Laporan Komunitas RW 05

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 56

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN HASIL PRAKTIK PROFESI: PELAYANAN DAN


ASUHAN KEPERAWATAN FOKUS PADA MASALAH
PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) DI RW 05
KELURAHAN CISALAK PASAR KECAMATAN CIMANGGIS,
DEPOK

PERIODE:
14 JANUARI 2019 – 09 FEBRUARI 2019

KELOMPOK 4
GELOBANG 2

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI PROFESI ILMU KEPERAWATAN
DEPOK
FEBRUARI 2019
UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN HASIL PRAKTIK PROFESI: PELAYANAN DAN


ASUHAN KEPERAWATAN FOKUS PADA MASALAH
PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) DI RW 05
KELURAHAN CISALAK PASAR KECAMATAN CIMANGGIS,
DEPOK

KELOMPOK 4
GELOMBANG 2

Adinda Fadhilah Fauziah

Andinia Fathonah

Annisa Fitri Lidya

Annisa Maula Utrujah

Dyah Hermawati

Fitri Maharani Sukma

Lidya Ambarsari

Lisa Perikani

Meulu Primananda

Ridwan Ginanjar

Siti Rahmi Farhatani

Windy Olivia Yuriza

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI PROFESI ILMU KEPERAWATAN
DEPOK
2019
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
1. PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1 Latar
Belakang....................................................................................................1
1.2 Tujian Penulisan.................................................................................................5
1.3 Sistematika Penulisan.........................................................................................6

2. TINJAUAN TEORITIS....................................................................................7
2. 1 Keperawatan
Komunitas....................................................................................7
2.2 Asuhan Keperawatan
Komunitas........................................................................9
2.2.1 Pengkajian Keperawatan
Komunitas.........................................................9
2.2.2 Diagnosis Keperawatan
Komunitas.........................................................11
2.2.3 Rencana Intervensi Keperawatan
Komunitas..........................................11
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Komunitas...................................................13
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Komunitas...........................................................13
2.3 Kelompok usia Dewas dan Lansia sebagai Populasi
Berisiko..........................14
2.3.1 Definisi Populasi Berisiko.......................................................................14
2.3.2 Karakteristik Usia Dewasa sebagai Populasi
Berisiko.............................14
2.3.3 Karakteristik Lansia sebagai Populasi
Berisiko.......................................15
2.4 Perawatan Diabetes Mellitus............................................................................16
2.5 Perawatan
Hipertensi........................................................................................20

3. PELAKSANAAN ASUHAN
KEPERAWATAN...........................................27
3.1 Pengkajian dan
Hasil.........................................................................................27
3.2 Diagnosa Keperawatan
Komunitas...................................................................38
3.3 Perencanaan Asuhan Keperawatan
Komunitas.................................................40
3.4 Implementasi, Evaluasi, dan Rencana Tindak
Lanjut.......................................45
4.
PEMBAHASAN................................................................................................51
4.1 Pengkajian........................................................................................................51
4.2 Diagnosa Keperawatan.....................................................................................53
4.3 Rencana Keperawatan
Komunitas....................................................................54
4.4 Implementasi dan
Evaluasi...............................................................................55
4.5 Analisa
SWOT..................................................................................................60

5. PENUTUP.........................................................................................................62
5.1
Kesimpulan.......................................................................................................62
5.2 Saran.................................................................................................................63
5.2.1 Bagi
Pemerintah.......................................................................................63
5.2.2 Bagi Puskesmas.......................................................................................63
5.2.2 Bagi
Kader...............................................................................................64
5.2.3 Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
..................................................65

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

2
BAB 1
PENDAHULUAN

Bab satu menjelaskan tentang hal-hal yang melandasi implementasi asuhan


keperawatan komunitas tentang hipertensi dan diabetes melitus pada usia dewasa
dan lansia yaitu latar belakang berupa fenomena dan prevalensi kejadian yang
terkait dengan hipertensi, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.

1.1 Latar Belakang


Kejadian Penyakit Tidak Menular (PTM) terus meningkat. World Health
Organization (WHO) (2018) menyatakan PTM menyebabkan kematian 41 juta
orang setiap tahunnya atau sekitar 71% dari seluruh kematian global. WHO
juga menyebutkan bahwa setiap tahun 15 juta orang dewasa-lansia (30-69
tahun) meninggal dunia akibat PTM. Hipertensi dan Diabetes Mellitus (DM)
merupakan jenis PTM yang paling sering muncul di kalangan masyarakat
Indonesia. Hipertensi yang tidak terkontrol akhirnya dapat menyebabkan
komplikasi yang serius seperti stroke, gagal jantung, maupun sindrom koroner
akut, sedangkan DM yang tidak terkontrol dapat menyebabkan komplikasi
berupa gangguan neurovaskular hingga penurunan kesadaran. Penyakit Tidak
Menular (PTM).
Wilayah Rukun Warga (RW) 5 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan
Cimanggis Depok merupakan suatu wilayah dengan kepadatan penduduk
cukup tinggi dan letaknya dekat dengan jalan raya penghubung Jakarta-Bogor.
Data statistik kelurahan Cisalak Pasar hingga tahun 2018 menunjukkan bahwa
RW 5 memiliki jumlah Kepala Keluarga (KK) terbanyak dibandingkan
dengan RW lainnya yakni sekitar 1500 KK. Hasil observasi menunjukkan
letak wilayah RW 5 dilalui oleh jalan utama Jakarta-Bogor dan jalan raya
Depok-Cibubur dengan volume kendaraan sangat padat terutama pada pagi
dan sore hari dan terdapat sebuah pabrik bahan kimia skala besar.
Mahasiswa program Profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia melakukan praktik lapangan keperawatan komunitas di wilayah

1
Rukun Warga (RW) 05 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis
selama 4 minggu dimulai dari tanggal 14 Januari hingga 09 Februari. Praktik
ini dilakukan guna meningkatkan status kesehatan komunitas serta memenuhi
syarat untuk mendapatkan gelar Ners agar dapat berperan sebagai perawat
yang sesuai dengan standar perawat yang diharapkan pemerintah dan
masyarakat.
Tempat Praktik yang digunakan RW 05 yang terdiri dari 9 Rukun Tetangga
(RT) serta terdapat 2 (dua) posyandu dan 1 (satu) posbindu. Guna mengetahui
masalah kesehatan yang ada pada RW 05, mahasiswa terlebih dahulu
melakukan pengkajian serta pengumpulan data. Pengumpulan data ini
dilakukan melalui wawancara, diskusi dengan masyarakat dan tokoh-tokoh
penting di RW tersebut (tokoh agama, tokoh masyarakat, dan kader),
windshiel survey, observasi, serta data sekunder yang di dapatkan dari
Residen, Puskesmas, Posyandu, dan Posbindu. Mahasiswa bersama Pak
Lurah, Ketua RT, tokoh masyarakat, tokoh agama, serta kader telah
melakukan identifikasi masalah kesehatan dengan cara focus group discussion
(FGD) pada pertemuan 1 (satu). Pada akhir pertemuan tersebut, didapatkan
masalah kesehatan utama yang teridentifikasi adalah penyakit tidak menular,
terutama hipertensi. Hasil FGD ini ditemukan berbanding lurus dengan
perolehan data yang didapatkan secara wawancara langsung serta data
sekunder.
Berdasarkan hasil FGD yang didapatkan, sebagian besar kader mengatakan
bahwa warga sebenarnya sudah sering mendapatkan informasi terkait
Hipertensi sebelumnya, namun gaya hidup warga seperti suka jajan makanan
seperti gorengan dan bersantan serta kurangnya olahraga membuat masalah
tersebut muncul lagi. Selain itu, warga hanya aktif mengikuti kegiatan-
kegiatan pencegahan hipertensi hanya saat ada mahasiswa, dan setelah
mahasiswa selesai praktik maka kegiatan tersebut berhenti dan tidak dilakukan
lagi. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan mahasiswa kepada 26 keluarga,
didapatkan sebanyak 16 keluarga memiliki anggota keluarga yang mengalami
hipertensi. Untuk masalah kolesterol sendiri, belum didapatkan data spesifik
untuk RW 05, namun untuk wilayah cisalak pasar, didapatkan sebanyak 41

2
orang terdeteksi memiliki kadar kolesterol tinggi selama bulan desember
2018. Berdasarkan hasil pengkajian dan hasil skoring, masalah utama yang
harus diselesaikan adalah hipertensi.
Setelah dibentuk rencana keperawatan, implementasi keperawatan komunitas
yang telah dilakukan untuk menangani masalah tersebut adalah pendidikan
kesehatan berupa penyuluhan tentang penyakit tidak menular dan demontrasi
latihan fisik senam hipertensi. Keterampilan psikomotorik yang diajarkan
dalam implementasi tersebut adalah teknik relaksasi napas dalam dan teknik
kompres tengkuk. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan psikomotorik
tersebut masih belum cukup untuk mengendalikan Hipertensi karena masih perlu
dilakukan evaluasi lanjutan terhadap perilaku masyarakat.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan gambaran asuhan keperawatan komunitas oleh mahasiswa
praktik profesi keperawatan komunitas di RW 05 Kelurahan Cisalak Pasar,
Kecamatan Cimanggis, Depok.

1.2.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus dari pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas ini adalah
diketahuinya:
a. Gambaran hasil pengkajian komunitas di RW 05 Kelurahan Cisalak
Pasar, Kecamatan Cimanggis, Depok
b. Rumusan diagnosa keperawatan komunitas di RW 05 Kelurahan Cisalak
Pasar, Kecamatan Cimanggis, Depok
c. Rencana tindakan keperawatan komunitas di RW 05 Kelurahan Cisalak
Pasar, Kecamatan Cimanggis, Depok
d. Gambaran pelaksanaan tindakan keperawatan di RW 05 Kelurahan
Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Depok
e. Gambaran hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan komunitas di RW 05
Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Depok

3
f. Rencana tindak lanjut kegiatan dalam menangani masalah komunitas di
RW 05 Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Depok

1.3 Sistematika Penulisan


Laporan akhir praktik profesi keperawatan komunitas ini terdiri dari beberapa
bagian, yaitu :
Bab 1 Pendahuluan yang berisikan latar belakang, tujuan penulisan, dan
sistematika penulisan
Bab 2 Tinjauan teoritis yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan asuhan
keperawatan komunitas ini meliputi definisi usia dewasa dan lansia
sebagai populasi berisiko, konsep perawatan hipertensi dan
diabetes melitus, dan konsep keperawatan komunitas, konsep
asuhan keperawatan komunitas
Bab 3 Pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas merupakan hasil
pengkajian sampai dengan evaluasi asuhan keperawatan komunitas
di RW 05 Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Depok
Bab 4 Pembahasan menjelaskan kesenjangan antara teori dengan
pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas yang ditemukan di
RW 05 Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Depok
serta pemecahan masalahnya
Bab 5 Penutup yang berisikan kesimpulan dan saran-saran terhadap
pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas di RW 05 Kelurahan
Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Depok

4
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1. Keperawatan Komunitas


Keperawatan kesehatan komunitas atau keperawatan kesehatan masyarakat
(Perkesmas) merupakan suatu sintesis dari praktik keperawatan klinis dan
kesehatan masyarakat yang bersifat komprehensif, holistik serta terus
berkelanjutan yang diaplikasikan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan populasi baik individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
dengan fokus praktik pada upaya promotif dan preventif tanpa
mengesampingkan tindakan kuratif dan rehabilitatif (Stanhope & Lancester,
2016). Kepmenkes No. 279 tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan
UKKM PKM menjelaskan bahwa Perkesmas merupakan suatu bentuk
pelayanan keperawatan profesional yang merupakan perpaduan antara Ilmu
Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Masyarakat yang ditujukan kepada
seluruh masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi.

Sebagai perpaduan antara Ilmu Keperawatan, Ilmu Kesehatan Masyarakat


serta Ilmu sosial, Perkesmas mempunyai karakteristik tersendiri. Allender,
Rector, dan warner (2014); Anderson dan Mc Farlane (2011) serta Stanhope
dan Lancester (2016) memberikan penjelasan tentang karakteristik dari
pelayanan keperawatan komunitas yaitu: 1) klien atau unit perawatannya
adalah populasi, 2) kewajiban utama adalah mencapai kebaikan terbesar dan
jumlah terbesar penduduk atau populasi secara keseluruhan, 3) bekerja di
dalam kemitraan dengan komunitas, 4) pemilihan kegiatan yang paling tepat
dan menjadi prioritas adalah pencegahan primer, 5) melakukan seleksi
strategi untuk membuat kondisi lingkungan, sosial, dan ekonomi yang sehat
menjadi fokus populasi, 6) mempunyai kewajiban untuk secara aktif
menjangkau semua orang yang mungkin mendapat manfaat dari kegiatan
atau pelayanan tertentu, 7) mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang
tersedia untuk menjamin peningkatan kesehatan penduduk, 8) bekerjasama

5
dengan profesi, organisasi, dan berbagai pihak sebagai cara yang paling
efektif untuk melakukan promosi dan perlindungan bagi kesehatan
penduduk, 9) adanya kesinambungan pelayanan kesehatan (continuity of
care) serta terjadinya peralihan peran dari perawat Perkesmas kepada klien
sehingga terjadi kemandirian.

Pelayanan keperawatan kesehatan komunitas mempunyai tujuan untuk


meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan.
Pelayanan ini yang diberikan secara langsung dalam rentang sehat – sakit
dengan mempertimbangkan besarnya masalah kesehatan yang dihadapi oleh
masyarakat. Sasaran perkesmas mencakup seluruh sistem baik individu,
keluarga, kelompok/masyarakat beresiko tinggi, daerah konflik dan daerah
yang tidak terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Sasaran perkesmas
merupakan masalah kesehatan yang timbul akibat dari faktor kurang
pengetahuan, ketidakmauan, serta ketidakmampuan dalam menyelesaikan
masalah kesehatan (Sahar, Riyanto, Wiarsih, 2017).

Upaya untuk menyelesaian masalah kesehatan dalam rangka peningkatan


derajat kesehatan masyarakat dilakukan dengan beberapa tingkat
pencegahan yakni (Allender, Rector, & Warner, 2014; Anderson & Mc
Farlane, 2011):
1) Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada
populasi sehat, mencakup kegiatan kesehatan secara umum serta
perlindungan khusus terhadap penyakit, contoh penyuluhan kesehatan
tentang penyakit yang terbanyak di komunitas.
2) Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya
perubahan derajat kesehatan pada kelompok masyarakat dan ditemukan
masalah kesehatan, menekankan pada diagnosa dini dan tindakan untuk
menghambat proses penyakit
3) Pencegahan tersier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian
individu pada tingkat berfungsinya secara optimal dari ketidakmampuan
setelah mengalami masalah kesehatan.

6
2.2 Asuhan Keperawatan Komunitas
Asuhan keperawatan komunitas adalah bentuk pelayanan keperawatan
professional yang merupakan bagian integral dari proses keperawatan yang
didasarkan pada ilmu keperawatan dan ditujukan kepada masyarakat dengan
menekankan pelayanan kepada kelompok risiko tinggi dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui upaya peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan serta rehabilitasi (Riasmini et
al, 2017).

Proses asuhan keperawatan komunitas merupakan metode asuhan yang


bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontinyu serta berkesinambungan
bertujuan untuk mengatasi masalah kesehatan klien individu, keluarga
maupun kelompok melalui tahapan pengkajian, penentuan diagnosis,
perencanaan, pelaksanaan intervensi serta evaluasi keperawatan (Stanhope
& Lancaster, 2016).

2.2.1 Pengkajian Keperawatan Komunitas


Pengkajian komunitas bertujuan untuk mengidentifikasi factor-faktor yang
mempengaruhi status kesehatan masyarakat. Pengkajian komunitas berupa
informasi dan data yang diperoleh secara langsung dan tidak langsung di
komunitas didasarkan kepada teori dan konsep model keperawatan yang
relevan (Anderson & McFarland, 2011; Riasmini et al, 2017).
2.2.1.1 Data Inti Komunitas
Pengkajian yang dilakukan untuk mendapatkan data inti adalah sejarah/
riwayat daerah termasuk perubahan daerah, demografi (usia, karakteristik
jenis kelamin, distribusi ras dan distribusi etnis), tipe keluarga, status
perkawinan (kawin, duda/janda, single), nilai-nilai dan keyakinan serta
agama.
2.2.1.2 Data Subsistem Komunitas
Data subsistem yang perlu dikumpulkan dalam pengkajian komunitas
antara lain sebagai berikut.

7
a) Lingkungan Fisik: Hal yang perlu dikaji mengenai lingkungan fisik
antara lain kualitas air yang digunakan, pembuangan limbah, kualitas
udara, kualitas tumbuh-tumbuhan, adanya ruang terbuka, perumahan,
daerah hijau, musim, kualitas makanan serta akses yang ada di
lingkungan masyarakat.
b) Pelayanan Kesehatan dan Sosial: Pelayanan kesehatan dan sosial yang
perlu dikaji dalam komunitas antara lain ketersediaan Puskesmas,
klinik kesehatan, Rumah Sakit terdekat, kader kesehatan, fasilitas
pelayanan sosial serta data masyarakat yang mengalami sakit akut atau
kronis.
c) Ekonomi: Data yang perlu dikaji terkait perekonomian di masyarakat
antara lain karakteristik keuangan keluarga dan individu berdasarkan
Upah Minimum Regional (UMR), status pekerjaan, jumlah penduduk
yang tidak bekerja, lokasi industri serta penghasilan tambahan
keluarga.
d) Transportasi dan Keamanan: Data yang perlu dikaji terkait transportasi
dan keamanan di masyarakat meliputi alat transportasi yang umum
digunakan oleh masyarakat untuk mobilisasi keluar dan masuk ke
dalam wilayah, transportasi umum (bus, taksi, angkot), transportasi
pribadi, ketersediaan posko keamanan lingkungan (Poskamling) serta
pos polisi.
e) Politik dan Pemerintahan: Data yang perlu dikumpulkan meliputi
pemerintahan (RT,RW,desa/kelurahan, kecamatan) serta kelompok
pelayanan masyarakat (Posyandu, PKK, Karang Taruna, Posbindu).
f) Komunikasi: Data terkait komunikasi dalam masyarakat yang perlu
dikaji dibagi menjadi dua yaitu komunikasi formal dan komunikasi
informal. Komunikasi formal meliputi surat kabar, radio dan televisi,
telepon, internet dan hotline) sementara komunikasi secara informal
melalui papan pengumuman, poster, brosur, pengeras suara dari
masjid).
g) Pendidikan:Data yang perlu dikaji terkait pendidikan dalam komunitas
antara lain sekolah yang terdapat di masyarakat, tipe pendidikan,

8
pelayanan kesehatan di sekolah, rata-rata pendidikan serta kemampuan
baca tulis masyarakat.
h) Rekreasi: Data terkait rekreasi yang perlu dikaji meliputi ketersediaan
taman serta rekreasi umum.
2.2.1.3 Data Persepsi
a) Persepsi Masyarakat: Persepsi masyarakat yang dikaji adalah perasaan
masyarakat tentang kehidupan bermasyarakat yang dirasakan di
lingkungan tempat tinggal mereka sekarang, poin kekuatan di daerah
tersebut serta permasalahan yang dirasakan dalam komunitas.
b) Persepsi Perawat: Persepsi perawat merupakan pernyataan umum
mengenai kondisi kesehatan masyarakat yang meliputi kekuatan,
permasalahan serta potensial masalah yang dapat teridentifikasi.

2.2.2 Diagnosis Keperawatan Komunitas


Pernyataan hasil sistesis pengkajian data disebut diagnosis. Diagnosis
keperawatan komunitas berfokus pada suatu komunitas berupa kelompok,
populasi atau kumpulan. Diagnosis berisi masalah, etiologi dan
dokumentasi penyebab/sumber masalah. Diagnosis diharapkan dapat
memberikan acuan bagi tujuan intervensi yang akan dilakukan. Diagnosis
dibuat setelah melakukan pengkajian serta analisis data yang mengancam
masyarakat dan reaksi yang timbul pada masyarakat. berdasarkan hasil
analisis tersebut kemudian disusun diagnosis keperawatan yang
mengandung tiga komponen yaitu gambaran masalah kesehatan, respon,
atau situasi yang terdapat di dalam masyarakat, identifikasi etiologi yang
berkaitan dengan masalah serta sign atau symptom yang merupakan
karakteristik masalah (Anderson & McFarlane, 2011).

2.2.3 Rencana Intervensi Keperawatan Komunitas


Perencanaan dalam keperawatan komunitas berorientasi pada promosi
kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan kesehatan serta manajemen
krisis. Dalam penyusunannya perlu dilakukan beberapa tahapan sebagai
berikut:

9
2.2.3.1 Menetapkan Prioritas
Keterlibatan masyarakat diperlukan dalam penetapan prioritas yang
dilakukan dengan cara mengumpulkan masyarakat melalui pertemuan
musyawarah. Pertemuan tersebut akan membahas prioritas masalah
dengan bimbingan dan arahan dari perawat kesehatan komunitas.
Penentuan prioritas masalah oleh perawat didasarkan pada enam kriteria
yaitu kesadaran masyarakat terhadap masalah, motivasi masyarakat dalam
penyelesaian masalah, ketersediaan ahli/pihak terkait terhadap solusi
masalah, konsekuensi apabila masalah tidak terselesaikan, penyelesaian
masalah dengan resolusi yang dapat dicapai (Stanhope & Lancaster, 2016)
2.2.3.2 Menetapkan Sasaran (goal)
Langkah yang dilakukan setelah menetapkan prioritas masalah adalah
penetapan sasaran dimana sasaran merupakan hasil yang diharapkan.
Sasaran dalam pelayanan kesehatan adalah pernyataan situasi ke depan,
kondisi atau status jangka panjang yang belum bisa diukur (Riasmini et al,
2017).
2.2.3.3 Menetapkan Tujuan (objective)
Tujuan merupakan pernyataan hasil yang diharapkan dan terukur, dibatasi
waktu serta berorientasi pada kegiatan. Penulisan tujuan menggunakan
kata kerja, menggambarkan tingkah laku akhir, kualitas dan kuantitas
penampilan serta cara mengukurnya, berhubungan dengan sasaran yang
ditetapkan dan terdapat pembatasan waktu yang mengacu pada Nursing
Outcome Classification/ NOC (Riasmini et al, 2017).
2.2.3.4 Menetapkan Rencana Intervensi
Penetapan rencana intervensi keperawatan kesehatan komunitas mencakup
hal yang akan dilakukan, waktu, jumlah, target atau sasaran serta lokasi.
Penetapan rencana intervensi perlu memperhatikan program pemerintah
terkait masalah kesehatan yang ada, kondisi atau situasi, sumber daya
dalam atau diluar komunitas yang dapat dimanfaatkkan, program lalu yang
pernah dijalankan, menekankan pada pemberdayaan masyarakat,
penggunaan teknologi tepat guna, mengedepankan upaya promotif dan

10
preventif dengan tidak mengabaikan kuratif dan rehabilitatif serta
mengacu kepada NIC (Riasmini et al, 2017).

2.2.4 Implementasi Keperawatan Komunitas


Tahap implementasi berfokus pada bagaimana mencapai sasaran dan tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal yang dapat dilakukan dalam tahap
implementasi keperawatan kesehatan komunitas berupa promosi kesehatan,
memelihara kesehata/ mengatasi kondisi tidak sehat, mencegah penyakit dan
dampak pemulihan. Perawat berfokus pada program kesehatan masyarakat
yang ditetapkan pada tahap perencanaan melalui beberapa strategi yaitu
proses kelompok, promosi kesehatan serta kemitraan/partnership (Riasmini
et al, 2017).

2.2.5 Evaluasi Keperawatan Komunitas


2.2.5.1 Jenis-Jenis Evaluasi
Jenis-jenis evaluasi menurut waktu pelaksanaan menurut Riasmini et al
(2017) adalah sebagai berikut:
a) Evaluasi Formatif: Evaluasi formatif dilakukan pada waktu
pelaksanaan program yang bertujuan untuk memperbaiki pelaksanaan
program dan kemungkinan terhadap temuan masalah dan kendala
dalam pelaksanaan program.
b) Evaluasi Sumatif: Evaluasi sumatif dilakukan ketika pelaksanaan
kegiatan telah selesai dengan tujuan untuk menilai hasil pelaksanaan
program dan temuan utama berupa pencapaian yang diperoleh dari
pelaksanaan program.
2.2.5.2 Prinsip Evaluasi
Terdapat beberapa prinsip dalam melakukan evaluasi antara lain
penguatan program, penggunaan pendekatan, desain evaluasi untuk
kriteria penting di komunitas, menciptakan proses partisipasi, diharapkan
lebih fleksibel serta membangun kapasitas. Proses evaluasi meliputi
tujuan, desain, rencana, pelaku, pelaksanaan, deseminasi serta penggunaan
hasil evaluasi.

11
2.2.5.3 Kriteria penilaian dalam evaluasi
Menurut Riasmini et al (2017) kriteria penilaian dalam evaluasi sebagai
berikut:
a) Relevansi (relevance): apakah tujuan program mendukung tujuan
kebijakan?
b) Keefektifan (effectiveness) : apakah tujuan program dapat tercapai?
c) Efisiensi (efficiency) : apakah tujuan program tercapai dengan biaya
paling rendah?
d) Hasil (outcomes): apakah indikator tujuan program membaik?
e) Dampak (impact): apakah indikator tujuan kebijakan membaik?
f) Keberlanjutan (sustainability): apakah perbaikan indikator terus
berlanjut setelah program selesai?

2.3 Kelompok Usia Dewasa dan Lansia sebagai Populasi Berisiko


2.3.1 Definisi Populasi Berisiko
Sekelompok populasi yang berisiko lebih tinggi menderita penyakit
dibandingkan dengan populasi lain disebut populasi berisiko (Stanhope &
Lancaster, 2016). Allender dan Spradley (2010) menyebutkan populasi
berisiko merupakan sekelompok orang yang berisiko masalah kesehatan
tertentu akibat interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya. Stanhope
dan Lancaster (2016) juga menyebutkan bahwa hal – hal yang dapat
meningkatkan risiko penyakit pada suatu populasi diataranya pajanan
terhadap suatu penyakit, gaya hidup, riwayat keluarga, dan lingkungan
sosial.

2.3.2 Karakteristik Usia Dewasa sebagai Populasi Berisiko


Tahap pertumbuhan dan perkembangan usia dewasa terdiri dari dewasa
muda 20-40 tahun dan dewasa menengah 40-65 tahun. Karakteristik yang
penting pada dewasa muda yaitu gaya hidup pribadi berkembang, individu
membentuk hubungan dengan individu lain yang berarti baginya dan
membangun komitmen terhadap sesuatu. Sedangkan pada dewasa

12
menengah, gaya hidup berubah akibat perubahan dalam hal lain (Kozier,
Erb, Berman & Snyder, 2010).
Tugas perkembangan menurut Havighurst pada periode dewasa awal yaitu
memilih teman hidup, belajar untuk hidup bersama pasangan, membentuk
keluarga, membesarkan anak, mengatur rumah tangga, mulai bekerja,
menjalani tanggung jawab sebagai warga negara, dan menentukan kelompok
sosisal yang sesuai. Sedangkan pada periode paruh baya tugas
perkembangannya antara lain menyelesaikan tanggung jawab sosial dan
tanggung jawab sebaga warga negara dewasa, membangun dan
mempertahankan standar ekonomi hidup, membantu anak remaja untuk
bertanggungjawab dan menjadi individu dewasa yang bahagia, melakukan
aktivitas guna mengisi waktu luang, berhubungan dengan pasangan sebagai
seorang individu, menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan yang
terjadi pada usia paruh baya, dan menyesuaikan diri dengan orang tua yang
semakin menua (Kozier, Erb, Berman & Snyder, 2010).

Kondisi fisik pada awal 20-an berada pada kondisi yang prima, berbagai
sistem berkembang dengan baik dan terkoordinasi. Perubahan secara fisik
minimal, namun berat badan dan masa otot dapat berubah sesuai diet dan
kebiasaan olahraga. Perubahan fisik yang signifikan terlihat pada perempuan
yang hamil dan menyusui. Sedangkan perubahan fisik pada paruh baya
banyak mengalami perubahan. Penampilan individu paruh baya memiliki
rambut tipis dan beruban, masa otot semakin berkurang, pembuluh darah
berkurang elastisitasnya, metabolisme lebih lambat, jumlah nefron ginjal
berkurang dan terjadi perubahan hormon.

Masalah kesehatan yang sering ditemui pada dewasa muda sampai paruh
baya diantaranya kecelakaan, bunuh diri, hipertensi, penyalahgunaan zat.
Penyakit menular seksual, kekerasan, penganiyaan terhadap wanita, kanker,
penyakit kardiovaskuler, obesitas, dan perubahan stresor mental.

2.3.3 Karakteristik Lansia sebagai Populasi Berisiko

13
Batasan umur lansia di Indonesia menurut Depsos RS (2004) adalah 60
tahun ke atas. Dengan demikian, seseorang dikatakan telah lanjut usia ketika
berumur 60 tahun atau lebih. Banyak perubahan terjadi pada lanjut usia, baik
secara fisik maupun mental. Proses penuaan ini merupakan proses universal
dan alami.

Perubahan fisik dan mental pada lansia sangat mempengaruhi kondisi


kesehatan. Lapisan kulit yang kurang elastis dan lebih tipis, sehingga mudah
cedera dan mudah terkena hipotermia maupun hipertermia. Densitas mineral
tulang berkurang, hal ini menyebabkan tulang keropos dan risiko fraktur.
Vena mengalami dilatasi, katup-katup menjadi kurang efektif sehingga
sering ditemui edema pada ektremitas bawah. Kapasitas kandung kemih,
peningkatan residu, peningkatan kontraksi kandung kemih yang tidak
disadari, dan atropi pada otot kandung kemih secara umum menyebabkan
peningkatan risiko inkontinensia. Lansia juga dapat mengalami intoleransi
glukosa karena pola diet, obesitas dan kurang olahraga. Lambung lansia juga
mengalami perubahan diantaranya penurunan asam hidroklorik mukosa
lambung, pencernaan makanan pun mengalami perlambatan (Stanley &
Bare, 2007; Touhy & Jett, 2014; Sunaryo. dkk, 2016).

2.4 Perawatan Diabetes Mellitus


Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan
gangguan multisistem dan mempunyai karakteristik hiperglikemia yang
disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat (Black &
Hawks, 2014). DM juga diketahui banyak menimbulkan komplikasi yang
dibagi menjadi dua yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronis.
Komplikasi akut meliputi ketoasidosis diabetik, hiperosmolar non ketotik,
dan hipoglikemia (Perkeni, 2011).

2.5 Perawatan Hipertensi


Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan gangguan pada sistem
peredaran darah menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas nilai normal

14
yaitu sistol lebih dari sama dengan 130 mmHg dan diastol lebih dari sama
dengan 80 mmHg (Whelton et al, 2017). Diagnosa medis hipertensi dapat
ditegakkan dengan dua kali pengukuran dan dalam keadaan tenang/ cukup
istirahat. Dalam proses pengukuran tekanan darah, orang yang akan diukur
sudah mengosongkan kandung kemih, tidak boleh merokok atau minum kopi
30 menit sebelumnya, duduk dengan tenang selama 5 menit, duduk dengan
nyaman dan perhatikan lengan sejajar jantung, kaki menapak lantai serta tidak
berbicara selama pengukuran (Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheever, 2010). Hasil
rata-rata minimal 3 kali pengukuran tekanan darah adalah nilai yang dapat
dibaca untuk menentukan tingkat hipertensi.

Tingkatan hipertensi mengalami perubahan sesuai dengan hasil penelitian


terbaru. Menurut Whelton, et al (2017) hipertensi dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
Tabel 2.1
Klasifikasi Penyakit Hipertensi
Tekanan darah Sistolik Diastolik (mmHg)
(mmHg)
Normal < 120 dan < 80
Prehipertensi 120-129 dan < 80
Hipertensi derajat 1 130-139 atau 80-89
Hipertensi derajat 2 ≥140 atau ≥90

Hipertensi juga diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya, yaitu hipertensi


primer dan sekunder. Hipertensi primer terjadi akibat peningkatan tekanan
arteri persisten yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanis kontrol
homeostatik normal yang kebanyakan dialami oleh usia 55-60 tahun dengan
hipertensi primer diastolik, sedangkan hipertensi sekunder merupakan
peningkatan tekanan darah sistolik yang terjadi akibat kondisi lain yang
teridentifikasi seperti penyakit ginjal, kehamilan, konsumsi obat tertentu,
hiperaldosteron dan sebagainya (Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheeverth, 2010).

15
Hipertensi sangat besar dipengaruhi oleh faktor genetik, faktor gaya hidup dan
faktor fisik. Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang dapat mempengaruhi
terjadinya hipertensi terbagi dua yaitu faktor resiko yang dapat dikontrol dan
yang tidak dapat dikontrol. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol, yaitu:
a) Jenis Kelamin
Wanita memproduksi lebih banyak hormon estrogen yang berperan
dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Tingginya
kadar kolesterol HDL merupakan faktor pelindung terbentuknya
aterosklerosis. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut
berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang
umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun dan wanita
menopouse (Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheeverth, 2010).
b) Umur
Semakin bertambahnya usia, perubahan organ tubuh lebih nampak
terlihat yaitu berkurangnya kelenturan pembeluruh darah. Dengan
mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta
itu kehilangan daya penyesuaian diri (Smeltzer, Bare, Hinkle &
Cheeverth, 2010).
c) Keturunan (Genetik)
Individu dengan orang tua yang menderita hipertensi mempunyai risiko
dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak
mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-
80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam
keluarganya (Anggraini dkk, 2009).

Sedangkan faktor risiko yang dapat dikontrol, yaitu :


a) Obesitas
Tingkat tekanan darah tergantung pada resistensi pembuluh darah sistemik
dan curah jantung. Curah jantung dari tubuh bertambah seiring
bertambahnya berat badan dan menyebabkan tekanan memompa jauh
lebih besar. Penurunan berat badan dianjurkan bagi penderita hipertensi,
hal ini dikarenakan kehilangan berat badan 10 Kg akan menurunkan

16
tekanan darah 5-20 mmHg (Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheeverth, 2010).
Indeks massa tubuh (BMI) yang normal bagi penderita hipertensi adalah
18,5-24,9 kg/m2.
b) Kurang olahraga atau aktivitas fisik
Kurang olahraga atau aktivitas fisik dapat menyebabkan tingginya risiko
hipertensi yaitu obesitas. Orang dengan berat badan berlebih memiliki
risiko terjadinya hyperlipidemia dan penumpukan lemak di arteri darah
atau aterosklerosis. Kemudian menyebabkan penyempitan pembuluh darah
dan menjadikan jantung bekerja lebih keras untuk menghasilkan tekanan
yang lebih besar melewati pembuluh darah (Smeltzer, Bare, Hinkle &
Cheeverth, 2010). Peningkatan frekuensi olahraga dan aktivitas fisik
seperti aerobic atau jalan cepat selama 30 menit per hari dapat
menurunkan tekanan darah 4-9 mmHg.
c) Kebiasaan Merokok
Hipertensi akibat merokok merupakan hasil dari penyempitan pembuluh
darah arteri dan ateriosklerosis (Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheeverth,
2010). Hasil penelitian Bowman (2005) dalam Rahyani (2007)
menjelaskan bahwa kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek
dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari.
d) Mengkonsumsi garam berlebih
Natrium atau garam merupakan zat yang mengikat air. Kelebihan
konsumsi natrium dapat menyebabkan tertahannya cairan dalam tubuh
dan meningkatkan volume darah. Peningkatan volume darah tersebut
dapat mempercepat dan memperberat kerja jantung, kemudian
meningkatkan risiko hipertensi akibat perubahan struktur jantung dan
pembuluh darah (Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheeverth, 2010). Hasil
penelitian Nunung (2007) menjelaskan bahwa faktor yang sangat erat (p=
0,004) pada kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Bojongsari
Brebes adalah hubungannya dengan asupan garam tinggi.
e) Minum alkohol
Alkohol yang diminum akan di metabolisme di hati dan dapat
menyebabkan kerusakan sel hati. Apabila sel hati sudah rusak maka

17
fungsi-fungsi tubuh akan terganggu, seperti memproduksi faktor
pembekuan darah. Kondisi tersebut mendukung rusaknya pembuluh darah.
Konsumsi minuman berakohol per hari hanya dianjurkan tidak lebih dari
2 gelas bagi laki-laki, sedangkan untuk wanita hanya diperbolehkan 1
gelas per hari (Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheeverth, 2010). Pembatasan
minuman beralkohol tersebut dapat menurunkan tekanan darah sekitar 2-4
mmHg.
f) Minum kopi
Menurut Elsanti (2009) faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu
cangkir kopi mengandung 75–200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir
tersebut berpotensi meningkatkan tekanan darah 5-10 mmHg. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Martiani dan Lelyana (2012) tentang
faktor risiko hipertensi ditinjau dari kebiasaan minum kopi yaitu subjek
yang mengkonsumsi kopi 1-2 cangkir per hari, meningkatkan risiko
hipertensi 4,11 kali lebih tinggi (p=0,017) dibandingkan dengan subjek
yang tidak minum kopi.
g) Stress
Hubungan antara stress dengan hipertensi terjadi akibat peningkatan
aktivitas saraf simpatis, produksi renin-angiotensin berlebih dan
penurunan area filtrasi ginjal. Peningkatan aktivitas saraf simpatis
menyebabkan kerja jantung menjadi lebih cepat, terjadi peningkatan
kontraktilitas dan curah jantung. Kondisi tersebut jika berlangsunng terus
menerus dapat merubah struktur jantung dan pembukuh darah (Smeltzer,
Bare, Hinkle & Cheeverth, 2010). Selanjutnya produksi renin-angiotensin
dapat menyebabkan vasokonstriksi pada pembuluh darah sehingga
meningkatkan tahanan perifer pembuluh darah dan aliran darah menuju
organ-organ tidak maksimal. Aliran darah yang tidak maksimal menuju
organ, khususnya organ penting seperti ginjal atau otak dapat memberikan
efek langsung pada tubuh. Pada otak menjadi kurang konsetrasi dan
mengantuk. Sedangkan pada ginjal, darah yang akan di filtrasi menjadi
berkurang dan penumpukan cairan di dalam tubuh (Smeltzer, Bare, Hinkle
& Cheeverth, 2010).

18
Perawatan hipertensi dengan cara mengendalikan faktor penyebab yang dapat
meningkatkan tekanan darah seperti obesitas, resistensi insulin, asupan
alkohol yang tinggi, asupan garam yang tinggi dalam makanan, penuaan,
gaya hidup kurang sehat, stress, asupan kalium yang rendah dan kadar intake
kalsium yang rendah (Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheeverth, 2010). Perubahan
gaya hidup dapat dilakukan dengan mudah dalam pengendalian hipertensi,
diantaranya: (Edelman&Mandle, 2010; Brunner&Suddarth, 2010)
a) Pemantauan tekanan darah
Pemantauan tekanan darah tinggi merupakan kunci utama dalam
mengendalikan tekanan darah sehingga tidak berakibat pada penyakit yang
lebih parah seperti penyakit jantung atau stroke. Target penurunan tekanan
darah pada individu yang sehat adalah sistolik < 130 mmHg, diastolik < 80
(Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheeverth, 2010).
b) Melakukan Diet
Rencana Dietary approaches to stop hypertension (DASH) lebih mudah
diterapkan bagi orang dengan hipertensi seperti konsumsi lebih banyak
buah, sayur, dan makanan rendah lemak. Penerapan diet tersebut dapat
menurunkan tekanan darah 8-14 mmHg (Smeltzer, Bare, Hinkle &
Cheeverth, 2010). Tujuan untuk melakukan diet dapat juga digunakan
untuk menurunkan berat badan dan menjaga berat badan ideal. Menjaga
berat badan ideal pada BMI 18.5-24.9 kg/m2. Penurunan berat badan dapat
menurunkan tekanan darah sebesar 5-20 mmHg/ 10 kgBB (Smeltzer, Bare,
Hinkle & Cheeverth, 2010).

Diet pengurangan garam (dietary sodium reduction) juga sangat mudah


diterapkan untuk upaya penurunan tekanan darah atau hipertensi. Badan
kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko
terjadinya hipertensi, kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak
lebih dari 100 mmol atau sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam per
hari (Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheeverth, 2010). Sedangkan menurut

19
Lionakis, Mendrinos, Sanidas (2012) diet rendah garam tidak lebih dari
2.300 mg per hari atau kurang akan menurunkan tekanan darah 5-10
mmHg. Pengaturan menu bagi penderita hipertensi dapat dilakukan
dengan empat cara, yaitu (1) Diet rendah garam, yang terdiri dari diet
ringan (konsumsi garam 3,75-7,5 gram per hari), menengah (1,25-3,75
gram per hari) dan berat (kurang dari 1,25 gram per hari).

c) Rutin Melakukan Aktivitas fisik atau Olah raga


Aktifitas fisik secara teratur dapat menurunkan resiko terjadinya
obesitas dan menyebabkan jantung berdetak lebih cepat sehingga
jantung harus bekerja lebih keras setiap melakukan kontraksi
(Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheeverth, 2010). Penurunan berat badan
sangat dianjurkan untuk menurunkan risiko dyslipidemia dan
aterosklerosis. Sedangkan peningkatan aktivitas fisik dan olahraga
aerobic selama 30 menit per hari dapat menurunkan tekanan darah 4-9
mmHg (Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheeverth, 2010). Hasil penelitian
yang menjelaskan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan
kejadian hipertensi, dengan berolah raga secara rutin 3 kali setiap akhir
pekan selama 30-60 menit dapat menurunkan tekanan darah sampai 9
mmHg (Martin, 2008; Muliyati, Syam, Sirajuddin, 2011).

d) Manajemen stress
Keberhasilan manajemen stress dapat memperbaiki kualitas hidup
dengan meningkatkan kesehatan, koping yang efektif, dan mengurangi
konsekuensi yang tidak sehat. Proses ini menghasilkan interaksi yang
dinamis terhadap diri sendiri, tubuh, dorongan yang efeknya tidak
hanya terjadi pada kesehatan fisik, melainkan juga perilaku emosional
(Edelman & Mandle, 2010). Menurut Stanley dan Beare (2007)
pengurangan stress dapat mencegah terjadinya hipertensi esensial, hal
ini merupakan salah satu upaya dalam pengendalian hipertensi secara
nonfarmakologi. Manajemen stress yang dapat dilakukan oleh
penderita hipertensi yaitu dengan relaksasi, latihan fisik, tidur yang

20
cukup, dukungan sosial, mengembangkan kesadaran diri, perubahan
perilaku kognitif, komunikasi yang asertif, empati, praktek spiritual
dan kesenangan atau humor (Edelman & Mandle, 2010; Wellmark,
2009).

21
BAB 3
PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN

Bab 3 tentang pelaksanaan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai


dengan evaluasi kegiatan pada warga RW 05 kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan
Cimanggis, Kota Depok.

3.1 Pengkajian dan Hasil


3.1.1. Pengkajian

3.1.2 Pelaksanaan Pengkajian


Pengkajian dilakukan dengan menggunakan berbagai macam metode untuk
mendapatkan gambaran data RW 05, RT 01-09 Kelurahan Curug,
Kecamatan Cimanggis Depok pada tanggal 14 Januari 2019-09 Februari
2019. Metode yang digunakan antara lain dengan winshield survey,
wawancara/interview, observasi, literature review/data skunder dan
penyebaran angket.

3.1.3 Hasil Survey

3.1.3.1 Data Umum (Core)


Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis merupakan suatu
kampung di daerah Depok yang di dominasi oleh warga pendatang yang
berasal dari jawa yang sudah lama tinggal menetap beberapa puluh tahun
silam dan mayoritas warga disini beragama Islam. Selain suku jawa, RW
05 berasal dari suku betawi, dan sunda. Sebagian besar warga disini
memiliki hubungan kekeluargaan yang dekat dimana saudara tinggal di
lingkungan yang sama yaitu lingkungan RW 05. Adapun karakteristik
warga RW 05 adalah sebagai berikut:

22
No Kategori Jumlah

1 Jumlah penduduk 4444 Jiwa

2 Jumlah Kepala Keluarga di RW 05 1136 KK

3 Jumlah rerata lansia yang berkunjung ke 63 orang


POSBINDU

Untuk perkembangan wilayah saat ini, berdasarkan hasil wawancara,


observasi dan winshield survey kelompok, didapatkan bahwa RW 05
merupakan wilayah padat penduduk, jarang terlihat adanya lahan kosong
karena 90% wilayah sudah dibangun rumah atau lapangan. Warga RW 05
memiliki jadwal olahraga rutin yaitu senam seminggu 1 kali namun yang
datang umumnya hanyalah warga di sekitar tempat dilaksanakan senam.
Berdasarkan disuksi FGD juga ditemukan bahwa sebagian besar warga tidak
melakukan olahraga secara mandiri, mereka hanya melakukan aktivitas ringan
seperti aktivitas memasak, menyapu, berdagang, dll. Sebagian besar keluarga
lebih suka untuk makan makanan di warung, mereka tidak memasak sendiri.
Hal tersebut sering terjadi terutama pada rumah tangga muda.

Hampir semua tipe keluarga dapat di temukan di RW 05, seperti keluarga inti,
keluarga tanpa anak, anak dengan orang tua tunggal dsb. Berdasarkan hasil
diskusi dengan para warga dan kader pertemuan satu, didapatkan data bahwa
masalah kesehatan yang sering terjadi di wilayah ini adalah hipertensi,
kolesterol, diabetes melitus, dan nyeri sendi. Warga sebenarnya sudah sering
menerima penyuluhan terkait kesehatan namun sulit. untuk merubah perilaku
dan gaya hidup yang berhubungan dengan kesehatan. Untuk prevalensi gizi
buruk tidak ditemukan di wilayah ini, namun untuk pola hidup bersih dan
sehat belum dijalankan secara optimal. Berdasarkan hasil wawancara, warga
di wilayah RW 05 pada umumnya telah menyadari betapa pentingnya
kesehatan dalam diri, namun warga masih kurang berperilaku hidup sehat
untuk mencegah penyakit dan komplikasinya.

23
3.1.3.2 Subsistem
3.1.3.2.1 Lingkungan
Lingkungan RW 05 memiliki model arsitektur rumah yang beragam,
namun kebanyakan tipe rumah petak, sempit, serta padat pemduduk.
Sebagian besar masih memiliki sedikit ventilasi dan pencahayaan yang
kurang. Kriteria rumah sehat 875 rumah dan yang kurang sehat 267
rumah. Sumber air bersih yang digunakan warga yaitu air tanah (sumur)
sebanyak 1158. Rerata warga RW. 05 memiliki jamban keluarga
sebanyak 908. RW 05 juga memiliki dua perumahan elit yang dikelilingi
oleh tembok sehingga warga perumahan jarang berinteraksi dengan
warga sekitar. Masih banyak terdapat selokan kotor dan berbau tidak
sedap. Jarang ditemukan tong sampah pada daerah umum. Pada
beberapa wilayah di RW 05 jika hujan akan terdapat genangan air yang
cukup menganggu. Keunikan dari lingkungan RW 05 yakni dekat
dengan Pasar Cisalak. Batasan wilayah RW 05 berbatasan langsung
dengan RW 06 dan Setu Godog. Akses jalan raya utama pada RW 05
adalah Jl. Raya Bogor.

3.1.3.2.2 Pelayanan Kesehatan Dan Sosial


Wilayah RW 05 kelurahan Cisalak Pasar, kecamatan Cimanggis
memiliki 2 posyandu dan 1 posbindu yang membawahi 9 RT, yaitu
membawahi RT 01-09. Pelayanan kesehatan terdekat di wilayah sini
juga terdapat dokter praktek, klinik 24 jam, 1 puskesmas, serta bidan.
Untuk rumah sakit terdekat yang dapat dijangkau adalah RSIA Setya
Bhakti, Cimanggis Medika Eye Clinic, dan RS Tugu Ibu. Pelayanan
kesehatan yang diberikan di RW 05 meliputi posyandu dan posbindu.
Puskesmas juga memberikan fasilitas berupa obat ke posbindu untuk
masyarakat yang terdeteksi masalah kesehatan. Pelayanan yang
diberikan adalah berupa pelayanan promotif, kuratif dan preventif.
Menurut hasil wawancara warga RW 05, dapat disimpulkan bahwa
kesadaran masyarakat atas kesehatan masih kurang baik, selain itu

24
pencegahan yang dilakukan juga masih sangat minim. Berdasarkan hasil
wawancara dengan masyarakat dan diskusi bersama kader RT, mereka
mengatakan bahwa masyarakat disini mengandalkan obat warung, dan
beberapa mengandalkan obat herbal. Namun untuk pencegahan baik dari
pola hidup sehat atau pola makan, mayoritas warga belum diperhatikan.
Adapun jarak puskesmas dengan wilayah RW 06 kurang lebih 2-3 km
dari pemukiman warga. Warga disini biasa menjangkau pelayanan
kesehatan dengan menggunakan kendaraan umum atau dengan
kendaraan pribadi (motor). Untuk penyuluhan di wilayah RW 05 sudah
sering diadakan. Penyuluhan biasanya diadakan oleh Mahasiswa seperti
Mahasiswa Keperawatan saat ini. Pelayanan kesehatan disini untuk RS
terdekat buka selama 24 jam, dan untuk pelayanan kesehatan di
puskesmas buka dari hari senin sampai sabtu dan mulai buka dari jam
08-16 siang. Sedangkan untuk pelatihan kader pernah dilakukan ketika
ada mahasiswa praktik seperti mahasiswa Residensi FIK UI dan Dinas
Kesehatan kota Depok.

3.1.3.2.3 Politik dan pemerintahan


Ketua RW 05 cukup aktif dalam kegiatan yang dilingkungan RW,
namun kurang dapat menjawab pertanyaan mahasiswa tentang
karakteristik warganya. Ketua RW selalu menyuruh untuk menanyakan
ke masing-masing RT. Namun, kader-kader setempat cukup aktif untuk
berperan serta menjalankan program kesehatan dari puskesmas
Cimanggis. Lingkungan RW 05 sering dijadikan lokasi praktik
mahasiswa kesehatan seperti kedokteran atau keperawatan, sehingga
untuk penyuluhan kesehatan dilingkungan RW 05 sudah sering
dilakukan. Di lingkungan RW 5 terdapat beberapa orang kader partai,
dan terkadang melakukan kegiatan pemeriksaan kesehatan gratis. Kader
setempat sering melakukan kegiatan posyandu dan posbindu sebulan
sekali.

3.1.3.2.4 Pendidikan

25
Di wilayah RW 05 kelurahan Cisalak Pasar kecamatan Cimanggis kota
Depok terdapat satu bangunan Sekolah Dasar (SD) serta 3 TK dan Paud.
Berdasarkan wawancara, mayoritas warga RW 05 memiliki latar
belakang pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah
Pertama (SMP).

3.1.3.2.5 Ekonomi
Pekerjaann warga di RW 05 beragam, mulai dari pedagang, Buruh
pabrik, buruh bagunan, pegawai swasta, Ojek, guru, PNS, dan beberapa
pekerjaan lain yang kurang dominan. Rata-rata penghasilan warga di RW
05 lebih dari Rp. 2.000.000,00 per bulan. Sebagian besar warga di
wilayah RW 05 memiliki tingkat sosial ekonomi menengah bawah dan
sisanya dengan tingkat menengah keatas. Di wilayah RW 05 terdapat
pasar tempat beberapa warga berjualan.

3.1.3.2.6 Transportasi dan keamanan


a. Transportasi
Transportasi yang banyak ditemukan di sekitar RW 05 yaitu
angkutan kota dan kendaraan pribadi seperti sepeda motor dan
sebagian kecil mobil. Kendaraan-kendaraan tersebut seringkali
memenuhi jalan raya Bogor, terutama di daerah pasar Cisalak.
Keramaian bahkan kemacetan sudah dianggap biasa karena adanya
aktivitas di pasar.
b. Keamanan lingkungan
Kegiatan pos ronda saat ini sedang tidak aktif

3.1.3.2.7 Rekreasi
Jika terdapat waktu luang, warga menghabiskan waktu dgn menonton
televisi atau mengobrol dengan anggota keluarga lain atau tetangga.
Kegiatan rutin yang diadakan di wilayah RW 05 yaitu senam dan
pengajian. Fasilitas yang ada untuk hiburan yaitu 87% warga memiliki
televisi dan 91% keluarga memiliki smartphone. Warga tidak memiliki

26
kebiasaan atau jadwal khusus ke tempat rekreasi. Rekreasi jarang
dilakukan. Namun, terdapat beberapa keluarga yang sering main ke
taman, dan tempat hiburan lain.

3.1.3.2.8 Komunikasi
Penyebaran informasi antar warga biasanya dilakukan melalui jaringan
komunikasi via aplikasi chatting seperti whatsapp dan dari mulut ke
mulut. Selain itu, terkadang warga juga memanfatkan TOA masjid jika
ada informasi penting yang harus disampaikan dengan cepat kepada
warga. Berdasarkan hasil observasi, belum ada jenis penyebaran
informasi seperti spanduk dan leaflet mengenai masalah kesehatan.
Komunikasi antar warga cukup baik, sedangkan untuk komunikasi antar
warga dan kader masih kurang terbentuk dengan baik sehingga kader
jarang digunakan warga dalam menyelesaikan masalah kesehatan warga.

3.1.3.2.9 Persepsi dan Pengetahuan


Berdasarkan hasil pengkajian yang sudah dilakukan pada kelompok
dewasa di Kelurahan Cisalak Pasar oleh mahasiswa profesi Ners
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, diketahui warga
jarang memeriksakan kesehatannya. Warga hanya bersemangat
mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan masalah kesehatan jika
terdapat mahasiswa. Berdasarkan FGD, didapatkan bahwa warga
umumnya memiliki gaya hidup yang kurang baik, serta susah untuk
diubah. Masih banyak warga yang memilih untuk tidak menghubungi
petugas kesehatan jika sakit. Warga juga sebenarnya sudah pernah
diberikan materi tentang hipertensi, namun masalah tetap muncul
kembali karena warga sulit untuk merubah perilaku.

3.2 Diagnosa Keperawatan Komunitas


3.2.1 Analisa Data
No. Data Masalah Keperawatan
1. Data Primer: Ketidakefektifan

27
No. Data Masalah Keperawatan
a. Warga mengatakan kegiatan jalan sehat pemeliharaan kesehatan
sudah tidak berjalan
(00099)
b. Warga jarang bertanya kepada kader
terkait masalah kesehatan
c. Kader menjelaskan posbindu PTM
belum terlaksana secara maksimal
d. Kader mengatakan kader Posbindu
PTM tergabung dengan posbindu
lansia dan posyandu balita
e. Lansia yang tidak mengunjungi
posbindu mengatakan lokasi posbindu
terlalu jauh
f. Kader mengatakan yang dilatih hanya
orang yang sama dan tidak
mentransferkan ilmunya
Data Sekunder:
a. Kegiatan kesehatan wilayah RW 05
hanya senam 1x seminggu
b. Jumlah lansia yang dating pada setiap
posbindu sedikit
c. Pencatatan yang kurang lengkap
d. Kader yang dilatih hanya 1 orang
e. Terdapat 78 % kelompok lansia
hipertensi memiliki pengetahuan
kurang baik tentang masalah hipertensi
f. Terdapat 73 % kelompok lansia
hipertensi yang memiliki sikap yang
kurang baik dalam mengelolah masalah
hipertensinya
g. Terdapat 69 % kelompok lansia
hipertensi yang memiliki keterampilan
yang kurang baik dalam mengelolah
masalah hipertensinya
h. 86 % responden masih beranggapan
bahwa penyebab darah tinggi adalah
keturunan
i. 86 % responden masih menjawab
bahwa aktifitas fisik tidak
mempengaruhi darah tinggi
j. 90% responden masih menjawab
makan mie instan tidak akan
menyebabkan darah tinggi
k. 86 % responden menyatakan darah
tinggi selalu disertai dengan tanda dan
gejala
l. 50 % responden jarang untuk

28
No. Data Masalah Keperawatan
memeriksakan tekanan darah ke
fasilitas kesehatan
m. 50 % responden sering mengkonsumsi
makanan berlemak (gorengan)
n. 70 % responden sering mengkonsumsi
yang mengandung rasa asin (ikan asin)
o. 50 % yang diketahui tidak pernah
melakukan olah raga
p. 50 % tidak bisa menghindari stress
q. 50 % lansia jarang minum obat
hipertensi
2 Data Primer: Ketidakefektifan
manajemen kesehatan
a. Warga mengatakan sebagian besar
menderita penyakit hipertensi, (00078)
diabetes
b. Kader menyatakan sudah sering
dilakukan edukasi kesehatan terkait
hipertensi namun warga masih sulit
mengubah gaya hidup sesuai edukasi
yang telah dilakukan
c. Sebagian besar warga menyatakan
sudah sadar memiliki hipertensi tapi
jarang berobat ke puskesmas,
kalaupun berobat ke puskesmas warga
jarang tidak minum obat secara rutin
d. Warga banyak yg masih
mengkonsumsi obat HT yang dibeli
bebas di apotik serta hanya saat
sedang kumat saja
e. Kader menyatakan bahwa warga
hanya bersemangat mengikuti
kegiatan terkait kesehatan hanya jika
terdapat mahasiswa
f. Warga menyatakan hambatan untuk
berobat ke puskesmas adalah malas,
tidak ada biaya, serta tidak punya
jaminan kesehatan
g. Sebagian besar keluarga warga
memiliki komunikasi kurang efektif
Data Sekunder:

a. 80% warga yang berkunjung ke


posbindu menderita hipertensi
b. Terdapat 73 % kelompok lansia
hipertensi yang memiliki sikap yang
kurang baik dalam mengelolah

29
No. Data Masalah Keperawatan
masalah hipertensinya
c. Terdapat 69 % kelompok lansia
hipertensi yang memiliki keterampilan
yang kurang baik dalam mengelolah
masalah hipertensinya
d. 86 % responden masih menjawab
bahwa aktifitas fisik tidak
mempengaruhi darah tinggi
e. 90% responden masih menjawab
makan mie instan tidak akan
menyebabkan darah tinggi
f. 86 % responden menyatakan darah
tinggi selalu disertai dengan tanda dan
gejala
g. 50 % responden jarang untuk
memeriksakan tekanan darah ke
fasilitas kesehatan
h. 50 % responden sering mengkonsumsi
makanan berlemak (gorengan)
i. 70 % responden sering mengkonsumsi
yang mengandung rasa asin (ikan asin)
j. 50 % yang diketahui tidak pernah
melakukan olah raga
k. 50 % tidak bisa menghindari stress
l. 50 % lansia jarang minum obat
hipertensi
m. 90% lansia tidak bekerja

3.2.2 Skoring Masalah


Prioritas Masalah Keperawatan
Prioritas masalah kesehatan dinilai dengan menggunakan skoring
berdasarkan Stanhope dan Lancaster (2010), komponen penilaian skoring
tersebut meliputi:
a. Kesadaran masyarakat terhadap masalah (Bobot = 4)
b. Motivasi masyarakat untuk menyelesaiakan masalah (Bobot = 5)
c. Kemampuan masyarakat untuk menyelesaikan masalah (Bobot = 8)
d. Tersedianya fasilitas di masyarakat (Bobot = 8)
e. Derajat keparahan masalah (Bobot = 7)
f. Waktu untuk menyelesaiakan masalah (Bobot = 4)

30
Diagnosis Komponen Skor Total
(SkorxBobot)
1 2 3 4 5 6

1 4 8 8 7 6 4 234

2 4 8 8 7 5 4 227

3.2.3 Rumusan Diagnosa Keperawatan


a. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada kelompok lansia :
masalah hipertensi di RW. 05 Kelurahan Cisalak Pasar
b. Ketidakefektifan manajemen kesehatan pada kelompok lansia
dengan hipertensi di RW. 05 Kelurahan Cisalak Pasar

3.3. Perencanaan Asuhan Keperawatan Komunitas


3.3.1. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosis 1:
Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan Masalah hipertensi dan
penyakit tidak menular di RW 05 Kelurahan Cisalak Pasar,
Kecamatan Cimanggis, Depok
Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 minggu persentase
kasus hipertensi pada warga RW 05 Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan
Cimanggis, Depok tidak mengalami peningkatan

Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang hendak dicapai selama praktik keperawatan
komunitas adalah warga RW 05 Kelurahan Cisalak Pasar berpartisipasi
aktif dalam tindakan preventif hipertensi, melalui kegiatan penyuluhan,
pengecekan kesehatan, serta jalan sehat. Penyuluhan bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan kader dan warga tentang hipertensi dan PTM
yang meliputi pengertian, faktor risiko, tanda dan gejala, komplikasi, serta
pengendalian penyakit (minimal 60% peserta penyuluhan mengalami

31
peningkatan nilai post test). Selain itu, diharapkan warga memiliki
keterampilan melakukan prevensi hipertensi yang ditunjukkan dengan
warga mampu meningkatkan kegiatan fisik seperti melakukan jalan sehat
serta memahami tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan secara
berkala.

Intervensi yang dilakukan adalah (1) Memberikan pendidikan kesehatan


dengan menggunakan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab tentang
penyakit hipertensi tentang rentang normal tekanan darah sistolik dan
diastolik, potensial komplikasi hipertensi, dan diet rendah garam. (2)
Pengajaran dan demonstrasi strategi mengurangi intake garam dengan
menakar ukuran garam menggunakan sendok teh, dan membaca label
makanan kemasan terutama mengidentifikasi kandungan Natrium. (3)
Pengajaran dan demonstrasi manajemen stres dengan terapi relaksasi
napas dalam dan iringan musik klasik/ murrotal.

Diagnosis 2:
Ketidakefektifan manajemen kesehatan pada kelompok lansia dengan
hipertensi di RW. 05 Kelurahan Cisalak Pasar
Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 minggu persentase
kasus hipertensi pada warga RW 05 Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan
Cimanggis, Depok mengalami penurunan

Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang hendak dicapai selama praktik keperawatan
komunitas adalah warga RW 05 Kelurahan Cisalak Pasar berpartisipasi
aktif dalam melakukan manajemen kesehatan terkait hipertensi, melalui
kegiatan penyuluhan, senam, serta manajemen stres dengan teknik
relaksasi napas dalam. Penyuluhan diharapkan dapat meningkatkan
kesadaran warga atas penyakit hipertensi serta penanganannya. Warga
juga diharapkan dapat meningkatkan aktivitas fisik dengan mengikuti

32
senam hipertensi. Selain itu, diharapkan warga memiliki keterampilan
melakukan perawatan hipertensi yang ditunjukkan dengan warga mampu
melakukan kompres hangat dan mengelola stres dengan metode relaksasi
nafas dalam.

33
3.3.2. Rancana Kerja (Plan of Action)
Diagnosis 1:
Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan Masalah hipertensi dan
penyakit tidak menular di RW 05 Kelurahan Cisalak Pasar,
Kecamatan Cimanggis, Depok
Kegiatan yang dilakukan mahasiswa adalah (NIC):

a. Pendidikan kesehatan (Penyuluhan)


b. Pengecekan Kesehatan (Pengukuran tekanan darah, gula darah, dan
kolesterol)
c. Jalan Sehat

Diagnosis 2:
Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Masalah hipertensi di RW
05 Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Depok
Kegiatan yang dilakukan mahasiswa adalah (NIC):
a. Pendidikan kesehatan
b. Latihan relaksasi nafas dalam
c. Senam hipertensi

3.3.3. Kriteria Evaluasi


a. Evaluasi Struktur
1. Mahasiswa telah menyusun laporan pendahuluan implementasi dan
dikonsultasikan ke pembimbing
2. Mahasiswa telah berkoordinasi dengan ketua RW, RT, tokoh
masyarakat dan ketua pengajian tentang kegiatan penyuluhan.
3. Mahasiswa telah mengkondisikan kegiatan pengajian untuk
dilakukan penyuluhan (waktu, tempat dan kesediaan peserta)
4. Mahasiwa telah menyiapkan media dan perlengkapan penyuluhan
5. Pembagian tugas dan peran masing-masing anggota kelompok telah
disepakati Mahasiswa telah mengundang warga yang memiliki
diabetes sebagai sasaran utama penyuluhan
6. Mahasiswa telah menyiapkan Posko Mahasiswa sebagai tempat
penyuluhan intervensi diabetes

34
7. Mahasiswa telah menyiapkan alat dan bahan untuk demontrasi
perawatan kaki

b. Evaluasi Proses

c. Evaluasi Hasil
Evaluasi Intervensi Diagnosis 1
a. Pendidikan Kesehatan
Penyuluhan diikuti warga minimal 30 orang RW 05 dan 90% warga
mengalami peningkatan pengetahuan tentang hipertensi dan PTM
berdasarkan hasil post test.
b. Pengecekan Kesehatan
Diikuti minimal 50 orang warga dan 90% warga yang mengalami
gangguan kesehatan diarahkan untuk pemeriksaan lebih lengkap dan
mendapatkan pengobatan di Puskesmas atau pelayanan kesehatan
lainnya
c. Jalan Sehat
Diikuti minimal 50 orang warga dengan 80% warga mampu
mengikuti acara hingga selesai
Evaluasi Intervensi Diagnosis 2
a. Penyuluhan Hipertensi
Penyuluhan diikuti warga minimal 30 orang RW 05 dan 90% warga
mengalami peningkatan pengetahuan tentang hipertensi berdasarkan
hasil post test.

b. Latihan Relaksasi Napas Dalam


Latihan relaksasi diikuti minimal 20 warga dan 40% warga
mengalami penurunan tekanan darah 5- 10 mmHg

c. Demonstrasi Senam Hipertensi


Peserta yang mengikuti senam hipertensi minimal 20 orang dengan
target empat puluh persen warga mengalami penurunan tekanan
darah 5- 10 mmHg.

35
3.3.4. Instrumen Evaluasi
Instrumen Evaluasi
Kegiatan Asuhan Keperawatan Komunitas Dengan Masalah Hipertensi
dan Diabetes Mellitus Di RW 06 Kelurahan Curug Cimanggis Kota
Depok Tahun 2017
No Kegiatan Alat ukur/metode evaluasi
1. Intervensi Penyuluhan Daftar hadir
Daftar pertanyaan evaluasi
Lembar observasi
1. Respon/tingkah laku peserta saat
diberi pertanyaan: apakah diam atau
menjawab (benar atau kurang tepat)
2. Peserta antusias atau tidak dalam mengikuti
penyuluhan
3. Peserta aktif dalam mengajukan pertanyaan atau
tidak

2. Intervensi Senam dan Daftar hadir


relaksasi napas dalam Daftar pertanyaan evaluasi
Lembar observasi
1. Respon/tingkah laku peserta saat diberi
pertanyaan: apakah diam atau
menjawab (benar atau kurang tepat)
2. Peserta antusias atau tidak dalam mengikuti
penyuluhan
3. Peserta aktif dalam mengajukan pertanyaan atau
tidak

3.4 Implementasi, Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut


Implementasi dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah dirumuskan, dan
pengorganisasian masyarakat dengan mengutamakan pemberdayaan wilayah
dan masyarakat setempat. Keperawatan komunitas berfokus pada upaya-upaya
preventif, promotif, dan rehabilitatif. Praktik keperawatan komunitas juga
melibatkan berbagai pendekatan, yakni dengan bekerjasama dengan pihak
setempat yang dianggap mampu menggerakkan warga wilayah tersebut.
Sebagai tenaga kesehatan publik, perawat juga bertanggung jawab terhadap
keadilan sosial dan diharuskan mampu bekerja dengan masyarakat. Menurut
Allender, Rector, dan Warner (2014) perawat dalam hal ini, juga bertanggung
jawab untuk memastikan partisipasi komunitas terhadap masalah kesehatan

36
mempengaruhi mereka, adapun dalam hal ini adalah kasus diabetes mellitus
dan hipertensi. Sumber yang sama juga mengatakan, bahwa salah satu proses
yang mampu membimbing warga untuk mengekspresikan nilai dan
kemampuan mereka ke komunitas, adalah empowerment. Empowerment
(pemberdayaan) menjadi salah satu cara keperawatan komunitas dalam
mengimplementasikan intervensi, dan mengharapkan warga mampu
mempertahankan implementasi secara berkesinambungan.

Implementasi disusun berdasarkan hasil perencanaan dan kesepakatan


mahasiswa bersama warga dalam pertemuan kedua untuk merumuskan jenis
kegiatan yang akan dilakukan. Pertemuan kedua dilakukan pada hari Kamis,
24 Januari 2019 di Mushalla At – Taqwa RT 07 RW 05 Kel. Cisalak Pasar
Kec. Cimanggis. Sasaran pelaksaan implementasi yang dilakukan di RW 05
antara lain seluruh masyarakat RW 05 dalam rentang usia dewasa dan lansia.
Berikut ini akan dipaparkan kegiatan yang sudah dilakukan.

3.4.1 Penyuluhan kesehatan tentang PTM kepada warga RW 06

3.4.2 Pelaksanaan Senam anti hipertensi dan demonstrasi relaksasi napas


dalam kepada warga RW 06

37
BAB 4
PEMBAHASAN

Pada bab 4 ini akan diuraikan mengenai pembahasan dalam proses keperawatan
komunitas yang dilakukan selama 4 (empat) minggu berpraktik di lahan
komunitas RW 5 Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis Kota Depok,
Jawa Barat. Pada bab ini akan membahas mengenai kesesuaian ataupun
kesenjangan antara teori seperti pada bab sebelumnya dengan pelaksanaan asuhan
keperawatan yang dihadapi oleh kelompok. Sesuai dengan tahapan asuhan
keperawatan, kelompok telah melakukan tahap pengkajian, penetapan diagnosa,
penyusunan perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi asuhan keperawatan.
Kelompok menggunakan model Community as partner yang menggunakan proses
sistematis dan komprehensif saat mengkaji kebutuhan dan sumber daya yang
tersedia dalam suatu komunitas. Sehingga diharapkan agar komunitas dapat
meningkatkan kemandirian dan bekerjasama dengan pihak terkait dalam mencapai
peningkatan kesehatan komunitas.

4.1 Pengkajian
Pada bab sebelumnya telah dibahas mengenai komponen dalam pengkajian
yang digunakan oleh kelompok berdasarkan model Community as partner
yang terdiri dari data inti dan data subsistem. Saat melakukan pengkajian,
kelompok melakukan observasi dan windshield survey di lapangan praktik
terlebih dahulu. Lalu, kelompok melakukan wawancara dengan para kader
masing-masing RT mengenai masalah kesehatan yang terdapat di RW 05
mulai dari agregat ibu hamil, balita, usia prasekolah, usia sekolah, remaja,
dewasa, hingga lansia. Berdasarkan data wawancara tersebut, didapatkan
bahwa

4.2 Diagnosa Keperawatan


Perumusan diagnosa keperawatan merujuk kepada analisa data temuan saat
dilakukan pengkajian, yaitu ketidakefektifan manajemen kesehatan hipertensi
dan diabetes melitus pada warga RW 05 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan

38
Cimanggis Kota Depok. Diagnosa keperawatan komunitas tersebut diangkat
berdasarkan data hasil pengkajian menggunakan angket yang meliputi
komponen pengetahuan, sikap, dan perilaku warga RW 05. Berdasarkan data
pengkajian,

4.3 Rencana Keperawatan Komunitas


Menetapkan rencana intervensi keperawatan komunitas berfokus pada
bagaimana mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Riasmini et al (2017) hal yang dapat dilakukan dalam tahap
implementasi keperawatan kesehatan komunitas berupa promosi kesehatan,
memelihara kasehatan/ mengatasi kondisi tidak sehat, mencegah penyakit dan
dampak pemulihan. Oleh karena itu sebagai perawat berfokus pada program
kesehatan masyarakat yang ditetapkan pada tahap perencanaan melalui
beberapa strategi yaitu proses kelompok, promosi kesehatan serta
kemitraan/partnership.

Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan

4.4 Implementasi dan Evaluasi


4.4.1 Penyuluhan Kesehatan mengenai PTM
Penyuluhan atau pendidikan kesehatan merupakan kegiatan yang bersifat
promotif dan preventif sebagai bekal masyarakat untuk berperilaku sehat
(Stanhope & Lancaster, 2016). Pendidikan kesehatan tentang diet rendah
garam merupakan kunci utama dalam meningkatkan kemampuan masyarakat
untuk memanajemen dietnya (Robert et al, 2013). Hal ini dikarenakan
hipertensi merupakan penyakit umum yang angkanya menetap akibat dari
sulitnya masyarakat melaksanakan perilaku hidup.
Berdasarkan evaluasi secara objektif dan subjektif..
4.4.2 Senam Hipertensi dan Teknik Relaksasi Napas Dalam
Senam hipertensi dan teknik relaksasi napas dalam untuk mengontrol
hipertensi dilakukan pada hari Kamis, 07 Februari 2019 di halaman rumah
No. 40 RT 02 RW 05 Kelurahan Cisalak Pasar. Kegiatan tersebut dimulai

39
pukul 07.05-09.20 WIB yang diawali dengan pemeriksaan tekanan darah,
lalu dilanjutkan dengan melakukan senam bersama-sama. Setelah senam
selesai, dilakukan teknik relaksasi napas dalam dan selanjutnya dilakukan
pemeriksaan tekanan darah ulang. Kegiatan tersebut dihadiri oleh 26 orang.
Kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai bentuk implementasi dari masalah
kesehatan yang menonjol di kawasan RW 05, yaitu hipertensi.

Kegiatan tersebut dimulai pada pukul 07.05 WIB yang diawali dengan
absensi dan pemeriksaan tekanan darah pada warga yang mengikuti kegiatan
tersebut. Peserta tampak sangat antusias atas kegiatan tersebut. Pukul 07.15
WIB kegiatan dimulai dengan senam pemanasan selama 10 menit, kemudian
dilanjutkan dengan senam hipertensi yang berlangsung selama 10 menit
yang dipimpin oleh mahasiswa. Setelah pemanasan dan senam hipertensi
selesai dilanjutkan dengan senam aerobik dan senam lansia yang dipimpin
oleh instruktur senam dari RW 05. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan
teknik relaksasi napas dalam yang berlangsung selama 10 menit yang
dipimpin oleh mahasiswa. Saat melakukan kegiatan teknik relaksasi napas
dalam, peserta sangat kooperatif dan mampu mengikuti arahan. Pukul 09.10
WIB senam selesai dan dilanjutkan dengan pemeriksaan tekanan darah
kembali. Pukul 09.20 WIB kegiatan senam hipertensi dan teknik relaksasi
napas dalam selesai.

Evaluasi struktur dari kegiatan senam hipertensi dan teknik relaksasi napas
dalam adalah sebelum melakukan implementasi mahasiswa sudah membuat
laporan pendahuluan terkait jenis kegiatan, topik kegiatan, serta teknis
kegiatan. Laporan pendahuluan juga sudah dikonsultasikan sebelumnya
sebanyak dua kali dengan dosen pembimbing dan dosen penanggungjawab
di wilayah RW kelompok. Mahasiswa kemudian juga telah membagi
pertanggungjawaban terkait penyiapan alat dan bahan serta media yang
dibutuhkan. Kemudian, mahasiswa juga telah membagi peran masing-
masing sebelum kegiatan agar tugas kerja dapat berjalan efektif dan sesuai.
Evaluasi prosesnya, yakni seluruh mahasiswa hadir dan siap 30 menit
sebelum acara dimulai. Selama kegiatan, mahasiswa menjalankan peran

40
yang sesuai dengan perencanaan. Kegiatan berlangsung lebih lama dari yang
direncanakan karena terdapat tambahan senam aerobik dan senam lansia
yang dipimpin oleh instruktur senam RW 05. Mahasiswa memberikan
gerakan senam hipertensi dan latihan teknik relaksasi napas dalam. Seluruh
peserta terlihat antusias, semangat dan aktif dalam melakukan kegiatan
tersebut. Seluruh media dan alat yang telah disiapkan dapat digunakan
dengan baik.
Evaluasi hasil kegiatan yakni kegiatan tersebut dihadiri oleh 26 orang warga.
Jumlah ini melebihi target yang diharapkan yaitu 20 orang. Peserta kegiatan
dapat mengikuti gerakan senam yang diajarkan, yaitu 25 dari 26 orang
peserta yang ikut. Setelah diadakan senam hipertensi dan tarik napas dalam
19 dari 26 peserta mengalami penurunan tekanan darah, 2 dari 26 peserta
tidak mengalami perubahan tekanan darah, satu peserta yang mengalami
peningkatan tekanan darah, dan empat orang tidak mengukur tekanan
darahnya kembali setelah selesai senam.

4.5 Analisa SWOT


Berikut ini adalah hasil analisis kegiatan asuhan keperawatan komunitas pada
agregat dewasa dan lansia dengan masalah PTM di kelurahan Cisalak Pasar
Kecamatan Cimanggis, Depok.

4.5.1 Strength (Kekuatan)

4.5.2 Weakness (Kelemahan)

4.5.3 Opportunity (Kesempatan)

4.5.4 Treathment (Ancaman):

41
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

5.2.1 Bagi pemerintah

5.2.2 Bagi Puskesmas

5.2.3 Bagi kader

5.2.4 Bagi institusi pendidikan keperawatan

42
DAFTAR PUSTAKA

Adiarta. (2011). Penatalaksanaan kaki diabetik. Artikel dalam Forum Diabetes


nasional V. Pusat informasi ilmiah departemen ilmu penyakit dalam FK
Unpad Bandung.
Allender. J. A. Spradley, B.W. (2010). Community health nursing: Concep and
practice. Sixth edition. Philadelphia: Lippincot William & Walkins.
Anderson, E.T & McFarlane, J. (2011). Community as partner: Theory and
practice in nursing. 6th edition. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins.
Anggraini. A. D (2009). Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Hipertensi
Pada Kelompok Lansia. Available http://one.indoskripsi.com.
Badan Pusat Statistik. (2012).
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. (2015). Jawa Barat dalam angka 2015.
Bandung: BPS Jawa Barat
Berman, Snyder & Frandsen. (2016). Kozier & Erbs fundamental nursing :
concepts, process, and practice, 10th Ed. New Jersey : Pearon, Ed.
Black, J.M., Hawks,J.H., (2014). Medical Surgical Nursing: Clinical
Management for Positive Outcomes. (Ed.Ke-8). (Terj. Joko Mulyanto,
dkk). Singapura: Elsevier.
Depkes RI (2009). Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan
2005-2025. Jakarta : Depkes RI.
Edelman. Mandle (2010). Health Promotion :Throughout the Life Span.
Seventh Edition. Mosby.
Elsanti. S (2009). Panduan Hidup Sehat Bebas Kolesterol. Stroke. Hipertensi
& Serangan Jantung. Yogyakarta ; Araska.
Friedman. M.. Bowden. V, Jones. E. (2003).Family Nursing Research. Theory &
Practice. New Jersey: Pearson Education.
Kartika, R.W. (2017). Pengelolaan kaki diabetik. Artikel. Diakses melalui
http://www.kalbemed.com/Portals/6/07_248CME-
Pengelolaan%20Gangren%20Kaki%20Diabetik.pdf.

43
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Rencana strategis
kementerian kesehatan tahun 2015-2019. Jakarta : Kemenkes RI.
Lionakis, N., Mendrinos, D., Sanidas, E. (2012). Hypertension in The
Elderly.World Journal of Cardiology. Page 135-147. Baishideng.
Available at http://www.wjgnet.com.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Peraturan menteri kesehatan
republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2016 tentang pedoman
penyelenggaraan program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga.
Jakarta : Kemenkes RI.
Martin. J (2008). Hypertension Guidelines : Revisiting the JNC 7
Recommendations. The Journal of Lancaster General Hospital. vol. 3-
No.3. Available at di www.ebscohost.com.
Martiani. A, Lelyana. R (2012). Faktor-faktor Hipertensi Ditinjau Dari Kebiasaan
Minum Kopi (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Ungaran Bulan
Januari-Februari 2012). Program Studi Ilmu Gizi, FK UNDIP. Available
at http://ejournal-sl.undip.ac.id/index.php/jnc.
Muliyati. H. Syam. A, Sirajuddin. S. (2007). Hubungan Pola Konsumsi Natrium
Dan kalium Serta Aktifitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien
Rawat Jalan Di RSUP DR. Wahidin Sudirohusodo Makasar. Program
Studi Ilmu Gizi. FKM Universitas Hasanuddin Makassar.
Nasution (2010). Berbagai pendekatan dalam proses belajar mengajar. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
Nunung. R (2007). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi
Pada Usia Lanjut Di Wilayah Kerja Puskesmas Bojongsari Kabupaten
Brebes. FKM, Universitas Diponegoro.
Notoadmodjo (2007). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta ; PT. Rineka Cipta.
Notoadmodjo (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta ; PT. Rineka
Cipta
Neutel, J. M., Smith, D. H. G. (2003). Improving Patient Compliance : A Major
Goal In The Management of Hypertension
Perkeni. (2011). Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di
Indonesia 2011. PB.Jakarta: Perkeni.

44
Riasmini, N. M, et al. (2017). Panduan asuhan keperawatan individu, keluarga,
kelompok, dan komunitas dengan modifikasi NANDA, ICNP, NOC dan
NIC di Puskesmas dan Masyarakat. Jakarta: UI-Press
Rahmadiliyani, N & Muhlisin, A. (2008). Hubungan antar pengetahuan tentang
penyakit dan komplikasi pada penderita diabetes melitus dengan tindakan
mengontrol kadar gula darah di wilayah kerja puskesmas I Gatak
Sukoharjo. Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697 Vol. I.
Stanley. M. Beare GP (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta; EGC.
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., dan Cheever, K.H. (2010). Brunner &
Suddarth’s textbook of medical-surgical nursing, 12th. China :
Philadelphia
Stalsbroten, VL., Torrence, E. (2010). Middle Adulthood. Dalam Ashford, J. B. &
LeCroy, C.W., Human Behavior in The Social Environment : A
Multidimensional Perpective. Fourth Edition. USA : Book/ Cole Cengage
Learning.
Stanhope. M. & Lancaster. J. (2016). Public Health Nursing: Population-centered
health care in the community. 9th ed. St.Louis : Elsevier.
Sari, C.W., Haroen,H., Nursiswati. (2016). Pengaruh program edukasi perawatan
kaki berbasis keluarga terhadap perilaku perawatan kaki pada pasien
diabetes melitus tipe 2. Jurnal keperawatan unand. Diakses melalui
jkp.fkep.unpad.ac.id/index.php/jkp/article/download/293/143
Sudoyo, A.W., Dkk., (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. (Ed.Ke-5). Jakarta:
Interna Publishing.
Sunaryo. Wijayanti, R. Kuhu, M. dkk, (2016). Asuhan keperawatan gerontik.
Semarang: Penerbit Andi.
Touhy, T. A., & Jett, K. F. (2014). Ebersole and Hess’ gerontological nursing &
healthy aging (4th ed.). Missouri: Elsevier.
Whelton, P.K., et al. (2017). 2017 High blood pressure clinical practice guideline.
USA: American College of Cardiology, available at
hyper.ahajournals.org

45
46
LAMPIRAN 1
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
RW 05, CISALAK PASAR, CIMANGGIS, KOTA DEPOK TAHUN 2019
Diagnosis Keperawatan NOC NIC
Data
Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi

Data pendukung masalah kesehatan kelompok: Ketidakefektifan manajemen kesehatan pada warga RW 05

Data Primer: 00078 Ketidakefektifan Prevensi Primer


manajemen
a. Warga mengatakan kesehatan 1837 Pengetahuan: 5510
sebagian besar menderita Manajemen Hipertensi Intervensi
penyakit hipertensi,
Pendidikan kesehatan
diabetes
Definisi: pola tentang hipertensi
b. Kader menyatakan sudah
pengaturan dan Rentang normal tekanan
sering dilakukan edukasi 183701 darah sistolik - Memaparkan materi
kesehatan terkait hipertensi pengintegrasian
hipertensi dengan
namun warga masih sulit dalam kehidupan
Rentang normal tekanan menggunakan slide PPT
mengubah gaya hidup sehari-hari sebuah
darah diastolik (pengertian, tanda dan
sesuai edukasi yang telah regimen terapetik 183702
gejala, faktor risiko,
dilakukan untuk mengobati Potensial komplikasi komplikasi, dan
c. Sebagian besar warga penyakit dan hipertensi pencegahan)
menyatakan sudah sadar komplikasinya 183705
memiliki hipertensi tapi dalam memenuhi Pilihan penanganan - Memberikan leaflet
jarang berobat ke tujuan kesehatan yang tersedia hipertensi
puskesmas, kalaupun spesifik.
183706 Keuntungan jangka
berobat ke puskesmas panjang penanganan
warga jarang tidak minum Pengajaran:
obat secara rutin Tanda dan gejala

47
d. Warga banyak yg masih 183707 perparahan hipertensi peresepan latihan
mengkonsumsi obat HT Pentingnya
yang dibeli bebas di apotik menginformasikan - Menilai tingkat latihan
serta hanya saat sedang tenaga profesional kelompok saat ini dan
183708 5612 pengetahuan kelompok
kumat saja kesehatan terkait
e. Kader menyatakan bahwa pengobatan yang sedang mengenai latihan yang
warga hanya bersemangat dijalani telah dilakukan atau
mengikuti kegiatan terkait 183714 diketahui
kesehatan hanya jika Strategi manajemen
stres - Mengadakan senam
terdapat mahasiswa
bersama dengan warga
f. Warga menyatakan
Diet yang dianjurkan
hambatan untuk berobat ke - Menginformasikan
puskesmas adalah malas, Strategi mengubah mengenai tujuan dan
tidak ada biaya, serta tidak kebiasaan makan manfaat dari latihan
punya jaminan kesehatan yang dilakukan
g. Sebagian besar keluarga Strategi mengurangi
warga memiliki intake garam - Menginstruksikan
komunikasi kurang efektif 183720 Keuntungan olahraga bagaimana
Data Sekunder: mempertahankan
183721 teratur latihan rutin setiap hari,
a. 80% warga yang sesuai kebutuhan
berkunjung ke posbindu 183722 Tersedianya dukungan kelompok
menderita hipertensi kelompok
b. Terdapat 73 % kelompok - Menginstruksikan
lansia hipertensi yang untuk melaporkan
183723
memiliki sikap yang gejala dan kemungkinan
kurang baik dalam masalah yang timbul
mengelolah masalah (misalnya nyeri dan
hipertensinya 183727 pusing)
c. Terdapat 69 % kelompok
- Melakukan

48
lansia hipertensi yang pemeriksaan tekanan
memiliki keterampilan darah sebelum dan
yang kurang baik dalam 183729 setelah beraktivitas
mengelolah masalah
hipertensinya
d. 86 % responden masih
menjawab bahwa
aktifitas fisik tidak
mempengaruhi darah
tinggi
e. 90% responden masih
menjawab makan mie Prevensi Sekunder
instan tidak akan
menyebabkan darah 1928 Kontrol risiko hipertensi 4410 Intervensi:
tinggi Indikator: Pengaturan tujuan
f. 86 % responden saling menguntungkan
menyatakan darah tinggi
selalu disertai dengan - Identifikasi bersama
tanda dan gejala 192802 Mengidentifikasi faktor warga mengenai tujuan
g. 50 % responden jarang risiko hipertensi dari perawatan
untuk memeriksakan
Menyadari kemampuan - Bantu warga untuk
tekanan darah ke fasilitas 192804 untuk mengubah memprioritaskan tujuan
kesehatan
h. 50 % responden sering perilaku yang telah diidentifikasi
mengkonsumsi makanan Mengidentifikasi tanda - Eksplorasi cara terbaik
berlemak (gorengan) gejala hipertensi bagi warga untuk
i. 70 % responden sering
mengkonsumsi yang mencapai tujuan
Mengikuti diet yang
mengandung rasa asin 192805 dianjurkan - Hitung ulang skala
(ikan asin) prioritas masalah pada
Mematuhi anjuran

49
j. 50 % yang diketahui tidak intake garam warga
pernah melakukan olah
raga 192808
k. 50 % tidak bisa
menghindari stress
l. 50 % lansia jarang minum 192809
obat hipertensi
m. 90% lansia tidak bekerja

50
LAMPIRAN 2
RENCANA KERJA (PLAN OF ACTION (POA)) ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS RW 05, CISALAK PASAR,
CIMANGGIS, KOTA DEPOK TAHUN 2019

Sumber Daya
Diagnosa Kegiatan Tujuan PJ Waktu Tempat Alokasi Kelanjutan
Dana

51
LAMPIRAN 3
Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai