PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Disusun Oleh :
Kelompok 11
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun laporan ini tepat pada waktunya.
Dalam laporan praktikum ini kami membahas mengenai “Penetapan Kadar
Asetosal Menggunakan Metode Titrasi Asam Basa”. Laporan ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Kimia Farmasi Analisis II
Ucapan terimakasih kepada Ibu Dra Hj. Lilis Tuslinah M.Si dan Ibu Ade Yeni
M.Farm sebagai dosen mata kuliah Praktikum Kimia Farmasi Analisis II yang
telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat wawasan terkait bidang studi ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada laporan
ini. Oleh karena itu, kami meminta pembaca memberikan saran serta kritik yang
dapat membangun kami. Kritik dari pembaca kami harapkan untuk memperbaiki
laporan praktikum selanjutnya. Akhir kata semoga laporan praktikum ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asetosal atau asam asetil salisilat merupakan jenis obat turunan salisilat. nama
sistematis IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry) asetosal
adalah asam 2-asetilbenzoat asam asetat. Asetosal memiliki rumus molekul C9H8O4
dengan berat molekul 180,16 g/mol, kelarutan dalam air 3 mg/mL. (20oC) titik leleh
135oC merupakan kristal dengan pemerian serbuk berwarna putih, tidak memiliki bau
yang kuat. Asetosal yang sering dikenal sebagai aspirin digunakan oleh masyarakat
luas sebagai analgesik atau penahan rasa sakit atau nyeri minor, antipiterik (penurun
demam) dan anti-inflamasi (peradangan). Penentuan kadar asetosal dalam sediaan
obat menjadi sangat penting untuk uji kualitas produk sebelum dan selama proses
produksi maupun setelah menjadi produk akhir (Kuntari et al., 2017).
Sifat-sifat aspirin dapat dilihat dari beberapa sisi, dilihat dari sifat kimianya
yaitu:
a. Kelarutan aspirin dalam air 10 mg/ ml dalam suhu 200 C
b. Larut dalam etanol
c. Larut dalam eter
d. Larut dalam air
e. Merupakan senyawa polar
Dilihat dari sifat fisikanya, sebagai berikut:
a. Massa molekul relatif aspirin adalah 180 gram/mol
b. Titik leleh aspirin adlah 133,4 0c
c. Titik didih aspirin 140 0c
d. Aspirin merupakan senyawa padat berbentuk kristal an berwarna putih
e. Berat molekul aspirin 180,2 gram/ mol
f. Berat jenis aspirin 1,4 gram/ml
g. Pka 3,5 (Rainford, 2004).
Salah satu efek samping aspirin adalah pendarahan lambung, yang sebagian
disebabkan oleh sifat asamnya. Titrasi asam-basa merupakan suatu metode yang
memungkinkan dilakukannya analisis kuantitatif untuk menentukan konsentrasi larutan
asam atau basa yang tidak diketahui. Dalam titrasi asam-basa, basa akan bereaksi dengan
asam lemah dan membentuk suatu larutan yang mengandung asam lemah dan basa
terkonjugasi sampai semua asam ternetralkan.
Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-
senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam. Asidimetri adalah suatu
metode analisa titrimetri yang didasarkan pada pengukuran saksama jumlah volume asam
yang digunakan, baik untuk zat-zat organik atau zat-zat anorganik, sedangkan pengukuran
jumlah kuantitatif asam yang terdapat dalam contoh dengan cara titrasi dengan basa yang
sesuai disebut alkalimetri. Dengan kata lain kedua cara ini mempunyai prinsip yang sama,
yaitu menetapkan kadar asam atau basa dengan cara penambahan sejumlah larutan asam
atau basa yang setara, dari jumlah volume larutan asam atau basa yang ditambahkan dapat
dihitung kadar asam atau basa. Pada prinsipnya asidimetri adalah analisa titrimetri yang
menggunakan asam kuat sebagai titrannya dan sebagai analitnya adalah basa atau senyawa
yang bersifat basa, ataupun pengukuran dengan asam (yang diukur jumlah basa atau
garamnya) (Gandjar & Ibnu Gholib., 2007 ).
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titrat ataupun titrant. Titrasi
asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan
menggunakan larutan basa atau dan sebaliknya. Agar mengetahui bila penambahan titran
dihentikan, dapat menggunakan sebuah zat kimia, yang disebut indikator, yang akan
berubah warnanya jika jumlah titran berlebih. Indikator asam basa terbuat dari asam atau
basa organik lemah, yang mempunyai warna berbeda ketika dalam keadaan terdisosiasi
maupun tidak. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat terjadi tepat pada titik ekivalen.
Saat titrasi diakhiri karena telah terjadi perubahan warna dari indikator disebut titik akhir
titrasi. Perubahan warna ini disebut asam atau basa berlebih dan kemudian di analisis
dengan menambahkan titran. Titik ekivalen terjadi jika jumlah mol asam = jumlah mol
basa ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi) (Ai et al., 2016).
- Pemerian : Hablur, umumnya seperti jarum atau lempengan tersusun, atau serbuk
hablur; putih; tidak berbau atau berbau lemah. Stabil di udara kering; di dalam udara
lembab secara bertahap terhidrolisa menjadi asam salisilat dan asam asetat.
- Kelarutan : Sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol; larut dalam kloroform
dan dalam eter; agak sukar larut dalam eter mutlak (Kemenkes RI, 2020).
Formulasi
4.1 Perhitungan
1. Pembakuan NaOH
Percobaan V. titrasi
1 12,3 mL
2 12,4 mL
3 12,4 mL
Rata-rata 12,36 mL
Percobaan V. titrasi
1 14,7 mL
2 14,6 mL
3 14,6 mL
Rata-rata 14,63 mL
3. Titrasi Blanko
Percobaan V. sebelum V. sesudah V. Titrasi
Rata-rata 7 mL 7,5 mL 0,5 mL
12, 3 6 x 0 ,0 8
N=
1,46
N = 0,677 N
Massa analit
gr
N=
Be x V
gr = N x Be x V
gr = 0,677 x 180,16 x 0,01
gr = 1,219 gram
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan mengenai tentang analisis senyawa golongan
asam secara kuantitatif pada sediaan farmasi. Senyawa golongan asam ini pada sediaan
farmasi bisa berbentuk solid, semisolid ataupun larutan. Pada kelompok kami mendapatkan
sampel berbentuk solid yaitu serbuk, sampel tersebut adalah asetosal dengan nomor sampel
244. Asetosal merupakan turunan dari asam hidroksi benzoate, asetosal ini bersifat asam
karena dapat mendonorkan proton. Pelepasan proton ini diakibatkan adanya ikatan rangkap
terkonjugasi pada gugus karboksil, Dimana atom O memiliki banyak pasangan electron
sehingga sifatnya elektronegatif. Hal ini disebabkan electron pada atom C akan lebih tertarik
oleh atom O yang menyebabkan atom C bersifat elektropositif. Karena atom C juga berikatan
dengan gugus OH sehingga atom O bersifat elektronegatif. Maka dari itu, atom H akan
elektropositif dan mendonorkan proton, sehingga senyawa ini dapat dikatakan asam karena
sesuai dengan teori Bronsted-Lowry yaitu asam sebagai pendonor proton (ion hydrogen) dan
basa sebagai menangkap proton. (Ibnu Gholib,2007)
Analisis yang digunakan yaitu titrasi asam basa dari sampel asetosal dengan metode tidak
langsung. Dilakukannya titrasi asam basa tidak langsung karena senyawa asetosal memiliki
nikali pKa lebih dari 3 yakni 3,5 sehingga lebih efektif fan akurat jika dilakukan dengan
metode titrasi asam basa tidak langsung. Aspirin atau asam asetil salisilat (asetosal) adalah
sejenis obat turunan dari salisilat yang sering digunakan sebagai senyawa analgesic atau
Pereda rasa sakit tanpa menyebabkan ketidaksadaran penggunanya, antipiretik (terhadap
demam), dan anti inflamasi (peradangan). Aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan dapat
digunakan dalam dosisi rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung. Selain
itu, aspirin digunakan juga sebagai antiplatelet untuk terapi stroke. Aspirin bekerja dengan
menghambat pembentukan tromboksan yang merupakan senyawa yang berperan dalam
pembekuan darah. Dengan dihambatnya tromboksan, maka terjadi hambatan pembekuan
darah. Hal ini dikarenakan pemberian pada dosis tinggi, aspirin berisiko menyebabkan
terjadinya pendarahan yang tentukan akan memperparah kondisi pasien. Aspirin selain
menghambat pembekuan darah, aspirin juga menghambat kerja prostaglandin sebagai salah
satu factor pelindung dinding saluran cerna. Oleh karena itu, aspirin harus diminum sesudah
makan agar tidak mengiritasi lambung dan hindari obat pada pasien dengan penyakit tukak
lambung berat. Aspirin sebaiknya juga tidak diberikan pada pasien penyakit asma karena
aspirin mempunyai efek samping bronkospasme (penyempitan pada saluran pernafasan) yang
dapat memperparah asma yang diderita pasien.
Prosedur pertama pada percobaan kali ini yaitu preparasi sampel. Sampel yang digunakan
adalah obat generic aspirin karena obat ini berwarna putih sehingga dapat memudahkan pada
pengamatan titik akhir titrasi. Sejumlah tablet aspirin digerus hingga halus untuk
memperbesar luas permukaan obat agar berkontak dengan pelarut lebih mudah. Selain itu
penggerusan dilakukan untuk memperkecil ukuran partikel sehingga mudah untuk dilarutkan.
Larutan yang telah diencerkan menjadi 50 mL, diambil 10 mL tambahkan NaOH berlebih,
dan indicator PP (fenolftalin), lakukan titrasi dengan larutan HCl. Meskipun volume larutan
asetosal yang digunakan untuk titrasi pada masing-masing Erlenmeyer adalah sama,
sebanyak 10 mL namun data menunjukan bahwa volume HCl yang dibutuhkan agar larutan
asetosal mencapai titik kesetimbangan mempunyai jumlah yang berbeda-beda. Persamaan
reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Adapun tujuan dari penambahan indicator fenolftalein untuk mengetahui titik akhir titrasi
dengan memberi perubahan warna menjadi merah muda. Fenoftlaein memiliki nilai pKa 9,4
dan akan berubah pada rentang pH 8,4-10,4. Dimana pada rentang tersebut fenolftalein akan
mengalami pengaturan ulang struktur karena satu proton dihilangkan dari salah satu gugus
fenolnya seiring dengan meningkatnya pH sehingga menyebabkan perubahan warna (Watson,
2007).
Selanjutnya, dilakukan titrasi blanko. Dimana titrasi blanko ini bertujuan untuk mengetahui
volume titran menggunakan HCl yang bereaksi dengan pelarut. Dalam praktikum ini, titrasi
blanko dilakukan dengan pelarut etanol 96% yang dititrasi dengan HCl. Untuk perlakuan
sama dengan titrasi pembakuan sebanyak 10 mL dan etanol 96% ditambahkan 2 tetes
indicator PP dan ditambahkan 25 mL NaOH berlebih lalu dititrasi menggunakan HCl hinggan
warna merah muda larutan tersebut berubah menjadi warna bening/tidak berwarna. Volume
HCl yang diperoleh dari titrasi blanko ini digunakan sebagai salah satu komponen untuk
penentuan volume NaOH yang bereaksi dengan analit. Titrasi blanko dilakukan pada etanol
96% karena pelarut yang digunakan untuk melarutkan sampel analit (asetosal) adalah etanol
96%.
Hasil akhir dari titrasi asetosal dengan volume NaOH berlebih yang ditambah sebanyak 25
mL didapat volume NaOH berlebih yang bereaksi dengan sampel sebesar 11,86 mL dan.
Dimana hasil tersebut dapat digunakan untuk menghitung normalitas dari sampel sehingga
diperoleh 0,677 N. Setelah semua telah diketahui konsentrasi analit (asetosal), dapat dihitung
bobot asetosal dalam larutan sampel. Dengan konsentrasi asetosal bobot asetosal dalam 50
mL larutan sampel adalah 1,219 gram dalam 100 mL. sehingga penetapan kadar sampel
dalam larutan sampel adalah 243,8%
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Emmy Sahara. (2011). Analisis Kuantitatif Aspirin Dalam Tablet Dengan Titrasi Asam Basa.
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Kemenkes RI. (2020). Farmakope Indonesia Edisi VI. In Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Kuntari, K., Aprianto, T., Noor, R. H., & Baruji, B. (2017). Verifikasi Metode Penentuan
Asetosal Dalam Obat Sakit Kepala Dengan Metode Spektrofotometri Uv. JST (Jurnal
Sains Dan Teknologi), 6(1), 31–40. https://doi.org/10.23887/jstundiksha.v6i1.9398
Williams, D. G. (1981). Drugs and Poisons. Renal Disease: An Illustrated Guide, 73–76.
https://doi.org/10.1007/978-94-009-8066-2_9
Rainford, D. 2004. Aspirin dan Obat Terkait. Diterjemahkan oleh Andi S. Erlangga, Jakarta.