1 PB PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 11

Marine Fisheries ISSN 2087-4235

Vol. 9, No. 1, Mei 2018


Hal: 73-83

DISTRIBUSI UKURAN DAN POLA MUSIM PENANGKAPAN RAJUNGAN


(Portunus pelagicus) DI PERAIRAN KABUPATEN PANGKEP

Size Distribution and Fishing Season Patterns of Swimming Crab (Portunus pelagicus)
in The Waters of Pangkep District – South Sulawesi

Oleh:
Ihsan 1

FPIK, UMI Makassar: [email protected]

Diterima: 22 September 2017; Disetujui: 3 April 2018

ABSTRACT
The swimming crab potential is a resource that has high economic value. Therefore the
utilization needs to be done continuously and to achieve this is by conducting an important
research focussed on the size and the fishing season pattern of the swimming crab by studying the
pattern of the catching season, it is expected to improve the efficiency and effectiveness of the
catching time. The objective of this research is to 1. Map the distribution of the frequency and size
of crab and 2. Determine the pattern of fishing season in Pangkep waters. The research is
conducted from March to November 2016. It is located in Pangkep waters regency, South Sulawesi
Province. The data is collected through survey method consisted of primary and secondary data.
The data were analyzed using frequency distribution analysis approach and time series analysis
technique toward catch (kg) of fishing effort. The results obtained showed that the dominant female
crab caught with a size > 10.0 cm, as well as dominant male crabs caught with a size > 10 cm. The
fishing gear used is trap and gillnet. In addition the catching season is in May, June, July,
September, October and November. The peak season of catching season takes place in June and
September.
Keywords: Size distribution, Season pattern, swimming crab, at Pangkep District

ABSTRAK
Potensi sumberdaya rajungan, merupakan komoditas sumberdaya yang memiliki nilai
ekonomis penting, sehingga pemanfaatannya perlu dilakukan secara berkelanjutan. Untuk
mencapai hal tersebut maka ukuran hasil tangkapan dan pola musim penangkapan rajungan
menjadi penting untuk diteliti. Adanya informasi pola musim penangkapan, diharapkan dapat
meningkatkan efesiensi dan efektifitas waktu penangkapan rajungan. Penelitian ini bertujuan untuk
1) memetakan distribusi frekuensi dan ukuran rajungan yang tertangkap, dan 2) menentukan pola
musim hasil tangkapan rajungan di perairan Kabupaten Pangkep. Pelaksanaan penelitian
dilaksanakan mulai bulan Maret sampai bulan November 2016, di perairan Kabupaten Pangkep
Propinsi Sulawesi Selatan. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan metode
survei. Data yang dikumpulkan terdiri dari data hasil tangkapan rajungan per hari; panjang dan
lebar (cm) karapas dan berat (gram/kg) rajungan. Data dianalisis dengan menggunakan
pendekatan analisis distribusi frekuensi dan teknik analisis deret waktu (time series) terhadap hasil
tangkapan (kg) persatuan upaya penangkapan. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan
bahwa distribusi frekuensi rajungan betina, tertangkap berukuran < 10,0 cm, lebih sedikit
dibandingkan yang tertangkap di atas ukuran > 10,0 cm. Demikian juga rajungan jantan ukuran <
10,0 cm jumlahnya lebih sedikit dan ukuran rajungan > 10,0 cm lebih dominan tertangkap. Alat
tangkap yang digunakan adalah bubu lipat, dan gillnet rajungan. Pola musim penangkapan
74 Marine Fisheries 9(1): 73-83, Mei 2018

rajungan di perairan Kabupaten Pangkep terjadi pada bulan Mei, Juni, Juli, September, Oktober
dan November dan puncak musim berlangsung pada bulan Juni dan September.
Kata kunci: distribusi ukuran, pola musim, rajungan, Kabupaten Pangkep

PENDAHULUAN yang dihadapi selama ini adalah Permen KP No


1 tahun 2015 dimana ukuran rajungan yang
Rajungan merupakan jenis crustacea boleh ditangkap adalah ukuran > 10 cm, se-
dan termasuk dalam komoditi perikanan laut dangkan nelayan tidak membatasi diri terhadap
yang bernilai ekonomis penting yang memiliki ukuran hasil tangkapan yang boleh ditangkap.
pasaran ekspor yang tinggi. Saat ini rajungan Demikian juga musim puncak penangkapan be-
banyak diburu oleh nelayan dan umumnya lum dikenal dengan baik oleh nelayan. Nelayan
ditemukan di perairan pantai, dan laut dalam. hanya mengetahui bahwa musim penangkapan
Untuk memenuhi kebutuhan pasar masih rajungan tetap ada sepanjang tahun. Penelitian
mengandalkan penangkapan dari laut, dan un- ini bertujuan: 1) memetakan distribusi frekuensi,
tuk budidaya rajungan masih dalam proses ukuran rajungan yang tertangkap, dan 2) me-
penelitian, untuk menentukan metode budidaya nentukan pola musim hasil tangkapan nelayan
yang terbaik. Setiap tahun permintaan rajungan di perairan Kabupaten Pangkep. Hasil peneliti-
mengalami peningkatan, dan dikhawatirkan me- an ini diharapkan memberikan manfaat kepada
nyebabkan terjadi kelebihan tangkap rajungan nelayan dan para pengambil kebijakan terkait
pada masa yang akan datang. informasi musim penangkapan rajungan dan
Ihsan et al. (2014) mengatakan bahwa ukuran rajungan yang tertangkap.
potensi sumberdaya rajungan tidak tersebar
merata di seluruh perairan Kabupaten Pang-
kep. Hal ini dikarenakan perbedaan kondisi METODE PENELITIAN
lingkungan perairan. Pada umumnya rajungan
menyebar merata di seluruh kecamatan pesisir Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Maret-November 2016 dengan lokasi penelitian
pantai dan kecamatan kepulauan terdekat di
di perairan Kabupaten Pangkep Propinsi Sula-
Kabupaten Pangkep.
wesi Selatan (Gambar 1). Penelitian ini meng-
Rajungan hidup di perairan dangkal mu- gunakan alat dan bahan penelitian, sebagai-
lai kedalaman 2-70 m dengan substrat berpa-sir mana disajikan pada Tabel 1.
sampai berpasir berlumpur. Rajungan ba-nyak
berada di area perairan sekitar mang-rove, Metode pengumpulan data yang diguna-
kan dalam penelitian ini adalah dengan metode
padang lamun dan terumbu karang. Pada fase
survei (pengamatan langsung dilapangan) de-
zoea-crab banyak ditemukan di daerah perairan
ngan cara mengikuti operasi penangkapan di
pantai, termasuk rajungan dewasa sampai
yang mencapai umur 1 tahun (Adam et al. fishing ground rajungan yang ditetapkan nela-
2006; Sunarto 2012). Sumberdaya rajungan yan. Pengoperasian alat dilakukan selama pe-
nelitian berlangsung. Pemberangkatan dari fish-
banyak ditangkap oleh nelayan dengan meng-
ing base ke lokasi penangkapan dilakukan
gunakan gillnet dasar, mini trawl, dan bubu
pada pukul 05.00 atau 07.00 WIB. Pema-
lipat. Ditangkap dalam jumlah yang sangat
sangan dan penarikan jaring dilakukan 1-2 kali
banyak untuk dijual dalam bentuk segar dan
per-trip dengan lama perendaman alat untuk
beku di pasaran lokal dan ekspor.
satu kali penurunan sampai penarikan jaring
Tingkah laku rajungan dipengaruhi oleh berkisar 12 jam. Setelah masa perendaman
beberapa faktor alami diantaranya adalah per- jaring selesai maka dilakukan hauling diawali
kembangan hidup, kebiasaan makan, pengaruh dengan pengangkatan pelampung tanda per-
siklus bulan, reproduksi dan pengaruh parame- tama, kemudian diikuti dengan penarikan ba-
ter oseanografi diantaranya pasang surut. Ra- dan jaring secara keseluruhan sampai pada
jungan termasuk hewan perenang aktif, karena pengangkatan pelampung terakhir atau pelam-
selalu berenang aktif dari dasar hingga permu- pung tanda kedua. Pada saat pengangkatan
kaan air. Untuk menangkap rajungan diguna- jaring juga dilakukan pengumpulan hasil tang-
kan berbagai jenis alat tangkap diantaranya kapan. Setelah keseluruhan jaring dan hasil
gillnet dasar, bubu lipat dan mini trawl. Alat tangkapan diangkat kemudian perahu mening-
tangkap gillnet dan bubu lipat dioperasikan galkan fishing ground menuju fishing base.
secara pasif di dasar perairan dan mini trawl Sedangkan pengoperasian alat bubu lipat
dioperasikan secara aktif oleh nelayan dengan dilakukan setelah tiba di fishing base pada
cara ditarik (dihela) dengan kapal pada kece- pukul 05.00 atau 07.00 WIB. Pemasangan dan
patan tertentu didasar perairan. Permasalahan
Ihsan – Distribusi Ukuran dan Pola Musim Penangkapan Rajungan (Portunus pelagicus) … 75

Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian di perairan Kabupaten Pangkep

Tabel 1 Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini.

Alat-alat dan
Satuan Kegunaan
bahan
a. Alat-alat:
• Gillnet, bubu lipat unit • alat penangkapan rajungan
• Mistar cm • mengukur panjang dan lebar rajungan(cm)
• Alat tulis unit • untuk menulis data yang dikumpulkan
dalam penelitian
• Timbangan gram • menentukan berat rajungan
elektrik

b. Bahan:
• Rajungan ekor • Sampel
• Kuisioner eksemplar • Sebagai panduan dalam wawancara
dengan responden

penarikan bubu lipat dilakukan 1-2 kali per-trip sebut, kemudian perahu meninggalkan fishing
dengan lama perendaman alat untuk satu kali ground menuju fishing base.
penurunan sampai penarikan bubu lipat berki-
Parameter utama yang diamati dalam
sar 12 jam. Setelah masa perendaman bubu
penelitian ini adalah panjang, lebar (cm) kara-
lipat selesai maka dilakukan hauling diawali de-
pas dan berat (gram/kg) rajungan hasil tang-
ngan pengangkatan pelampung tanda pertama,
kapan gillnet, dan bubu lipat. Pengukuran dila-
kemudian diikuti dengan penarikan bubu lipat
kukan selama 4 bulan (16 minggu), dan setiap
satu persatu sampai pada pengangkatan pe-
minggu dilakukan pengukuran rajungan selama
lampung tanda terakhir atau pelampung tanda
3 kali secara acak. Jumlah rajungan yang
kedua. Pada saat pengangkatan bubu lipat juga
diukur setiap pengukuran 30-40 ekor. Untuk
dilakukan pengumpulan hasil tangkapan. Sete-
mengum-pulkan data produksi hasil tangkapan
lah keseluruhan bubu lipat dan hasil tangkapan
rajungan dilakukan pencatatan pada setiap
diangkat dan lokasi tersebut masih produktif
nelayan ko-lektor. Hasil tangkapan yang dicatat
maka bubu lipat tetap dioperasikan dilokasi ter-
berupa produksi rajungan setiap harinya
76 Marine Fisheries 9(1): 73-83, Mei 2018

Saripuddin dan Ihsan (2016), menyatakan dimana i = kuartal I, II, III, …..VI
bahwa perbandingan ukuran (Kg) hasil tang-
(5) Menyusun nilai rasio rata-rata dalam
kapan rajungan yang tertangkap, digunakan
matrik berukuran j x I yang disusun untuk
pendekatan distribusi frekuensi, sehingga di-
setiap kuartal dimulai kuartal VI-I,
ketahui sebaran ukuran rajungan yang ter-
kemudian menghitung rata-rata atau
tangkap. Langkah-langkah dalam penyusun-
variasi musim dan selanjutnya menghitung
an distribusi frekuensi antara lain:
indeks musim penangkapan.
a. mengurutkan data dari yang terkecil ke (i) Rasio rata-rata untuk kuartal ke-I (RRB)
terbesar RRBi = ...................... (5)
b. menentukan range (R) atau jangkauan
dari data, dengan cara data terbesar (ii) Jumlah rasio rata-rata kuartalan (JRRB)
dikurangi data terkecil (range/jangkauan). JRRB = ........................ (6)
c. menentukan banyaknya kelas (k) yakni k = Dimana i = I, II, III…….VI
1 + 3,3 log n, dimana k adalah banyaknya (iii) Indeks musim penangkapan
kelas dan n adalah banyaknya data. Karena jumlah rasio rata-rata kuartalan
d. menentukan panjang kelas yakni jangkau- (JRRB) tidak selalu sama dengan 400
an/range (R) dibagi banyaknya kelas (k) maka nilai rasio rata-rata kuartalan
e. menentukan batas bawah kelas pertama harus dikoreksi dengan suatu factor
f. menentukan frekuensi kelas dengan cara koreksi (FK)
menghitung jumlah ukuran yang masuk
FK = ......................................... (7)
lingkup kelas interval sesuai banyaknya
data. Selanjutnya indeks musim penangkap-
Analisis pola musim penangkapan ra- an (IMP) dihitung dengan persamaan:
jungan ditentukan dengan menggunakan teknik IMPi = RRBi x FK ......................... (8)
analisis deret waktu (time series) terhadap hasil Dimana i = I, II, III,……VI
tangkapan persatuan upaya penangkapan bu-
lanan rajungan selama enam tahun terakhir.
Pendugaan musim penangkapan dilakukan de- HASIL
ngan menganalisis data time series rajungan
Hasil perhitungan distribusi frekuensi ra-
selama tahun 2009 s/d tahun 2014 yang dida-
jungan secara umum menunjukkan bahwa
ratkan di perairan Kecamatan Sigeri, Kabupa-
dengan alat tangkap bubu lipat dan gillnet baik
ten Pangkep. Pola musim penangkapan ikan
betina maupun jantan, ukuran rajungan < 10,0
dianalisis dengan menggunakan pendekatan
cm lebih sedikit tertangkap jika dibandingkan
metode rata-rata bergerak (moving average).
dengan ukuran diatas > 10,0 cm.
Langkah penghitungannya menurut Dajan
(1983) dan dikembangkan formulanya oleh Hasil analisis distribusi frekuensi untuk
Wiyono (2001) adalah sebagai berikut: rajungan betina, tertangkap ukuran < 10,0 cm
sebanyak 64 ekor, sedangkan diatas ukuran >
(1) menghitung data deret waktu CPUE
10,0 cm sebanyak 770 ekor dari jumlah sampel
kuartal pertama tahun 2009 hingga tahun
yang diambil sebanyak 1526 ekor. Selengkap-
2014 yaitu:
nya histogram distribusi frekuensi rajungan beti-
Yi = CPUEi .......................................... (1)
na disajikan pada Gambar 2.
dimana i = 1,2,3,… n dan Yi = CPUE ke-i
Hasil analisis distribusi frekuensi untuk
(2) Menyusun rata-rata bergerak CPUE
rajungan jantan dari 1526 ekor yang disampling
kuartalan (RG).
terdapat rajungan jantan ukuran < 10,0 cm
RGi = ............................. (2) sebanyak 105 ekor dan ukuran rajungan jantan
dimana i = 4, 5, 6….., n – 1 > 10,0 cm sebanyak 587 ekor. Selengkapnya
histogram distribusi frekuensi rajungan jantan
(3) Menyusun rata-rata bergerak CPUE
disajikan pada Gambar 3.
terpusat (RGP).
................. (3) Hasil analisis distribusi frekuensi untuk
rajungan betina dan jantan dari 1526 ekor yang
dimana i = 4, 5, 6….., n – 1 disampling terdapat rajungan jantan ukuran <
10,0 cm sebanyak 169 ekor dan ukuran ra-
(4) Menghitung rasio rata-rata untuk tiap
jungan jantan > 10,0 cm sebanyak 157 ekor.
kuartal (Rb).
...................................... (4)
Ihsan – Distribusi Ukuran dan Pola Musim Penangkapan Rajungan (Portunus pelagicus) … 77

Gambar 2 Distribusi frekuensi ukuran (mm) rajungan betina yang tertangkap di perairan
Kabupaten Pangkep

Gambar 3 Distribusi frekuensi ukuran (mm) rajungan jantan yang tertangkap di perairan
Kabupaten Pangkep

Gambar 4 Distribusi frekuensi ukuran (mm) gabungan rajungan betina dan jantan yang
tertangkap di perairan Kabupaten Pangkep

Masih adanya ukuran rajungan yang ter- tahun 2009 s/d tahun 2014 disajikan pada
tangkap < 10 cm, merupakan suatu hal yang Tabel 2.
sulit dihindari oleh karena proses tertangkapnya
Musim dan Indeks Musim Penangkapan
rajungan lebih dominan terbelit-belit pada ja-
(%) dari hasil perbandingan rasio rata-rata
ring. Selengkapnya histogram distribusi freku-
untuk bulanan dengan faktor kondisi (FK)
ensi rajungan jantan disajikan pada Gambar 4.
berdasarkan data produksi rajungan selama
Hasil analisis rasio total rata-rata untuk lima tahun yakni tahun 2009-2014 diperoleh
bulanan (RRBi) adalah 12,74 dan faktor kondisi puncak musim penangkapan rajungan yakni
(FK) 94,21. Secara lengkap perbandingan pada bulan Juni, sebagaimana disajikan pada
antara RRBi dengan faktor kondisi berdasarkan Gambar 5.
data produksi rajungan selama lima tahun yakni
78 Marine Fisheries 9(1): 73-83, Mei 2018

Tabel 2 Hasil analisis rata-rata untuk bulanan (RRBi) dan indek musim penangkapan (IMP)
rajungan

Musim RRBI IMP (RRBi/FK)


Januari 0,78 73,6
Februari 0,65 61,4
Maret 0,64 59,9
April 0,70 65,8
Mei 1,34 126,5
Juni 1,62 152,5
Juli 1,13 106,4
Agustus 0,94 88,8
September 1,50 141,4
Oktober 1,37 129,4
Nopember 1,21 113,9
Desember 0,86 80,5
Total (rata-rata) 12,74
Faktor koreksi (FK) 94,21
Sumber: diolah berdasarkan hasil pengumpulan data di Lapangan

Gambar 5 Musim dan Indeks Musim Penangkapan (%) dari hasil perbandingan rasio rata-rata
untuk bulanan dengan faktor kondisi

PEMBAHASAN Mawaluddin et al. (2016), di perairan Lakara


Konawe Selatan Sulawesi Tenggara komposisi
Hasil analisis pemetaan distribusi fre- ukuran lebar karapas rajungan betina dewasa
kuensi rajungan betina, ukuran < 100 mm ter- berdasarkan siklus hidup fase bulan gelap
tangkap 64 ekor sedangkan diatas ukuran > 110,00-140,25 mm dengan rata-rata 119,71
100 mm tertangkap 770 ekor dari 1526 ekor mm dan fase bulan terang 110,64-120,40 mm
yang telah diukur. Hubungan kelas interval ter- dengan rata-rata 114,84 mm.
hadap distribusi frekuensi rajungan didominasi
pada kelas interval 112-123 mm dengan freku- Untuk rajungan jantan dari 1526 ekor
ensi 265 ekor atau 31,77% dari seluruh rajung- yang disampling, rajungan jantan ukuran <100
an betina, disusul kelas interval 100-111 mm mm sebanyak 105 ekor dan ukuran > 100 mm
dengan frekuensi 223 ekor atau 26,74% dari sebanyak 587 ekor. Hubungan kelas interval
seluruh rajungan betina dan kelas interval 124- distribusi frekuensi rajungan didominasi kelas
135 mm dengan frekuensi 172 ekor atau interval 112 – 123 mm sebanyak 217 ekor atau
20,62% dari seluruh rajungan betina. Rajungan 31,36%, kelas interval 100 - 111 mm sebanyak
yang tertangkap pada ukuran <100 mm hanya 177 ekor atau 25,58% dan kelas interval 124 –
sekitar 7,67% dari rajungan betina. Selain 3 135 mm sebanyak 127 ekor atau 18,35% dari
ukuran kelas interval yang mendominasi hasil seluruh hasil tangkapan rajungan jantan.
tangkapan rajungan betina juga terdapat kelas Rajungan jantan yang tertangkap pada ukuran
interval 136-171 mm dengan persentase hasil <10,0 cm hanya sekitar 15,17% dari seluruh
tangkapan sebesar 13,19%. Hal ini tidak jauh hasil tangkapan rajungan jantan. Selain 3
berbeda dengan hasil kajian Kembaren dan Su- ukuran kelas interval yang mendominasi hasil
rahman (2018) di Kepulauan Aru, dimana ra- tangkapan rajungan jantan juga terdapat kelas
jungan betina berkisar antara 92,5-181 mm interval 136 – 171 mm dengan persentase hasil
dengan lebar karapas rata-rata 141 mm (±16). tangkapan 9,54%. Kembaren dan Surahman
Ihsan – Distribusi Ukuran dan Pola Musim Penangkapan Rajungan (Portunus pelagicus) … 79

(2018) menunjukkan hasil kajian yang sama di dan betina. Disusul kemudian kelas interval
Kepulauan Aru, dimana sebaran ukuran lebar 100-111 mm dengan frekuensi 400 ekor atau
karapas (CW) rajungan jantan yang tertangkap 26,21% dari seluruh hasil tangkapan rajungan
selama penelitian berkisar antara 92,5-183 mm jantan dan betina dan kelas interval 124-135
dengan lebar karapas rata-rata 136 mm mm dengan frekuensi 299 ekor atau 19,59%
(±15,5). Mawaluddin et al. (2016) di perairan dari seluruh hasil tangkapan rajungan jantan
Lakara Konawe Selatan Sulawesi Tenggara dan betina.
komposisi ukuran lebar rajungan jantan dewasa
Rajungan jantan dan betina yang tertang-
berdasarkan siklus hidup pada fase bulan gelap
kap pada ukuran < 10,0 cm hanya sekitar
100,17-150,20 mm dengan rata-rata 114,33
11,07% dari seluruh hasil tangkapan rajungan
mm dan fase bulan terang 100,96-140,20 mm
jantan dan betina. Selain 3 ukuran kelas
dengan rata-rata 120,62.
interval yang mendominasi hasil tangkapan
Berdasarkan uraian tersebut hasil pene- rajungan jantan dan betina juga terdapat kelas
litian yang dilakukan oleh Harris (2003); Ihsan interval lebih besar ukurannya yakni 136-171
et al. (2015), rajungan dengan ukuran lebar mm dengan persentase hasil tangkapan
karapas > 130 mm di pasar Australia dibayar sebesar 19,76%. Dengan demikian secara
dengan harga premium. Borg dan Campbell keseluruhan dari 1526 ekor rajungan yang
(2003) mengusulkan untuk perikanan komersial disampling didominasi ukur-an lebih panjang 10
di Geographe Bay Australia ukuran layak tang- cm.
kap untuk rajungan sebesar 128 mm lebar
Ihsan et al. (2014) bahwa nelayan me-
karapas atau 64 mm panjang karapas sedang-
nangkap rajungan yang lebih dekat dari per-
kan untuk perikanan rekreasi (Recreational
airan pantai didominasi rajungan dewasa tapi
Fishing) ditetapkan ukuran legal sebesar 127
ukurannya masih lebih kecil jika dibandingkan
mm. Pemberlakuan regulasi ukuran minimum
dengan rajungan yang tertangkap nelayan yang
yang legal akan menjaga kelestarian sumber-
jauh dari pantai.
daya rajungan dan pasokan bahan baku indus-
tri pengalengan rajungan yang masih mengan- Peraturan Menteri Kelautan dan Perikan-
dalkan hasil tangkapan dari laut. Ihsan et al. an No 1/PERMEN-KP/2015, Pasal 3 ayat (1) c.
(2014) mengatakan bahwa lebar ukuran kara- ukuran rajungan (Portunus pelagicus spp.)
pas rajungan yang dominan tertangkap oleh yang boleh ditangkap yakni lebar karapas >10
nelayan masih dalam kriteria normal dimana cm (di atas sepuluh sentimeter). Permen ini se-
rajungan betina dengan jantan untuk ukuran harusnya tidak diberlakukan secara cepat tanpa
rajungan < 10 cm jumlahnya masih lebih kecil ada kajian lengkap di seluruh wilayah perairan
jika dibandingkan ukuran rajungan > 10 cm. Indonesia, supaya teridentifikasi perairan mana
yang mengalami over fishing atau over eksploi-
Zairion et al. (2015), di perairan Lampung
tasi rajungan dengan isu dan permasalahan
Timur, rajungan jantan berkisar antara 71,27-
masing-masing daerah. Karakteristik nelayan
181,17 mm dengan rata-rata 119,88 ± 19,86
dan potensi setiap daerah berbeda-beda, sa-
mm. Hosseini et al. (2012) bahwa lebar karapas
ngat sulit mengalihkan pekerjaan alternatif (pe-
rajungan di pantai Teluk Persia Iran, rajungan
kerjaan baru) kepada nelayan, tanpa ada sosia-
jantan berkisar antara 60-150 mm dan betina
lisasi terlebih dahulu. Pada umumnya nelayan
antara 50-145 mm.
memiliki kemampuan terbatas untuk mengganti
Hasil penelitian rajungan diperairan lain- alat baru yang dapat menangkap rajungan yang
nya seperti di perairan Pati ditemukan rata-rata berukuran lebih besar dari 100 mm.
ukuran tertangkap dan matang gonad rajungan
Menurut Syahrir (2011) bahwa nilai in-
masing-masing sebesar 108 mm dan 107 mm
deks musim penangkapan ikan dapat diguna-
(Ernawati et al. 2014), di perairan Timur Lam-
kan dalam penentuan waktu yang tepat dalam
pung rata-rata tertangkap pada lebar karapas
melakukan operasi penangkapan ikan. Kriteria
95,5 mm (jantan) dan 99,4 mm (betina) dan
yang dipakai dalam penentuan musim penang-
matang gonad pada lebar karapas 103 mm
kapan ikan adalah jika nilai IMP sama dengan
(Zairion 2015; Zairion et al. 2015), di perairan
atau lebih dari 100% dikatakan sebagai musim
Belitung rata-rata ukuran tertangkap pada lebar
penangkapan, sedangkan bukan musim pe-
karapas 93 mm dan mencapai ukuran matang
nangkapan apabila nilai IMP kurang dari 100%.
gonad pada lebar karapas 118,98 mm.
Selanjutnya menurut Gaspersz (1996), bahwa
Hubungan kelas interval terhadap distri- jika total indeks musim selama setahun untuk
busi frekuensi rajungan jantan dan betina ter- bulanan adalah 1200 atau rata-rata sama de-
tangkap didominasi pada kelas interval 112-123 ngan 100, sehingga total indeks musim untuk
mm dengan frekuensi 482 ekor atau 31,59% bulanan sebesar 400. Selanjutnya menurut
dari seluruh hasil tangkapan rajungan jantan Makridakis et al. (1983); Wiyono (2010) bahwa
80 Marine Fisheries 9(1): 73-83, Mei 2018

penentuan musim menggunakan kriteria Musim penangkapan rajungan turun pa-


diantaranya adalah jika indeks musim lebih dari da Bulan Juli jika dibandingkan pada Bulan Juni
1 (lebih dari 100%) atau di atas rata-rata, dan walaupun demikian masih dalam kategori pun-
bukan musim jika indeks musim kurang dari 1 cak musim penangkapan rajungan karena nilai
(kurang dari 100%) dan apabila IM = 1 (100%), indeksnya > 100%. Selanjutnya pada Bulan
nilai ini sama dengan harga rata-rata bulan-an Agustus nilai IMP 88,8 < 100%. Hasil penga-
sehingga dapat dikatakan dalam keadaan matan dan wawancara yang dilakukan dipero-
normal atau berimbang. leh informasi bahwa dipantai barat Selat Maka-
ssar terutama minggu terakhir bulan Juni-Agus-
Berdasarkan kriteria IMP yang disampai-
tus sedang mengalami musim pancaroba, yang
kan oleh Syahrir (2011) dari data yang diper-
diakibatkan oleh gelombang besar sehingga
oleh setelah dianalisis diperoleh indek musim
nelayan terkendala cuaca untuk melakukan pe-
penangkapan rajungan berada pada kisaran
nangkapan rajungan. Penyebab lainnya karena
terendah pada bulan Januari s/d Maret dan
pada Bulan Agustus adalah puncak musim pe-
tertinggi antara bulan April s/d Desember. Hasil
mijahan rajungan, dimana rajungan betina de-
analisis menunjukan bahwa pola musim pe-
wasa yang sudah matang gonad berada pada
nangkapan rajungan di perairan Kabupaten
dasar perairan yang lebih dalam dan jauh dari
Pangkep terjadi pada bulan Mei, Juni, Juli,
pantai. Ihsan et al. (2015) mengatakan bahwa
September, Oktober, November dan musim
rajungan dewasa betina setelah matang gonad
puncak penangkapan rajungan berlangsung pa-
sudah berangsur-angsur menjauhi dari perairan
da bulan Juni dan September. Jafar (2011)
pantai bergerak menuju ke perairan yang lebih
mengatakan bahwa produksi perikanan rajung-
dalam (lepas pantai), untuk melakukan pemi-
an di Desa Mattiro Bombang (Pulau Salemo,
jahan. Lokasi pemijahan rajungan dan daerah
Sabangko dan Sagara) Kabupaten Pangkep
penangkapan nelayan berbeda, memberikan
bulan Januari sebesar 828,3 kg dan menurun
keuntungan dan peluang yang besar pada ra-
bulan Februari sebesar 713,8 kg, bulan Maret
jungan untuk melakukan pemijahan. Selanjut-
pun mengalami penurunan sebesar 592,9 kg,
nya memasuki bulan September indeks musim
Bulan April produksi rajungan 540,1 kg, penangkapan rajungan meningkat kembali. Pa-
meningkat 1004 kg pada bulan Mei, disebabkan da bulan September merupakan akhir musim
peralihan musim barat ke musim timur dan penangkapan rajungan setiap tahunnya. Penu-
pada bulan Juni s/d bulan Juli produksi rajung- runan IMP mulai bulan Oktober, sampai No-
an turun masing-masing 824,7 kg, dan 446,5 vember. Pada bulan Desember, Januari, Febru-
kg. Selanjutnya pada bulan Agustus s/d ari, Maret, April dan Agustus tidak termasuk
Desember meningkat masing-masing sebesar dalam indeks musim penangkapan rajungan.
503,8 kg, 532,5 kg, 605,1 kg, 647,1 kg, dan
Pada bulan Desember-Maret setiap ta-
1022,5 kg. Uraian tersebut sejalan hasil pene-
hun wilayah perairan Kabupaten Pangkep kea-
litian Wiyono dan Ihsan (2015) hasil tangkapan
daan cuaca sangat jelek dimana angin barat
rajungan yang terbesar di Pangkajene Kepu-
bertiup sangat kencang yang menyebabkan
lauan terjadi pada musim kering/kemarau (Juni)
gelombang besar sehingga jumlah trip penang-
selama bulan baru (bulan gelap). Selanjutnya
kapan nelayan terbatas, akibatnya produksi ra-
perbandingan morfometrik gigi juga menyim-
jungan menurun. Kurangnya intensitas penang-
pulkan hal yang serupa dimana lebar, panjang
kapan yang dilakukan oleh nelayan selama 4
dan berat juga mencapai nilai tertinggi selama
bulan tersebut, jika dilihat dari sisi perlindungan
musim kemarau (Juni).
(konservasi) merupakan hal yang sangat baik
Almaida et al. (2015) di perairan Demak untuk mendukung, pertumbuhan dan perkem-
bahwa produksi atau hasil tangkapan dipenga- bangan rajungan. Masa paceklik dari musim
ruhi oleh musim penangkapan rajungan dan penangkapan rajungan, berakhir diperkirakan
jumlah trip penangkapan. Hasil tangkapan di sekitar bulan April. Hasil wawancara dengan
perairan Betahwalang-Demak pada musim pun- nelayan menunjukan bahwa setiap bulannya
cak penangkapan nelayan berkisar 20-30 kg/ tetap ada operasi penangkapan, dengan mem-
trip, bahkan dapat mencapai 40 kg/trip, musim perhatikan kondisi perairan jika memungkinkan
biasa/sedang (April-Juli dan Oktober-Novem- mereka melakukan operasi penangkapan ra-
ber) berkisar 4-7 kg/trip, dan musim paceklik jungan. Jarak lokasi penangkapan dengan
(Agustus dan September) sebanyak 1-4 kg/trip. pangkalan pendaratan atau perkampungan ne-
Sebagai perbandingan, rata-rata hasil tangkap- layan tidak jauh, dengan lama waktu tempuh
an nelayan rajungan Cirebon yang mengguna- menuju daerah penangkapan dari pangkalan
kan jaring kejer pada bulan Desember-Maret antara 0,5 - 1 jam.
(musim puncak) mencapai 40-60 kg/perahu/trip,
Berdasarkan uraian diatas dan wawanca-
sedangkan pada musim paceklik berkisar 3-10
ra dengan nelayan memberikan suatu indikasi
kg/perahu/trip (Bahtiar et al. 2012).
Ihsan – Distribusi Ukuran dan Pola Musim Penangkapan Rajungan (Portunus pelagicus) … 81

bahwa ukuran hasil tangkapan rajungan dipe- karapas 60-120 mm baik betina maupun jantan
ngaruhi oleh beberapa faktor antar lain: 1) mu- yaitu rata-rata sebesar 114,9±11,5 mm (betina)
sim penangkapan, 2) daerah penangkapan ra- dan 109,8±13,9 mm (jantan). Adapun rajungan
jungan, 3). siklus hidup rajungan dan 4) skala yang banyak tertangkap pada zona 2 memiliki
usaha nelayan. Keempat indikasi ini hubungan- lebar karapas berkisar antara 98-168 mm
nya sangat kuat, siklus (daur) hidup rajungan (betina) dan 92-158 mm (jantan).
antara pantai dan lepas pantai dimana perge-
rakan rajungan dari lepas pantai menuju pantai KESIMPULAN
sebagai tempat pengasuhan, mencari makan
dan pembesaran adalah komposisi rajungan Hasil pembahasan yang dilakukan, se-
yang berukuran kecil. lanjutnya diambil kesimpulan antara lain adalah
pemetaan distribusi frekuensi, ukuran rajungan
Pergerakan rajungan dari perairan pan- yang tertangkap, masing-masing rajungan beti-
tai menuju perairan lepas pantai pada saat na dan jantan yang berukuran < 10,0 cm ter-
rajungan sudah mencapai tahap kematangan tangkap lebih sedikit dibandingkan ukuran >
gonad. Ukurannya rajungan yang tertangkap di 10,0 cm lebih dominan tertangkap. Hubungan
sekitar perairan pantai masih lebih kecil diban- kelas interval terhadap distribusi frekuensi raju-
dingkan rajungan yang tertangkap di lepas pan- ngan didominasi pada kelas interval 112-123
tai. Rajungan yang tertangkap pada awal mu- mm dengan frekuensi 31,77% dari seluruh
sim penangkapan, ukurannya masih lebih kecil rajungan betina disampling. Hubungan kelas
dibandingkan bulan berikutnya. interval distribusi frekuensi rajungan didominasi
Nelayan yang menggunakan alat tang- kelas interval 112-123 mm sebanyak 31,36%
kap dengan armada sederhana maka lingkup dari seluruh rajungan betina disampling. Pola
penangkapannya hanya sekitar pantai ukuran musim penangkapan rajungan di perairan Ka-
hasil tangkapan lebih kecil dibandingkan nela- bupaten Pangkep terjadi pada bulan Mei, Juni,
yan yang memiliki armada penangkapan yang Juli, September, Oktober dan November dan
lebih besar maka daerah penangkapannya le- puncak musim penangkapan berlangsung pada
bih jauh dari pantai, tentunya ukuran hasil tang- bulan Juni dan September di perairan Kabu-
kapannya lebih besar. Menurut Effendy et al. paten Pangkep.
(2006), rajungan hidup di daerah estuaria ke-
mudian bermigrasi ke perairan yang mempu-
nyai salinitas yang lebih tinggi, saat telah dewa- SARAN
sa, rajungan yang siap memasuki masa perka- Untuk menjaga keseimbangan potensi
winan akan bermigrasi di daerah pantai, setelah sumberdaya rajungan maka, disarankan me-
melakukan perkawinan, rajungan akan kembali nangkap rajungan pada ukuran diatas lebih
ke laut untuk menetaskan telurnya. Ernawati et besar 10 cm, dengan alat tangkap bubu lipat
al. (2013), menunjukkan bahwa kedalaman >20 dan gillnet rajungan. Waktu tertentu diluar pola
meter, ukuran lebar karapaks rajungan betina musim penangkapan rajungan yang teridentifi-
yang tertangkap berukuran rata-rata 189 mm. kasi, disarankan mengurangi intensitas penang-
Ernawati et al. (2014) di perairan sekitar wila- kapan. Hal ini dimaksudkan untuk memberi
yah Pati Jawa tengah pada bulan Desember kesempatan rajungan pada pemulihan.
diduga rajungan betina bermigrasi di luar area
fishing ground. Rajungan betina melakukan mi-
grasi ke perairan yang lebih dalam untuk mela-
UCAPAN TERIMA KASIH
kukan pemijahan. Dijelaskan bahwa variasi nis-
bah kelamin disebabkan oleh migrasi rajungan Penulis mengucapkan terima kasih kepa-
betina yang telah matang gonad menuju ke da Direktorat Riset dan Pengabdian kepada
daerah berpasir untuk menetaskan telurnya Masyarakat, Direktorat Jenderal Penguatan
(Sumpton et al.1994). Perubahan tingkah laku Riset dan Pengembangan Kementerian Riset,
dalam mencari makan rajungan betina selama Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yang telah
periode musim pemijahan dapat mengurangi membiayai penelitian ini melalui Kegiatan Pe-
tertangkapnya rajungan betina oleh bubu (Xiao nelitian Produk Terapan (Hibah Bersaing) dan
dan Kumar 2004). para reviewer yang telah banyak memberikan
masukan dan komentar untuk memperbaiki
Nugraheni et al. (2015) kelas ukuran
tulisan ini.
rajungan berdasarkan lebar karapas yang ter-
tangkap pada zona yang berbeda di perairan
Kabupaten Pati, zona 1 memiliki lebar berkisar
60-138 mm (betina) dan 60-128 mm (jantan). DAFTAR PUSTAKA
Rajungan yang paling banyak tertangkap di Almaida SD, Wijayanto, Ghofar A. 2015. Anali-
zona 1 adalah rajungan dengan kisaran lebar sis Perbandingan Pendapatan Nelayan
82 Marine Fisheries 9(1): 73-83, Mei 2018

Bubu Desa Betahwalang dengan Pola (L.) in Moreton Bay, Queensland. Asian
Waktu Penangkapan Berbeda. Fisheries Fisheries Science. 7: 103-113.
Resources Utilization Management and
Hosseini M, Vazirizade A, Parsa Y, Mansori A.
Technology Journal. 4(3): 1-9.
2012. Sex Ratio, Size Distribution and
Adam, Jaya I, Sondita MF. 2006. Model Nume- Seasonal Abundance of Blue Swimming
rik Difusi Populasi Rajungan Crab, Portunus Pelagicus (Linnaeus,
1758) in Persian Gulf Coasts, Iran. J.
(Portunus Pelagicus) di perairan Selat Maka-
World Applied Sciences.17(7): 919-925.
ssar. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Peri-
kanan Indonesia. 13(2): 83-88. Ihsan, Wiyono ES, Wisudo SH, Haluan J.
2015. Alternatif Pengelolaan Perikanan
Bahtiar, Nuva R, Hidayat N K, Anggraeni D.
Rajungan (Portunus pelagicus) di Perair-
2012. Profitabilitas Pengelolaan Perikan-
an Kabupaten Pangkep Sulawesi Sela-
an Tangkap Lestari: Aplikasi Kebijakan
tan. Jurnal Kebijakan Perikanan Indone-
Pembatasan Ukuran Tangkap (Minimum
sia (JPPI). Volume 7 Nomor 1 Mei 2015.
Legal Size) Rajungan di Cirebon. Jurnal
Ekonomi Lingkungan. 16(2): 78-87. Ihsan, Wiyono ES, Wisudo SH, Haluan J. 2014.
A Study of Biological Potential and
Borg J, Campbell C. 2003. Management of the
Sustainability of Swimming Crab Popu-
Proposed Geographe Bay Blue Swimmer
lation in the Waters of Pangkep Regency
and Sand Crab Managed Fishery. A ma-
South Sulawesi Province. International
nagement Discussion Paper. Fisheries
Journal of Sciences: Basic and Applied
Management Paper No. 170.
Research (IJSBAR). 16(1): 351-363.
Dajan A. 1983. Pengantar Metode Statistik. Ji-
Ihsan, Wiyono ES, Wisudo SH, Haluan J. 2014.
lid I. LP3ES. Jakarta.
Pola Musim dan Daerah Penang-kapan
Ernawati T, Boer M, Yonvitner. 2014. Biologi Rajungan (Portunus Pelagicus) di
Populasi Rajungan (Portunus pelagicus Perairan Kabupaten Pangkep. (Season
Linnaeus) di Perairan Sekitar Wilayah and Patterns of Catching Swimming Crab
Pati, Jawa Tengah. Bawal. 6(1): 31-40. (Portunus pelagicus) in Pangkep Water
Regency). Marine Fisheris. Jurnal Tekno-
Effendy S, Sudirman, Bahri S, Nurcahyono E.
logi dan Manajemen Perikanan Laut.
Batubara H, Syaichudin. 2006. Petunjuk
5(2): 109-202.
Teknis Pembenihan Rajungan Portunus
Pelagicus Linnaeus. (Makalah). Departe- Kembaren DD, Surahman A. 2018. Struktur U-
men Kelautan dan Perikanan Direktorat kuran dan Biologi Populasi Rajungan
Jenderal Perikanan Budidaya. Balai Bu- (Portunus Pelagicus Linnaeus, 1758) di
didaya Air Payau Takalar. Perairan Kepulauan Aru. Jurnal Peneliti-
an Perikanan Indonesia. Volume 24 No-
Gazperz JP. 1996. Analisis Sistem Terapan
mor 1 Maret 2018.
Berdasarkan Pendekatan Teknik Industri.
Bandung: Tarsito. Kembaren DD, Ernawati T, Suprapto. 2012.
Biologi dan Parameter Populasi Raju-
Ihsan. 2016. Hubungan parameter Oseanografi
ngan (Portunus Pelagicus) di Perairan
terhadap Pendugaan Distribusi Spasial
Bone dan Sekitarnya. Jurnal Penelitian
Siklus Hidup Rajungan di Perairan Kabu-
Perikanan Indonesia. J. Lit. Perikan. Ind.
paten Pangkep. Seminar Nasional Peri-
18(4): 273-281.
kanan dan Kelautan 2016. Dilaksanakan
tanggal 17-11-2016. Prosiding. Fakultas Jafar L. 2011. Perikanan Rajungan di Desa
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mattiro Bombang (Pulau Salemo, Sa-
Padjajaran (UNPAD) Bandung. ISBN: bangko dan Sagara) Kabupaten Pang-
978-602-439-085-3. kep. [Skripsi]. (tidak dipublikasi). Pro-
gram Studi Manajemen Sumberdaya
Saripuddin, Ihsan. 2016. Distribusi Ukuran Ra- Perairan Jurusan Perikanan Fakultas
jungan yang Tertangkap dengan Bubu Ilmu Kelautan dan Perikanan Universi-
Lipat di Perairan Kelurahan Bira Keca-
tas Hasanuddin. Makassar 2011.
matan Tamalanrea Kota Makassar.
Skripsi. Program Studi PSP FPIK UMI Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Re-
Makassar. Tidak dipublikasikan. publik Indonesia Nomor 1/PERMEN-KP/
2015 Tentang Penangkapan Lobster (Pa-
Sumpton WD, Potter MA, Smith GS. 1994. nulirus Spp.), Kepiting (Scylla Spp.), dan
Reproduction and Growth of the Co- Rajungan (Portunus Pelagicus Spp.).
mmercial Sand Crab, Portunus pelagicus
Ihsan – Distribusi Ukuran dan Pola Musim Penangkapan Rajungan (Portunus pelagicus) … 83

Berita Negara Republik Indonesia Tahun Wiyono ES, Ihsan. 2015. The Dynamic of
2015 Nomor 7. Landing Blue Swimming Crab(Portunus
Pelagicus) Catches in Pangkajenne Ke-
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Re-
pulauan, South Sulawesi, Indonesia. A-
publik Indonesia Nomor 2/PERMEN-KP/
quaculture, Aquarium, Conservation &
2015 Tentang Larangan Penggunaan
Legislation International Journal of the
Alat Penangkapan Ikan Pukat Hela
Bioflux Society. (AACL BIOFLUX)2015,
(Trawls) dan Pukat Tarik (Seine Nets) di
Volume 8, Issue 2. http://www.bioflux.
Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara
com.ro/aacl.
Republik Indonesia. Berita Negara Repu-
blik Indonesia Tahun 2015 Nomor 31. Wiyono ES. 2010. Komposisi, Diversitas dan
Produktivitas Sumberdaya Ikan Dasar di
Mawaluddin, Halili, Palupi RD. 2016. Komposisi
Perairan Pantai Cirebon, Jawa Barat.
Ukuran Kepiting Rajungan (Portunus Pe-
Jurnal Ilmu Kelautan UNDIP. www.ijms.
lagicus) Berdasarkan Fase Bulan di Per-
undip.ac.id. Desember 2010. 15(4): 214-
airan Lakara, Konawe Selatan, Sulawesi
220. ISSN 0853-7291. 214-220.
Tenggara. Jurnal Manajemen Sumber
Daya Perairan. 1(3): 299-310. Wiyono ES. 2001. Optimasi Manajemen Peri-
kanan Skala Kecil di Teluk Pelabuhan-
Marshall, Warburton SK, Paterson B., Mann D.
ratu, Jawa Barat. [Tesis] Bogor. Institut
2004. Cannibalism in Juvenile Blue-
Pertanian Bogor.
Swimmer Crabs Portunus Pelagicus (Lin-
naeus, 1766): Effects of Body Size, Moult Zairion, Wardiatno Y, Fahrudin A. 2015. Sexual
Stage and Refuge Availability. Maturity, Reproductive Pattern and
Spawning Female Population of the Blue
Nugraheni DI, Fahrudin A, Yonvitner. 2015.
Swimming Crab, Portunus Pelagicus
Variasi Ukuran Lebar Karapas dan Ke-
(Brachyura: Portunidae) in East Lampung
limpahan Rajungan (Portunus pelagicus
Coastal Waters, Indonesia. Indian J. of
Linnaeus) di Perairan Kabupaten Pati.
Science and Technology. 8(7): 596-607.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tro-
pis. 7(2): 493-510. Zulkarnain, Wisudo SH, Wahju RI. 2011.
Teknologi Penangkapan dan Peluang
Sunarto. 2012. Karakteristik Bioekologi Raju-
Usaha Perikanan Tenggiri (Scombero-
ngan (Portunus Pelagicus) di Perairan
morus Commerson) di Kabupaten Beli-
Laut Kabupaten Brebes. Disertasi (tidak
tung. Buletin PSP-IPB. XIX(2): 19-33.
dipublikasikan). Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor Xiao Y, Kumar M. 2004. Sex Ratio and Proba-
bility of Sexualmaturity of Females at
Syahrir. 2011. Manajemen Penangkapan Ikan
Size of the Blue Swimmer Crab, Portu-
Pelagis di Perairan Teluk Apar Kabupa-
nus pelagicus Linnaeus off Southern
ten Paser Provinsi Kalimantan Timur. Di-
Australia. Fisheries Research. 68: 271–
sertasi (tidak dipublikasikan). Sekolah
282.
Pascasarjana IPB. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai