Laporan Bwesar PMM Bu Nar
Laporan Bwesar PMM Bu Nar
Laporan Bwesar PMM Bu Nar
KADAR VOLATIL
Dosen Pembimbing :
Umi Rahayu, SKM., M.Kes
A.T Diana Nerawati, SKM., M.Kes
Narwati, S.Si., M.Kes
Penyusun :
Kelompok B
1. Tegar Ardiyansah P27833317027
2. Aprilia Putri Agnia P27833317028
3. Dewi Rohmatun Nabila P27833317029
4. Amira Balqis Mardatillah P27833317030
5. Galih Agata Pascariti P27833317031
6. Dini Qurota Ayunin P27833317032
7. Namira Kholifatul P. P27833317033
8. Sayyidah Nafysah Ahmad P27833317034
9. Mega Jihan Salsa Billa P27833317036
10. Eliza Anvi Irawan P27833317037
11. Citra Mawar Pratiwi P27833317038
12. Afifah Qurota A’yun P27833317055
Akhir kata, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, namun tetap
besar harapan kami materi yang akan kami berikan dapat bermanfaat, dan memberi wawasan
serta pengetahuan baru bagi pembaca khususnya para mahasiswa Jurusan Kesehatan
Lingkungan Poltekkes Kemenkes Surabaya. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
SUB 1
SUB 2
SUB 3
ii
LAPORAN PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN & MINUMAN – A
Dosen Pembimbing :
Umi Rahayu, SKM., M.Kes
A.T Diana Nerawati, SKM., M.Kes
Narwati, S.Si., M.Kes
Penyusun :
Kelompok B
Sub 1
1. Galih Agata Pascariti P27833317031
2. Dini Qurota Ayunin P27833317032
3. Sayyidah Nafysah Ahmad P27833317034
4. Afifah Qurota A’yun P27833317055
1
PEMERIKSAAN STAPHYLOCOCCUS PADA MAKANAN BANDENG OLAHAN
I. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan Staphylococcus pada makanan.
Waktu : 08.00-Selesai
2
1,268% (air payau). Asam lemak tidak jenuh tertinggi oleat 31-32%, mineral makro
pada daging ikan bandeng yaitu: Ca, Mg, Na dan K. Mineral mikronya terdiri dari Fe,
Zn, Cu, Mn. Kandungan vitamin daging ikan bandeng meliputi vitamin A, B1 dan
B12.
B. Staphylococcus
Staphylococcus aureus adalah bakteri bola berpasang-pasangan atau
berkelompok seperti buah anggur dengan diameter 0,8 mikron – 1,0 mikron. Non
motil, tidak berspora dan bersifat gram positif namun kadang-kadang ada yang
bersifat gram negative yaitu pada bakteri yang telah difagositosis atau pada biakan tua
yang hamper mati. Dinding selnya mengandung asam yaitu sekitar 40%. Bakteri ini
menyebabkan beberapa gangguan kesehatan salah satunya mengahsilkan toksin(
Enterotoksin ) yang akan mengakibatkan kelainan berupa keracunan makanan. Masa
inkubasi penyakit ini pendek 1-8 jam ( rata-rata 3 jam ) setelah korban mengkonsumsi
makanan yang mengandung enterotoksin biasanya langsung mual, muntah, kejang
perut, dan diare.
Sifat koloni dari Staphylococcus aureus pada media agar koloni akan tampak
berbentuk bulat, halus, menonjol, berkilau-kilauan, dan membentuk sebagian pigmen.
Pigmen akan tampak paling baik bila dieramkan pada temperature 20 0C. dengan
adanya pigmen tersebut koloni dapat bewarna orange, kuning, putih dan walaupun
sangat jarang ada pula yang bewarna ungu. Diameter koloni antara 1-3 µm, dapat
mencapai 10 µm setelah inkubasi 5 hari. ( Anonim.2003 )
C. Media pertumbuhan
Media Pepton Water merupakan media pertumbuhan atau media dasar untuk
fermentase karbohidrat. Media pepton water direkomendasikan sebagai media
pengencer untuk keperluan pengkaya mikroba seperti yang telah dijelaskan oleh FOA
dan USP_NF, berguna sebagai media pengencer atau untuk membuat suspense
pencacahan mikroba. Media ini mengandung nutrisi yang rendah yaitu hanya
mengandung 1,0 gram pepton sehingga tidak cocok digunakan sebagai media
pertumbuhan atau pemeliharaan. (Oxoid.2017)
3
Tabel 1.Komposisi Media Pepton Water
Sumber: Oxoid.2017
Media TSB ( Triticase Soya Broth ) media ini merupakan untuk memperbanyak
mikroba media ini mengandung kedelai dan kasein yang menyediakan asam amino
dan zat nitrogen mempertahankan ekuilibrum osmotic.
4
10. Gelasukur 100 ml
11. Autoclave
12. Incubator
13. Water bad
14. Mortar dan Alu
15. Cool box
16. Timbangan Analitik
B. Bahan
1. Sampel Ikan Bandeng Olahan
2. Pepton water
3. TSB (Tryptone Soya Broth)
4. MSA (Mannitol Salt Agar)
5. Kapas
6. Aluminium voil
7. Alcohol 70%
8. Aquades
9. Tali rami
10. Kertas cokelat
11. Etiket
12. Handscoon
13. Masker
VI. Perhitungan
A. Peptone Water
𝟏𝟓𝐠𝐫 𝐱
= 𝟐𝟐𝟓 𝐦𝐥
𝟏𝟎𝟎𝟎
𝟏𝟓𝐠𝐫 𝐱 𝟐𝟐𝟓 𝐦𝐥
=x
𝟏𝟎𝟎𝟎
x = 3,375 gr
x = 0,9 gr
5
C. MSA (Mannitol Salt Agar)
𝟏𝟎𝟖 𝐠𝐫 𝐱
= 𝟓𝟎𝐦𝐥
𝟏𝟎𝟎𝟎
𝟏𝟎𝟖 𝐠𝐫 𝐱 𝟓𝟎 𝐦𝐥
=x
𝟏𝟎𝟎𝟎
x = 5,4 gr
A. Pembuatan Media
1. Pepton Water
a. Menyiapkan aquades dan media Pepton Water diatas meja.
b. Menimbang media Pepton Water sebanyak 3,375 gram diatas kertas
timbang dengan menggunakan timbangan.
c. Mengukur aquades sebanyak 90 ml dengan gelas ukur.
d. Memasukkan aquades dan media Pepton Water kedalam erlemeyer, lalu
mengaduknya hingga tercampur.
e. Kemudian, menutup mulut erlemeyer dengan kapas dan aluminium foil.
f. Menyeterikan Pepton Water kedalam autoclave dengan suhu 121oC selama
15 menit.
g. Sesudah 15 menit, angkat erlemeyer yang berisi media Pepton Water dari
dalam autoclave.
2. Tryptone Soya Broth (TSB)
a. Menyiapkan aquades dan media Tryptone Soya Broth di atas meja.
b. Menimbang media Tryptone Soya Broth denganberat 0,9 gramdiatas
kertas timbang dengan menggunakan timbangan.
c. Mengukur aquades sebanyak 30 ml dengan gelas ukur.
d. Memasukkan aquades dan media Tryptone Soya Broth kedalam beker
glass, mengaduknya dengan hingga tercampur.
e. Kemudian, masukan media Tryptone Soya Broth kedalam tabung reaksi
sebanyak 5 ml, menutup mulut tabung reaksi dengan kapas.
f. Menyeterikan media Tryptone Soya Broth kedalam autoclave, dengan
suhu 121oC selama 15 menit.
6
g. Sesudah 15 menit, angkat erlemeyer yang berisi media Tryptone Soya
Broth dari dalam autoclave.
3. Manitol Salt Agar (MSA)
a. Menyiapkan aquades dan media Manitol Salt Agar di atas meja.
b. Menimbang media Manitol Salt Agar dengan berat 5,4 gram diatas kertas
timbang dengan menggunakan timbangan.
c. Mengukur aquades kedalam gelas ukur sebanyak 50 ml
d. Memasukkan aquades dan media Manitol Salt Agar kedalam erlemeyer,
lalu mengaduknya hingga tercampur.
e. Mendidihkan media Manitol Salt Agar kedalam waterbath, mengaduknya
hingga tercampur sempurna.
f. Matikan nyala api, lalu menutup mulut erlemeyer dengan kapas dan
aluminium foil.
g. Kemudian, mengangkat erlemeyer yang berisi media Manitol Salt Agar
dari waterbath.
h. Menyeterikan Manitol Salt Agar kedalam autoclave, dengan suhu 121oC
selama 15 menit.
i. Sesudah 15 menit, angkat erlemeyer yang berisi media Manitol Salt Agar
dari dalam autoclave.
B. Sterilisasi
1. Sterilisasi Alat Kerja
a. Lakukan disinfeksi meja kerja dengan cara menyemprotkan alkohol 70%
secara merata.
b. Menyiapkan alat yang dibutuhkan.
c. Selanjutnya, menyetrilkan tangan dengan alkohol 70%, lalu menggunakan
handscoon.
d. Menyeterilkan kembali tangan dengan alkohol 70%. (yang sudah diberi
handscoon).
e. Menyemprot alat yang akan digunakan dan yang akan disterilkan dengan
alkohol 70%.
f. Kemudian, membungkus alat yang akan disterilkan dengan kertas coklat
dan mengikatnya dengan benang.
g. Untuk tabung reaksi, tutup mulut tabung dengan menggunakan kapas.
7
h. Memasukkan alat ke dalam autoclave dengan suhu 121oC selama 20
menit.
i. Setelah 20 menit, mengangkat alat yang sudah disterilkan dari autoclave,
letakkan dimeja kerja yang sudah steril.
2. Sterilisasi Bahan/ Media
a. Lakukan disinfeksi meja kerja dengan cara menyemprotkan alkohol 70%
secara merata.
b. Menyiapkan bahan yang akan digunakan.
c. Selanjutnya, menyetrilkan tangan dengan alkohol 70%, lalu menggunakan
handscoon.
d. Menyeterilkan kembali tangan dengan alkohol 70%. (yang sudah diberi
handscoon).
e. Memasukkan aquades dan media sesuai takaran kedalam erlemeyer, aduk
dan tutup dengan kapas dan aluminium foil.
f. Untuk tabung reaksi, tutup mulut tabung dengan menggunakan kapas.
g. Memasukan alat ke dalam autoclave dengan suhu 121oC selama 15 menit.
h. Setelah 15 menit, mengangkat bahan yang sudah disterilkan dari
autoclave, letakkan di meja kerja yang sudah steril.
C. Hari ke-1
1. Pengambilan Sampel Makanan – Ikan Bandeng Olahan
a. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
b. Menyeterilkan tangan dengan cara menyemprotkan alcohol 70%.
c. Mengunakan handscoon pada pengambilan sampel, lalu nyalakan Bunsen.
d. Mengambil sample Ikan Bandeng Olahan menggunakan sendok steril
yang telah disemprot dengan alcohol lalu masukkan kedalam petridish
(Melakukan kegiatan tersebut di dekat nyala api Bunsen).
e. Masukkan sample Ikan Bandeng Olahan kedalam cool box yang telah
berisi es batu, menulis identitas sampel pada form pengambilan sampel
dengan ketentuan sebagai berikut :
Nama petugas
Lokasi pengambilan sampel
Waktu pengambilan sampel
Nama sampel makanan
f. Melakukan pemeriksaan sample di Laboratorium.
8
g. Lalu menimbang sampel Ikan Bandeng Olahan di atas timbangan analitik
dengan berat 25 gram.
h. Selanjutnya, haluskan sampel Ikan Bandeng Olahan tersebut
menggunakan mortal dan alu.
i. Menyiapkan media Pepton Water yang di dalam Erlenmeyer steril, lalu
memasukkan sampel Ikan Bandeng kedalam Erlenmeyer steril, aduk
hingga tercampur rata.
j. Memflambir mulut Erlenmeyer di atas nyala api Bunsen dan menutup
mulut Erlenmeyer menggunakan kapas.
2. Media Pemupuk
Pemeriksaan Staphylococcus
a. Menyiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan
b. Menyeterilakan meja kerja dengan cara menyemprotkan alkohol 70%
c. Menyeterilkan tangan dengan cara menyemprotkan alkohol 70%
d. Menggunakan masker dan handscoon
e. Lalu letakkan botol erlenmeyer yang berisi sampel, bunsen, mata ose,
tabung reaksi 6 buah(5 untuk sample dan 1 untuk kontrol) yang berisi
media pemupuk Tryptone Soya Broth diatas meja kerja
f. Menyalakan bunsen dengan korek api
g. Memijarkan mata ose diatas bunsen agar mata ose tetap steril
h. Mata ose dibiarkan agar tidak terlalu panas
i. Kemudian buka alumunium foil dan kapas yang terdapat pada botol
erlenmeyer sampel, dekatkan dengan nyala api bunsen.
j. Memflambir mulut botol Erlenmeyer sampel menggunakan bunsen
k. Menyelupkan mata ose steril kedalam botol erlenmeyer yang berisi
sampel, fungsinya untuk mengambil air sampel
l. Memflambir mulut tabung reaksi yang berisi Tryptone Soya Broth dengan
bunsen
m. Masukkan mata ose yang telah dimasukkan botol erlenmeyer yang berisi
sampel kedalam tabung reaksi yang berisi media pemupuk Tryptone Soya
Broth
n. Homongenkan larutan dengan cara mengadukkan menggunakan mata ose
o. Lakukan langkah nomor 7-14 sebanyak 2 kali
9
p. Memasukkan media pemupuk Tryptone Soya Broth yang telah tercampur
dengan sampel air kedalam inkubator selama 1x24 jam
D. Hari ke-2
1. Mengeluarkan media Pemupuk Tryptone Soya Broth yang sudah pada
inkubator
2. Membawa sampel tersebut ke ruang laboratorium, letakkan di meja yang
sudah disterilkan dengan alkohol 70%.
3. Menyiapkan alat dan bahan yang akan dibutuhkan
4. Menyeterilkan tangan dengan menggunakan 70%
5. Menggunakan masker dan handscoon
6. Melihat perbedaan fisik pada tabung reaksi sample dengan tabung reaksi
kontrol
7. Mencatat hasil perbedaannya, jika terdapat endapan keruh maka dilanjutkan
dengan metode tuang menggunakan media agar.
Berikut cara kerjanya :
10
11) Membuatkembali 1 media Manitol Salt Agarsebagaikontrol
12) Memasukkan pertidisk ke dalam inkubator dengan suhu 37º selama
1x24 jam
E. Hari ke-3
1. Mengambil petridis yang berisi media Manitol Salt Agar yang sudah
dibiakkan dengan koloni bakteri dari dalam inkubator.
2. Melihat, mengamati apa perbedaannya (warna dan terdapatnya koloni bakteri
Stapyhlococcus) yang terjadi.
3. Sampel makanan ikan bandeng olahan tersebut dikatakan positif apabila
berwarna kuning atau emas pada media Manitol Salt Agar.
4. Mencatat hasil pengamatan bakteri Staphylococcus
VIII. Hasil
2. a. Metode Tuang
Tidak ada pertumbuhan koloni.
Manitol Salt Agar
Negatif (-) Akan tetapi warna media sedikit
(MSA)
keruh
IX. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian, sampel ikan bandeng olahan (presto) yang kami beli
di Warung Tenda Hijau, depan kampus Kesehatan Lingkungan Surabaya negatif
mengandung bakteri staphylococcus sp. Kami memilih sampel ikan bandeng karena
bandeng merupakan jenis ikan yang sering dikonsumsi masyarakat. Bandeng presto
adalah salah satu makanan hasil olahan dari ikan bandeng (Chanos canos) melalui proses
pemanasan dan tekanan dengan menggunakan suhu tinggi (115-1210C) dan tekanan 1,5
atmosfer, biasanya digunakan autoclave atau press-cooker. Ada beberapa bakteri yang
11
dapat mengkontaminasi bandeng presto melalui proses pengolahan yang kurang
memperhatikan kebersihan seperti Staphylococcus aureus.
Berdasarkan dari hasil uji mikrobiologi atau uji keberadaan Staphylococcus
aureus pada media MSA, pada suhu 37°C, selama 24 jam apabila sampel positif
mengandung bakteri staphylococcus sp, maka ditandai dengan timbulnya perubahan
warna media MSA dari merah menjadi kuning atau terlihatnya koloni yang berwarna
kuning. Warna kuning timbul karena fermentasi mannitol yang dilakukan
Staphylococcus aureus. Koloni Staphylococcus aureus dalam petridish terlihat berwarna
kuning emas, bulat, dan cembung.
Sedangkan pada sampel kami tidak ditemukan satupun adanya koloni serta perubahan
warna yang signifikan pada media.
Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif dengan diameter 0,5-1,0 mm,
berbentuk serangkaian buah anggur, tidak membentuk spora dan tidak bergerak
(BSN 2015). Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37 ºC, tetapi membentuk pigmen
paling baik pada suhu kamar (20-25 ºC). Staphylococcus aureus merupakan salah satu
bakteri patogen dan biasanya bakteri ini dapat digunakan sebagai indikator dari
pengolahan makanan yang tidak higienis, sehingga mampu menghasilkan enterotoksin
yang dapat langsung dideteksi dalam makanan. Daging merupakan jenis makanan yang
banyak ditumbuhi bakteri ini. Toksin yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus akan
sulit dihilangkan walaupun makanan yang tercemar toksin tersebut disimpan didalam
lemari es dan umumnya toksin tersebut tahan terhadap pemanasan yang digunakan pada
pemasakan.
Adanya Staphylococcus aureus mengindikasikan buruknya sanitasi dan tingginya
cemaran dapat diakibatkan kurangnya kebersihan pedagang atau orang yang
menanganinya dalam mengolah Ikan bandeng saat pemrosesan maupun saat
pendistribusian. Selain itu dapat pula dijadikan indikator untuk mengetahui kualitas dari
ikan tersebut. (Palupi dkk., 2010).
12
Sanitasi yang kurang bersih di tempat penjualan kemungkinan dapat
meningkatkan kontaminasi,sebab lingkungan yang kotor akan mampu memperbanyak
bakteri Staphylococcus aureusyang berada di udara dan air yang tercemar serta pada
umumnya mikroba patogen menyukai kondisi yang lembab.
Selain dari lingkungan, kebersihan alat-alat yang digunakan pun sangat
berpengaruh terhadap jumlah populasi dari bakteri. Talenan merupakan salah satu jenis
peralatan yang sering digunakan untuk memotong daging dan umumnya terbuat dari
bahan kayu. Kayu sendiri adalah bahan yang mudah menyerap air sehingga apabila
talenan tersebut sudah dicuci, kotorannya masih tersisa dan sulit untuk dilihat dengan
kasatmata sehingga alat-alat yang permukaannya terbuat dari kayu tidak dapat dijaga
kebersihannya.
a. Koloni dan beberapa spesies tidak dapat memberikan penangkap yang sama.
b. Sulit memindahkan koloni apabila ingin dipelajari lebih lanjut.
c. Memboroskan bahan dan waktu
Teknik agar tuang tidak memerlukan keterampilan khusus, sedangkan
kekurangannya adalah boros bahan dan waktu.
13
X. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil uji mikrobiologi atau uji keberadaan Staphylococcus aureus
pada media MSA, pada suhu 37°C, selama 24 jam bahwa sampel ikan bandeng olahan
(presto) yang kami gunakan diduga negatif karena tidak terdapat adanya koloni mauoun
perubahan warna yang signifikan pada media, akan tetapi anya sedikit keruh. Hal itu
terjadi kemungkinan karena adanya kesalahan teknis selama proses praktikum, atau
memang sampel kami benar tidak terdapat bakteri Staphylococcus aureus.
XI. Saran
Sebaiknya lebih memperhatikan proses kerja praktikum agar sampel yang diperiksa
atau diuji dapat terbaca jelas apakah sampel tersebut positif atau negatif mengandung
cemaran bakteri, seperti menjaga kesterilan meja kerja, petugas praktikum, alat dan bahan,
dll agar proses uji dapat berjalan dengan baik dan benar.
Mesipun sampel kami diduga negatif, akan tetapi harus tetap waspada dalam
pemilihan dan pengolahan bahan pangan, turutama jenis ikan (karena mudah sekali
tercemar mikroba ketika masih didalam air). Serta selalu memperhatikan 6 prinsip hygiene
sainitasi makanan agar terhindar dari bahaya cemaran mikroba pada makanan atau
minuman kita.
14
DAFTAR PUSTAKA
Hafiludin. 2015. Analisis Kandungan Gizi Pada Ikan Bandeng Yang Berasal Dari Habitat
Yang Berbeda, Madura. Universitas Trunojoyo Madura
Ni Putu, Niti Rahayu, dkk. 2014. Uji Keberadaan Staphylococcus aureus Pada Sosis
Tradisional (Urutan) Yang Beredar Di Pasar Tradisional Di Denpasar, Bali:Denpasar.
Universitas Udayana
Dewi, Amalia Krishna. 2013. Isolasi, Identifikasi dan Uji Sensitivitas Staphylococcus aureus
terhadap Amoxicillin dari Sampel Susu Kambing Peranakan Ettawa (PE) Penderita
Mastitis Di Wilayah Girimulyo, Kulonprogo. Yogyakarta. Universitas Gajah Mada
Fakultas Kedokteran Hewan
Oxoid. 2017. “Dehydrated Culture Media :Pepton water”.
http://www.oxoid.com/UK/blue/prod_detail/prod_detail.asp?pr=CM1049&c=UK&lang=
EN. Diakses 15 April 2019 pukul 20.47 PM
Oxoid. 2017. “Dehydrated Culture Media :Triticas Soya Broth”.
http://www.oxoid.com/UK/blue/prod_detail/prod_detail.asp?pr=CM0989&c=UK&lang=
EN. Diakses 15 April 2019 pukul 20.55 PM
Anonim. 2003. Bakteriologi Medik Malang. FK Universitas Brawijaya. Tim Mikrobiologi.
Malang. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
SNI 7388 Tahun 2009. Batas Cemaran mikroba dalam pangan
SNI. Batasan maksimum Cemaran Mikroba pada Pangan No. 7388 Tahun 2009
Lestari, HeniPuji. 2016. Kualitas Daya Simpan Ikan Bandeng Menggunakan Konsentrasi
Daun Sirih Hijau Dan Lama Perendaman Yang Berbeda. Solo. Universitas
Muhammadiyah Surakarta
15
LAMPIRAN
16
Media pemupuk TSB keruh (positif)
17
PEMERIKSAAN Salmonella spp PADA MAKANAN BANDENG OLAHAN
I. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan Salmonella spp pada makanan.
II. Tujuan Khusus
1. Melakukan pengambilan sampel secara benar
2. Melakukan pengiriman sampel secara benar
3. Melakukan pembuatan media secara benar
4. Melakukan penanganan sampel dengan benar
5. Melakukan pembacaan hasil peanaman
III. Waktu Pelaksanaan
Hari, tanggal : Selasa, 9 April 2019 ( Preparasi Sampel )
Rabu, 10 April 2019 ( Pembacaan hasil dan tahap pembiakan )
Kamis, 11 April 2019 ( pembacaan hasil)
Waktu :08.00-Selesai
Tempat : Laboratorium Penyehatan Makanan dan Minuman Jurusan
Kesehatan Lingkungan Surabaya
IV. Dasar Teori
A. Kandungan Ikan bandeng
Bahan makanan merupakan medium pertumbuhan yang baik bagi berbagai
macam mikroba. Bahan makanan sendiri terdiri dari protein, karbohidrat, lemak,
Vitamin, dan Mineral. Mikroba dapat membusukan protein, memfermentasikan
karbohidrat, dan menjadikan lemak atau minyak berbau tengik. Keberadaan mikroba
pada makanan ada yang tidak berbahaya bagi manusia tetapi ada beberapa mikroba
yang mengakibatkan kerusakan pangan dan menimbulkan racun yang mengakibatkan
penyakit. (Lud waluyo.2016)
Ikan bandeng (Chanos chanos) merupakan salah satu hasil budi daya ikan yang
hidup di air payau atau ikan yang berasal dari tambak yang mempunyai prospek
cukup baik untuk dikembangkan. Ikan bandeng merupakan bahan pangan yang
mengandung gizi yang cukup dan bermanfaat bagi tubuh. Kandungan gizi ikan
bandeng yaitu :
18
4. Lemak ( 0,85% )
5. Karbohidrat ( 2,7% )
Namun ikan bandeng mudah mengalami kerusakan yang di akibatkan oleh aktivitas
bakteri, khamir maupun jamur oleh karena itu perlu adanya suatu pengawetan. (Heni
Puji Lestari, 2016)
B. Salmonella spp
Salmonella spp merupakan bakteri berbentuk batang dengan ukuran 1 µm – 3,5
µm x 0,5 µm – 0,8 µm. bakteri ini tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaaerob
pada suhu 150C – 410C (Suhu optimum pertumbuhan 37,50C) dan pH pertumbuhan 6
– 8, namun pada suhu 560 Cdan keadaan kering akan mati. Dalam air dapat bertahan
selama 4 minggu. Batas cemaran bakteri salmonella pada makanan adalah Negatif/ 25
gram.
C. Media Pertumbuhan
Media Pepton Water merupakan media pertumbuhan atau media dasar untuk
fermentase karbohidrat. Media pepton water direkomendasikan sebagai media
pengencer untuk keperluan pengkaya mikroba seperti yang telah dijelaskan oleh FOA
dan USP_NF, berguna sebagai media pengencer atau untuk membuat suspense
pencacahan mikroba. Media ini mengandung nutrisi yang rendah yaitu hanya
mengandung 1,0 gram pepton sehingga tidak cocok digunakan sebagai media
pertumbuhan atau pemeliharaan. ( Oxoid.2017 )
Media Selenite Broth merupakan media yang digunakan untuk Isolasi Salmonella
dari kotoran maupun produk makanan, media ini mengandung selenit yang efeknya
menghambat bagi bakteri lain selain Salmonella seperti proteus dan pseudomonas.
Kandungan Laktosa dalam media digunakan sebagai Karbohidrat yang dapat
difermentasikan untuk mencegah kenaikan pH selama inkubasi karena setiap
kenaikan pH akan mengurangi aktifitas selektif selenite. (Oxoid.2017)
19
Tabel 1. Komposisi Media Selenite Broth
Sumber: Oxoid.2017
Media BGA ( Brillian Green Agar ) adalah media agar yang menandung brilliant
green yang sangat baik untuk menghambat pertumbuhan E. Coli dan bakteri yang
memfrementasikan sukrosa dan laktosa. Dalam media BGA, karakteristik koloni
salmonella adalah merah ke merah mudaan yang dikelilingi oleh zona bewarna merah
di media hal ini, karena bakteri salmonella memfermentasikan laktosa dan sukrosa.
Media ini juga mengandung fenol merah sebagai indikator pH dan hijau cemerlang
sebagai penghambat yang berkerja melawan organisme gram positif dan gram
negative. (Oxoid.2017)
A. Alat
1. Bunsen
2. Pi pump
3. Petridish
4. Erlenmeyer
5. Pengaduk
20
6. Tabung reaksi
7. Pipet volume 1 ml
8. Pipet volume 5 ml
9. Jarum ose
10. Gelas ukur 100 ml
11. Autoclave
12. Inkubator
13. Water bath
14. Mortar dan Alu
15. Cool Box
16. Timbangan Analitik
B. Bahan
21
VI. Perhitungan
A. Peptone Water
𝟏𝟓𝐠𝐫 𝐱
=
𝟏𝟎𝟎𝟎 𝟐𝟐𝟓𝐦𝐥
𝟏𝟓𝐠𝐫 𝐱 𝟐𝟐𝟓𝐦𝐥
=x
𝟏𝟎𝟎𝟎
x = 3,75 gr
B. Selenite Broth
𝟏𝟗𝐠𝐫 𝐱
= 𝟑𝟎𝐦𝐥
𝟏𝟎𝟎𝟎
𝟏𝟗𝐠𝐫 𝐱 𝟑𝟎𝐦𝐥
=x
𝟏𝟎𝟎𝟎
x = 0,57 gr
x = 2,5 gr
A. Pembuatan Media
1. Pepton Water
b. Menimbang media Pepton Water sebanyak 3,75 gram diatas kertas timbang
dengan menggunakan timbangan analitik.
22
f. Mensterilkan Pepton Water kedalam autoclave dengan suhu 121oC selama 15
menit.
g. Setelah 15 menit, angkat erlemeyer yang berisi media Pepton Water dari
dalam autoclave.
2. Selenite Broth
b. Menimbang media Selenite Broth dengan berat 0,57 gram diatas kertas
timbang dengan menggunakan timbangan analitik.
b. Menimbang media Briliant Green Agar dengan berat 2,5 gram diatas kertas
timbang dengan menggunakan timbangan analitik.
f. Matikan nyala api, lalu menutup mulut erlemeyer dengan kapas dan
aluminium foil.
23
g. Kemudian, mengangkat erlemeyer yang berisi media Briliant Green Agar
dari waterbath.
i. Sesudah 15 menit, angkat erlemeyer yang berisi media Briliant Green Agar
dari dalam autoclave.
B. Sterilisasi
1. Sterilisasi Alat Kerja
e. Menyemprot alat yang akan digunakan dan yang akan disterilkan dengan
alkohol 70%.
f. Kemudian, membungkus alat yang akan disterilkan dengan kertas coklat dan
mengikatnya dengan tali rami.
g. Untuk tabung reaksi, tutup mulut tabung dengan menggunakan kapas dan
aluminium foil.
24
c. Selanjutnya, mensterilkan tangan dengan alkohol 70%, lalu menggunakan
handscoon.
f. Untuk tabung reaksi, tutup mulut tabung dengan menggunakan kapas dan
aluminium foil.
C. Hari ke-1
1. Pengambilan Sampel Makanan – Ikan Bandeng
a. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
e. Masukkan sample Ikan Bandeng kedalam cool box yang telah berisi es batu.
h. Lalu menimbang sampel Ikan Bandeng di atas timbangan analitik dengan berat
25 gram.
25
k. Memflambir mulut erlenmeyer di atas nyala api Bunsen dan menutup mulut
erlenmeyer menggunakan kapas.
D. Media Pemupuk
1. Pemeriksaan Salmonella
a. Menyiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan
b. Mensterilkan meja kerja dengan cara menyemprotkan alkohol 70%
c. Mensterilkan tangan dengan cara menyemprotkan alkohol 70%
d. Menggunakan masker dan handscoon
e. Lalu letakkan botol erlenmeyer yang berisi sampel, bunsen, mata ose, tabung
reaksi 6 buah (5 untuk sample dan 1 untuk kontrol) yang berisi media
pemupuk Selenite Broth diatas meja kerja
f. Menyalakan bunsen dengan korek api
g. Memijarkan mata ose diatas bunsen agar mata ose tetap steril
h. Mata ose dibiarkan sejenak agar tidak terlalu panas
i. Kemudian buka alumunium foil dan kapas yang terdapat pada botol
erlenmeyer yang berisi sampel, dekatkan dengan nyala api bunsen.
j. Memflambir mulut botol erlenmeyer sampel menggunakan bunsen
k. Menyelupkan mata ose steril kedalam botol erlenmeyer yang berisi sampel,
fungsinya untuk mengambil air sampel
l. Memflambir mulut tabung reaksi yang berisi Selenite Broth dengan bunsen
m. Masukkan mata ose yang telah dimasukkan botol erlenmeyer yang berisi
sampel kedalam tabung reaksi yang berisi media Selenite Broth
n. Homongenkan larutan dengan cara mengadukkan menggunakan mata ose
o. Lakukan langkah nomor 7-14 sebanyak 2 kali
p. Memasukkan media pemupuk Selenite Broth yang telah tercampur dengan
sampel air kedalam inkubator selama 1x24 jam.
E. Hari ke-2
1. Mengeluarkan media Pemupuk Selenite Broth yang sudah pada inkubator
a. Membawa sampel tersebut ke ruang laboratorium, letakkan di meja yang
sudah disterilkan dengan alkohol 70%.
b. Menyiapkan alat dan bahan yang akan dibutuhkan
c. Menyeterilkan tangan dengan menggunakan 70%
26
d. Menggunakan masker dan handscoon
e. Melihat perbedaan fisik pada tabung reaksi sampel dengan tabung reaksi
kontrol
f. Mencatat hasil perbedaannya, jika terdapat endapan keruh maka dilanjutkan
dengan meto tuang menggunakan media agar(BGA).
Berikut cara kerjanya :
1) Metode Tuang – Salmonella
a) Menyiapkan tabung reaksi yang berisi media Selenite Broth yang
keruh.
b) Membuka kapas pada tabung rekasi tersebut kemudian memflambirnya
di atas bunsen
c) Membuka sedikit tutup petridish dan memflambirnya agar tidak ada
kontaminasi
d) Mengambil 1 ml media Selenite Broth yang keruh dengan pipet volume
steril dan dimasukkan ke dalam petridish steril
e) Menyiapkan larutan media Briliant Green Agar
f) Membuka kapas pada mulut erlenmeyer yang berisi media Briliant
Green Agar kemudian memfalmbirnya diatas bunsen
g) Menuangkan media Briliant Green Agar 15 ml ke dalam petridish yang
berisi cairan sampel
h) Memflambir mulut petridish di atas api bunsen kemudian di tutup
i) Menggoyangkan petridish secara perlahan yang bertujuan untuk
menghomogenkan cairan
j) Menunggu agar hingga beku dan berstektur seperti agar
k) Membuat kembali 1 media Briliant Green Agar sebagai kontrol
l) Memasukkan pertidish ke dalam inkubator dengan suhu 37ºC selama
1x24 jam
F. Hari ke-3
1. Mengambil petridish yang berisi media Briliant Green Agar yang sudah
dibiakkan dengan koloni bakteri dari dalam inkubator.
2. Melihat, mengamati apa perbedaannya (warna dan terdapatnya koloni bakteri
Salmonella) yang terjadi.
3. Sampel makanan ikan bandeng tersebut dikatakan positif apabila berwarna merah
bata atau rose pada media BGA (Brilliant Green Agar).
27
4. Mencatat hasil pengamatan bakteri Salmonella.
VIII. Hasil
Jenis sampel : Ikan olahan (ikan bandeng)
IX. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat positif Salmonella sp. pada sampel ikan
bandeng olahan (presto) yang kami beli di Warung Tenda Hijau, depan kampus
Kesehatan Lingkungan Surabaya. Kami memilih sampel ikan bandeng karena bandeng
merupakan jenis ikan yang sering dikonsumsi masyarakat. Hasil pengamatan uji
keberadaan Salmonella sp ditemukan adanya koloni bakteri yang berwarna putih keruh
yang dikelilingi warna merah samar cemerlang pada media Brilliant Green Agar (BGA).
Pada BGA (Brilliant Green Agar) koloni dari tidak berwarna merah, dan transparan
hingga keruh dengan lingkaran merah muda hingga merah. Biakan diduga salmonela
positif jika terlihat warna merah pada permukaan agar, warna kuning pada dasar tabung
dengan satu atau tanpa pembentukan H2S.
Berdasarkan dari hasil uji mikrobiologi atau uji keberadaan Salmonella sp pada
media BGA, pada suhu 37°C, selama 24 jam ditandai dengan timbulnya perubahan warna
media BGA dari merah kecoklatan menjadi merah dikelilingi zona merah cemerlang atau
28
terlihatnya koloni yang berwarna merah. Warna merah timbul karena bakteri Salmonella
sp memfermentasikan laktosa dan sukrosa.
Salmonella sp. merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk batang yang
memiliki kemampuan beradaptasi terhadap lingkungannya. Bakteri ini terdapat pada air
yang tercemar feses manusia atau hewan penderita yang terbawa aliran air hujan maupun
air sungai. Keadaan sanitasi pasar ikan yang cenderung rendah merupakan faktor yang
meningkatkan risiko adanya cemaran salmonella sp pada ikan Bandeng. Sehingga apabila
makanan yang dikonsumsi mengandung bakteri salmonella, maka dapat dipastikan bahwa
makanan tersebut telah tercemar oleh feses, baik dari proses pemilihan, penyimpanan,
pengolahan, maupun penyajian. Sanitasi air dari tempat pembiakan maupun air yang
digunakan untuk memasak yang tercemar Salmonella sp juga dapat mengakibatkan
makanan tercemar Salmonella sp dan menyebabkan berbagai penyakit contohnya diare
maupun salmonellosis.
Selain dari air tempat pembiakan maupun air yang digunakan untuk memasak,
kebersihan alat-alat dan penjamah makanan sangat berpengaruh terhadap jumlah populasi
dari bakteri. Alat yang dicuci menggunakan air yang terkontaminasi Salmonella, maupun
air yang digunakan penjamah untuk mencuci tangan maupun mencuci bahan makanan
mengakibatkan Salmonella yang mencemari air tersebut, ikut mencemari peralatan dan
akhirnya mencemari makanan, Maka dari itu sangat perlu diperhatikan sumber air yang
digunakan untuk mengolah makanan.
29
Gambar 1. Nilai Ambang batas cemaran mikroba Samlmonella sp menurut SNI
Nomor 7388 tahun 2009
a. Koloni dan beberapa spesies tidak dapat memberikan penangkap yang sama.
b. Sulit memindahkan koloni apabila ingin dipelajari lebih lanjut.
c.Memboroskan bahan dan waktu tidak memerlukan keterampilan yang terlampau
tinggi.
Teknik agar tuang tidak memerlukan keterampilan khusus, sedangkan
kekurangannya adalah boros bahan dan waktu.
X. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil uji mikrobiologi atau uji keberadaan Salmonella sp pada
media BGA, pada suhu 37°C, selama 24 jam ditandai keruhnya media serta adanya
beberapa koloni bakteri berwarna putih keruh yang dikelilingi oleh warna merah
cerah(bening) secara sama-samar. Warna merah timbul karena bakteri Salmonella sp
memfermentasikan laktosa dan sukrosa, bakteri Salmonella sp bisa berasal dari air
yang digunakan penjamah untuk mencuci tangan maupun mencuci bahan makanan
menakibatkan Salmonella yang mencemari air tersebut. Sehingga diduga bahwa
30
sampel ikan bandeng olahan(presto) yang kami uji positif mengandung bakteri
salmoella sp.
XI. Saran
Agar terhindar dari bakteri makanan atau minuman yang dapat membahayakn
kesehatan, maka harus selalu menjaga kebersihannya, mulai dari pemilihan,
penyimpanan, pengolahan, penyajian dll. Kemudian untuk praktikum yang kami
lakukan, lebih baik apabila dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai bakteri
salmonella sp agar mengetahui spesies dan cara penanggulanannya secara benar,
teiliti dan tepat sasaran. Ketika praktikum juga harus tetap menjaga kesterilan meja
kerja, petugas praktikum, alat dan bahan, dll agar proses uji dapat berjalan dengan
baik dan benar.
31
DAFTAR PUSTAKA
Lestari, Heni Puji. 2016. Kualitas Daya Simpan Ikan Bandeng Menggunakan Konsentrasi
Daun Sirih Hijau Dan Lama Perendaman Yang Berbeda. Solo. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
SNI. Batasan maksimum Cemaran Mikroba pada Pangan No. 7388 Tahun 2009
The center for food Security and Public Health. 2005. Salmonellosis Paratyphoid, Non-
typhoidal Salmonellosis. http://www.cfsph.iastate.edu/Factsh
eets/pdfs/nontyphoidal_salmonellos is.pdf.. Diakses 13 April 2019 pukul 20.25 WIB
Wibisono, Freshinta Jellia. DETEKSI CEMARAN Salmonella Sp. PADA IKAN BANDENG
(Chanos chanos) DI PASAR IKAN SIDOARJO. Fakultas Kedokteran Hewan,
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Jurnal Kajian Veteriner Volume 5, Nomor 1: 1-10.
32
LAMPIRAN
pembelian dan pengambilan pengambilan sampel yang menimbang media PW, SB,
sampel ikan bandeng olahan dilakukan secara steril serta BGA
(presto)
33
menimbang sampel 25 gr dan Mencampur sampel sengan mengambil 5ml larutan SB,
menghaluskan sampel media PW dalam erlenmeyer meletakkna pada tabung
menggunakan mortar alu reaksi
34
PEMERIKSAAN Vibrio Cholera PADA MAKANAN BANDENG OLAHAN
I. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan Vibrio Cholera pada makanan.
35
tetapi zat gizi ini tidak akan bernilai tinggi dan turun mutunya apabila tidak ditangani
dengan baik setelah penangkapan atau pemanenan.
Kandungan gizi pada setiap ikan akan berbeda beda tergantung pada faktor
internal dan eksternal. Faktor internal berupa jenis atau spesies ikan, jenis kelamin,
umur dan fase reproduksi pada ikan. Faktor eksternal berupa faktor yang ada pada
lingkungan hidup ikan berupa habitat, ketersediaan pakan dan kualitas perairan
tempat ikan hidup. Aziz et al. (2013) mengemukakan bahwa habitat ikan berpengaruh
terhadap kandungan kimia di dalam dagingnya seperti proksimat, asam amino dan
asam lemak.
B. Vibrio Cholera
Bakteri Vibrio yang merupakan etiologi dari penyakit kolera adalah bakteri
dengan gram negatif berbentuk koma (comma shaped). V. cholerae memiliki satu
flagela di salah satu kutubnya sehingga memiliki motilitas yang tinggi. Bakteri ini
bisa hidup dan berkembang pada keadaan aerob atau anaerob (anaerob fakultatif). Air
dengan kadar garam tinggi seperti air laut adalah tempat hidup alami dari bakteri ini.
V. cholerae tidak tahan dengan suasana asam dan tumbuh baik pada suasana basa (pH
8,09,5).
V. cholerae dapat menginfeksi manusia melalui rute pencernaan (fecal-oral).
Manifestasi klinik berupa penyakit kolera akan timbul apabila jumlah bakteri yang
masuk mencapai jumlah tertentu. Jumlah tersebut dipengaruhi oleh proses masuknya
bakteri kedalam saluran cerna. Seseorang dengan asam lambung yang normal akan
dapat terinfeksi apabila menelan sebanyak 1010 atau lebih V. cholerae dalam air
(103106 dalam air) dan 102-104 organisme bila masuk bersama makanan.
C. Media Pertumbuhan
Media Pepton Water merupakan media pertumbuhan atau media dasar untuk
fermentase karbohidrat. Media pepton water direkomendasikan sebagai media
pengencer untuk keperluan pengkaya mikroba seperti yang telah dijelaskan oleh FOA
dan USP_NF, berguna sebagai media pengencer atau untuk membuat suspense
pencacahan mikroba. Media ini mengandung nutrisi yang rendah yaitu hanya
mengandung 1,0 gram pepton sehingga tidak cocok digunakan sebagai media
pertumbuhan atau pemeliharaan. ( Oxoid.2017 )
36
Tabel 1.Komposisi Media Pepton Water
Sumber: Oxoid.2017
Media APW ( AlkalinePepton Water ) sebagai media penyubur untuk bakteri
Vibrio Cholerae. Pada media APW diperoleh hasil yaitu mengalami perubahan dari
kuning bening kekuning keruh. Hal ini menunjukan bahwa bakteri Vibrio Cholerae
tumbuh dalam media tersebut, karena kandungan NaCl 2% dan pH alkali ( 8,5 – 9,5 )
pada media APW sangat sesuai untuk pertumbuhan bakteriVibrio Cholerae. ( Davis et
al. 2001 )
Media TCBS ( Thiosulfate Citrate Bile salt Sucrose) media selektif ini
merupakan media yang mengandung nutrisi, sangat baik untuk pertumbuhan bakteri
Vibrio Cholerae karena mempunyai pH yang sangat tinggi 8,5 – 9,5 yang dapat
menekan pertumbuhan mikroba. Koloni Vibrio Cholerae akan tumbuh pada media ini
jika terdapat ciri-ciri bewarna kuning berbentuk bulat dengan diameter 2-5 mm.
Pertumbuhan tersebut disebabkan karena bakteri memfermentasikan sukrosa dan
menurunkan pH media sehingga menjadi asam. ( Farouqueet al.2000 )
37
V. Alat dan Bahan
A. Alat
1. Bunsen
2. Pipump
3. Petridish
4. Erlenmeyer
5. Batangpengaduk
6. Tabungreaksi
7. Pipet volume 1 ml
8. Pipet volume 5 ml
9. Jarumose
10. Gelasukur 100 ml
11. Autoclave
12. Incubator
13. Water bad
14. Mortar dan Alu
15. Cool Box
16. Timbangan Analitik
B. Bahan
38
VI. Perhitungan
A. Peptone Water
𝟏𝟓𝐠𝐫 𝐱
= 𝟐𝟐𝟓 𝐦𝐥
𝟏𝟎𝟎𝟎
𝟏𝟓𝐠𝐫 𝐱 𝟐𝟐𝟓 𝐦𝐥
=x
𝟏𝟎𝟎𝟎
A. Pembuatan Media
1. Pepton Water
b. Menimbang media Pepton Water sebanyak 3,375 gram diatas kertas timbang
dengan menggunakan timbangan.
39
e. Kemudian, menutup mulut erlemeyer dengan kapas dan aluminium foil.
g. Sesudah 15 menit, angkat erlemeyer yang berisi media Pepton Water dari
dalam autoclave.
b. Menimbang media Alkali Pepton Water dengan berat 0,6 gramdiatas kertas
timbang dengan menggunakan timbangan analitik.
d. Memasukkan aquades dan media Alkali Pepton Water kedalam beker glass,
mengaduknya dengan hingga tercampur.
h. Sesudah 15 menit, angkat erlemeyer yang berisi media Pepton Water dari
dalam autoclave.
b. Menimbang media Thiosulfate Citrate Bile Sucrose dengan berat 4,4 gram
diatas kertas timbang dengan menggunakan timbangan.
40
f. Setelah mendidih matikan kompor, menunggu hingga 3-5 menit.
B. Sterilisasi
1. Sterilisasi Alat Kerja
a. Lakukan disinfeksi meja kerja dengan cara menyemprotkan alkohol 70%
secara merata.
e. Menyemprot alat yang akan digunakan dan yang akan disterilkan dengan
alkohol 70%.
f. Kemudian, membungkus alat yang akan disterilkan dengan kertas coklat dan
mengikatnya dengan benang.
41
c. Selanjutnya, menyetrilkan tangan dengan alkohol 70%, lalu menggunakan
handscoon.
C. Hari ke-1
1. Pengambilan Sampel Makanan – Ikan Bandeng Olahan
a. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
e. Masukkan sample Ikan Bandeng Olahan kedalam cool box yang telah berisi
es batu,
42
j. Menyiapkan media Pepton Water yang di dalam Erlenmeyer steril, lalu
memasukkan sampel Ikan Bandeng ke dalam Erlenmeyer steril, aduk hingga
tercampur rata.
k. Memflambir mulut Erlenmeyer di atas nyala api Bunsen dan menutup mulut
Erlenmeyer menggunakan kapas.
2. Media Pemupuk
a. PemeriksaanVibrio
1) Menyiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan
2) Menyeterilakan meja kerja dengan cara menyemprotkan alkohol 70%
3) Menyeterilkan tangan dengan cara menyemprotkan alkohol 70%
4) Menggunakan masker dan handscoon
5) Lalu letakkan botol erlenmeyer yang berisi sampel, bunsen, mata ose,
tabung reaksi 3 buah (2 untuk sample dan 1 untuk kontrol) yang berisi
media pemupuk Alkali Peptone Water diatas meja kerja
6) Menyalakan bunsen dengan korek api
7) Memijarkan mata ose diatas bunsen agar mata ose tetap steril
8) Mata ose dibiarkan agar tidak terlalu panas
9) Kemudian buka alumunium foil dan kapas yang terdapat pada botol
erlenmeyer sampel, dekatkan dengan nyala api bunsen.
10) Memflambir mulut botol Erlenmeyer sampel menggunakan bunsen
11) Menyelupkan mata ose steril kedalam botol erlenmeyer yang berisi sampel,
fungsinya untuk mengambil air sampel
12) Memflambir tabung reaksi yang berisi Alkali Peptone Water dengan bunsen
13) Masukkan mata ose yang telah dimasukkan botol erlenmeyer yang berisi
sampel kedalam tabung reaksi yang berisi media pemupuk Alkali Peptone
Water
14) Homongenkan larutan dengan cara mengadukkan menggunakan mata ose
15) Lakukan langkah nomor 7-14 sebanyak 2 kali
16) Memasukkan media pemupuk Alkali Peptone Water yang telah tercampur
dengan sampel air kedalam inkubator selama 1x24 jam
43
D. Hari ke-2
1. Mengeluarkan media PemupukAlkali Peptone Water yang sudah pada inkubator
2. Membawa sampel tersebut ke ruang laboratorium, letakkan di meja yang sudah
disterilkan dengan alkohol 70%.
3. Menyiapkan alat dan bahan yang akan dibutuhkan
4. Menyeterilkan tangan dengan menggunakan 70%
5. Menggunakan masker dan handscoon
6. Melihat perbedaan fisik pada tabung reaksi sample dengan tabung reaksi kontrol
7. Mencatat hasil perbedaannya, jika terdapat endapan keruh maka dilanjutkan
dengan metode gores dan tuang menggunakan media agar.
Berikut cara kerjanya :
a. Metode Tuang – Vibrio
1) Menyiapkan tabung reaksi yang berisi media pemupukAlkali Peptone
Water yang keruh.
2) Membuka kapas pada tabung rekasi tersebut kemudian memflambirnya di
atas bunsen
3) Membuka sedikit tutup petridish dan memflambirnya agar tidak ada
kontaminasi
4) Mengambil 1 ml media Alkali Peptone Water yang keruh dengan pipet
volume steril dan dimasukkan ke dalam petridish steril
5) Menyiapkan larutan media Thiosulfate Citrate Bile Salts
6) Membuka kapas pada mulut erlenmeyer yang berisi media Thiosulfate
Citrate Bile Sucrosekemudian memfalmbirkan diatas bunsen
7) Menuangkan media Thiosulfate Citrate Bile SucroseAgar 15ml ke dalam
petridisk yang berisi cairan sampel
8) Memflambir mulut petridish di atas api bunsen kemudian di tutup
9) Menggoyang petridisk secara perlahan yang bertujuan untuk
menghomogenkan cairan
10) Menunggu agar hingga beku dan berstektur seperti agar
11) Membuat kembali 1 media Thiosulfate Citrate Bile Salts sebagai kontrol
12) Memasukkan pertidish ke dalam inkubator dengan suhu 37º selama 1 x 24
jam
44
E. Hari ke-3
1. Mengambil petridis yang berisi media Thiosulfate Citrate Bile Salts yang sudah
dibiakkan dengan koloni bakteri dari dalam inkubator.
2. Melihat, mengamati apa perbedaannya (warna dan terdapatnya koloni bakteri
Vibrio) yang terjadi.
3. Sampel makanan ikan bandeng olahan tersebut dikatakan positif apabila berwarna
kuning pada media TCBS (Thiosulfate Citrate Bile Salts).
4. Mencatat hasil pengamatan bakteri Vibrio Cholera
VIII. Hasil
IX. Pembahasan
Vibrio cholerae merupakan bakteri gram negatif, berbentuk basil (batang) dan
bersifat motil (dapat bergerak), salah satu mikroba penyebab penyakit yang sering
ditemukan pada makanan. Bila bakteri ini mencemari makanan dan terkonsumsi dalam
jumlah tertentu, maka dapat menyebabkan penyakit kolera. Dampak langsung bakteri
patogen ini adalah terjadinya gangguan tingkat kesehatan inangnya, atau bahkan dalam
keadaan tertentu dapat menyebabkan kematian.
Spesies Vibrio kerap dikaitkan dengan sifat patogenisitasnya pada manusia,
terutama V. Cholerae penyebab penyakit kolera di negara berkembang yang memiliki
keterbatasan akan air bersih dan memiliki sanitasi yang buruk. Media Thiosulfate-citrate-
45
bile salts agar (TCBS) merupakan media selektif untuk isolasi dan pemurnian Vibrio.
Setelah diinkubasikan dalam inkubator selama selama 24 jam pada suhu 37oC, hasil uji
dari media TCBS menunjukkan koloni berwarna kuning dan kuningnya berbeda dengan
kontrol karena pada koloni yang tumbuh pada sampel air warna kuningnya lebih tajam
,datar keping, tepinya tipis. Suriawiria ( 1985 ), menyatakan bahwa media TCBSA untuk
pertumbuhan koloni Vibrio cholera akan menghasilkan koloni berwarna kuning karena
memfermentasi karbohidrat menjadi asam.
Berdasarkan dari hasil uji mikrobiologi atau uji keberadaan Vibrio cholerae pada
media TCBS, pada suhu 37°C, selama 24 jam ditandai dengan timbulnya perubahan
warna media TCBS. Warna TSBC berubah menjadi kuning, sehingga pada sampel ikan
bandeng yang kami periksa diduga positif bakteri vibrio cholerae.
Terdapatnya bakteri pathogen Vibrio di perairan laut menandakan adanya kontak
dengan buangan limbah industri dan rumah tangga seperti tinja manusia atau sisa bahan
makanan lainnya, di mana bakteri tersebut secara langsung akan tumbuh dan
berkembang bila kondisi perairan tersebut memungkinkan. Selanjutnya dari keadaan ini
kemudian akan berpengaruh terhadap biota perairan dan akhirnya pada manusia. Pada
makanan dapat diakibatkan karena kurangnya kebersihan pedagang atau orang yang
mengolah ikan bandeng saat pemrosesan maupun saat pendistribusian. Selain itu dapat
pula dijadikan indikator untuk mengetahui kualitas dari ikan tersebut.
Gambar 1. Nilai Ambang batas cemaran mikroba Vibrio cholerae menurut SNI
Nomor 7388 tahun 2009
Pada pratikum uji mikroba vibrio cholerae pada ikan bandeng ini, kami
menggunakan metode tuang, yaitu teknik dalam menumbuhkan mikroorganisme dalam
media agar dengan cara mencampurkan media agar cair dengan stok kultur (suspensi).
Digunakan untuk mengencerkan atau mengisolasi.setelah inkubasi pada suhu dan waktu
tertentu, akan tumbuh koloni bakteri pada permukaan bawah agar.
46
X. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan Vibrio Cholera pada ikan bandeng olahan
yang kami beli di warung Tenda Hijau didepan kampus Kesehatan Lingkungan Surabaya
terdapat kekeruhan di media penyubur APW ( Alkaline pepton water ) lalu dilanjutkan ke
media selektif yaitu TCBS untuk memastikan bahwa kekeru karena berhasil
memfermentasikan sukrosa yang ditandai dengan koloni bewarna kuning .sumber
kontaminasi bakteri Vibrio Cholera bisa berasal dari perairan tambak yang tercemar oleh
kotoran manusia atau hewan yang mengandung bakteri Vibrio Cholera. Bilamana
terdapat kepositifan dalam sampel, maka batas cemaran mikroba untuk bakteri Vibrio
Cholera negative/25 menurut SNI 7388 tahun 2009.
XI. Saran
Mahasiswa harus benar-benar memperhatikan cara atau proses praktikum uji mikroba
pada makanan, agar hasil yang didapat memuaskan (postif). Agar terhindar dari bakteri
makanan atau minuman yang dapat membahayakn kesehatan, maka harus selalu menjaga
kebersihannya, mulai dari pemilihan, penyimpanan, pengolahan, penyajian dll.
Kemudian untuk praktikum yang kami lakukan, lebih baik apabila dilakukan penelitian
lebih lanjut mengenai bakteri vibrio cholerae agar mengetahui berapa perhitungan akhir
yang sesuai dengan ketentuan NAB dan cara penanggulanannya secara benar, teiliti dan
tepat sasaran. Ketika praktikum juga harus tetap menjaga kesterilan meja kerja, petugas
praktikum, alat dan bahan, dll agar proses uji dapat berjalan dengan baik dan benar.
47
DAFTAR PUSTAKA
Ananta , I P WS, dkk. 2013. Identifikasi Serotipe Bakteri Vibrio Cholerae Terisolasi Dari Es
Bahan Pengawet Ikan Yang Digunakan Oleh Pedagang Hasil Laut Pasar Modern Dan
Pasar Tradisional Di Kota Denpasar . Denpasar : Universitas Udayana
Aziz A. F., Nematollahi, A., Siavash, & Saei-Dehkordi, S. (2013). Proximate composition
and fatty acid profile of edible tissues of Capoeta damascina (Valenciennes, 1842) reared
in freshwater and brackish water. Journal of Food Composition and Analysis, 32, 150-
154.
Davis, B.M.,H.M. Kimsey, W. Chang, and M.K .Waldor.2001. The Vibrio Cholerae 0139
calcuta Bacteriophage CTX is Infectious and Encodes a Novel Repressor Journal of
Bacteriology. 181 (21) : 67-79
Farouque, S.M.,M.J. Albert, and J.J. Mekalanos. 2000. Epidemiology, Genetiks, and
Encology of Toxigenic Vibrio Cholerae. Mikrobilogy and Molecular Biology Reviews,
62 (4) : 1301-1314
Oxoid. 2017. “Dehydrated Culture Media :Pepton water”.
http://www.oxoid.com/UK/blue/prod_detail/prod_detail.asp?pr=CM1049&c=UK&lang=
EN. Diakses 19 Mei 2018 pukul 21.13 PM
Oxoid. 2017. “Dehydrated Culture Media :Thiosulfate Citrate Bile salt Sucrose”.
http://www.oxoid.com/UK/blue/prod_detail/prod_detail.asp?pr=CM0333&c=UK&lang=
EN. Diakses 19 Mei 2018 pukul 21.15 PM
Pamijiati (2009). Pengaruh ekstrak daun selasih (Ocimum basilicum linn) terhadap mutu
kesegaran ikan bandeng selama penyimpanan dingin (Chanos chanos Forsk). Skripsi.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Pasaribu, A. M. (2004). Kajian sistem mudular pada usaha tani ikan bandeng (Chanos
chanos, Forskal) di Sulawesi Selatan. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Pertanian, 7, 187-192.
SNI. Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Pangan No. 7388 Tahun 2009
48
LAMPIRAN
Haluskan sampel
denga mortar dan alu Campurkan sampel
dengan PW (pepton Perbandingan media pemupuk APW,
water) kontrol dengan sampel yang terlihat
keruh (positif)
49
LAPORAN PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN & MINUMAN – A
Dosen Pembimbing :
Umi Rahayu, SKM., M.Kes
A.T Diana Nerawati, SKM., M.Kes
Narwati, S.Si., M.Kes
Penyusun :
Kelompok B
Sub 2
1. Mega Jihan Salsa Billa P27833317036
2. Dewi Rohmatun Nabila P27833317029
3. Eliza Anvi Irawan P27833317037
4. Citra Mawar Pratiwi P27833317038
50
PEMERIKSAAN STAPHYLOCOCCUS PADA MAKANAN KERANG OLAHAN
I. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan Staphylococcus pada makanan.
II. Tujuan Khusus
1. Dapat melakukan pengambilan sampel secara benar.
2. Dapat melakukan pengiriman sampel secara benar.
3. Dapat melakukan pembuatan media secara benar.
4. Dapat melakukan penanganan sampel dengan benar.
5. Dapat melakukan pembacaan hasil penanaman.
III. Waktu Pelaksanaan
Hari/ Tanggal : Selasa, 9 April 2019 (Preparasi Sampel)
Rabu, 10 April 2019 (Pembacaan Hasil & Tahap Pembiakan)
Kamis, 11 April 2019 (Pembacaan Hasil)
Waktu : 08.00 WIB – selesai
Tempat : Laboratorium Penyehatan Makanan dan Minuman Jurusan
Kesehatan Lingkungan Surabaya
IV. Dasar Teori
a. Kandungan Kerang
Kerang merupakan hewan laut yang tak bertulang belakang dari
kelompok hewan bertubuh lunak. Kerang memiliki 2 cangkang keras sebagai
pelindung tubuhnya. Habitat utama kerang yakni di perairan pantai yang
memiliki pasir berlumpur hingga kedalaman 4 – 6 meter dan perairan yang
relatif tenang. Selain itu, kerang dapat juga ditemukan di daerah muara, hutan
mangrove serta padang lamun. Pada umumnya kerang hidup mengelompok
dan terbenam dalam pasir berlumpur.
Pada umumnya kerang kaya akan asam suksinat, asam sitrat, asam
glikolat yang erat kaitannya dengan cita rasa dan memberikan energi sebagai
kalori. Selain itu kerang juga mengandung enzim tiaminase dalam jumlah
yang besar sehingga dapat merusak vitamin B1 bila dikonsumsi dalam
keadaan mentah. Tiaminase dapat diinaktifkan dengan pemanasan atau
pemasakan. Berikut kandungan yang berada dalam kerang :
1. Protein 11.84%
2. Lemak 0.60%
51
3. Air 81.81%
4. Kadar abu 2%
Kerang sebagai salah satu pangan yang berasal dari laut (fresh seafood)
lebih mudah mengalami kerusakan dibandingkan dengan komoditi segar
lainnya. Umur simpan kerang pada suhu 4oC adalah 6 hari. Risiko kerang
terhadap kesehatan karena kerang dapat mengakumulasikan kontaminan-
kontaminan dalam air, misalnya bakteri patogen dan logam berat dari area
tempat hidupya.
b. Staphylococcus
Menurut Ferianto (2012) klasifikasi banteri Staphylococcus aureus
sebagai berikut :
Divisi : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Famili : Micrococcuae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri berbentuk bulat dengan
diameter 0.8 – 1 mikron, bergerombol menyerupai untaian anggur, gram
positif, non motil, tidak membentuk spora, beberapa strain yang langsung
diambil dari penderita membentuk semacam kapsul, koloni berwarna kuning
emas, hemolisis pada blood agar, dapat tumbuh dalam media dengan
konsentrasi NaCl hingga 15% (pada media MSA berwarna kuning).
Staphylococcus aureus tumbuh pada suhu 6.5 – 46oC dan pada
pH 4.2 – 9.3. koloni tumbuh dalam waktu 24 jam dengan diameter mencapai 4
mm. Staphylococcus aureus membentuk pigmen lipochrom yang
menyebabkan koloni tampak berwarna kuning keemasan dan kuning jeruk.
Staphylococcus aureus pada media Mannitol Salt Agar (MSA) akan terlihat
sebagai pertumbuhan koloni berwarna kuning.
c. Media Pertumbuhan
Pepton water digunakan untuk membudidayakan organisme yang tidak
berbahaya, untuk mempelajari pola fermentasi karbohidrat dan untuk
melakukan tes indole. Formulasi pepton water berguna untuk penanaman
52
organisme tidak berbahaya. Media ini telah digunakan sebagai media basal
untuk tes biokimia. Pepton water mengandung pepton sebagai sumber karbon,
nitrogen, vitamin dan mineral. Sodium klorida mempertahankan osmotik
keseimbangan medium. Formula pepton water per liter :
1. Peptone 10.0 g
2. Natrium klorida 5.0 g
3. Disodium Phosphate 3.5 g
4. Monopotassium Phosphate 1.5 g
Media Trypticase Soya Broth (TSB) adalah media yang digunakan
dalam prosedur kualitatif untuk uji sterilitas dan untuk media pertumbuhan
mikroorganisme aerob. Dalam mikrobiologi klinis, mungkin digunakan untuk
suspensi dan penanaman strain yang diisolasi pada media lain. TSB tidak
direkomendasikan sebagaai pengayaan utama sedang diinokulasi langsung
dengan spesimen klinis tetapi dapat digunakan untuk kultur murni sebelumnya
diisolasi dari spesimen klinis. Formula TSB per liter air murni :
1. Tryptone 17.0 g
2. Soytone 3.0 g
3. Glukosa 2.5 g
4. Natrium klorida 5.0 g
5. Dipotassium Phosphate 2.5 g
6. pH 7.3
Media Mannitol Salt Agar (MSA) digunakan untuk isolasi selektif dan
deteksi Staphylococcus aureus dari spesimen klinis. MSA mengandung pepton
dan ekstrak daging sapi, yang memasok nutrisi penting. Konsentrasi natrium
klorida 7.5% menghasilkan penghambatan sebagian atau seluruh organisme
selain Staphylococcus. Koagules positif Staphylococcus menghasilkan koloni
kuning dan kuning di sekitarnya sedangkan negatif menghasilkan koloni
merah dan tidak ada perubahan warna indikator merah fenol. Formula MSA
per liter air murni :
53
5. D-Mannitol 10.0 g
6. Fenol merah 0.025 g
7. Agar 15.0 g
8. pH 7.4
V. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Bunsen
2. Pipump
3. Petridish
4. Erlenmeyer
5. Batang pengaduk
6. Tabung reaksi
7. Pipet volume 1 ml
8. Pipet volume 5 ml
9. Jarum ose
10. Gelas ukur 100 ml
11. Autoclave
12. Incubator
13. Water bath
14. Mortar dan Alu
15. Cool box
16. Timbangan Analitik
b. Bahan
1. Sampel Kerang Olahan
2. Pepton
3. Tryptone Soya Broth (TSB)
4. Mannitol Salt Agar (MSA)
5. Kapas
6. Alumunium foil
7. Alkohol 70%
8. Aquades
9. Tali rami
10. Kertas cokelat
11. Etiket & Form pengambilan sampel
54
12. Handscoon
13. Masker
VI. Perhitungan
a. Pepton Water
15gr x
= 225ml
1000
15gr x 225ml
=x
1000
x = 3.375 gr
b. Tryptone Soya Broth (TSB)
30gr x
= 30ml
1000
30gr x 30 ml
=x
1000
x = 0,9 gr
c. Mannitol Salt Agar (MSA)
108gr x
= 50ml
1000
108gr x 50 ml
=x
1000
x = 5,4 gr
VII. Langkah Kerja
a. Pembuatan Media
1. Pepton Water
55
g) Sesudah 15 menit, angkat erlemeyer yang berisi media Pepton Water
dari dalam autoclave.
b) Menimbang media Manitol Salt Agar dengan berat 5,55 gram diatas
kertas timbang dengan menggunakan timbangan.
f) Matikan nyala api, lalu menutup mulut erlemeyer dengan kapas dan
aluminium foil.
56
h) Menyeterikan Manitol Salt Agar kedalam autoclave, dengan suhu
121oC selama 15 menit.
b. Steriliasasi
1. Sterilisasi Alat Kerja
a) Lakukan disinfeksi meja kerja dengan cara menyemprotkan alkohol
70% secara merata.
57
d) Menyeterilkan kembali tangan dengan alkohol 70%. (yang sudah
diberi handscoon).
c. Hari Pertama
Pengambilan Sampel Makanan – Kerang Olahan
a. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
b. Menyeterilkan tangan dengan cara menyemprotkan alkohol 70%.
c. Menggunakan handscoon pada pengambilan sampel, lalu nyalakan bunsen.
d. Mengambil sampel kerang olahan menggunakan sendok steril yang telah
disemprot dengan alkohol lalu masukkan ke dalam petridish (melakukan
kegiatan tersebut di dekat nyala api bunsen).
e. Masukkan sampel kerang olahan ke dalam coolbox yang telah berisi es
batu.
f. Menempelkan kertas etiket sebagai keterangan pada erlenmayer sampel
tersebut (hanya mencantumkan kode).
g. Menyiapkan dan mencatat keterangan sampel pada Form Pengambilan
Sampel Makanan dan Specimen Jasaboga, seperti dibawah ini :
58
FORM PENGAMBILAN SAMPEL MAKANAN DAN SPECIMEN
JASABOGA
Nama Perusahaan : .................................................
Golongan : .................................................
Tanggal Pengambilan : .................................................
Petugas yang Mengambil : .................................................
Uraian contoh yang mengambil : .................................................
Nama Contoh/ Untuk Catatan
No. Kode Banyaknya
Specimen diperiksa
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
........................, 20 ......
PENGUSAHA PETUGAS
(..................................) (..................................)
Tanggal diterima .........
Petugas Laboratotrium
(..................................)
59
l. Memflambir mulut Erlenmeyer di atasnya laapi Bunsen dan menutup
mulut Erlenmeyer menggunakan kapas.
Media Pemupuk
Pemeriksaan Staphylococcus
1. Menyiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan.
2. Menyeterilakan meja kerja dengan cara menyemprotkan alkohol 70%.
3. Menyeterilkan tangan dengan cara menyemprotkan alkohol 70%.
4. Menggunakan masker dan handscoon.
5. Lalu letakkan botol erlenmeyer yang berisi sampel, bunsen, mata ose,
tabung reaksi 5 buah(4 untuk sample dan 1 untuk kontrol) yang berisi
media pemupuk Tryptone Soya Broth diatas meja kerja.
6. Menyalakan bunsen dengan korek api
7. Memijarkan mata ose diatas bunsen agar mata ose tetap steril.
8. Mata ose dibiarkan agar tidak terlalu panas.
9. Kemudian buka alumunium foil dan kapas yang terdapat pada botol
erlenmeyer sampel, dekatkan dengan nyala api bunsen.
10. Memflambir mulut botol erlenmeye rsampel menggunakan bunsen.
11. Menyelupkan mata ose steril ke dalam botol erlenmeyer yang berisi
sampel, fungsinya untuk mengambil air sampel.
12. Memflambir mulut tabung reaksi yang berisi Tryptone Soya Broth dengan
bunsen.
13. Masukkan mata ose yang telah dimasukkan botol erlenmeyer yang berisi
sampel kedalam tabung reaksi yang berisi media pemupuk Tryptone Soya
Broth.
14. Homongenkan larutan dengan cara mengadukkan menggunakan mata ose.
15. Lakukan langkah nomor 7-14 sebanyak 2 kali.
16. Memasukkan media pemupuk Tryptone Soya Broth yang telah tercampur
dengan sampel air kedalam inkubator selama 1x24 jam.
d. Hari Kedua
1. Mengeluarkan media Pemupuk Tryptone Soya Broth yang sudah pada
inkubator.
2. Membawa sampel tersebut ke ruang laboratorium, letakkan di meja yang
sudah disterilkan dengan alkohol 70%.
3. Menyiapkan alat dan bahan yang akan dibutuhkan.
60
4. Menyeterilkan tangan dengan menggunakan 70%.
5. Menggunakan masker dan handscoon.
6. Melihat perbedaan fisik pada tabung reaksi sample dengan tabung reaksi
kontrol.
7. Mencatat hasil perbedaannya, jika terdapat endapan keruh maka
dilanjutkan dengan metode gores dan tuang menggunakan media agar.
Berikut cara kerjanya :
Metode Tuang – Staphylococcus
61
3. Sampel makanan ikan bandeng olahan tersebut dikatakan positif apabila
berwarna kuning atau emas pada media Manitol Salt Agar.
4. Mencatat hasil pengamatan bakteri Staphylococcus.
VIII. Hasil
1. Jenis sampel : Kerang Olahan
2. Waktu pembelian : Selasa, 9 April 2019
3. Tempat pengambilan sampel : Warung tenda hijau
4. Petugas pengambil sampel : Tegar Ardiyansah & Galih Agata Pascariti
IX. Pembahasan
62
dari bakteri staphylococcus aereus adalah memfermentasi mannitol sehingga
timbul koloni berwarna kuning dan berbentuk kokus yang merupakan ciri ciri
koloni bakteri ini.
63
kuman patogen. Kerang-kerangan mengambil makanan dengan cara
menyaring air laut melalui tubuh mereka. Dengan cara ini, tanpa sengaja
mereka menangkap bakteria patogen yang berada di dalam air laut. Dapat juga
melalui kontaminasi silang adalah pencemaran terhadap makanan yang sudah
diolah oleh bahan mentah yang mengandung kuman patogen. Hal ini dapat
terjadi misalnya jika bahan mentah terutama daging disimpan bersama dengan
makanan yang sudah masak dalam satu tempat. Penjamah makanan juga
termasuk sumber kontaminasi karena dapat memindahkan kuman patogen ke
dalam makanan dengan berbagai cara. Batuk dan bersin dapat menularkan
kuman dari penjamah ke makanan. Karena Staphylococcus aureus ada dalam
saluran hidung dan kerongkongan. Vektor yang menularkan ke makanan
secara mekanis dan debu juga dapat memindahkan Staphylococcus aureus ke
makanan, apabila makanan dalam keadaan terbukan.
64
Gejala keracunan ditandai oleh rasa mual, muntah-muntah, dan diare yang
hebat tanpa disertai demam.
X. Kesimpulan
65
XI. Saran
Dengan hasil pemeriksaan Staphylococcus aureus yang mendapatkan hasil
positif terdapat pada kerang olahan yang kami uji ini, diharapkan kepada
masyarakat pentingnya melakukan hygiene sanitasi dalam proses pengolahan
makanan. Hal tersebut dilakukan agar makanan olahan aman untuk dikonsumsi
manusia dan terhindar dari kontaminasi terhadap makanan baik yang berasal dari
bahan makanan , orang, tempat dan peralatan.
66
DAFTAR PUSTAKA
Becton Dickinson GmbH. 2015. BDTM Buffered Peptone Water. Diambil dari www.bd.com.
(Diakses pada 13 April 2019).
Becton Dickinson GmbH. 2013. BDTM Mannitol Salt Agar. Diambil dari www.bd.com.
(Diakses pada 13 April 2019).
Becton Dickinson GmbH. 2008. BDTM Tryptone Soy Broth. Diambil dari www.bd.com.
(Diakses pada 13 April 2019).
Dani, Cecep. 2015. Keamanan Pangan Untuk Kesehatan Manusia. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2009. Penetapan Batas Maksimum Cemaran
Mikroba dan Kimia dalam Makanan. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia.
Diaman. 2016. Analisa Profil Protein Kerang Darah (Anadara granosa) yang Dipajan Ion
Logam Timbal (Pb) dengan Variasi Konsentrasi [Skripsi]. Semarang: Fakultas Ilmu
Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang.
Ferianto, A. 2012. Pola Resistensi Staphylococcus aureus yang Diisolasi dari Mastitis pada
Sapi Perah di Wilayah Kerja KUD Argopuro Krucil Probolinggo Terhadap
Antibiotika [Skripsi]. Surabaya: Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.
Harmita, dan Maksum Radji. 2008. Buku Ajar Analisis Hayati. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Khoiriyah, Siti. 2014. Uji Fitokimia dan Aktivitas Antibakteri Fraksi Etil Asetat, Kloroform
dan Petroleum Eter Ekstrak Metanol Alga Coklat Sargassum vulgare dari Pantai
Kapong Pamekasan Madura. Malang: Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana
Malik Ibrahim Malang.
Mawar. 2018. Deteksi Cemaran Bakteri Patogen Staphylococcus aureus Pada Ayam Goreng
Krispi yang dijual di Mall Panakukang. Makassar: Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Alauddin Makassar.
67
Novianti, viktor. 2014. Identifikasi dan Karakteristik Staphylococcus Sp. dan Streptococcus
Sp. dari Infeksi Ovarium Pada Ayam Petelur Komersial adanya Staphylococcus
aureus. Jurnal Ilmu Ternak VOL. 1, NO. 7, 32 - 37
Puji, Winiati, dkk. 2016. Identifikasi Listeria monocytogenes pada Kerang Hijau dan Kerang
Darah. Vol.19 No.3. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian Institur Pertanian Bogor.
Shofiana, Hanna. 2017. Sensitivitas Bakteri Staphylococcus sureus Isolat dari Susu Mastitis
Terhadap Beberapa Antibiotika [Skripsi]. Surabaya: Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga.
68
LAMPIRAN
69
Media MSA positif Kontrol MSA
Dimasukkan kedalam Staphylococcus
inkubator dengan suhu dengan menggunakan
37º selama 1x24 jam metode tuang
70
PEMERIKSAAN Salmonella.sp PADA MAKANAN KERANG OLAHAN
I. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan Salmonellapada makanan.
II. Tujuan Khusus
1. Dapat melakukan pengambilan sampel secara benar.
2. Dapat melakukan pengiriman sampel secara benar.
3. Dapat melakukan pembuatan media secara benar.
4. Dapat melakukan penanganan sampel dengan benar.
5. Dapat melakukan pembacaan hasil penanaman.
III. Waktu Pelaksanaan
Hari/ Tanggal : Selasa, 9 April 2019 (Preparasi Sampel)
Rabu, 10 April 2019 (Pembacaan Hasil & Pembiakkan)
Kamis, 11 April 2019 (Pembacaan Hasil)
Waktu : 08.00 WIB – selesai
Tempat : Laboratorium Penyehatan Makanan dan Minuman Jurusan
Kesehatan Lingkungan Surabaya
IV. Dasar Teori
a. Kandungan Kerang
Kerang merupakan hewan laut yang tak bertulang belakang dari
kelompok hewan bertubuh lunak. Kerang memiliki 2 cangkang keras sebagai
pelindung tubuhnya. Habitat utama kerang yakni di perairan pantai yang
memiliki pasir berlumpur hingga kedalaman 4 – 6 meter dan perairan yang
relatif tenang. Selain itu, kerang dapat juga ditemukan di daerah muara, hutan
mangrove serta padang lamun. Pada umumnya kerang hidup mengelompok
dan terbenam dalam pasir berlumpur.
Pada umumnya kerang kaya akan asam suksinat, asam sitrat, asam
glikolat yang erat kaitannya dengan cita rasa dan memberikan energi sebagai
kalori. Selain itu kerang juga mengandung enzim tiaminase dalam jumlah
yang besar sehingga dapat merusak vitamin B1 bila dikonsumsi dalam
keadaan mentah. Tiaminase dapat diinaktifkan dengan pemanasan atau
pemasakan. Berikut kandungan yang berada dalam kerang :
1. Protein 11.84%
2. Lemak 0.60%
71
3. Air 81.81%
4. Kadar abu 2%
Kerang sebagai salah satu pangan yang berasal dari laut (fresh seafood)
lebih mudah mengalami kerusakan dibandingkan dengan komoditi segar
lainnya. Umur simpan kerang pada suhu 4oC adalah 6 hari. Risiko kerang
terhadap kesehatan karena kerang dapat mengakumulasikan kontaminan-
kontaminan dalam air, misalnya bakteri patogen dan logam berat dari area
tempat hidupya.
b. Salmonella sp
Salmonella sp. merupakan bakteri batang lurus, Gram negatif, tidak
berspora, dan bergerak dengan flagel peritrik kecuali Salmonella pullorum dan
Salmonella gallinarum. Salmonella sp. merupakan bakteri yang paling umum
menyebabkan foodborne disease di negara berkembang dengan gejala diare,
sakit perut, muntah dan demam. Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella
sp. disebut salmonellosis.
Taksonomi dari Salmonella sp adalah sebagai berikut :
Kerajaan : Bacteria
Filum :Proteobakteria
Kelas : Gamma Proteobakteria
Ordo : Enterobakteriales
Famili : Enterobakteriaceae
Genus : Salmonella
Bakteri ini bersifat fakultatif anaerob yang dapat tumbuh pada suhu
dengan kisaran 5–45°C dengan suhu optimum 35–37°C dan akan mati pada
pH di bawah 4,1. Salmonella tidak tahan terhadap kadar garam tinggi dan akan
mati jika berada pada media dengan kadar garam di atas 9%.Salmonella dapat
tumbuh optimum pada media pertumbuhan yang sesuai dan memproduksi
koloni yang tampak oleh mata dalam jangka waktu 24 jam pada suhu 37°C.
Salmonella sensitif terhadap panas dan tidak tahan pada suhu lebih dari 70°C
dan pasteurisasi pada suhu 71,1 °C selama 15 menit.
c. Media Pertumbuhan
Pepton water digunakan untuk membudidayakan organisme yang tidak
berbahaya, untuk mempelajari pola fermentasi karbohidrat dan untuk
72
melakukan tes indole. Formulasi pepton water berguna untuk penanaman
organisme tidak berbahaya. Media ini telah digunakan sebagai media basal
untuk tes biokimia. Pepton water mengandung pepton sebagai sumber karbon,
nitrogen, vitamin dan mineral. Sodium klorida mempertahankan osmotik
keseimbangan medium. Formula pepton water per liter :
1. Peptone 10.0 g
2. Natrium klorida 5.0 g
3. Disodium Phosphate 3.5 g
4. Monopotassium Phosphate 1.5 g
Media Trypticase Soya Broth (TSB) adalah media yang digunakan
dalam prosedur kualitatif untuk uji sterilitas dan untuk media pertumbuhan
mikroorganisme aerob. Dalam mikrobiologi klinis, mungkin digunakan untuk
suspensi dan penanaman strain yang diisolasi pada media lain. TSB tidak
direkomendasikan sebagaai pengayaan utama sedang diinokulasi langsung
dengan spesimen klinis tetapi dapat digunakan untuk kultur murni sebelumnya
diisolasi dari spesimen klinis. Formula TSB per liter air murni :
1. Tryptone 17.0 g
2. Soytone 3.0 g
3. Glukosa 2.5 g
4. Natrium klorida 5.0 g
5. Dipotassium Phosphate 2.5 g
6. pH 7.3
Media Mannitol Salt Agar (MSA) digunakan untuk isolasi selektif dan
deteksi Staphylococcus aureus dari spesimen klinis. MSA mengandung pepton
dan ekstrak daging sapi, yang memasok nutrisi penting. Konsentrasi natrium
klorida 7.5% menghasilkan penghambatan sebagian atau seluruh organisme
selain Staphylococcus. Koagules positif Staphylococcus menghasilkan koloni
kuning dan kuning di sekitarnya sedangkan negatif menghasilkan koloni
merah dan tidak ada perubahan warna indikator merah fenol. Formula MSA
per liter air murni :
73
4. Natrium klorida 75.0 g
5. D-Mannitol 10.0 g
6. Fenol merah 0.025 g
7. Agar 15.0 g
8. pH 7.4
V. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Bunsen
2. Pipump
3. Petridish
4. Erlenmeyer
5. Batangpengaduk
6. Tabungreaksi
7. Pipet volume 1 ml
8. Pipet volume 5 ml
9. Jarumose
10. Gelasukur 100 ml
11. Autoclave
12. Incubator
13. Water bath
14. Mortar dan Alu
15. Cool box
16. Timbangan Analitik
c. Bahan
1. Sampel Kerang Olahan
2. Pepton water
3. Selenite Broth
4. Brilliant Green Agar (BGA)
5. Kapas
6. Alumunium foil
7. Alkohol 70%
8. Aquades
9. Tali rami
10. Kertas cokelat
74
11. Etiket & Form pengambilan sampel
12. Handscoon
13. Masker
VI. Perhitungan
1. Peptone Water
15gr x
= 225ml
1000
15gr x 225ml
=x
1000
x = 3.375 gr
2. Selenith Broth
19gr x
=
1000 30ml
19gr x 30ml
=x
1000
x = 0,57 gr
x = 2,5 gr
75
f) Menyeterikan Pepton Water kedalam autoclave dengan suhu 121oC
selama 15 menit.
2. Selenit Broth
a) Menyiapkan aquades dan media Selenit Borth diatas meja.
f) Matikan nyala api, lalu menutup mulut erlemeyer dengan kapas dan
aluminium foil.
76
g) Kemudian, mengangkat erlemeyer yang berisi media Brilian Green
Agar dari waterbath.
4. Steriliasasi
a) Sterilisasi Alat Kerja
1) Lakukan disinfeksi meja kerja dengan cara menyemprotkan alkohol
70% secara merata.
77
3) Selanjutnya, menyetrilkan tangan dengan alkohol 70%, lalu
menggunakan handscoon.
b. Hari Pertama
Pengambilan Sampel Makanan – Kerang Olahan
a) Menyiapkanalatdanbahan yang dibutuhkan.
b) Menyeterilkan tangan dengan cara menyemprotkan alkohol 70%.
c) Menggunakan handscoon pada pengambilan sampel, lalu nyalakan
bunsen.
d) Mengambil sampel kerang olahan menggunakan sendok steril yang
telah disemprot dengan alkohol lalu masukkan ke dalam petridish
(melakukan kegiatan tersebut di dekat nyala api bunsen).
e) Masukkan sampel kerang olahan ke dalam coolbox yang telah berisi
es batu.
f) Menempelkan kertas etiket sebagai keterangan pada erlenmayer
sampel tersebut (hanya mencantumkan kode).
g) Menyiapkan dan mencatat keterangan sampel pada Form
Pengambilan Sampel Makanan dan Specimen Jasaboga, seperti
dibawah ini :
78
FORM PENGAMBILAN SAMPEL MAKANAN DAN SPECIMEN
JASABOGA
Nama Perusahaan : .................................................
Golongan : .................................................
TanggalPengambilan : .................................................
Petugas yang Mengambil : .................................................
Uraiancontoh yang mengambil : .................................................
Nama Contoh/ Untuk Catatan
No. Kode Banyaknya
Specimen diperiksa
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
........................, 20 ......
PENGUSAHA PETUGAS
(..................................) (..................................)
Tanggal diterima .........
Petugas Laboratotrium
(..................................)
79
l. Memflambir mulut Erlenmeyer di atasnyalaapi Bunsen dan menutup
mulut Erlenmeyer menggunakan kapas.
Media Pemupuk
Pemeriksaan Salmonella
1. Menyiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan.
2. Menyeterilakan meja kerja dengan cara menyemprotkan alkohol
70%.
3. Menyeterilkan tangan dengan cara menyemprotkan alkohol 70%.
4. Menggunakan masker dan handscoon.
5. Lalu letakkan botolerlenmeyer yang berisi sampel, bunsen, mata
ose, tabung reaksi5 buah(4 untuk sample dan 1 untukkontrol) yang
berisi media pemupukSelenite Broth diatas meja kerja.
6. Menyalakan bunsen dengan korek api
7. Memijarkan mata ose diatas bunsen agar mata ose tetap steril.
8. Mata ose dibiarkan agar tidak terlalu panas.
9. Kemudian buka alumunium foil dan kapas yang terdapat pada botol
erlenmeyer sampel, dekatkan dengan nyala api bunsen.
10. Memflambir mulut botol erlenmeyer sampel menggunakan bunsen.
11. Menyelupkan mata ose steril ke dalam botol erlenmeyer yang berisi
sampel, fungsinya untuk mengambil air sampel.
12. Memflambir mulut tabung reaksi yang berisi Selenite Broth dengan
bunsen.
13. Masukkan mata ose yang telah dimasukkan botol erlenmeyer yang
berisi sampel kedalam tabung reaksi yang berisi media
pemupukSelenite Broth.
14. Homongenkan larutan dengan cara mengadukkan menggunakan
mata ose.
15. Lakukan langkah nomor 7-14 sebanyak 2 kali.
16. Memasukkan media pemupukSelenite Broth yang telah tercampur
dengan sampel air kedalam inkubator selama 1x24 jam.
80
c. Hari Kedua
1. Mengeluarkan media PemupukSelenit Broth yang sudah pada inkubator.
2. Membawa sampel tersebut ke ruang laboratorium, letakkan di meja yang
sudah disterilkan dengan alkohol 70%.
3. Menyiapkan alat dan bahan yang akan dibutuhkan.
4. Menyeterilkan tangan dengan menggunakan 70%.
5. Menggunakan masker dan handscoon.
6. Melihat perbedaan fisik pada tabung reaksi sample dengan tabung reaksi
kontrol.
7. Mencatat hasil perbedaannya, jika terdapat endapan keruh maka
dilanjutkan dengan metode gores dan tuang menggunakan media agar.
Berikut cara kerjanya :
Metode Tuang – Salmonella
81
d. Hari Ketiga
1. Mengambil petridis yang berisi media Brilliant Green Agar yang sudah
dibiakkan dengan koloni bakteri dari dalam inkubator.
2. Melihat, mengamati apa perbedaannya (warna dan terdapatnya koloni
bakteri Salmonella) yang terjadi.
3. Sampel makanan ikan bandeng olahan tersebut dikatakan positif apabila
berwarna merah bata atau rose pada media Brilliant Green Agar.
4. Mencatat hasil pengamatan bakteri Salmonella.
VIII. Hasil
1. Jenis sampel : Kerang Olahan
2. Waktu pembelian : Selasa, 9 April 2019
3. Tempat pengambilan sampel : Warung Tenda Hijau
4. Petugas pengambil sampel : Tegar Ardiyansah & Galih Agata Pascariti
Tidak tumbuh
MetodeTuangBrilliant Green koloni bewarna
2. Negatif (-)
Agar (BGA) merah muda
(pink).
IX. Pembahasan
Dalam praktikum yang telah dilakukan untuk pemeriksaan adanya Salmonella
pada kerang olahan yaitu dengan menggunakan metode tuang. Metode Tuang
merupakan metode perhitungan mikroba dengan mencampurkan sampel pada
media agar cair (Harmita dan Maksum Radji 2008). Metode agar tuang, seperti
halnya metode perhitungan jumlah kuman hidup lainnya, dilakukan dengan
mencampurkan sampel pada media padat yang mendukung pertumbuhkan
mikroorganisme, dan kemudian menginkubasi pelat sehingga setiap sel bakteri
dapat membelah dan membentuk koloni. Namun, kelemahan dari metode tuang
cenderung sulit dilihat koloninya jika penuangannya tidak sempurna dengan
adanya koloni yang bertumpuk.
82
Media yang digunakan dalam praktikum ini ada 2 yaitu media Selenith
Broth (SB) sebagai pengaya dan media Brilliant Green Agar (BGA) sebagai media
selektif pertumbuhan bakteri Salmonella. Media BGA digunakan sebagai media
selektif pertumbuhan bakteri ini karena pada media Brilliant Greean Agar (BGA)
salmonella dideteksi dengan ketidakmampuan salmonella memfermentasi laktosa
atau laktosa dan sukrosa dengan memberikan warna pink pada koloni.
Praktikum yang kami lakukan menunjukkan bahwa sampel kerang yang kami
periksa adalah (-) salmonella sp / tidak menunjukkan keberadaan salmonella sp,
ditunjukkan dengan tidak adanya ciri ciri terdapat bakteri salmonella sp pada
media yaitu koloni merah muda (pink). Hal ini sesuai dengan peraturan BPOM
nomor HK.00.06.1.52.4011 tentang penetapan batas maksimum cemaran
salmonella sp dalam ikan olahan atau produk ikan termasuk moluska yaitu
negatif/25g. Salmonella merupakan bakteri patogen terhadap manusia. Bakteri ini
akan menyebabkan gangguan pencernaan apabila mengontaminasi pangan yang
dikonsumsi.
Kerang merupakan hewan yang hidup di perairan laut. Maka jika negatif
terdapat Salmonella pada kerang olahan hal kemungkinan bisa disebabkan oleh
habitat bakteri Salmonella di perairan pantai dan estuaria umumnya dapat diisolasi
dari pada perairan laut terbuka. Hal ini disebabkan karena perairan pantai dan
estuaria banyak mengandung material material organik yang berasal dari limbah
domestik atau industri sebagai sumber nutrisinya. Pertumbuhannya sangat
terhambat dengan adanya bakteri-bakteri lain, misalnya bakteri pembusuk, bakteri
genus Escherichiae dan bakteri asam laktat.
Salmonella sp tidak terdeteksi pada sampel kerang olahan diduga disebabkan
oleh bahan baku yang tidak tercemar salmonella sp, adanya perlakuan panas
(pengukusan/ pengorengan) serta kemungkinan pengolahan pada kerang tersebut
sudah benar dan higienis, dan Salmonella sensitif terhadap panas dan tidak tahan
pada suhu lebih dari 70°C. yang mengakibatkan salmonella sp mati, dan tidak
terjadi kontaminasi ulang dari peralatan maupun lingkungan.
83
X. Kesimpulan
XI. Saran
84
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Ita. 2015. Deteksi Salmonella sp. pada Daging Sapi di Pasr Tradisional dan
Pasar Modern di Kota Makassar. Fakultas Kedokteran. Universitas
Hassanudin. Makassar.
Aziz, Ikhwan. 2009. Isolasi Salmonella spp. Pada Tiga Jenis Ikan di Wilayah Bogor
Serta Uji Ketahananya Terhadap Pengaruh Proses Pengukusan. Fakultas
Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2009. Penetapan Batas Maksimum
Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Makanan. Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia.
Harmita, dan Maksum Radji. 2008. Buku Ajar Analisis Hayati. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Kunarso, Djoko. 2016. Beberapa Catatan Tentang Bakteri Salmonella. Balai Penelitian
dan Pengembangan Lingkungan Laut, Pusat Penelitian dan Pengembangan
OseanologiLIPI, Jakarta.
85
LAMPIRAN
86
Dimasukkan kedalam Media BGA negatif Kontrol BGA
inkubator dengan suhu salmonella dengan
37º selama 1x24 jam menggunakan metode
tuang
87
PEMERIKSAAN Vibrio Cholera PADA MAKANAN KERANG OLAHAN
I. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan Vibrio cholerae pada makanan.
II. Tujuan Khusus
1. Dapat melakukan pengambilan sampel secara benar.
2. Dapat melakukan pengiriman sampel secara benar.
3. Dapat melakukan pembuatan media secara benar.
4. Dapat melakukan penanganan sampel dengan benar.
5. Dapat melakukan pembacaan hasil penanaman.
III. Waktu Pelaksanaan
Hari/ Tanggal : Selasa, 9 April 2019 (Preparasi Sampel)
Rabu, 10 April 2019 (Pembacaan Hasil & Pembiakan)
Kamis, 11 April 2019 (Pembacaan Hasil)
Waktu : 08.00 WIB – selesai
Tempat : Laboratorium Penyehatan Makanan dan Minuman Jurusan
Kesehatan Lingkungan Surabaya
IV. Dasar Teori
a. Kandungan Kerang
Kerang merupakan hewan laut yang tak bertulang belakang dari
kelompok hewan bertubuh lunak. Kerang memiliki 2 cangkang keras sebagai
pelindung tubuhnya. Habitat utama kerang yakni di perairan pantai yang
memiliki pasir berlumpur hingga kedalaman 4 – 6 meter dan perairan yang
relatif tenang. Selain itu, kerang dapat juga ditemukan di daerah muara, hutan
mangrove serta padang lamun. Pada umumnya kerang hidup mengelompok
dan terbenam dalam pasir berlumpur.
Pada umumnya kerang kaya akan asam suksinat, asam sitrat, asam
glikolat yang erat kaitannya dengan cita rasa dan memberikan energi sebagai
kalori. Selain itu kerang juga mengandung enzim tiaminase dalam jumlah
yang besar sehingga dapat merusak vitamin B1 bila dikonsumsi dalam
keadaan mentah. Tiaminase dapat diinaktifkan dengan pemanasan atau
pemasakan. Berikut kandungan yang berada dalam kerang :
1. Protein 11.84%
2. Lemak 0.60%
88
3. Air 81.81%
4. Kadar abu 2%
Kerang sebagai salah satu pangan yang berasal dari laut (fresh seafood)
lebih mudah mengalami kerusakan dibandingkan dengan komoditi segar
lainnya. Umur simpan kerang pada suhu 4oC adalah 6 hari. Risiko kerang
terhadap kesehatan karena kerang dapat mengakumulasikan kontaminan-
kontaminan dalam air, misalnya bakteri patogen dan logam berat dari area
tempat hidupya.
b. Vibrio cholerae
Kingdom : Eubacteria
Divisi : Bacteri
Class : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Family : Vibrionaceae
Genus : Vibrio
Spesies : Vibrio cholerae
Vibrio cholerae merupakan bakteri yang berbentuk batang bengkok
seperti koma berukuran (0.5 µm x 1.5 – 3.0 µm), gram negatif, tidak berspora,
hidup secara aerob atau anaerob fakultatif, bergerak melalui flagel yang
monotrik, tidak membentuk spora, dan pada biakan tua dapat menjadi
berbentuk batang lurus. Morfologi dan sifat-sifat V. chloerae ini dapat
dijadikan pedoman dalam diagnosa atau identifikasi V.cholerae secara
konvensional. Keberadaan cholera enterotoksin yang spesifik hanya terdapat
pada V.cholerae patogen dapat menjadi target dalam pemeriksaan
laboratorium untuk diagnosa bakteri V.cholerae patogen dengan menggunakan
teknik biomolekuler seperti metode polymerase chain reaction.
Vibrio cholerae dapat ditemukan di lingkungan sekitar seperti air
sungai, air laut, air sumur, air penampungan, bahkan di hewan-hewan air yang
biasa dikonsumsi manusia.
89
c. Media Pertumbuhan
Pepton water digunakan untuk membudidayakan organisme yang tidak
berbahaya, untuk mempelajari pola fermentasi karbohidrat dan untuk
melakukan tes indole. Formulasi pepton water berguna untuk penanaman
organisme tidak berbahaya. Media ini telah digunakan sebagai media basal
untuk tes biokimia. Pepton water mengandung pepton sebagai sumber karbon,
nitrogen, vitamin dan mineral. Sodium klorida mempertahankan osmotik
keseimbangan medium. Formula pepton water per liter :
1. Peptone 10.0 g
2. Natrium klorida 5.0 g
3. Disodium Phosphate 3.5 g
4. Monopotassium Phosphate 1.5 g
Alkaline Peptone Water adalah media pertumbuhan yang digunakan
untuk spesies Vibrio. Media pengayaan sebelum dilapisi ke media selektif,
seperti TCBS agar. Pertumbuhan Vibrio dalam tabung ditunjukkan oleh
kekeruhan dibandingkan dengan kontrol yang tidak diinokulasi. Formula
Alkaline Peptone Water per liter :
1. Intisari pankreas dari casein 10.0 g
2. Natrium klorida 5.0 g
90
1. Ekstrak ragi 5.0 g
2. Intisari pankreas dari casein 5.0 g
3. Intisari peptik jaringan hewan 5.0 g
4. Natrium sitrat 10.0 g
5. Sodium tiosulfat 10.0 g
6. Oxgall 5.0 g
7. Sodium Cholate 3.0 g
8. pH 8.6
9. Sukrosa 20.0 g
10. Natrium klorida 10.0 g
11. Sitrat besi 1.0 g
12. Brom timol biru 0.04 g
13. Timol biru 0.04 g
14. Agar 14.0 g
V. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Bunsen
2. Pipump
3. Petridish
4. Erlenmeyer
5. Batangpengaduk
6. Tabungreaksi
7. Pipet volume 1 ml
8. Pipet volume 5 ml
9. Jarumose
10. Gelasukur 100 ml
11. Autoclave
12. Incubator
13. Water bad
14. Mortar dan Alu
15. Cool Box
16. Timbangan Analitik
91
b. Bahan
1. Sampel Kerang Olahan
2. Alkaline Peptone Water (APW)
3. Thiosulfat Citrate Bile Sucrose (TCBS)
4. Pepton Water
5. Kapas
6. Alumunium foil
7. Alkohol 70%
8. Aquades
9. Tali rami
10. Kertas cokelat
11. Etiket & Form Pengambilan Sampel
12. Handscoon
13. Masker
VI. Perhitungan
a. Pepton Water
15gr x
= 225ml
1000
15gr x 225ml
=x
1000
x = 3.375 gr
b. Alkaline Peptone Water (APW)
20gr x
=
1000 30ml
20gr x 30 ml
=x
1000
x = 0,6 gr
c. Thiosulfate Citrate Bile Sucrose (TCBS)
88gr x
=
1000 50ml
88gr x 50 ml
=x
1000
x = 4,4 gr
92
VII. Langkah Kerja
a. Pembuatan Media
1. Pepton Water
a) Menyiapkan aquades dan media Pepton Water diatas meja.
93
g) Sesudah 15 menit, angkat erlemeyer yang berisi media Pepton
Water dari dalam autoclave.
b. Steriliasasi
1. Sterilisasi Alat Kerja
a) Lakukan disinfeksi meja kerja dengan cara menyemprotkan
alkohol 70% secara merata.
94
f) Kemudian, membungkus alat yang akan disterilkan dengan kertas
coklat dan mengikatnya dengan benang.
c. Hari Pertama
Pengambilan Sampel Makanan – Kerang Olahan
a. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
b. Menyeterilkan tangan dengan cara menyemprotkan alkohol 70%.
c. Menggunakan handscoon pada pengambilan sampel, lalu
nyalakan bunsen.
95
d. Mengambil sampel kerang olahan menggunakan sendok steril
yang telah disemprot dengan alkohol lalu masukkan ke dalam
petridish (melakukan kegiatan tersebut di dekat nyala api
bunsen).
e. Masukkan sampel kerang olahan ke dalam coolbox yang telah
berisi es batu.
f. Menempelkan kertas etiket sebagai keterangan pada erlenmayer
sampel tersebut (hanya mencantumkan kode).
g. Menyiapkan dan mencatat keterangan sampel pada Form
Pengambilan Sampel Makanan dan Specimen Jasaboga, seperti
dibawah ini :
FORM PENGAMBILAN SAMPEL MAKANAN DAN SPECIMEN
JASABOGA
Nama Perusahaan : .................................................
Golongan : .................................................
Tanggal Pengambilan : .................................................
Petugas yang Mengambil : .................................................
Uraian contoh yang mengambil : .................................................
Nama Contoh/ Untuk Catatan
No. Kode Banyaknya
Specimen diperiksa
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
........................, 20 ......
PENGUSAHA PETUGAS
(..................................) (..................................)
Tanggal diterima .........
Petugas Laboratotrium
(..................................)
96
h. Melakukan pemeriksaan sampel di Laboratorium.
i. Menimbang sampel kerang olahan di atas timbangan analitik dengan
berat 25 gr.
j. Selanjutnya, haluskan sampel kerang olahan tersebut menggunakan
mortar dan alu.
k. Menyiapkan media Pepton Water yang di dalam Erlenmeyer steril, lalu
memasukkan sampel kerang olahan kedalam Erlenmeyer steril, aduk
hingga tercampur rata.
l. Memflambir mulut Erlenmeyer di atasnya laapi Bunsen dan menutup
mulut Erlenmeyer menggunakan kapas.
Media Pemupuk
Pemeriksaan Vibrio cholerae
1. Menyiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan
2. Menyeterilakan meja kerja dengan cara menyemprotkan alkohol
70%
3. Menyeterilkan tangan dengan cara menyemprotkan alkohol 70%
4. Menggunakan masker dan handscoon
5. Lalu letakkan botol erlenmeyer yang berisi sampel, bunsen, mata
ose, tabung reaksi 5 buah (4 untuk sample dan 1 untuk kontrol)
yang berisi media pemupuk Alkali Peptone Water diatas meja
kerja
6. Menyalakan bunsen dengan korek api
7. Memijarkan mata ose diatas bunsen agar mata ose tetap steril
8. Mata ose dibiarkan agar tidak terlalu panas
9. Kemudian buka alumunium foil dan kapas yang terdapat pada
botol erlenmeyer sampel, dekatkan dengan nyala api bunsen.
10. Memflambir mulut botol Erlenmeyer sampel menggunakan bunsen
11. Menyelupkan mata ose steril kedalam botol erlenmeyer yang berisi
sampel, fungsinya untuk mengambil air sampel
12. Memflambir tabung reaksi yng berisi Alkali Peptone Water
dengan bunsen
97
13. Masukkan mata ose yang telah dimasukkan botol erlenmeyer yang
berisi sampel kedalam tabung reaksi yang berisi media pemupuk
Alkali Peptone Water
14. Homongenkan larutan dengan cara mengadukkan menggunakan
mata ose
15. Lakukan langkah nomor 7-14 sebanyak 2 kali
16. Memasukkan media pemupuk Alkali Peptone Water yang telah
tercampur dengan sampel air kedalam inkubator selama 1x24 jam
d. Hari Kedua
a. Mengeluarkan media PemupukAlkali Peptone Water yang sudah pada
inkubator
b. Membawa sampel tersebut ke ruang laboratorium, letakkan di meja yang
sudah disterilkan dengan alkohol 70%.
c. Menyiapkan alat dan bahan yang akan dibutuhkan
d. Menyeterilkan tangan dengan menggunakan 70%
e. Menggunakan masker dan handscoon
f. Melihat perbedaan fisik pada tabung reaksi sample dengan tabung reaksi
kontrol
g. Mencatat hasil perbedaannya, jika terdapat endapan keruh maka
dilanjutkan dengan metode gores dan tuang menggunakan media agar.
Berikut cara kerjanya :
98
6) Membuka kapas pada mulut erlenmeyer yang berisi media Thiosulfate
Citrate Bile Sucrosekemudian memfalmbirkan diatas bunsen
7) Menuangkan media Thiosulfate Citrate Bile SucroseAgar 15ml ke dalam
petridisk yang berisi cairan sampel
8) Memflambir mulut petridish di atas api bunsen kemudian di tutup
9) Menggoyang petridish secara perlahan yang bertujuan untuk
menghomogenkan cairan
10) Menunggu agar hingga beku dan berstektur seperti agar
11) Membuatkembali 1 media Thiosulfate Citrate Bile Salt sebagai control
12) Memasukkan pertidish ke dalam inkubator dengan suhu 37º selama 1x24
jam
e. Hari Ketiga
1. Mengambil petridis yang berisi media Thiosulfate Citrate Bile Salts yang
sudah dibiakkan dengan koloni bakteri dari dalam inkubator.
2. Melihat, mengamati apa perbedaannya (warna dan terdapatnya koloni
bakteri Vibrio) yang terjadi.
3. Sampel makanan ikan bandeng olahan tersebut dikatakan positif apabila
berwarna kuning pada media TCBS (Thiosulfate Citrate Bile Salts).
4. Mencatat hasil pengamatan bakteri Vibrio Cholera
VIII. Hasil
1. Jenis sampel : Kerang Olahan
2. Waktu pembelian : Selasa, 9 April 2019
3. Tempat pengambilan sampel : Warung tenda hijau
4. Petugas pengambil sampel : Tegar Ardiyansah & Galih Agata Pascariti
99
No. Media Hasil Keterangan
1. Alkaline Peptone Water (APW) Positif (+) Terjadi Kekeruhan
Tidak terdapat
koloni kuning,
permukaan agak
datar, bagian
Metode Tuang Thiosulfate tengah keruh dan
2. Negatif (-)
Citrate Bile Sucrose (TCBS) bagian pinggir
bening atau koloni
kuning agak kering
dilingkari zone
kuning
IX. Pembahasan
Dalam praktikum pemeriksaan adanya Vibrio Cholerae dalam kerang olahan
kali ini menggunakan Metode Tuang. Metode Tuang merupakan metode
perhitungan mikroba dengan mencampurkan sampel pada media agar cair
(Harmita dan Maksum Radji 2008). Metode agar tuang, seperti halnya metode
perhitungan jumlah kuman hidup lainnya, dilakukan dengan mencampurkan
sampel pada media padat yang mendukung pertumbuhkan mikroorganisme, dan
kemudian menginkubasi pelat sehingga setiap sel bakteri dapat membelah dan
membentuk koloni. Namun, kelemahan dari metode tuang cenderung sulit dilihat
koloninya jika penuangannya tidak sempurna dengan adanya koloni yang
bertumpuk.
Media yang digunakan dalam praktikum ini ada 2 yaitu Medium Alkaline
Pepton Water (APW) yang merupakan medium enrichment exclusive (pengaya)
dan Media TCBSA yang merupakan medium selektif pertumbuhan bakteri Vibrio
sp. Media APW 1% memiliki pH 9. Berdasarkan nilai pH tersebut media ini
bersifat basa (alkaline). Kebasaan ini mendukung pertumbuhan bakteri vibrio
cholera yang merupakan bakteri yang tumbuh dengan baik pada pH diatas 8.
Kebasaan media APW ini juga berfungsi menekan atau menghambat pertumbuhan
bakteri yang bersifat asam. Media TCBSA merupakan medium selektif
pertumbuhan bakteri Vibrio sp. Media TCBSA ini digunakan karena Vibrio
100
cholereae dapat menfermentasi sukrosa dan menghasilkan asam sehingga
mengubah zat indikator bromothymol blue membentuk koloni berwarna kuning.
Praktikum yang kami lakukan menunjukkan bahwa sampel kerang yang kami
periksa adalah (-) Vibrio cholerae / tidak menunjukkan keberadaan Vibrio
cholera, ditunjukkan dengan tidak adanya ciri ciri terdapat bakteri Vibrio cholerae
pada media yaitu koloni berwarna kuning, permukaan datar, bagian tengah keruh
dan bagian pinggir bening atau koloni kuning agak kering dilingkari zone kuning
(Ferdiaz 1993). Hal ini sesuai dengan peraturan BPOM nomor
HK.00.06.1.52.4011 tentang penetapan batas maksimum cemaran vibrio cholerae
dalam ikan olahan atau produk ikan termasuk moluska yaitu negatif/25g. Vibrio
cholerae merupakan bakteri patogen terhadap manusia. Bakteri ini akan
menyebabkan gangguan pencernaan apabila mengontaminasi pangan yang
dikonsumsi.
Menurut Purwoko (2007), transmisi utama penyakit kolera ditentukan oleh
faktor lingkungan seperti suhu, kebersihan dan konsentrasi nutrien misalnya
zooplankton di dalam air. Kondisi pasar sebagai tempat berjualan juga dapat
memengaruhi keberadaan bakteri V. cholerae. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Pribadi (2008), faktor lokasi penjualan, peralatan yang kurang
higienis memengaruhi adanya kontaminasi bakteri V. cholerae. Beberapa
penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat berbagai sumber transmisi dari
bakteri V. cholerae. Sumber pangan yang berasal dari hasil perikanan merupakan
salah satu sumber transmisi yang paling sering terjadi. Hal ini erat kaitannya
dengan teori bahwa air dengan kadar garam tinggi seperti air laut adalah tempat
hidup alami dari Vibrio spp., sehingga memudahkan proses kontaminasi
(Widyastana et al. 2015).
Vibrio cholerae tidak terdeteksi pada sampel kerang olahan diduga disebabkan
oleh bahan baku yang tidak tercemar V. cholerae, adanya perlakuan panas
(pengukusan/ pengorengan) yang mengakibatkan V. cholerae mati, dan tidak
terjadi kontaminasi ulang dari peralatan maupun lingkungan.
X. Kesimpulan
Pemeriksaan Vibrio Cholera pada kerang olahan terdapat kekeruhan di media
penyubur APW ( Alkaline pepton water ) lalu dilanjutkan ke media selektif yaitu
TCBS untuk memastikan bahwa kekeruhan tersebut terdapat bakteri Vibrio
Cholera. Namun pada media TCBS tidak terdapat ciri-ciri bakteri Vibrio Cholera
101
pada media tersebut yaitu bakteri tersebut memfermentasikan sukrosa ditandai
dengan koloni bewarna kuning dan koloni yang tidak memfermentasikan sukrosa
ditandai dengan koloni bewarna hijau, dengan ini dapat disimpulkan bahwa
sampel tersebut negatif (-) Vibrio Cholerae . Sumber kontaminasi bakteri Vibrio
Cholera bisa berasal dari perairan tambak yang tercemar oleh kotoran manusia
atau hewan yang mengandung bakteri Vibrio Cholera. Vibrio cholerae tidak
terdeteksi pada sampel kerang olahan diduga disebabkan oleh bahan baku yang
tidak tercemar V. cholerae, adanya perlakuan panas (pengukusan/ pengorengan)
yang mengakibatkan V. cholerae mati, dan tidak terjadi kontaminasi ulang dari
peralatan maupun lingkungan. Bilamana terdapat kepositifan dalam sampel maka
batas cemaran mikroba untuk bakteri Vibrio Cholera negative/25 menurut SNI
7388 tahun 2009.
XI. Saran
Mahasiswa lebih baik memperhatikan betul langkah-langkah praktikum
karena Kemungkinan terjadinya negative pada media Selektif TCBS karena
adanya kesalahan dari faktor praktikum maupun proses pengerjaan sampel.
seperti, pekerjaan yang tidak aseptis pada pebuatan media dan kurangnya teliti
dalam mengikuti cara-cara praktikum yang telah di jelaskan.
102
DAFTAR PUSTAKA
Becton Dickinson GmbH. 2015. BDTM Buffered Peptone Water. Diambil dari www.bd.com.
(Diakses pada 13 April 2019).
Becton Dickinson GmbH. 2010. BBLTM Alkaline Peptone Water. Diambil dari www.bd.com.
(Diakses pada 13 April 2019).
Becton Dickinson GmbH. 2013. BDTM TCBS Agar. Diambil dari www.bd.com. (Diakses pada
13 April 2019).
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2009. Penetapan Batas Maksimum Cemaran
Mikroba dan Kimia dalam Makanan. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia.
[BSN] Badan Standadisasi Nasional. 2006. Cara uji mikrobiologi-Bagian 4: Penentuan Vibrio
cholerae pada produk perikanan. SNI 01-2332.4-2006.
Diaman. 2016. Analisa Profil Protein Kerang Darah (Anadara granosa) yang Dipajan Ion
Logam Timbal (Pb) dengan Variasi Konsentrasi [Skripsi]. Semarang: Fakultas Ilmu
Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang.
Pribadi A. 2008. Identifikasi bakteri Vibrio cholerae pada udang bakar yang dijual di sekitar
Jalan Pahlawan Semarang [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Muhammadiyah
Semarang
Puji, Winiati, dkk. 2016. Identifikasi Listeria monocytogenes pada Kerang Hijau dan Kerang
Darah. Vol.19 No.3. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian Institur Pertanian Bogor.
Purwoko T. 2007. Fisiologi Mikroba. Jakarta (ID): Bumi Aksara
103
Widyastana IWY, Kawuri R, Dalem AAGR. 2015. Keberadaan bakteri patogen vibrio
cholerae pada beberapa hasil perikanan yang dijual di pasar tradisional kota Denpasar.
J Metamorf II. (1): 16-22.
104
LAMPIRAN
105
Mengambil 1 ml Teknik metode tuang Media TCBS negatif Vibrio
Alkali Peptone Water dengan cara didekatkan dengan menggunakan metode
yang keruh dengan bunsen agar tuang, tidak adanya
tetap steril perubahan warna
Kontrol TCBS
106
LAPORAN PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN & MINUMAN – A
Dosen Pembimbing :
Umi Rahayu, SKM., M.Kes
A.T Diana Nerawati, SKM., M.Kes
Narwati, S.Si., M.Kes
Penyusun :
Kelompok B
Sub 3
1. Namira Kholifatul P. P27833317033
2. Tegar Ardiyansah P27833317027
3. Aprilia Putri Agnia P27833317028
4. Amira Balqis M. P27833317030
107
PEMERIKSAAN STAPHYLOCOCCUS PADA MAKANAN PINDANG
OLAHAN
I. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan Staphylococcus pada makanan.
Ikan pindang tongkol (Euthynnus affinis) merupakan golongan ikan tuna kecil
yang tidak bersisik kecuali pada garis rusuk. Sirip punggung berjari- jari keras 15,
sedangkan ynag kedua jari- jari lemah 13. Ukuran asli ikan tongkol cukup besar,
108
mencapai 1 meter dengan berat 13,6 kg. Ikan ini memiliki tekstur kulit licin berwarna
abu- abu, daging tebal dan warnanya merah tua (Dami, 2014) Ikan pindang tongkol
merupakan bahan pangan yang mengandung gizi yang cukup dan bermanfaat bagi
tubuh. Kandungan gizi ikan pindang tongkol yaitu :
B. Staphylococcus
Sifat koloni dari Staphylococcus aureus pada media agar koloni akan tampak
berbentuk bulat, halus, menonjol, berkilau-kilauan, dan membentuk sebagian pigmen.
Pigmen akan tampak paling baik bila dieramkan pada temperature 200C. Dengan
adanya pigmen tersebut koloni dapat bewarna orange, kuning, putih dan walaupun
sangat jarang ada pula yang bewarna ungu. Diameter koloni antara 1-3 µm, dapat
mencapai 10 µm setelah inkubasi 5 hari. (Ekawati, 2016).
109
C. Media Pertumbuhan
Media Pepton Water merupakan media pertumbuhan atau media dasar untuk
fermentase karbohidrat. Media pepton water direkomendasikan sebagai media
pengencer untuk keperluan pengkaya mikroba seperti yang telah dijelaskan oleh FOA
dan USP_NF, berguna sebagai media pengencer atau untuk membuat suspense
pencacahan mikroba. Media ini mengandung nutrisi yang rendah yaitu hanya
mengandung 1,0 gram pepton sehingga tidak cocok digunakan sebagai media
pertumbuhan atau pemeliharaan. ( Oxoid.2017 )
Media TSB ( Triticase Soya Broth ) media ini merupakan untuk memperbanyak
mikroba media ini mengandung kedelai dan kasein yang menyediakan asam amino
dan zat nitrogen mempertahankan ekuilibrum osmotic. (Jarot, 2015)
Sumber: Oxoid.2017
Media MSA (Mannitol Salt Agar) adalah media selektif yang mempu
menumbuhkan bakteri tertentu dan menhambat pertumbuhan bakteri lainnya. Ciri-ciri
koloni yang tumbuh pada media adalah licin mengkilat, smooth, pinggiran rata,
membentuk pigmentasi kuning emas. Bakteri akan mengahsilkan enzim koagulase
dan memfermentasikan mannitol pada media MSA. (Amalia Krishna Dewi.2013 )
110
V. Alat dan Bahan
A. Alat
1. Bunsen
2. Pipump
3. Petridish
4. Erlenmeyer
5. Batang pengaduk
6. Tabung reaksi
7. Pipet volume 1 ml
8. Pipet volume 5 ml
9. Jarum ose
10. Gelas ukur 100 ml
11. Autoclave
12. Incubator
13. Water bad
14. Mortar dan Alu
15. Cool box
16. Timbangan Analitik
B. Bahan
111
VI. Perhitungan
1. Peptone Water
15gr x
= 225ml
1000
15gr x 225l
=x
1000
x = 3,375 gr
x = 0,9 gr
x = 5,4 gr
A. Pembuatan Media
1. Pepton Water
a. Menyiapkan aquades dan media Pepton Water diatas meja.
b. Menimbang media Pepton Water sebanyak 3,375 gram diatas kertas timbang
dengan menggunakan timbangan.
112
g. Sesudah 15 menit, angkat erlemeyer yang berisi media Pepton Water dari
dalam autoclave.
b. Menimbang media Tryptone Soya Broth dengan berat 0,9 gram diatas kertas
timbang dengan menggunakan timbangan.
d. Memasukkan aquades dan media Tryptone Soya Broth kedalam beker glass,
mengaduknya dengan hingga tercampur.
g. Sesudah 15 menit, angkat erlemeyer yang berisi media Tryptone Soya Broth
dari dalam autoclave.
b. Menimbang media Manitol Salt Agar dengan berat 5,4 gram diatas kertas
timbang dengan menggunakan timbangan.
d. Memasukkan aquades dan media Manitol Salt Agar kedalam erlemeyer, lalu
mengaduknya hingga tercampur.
f. Matikan nyala api, lalu menutup mulut erlemeyer dengan kapas dan
aluminium foil.
g. Kemudian, mengangkat erlemeyer yang berisi media Manitol Salt Agar dari
waterbath.
113
h. Menyeterikan Manitol Salt Agar kedalam autoclave, dengan suhu 121 oC
selama 15 menit.
i. Sesudah 15 menit, angkat erlemeyer yang berisi media Manitol Salt Agar
dari dalam autoclave.
B. Sterilisasi
1. Sterilisasi Alat Kerja
a. Lakukan disinfeksi meja kerja dengan cara menyemprotkan alkohol 70%
secara merata.
e. Menyemprot alat yang akan digunakan dan yang akan disterilkan dengan
alkohol 70%.
f. Kemudian, membungkus alat yang akan disterilkan dengan kertas coklat dan
mengikatnya dengan benang.
114
d. Menyeterilkan kembali tangan dengan alkohol 70%. (yang sudah
diberihandscoon)
C. Hari ke-1
Pengambilan Sampel Makanan – Ikan Pindang Olahan
1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
2. Menyeterilkan tangan dengan cara menyemprotkan alcohol 70%.
3. Mengunakan handscoon pada pengambilan sampel, lalu nyalakan Bunsen.
4. Mengambil sample Ikan Pindang olahan menggunakan sendok steril yang
telah disemprot dengan alkohol lalu masukkan ke dalam plastic klip
(Melakukan kegiatan tersebut di dekat nyala api Bunsen).
5. Masukkan sample Ikan Pindang olahan kedalam cool box yang telah
berisi es batu,
6. Menempelkan kertas etiket sebagai keterangan pada Plastic klip sampel
tersebut dengan kode dan tanggal pengambilan sampel.
7. Menulis kode sampel, tanggal pengambilan sampel, dan mengisi identitas
sampel di dalam formulir pengambilan sampel
8. Melakukan pemeriksaan sample di Laboratorium.
9. Lalu menimbang sampel Ikan Pindang olahan di atas timbangan analitik
dengan berat 25 gram.
10. Selanjutnya, haluskan sample Ikan Pindang olahan tersebut menggunakan
mortal dan alu.
11. Menyiapkan media Pepton Water yang di dalam erlenmeyer steril, lalu
memasukkan sampel Ikan Pindang ke dalam erlenmeyer steril, aduk
hingga tercampur rata.
12. Memflambir mulut erlenmeyer di atas nyala api bunsen dan menutup
mulut erlenmeyer menggunakan kapas.
115
D. Media Pemupuk
1. Pemeriksaan Staphylococcus
a. Menyiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan
b. Menyeterilakan meja kerja dengan cara menyemprotkan alkohol
70%
c. Menyeterilkan tangan dengan cara menyemprotkan alkohol 70%
d. Menggunakan masker dan handscoon
e. Lalu letakkan botol erlenmeyer yang berisi sampel, bunsen, mata
ose, tabung reaksi 3 buah (2 untuk sample dan 1 untuk kontrol)
yang berisi media pemupuk Tryptone Soya Broth masing-masing 5
mL diatas meja kerja
f. Menyalakan bunsen dengan korek api
g. Memijarkan mata ose diatas bunsen agar mata ose tetap steril
h. Mata ose dibiarkan agar tidak terlalu panas
i. Kemudian buka alumunium foil dan kapas yang terdapat pada
botol erlenmeyer sampel, dekatkan dengan nyala api bunsen.
j. Memflambir mulut botol erlenmeyer sampel menggunakan
bunsen
k. Menyelupkan mata ose steril kedalam botol erlenmeyer yang
berisi sampel, fungsinya untuk mengambil air sampel
l. Memflambir mulut tabung reaksi yang berisi Tryptone Soya Broth
dengan bunsen
m. Masukkan mata ose yang telah dimasukkan botol erlenmeyer yang
berisi sampel kedalam tabung reaksi yang berisi media pemupuk
Tryptone Soya Broth
n. Homongenkan larutan dengan cara mengadukkan menggunakan
mata ose
o. Lakukan langkah nomor 7-14 sebanyak 2 kali
p. Memasukkan media pemupuk Tryptone Soya Broth yang telah
tercampur dengan sampel air kedalam inkubator selama 1x24 jam
E. Hari ke-2
1. Mengeluarkan media Pemupuk Tryptone Soya Broth yang sudah pada
inkubator
116
2. Membawa sampel tersebut ke ruang laboratorium, letakkan di meja yang
sudah disterilkan dengan alkohol 70%.
3. Menyiapkan alat dan bahan yang akan dibutuhkan
4. Menyeterilkan tangan dengan menggunakan 70%
5. Menggunakan masker dan handscoon
6. Melihat perbedaan fisik pada tabung reaksi sample dengan tabung reaksi
kontrol
7. Mencatat hasil perbedaannya, jika terdapat endapan keruh maka dilanjutkan
dengan metode tuang menggunakan media agar.
Berikut cara kerjanya :
117
G. Hari ke-3
1. Mengambil petridis yang berisi media Manitol Salt Agar yang sudah
dibiakkan dengan koloni bakteri dari dalam inkubator.
2. Melihat, mengamati apa perbedaannya (warna dan terdapatnya koloni bakteri
Stapyhlococcus) yang terjadi.
3. Sampel makanan ikan pindang olahan tersebut dikatakan positif apabila
berwarna kuning atau emas pada media Manitol Salt Agar.
4. Mencatat hasil pengamatan bakteri Staphylococcus
5. Setelah praktikum selesai, peralatan yang telah digunakan dibersihkan
dengan cara direbus terlebih dahulu bersama dengan media yang tersisa
VIII. Hasil
Tempat pengambilan sampel : Warung Tenda Hijau Jl. Pucang Jajar Tengah
118
Gambar 1
Terdapat koloni berwarna kuning pada media agar
119
IX. Pembahasan
Sampel ikan pindang diambil di Warung Makan Tenda Hijau Jl. Pucang Jajar
Tengah pada hari Selasa, 9 April 2019 pukul 08.30 WIB. Pengambilan sampel
dilakukan secara mikrobiologis. Sampel yang telah diambil kemudian dibawa ke
laboratorium, selanjutnya dilakukan pengenceran dengan menggunakan Pepton
Water. Pepton water selain menjadi media pengencer juga memberikan nutrisi untuk
mikroba. Kemudian dilakukan penanaman sampel di media TSB (Trypton Soya
Broth). Media TSB mengandung kasein dan pepton kedelai yang menyediakan asam
amino dan substansi nitrogen lainnya yang membuat- nya menjadi media bernutrisi
untuk bermacam mikroorganisme salah satunya adalah Staphylococcus aureus (Jarot,
2015).
Dari hasil inokulasi menggunakan media TSB, sampel positif keruh.
Selanjutnya dibiakan pada media MSA (Mannitol Salt Agar) dengan metode tuang.
karena dengan menggunakan metode tuang akan memperlihatkan pertumbuhan
bakteri yang lebih merata di seluruh permukaan media (Seniati, dkk 2017). Mannitol
Salt Agar adalah media umum yang digunakan untuk media pertumbuhan. Media ini
dapat mendorong pertumbuhan kelompok bakteri tertentu dan sekaligus menghambat
pertumbuhan bakteri lainnya (Amalia, 2013). Mannitol Salt Agar selektif untuk
bakteri gram positif seperti Staphylococcus aureus karena mengandung konsentrasi
garam tinggi. Untuk mengetahui adanya pertumbuhan koloni ditandai dengan adanya
pertumbuhan koloni berwarna kuning. Warna kuning disebabkan oleh fermentasi
mannitol oleh Staphylococcus aureus (Suwandi 1999).
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap ikan pindang yang dijual di pasar
Warung Tenda Hijau Jl. Pucang Jajar Tengah Surabaya diperoleh hasil positif
terhadap Staphylococcus aureus, yaitu ada pertumbuhan koloni berwarna kuning.
Berdasarkan SNI- 7388 Tahun 2009, batas maksimum cemaran mikroba pada pangan
terutama produk perikanan yang difermentasi dengan atau tanpa menggunakan garam
yaitu 1 x 103 koloni/g, sedangkan hasil dari pemeriksaan secara visual menunjukkan
jumlah koloni yang lebih dari batas maksimum yang ditentukan. Jika mengacu pada
standar aturan tersebut, maka kualitas ikan pindang yang digunakan tidak layak untuk
konsumsi. Apabila dikonsumsi akan menimulkan gangguan kesehatan. Gejala
120
keracunan makanan akibat Staphylococcus adalah kram perut, muntah-muntah yang
kadang-kadang di ikuti oleh diare. (Le Loir, 2003)
Adanya Staphylococcus aureus menunjukkan bahwa sampel telah
terkontaminasi. Jika dikaitkan pada penelitian terhadap ikan asin yang dilakukan oleh
Dini Febriyanti (2015), adanya bakteri Staphylococcus aureus kemungkinan
disebabkan karena proses pengolahan, pengemasan atau penyimpanan yang kurang
higienis. Proses produksi yang tidak dilakukan secara benar seperti tahap pencucian
ikan yang hanya dilakukan satu kali dan tidak menggunakan air bersih dan mengalir.
Hygiene personal pembuat ikan pindang juga merupakan faktor yang harus
diperhatikan, karena diketahui beberapa syarat tidak dilakukan secara benar seperti
penggunaan celemek dan penutup kepala, penggunaan sarung tangan, perilaku
mencuci tangan dengan air bersih dan mengalir dan penggunaan perhiasan. Faktor
lain penyebab adanya bakteri Staphylococcus aureus ini menurut teori Adawyah
(2011) bahwa jumlah kandungan air pada bahan pangan akan mempengaruhi daya
tahan bahan pangan tersebut terhadap serangan mikroba yang dinyatakan sebagai
aktifitas air (Aw). Aktifitas air (Aw) merupakan syarat hidup Staphylococcus aureus
dan bakteri halofilik lainnya adalah sekitar 0,75. Selain itu, pencemaran juga dapat
terjadi melalui air yang digunakan untuk mencuci ataupun untuk produksi
terkontaminasi bakteri Staphylococcus, sehingga dapat mencemari ikan pindang.
Untuk mencegah pencemaran pada bahan makanan, sebaiknya dilakukan
beberapa upaya yaitu proses produksi dilakukan dengan benar seperti pencucian ikan
dilakukan lebih dari satu kali dengan menggunakan air bersih yang mengalir, proses
penggaraman dilakukan secara higienis, serta ikan disimpan pada wadah kedap udara
dan kering dengan suhu dingin agar aktifitas airnya rendah. Selain itu, hygiene
personal pembuat dan penjual ikan pindang juga harus diperhatikan (Dini Febriyanti,
2015).
X. Kesimpulan
Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri patogen dan bakteri ini dapat
digunakan sebagai indikator dari pengolahan makanan yang tidak higienis. Pada
praktikum yang telah kami lakukan, mendapatkan hasil positif (+) Staphylococcus aureus
pada ikan olahan (ikan pindang) yang ditemukan adanya koloni bakteri yang berwarna
kuning pada media Mannitol Salt Agar. Dengan adanya Staphylococcus aureus ini dapat
dijadikan indikator untuk mengetahui kualitas dari ikan olahan (ikan pindang) tersebut.
121
XI. Saran
Sehubungan dengan dihasilkannya positif bakteri Staphylococcus aureus pada ikan
olahan (ikan pindang) ini, disaeankan kepada masyarakat untuk lebih memperhatikan
prinsip hygiene dan sanitasi terhadap makanan. Hal tersebut dilakukan agar makanan
masak aman untuk dikonsumsi manusia dan terhindar dari kontaminasi terhadap makanan
baik yang berasal dari bahan makanan, orang, tempat dan peralatan.
122
DAFTAR PUSTAKA
Adawyah R. 2011. Pengolahan dan pengawetan Ikan. Jakarta: Bumi Aksara
http://library.um.ac.id/free-contents/index.php/buku/detail/pengolahan-dan-pengawetan-
ikan-rabiatul-adawyah-40566.html. Diakses pada 14 April 2019 pukul 09:23 WIB
Adriani dan Maria. 2014. Identifikasi Keberadaan Staphylococcus Sp pada Santan Kelapa
Kemasan Yang Diperdagangkan di Kota Makassar. Volume 2 Nomor 1 Desember 2014.
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/biotek/article/download/1687/1637 . Diakses
14 April 2019 pukul 07:05 WIB
Dwi, richa. 2008. Identifikasi staphylococcus aureus dan hitung total jumlah kuman pada
bakpia kacang hijau. Sidoarjo: Mahasiswa Teknologi Laboratorium Medik, FIKes,
UMAHA
Ekawati E.R. 2016. Buku Ajar Bakteriologi 3. Surabaya.
Febriyanti, Dini, dkk. 2015.Total Plate Count dan Staphylococcus aureus pada Ikan Asin
Manyung (Arius thallasinus) di TPI Puger Kabupaten Jember. Artikel Ilmiah Hasil
Penelitian Mahasiswa 2015 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember.
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/73989/Dini%20Febriyanti.pdf?s
equence=1 Diakses pada 15 April 2019 pukul 16:00 WIB.
123
Setiaji1, Jarod, Dkk. 2015. Pengaruh Gliserol Pada Media Tryptic Soy Broth (TSB) Terhadap
Viabilitas Bakteri Aeromonas Hydrophila. Jurnal Dinamika Pertanian Volume XXX
Nomor 1 April 2015 (83 - 91). Diakses pada 15 April 2019
http://journal.uir.ac.id/index.php/dinamikapertanian/article/download/827/505/
Suwandi, U., 1999. Peran Media Untuk Identifikasi Mikroba Patogen. Cermin Dunia
Kedokteran No. 124, Grup PT Kalbe Farma, Jakarta
124
LAMPIRAN
125
PEMERIKSAAN SALMONELLA PADA MAKANAN PINDANG OLAHAN
I. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan Salmonella spp pada makanan.
II. Tujuan Khusus
1. Melakukan pengambilan sampel secara benar
2. Melakukan pengiriman sampel secara benar
3. Melakukan pembuatan media secara benar
4. Melakukan penanganan sampel dengan benar
5. Melakukan pembacaan hasil penanaman
III. Waktu Pelaksanaan
Hari, tanggal : Selasa, 9 April 2019 (Preparasi Sampel)
Bahan makanan merupakan medium pertumbuhan yang baik bagi berbagai macam
mikroba. Bahan makanan sendiri terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, Vitamin, dan
Mineral. Mikroba dapat membusukan protein, memfermentasikan karbohidrat, dan
menjadikan lemak atau minyak berbau tengik. Keberadaan mikroba pada makanan ada
yang tidak berbahaya bagi manusia tetapi ada beberapa mikroba yang mengakibatkan
kerusakan pangan dan menimbulkan racun yang mengakibatkan penyakit. (Lud
waluyo.2016).
Ikan pindang tongkol (Euthynnus affinis) merupakan golongan ikan tuna kecil
yang tidak bersisik kecuali pada garis rusuk. Sirip punggung berjari- jari keras 15,
sedangkan ynag kedua jari- jari lemah 13. Ukuran asli ikan tongkol cukup besar,
mencapai 1 meter dengan berat 13,6 kg. Ikan ini memiliki tekstur kulit licin berwarna
abu- abu, daging tebal dan warnanya merah tua (Dami, 2014) Ikan pindang tongkol
126
merupakan bahan pangan yang mengandung gizi yang cukup dan bermanfaat bagi
tubuh. Kandungan gizi ikan pindang tongkol yaitu :
B. Salmonella spp
C. Media Pertumbuhan
Media Pepton Water merupakan media pertumbuhan atau media dasar untuk
fermentase karbohidrat. Media pepton water direkomendasikan sebagai media
pengencer untuk keperluan pengkaya mikroba seperti yang telah dijelaskan oleh FOA
dan USP_NF, berguna sebagai media pengencer atau untuk membuat suspense
pencacahan mikroba. Media ini mengandung nutrisi yang rendah yaitu hanya
mengandung 1,0 gram pepton sehingga tidak cocok digunakan sebagai media
pertumbuhan atau pemeliharaan. ( Oxoid.2017 )
Media Selenite Broth merupakan media yang digunakan untuk Isolasi Salmonella
dari kotoran maupun produk makanan, media ini mengandung selenit yang efeknya
menghambat bagi bakteri lain selain Salmonella seperti proteus dan pseudomonas.
127
Kandungan Laktosa dalam media digunakan sebagai Karbohidrat yang dapat
difermentasikan untuk mencegah kenaikan pH selama inkubasi karena setiap
kenaikan pH akan mengurangi aktifitas selektif selenit.
128
V. Alat dan Bahan
A. Alat
1. Bunsen
2. Pipump
3. Petridish
4. Erlenmeyer
5. Batang pengaduk
6. Tabung reaksi
7. Pipet volume 1 ml
8. Pipet volume 5 ml
9. Jarum ose
10. Gelas ukur 100 ml
11. Autoclave
12. Incubator
13. Water bad
14. Mortar dan Alu
15. Cool Box
16. Timbangan Analitik
B. Bahan
129
VI. Perhitungan
1. Peptone Water
15gr x
=
1000 225ml
15gr x 225ml
=x
1000
x = 3,375 gr
2. Selenith Broth
19gr x
=
1000 30ml
19gr x 30ml
=x
1000
x = 0,57 gr
x = 2,5 gr
A. Pembuatan Media
1. Pepton Water
b. Menimbang media Pepton Water sebanyak 3,375 gram diatas kertas timbang
dengan menggunakan timbangan analitik.
130
f. Menyeterikan Pepton Water kedalam autoclave dengan suhu 121oC selama 15
menit.
g. Setelah 15 menit, angkat erlemeyer yang berisi media Pepton Water dari
dalam autoclave.
2. Selenit Borth
b. Menimbang media Selenit Borth dengan berat 0,57 gram diatas kertas timbang
dengan menggunakan timbangan analitik.
b. Menimbang media Brilian Green Agar dengan berat 2,5 gram diatas kertas
timbang dengan menggunakan timbangan analitik.
d. Memasukkan aquades dan media Brilian Green Agar kedalam erlemeyer, lalu
mengaduknya hingga tercampur.
f. Matikan nyala api, lalu menutup mulut erlemeyer dengan kapas dan
aluminium foil.
131
g. Kemudian, mengangkat erlemeyer yang berisi media Brilian Green Agar dari
waterbath.
i. Sesudah 15 menit, angkat erlemeyer yang berisi media Brilian Green Agar dari
dalam autoclave.
G. Sterilisasi
1. Sterilisasi Alat Kerja
e. Menyemprot alat yang akan digunakan dan yang akan disterilkan dengan
alkohol 70%.
g. Untuk tabung reaksi, tutup mulut tabung dengan menggunakan kapas dan
aluminium foil.
132
c. Selanjutnya, menyetrilkan tangan dengan alkohol 70%, lalu menggunakan
handscoon.
f. Untuk tabung reaksi, tutup mulut tabung dengan menggunakan kapas dan
aluminium foil.
H. Hari ke-1
Pengambilan Sampel Makanan – Ikan Pindang Olahan
1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
5. Masukkan sample Ikan Pindang Olahan kedalam cool box yang telah
berisi es batu.
133
9. Lalu menimbang sampel ikan pindang olahan di atas timbangan analitik
dengan berat 25 gram.
11. Menyiapkan media Pepton Water yang di dalam erlenmeyer steril, lalu
memasukkan sampel ikan pindang olahan ke dalam erlenmeyer steril,
aduk hingga tercampur rata.
12. Memflambir mulut erlenmeyer di atas nyala api Bunsen dan menutup
mulut erlenmeyer menggunakan kapas.
Media Pemupuk
1. Pemeriksaan Salmonella
a. Menyiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan
b. Menyeterilakan meja kerja dengan cara menyemprotkan alkohol 70%
c. Menyeterilkan tangan dengan cara menyemprotkan alkohol 70%
d. Menggunakan masker dan handscoon
e. Lalu letakkan botol erlenmeyer yang berisi sampel, bunsen, mata ose,
tabung reaksi 3 buah (2 untuk sample dan 1 untuk kontrol) yang berisi
media pemupuk Selenite Borth masing-masing 5 mL secara steril diatas
meja kerja.
f. Menyalakan bunsen dengan korek api
g. Memijarkan mata ose diatas bunsen agar mata ose tetap steril
h. Mata ose dibiarkan agar tidak terlalu panas
i. Kemudian buka alumunium foil dan kapas yang terdapat pada botol
erlenmeyer yang berisi sampel, dekatkan dengan nyala api bunsen.
j. Memflambir mulut botol erlenmeyer sampel menggunakan bunsen
k. Menyelupkan mata ose steril kedalam botol erlenmeyer yang berisi
sampel, fungsinya untuk mengambil air sampel
l. Memflambir mulut tabung reaksi yang berisi Selenite Borth dengan bunsen
m. Masukkan mata ose yang telah dimasukkan botol erlenmeyer yang berisi
sampel kedalam tabung reaksi yang berisi media Selenite Broth
n. Homongenkan larutan dengan cara mengadukkan menggunakan mata ose
o. Lakukan langkah nomor 7-14 sebanyak 2 kali
134
p. Memasukkan media pemupuk Selenite Borth yang telah tercampur dengan
sampel air kedalam inkubator selama 1x24 jam.
I. Hari ke-2
1. Mengeluarkan media Pemupuk Selenite Borth yang sudah pada inkubator
2. Membawa sampel tersebut ke ruang laboratorium, letakkan di meja yang
sudah disterilkan dengan alkohol 70%.
3. Menyiapkan alat dan bahan yang akan dibutuhkan
4. Menyeterilkan tangan dengan menggunakan 70%
5. Menggunakan masker dan handscoon
6. Melihat perbedaan fisik pada tabung reaksi sampel dengan tabung reaksi
kontrol
7. Mencatat hasil perbedaannya, jika terdapat endapan keruh pada tabung reaksi
sampel maka dilanjutkan dengan metode tuang menggunakan media agar.
Berikut cara kerjanya :
1. Menyiapkan tabung reaksi yang berisi media Selenite Broth yang keruh.
2. Membuka kapas pada tabung rekasi tersebut kemudian memfalmbirnya di
atas bunsen
3. Membuka sedikit tutup petridish dan memflambirnya agar tidak ada
kontaminasi
4. Mengambil 1 ml media Selenit Borth yang keruh dengan pipet volume steril
dan dimasukkan ke dalam petridish steril
5. Menyiapkan larutan media Briliant Green Agar
6. Membuka kapas pada mulut erlenmeyer yang berisi media Brilian Green
Agar kemudian memfalmbirnya diatas bunsen
7. Menuangkan media Brilian Green Agar 15 ml ke dalam petridish yang berisi
cairan sampel
8. Memflambir mulut petridish di atas api bunsen kemudian di tutup
9. Menggoyangkan petridish secara perlahan yang bertujuan untuk
menghomogenkan cairan
10. Menunggu agar hingga beku dan berstektur seperti agar
11. Membuat kembali 1 media Brilian Green Agar sebagai kontrol
135
12. Memasukkan pertidish ke dalam inkubator dengan suhu 37ºC selama 1x24
jam
J. Hari ke-3
1. Mengambil petridish yang berisi media Brilian Green Agar yang sudah
dibiakkan dengan koloni bakteri dari dalam inkubator.
2. Melihat, mengamati apa perbedaannya (warna dan terdapatnya koloni bakteri
Salmonella) yang terjadi.
3. Sampel makanan ikan pindang olahan tersebut dikatakan positif apabila
berwarna merah bata atau rose pada media BGA (Brilliant Green Agar).
4. Mencatat hasil pengamatan bakteri Salmonella
VIII. Hasil
Tempat pengambilan sampel : Warung makan Tenda Hijau (Jl. Pucang Jajar Tengah)
IX. Pembahasan
Sampel ikan pindang diambil di Warung Tenda Hijau Jl. Pucang Jajar pada
hari Selasa, 9 April 2019 pukul 08.70i WIB. Pengambilan sampel dilakukan secara
mikrobiologis. Sampel yang telah diambil kemudian dibawa ke laboratorium,
selanjutnya dilakukan pengenceran dengan menggunakan Pepton Water. Pepton water
selain menjadi media pengencer juga memberikan nutrisi untuk mikroba. Kemudian
dilakukan penanaman sampel di media Selenit Broth (SB). Selenit Broth merupakan
media pengayaan pada proses inokulasi sampel untuk pemeriksaan bakteri
Salmonella. Media ini mengandung selenit yang efeknya menghambat pertumbuhan
136
lain selain bakteri Salmonella. Kandungan laktosa dalam media ini digunakan sebagai
karbohidrat yang dapat difermentasikan untuk mencegah kenaikan pH selama
inkubasi karena setiap kenaikan pH akan mengurangi aktifitas selektif selenit.
(Darmayani, 2017)
Kemudian dilakukan penanaman sampel pada media BGA (Brilliant Green
Agar). BGA sangat baik untuk menghambat pertumbuhan E.Coli dan bakteri yang
memfermentasikan sukrosa dan laktosa. Dalam media BGA, koloni Salmonella akan
berwarna merah kemerah mudaan yang dikelilingi oleh zona merah berwarna merah
di media ini, karena bakteri Salmonella memfermentasikan laktosa dan sukrosa
(Oxoid, 2017). Penanaman pada media BGA dilakukan dengan menggunakan metode
tuang, karena dengan menggunakan metode tuang akan memperlihatkan pertumbuhan
bakteri yang lebih merata di seluruh permukaan media (Seniati, dkk 2017).
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap ikan pindang yang dijual di Pasar
Manyar Surabaya diperoleh hasil negatif terhadap Salmonella, yaitu tidak ada
pertumbuhan koloni berwarna merah. Hal ini sesuai dengan SNI- 7388 Tahun 2009,
batas maksimum cemaran mikroba pada pangan terutama produk perikanan yang
difermentasi dengan atau tanpa menggunakan garam yaitu 0 koloni/ 25 g. Jika
mengacu pada standar aturan tersebut, maka kualitas ikan pindang yang digunakan
layak untuk dikonsumsi, karena tidak terdapat indikasi adanya bakteri Salmonella
dalam ikan pindang yang diperiksa.
Kualitas ikan pindang ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu proses produksi
yang baik, penyimpanan yang baik, dan hygiene personal pembuat ikan pindang.
Selain itu air yang digunakan untuk mencuci dan mengolah tidak tercemar oleh
bakteri Salmonella dan alat-alat yang digunakan untuk produksi juga bersih dan
higienis.
X. Kesimpulan
Salmonella sp merupakan salah satu bakteri patogen dan bakteri ini dapat
digunakan sebagai indikator dari pengolahan makanan yang tidak higienis. Pada
praktikum yang telah kami lakukan, mendapatkan hasil negatif (-) Salmonella sp.
pada ikan olahan (ikan pindang) karena tidak ditemukan adanya koloni bakteri yang
berwarna merah pada media Brilliant Green Agar.
137
XI. Saran
Sampel ikan pindang yang diperiksa tidak mengandung bakteri Salmonella sp
. Meski demikian, disarankan kepada masyarakat untuk lebih memperhatikan prinsip
hygiene dan sanitasi terhadap makanan. Hal tersebut dilakukan agar makanan masak
aman untuk dikonsumsi manusia dan terhindar dari kontaminasi oleh mikroorganisme
maupun bahan kimia yang berasal dari bahan makanan, orang, tempat dan peralatan.
138
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Muhammad Yasin, dkk. 2016. Deteksi Cemaran Bakteri Salmonella Sp. Pada Ikan
Teri (Stolephorus Spp.) Hasil Perikanan Di Perairan Sungsang Kabupaten Banyuasin
Sumatera Selatan. Maspari Journal Januari 2016, 8(1):25-30. Diakses pada 15 April 2019
Pukul 17:00 WIB
http://eprints.unsri.ac.id/6502/1/deteksi_cemaran_bakteri_salmonella_sp._pada_ikan_teri
_(stolephorus_spp.)_hasil_perikanan_di_perairan_sungsang_kabupaten_banyuasin_suma
tera_selatan.pdf
Aulia Rizky, dkk. 2015. Isolasi, Identifikasi Dan Enumerasi Bakteri Salmonella Spp Pada
Hasil Perikanan Serta Resistensinya Terhadap Antibiotik : Jakarta. Universitas Negeri
Jakarta.
Dami. 2014. Kandungan ikan tongkol. Jakarta: Universitas Atma Jaya
Darmayani, Satya, dkk. 2017. Identifikasi Bakteri Salmonella sp. Pada Telur yang dijual di
Pasar Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. pISSN 2302-1616, eISSN 2580-2909
Vol 5, No. 1. Diakses pada 14 April 2019 http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/biogenesis/article/download/3429/3225
Seniati, dkk. 2017. Kajian Uji Konfrontasi Terhadap Bakteri Pathogen Dengan Menggunakan
Metode Sebar, Metode Tuang Dan Metode Gores. Jurnal Galung Tropika, 6 (1).
Politeknik Pertanian Negeri Pangkep. Diakses pada 14 April 2019 pukul 16:14
http://jurnalpertanianumpar.com/index.php/jgt/article/download/209/162
139
140
LAMPIRAN
141
PEMERIKSAAN VIBRIO PADA MAKANAN PINDANG OLAHAN
I. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan Vibrio Cholera pada makanan.
II. Tujuan Khusus
1. Melakukan pengambilan sampel secara benar
2. Melakukan pengiriman sampel secara benar
3. Melakukan pembuatan media secara benar
4. Melakukan pembacaan hasil penanaman
III. Waktu Pelaksanaan
Hari, tanggal : Selasa, (Preparasi Sampel), 9 April 2019
Rabu, (Metode Tuang), 10 April 2019
Kamis, (Pembacaan Hasil), 11 April 2019
Waktu : 07.30-Selesai
Tempat : Laboratorium Penyehatan Makanan dan Minuman Jurusan
Kesehatan Lingkungan Surabaya
IV. Dasar Teori
A. Ikan Pindang
Bahan makanan merupakan medium pertumbuhan yang baik bagi
berbagai macam mikroba. Bahan makanan sendiri terdiri dari protein,
karbohidrat, lemak, Vitamin, dan Mineral. Mikroba dapat membusukan
protein, memfermentasikan karbohidrat, dan menjadikan lemak atau minyak
berbau tengik. Keberadaan mikroba pada makanan ada yang tidak berbahaya
bagi manusia tetapi ada beberapa mikroba yang mengakibatkan kerusakan
pangan dan menimbulkan racun yang mengakibatkan penyakit. ( Lud
waluyo.2016)
Pindang merupakan hasil olahan ikan dengan cara kombinasi
perebusan/pemasakan dan penggaraman. Pindang mempunyai penampakan,
citarasa, tekstur dan keawetan yang khas dan bervariasi sesuai dengan jenis
ikan, kadar garam, dan lama perebusan. Jenis-jenis ikan yang umum diolah
dengan cara pemidangan adalah jenis ikan pelagis seperti layang, selar, japu,
tembang, lemuru, kembung, tuna, cakalang, tongkol, dan lain-lain.(IPB, 2010)
Pindang umumnya tidak terlalu awet karena masih mempunyai
aktivitas air yang relatif tinggi dan sesuai bagi pertumbuhan mikroorganisme,
142
terutama bakteri pembentuk lendir dan kapang. Pemanasan yang diberikan
pada umumnnya tidak terlalu mampu membasmi semua mikroorganisme.
Selama penyebaran dan penjualan, pindang sangat mudah mengalami
kontaminasi mikroorganisme. Kerusakan pindang yang disebabkan oleh
pertumbuhan mikroorganisme tandai dengan pembentukan lendir,
pertumbuhan kapang, dan teksturnya yang menjadi hancur.(IPB, 2010)
Daya awet ikan pindang tidak terlalu lama. Pindang naya hanya tahan
kira-kira 3-4 hari. Sedangkan pindang paso hanya tahan kira-kira 6-7 hari
setelah tutup wadah dibuka. Karena rasanya yang tidak asin, pindang
mempunyai kedudukan yang sangat strategiis terutama dalam memenuhi
kebutuhan protein hewani bagi sebagian penduduk indonesia.(IPB, 2010)
B. Vibrio Cholera
Genus Vibrio terdiri dari beberapa spesies bakteri yang bersifat
patogen terhadap saluran pencernaan, misalnya pada Vibrio cholerae yang
menyebabkan terjadinya wabah atau epidemik Asiatic cholera (Dzen, 2003).
Genus Vibrio merupakan bakteri yang paling banyak ditemukan pada
permukaan air di seluruh dunia. Vibrio cholerae yang menyebabkan Kolera
pada manusia (Jawetz et al, 2008). Vibrio cholerae merupakan kuman
berbentuk batang bengkok, gram negatif, aerob, kuman ini dapat bergerak
karena mempunyai satu flagel kutub, panjangnya kira-kira 2-4 mm,
membentuk spora. Pada pembiakan yang lama kuman ini dapat menjadi
batang lurus, mirip kuman gram negatif lainnya (Budiyanto, 2004)
Kuman ini membentuk koloni yang konveks, halus, bulat, dan
bergranula pada sinar cahaya. Kuman ini bersifat oksidase positif. Kuman ini
meragikan sukrosa dan manosa tetapi tidak meragikan arabinosa. Bila tumbuh
pada perbenihan pepton yang mengandung triptofan dan nitrit dalam jumlah
yang cukup, kuman ini menghasilkan indol dan mereduksi nitrat (Budiyanto,
2004). Vibrio cholerae tumbuh baik pada suhu antar 8-37oC, dan pH 7, tetapi
tetap dapat tumbuh pada pH alkali 9,5.
Beberapa jenis Vibrio patogenik dapat menyebabkan penyakit infeksi,
yaitu V. Cholerae, V. Parahaemolyticus dan V. Vulnificus. Vibrio cholera
menyebabkan penyakit kolera dan biasanya ditransmisikan mealui makanan
utamanya ikan laut atau memakan kerang yang segar.( Danjte, 2015 ). Masa
inkubasinya adalah 1-4 hari untuk orang yang mengalami gejala, tergantung
143
dari ukuran inokulum yang tertelan. Secara tiba-tiba, timbul mual, muntah,
dan diare hebat yang disertai kram abdomen. Feses tampak terlihat seperti air
cucian beras, mengandung mukus dan banyak Vibrio (Jawetz et al, 2008).
Menurut Standart Nasional Indonesia ( SNI 7388 2009 ) tentang
batasan cemaran mikroba dalam pangan untuk kategori pangan ikan dan
produk perikanan termasuk moluska, krustae dan ekidinodermata yang yang
dikukus atau rebus dan atau goreng menyebutkan jumlah maksimum Vibrio
Cholerae adalah negative/25 gram. ( SNI 7388.2009 )
C. Media Pertumbuhan
Media yang digunakan untuk mengkultur Vibrio cholerae adalah media
APW (Alkaline Peptone Water), yaitu media yang digunakan untuk
pertumbuhan kuman Vibrio cholerae yang mempunyai pH alkali (8,5-9,5) dan
mengandung natrium carbonat sebagai nutrisi. Untuk mengetahui daya hambat
144
bakteri Vibrio cholerae digunakan modifikasi media yaitu media APW yang
telah ditambahkan tawas dengan konsentrasi 0,5%, 1%, 1,5%, 2%, 4%, 6%,
8%, 10%. Dan media TCBSA (Thiosulfat Sitrat Bile Sukrosa Agar) untuk
pertumbuhan kuman Vibrio cholerae akan menghasilkan koloni berwarna
kuning karena memfermentasi karbohidrat menjadi asam. Pada media APW
diperoleh hasil yaitu mengalami perubahan dari kuning bening ke kuning
keruh. Hal ini menunjukan bahwa bakteri Vibrio Cholerae tumbuh dalam
media tersebut, karena kandungan NaCl 2% dan pH alkali pada media APW
sangat sesuai untuk pertumbuhan bakteri Vibrio Cholerae. ( Davis et al. 2001)
Media Pepton Water merupakan media pertumbuhan atau media dasar
untuk fermentase karbohidrat. Media pepton water direkomendasikan sebagai
media pengencer untuk keperluan pengkaya mikroba seperti yang telah
dijelaskan oleh FOA dan USP_NF, berguna sebagai media pengencer atau
untuk membuat suspense pencacahan mikroba. Dan media TCBS ( Thiosulfate
Citrate Bile salt Sucrose ) media selektif ini merupakan media yang
mengandung nutrisi, sangat baik untuk pertumbuhan bakteri Vibrio Cholerae
karena mempunyai pH yang sangat tinggi 8,5 – 9,5 yang dapat menekan
pertumbuhan mikroba. Koloni Vibrio Cholerae akan tumbuh pada media ini
jika terdapat ciri-ciri bewarna kuning berbentuk bulat dengan diameter 2-5
mm. Pertumbuhan tersebut disebabkan karena bakteri memfermentasikan
sukrosa dan menurunkan pH media sehingga menjadi asam. ( Farouqueet
al.2000)
V. Alat dan Bahan
A. Alat
1. Bunsen
2. Pipump
3. Petridish
4. Erlenmeyer
5. Batang pengaduk
6. Tabung reaksi
7. Pipet volume 1 ml
8. Pipet volume 5 ml
9. Jarum ose
10. Gelas ukur 100 ml
145
11. Autoclave
12. Incubator
13. Water bad
14. Mortar dan Alu
15. Cool Box
16. Timbangan Analitik
B. Bahan
1. Sampel Ikan Pindang Olahan
2. APW (Alkaline Peptone Water)
3. TCBS (Thio Sulfat Citrate Bile Sucrose)
4. Pepton water
5. Kapas
6. Aluminium voil
7. Alcohol 70%
8. Aquades
9. Tali rami
10. Kertas cokelat
11. Etiket
12. Handscoon
13. Masker
146
VI. Perhitungan
1. Peptone Water
15gr x
=
1000 225ml
15gr x 225ml
=x
1000
x = 3,375 gr
2. APW (Alkaline Peptone Water)
20gr x
= 30ml
1000
20gr x 30 ml
=x
1000
x = 0,6 gr
3. TCBS (Thio Sulfat Citrate Bile Sucrose)
88gr x
= 50ml
1000
88gr x 50 ml
=x
1000
x = 4,4 gr
147
B. Alkali Pepton Water
1. Menyiapkan aquades dan media Alkali Pepton Water, dengan
mengukur kebutuhan yang akan digunakan.
2. Menimbang media Alkali Pepton Water dengan berat 0,6 gram
diatas kertas timbang dengan menggunakan timbangan analitik.
3. Mengukur aquades sebanyak 30 ml dengan gelas ukur.
4. Memasukkan aquades dan media Alkali Pepton Water kedalam
beker glass, mengaduknya dengan hingga tercampur.
5. Kemudian, masukan media Alkali Pepton Water kedalam tabung
reaksi sebanyak 5 ml, menutup mulut tabung reaksi dengan kapas.
6. Menyeterikan media Alkali Pepton Water kedalam autoclave,
dengan suhu 121oC selama 15 menit.
7. Sesudah 15 menit, angkat erlemeyer yang berisi media Pepton
Water dari dalam autoclave.
C. Thiosulfate Citrate Bile Sucrose (TCBS)
1. Menyiapkan aquades dan media Thiosulfate Citrate Bile Sucrose,
dengan mengukur kebutuhan yang akan digunakan.
2. Menimbang media Thiosulfate Citrate Bile Sucrose dengan berat 4,4
gram diatas kertas timbang dengan menggunakan timbangan.
3. Mengukur aquades sebanyak 50 ml dengan gelas ukur.
4. Memasukkan aquades kedalam erlemeyer.
5. Mendidihkan aquades diatas nyala api kompor.
6. Setelah mendidih matikan kompor, menunggu hingga 3-5 menit.
7. Pindahkan erlemeyer yang berisi aquades ke meja kerja yang steril.
8. Kemudian, memasukkan media Thiosulfate Citrate Bile Sucrose
kedalam erlemeyer yang berisi aquades, lalu aduk.
9. Mendidihkan media Thiosulfate Citrate Bile Sucrose dengan
menggunakan waterbath, aduk hingga tercampur.
D. Sterilisasi
1. Sterilisasi Alat Kerja
a. Lakukan disinfeksi meja kerja dengan cara menyemprotkan alkohol
70% secara merata.
b. Menyiapkan alat yang dibutuhkan.
148
c. Selanjutnya, menyetrilkan tangan dengan alkohol 70%, lalu
menggunakan handscoon.
d. Menyeterilkan kembali tangan dengan alkohol 70%. (yang sudah
diberi handscoon).
e. Menyemprot alat yang akan digunakan dan yang akan disterilkan
dengan alkohol 70%.
f. Kemudian, membungkus alat yang akan disterilkan dengan kertas
coklat dan mengikatnya dengan benang.
g. Untuk tabung reaksi, tutup mulut tabung dengan menggunakan
kapas.
h. Memasukkan alat ke dalam autoclave dengan suhu 121oC selama 20
menit.
i. Setelah 20 menit, mengangkat alat yang sudah disterilkan dari
autoclave, letakkan dimeja kerja yang sudah steril.
E. Sterilisasi Bahan/ Media
1. Lakukan disinfeksi meja kerja dengan cara menyemprotkan alkohol
70% secara merata.
2. Menyiapkan bahan yang akan digunakan.
3. Selanjutnya, menyetrilkan tangan dengan alkohol 70%, lalu
menggunakan handscoon.
4. Menyeterilkan kembali tangan dengan alkohol 70%. (yang sudah
diberi handscoon).
5. Memasukkan aquades dan media sesuai takaran kedalam erlemeyer,
aduk dan tutup dengan kapas dan aluminium foil.
6. Untuk tabung reaksi, tutup mulut tabung dengan menggunakan
kapas.
7. Memasukan alat ke dalam autoclave dengan suhu 121oC selama 15
menit.
8. Setelah 15 menit, mengangkat bahan yang sudah disterilkan dari
autoclave, letakkan di meja kerja yang sudah steril.
F. Hari ke-1
1. Pengambilan Sampel Makanan – Ikan Pindang Olahan
a. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
149
b. Menyeterilkan tangan dengan cara menyemprotkan alcohol
70%.
c. Mengunakan handscoon pada pengambilan sampel, lalu
nyalakan Bunsen.
d. Mengambil sample Ikan Pindang Olahan menggunakan sendok
steril yang telah disemprot dengan alkohol lalu masukkan ke
dalam plastic klip (Melakukan kegiatan tersebut di dekat nyala
api Bunsen).
e. Masukkan sample Ikan Pindang Olahan kedalam cool box yang
telah berisi es batu,
f. Menempelkan kertas etiket sebagai keterangan pada plastik
sampel tersebut dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Nama petugas
b) Lokasi pengambilan sampel
c) Waktu pengambilan sampel
d) Nama sampel makanan
g. Pengisian formulir pengambilan sampel pangan.
h. Melakukan pemeriksaan sample di Laboratorium.
i. Lalu menimbang sampel Ikan Pindang Olahan di atas
timbangan analitik dengan berat 25 gram.
j. Selanjutnya, haluskan sample Ikan Pindang Olahan tersebut
menggunakan mortal dan alu.
k. Menyiapkan media Pepton Water yang di dalam Erlenmeyer
steril, lalu memasukkan sampel Ikan Pindang ke dalam
Erlenmeyer steril, aduk hingga tercampur rata.
l. Memflambir mulut Erlenmeyer di atas nyala api Bunsen dan
menutup mulut Erlenmeyer menggunakan kapas.
2. Media Pemupuk
Pemeriksaan Vibrio
a. Menyiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan
b. Menyeterilakan meja kerja dengan cara menyemprotkan alkohol
70%
c. Menyeterilkan tangan dengan cara menyemprotkan alkohol 70%
d. Menggunakan masker dan handscoon
150
e. Lalu letakkan botol erlenmeyer yang berisi sampel, bunsen, mata
ose, tabung reaksi 3 buah (2 untuk sample dan 1 untuk kontrol)
yang berisi media pemupuk Alkali Peptone Water masing-masing
5 mL secara steril diatas meja kerja
f. Menyalakan bunsen dengan korek api
g. Memijarkan mata ose diatas bunsen agar mata ose tetap steril
h. Mata ose dibiarkan agar tidak terlalu panas
i. Kemudian buka alumunium foil dan kapas yang terdapat pada
botol erlenmeyer sampel, dekatkan dengan nyala api bunsen.
j. Memflambir mulut botol erlenmeyer sampel menggunakan bunsen
k. Menyelupkan mata ose steril kedalam botol erlenmeyer yang berisi
sampel, fungsinya untuk mengambil air sampel
l. Memflambir tabung reaksi yng berisi Alkali Peptone Water
dengan bunsen
m. Masukkan mata ose yang telah dimasukkan botol erlenmeyer yang
berisi sampel kedalam tabung reaksi yang berisi media pemupuk
Alkali Peptone Water
n. Homongenkan larutan dengan cara mengadukkan menggunakan
mata ose
o. Lakukan langkah nomor 7-14 sebanyak 2 kali
p. Memasukkan media pemupuk Alkali Peptone Water yang telah
tercampur dengan sampel air kedalam inkubator selama 1x24 jam
G. Hari ke-2
1. Mengeluarkan media Pemupuk Alkali Peptone Water yang sudah pada
inkubator
2. Membawa sampel tersebut ke ruang laboratorium, letakkan di meja yang
sudah disterilkan dengan alkohol 70%.
3. Menyiapkan alat dan bahan yang akan dibutuhkan
4. Menyeterilkan tangan dengan menggunakan 70%
5. Menggunakan masker dan handscoon
6. Melihat perbedaan fisik pada tabung reaksi sample dengan tabung reaksi
kontrolMencatat hasil perbedaannya, jika terdapat endapan keruh maka
dilanjutkan dengan metode gores dan tuang menggunakan media agar.
Berikut cara kerjanya :
151
Metode Tuang – Vibrio
1. Menyiapkan tabung reaksi yang berisi media pemupuk Alkali Peptone
Water yang keruh.
1. Membuka kapas pada tabung rekasi tersebut kemudian memflambirnya di
atas bunsen
2. Membuka sedikit tutup petridish dan memflambirnya agar tidak ada
kontaminasi
3. Mengambil 1 ml media Alkali Peptone Water yang keruh dengan pipet
volume steril dan dimasukkan ke dalam petridish steril
4. Menyiapkan larutan media Thiosulfate Citrate Bile Salt
5. Membuka kapas pada mulut erlenmeyer yang berisi media Thiosulfate
Citrate Bile Sucrose kemudian memflambirkan diatas bunsen
6. Menuangkan media Thiosulfate Citrate Bile Sucrose Agar 15ml ke dalam
petridish yang berisi cairan sampel
7. Memflambir mulut petridish di atas api bunsen kemudian di tutup
8. Menggoyang petridisk secara perlahan yang bertujuan untuk
menghomogenkan cairan
9. Menunggu agar hingga beku dan berstektur seperti agar
10. Membuat kembali 1 media Thiosulfate Citrate Bile Salts sebagai kontrol
11. Memasukkan pertidisk ke dalam inkubator dengan suhu 37º selama 1x24
jam
H. Hari ke-3
1. Mengambil petridish yang berisi media Thiosulfate Citrate Bile Salts yang
sudah dibiakkan dengan koloni bakteri dari dalam inkubator.
2. Melihat, mengamati apa perbedaannya (warna dan terdapatnya koloni
bakteri Vibrio) yang terjadi.
3. Sampel makanan ikan pindang olahan tersebut dikatakan positif apabila
berwarna kuning pada media TCBS (Thiosulfate Citrate Bile Salts).
4. Mencatat hasil pengamatan bakteri Vibrio Cholera
152
VIII. Hasil
Jenis sampel : Ikan olahan (ikan pindang)
Waktu pembelian : Selasa, 9 April 2019
Tempat pengambilan sampel : Warung Tenda Hijau
Petugas pengambil sampel : Tegar Ardiansyah
Tidak ditumbuhi
1. Control
Negatif koloni berwarna
kuning
Alkaline
3 Pepton Terjadi
Positif
Water kekeruhan
(APW)
IX. Pembahasan
Sampel ikan pindang diambil di Warung Makan Tenda Hijau Jl. Pucang Jajar
Tengah pada hari Selasa, 9 April 2019 pukul 08.30 WIB. Pengambilan sampel
dilakukan secara mikrobiologis. Sampel yang telah diambil kemudian dibawa ke
laboratorium, selanjutnya dilakukan pengenceran dengan menggunakan Pepton Water.
153
Pepton water selain menjadi media pengencer juga memberikan nutrisi untuk mikroba.
Kemudian dilakukan penanaman sampel di media Alkali Pepton Water. Media APW (
Alkaline Pepton Water ) sebagai media penyubur untuk bakteri Vibrio Cholerae. Pada
media APW diperoleh hasil yaitu mengalami perubahan dari kuning bening ke kuning
keruh ( Davis et al. 2001 ).
154
penggaraman dilakukan secara higienis, serta ikan disimpan pada wadah kedap udara
dan kering dengan suhu dingin agar aktifitas airnya rendah. Selain itu, hygiene personal
pembuat dan penjual ikan pindang juga harus diperhatikan (Dini Febriyanti, 2015).
X. Kesimpulan
Vibrio cholerae merupakan salah satu bakteri patogen dan bakteri ini dapat
digunakan sebagai indikator dari pengolahan makanan yang tidak higienis. Pada
praktikum yang telah kami lakukan, mendapatkan hasil positif (+) Vibrio cholera pada
ikan olahan (ikan pindang) yang ditemukan adanya koloni bakteri yang berwarna
kuning pada media TCBS. Dengan adanya Vibrio cholera ini dapat dijadikan indikator
untuk mengetahui kualitas dari ikan olahan (ikan pindang) tersebut.
XI. Saran
Sampel ikan pindang positif bakteri Vibrio cholera. Oleh sebab itu disarankan
kepada masyarakat untuk lebih memperhatikan prinsip hygiene dan sanitasi terhadap
makanan. Hal tersebut dilakukan agar makanan masak aman untuk dikonsumsi manusia
dan terhindar dari kontaminasi terhadap makanan baik yang berasal dari bahan
makanan, orang, tempat dan peralatan.
155
DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto, K. A. 2004. Mikrobiologi Terapan. Edisi pertama. Cetakan Ketiga. UMM Press.
Malang. Diakses pada 15 April 2019 pukul 15:00 WIB.
Davis, B.M.,H.M. Kimsey, W. Chang, and M.K .Waldor. 2001. The Vibrio Cholerae 0139
calcuta Bacteriophage CTX is Infectious and Encodes a Novel Repressor Journal of
Bacteriology. 181 (21) : 67-79
Dzen, S. M. 2003. Bakteriologik Medik. Malang : Bayumedia. Diakses pada 14 April 2019
pukul 11:00 WIB.
Farouque, S.M.,M.J. Albert, and J.J. Mekalanos. 2000. Epidemiology, Genetiks, and
Encology of Toxigenic Vibrio Cholerae. Mikrobilogy and Molecular Biology Reviews, 62
(4) : 1301-1314.
Febriyanti, Dini, dkk. 2015. Total Plate Count dan Staphylococcus aureus pada Ikan Asin
Manyung (Arius thallasinus) di TPI Puger Kabupaten Jember. Artikel Ilmiah Hasil
Penelitian Mahasiswa 2015 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember. Diakses
pada 15 April 2019 pukul 16:00 WIB.
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/73989/Dini%20Febriyanti.pdf?s
equence=1
http://ummpress.umm.ac.id/katalog/detail/mikrobiologiterapan.html
IPB. 2010. Tepung Telur, Ikan Asin, Aneka Ikan Pindang, Bandeng Presto (Duri Lunak,),
Chicken Nugget. Teknologi Pangan dan Agroindustri Vol 1 No 8. BogorJawetz E,
Melnick JL, Adelberg Ea. 2008. Mikrobiologi Kedokteran, Edisi ke 23. Diakses pada 15
April 2019 pukul 21:00 WIB
http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/27075/1/Tekno%20Pangan_Bande
ng%20presto.pdf
156
Seniati, dkk. 2017. Kajian Uji Konfrontasi Terhadap Bakteri Pathogen Dengan
Menggunakan Metode Sebar, Metode Tuang Dan Metode Gores. Jurnal Galung Tropika,
6 (1). Politeknik Pertanian Negeri Pangkep. Diakses pada 14 April 2019 pukul 16:14
http://jurnalpertanianumpar.com/index.php/jgt/article/download/209/162
157
LAMPIRAN
158