagnosis 2
a. Penyuluhan Hipertensi
Penyuluhan diikuti warga minimal 30 orang RW 05 dan 90% warga
mengalami peningkatan pengetahuan tentang hipertensi berdasarkan
hasil post test.
35
3.3.4. Instrumen Evaluasi
Instrumen Evaluasi
Kegiatan Asuhan Keperawatan Komunitas Dengan Masalah Hipertensi
dan Diabetes Mellitus Di RW 06 Kelurahan Curug Cimanggis Kota
Depok Tahun 2017
No Kegiatan Alat ukur/metode evaluasi
1. Intervensi Penyuluhan Daftar hadir
Daftar pertanyaan evaluasi
Lembar observasi
1. Respon/tingkah laku peserta saat
diberi pertanyaan: apakah diam atau
menjawab (benar atau kurang tepat)
2. Peserta antusias atau tidak dalam mengikuti
penyuluhan
3. Peserta aktif dalam mengajukan pertanyaan atau
tidak
36
mempengaruhi mereka, adapun dalam hal ini adalah kasus diabetes mellitus
dan hipertensi. Sumber yang sama juga mengatakan, bahwa salah satu proses
yang mampu membimbing warga untuk mengekspresikan nilai dan
kemampuan mereka ke komunitas, adalah empowerment. Empowerment
(pemberdayaan) menjadi salah satu cara keperawatan komunitas dalam
mengimplementasikan intervensi, dan mengharapkan warga mampu
mempertahankan implementasi secara berkesinambungan.
37
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada bab 4 ini akan diuraikan mengenai pembahasan dalam proses keperawatan
komunitas yang dilakukan selama 4 (empat) minggu berpraktik di lahan
komunitas RW 5 Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis Kota Depok,
Jawa Barat. Pada bab ini akan membahas mengenai kesesuaian ataupun
kesenjangan antara teori seperti pada bab sebelumnya dengan pelaksanaan asuhan
keperawatan yang dihadapi oleh kelompok. Sesuai dengan tahapan asuhan
keperawatan, kelompok telah melakukan tahap pengkajian, penetapan diagnosa,
penyusunan perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi asuhan keperawatan.
Kelompok menggunakan model Community as partner yang menggunakan proses
sistematis dan komprehensif saat mengkaji kebutuhan dan sumber daya yang
tersedia dalam suatu komunitas. Sehingga diharapkan agar komunitas dapat
meningkatkan kemandirian dan bekerjasama dengan pihak terkait dalam mencapai
peningkatan kesehatan komunitas.
4.1 Pengkajian
Pada bab sebelumnya telah dibahas mengenai komponen dalam pengkajian
yang digunakan oleh kelompok berdasarkan model Community as partner
yang terdiri dari data inti dan data subsistem. Saat melakukan pengkajian,
kelompok melakukan observasi dan windshield survey di lapangan praktik
terlebih dahulu. Lalu, kelompok melakukan wawancara dengan para kader
masing-masing RT mengenai masalah kesehatan yang terdapat di RW 05
mulai dari agregat ibu hamil, balita, usia prasekolah, usia sekolah, remaja,
dewasa, hingga lansia. Berdasarkan data wawancara tersebut, didapatkan
bahwa
38
Cimanggis Kota Depok. Diagnosa keperawatan komunitas tersebut diangkat
berdasarkan data hasil pengkajian menggunakan angket yang meliputi
komponen pengetahuan, sikap, dan perilaku warga RW 05. Berdasarkan data
pengkajian,
39
pukul 07.05-09.20 WIB yang diawali dengan pemeriksaan tekanan darah,
lalu dilanjutkan dengan melakukan senam bersama-sama. Setelah senam
selesai, dilakukan teknik relaksasi napas dalam dan selanjutnya dilakukan
pemeriksaan tekanan darah ulang. Kegiatan tersebut dihadiri oleh 26 orang.
Kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai bentuk implementasi dari masalah
kesehatan yang menonjol di kawasan RW 05, yaitu hipertensi.
Kegiatan tersebut dimulai pada pukul 07.05 WIB yang diawali dengan
absensi dan pemeriksaan tekanan darah pada warga yang mengikuti kegiatan
tersebut. Peserta tampak sangat antusias atas kegiatan tersebut. Pukul 07.15
WIB kegiatan dimulai dengan senam pemanasan selama 10 menit, kemudian
dilanjutkan dengan senam hipertensi yang berlangsung selama 10 menit
yang dipimpin oleh mahasiswa. Setelah pemanasan dan senam hipertensi
selesai dilanjutkan dengan senam aerobik dan senam lansia yang dipimpin
oleh instruktur senam dari RW 05. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan
teknik relaksasi napas dalam yang berlangsung selama 10 menit yang
dipimpin oleh mahasiswa. Saat melakukan kegiatan teknik relaksasi napas
dalam, peserta sangat kooperatif dan mampu mengikuti arahan. Pukul 09.10
WIB senam selesai dan dilanjutkan dengan pemeriksaan tekanan darah
kembali. Pukul 09.20 WIB kegiatan senam hipertensi dan teknik relaksasi
napas dalam selesai.
Evaluasi struktur dari kegiatan senam hipertensi dan teknik relaksasi napas
dalam adalah sebelum melakukan implementasi mahasiswa sudah membuat
laporan pendahuluan terkait jenis kegiatan, topik kegiatan, serta teknis
kegiatan. Laporan pendahuluan juga sudah dikonsultasikan sebelumnya
sebanyak dua kali dengan dosen pembimbing dan dosen penanggungjawab
di wilayah RW kelompok. Mahasiswa kemudian juga telah membagi
pertanggungjawaban terkait penyiapan alat dan bahan serta media yang
dibutuhkan. Kemudian, mahasiswa juga telah membagi peran masing-
masing sebelum kegiatan agar tugas kerja dapat berjalan efektif dan sesuai.
Evaluasi prosesnya, yakni seluruh mahasiswa hadir dan siap 30 menit
sebelum acara dimulai. Selama kegiatan, mahasiswa menjalankan peran
40
yang sesuai dengan perencanaan. Kegiatan berlangsung lebih lama dari yang
direncanakan karena terdapat tambahan senam aerobik dan senam lansia
yang dipimpin oleh instruktur senam RW 05. Mahasiswa memberikan
gerakan senam hipertensi dan latihan teknik relaksasi napas dalam. Seluruh
peserta terlihat antusias, semangat dan aktif dalam melakukan kegiatan
tersebut. Seluruh media dan alat yang telah disiapkan dapat digunakan
dengan baik.
Evaluasi hasil kegiatan yakni kegiatan tersebut dihadiri oleh 26 orang warga.
Jumlah ini melebihi target yang diharapkan yaitu 20 orang. Peserta kegiatan
dapat mengikuti gerakan senam yang diajarkan, yaitu 25 dari 26 orang
peserta yang ikut. Setelah diadakan senam hipertensi dan tarik napas dalam
19 dari 26 peserta mengalami penurunan tekanan darah, 2 dari 26 peserta
tidak mengalami perubahan tekanan darah, satu peserta yang mengalami
peningkatan tekanan darah, dan empat orang tidak mengukur tekanan
darahnya kembali setelah selesai senam.
41
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
42
DAFTAR PUSTAKA
43
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Rencana strategis
kementerian kesehatan tahun 2015-2019. Jakarta : Kemenkes RI.
Lionakis, N., Mendrinos, D., Sanidas, E. (2012). Hypertension in The
Elderly.World Journal of Cardiology. Page 135-147. Baishideng.
Available at http://www.wjgnet.com.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Peraturan menteri kesehatan
republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2016 tentang pedoman
penyelenggaraan program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga.
Jakarta : Kemenkes RI.
Martin. J (2008). Hypertension Guidelines : Revisiting the JNC 7
Recommendations. The Journal of Lancaster General Hospital. vol. 3-
No.3. Available at di www.ebscohost.com.
Martiani. A, Lelyana. R (2012). Faktor-faktor Hipertensi Ditinjau Dari Kebiasaan
Minum Kopi (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran Bulan
Januari-Februari 2012). Program Studi Ilmu Gizi, FK UNDIP. Available
at http://ejournal-sl.undip.ac.id/index.php/jnc.
Muliyati. H. Syam. A, Sirajuddin. S. (2007). Hubungan Pola Konsumsi Natrium
Dan kalium Serta Aktifitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien
Rawat Jalan Di RSUP DR. Wahidin Sudirohusodo Makasar. Program
Studi Ilmu Gizi. FKM Universitas Hasanuddin Makassar.
Nasution (2010). Berbagai pendekatan dalam proses belajar mengajar. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
Nunung. R (2007). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi
Pada Usia Lanjut Di Wilayah Kerja Puskesmas Bojongsari Kabupaten
Brebes. FKM, Universitas Diponegoro.
Notoadmodjo (2007). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta ; PT. Rineka Cipta.
Notoadmodjo (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta ; PT. Rineka
Cipta
Neutel, J. M., Smith, D. H. G. (2003). Improving Patient Compliance : A Major
Goal In The Management of Hypertension
Perkeni. (2011). Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di
Indonesia 2011. PB.Jakarta: Perkeni.
44
Riasmini, N. M, et al. (2017). Panduan asuhan keperawatan individu, keluarga,
kelompok, dan komunitas dengan modifikasi NANDA, ICNP, NOC dan
NIC di Puskesmas dan Masyarakat. Jakarta: UI-Press
Rahmadiliyani, N & Muhlisin, A. (2008). Hubungan antar pengetahuan tentang
penyakit dan komplikasi pada penderita diabetes melitus dengan tindakan
mengontrol kadar gula darah di wilayah kerja puskesmas I Gatak
Sukoharjo. Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697 Vol. I.
Stanley. M. Beare GP (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta; EGC.
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., dan Cheever, K.H. (2010). Brunner &
Suddarth’s textbook of medical-surgical nursing, 12th. China :
Philadelphia
Stalsbroten, VL., Torrence, E. (2010). Middle Adulthood. Dalam Ashford, J. B. &
LeCroy, C.W., Human Behavior in The Social Environment : A
Multidimensional Perpective. Fourth Edition. USA : Book/ Cole Cengage
Learning.
Stanhope. M. & Lancaster. J. (2016). Public Health Nursing: Population-centered
health care in the community. 9th ed. St.Louis : Elsevier.
Sari, C.W., Haroen,H., Nursiswati. (2016). Pengaruh program edukasi perawatan
kaki berbasis keluarga terhadap perilaku perawatan kaki pada pasien
diabetes melitus tipe 2. Jurnal keperawatan unand. Diakses melalui
jkp.fkep.unpad.ac.id/index.php/jkp/article/download/293/143
Sudoyo, A.W., Dkk., (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. (Ed.Ke-5). Jakarta:
Interna Publishing.
Sunaryo. Wijayanti, R. Kuhu, M. dkk, (2016). Asuhan keperawatan gerontik.
Semarang: Penerbit Andi.
Touhy, T. A., & Jett, K. F. (2014). Ebersole and Hess’ gerontological nursing &
healthy aging (4th ed.). Missouri: Elsevier.
Whelton, P.K., et al. (2017). 2017 High blood pressure clinical practice guideline.
USA: American College of Cardiology, available at
hyper.ahajournals.org
45
46
LAMPIRAN 1
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
RW 05, CISALAK PASAR, CIMANGGIS, KOTA DEPOK TAHUN 2019
Diagnosis Keperawatan NOC NIC
Data
Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi
Data pendukung masalah kesehatan kelompok: Ketidakefektifan manajemen kesehatan pada warga RW 05
47
d. Warga banyak yg masih 183707 perparahan hipertensi peresepan latihan
mengkonsumsi obat HT Pentingnya
yang dibeli bebas di apotik menginformasikan - Menilai tingkat latihan
serta hanya saat sedang tenaga profesional kelompok saat ini dan
183708 5612 pengetahuan kelompok
kumat saja kesehatan terkait
e. Kader menyatakan bahwa pengobatan yang sedang mengenai latihan yang
warga hanya bersemangat dijalani telah dilakukan atau
mengikuti kegiatan terkait 183714 diketahui
kesehatan hanya jika Strategi manajemen
stres - Mengadakan senam
terdapat mahasiswa
bersama dengan warga
f. Warga menyatakan
Diet yang dianjurkan
hambatan untuk berobat ke - Menginformasikan
puskesmas adalah malas, Strategi mengubah mengenai tujuan dan
tidak ada biaya, serta tidak kebiasaan makan manfaat dari latihan
punya jaminan kesehatan yang dilakukan
g. Sebagian besar keluarga Strategi mengurangi
warga memiliki intake garam - Menginstruksikan
komunikasi kurang efektif 183720 Keuntungan olahraga bagaimana
Data Sekunder: mempertahankan
183721 teratur latihan rutin setiap hari,
a. 80% warga yang sesuai kebutuhan
berkunjung ke posbindu 183722 Tersedianya dukungan kelompok
menderita hipertensi kelompok
b. Terdapat 73 % kelompok - Menginstruksikan
lansia hipertensi yang untuk melaporkan
183723
memiliki sikap yang gejala dan kemungkinan
kurang baik dalam masalah yang timbul
mengelolah masalah (misalnya nyeri dan
hipertensinya 183727 pusing)
c. Terdapat 69 % kelompok
- Melakukan
48
lansia hipertensi yang pemeriksaan tekanan
memiliki keterampilan darah sebelum dan
yang kurang baik dalam 183729 setelah beraktivitas
mengelolah masalah
hipertensinya
d. 86 % responden masih
menjawab bahwa
aktifitas fisik tidak
mempengaruhi darah
tinggi
e. 90% responden masih
menjawab makan mie Prevensi Sekunder
instan tidak akan
menyebabkan darah 1928 Kontrol risiko hipertensi 4410 Intervensi:
tinggi Indikator: Pengaturan tujuan
f. 86 % responden saling menguntungkan
menyatakan darah tinggi
selalu disertai dengan - Identifikasi bersama
tanda dan gejala 192802 Mengidentifikasi faktor warga mengenai tujuan
g. 50 % responden jarang risiko hipertensi dari perawatan
untuk memeriksakan
Menyadari kemampuan - Bantu warga untuk
tekanan darah ke fasilitas 192804 untuk mengubah memprioritaskan tujuan
kesehatan
h. 50 % responden sering perilaku yang telah diidentifikasi
mengkonsumsi makanan Mengidentifikasi tanda - Eksplorasi cara terbaik
berlemak (gorengan) gejala hipertensi bagi warga untuk
i. 70 % responden sering
mengkonsumsi yang mencapai tujuan
Mengikuti diet yang
mengandung rasa asin 192805 dianjurkan - Hitung ulang skala
(ikan asin) prioritas masalah pada
Mematuhi anjuran
49
j. 50 % yang diketahui tidak intake garam warga
pernah melakukan olah
raga 192808
k. 50 % tidak bisa
menghindari stress
l. 50 % lansia jarang minum 192809
obat hipertensi
m. 90% lansia tidak bekerja
50
LAMPIRAN 2
RENCANA KERJA (PLAN OF ACTION (POA)) ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS RW 05, CISALAK PASAR,
CIMANGGIS, KOTA DEPOK TAHUN 2019
Sumber Daya
Diagnosa Kegiatan Tujuan PJ Waktu Tempat Alokasi Kelanjutan
Dana
51
LAMPIRAN 3
Dokumentasi