Makalah Start Up - Perekonomian Indonesia
Makalah Start Up - Perekonomian Indonesia
Makalah Start Up - Perekonomian Indonesia
INDONESIA
Oleh:
KELOMPOK 13
Penulis
ABSTRAK
Konsep dan Peran Sektor Ekonomi Rintisan (Start Up) Dan Sektor Ekonomi Digital
terhadap Perekonomian Indonesia
Sektor Ekonomi Digital terhadap Sektor Ekonomi Rintisan (Start Up) merupakan
sektor perekonomian yang memliki potensi memberikan perkembangan pada Perekonomian
Nasional karena perkembangan dari tahun ke tahun. Walaupun proporsi terhadap PDB yang
belum begitu besar, tetapi memiliki potensi yang paling besar. Secara internasional ekonomi
digital terhadap sector ekonomi rintisan (start up) telah berkembang sedemikian rupa
sehingga memberikan dampak besar pada PDB di negara-negara lain. Di Indonesia juga telah
diberi perhatian khusus melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika serta Kementerian
Ekonomi dalam mendukung perkembangan ekonomi digital terhadap ekonomi rintisan (start
up)
Kata kunci: Perekonomian Indonesia, PDB, Ekonomi Rintisan, Ekonomi Digital
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Ekonomi digital lahir dan berkembang seiring penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi yang juga semakin mengglobal di dunia. Menurut Dalle (2016) sejarah ekonomi
dunia telah melalui empat era dalam hidup manusia yaitu era masyarakat pertanian, era mesin
pasca revolusi industri, era perburuan minyak, dan era kapitalisme korporasi multinasional.
Empat gelombang ekonomi sebelumnya berkarakter eksklusif dan hanya bisa dijangkau oleh
kelompok elite tertentu.
Gelombang ekonomi digital hadir dengan topografi yang landai, inklusif, dan
membentangkan ekualitas peluang. Karakteristik ini memiliki konsep kompetisi yang menjadi
spirit industri yang dengan mudah terangkat oleh para pelaku startup yang mengutamakan
kolaborasi dan sinergi. Karena itu pula ekonomi digital merupakan ‘sharing economy’ yang
mengangkat banyak usaha kecil dan menengah untuk memasuki bisnis dunia.
Saat ini pemerintah sedang mencanangkan Indonesia sebagai largest digital economy
pada 2020 dan ditargetkan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara. Salah satu landasan
pembangunan nasional dalam pencanangan ini adalah sektor digital. Pemerintah menargetkan
transaksi ecommerce mencapai senilai US$ 130 miliar dan menciptakan 1000 teknopreneur
dengan nilai bisnis US$ 10 miliar pada tahun 2020.
Untuk mencapai target tersebut, diperlukan peta jalan membuka akses berbagai
macam sektor bisnis untuk masuk, bergabung, dan memperkuat bangunan ekosistem ekonomi
digital. Salah satunya dengan mengetahui potensi pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia
serta benchmark e-mommerce negara-negara lain. Tidak dipungkiri beragam masalah dalam
pencapaian target ini cukup banyak, diantaranya perubahan model bisnis berbagai sektor dari
konvensional ke digital. Faktor sosiokultur masyarakat yang tidak dengan cepat dapat
mengadopsi sistem ekonomi digital. Faktor lain adalah kendala yang dialami pelaku startup,
masalah internasionalisasi (perusahaan-perusahaan nasional yang diakusisi oleh perusahaan
asing), perlindungan konsumen, serta regulasi dari transaksi online itu sendiri.
Data-data potensi ekonomi digital ini sangat dibutuhkan guna pengembangan serta
penguatan sektor ekonomi digital di Indonesia. Hal ini penting guna perumusan kebijakan-
kebijakan pemerintah yang berhubungan erat dengan sektor industri digital dimasa sekarang
dan akan datang.
Mutlak pentingnya pengembangan ekonomi rintisan (start up) ini didorong oleh
ekonomi digital yang relatif kuat menghadapi kelesuan ekonomi global dan domestik. Bahkan
kontribusi ekonomi rintisian (start up) dan ekonomi digital terhadap pertumbuhan ekonomi
maupun penciptaan lapangan kerja menunjukkan peningkatan sejak tahun 2014. Namun
sayang studi yang mengkaji secara mendalam dan tajam perkembangan ekonomi rintisan dan
ekonomi digital ini masih relatif belum banyak dilakukan. Oleh karena itu, makahalah ini
ditujukan untuk menjelaskan bagaimana perkembangan konsep dan peran ekonomi rintisan
(start up) dan ekonomi digital terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Konsep Ekonomi Rintisan (start up) dan Ekonomi Digital di Indonesia
Digital Economy, konsep ekonomi yang syarat dengan penerapan teknologi informasi.
Realitas saat ini, bahwa jumlah pengguna aktif internet sudah melebihi 140 Juta user. Hal ini
menjadi peluang menjanjikan bagi pembangunan ekosistem digital tanah air. Konsep ekonomi
zaman millennial ini digadang-gandang akan mengubah model konvensional yang sudah lama
mengakar kuat. Bagaimana sebenarnya peluang dan tantangan pengembangan ekonomi
berbasis internet ini pada tahun 2019.
Konsep 'New Economy' ini sejatinya memiliki beberapa komponen, ekonom Thomas
Mesenbourg (2001) menjelaskan elemen pentingnya mulai dari infrastruktur perangkat keras
dan lunak, model layanan hingga cara transaksi baru dalam ekosistemnya.
Saat ini, Indonesia sepertinya terlihat serius dalam membangun ekosistem ini. Sebagai
negara dengan penduduk terbesar di Asia Tenggara, Indonesia berpeluang menjadi digital
powerhouse di kawasan ASEAN. Untuk mewujudkannya, pembangunan infrastruktur
komunikasi dan teknologi informasi harus menjadi prioritas. Kabar baiknya, konektifitas
jaringan intenret di nusantara sudah melebihi 90 persen. Namun, pekerjaan rumah yang
tertinggal adalah bagaimana pemanfaatan koneksi tersebut secara efektif.
Istilah startup sering dikaitkan dengan bisnis yang baru dirintis atau baru berkembang,
biasanya merujuk pada semua perusahaan yang belum lama beroperasi dan identik dengan
bisnis yang berbau teknologi. Neil Blumenthal, cofounder dan co-CEO dari Warby Parker
mengatakan bahwa startup adalah suatu perusahaan yang bekerja untuk memecahkan masalah
di mana solusinya tidak jelas dan kesuksesan tidak dijamin. Adora Cheung cofounder dan
CEO dari Homejoy, salah satu hottest U.S Startups di tahun 2013 mengatakan bahwa startup
is a state of mind (startup adalah keadaan pikiran).
Bisnis startup ini memiliki beberapa karakteristik. Berikut ini adalah karakteristik dari
bisnis startup yang berasal dari berbagai sumber.
6. Produk yang dibuat olah perusahaan ini berupa aplikasi dalam bentuk digital.
Jika menilik kembali ke belakang, istilah startup memang lebih banyak digunakan
untuk menjelaskan perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang teknologi, internet, web,
dan perusahaan-perusahaan lain yang masih berhubungan dengan ranah tersebut. Hal ini
dikarenakan bisnis startup mulai populer secara Internasional pada saat perusahaan dot-com
banyak didirikan secara bersamaan. Masa-masa itu dikenal dengan fase ’bubble dot-com’
yang berlangsung pada periode 1998-2000.
Pada masa ’bubble dot-com’, perusahaan-perusahaan sedang gencar untuk membuat
dan membuka website pribadinya. Hal ini semakin didukung dengan banyaknya orang yang
mengenal internet, sehingga berpeluang menjadi ladang baru untuk memulai bisnis. Dan saat
itulah, bisnis startup lahir dan terus berkembang.
Gambar 1.1
Kesenjangan digital yang nyata di Indonesia (Sumber: Data Badan Pusat Statistik)
2.4. Pengaruh Ekonomi Rintisan dan Ekonomi Digital terhadap Kontribusi PDB
Pembangunan ekosistem digital ini tentu tidak lepas dari beberapa aspek pendorong
meliputi: Pengembangan infrastruktur (baik hardware maupun software), besarnya pengguna
media sosial, penggunaan data yang massif hingga mudahnya memperoleh perangkat mobile.
Pesatnya pertumbuhan startup digital ini menjadi cerminan prospek yang cerah. Saat
ini, jumlah startup Indonesia sudah melebihi 1500 yang menjadikan Indonesia sebaga salah
satu negara dengan jumlah startup terbanyak di dunia. Pertumbuhan bisnis rintisan baru tentu
akan memberikan impact signifikan dalam penerapannya. Lihatlah bagaimana Go-Jek telah
mengubah model bisnis transportasi dalam negeri. Munculnya mode ekonomi baru telah
menciptakan disrupsi dalam berbagai bidang bisnis.
2.5. Peningkatan Daya Saing Ekonomi Rintisan dan Ekonomi Digital Indonesia
Pemerintah Indonesia di era sekarang memiliki sebuah visi besar dalam 12amper
ekonomi digital. Bagaimana tidak, pemerintah menargetkan Indonesia untuk menjadi
kekuatan ekonomi digital terbesar di ASEAN pada 2020, dengan proyeksi nilai transaksi e-
commerce mencapai 130 juta US Dollar pada tahun 2020. Meskipun visi ini terkesan
ambisius, namun Pemerintah memiliki dasar yang kuat dalam mencanangkan target ini. Salah
satu amper yang kuat adalah melihat fakta bahwa perilaku masyarakat Indonesia sangat
berorientasi digital. Data dari Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) serta We Are
Social menyebut kan bahwa pengguna internet Indonesia berada di kisaran 52%, dan sebagian
besar diantaranya mengakses internet secara mobile selama 4 jam per hari. Lebih jauh, saat
ini terdapat 370 juta kartu SIM aktif di Indonesia, jauh lebih besar dari populasi Indonesia
yang sudah hampir mencapai 270 juta penduduk.
Terlepas dari pembangunan infrastruktur yang belum merata, industri ekonomi digital
di Indonesia bisa dibilang sangat menggeliat. Hal ini ditandai dengan tumbuh pesatnya
berbagai perusahaan rintisan (start-up) yang berbasis aplikasi. Data dari situs
startupranking.com mencatat bahwa saat ini terdapat 1463 start-up di Indonesia. Angka ini
menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah start-up terbesar ketiga di dunia, hanya
kalah dari Amerika Serikat dan India.
Menariknya, tren pertumbuhan start-up ini dipelopori oleh para generasi muda yang
memiliki semangat sociopreneurship, yakni bagaimana mereka dapat menyelesaikan berbagai
masalah yang ada di masyarakat serta memberikan dampak yang signifikan lewat medium
teknologi. Salah satu contohnya adalah bagaimana Nadiem Makarim mendirikan Go-Jek
untuk mempermudah masyarakat dalam mendapatkan moda transportasi ojek yang cepat dan
dapat diandalkan.
Dampak yang ditimbulkan Go-Jek sangat signifikan. Dampak positifnya sudah jelas,
Go-Jek mendorong pertumbuhan lapangan kerja baru yang menjanjikan yang dapat
memberikan pemasukan lebih dibanding industri konvensional dengan jam kerja fleksibel.
Selain itu, Go-Jek juga mencoba menjadi solusi atas absennya pemerintah dalam
menyelesaikan masalah kemacetan dengan menawarkan mobilitas yang tinggi. Contoh lain
adalah William Tanuwijaya, CEO Tokopedia yang awalnya punya visi untuk mempermudah
siapapun agar dapat memulai bisnis mereka sendiri lewat medium internet. Ekonomi digital
memang memiliki dampak yang signifikan terhadap pembangunan di Indonesia.
Jika diamati pengguna internet aktif di Indonesia saat ini sangat banyak. Hal ini tentu
akan berdampak pada peluang bisnis yang juga akan semakin besar.
Pelayanan startup yang baik juga dapat mempengaruhi perkembangan bisnis startup
di Indonesia. Semakin baik dan bagus pelayanannya, maka konsumen juga akan
semakin banyak.
Tanpa adanya modal yang cukup, maka bisnis apapun tak akan bisa berkembang.
Selain modal, dukungan dari pemerintah juga menjadi penentu perkembangan dari
sebuah startup. Jika suatu bisnis tidak mendapat dukungan dari pemerintah, maka
kemungkinan besar bisnis tersebut akan sangat sulit untuk berkembang.
1. Tokopedia
Tokopedia menjadi salah satu startup e-commerce yang berasal dari Indonesia dengan
valuasi sekitar $7 miliar atau setara dengan 102 triliun rupiah. Sebuah riset dari firma
penelitian CB Insight menyebutkan bahwa Tokopedia menjadi top valuasi untuk bisnis startup
di Indonesia.
2. Go-Jek
Go-Jek merupakan startup ride-hailing pertama asal Indonesia yang mendapat gelar
‘Unicorn’. Perusahaan ini memiliki nilai valuasi sebesar $10 miliar atau setara dengan 151
triliun rupiah. Peningkatan valuasi Go-Jek ini dapat dikategorikan cukup signifikan mengingat
pada awal tahun pihak Go-Jek menyebutkan hanya memiliki valuasi berkisar $4,8 miliar saja.
3. Traveloka
Traveloka merupakan salah satu startup di indonesia besutan Fery Unardi yang
bergerak di bidang traveling. Saat ini, Traveloka telah memiliki nilai valuasi lebih dari $ 2
miliar atau setara dengan Rp26,6 tiriliun.
Revolusi Industri 4.0 mendorong berbagai negara di dunia untuk terus berinovasi
dalam ranah perekonomian digital. Melakukan inovasi dan mengikuti perkembangan yang
ada memang tidak selalu mudah. Ada berbagai macam tantangan yang dihadapi melalui
strategi-strategi yang terencana. Untuk kasus di tanah air, ada lima tantangan dalam investasi
digital ekonomi di Indonesia saat ini. Berikut di antaranya yaitu :
1. Cyber Security
Cyber security masih menjadi tantangan utama di berbagai negara dalam hal
perekonomian digital. Begitu pula dengan investasi digital ekonomi Indonesia. Sebagai
negara berkembang yang memiliki peluang besar, Indonesia memiliki arus transaksi online
yang semakin meningkat setiap tahunnya. Hal ini akan menjadi celah baru bagi pihak yang
tidak bertanggung jawab untuk melakukan penyerangan terhadap dunia cyber. Bahkan negara
kita pernah mendapat 1.225 miliar serangan cyber setiap harinya.
Sama halnya dengan pembangunan sumber daya manusia, faktor lain yang tak kalah
pentingnya adalah mengenai infrastruktur. Dalam hal ini, yang menjadi poin penting adalah
ketersediaan akses internet mumpuni di hampir seluruh wilayah. Sebab, akses internet inilah
yang memengaruhi investasi digital ekonomi di Indonesia.
Tantangan lainnya ialah mengenai adanya regulasi dan dasar hukum yang perlu dirancang
untuk mengikuti perkembangan zaman. Hukum klasik yang menyebutkan bahwa hukum
selalu berjalan tertatih-tatih mengejar perkembangan zaman mungkin akan berlaku jika aturan
main mengenai digital ekonomi di Indonesia tidak ditangani dengan optimal.
Setidaknya lima tantangan di ataslah yang saat ini sangat relevan dihadapi oleh
pemerintah dalam hal investasi digital ekonomi di Indonesia. Semoga ke depannya nanti
tantangan-tantangan tersebut bisa segera teratasi demi ekonomi digital yang semakin
berkembang di Indonesia.
BAB III
3.1 Kesimpulan
Ekonomi digital dan ekonomi rintisan (start up) sangat penting dalam menunjang
perekonomian di Indonesia. Apalagi pada masa modern sekarang, industri telah beralih dari
industri premier dan sekunder menjadi industri tersier. Tahap industri tersier (jasa) ini salah
satunya mencakup penunjang pertumbuhan ekonomi di Indonesia, sehingga merupakan salah
satu sektor perekonomian yang sangat berpotensi memberikan pengaruh terhadap
perkembangan perekonomian secara nasional maupun internasional.
Pada zaman sekarang tidak bisa dipungkiri bahwa Indonesia telah masuk ke dalam
industri 4.0 berbasis internet yang juga menunjang ekonomi rintisan (start up). Tetapi
memang masih terdapat tantangan terhadap pelaku ekonomi rintisan (start up) dan ekonomi
digital tersebut. Tetapi diharapkan pada pemerintahan kedua oleh Pak Ir. Joko Widodo,
Kementrian bidang Komunikasi dan Informatika serta Kementrian bidang Perekonomian
dapat mengembangkan sektor ekonomi rintisan dan ekonomi digital ini sebagai penunjang
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Karena Startup digital dapat melahirkan perusahaan
yang berkualitas dan memberikan dampak positif dengan menyelesaikan permasalahan-
permasalahan di masyarakat.Tidak hanya itu startup digital turut berperan dalam menciptakan
lapangan kerja baru.
3.2 Saran
Adapun harapan pada pemerintahan baru Pak Ir. Joko Widodo (Kabinet Indonesia
Maju) dengan penunjukkan Menteri Komunikasi dan Informatika Bapak Airlangga Hartarto
yang berasal sebagai Menteri Koordinator bidang Perekonomian dan Bapak Johny G Plate
selaku Menteri Komunikasi dan Informasi, dapat memajukan sektor ekonomi startup digital.
Pemerintahan yang baru melalui kementrian harus mengeluarkan peraturan pemerintah untuk
mendukung lancarnya ekonomi startup digital. Harus dikeluarkan paket kebijakan ataupun
ide-ide gemilang yang dapat mendukung tumbuhnya ekonomi startup digital sehingga dapat
memajukan perekonomian Indonesia melalui peningkatan PDB di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Tapscott, Don. (1997). The digital economy: promise and peril in the age of
networked intelligence. New York: McGraw-Hill. ISBN 0-07-063342-8
Dahlman, Carl J., "The Problem of Externality," The Journal of Law and
Economics 22, no. 1 (Apr., 1979): 141-162.