F2 Lingkungan Kantin Sehat

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

F2.

UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN

UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN

PENILAIAN KANTIN SEHAT DI SEKOLAH

I. LATAR BELAKANG
Pangan dan gizi merupakan komponen yang sangat penting dalam pembangunan
dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Tumbuh kembang
anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian gizi dengan kualitas dan
kuantitas yang baik serta benar dalam meningkatkan status gizi. Oleh karena itu anak
sekolah perlu mendapatkan pembinaan mengenai pengetahuan bagaimana memilih
makanan jajanan yang sehat baik di lingkungan sekolah, rumah, dan lingkungan
masyarakat yang lebih luas, karena anak usia sekolah adalah investasi bangsa.
Ada tiga alasan mengapa anak suka jajan. Pertama karena anak tidak sempat makan
pagi sebelum ke sekolah (karena ibu tidak sempat menyiapkan, anak tidak nafsu makan,
atau anak lebih senang jajan). Kedua, alasan psikologis pada anak (gengsi, anak bias
mendapat uang saku). Ketiga, kebutuhan biologis yang perlu dipenuhi (kegiatan fisik
yang memerlukan tambahan asupan).
Masalah keamanan pangan jajanan di sekitar sekolah antara lain ditemukannya (1)
produk pangan olahan yang tercemar bahan berbahaya (mikrobiologis & kimia), (2)
pangan siap saji yang belum memenuhi syarat hygiene & sanitasi, dan sumbangan
pangan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan. Penyebabnya, tata cara
penanganan pangan yang mengabaikan aspek keamanan pangan, ketidak tahuan
konsumen (anak-anak sekolah & guru) akan pangan jajanan yang aman.
Masih banyak sekolah, terutama SD dan SMP yang belum memiliki kantin yang
memenuhi standar kantin sehat. Dari hasil pemetaan sekolah sehat di 115
kabupaten/kota di 20 provinsi yang dilakukan oleh Depdiknas (2007) menunjukkan
40,2% kantin masih berada di bawah standar. Selain itu banyak ditemukannya produk
jajanan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan, termasuk perilaku pengelola
kantin yang tidak mencerminkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Kantin sekolah dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu kantin dengan
ruangan tertutup dan kantin dengan ruangan terbuka seperti di koridor atau di halaman
sekolah. Meskipun kantin berada di ruang terbuka, namun ruang pengolahan dan tempat
penyajian makanan harus dalam keadaan tertutup. Kedua jenis kantin harus memiliki
F2. UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN

sarana dan prasarana sebagai berikut, sumber air bersih, tempat penyimpanan, tempat
pengolahan, tempat penyajian dan ruang makan, fasilitas sanitasi, perlengkapan kerja
dan tempat pembuangan limbah.
Syarat-syarat bangunan kantin ruangan tertutup:

 Lantai kedap air, rata, halus tetapi tidak licin, kuat, dibuat miring sehingga mudah
dibersihkan.
 Dinding kedap air, rata, halus, berwarna terang, tahan lama, tidak mudah
mengelupas, dan kuat sehingga mudah dibersihkan.
 Langit-langit terbuat dari bahan tahan lama, tidak bocor, tidak berlubang-lubang,
dan tidak mudah mengelupas serta mudah dibersihkan.
 Pintu, jendela dan ventilasi kantin dibuat dari bahan tahan lama, tidak mudah
pecah, rata, halus, berwarna terang, dapat dibuka-tutup dengan baik, dilengkapi
kasa yang dapat dilepas sehingga mudah dibersihkan.
 Untuk ruang pengolahan dan penyajian serta tempat makan di ruangan, lubang
angin/ventilasi minimal 2 buah dengan luas keseluruhan lubang ventilasi 20%
terhadap luas lantai harus tersedia.Lantai, dinding, langit-langit kantin, pintu,
jendela, dan lubang angin/ventilasi selalu dalam keadaan bersih.

Syarat-syarat tempat penyimpanan kantin adalah sebagai berikut:

 Tempat penyimpanan untuk kantin yang tertutup maupun kantin di ruang terbuka
mempunyai persyaratan yang sama.
 Kantin harus mempunyai tempat penyimpanan bahan baku, tempat penyimpanan
makanan jadi yang akan disajikan, tempat penyimpanan bahan bukan pangan dan
tempat penyimpanan peralatan.
 Mempunyai tempat penyimpanan peralatan makan yang bebas pencemaran
(lemari). Peralatan yang telah dibersihkan dan disanitasi harus disimpan pada
rak/lemari yang bersih. Sebaiknya permukaan peralatan menghadap kebawah,
supaya terlindung dari debu, kotoran atau pencemaran lainnya.
 Tempat penyimpanan bahan mentah termasuk bumbu dan bahan tambahan pangan
(BTP) harus terpisah dengan produk atau makanan yang siap disajikan.
 Tempat penyimpanan khusus harus tersedia untuk menyimpan bahan-bahan bukan
pangan seperti bahan pencuci, minyak tanah. Bahan berbahaya seperti pemberantas
F2. UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN

serangga, tikus, kecoa, bakteri dan bahan berbahaya lainnya tidak boleh disimpan
di kantin.
 Tempat penyimpanan harus mudah dibersihkan dan bebas dari hama seperti
serangga, binatang pengerat seperti tikus, burung, atau mikroba dan ada sirkulasi
udara.
 Penyimpanan bahan baku dan produk pangan harus sesuai dengan suhu
penyimpanan yang dianjurkan.

II. PERMASALAHAN DI MASYARAKAT

Makanan jajanan merupakan alternatif dalam memenuhi kebutuhan pangan, namun


banyak terdapat permasalahan mengenai praktek keamanan pangan jajanan anak sekolah
(PJAS) yang meliputi kurangnya higiene sanitasi dari penjaja PJAS maupun penggunaan
bahan tambahan pangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan.

III. PEMILIHAN INTERVENSI

Oleh karena permasalahan yang terjadi di atas, maka diadakan penilaian dan
diskusi mengenai Kantin Sehat di sekolah. Manfaat yang dapat diambil dari
pemanfaatan kantin sehatdi sekolah yaitu untuk mewujudkan lingkungan yang sehat
dengan demikian dapat mewujudkan seluruh warga sekolah yang sehat.

IV. PELAKSANAAN

Penilaian dan diskusi tentang kantin sehat dilaksanakan di satu Sekolah yaitu SMP
Negeri 33 Makassar. Penilaian kantin sehat di SMP Negeri 33 Makassar dilaksanakan pada
hari Selasa, 6 Juni 2017. Kegiatan yang dilakukan antara lain tinjauan langsung terhadap
kantin di sekolah tersebut dan memberikan penyuluhan singkat kepada guru dan siswa-
siswi di sekolah tersebut. Materi penyuluhan berupa pengetahuan mengenai definisi
kantinsehat, manfaat kantin sehat, dan syarat-syarat kantin sehat.
F2. UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN

V. EVALUASI
 Evaluasi Struktur
Persiapan kegiatan penilaian dan penyuluhan dilakukan empat hari sebelumnya
untuk pemberitahuan pelaksanaan kegiatan di sekolah.

Anda mungkin juga menyukai