PANTULAN Kontaminan CL Kelas B
PANTULAN Kontaminan CL Kelas B
PANTULAN Kontaminan CL Kelas B
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Asam salisilat adalah salah satu bahan kimia yang cukup penting dalam
kehidupan sehari-hari serta memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi karena dari
Sebagai antiseptik asam salisilat adalah zat yang dapat mendinginkan kulit
dan selaput lendir. Asam salisilat tidak diserap oleh kulit, tetapi membunuh sel
epidermis dengan sangat cepat tanpa memberikan efek langsung pada sel dermis.
baru. Oleh karena itu asam salisilat biasanya tidak digunakan sebagai bahan
dilarang adalah asam salisilat. Asam salisilat dilarang digunakan sebagai bahan
pengawet makanan di Indonesia karena asam salisilat memiliki iritan kuat ketika
terhirup atau tertelan. Bahkan ketika ditambah ciri asam salisilat menyebakan
gangguan kesehatan pada tubuh seperti nyeri, mual, dan muntah jika tertelan
analgesik, antipiretik dan dan anti inflamasi pada penggunaan dosis yang besar
dan asam salisilat bebas pada tablet asetosal dengan tujuan untuk mengetahui
adanya kontaminasi klorida ataupun asam salisilat bebas pada tablet asetosal.
B. Maksud dan tujuan
1. Maksud percobaan
2. Tujuan percobaan
C. Prinsip percobaan
A. Teori Umum
Aspirin adalah asam anorganik lemah diantara obat obat AINS dalam
asetilasi dan juga inaktivasi oleh siklogenase irreversible. Aspirin cepat diasetilasi
oleh esterase dalam tubuh menghasilkan salisilat yang mempunyai efek anti
inflamasi, antipiretik dan analgetik. Efek antipiretik dan anti inflamasi salisilat
dalam hipotalamus dan perifer dalam daerah target (Harmita, 2017: 132).
bereaksi asam. Selain itu, asetosal merupakan senyawa ester yang mudah
terhidrolisis menjadi asam asetat dan asam salisilat selama masa produksi maupun
penyimpanan. Asam salisilat inilah yang menjadi penyebab iritan lambung ketika
saat ini asetosal banyak digunakan bersama obat jantung yang juga bereaksi asam
(seperti isosorbid dinitrat), maka monitoring asam salisilat bebas dalam sediaan
asetosal penting dilakukan, terutama karena asetosal sebagai anti thrombus yang
digunakan dalam jangka panjang. Hal lain yang menjadi dasar dalam monitoring
kadar asam salisilat bebas adalah kondisi penyimpanan tablet asetosal yang tidak
sesuai serta adanya kemungkinan cacat pada kemasan primer tablet asetosal yang
memungkinkan asetosal terhidrolisis tanpa dapat terlihat dari luar kemasan
praktik analisis kualitatif. Timbulnya endapan sebagai suatu hasil regensia tertentu
dapat dipakai sebagai uji terhadap suatu ion tertentu. Namun pengendapan dapat
juga digunakan untuk pemisahan. Untuk melakukan hal ini suatu regensia yang
sesuai ditambahkan, yang membentuk endapan (endapan-endapan) dengan hanya
satu atau beberapa ion yang ada dalam larutan. Setelah penambahan reagensia
dalam jumlah yang sesuai endapan disaring dan dicuci. Kemudahan suatu
endapan disaring dan dicuci tergantung senagian besar struktur morfologi endapan
Serbuk asam asetil salisilat dari tidak berwarna atau kristal putih atau
serbuk granul kristal yang berwarna putih. Asam asetil salisilat stabil dalam udara
kering tapi terdegradasi perlahan jika terkena uap air menjadi asam asetat dan
asam salisilat. Nilai titik lebur dari asam asetil salisilat adalah 135°C. Asam
asetilsalisilat larut dalam air (1:300), etanol (1:5), kloroform (1:17) dan eter (1:10-
15), larut dalam larutan asetat dan sitrat dan dengan adanya senyawa yang
terdekomposisi, asam asetil salisilat larut dalam larutan hidroksida dan karbonat
Asetosal merupakan ester fenolik dari asam salisilat sehingga tidak dapat
bereaksi dengan Fe3+. Gugus ester tersebut harus dipecah melalui hidrolisis
Setelah diasamkan dengan HCl, asam salisilat hasil hidrolisis asetosal dapat
membentuk kompleks dengan pereaksi Fe3+ yang berwarna ungu yang dapat
diukur serapannya pada panjang gelombang sinar tampak (525 nm) (Lenggana,
2015: 4).
Uji batas klorida dan sifat adalah prosedur umum untuk menetapkan batas
spektrofotometri dan hamparan cahaya. Gunakan jumlah pereaksi yang sama pada
larutan uji dan larutan pembanding yang mengandung sejumlah volume tertentu
klorida. Jika salah satunya setelah didiamkan larutannya tidak jernih maka saring
melalui kertas saring yang tidak memberikan reaksi terhadap klorida, tambahkan
sejumlah larutan perak nitrat LP atau bacium klorida, sejumlah yang diperlukan
pada larutan uji dan larutan pembanding pada saat bersamaan (Pratiwi, 2018: 91).
endapan dari garam yang tidak mudah larut antara titrant dan analit. Hal dasar
pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit, tidak adanya
interferensi yang menggangu titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah diamati.
Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah melibatkan
reaksi pengendapan antara ion halida (Cl -, I -, Br -) dengan ion perak Ag+.
Titrasi ini biasanya disebut sebagai Argentometri yaitu titrasi penentuan analit
yang berupa ion halida (pada umumnya) dengan menggunakan larutan standar
perak nitrat AgNo3. Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang
tidak mudah larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai
adalah titrasi penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan
ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl.(Mikhania,
2015: 3).
I”. Selain itu, asam salisilat juga dapat ditetapkan secara kolorimetri dan
juga merupakan komponen lain dari garam yang berkaitan dengan hipertensi.
Klorida mempengaruhi pengaturan hormon pada retensi air dan garam melalui
pengaruhnya pada ginjal. Ginjal menghasilkan suatu enzim yang disebut renin
yang mengatur kadar air dalam badan. Enzim renin juga membantu pengaturan
tekanan darah tetapi klorida mungkin mengurangi sekresi enzim ini dan
Kelebihan dari analisis klorida dengan cara ini yaitu pelaksanaan yang mudah dan
cepat, memiliki ketelitian dan keakuratan yang tinggi dan dapat digunakan untuk
menentukan kadar yang memiliki sifat yang berbeda-beda. Larutan klorida atau
bromida dalam suhu netral atau anion katalis dititrasi dengan larutan titer perak
nitrat dengan menggunakan indikator kromat. Apabila ion klorida atau bromida
telah habis diendapkan oleh ion perak, maka ion kromat akan bereaksi
membentuk endapan perak kromat yang berwarna coklat atau merah bata sebagai
titik akhir titrasi. Pengendapan adalah metode yang paling sering dipakai dalam
tertentu dapat dipakai sebagai uji terhadap ion tertentu (Harmita, 2017: 118).
Analisis klorida dalam suatu sampel diawali dengan uji kualitatif dimana
ditambahkan 5 % indikator K2CrO4 untuk melihat titik akhir titrasi yang ditandai
bebas dapat dilakukan dengan metode KCKT yang meliputi batas deteksi (LOD),
air destilasi
Rumus struktur : O
H H
tidak berasa
Rumus struktur :
Rumus struktur : H Cl
dalam air
B. Uraian sampel
1. Tablet asetosal
salisilat 500 mg
1. Alat
Alat yang digunakan adalah batang pengaduk, gelas kimia, gelas ukur,
2. Bahan
B. Cara Kerja
1. Larutan uji
dalam 75 ml aquadest pada gelas kimia yang berbeda dan dididihkan selama 5
2. Larutan pembanding
aquadest, selanjutnya dibandingkan secara visual dengan larutan uji yang telah
dibuat.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A. Tabel Pengamatan
2 Larutan baku Lebih jernih dari larutan uji dan lebih keruh
B. Pembahasan
Klorida adalah salah satu anion yang dominan di perairan laut. Sekitar ¾
dari klorin (Cl2) yang terdapat di bumi berada dalam bentuk larutan. Klorida
biasanya berada dalam bentuk senyawa natrium klorida (NaCl), kalium klorida
mempermudah serbuk asetosal larut dalam pelarut air. Alasan pembuatan larutan
pembanding dengan bahan baku HCl (asam klorida) karena senyawa HCl
mengandung unsur klorida yang akan dibandingkan dengan larutan uji yang ingin
kekeruhannya.
Adapun hasil yang didapatkan yaitu pada pengenceran HCl (asam klorida)
warnanya lebih keruh dibanding larutan baku dan larutan pembanding yang
0,041%.
farmakope edisi V batas klorida yang terdapat dalam asetosal tidak boleh lebih
dari 0,014% artinya hasil yang diperoleh menentukan bahwa sampel uji sudah
tercemar dan terkontaminasi dengan klorida yang cukup tinggi dan melebihi batas
memadai sehingga tidak dilakukan percobaan yang lebih akurat untuk mengetahui
(KCKT). Faktor lainnya yaitu tablet asprin yang digunakan telah kadaluarsa
farmasi dapat berbahaya apabila masuk dalam saluran sistemik tubuh manusia.
Adapun ayat yang berhubungan dengan percobaan ini terdapat pada Q.S.
“Dan wahai kaumku! Penuhilah takaran dan timbangan dengan adil dan janganlah
kau merugikan terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan
menyetarakan timbangan dengan adil. Untuk itu dalam perhitungan kadar suatu
zat harus teliti agar sesuai dengan yang dipraktikumkan. Jika suatu sediaan telah
A. Kesimpulan
aspirin yang dijadikan sampel mengandung klorida lebih dari 0,014% hal tersebut
dapat dilihat dari hasilnya dimana larutan uji lebih keruh daripada larutan
B. Saran
1. Laboratorium
2. Asisten
2018.
Effendi. Telaah Kualitas Air Bagi Pengololahan Sumber Daya Dan Lingkungan
Sains. 2017.
Surakarta. 2015.
PERCOBAAN
ACC-
OLEH :
PENANGGUNG JAWAB:
ROSNIDAR SUMARDI
JURUSAN FARMASI
ROMANGPOLONG-GOWA
2019