Ips Modul 7
Ips Modul 7
Ips Modul 7
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat-Nya kami akhirnya dapat menyusun buku kumpulan materi Pendidikan IPS SD
kelas tinggi, sehingga menjadi buku pegangan bagi mahasiswa.
Adapun materi yang dibahas dalam buku ini telah disesuaikan dengan garis-
garis besar program pengajaran mata kuliah Pendidikan IPS SD kelas tinggi yang
diberikan diprogram PGSD S1. Buku ini diharapkan dapat membantu para mahasiswa
dalam memahami materi-materi yang terdapat dalam Pembelajaran Pendidikan IPS SD
kelas tinggi, sehingga nantinya dapat membantu para mahasiswa untuk mengajarkan
materi IPS di SD.
Kami menyadari masih banyak kekurangan buku ini baik kedalaman materi
maupun teknis penyusunannya. Oleh sebab itu kami menerima kritikan atau saran guna
penyempurnaan buku ini untuk selanjutnya.
Kepada semua pihak yang berpartisipasi dalam menyusun bahan ajar ini, kami
menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi- tingginya.
1
DAFTAR ISI
BAB I. ............................................................................................................................... 4
I. Tujuan ................................................................................................................ 5
Emosi ....................................................................................................................... 15
2
B. CARA MERANCANG PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN YANG
BERDASARKAN PENDEKATAN PERSONAL ..................................................... 37
BAB V. ........................................................................................................................... 44
3
BAB I.
PENDEKATAN -PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN IPS SD
A. PENDEKAKATAN KOGNITIF
4
ditegaskan oleh Goleman (1996) maka dua kecerdasan itu sama - sama memiliki
kontribusi terhadap keberhasilan seseorang, dalam masyarakat masing - masing
diperkirakan 20% kecerdasan rasional dan 80% kecerdasan emosional.
Dalam kegiatan belajar ini anda akan mencoba mengkaji berbagai pendekatan
yang berorientasi terutama pada pengembangan kecerdasan rasional.
Menurut Banks (1996) pendekatan yang khas dalam IPS yang potensial dapat
mengembangkan kecerdasan rasional adalah Sosial Science Inquiry atau Penelitian Ilmu
Sosial. Pendekatan ini memiliki karakteristik sebagai berikut. (Banks, 1977: 41- 70).
I. Tujuan
Tujuan utama pendekatan penelitian sosial adalah membangun teori atau secara
umum membangun pengetahuan. Untuk membangun pengetahuan atau teori diperlukan
fakta konsep dan generalisasi. Pendekatan penelitian sosial untuk murid SD tentunya
harus disesuaikan tingkat perkembangan kognitif anak usia kelas 4, 5 dan 6 karena rnata
pelajaran IPS diajarkan di kelas - kelas itu. Menurut teori Piaget (Bell GradYer : 1989)
pada usia kelas 4, 5, 6., yakni kira - kira usia 8 - 1.2 tahun berada dalam tahap operasi
konkret dan operasi formal. Oleh karena itu, tujuan pendekatan penelitian sosial di SD
adalah memperkSenalkan dan melatih anak cara bergikir sosial yang dapat dibangun
tentu saja belum sampai pada teori pengetahuan sosial, tetapi berupa penetahuan sosial
dengan kerangka keilmuan sederhana.
Menurut Banks (1977: 43) Ilmu Pengetahuan merupakan proses dan produk
berupatubuh pengetahuan teaoitis (body of theoretical Knowledge). Oleh karena itu,
proporsisi (pernyataan) dan generalisasi (kesimpulan) selalu terbuka untuk direvisi
(diperbaiki, disempurnakan). Proses dan produk ilmu pengetahuan selalu bersifat
5
interaktif. Metode ilmiah memungkinkan para ilmuwan merevisi dan menyempurnakan
teorinya.
Bagi siswa SD proses penelitian berfungsi sebagai media untuk mengenal gejala
- gejala sosial dan perkembangan masyarakat dengan
menggunakan kaca mata atau cara kerja ilmu sosial, Barr, Barth, dan Shermis (1978)
memberi label proses ini sebagai pengajaran sosial sebagai ilmu sosial (social studies
thought as social science).
Masalah
Hipotesis
Data
Kesimpulan.
Oleh karena itu, penulis memodifikasi model Banks (1977) tersebut dengan
menambah kotak garis putus untuk langkah - langkah yang memiliki ikatan yang sangat
erat. Dengan demikian, model tersebut tampak lebih sederhana dan cocok untuk
diterapkan dengan mudah di Sekolah Dasar.
Masalah
Masalah ada dalam pikiran terkaitan dengan gejala yang tampak atau
dapatditangkap oleh panca indra kita. Misalnya, suatu waktu terjadi hujan lebat
6
sehingga air sungai melimpah ke luar dari badan sungai dan masuk ke kawasan sekitar
aliran sungai. Bisa persawahan, bisa perkampungan atau perkotaan yang dilanda banjir
tersebut.
Apa - apa yang diamati adalah.fenomena atau gejala alam. Apabila banjir itu
banyak rumah penduduk yang rusak, harta benda hilang, terjadi wabah penyakit, terjadi
pengungsian, timbul gerakan sumbangan bencana alam dan lain - lain, muncul gejala
sosial, apabila dengan melihat fenomena itu timbul pertanyaan dalam diri kita mengapa
banjir?
Apa akibatnya? Bagaimana menanggulanginya, mulailah ada masalah dalam
pikiran kita. Pikiran kita mulai mencari kaitan antarhal, berikut ini.
a. Debit air besar, badan sungai sempit dan dangkal sehingga air meluap timbullah
banjir
b. Debit air besar, badan sungai tidak tahan sehingga bobol air meluap timbullah
banjir.
c. Dan seterusnya.
Bertolak dari kemungkinan kaitan antara hal tersebut, kita dapat merumuskan
masalah sebagai berikut:
a. Sempit dan dangkalnya badan sungai tidak dapat menampung volume debit air
sungai yang besar;
b. Badan sungai yang tidak tahan bisa bobol dan air sungai akan meluap ke luar;
c. Dan seterusnya.
Masalah dapat pula dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, seperti berikut ini:
1) Apakah sebab - sebab banjir?
2) Apa saja akibat banjir?
3) Bagaimana mengatasi banjir?
Masalah pada dasarnya muncul dari rasa ingin tahu terhadap, suatu gejala yang
tertangkap pancaindra. Namun demikian, tidak serrtua hal yang kita amati ukan
7
dirasakan sebagai masalah. Hal ini tergantung pada apakah ada pertentangan antara apa
yang kita amati dengan konsep - konsep yang adadalam pikiran. Ingatlah bahwa
menurut Piaget (Bell - Qrudler : 1986) prosesberpikir terjadi bila ada prases asimilasi
(kontak objek dengan pikiran) dan keterkaitan konsep - konsep dalam pikiran dengan
infortnasi tentang objek yang disebut proses akomodasi. Oleh karena itu, sesuatu yang
menjadi masalah bagi seseorang belum tentu menjadi masalah bagi orang lain. Searang
dokter lebih peka terhadap gejala penyakit, sedangkan seorang insinyur akan lebih peka
terhadap gejala keteknikan, misalnya bangunan, mesin.
Dalam tahap masalah model tersebut di atas tugas guru adalah menyajikan
situasi yang mengandung masalah. Situasi bermasalah ini
dihadapkan kepada murid untuk diamati dan selanjutnya dikaitkan dengan konsep yang
ada dalam pikiran murid. Guru, seyogianya membimbing dengan memberi pertanyaan -
pertanyaan pelacak misalnya coba kenapa bisa begitu ya?
Telah dibahas, masalah pada dasarnya ada dalam pikiran. Jadi, bersifat
individual. Sebelum behadapan dengan situasi bermasalah dalam diri kita pasti sudah
ada skemata yang berbentuk konsep atau teori dan nilai. Misalnya dalam kasus banjir
Anda dapat mengaitkan dengan konsep hujan, erosi atau pengikisan tanah oleh air,
pendangkalan sungai, limbah dan prinsip bahwa air akan mengalir dari tempat yang
tinggi ke permukaan yang rendah. Dengan kata lain, suatu masalah yang dirumuskan
pada dasarnya hasil rekayasa pikiran berkenaan dengan fenomena dan teori dan nilai
yang ada dalam pikiran kita.
2. Hipotesis
Hipotesis berasal dari bahasa latin hypo dan thesis. Hypo artinya setengah,
Thesis artinya kesimpulan. jadi, hypothesis atau diterjemahkan mejadi hipotesis dapat
diartikan sebagai suatu kesimpulan yang rnasih semantara atau setengah benar dan
masih memerlukan pengujian dan pembuktian. Apabila hipotesis itu diuji secara
empiris dengan munggunakan data yang tersedia maka hipotesis ini akan menjadi tesis
atau kesimpulan.
8
Suatu hipotesis seyogianya dirumuskan berdasarkan asumsi (assumtion),
sedangkan yang dimaksud dengan asumsi adalah pernyataan mengenai hal - hal yang
berhubungan dengan unsur --- unsur yang dipermasalahkan yang diterima sebagai
kebenaran tanpa bukii - bukti. Pernyataan kebenaran ini sangatlah penting agar kita bisa
berkomunikasi dengan yang lain. Asumsi ini sering jugadisebut postulat. (Banks, 1977:
58). Kita ambil contoh kasus banjir.
Asumsi : Debit dan volume air sungai yang tidak sebanding dengan badan
sungai menimbulkan banjir.
Hipotesis :
a. Pengikisan tanah atau erosi di sekitar aliran sungai menimbulkan pendangkalan dan
penyempitan badan sungai
b. Penggundulan kawasan di hulu dan aliran sungai menirnbulkan terbatasnya resapan
air sehingga sebagian besar air hujan terbuang ke sungai
c. Penggundulan kawasan dan erosi di hulu dan aliran sungai menimbulkan banjir.
Apabila asumsinya berubah hipotesis pun akan berubah, Misalnya, asumsinya
diubah menjadi kesadaran masyarakat terhadap pentingnya konservasi lingkungan
berkaitan erat dengan gejala banjir.
9
sungai, pendangkalan, dan penyempitan sungai. Semua istilah tersebut harus kita beri
batasan pengertian
Misalnya;
a. Pengikisan tanah adalah penurunan permukaan tanah oleh air hujan
b. Aliran sungai adalah kawasan yang berada di sekitar aliran sungai itu
c. Pendangkalan dan penyempitan sungai adalah proses berkurangnva badan sungai
sebagai akibat endapan lumpur dan sisi kiri - kanan sungai.
Data berasal "dari bahasa latin datum yang artinya satu informasi petunjuk.
Apabila informasi itu lebih dari satu maka disebut data. jadi, datumbersifat tunggal,
sedangkan data bersifat jamak. Oleh karena itu, apabilaAnda menyebut data - data,
cukup data saja. Data dapat berbentuk kenyataan yang dapat ditangkap oleh panca indra
(dilihat, didengar, dirasa, dicium, diraba). Apa yang ditangkap pancaindra menurut apa
adanya, ini disebut fakta. Data juga dapat berbentuk informasi hasil pengukuran atau
perhitungan, misalnya tinggi gunung, panjang jalan, luas tanah, jumlah penduduk.
Selain itu, dapat pula berupa informasi hasil pengolahan, misalnya persentase (10%,
50%) atau rasio (2: 4 : 1 : 10).
Data diperlukan untuk menguji hipotesis, misalnya apakah benar erosi
menimbulkan banjir. Anda harus mengamati keadaan kawasan hulu dan aliran sungai,
dan aliran sungai, keadaan badan sungai dan keadaan kawasan yang sering dilanda
banjir. Data yang dikumpulkan dari surnber pertama, disebut data primer. Apabila data
10
tersebut dikumpulkan dari sumber data pengamatan orang lain disebut data sekunder.
Data primer dinilai lebih terpercaya daripada data sekunder karena masih relatif murni
belum banyak tercampur dengan pemikiran.
Untuk mendapat data yang terpercaya diperlukan instrumen atau alat pengurnpul
data dan teknik pengumpulan data yang memadai. Instrumen yang baik adalah yang
dapat mengukur apa yang seharusnya diukur dan ini disebut alat yang valid atau sahih.
Misalnya, meteran untuk mengukur panjang, timbangan untuk mengukur berat. Data
yang diperoleh dari instrumen yang valid sangat menunjang pengujian hipotesis.
Apabila data rnengenai hal - ha1 yang bersifat psikologis, sosial atau kultural diperlukan
alat pengumpulan data berupa observasi, daftar cek, catatan pengamatan, angket,
pedoman wawancara dan tes. Alat ini harus disusun sendiri oleh kita sebagai peneliti,
kemudian di uji coba, disempurnakan barulah dipakai setelah kita yakin bahwa alat
tersebut cukup memadai.
Apabila memang ada, dapat menggunakan alat yang teiah ada dan diakui baku,
contoh timbangan atau dinilai baku, seperti tes inteligensia (Tes Stanford's Binetsimon
Revised Test). 1'es Potensial Akademik (TPA), TOEFL. Namun, untuk kepentingan
pembelajaran kita dapat mengembangkan alat yang sederhana, misalnya Angket Hobi
Siswa, makanan yang disukai, catatan harian lepas dan yang paling penting dapat
memperoleh sejumlah data yang memang kita perlukan untuk menguji hipotesis.
4. Kesimpulan
11
Apabila kesimpulan - kesimpulan tersebut terus di uji dan dibangun secara kait -
mengkait dalam suatu bidang akan lahir dari kesimpulan tersebut suatu teori. Teori pada
dasarnya merupakan pernyataan hubungan antar hal yang sudah dites kebenaranya dan
berlaku umum. Oleh karena itu, teori dapat digunakan untuk meramalkan atau
memperkirakan keadaan dimasa yang akan datang. Misalnya, banjir bekaitan erat
dengan gejala alam dan perilaku manusia. Teori merupakan bentuk pengetahuan yang
paling tinggi danmerupakan isi pokok ilmu pengetahuan.
Model penelitian sosial sebagaimana telah kita bahas merupakan salah satu
kecenderungan dalam pendekatan kognitif yang berorientasi pada proses inkuiri
(inquiry orientation). Orientasi ini sering diberi label bermacam - macam, seperti
inquery, discovery, problem solving, critical thinking, reflectivethinking; induction,
investigation(Jarolimek, 1971 : 11). Semua istilahtersebut walaupun tidak mengandung
pengertian yang sama persis, pada dasarnya memiliki karakteristik yang sama yakni :
a. Menitik beratkan pada proses berpikir yang berkaitan dengan pemecahan
masalah;
b. Melibatkan murid dalam proses belajar;
c. Merupakan altematif lain yang bersifat inovatif yang lebih maju dari pada
penyampai informasi secara eksposito.
IV. Konsep
Konsep merupakan suatu kata atu penyataan abstrak yang berguna untuk
mengelompokkan benda, ide atau peristiwa (Banks, 1977: 85). Contoh konsep adalah
12
pantai, silsilah, keluarga, norma, pemerintah., pasar, dan organisasi. Tentunya, Anda
dapat menyebutkan contoh lainya dalam berbagai bidang, suatu konsep dipelajari elalui
proses pembentukan konsep atau concept formation atau concept attainment menurut
Bruner (1966). Proses pernbentukan konsep atau proses konseptualisasi pada dasarnya
merupakan proses mengelompokkan dan memberi nama konsep serta merumuskan
pengertian konsep itu. Misalnya, semua daratan yang menjorok ke laut disebut ujung
atau tanjung. Ujung atau tanjung merupakan sebuah konsep.
Cobalah sebagai latihan, Anda meumuskan beberapa konsep. Kemudian,
bicarakan dengan mahasiswa lainnya. Apabila dilihat dari sifatnya, ada beberapa jenis
konsep, yakni konsep teramati atau obseved concept, konsep tersimpul atau inferred
concept, konsep relasional atau relational concept, dan konsep ideal atau ideal type
concept. (Fenton : 1966, Jarolimek : 1971, Banks : 1977). Konsep teramati adalah
konsep yang contohnya dapat ditangkap pancaindra, sepetti manusia, rumah jalan raya,
bising, manis, merdu. Konsep tersimpul adalah konsep yang contohnya harus
disimpulkan dari beberapa hasil pengamatan atau beberapa peristiwa sebagai indikator.
Misalnya, sopan, tertib, pahlawan, makmur, dan adat.
Konsep relational adalah konsep yang melibatkan jarak dan waktu. Misalnya,
abad, dasawarsa, mile, lintang, bujur, isobar, isotherm, kawasan, dan landasan - preen.
Konsep ideal adalah konsep tersimpul yang lebih abstrak dan merupakan konsep
yang memerlukan pengumpulan indikator yang lebih luas. Misalnya, keadilan,
pancasilais, takwa, nyaman, patriotik, kasih sayang, kejujuran, dan kesejahteraan.
V. Teori / Konstruk
13
1. Melukiskan hubungan antar konsep atau variabel yang didefenisikan secara
jernih;
2. Mengandung sistem dedukasi yang secara logis ajeg atau tetap;
3. Merupakan sumber dari hipotesis yang sudah diuji kebenarannya (Banks, 1977:
103).
Contohnya, harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran (Teori Supply and
demand dalam ekonomi). Contoh lainnya, yaitu perilaku manusia dipengaruhi oleh
pembawaan dan lingkungan (Teori Konverhensi William dan Casta Sterm dalam
Psikologi Belajar) atau contoh lainnya lagi, adalah teori Contract Sosial dari John Locke
dan Rousseau yang menyatakan bahwa negara terbentuk karena adanya perjanjian sosial
antara manusia (Djahiri, 1968).
LATIHAN
14
- aspek emosi, nilai dan sikap, serta perilaku sosial yang satu sama lain memiliki saling
keterkaitan.
I. Emosi
15
II. Nilai Dan Sikap
1. Nilai
Menurut Doley dan Copaldi (1965 : 32) kata Value yang diterjemahkan menjadi
nilai memiliki dua sisi, yaitu sebagai kata benda dan kata kerja. Sebagai kata benda nilai
mempunyai dua pengertian. Pertama, sebagai objek sesuatu dianggap suatu nilai,
apabila memiliki kualitas kebaikan atau harga (Goodness and worth). Misalnya, gula
manis, gadis-cantik, orang alim, udara - sejuk. Manis, cantik, alim, dan sejuk itulah
nilai. Kedua, sebagai pengamatan suatu hal dianggap bernilai atau memiliki nilai
apabila dilihat dari pikiran seseorang sebagai memiliki, kualitas atau harga. Contohnya,
gadis itu dianggap cantik apabila dilihat dari pandangan orang lain.
Dengan kata lain, sesuatu dapat dinilai memiliki value atau harga apabila
memang hal itu memiliki kualitas kebaikan dan dilihat oleh pengamat sebagai hal yang
baik. Dilain pihak, sebagai kata kerja menilai diartikan sebagai perilaku mental untuk
memberi atau mengatakan sesuatu sebagai memiliki kualitas kebaikan. Misalnya,
menilai barang yang artinya melihat apakah barang itu berguna atau tidak, baik atau
tidak.
Dalam pengertian teknis, seperti Milton Rokeach dalam Banks (1977: 407 - 408)
nilai adalah suatu jenis kepercayaan yang ada dalam keseluruhan sistem kepercayaan
seseorang, mengenai bagaimana seseorang seharusnya atau tidak seharusnya
berperilaku atau perlu tidak sesuatu dicapai Nilai juga merupakan ukuran untuk
menetapkan baik dan buruk. Nilai dapat dibangun dalam satu tatanan atau sistem yang
bisa merupakan sistem nilai perseorangan atau kelornpok. Contohnya, setiap orang
rnemiliki sistem nilai religi yang terbentuk dari pengetahuan pemahaman pelaksanaan
dan komitmen seseorang pada agama yang dipeluknya dengan baik. Negara RI
memiliki sistem nilai Pancasila dan UUD 1945 yang merupakan tatanan nilai yang
dipahami dan dihayati dalam rangka berkehidupan dan berbangsa serta bernegara
Indonesia. Sistem nilai ini dapat juga sebagai tatanan kebaikan yang diyakini dan
dilaksanakan
16
2. Sikap
Menurut Adport (1935) dalam winataputra (1989 : 148) sikap adalah suatu
kondisi kesiapan mental dan syarat yang terbentuk melalui pengalaman yang
memancarkan arah atau pengarah yang dinamis terhadap respons atau tanggapan
individu terhadap objek atau situasi yang dihadapinya. Dengan rumusan sederhana
sikap dapat dipahami sebagai kecenderungan seseorang untuh berbuat berkenaan
dengan objek atau situasi. Contohnya, apabila tiba - tiba kita berhadapan dengan seekor
anjing galak maka seketika kita kaget dan siap untuk berteriak atau lari sambil berteriak.
Berteriak dan lari bukanlah sikap, tetapi perilaku yang merupakan sikap adalah kesiapan
kita untuk berteriak atau lari.
Sikap dapat bersifat senang atau tak senang, takut atau berani, penuh perhatian
atau acuh tak acuh, sayang atau benci, dan bertanggung jawab atau lepas tangan. Dilihat
dari kadarnya sikap juga dapat bersifat simpleks atau sederhana atau dapat pula bersifat
multipleks atau rumit. Misalnya, Anda menonon RCTI karena ada acara si Doel
tetmasuk sikap, yang simpleks . Tetapi apabila senang menonton RCTI karena alasan
yang banyak, misalnya acaranya, penyiarnya, jadwalnya kualits siarannya, termasuk
sikap yang multipleks. Sikap yang simpleks lebih mudah berubah daripada sikap yang
multipleks. Hal itu tentu dapat dipahami. Coba anda terka apa sebabnya!
3. Perilaku Sosial
Perilaku sosial juga sering disebut keterampilan sosial (Social Skills) atau
keterampilan studi sosial (Social Studies Skills) (Marsh dan Print, 1975, Jarolime,
1971). Keterampilan, seperti ditegaskan oleh Jarolimek (1971 : 65) mengandung unsur
profiency atau kemahiran dan the capability of doing something well atau kemampuan
melakukan sesuatu dengan baik. Keterampilan ini memiliki dua karakteristik, yakni
developmental atau bertahap dan practice atau latihan. Artinya, keterampilan
memerlukan latihan secara bertahap.
Termasuk kedalam keterampilan sosial, antara lain berkomunikasi (Krech dkk,
1962), membaca, menulis, menggunakan kepustakaan, menganalisis, menggunakan peta
17
(Pellison : 1989), Keterampilan sosial pada dasarnya mencakup semua kemampuan
operasional yang memungkinkan individu dapat berhubungan dan hidup bersama secara
tertib dan teratur dengan orang lain Dengan demikian, dapat memerankan dirinya
sebagai aktor sosial yang cerdas secara rasional, emosional, dan sosial. Semua itu
mencerminkan pola perilaku sosial seseorang.
Setelah membahas apa dan mengapa emosi, nilai dan sikap, serta perilaku
sosial, berikut pembahasan mengenai bagaimana pengembangan aspek - aspek tersebut
dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.
Disekolah dasar aspek emosi, sosial dan keterampilan sosial dapat dikembalikan
melalui berbagai kegiatan, antara lain yang ditawarkan oleh Jarolimek (1971: 67)
sebagai berikut.
Kehidupan kelas sahari – hari yang menitik beratkan pada kepedulian pada orang lain,
kebebasan dan persamaan, kemerdekaan berpikir, tanggung jawab,dan penghormatan
terhadap harga diri manusia.
1. Mempelajari sejarah dan perkembangan kehidupan negara terutama mengenai cita
- cita dan ideologinya yang memerlukan usaha untuk terus mewujudkannya.
2. Mernpelajari riwayat hidup toko - toko penting yang menceminkan nilai - nilaidari
bangsa dan negara.
3. Mempelajari hukum beserta sistem hukum dan sistem peradilan.
4. Merayakan hari - hari besar yang mempekenalkan nilai dan sikap.
5. Menganalisis makna kata - kata dalam proklamasi, pembukaan UUD'45 batang
tubuh, UUD’45 dan peraturan perundangan lainya.
Apabila kita lihat keenam bentuk pembelajaran itu dapat dibuat dalam 2
kelompok sebagai berikut:
1. Pembelajaran formal yang menitik beratkan pada pemahaman dan analisa di dalam
atau di luar kelas.
2. Pembelajaran informal yang menitik beratkan pada penghayatan, pelibatan, dan
penciptaan suasana yang mencerminkan komitmen terhadap nilai dan sikap terutama
di luar kelas.
18
Khusus dalam pembelajaran formal Simon, Howe, dan Kirshenbaum (1972)
menawarkan 4 pendekatan yang berorientasi pada nilai dan sikap sebagai berikut:
1. Transmisi nilai secara bebas. Anak didik diberi kebebasan untuk menangkap,
mengkaji dan memilih nilai atas dasar pertirnbangannya sendiri. Kelihatannya bagi
Indonesia modul ini perlu diadaptasi menjadi transmisi nilai secara bebas terarah.
Anak disajikan pilihan nilai secara bebas atas altenatif nilai yang secara sosial dapat
diterima dalam masyarakat Indonesia.
2. Penanaman Nilai atau Value Inculcatian yang pada dasarnya merupakan proses
pembelajaran nilai secara langsung mengenai konsep dan nilai yang sudah dianggap
balk. Contohnya, pembelajaran niali - nilai Pancasila dan UUD 45 dan nilai - nilai
keagamaan yang dianut.
3. Suri teladan atau modeling model ini menitik beratkan pada penampilan teladan atau
keteladanan dalam berbagai bidang dan berbagai lingkungan kehidupan. Misalnya,
siswa teladan, guru teladan, keluarga teladan, dokter teladan, sopir teladan,
kampung dan desa teladan dan kantor teladan.
4. Klasifikasi Nilai atau Value. Clarification yang menitik bratkan pada langkah
sistematis dalam menghayati, memaharni, dan melaksanakan nilai. .
Langkah - langkahnya adalah sebagai berikut:
a) Bangga atas nilai dan perilaku
1. Menunjang rasa senang dan bangga
2. Mengatakan nilai pada orang lain
19
Pada dasarnya model klarifikasi niali ini merupakan bentuk komunikasi dialogis
guru dengan murid dalam mementapakan nilai yang dihayati murid atas pengarahan
guru. Dengan cara ini murid tidak akan merasa bahwa nilai itu diajarkan, tetapi
dipahami, dihayati dn dipilih sendiri.
5. Klarifikasi niali terintegrasi struktur. Model ini menitik beratkan pada pembelajaran
nilai melahii analisis konsep bidang studi. Jadi sebenarnya model ini bertolaka dari
pendekatan kogrritif, iet«pi diupayakan bermuara pada pembelajaran niali.
Misalnya, dapat menganalisis masalah banjir, yaitu apa, mengapa, dan bagaimana
banjir. Pada saat pembicaraan materi, guru selalu menghubungkan dengan nilai dan
sikap warga masyarakat.
Khusus mengenai Model 4 dan 5 telah dikembangkan berbagai strategi atau model
kecil Simon dkk (1972) menghimpun 79 Model VCT. Selain itu Joyce dan Weil (1986)
juga telah menghimpun berbagai model yang dikelompokkan kedalam model personal
dan model sosial.
Untuk kebutuhan praktis dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar dalam modul
ini akan disajikan beberapa model terpilih yang dapat diterapkan di SD. Model tersebut
akan berbentuk model perpaduan atau model eklektik yang dalam modul ini kan
dikemukakan sebagai berikut:
1) Pendekatan eksplositori berorientsi nilai dan sikap.
2) Pendekatan analtik keteladan.
3) Pendekatan kajian nilai.
4) Pendekatan integatif konsep dan nilai.
20
b. Langkah – langkahnya:
Guru memiliki suatu nilai yang sudah seharusnya diterima oleh semua murid
karena memang telah diterima kebenarannya, misalnya tertib, cinta
lingkungan, tanggung jawab sosial, berdagang dengan jujur, menghargai
pahlawan.
Guru menyiapkan bahan peragaan berupa diagram, rekaman, clipping dan
lain-lain
Guru menyajikan konsep nilai dengan memanfaatkan peragaan yang telah
disiapkan diselingi dengan dialog yang hangat mengenai pentingnya nilai
Menguasai murid untuk menerapkan nilai - nilai yang telah dikaji dalam
kehidupan sehari - hari, misalnya tertib di rumah, tertib di jalan raya, tertib di
sekolah, dan tertib di masyarakat.
Pada kesempatan selanjutnya guru meminta laporan penerapan nilai itu dan
membicarakannya kembali di kelas.
21
2) Guru membaca dan menyediakan sumber informasi berupa, buku majalah,
cliping, koran, gambar, rekaman, film dn lain - lain mengenai teladan yang
dipilih sebagi sampel.
22
a. Tujuan adalah menagkap nilai melatui kajian nilai antara sistemati dan
mendasar.
b. Langkah – langkah:
Langkah - langkah ini diadaptasi dari model Hunt and Metcalf’s DecisionMaking:
a. Membahas apa hakikat dari objek peristiwa atau kebijaksanaan yang akan dinilai.
Misalnya, diambil masalah pemerataan.
Membahas kriteria untuk menilai pemarataan.
Menyepakati kriteria.
b. Membahas konsekuensi penerapan kriteria dalam hal ini untuk menilai masalah
pemerataan.
c. Menguji keberlahuan kriteria dengan cara melihat kekurangan dan kebaikan dari
kriteria itu.
d. Memberi justifikasi kriteria dengan cara melihat apakah kriteria itu dapat diterpkan
secara ajek / konsisten. Aspabila ternyata ajek dan dapat diterima pengambilan
keputusan telah selesai.
a. Tujuan adalah menangkap nilai yang melekat pada atau merupakan implikasi
nilai dan suatu konsep melalui kajian akademis.
b. Langkah - langkah
1) Guru menetapkan suatu konsep yang akan dibahas yng memiliki implikasi
nilai atau mengandung nilai, misalnya konsep banjir diperkirakan memiliki
implikasi nilai Cinta lingkungan, kepedulian sosial, gotong - royong dan lain
- lain.
2) Guru bersama murid membahas sebab dan akibat banjir secara akademis
malalui analisis pemecahan masalah dengan menggunakan matriks sebagai
berikut:
23
Banjir
Sebab Akibat
3) Memusatkan perhatian pada sebab dan akibat banjir dari sudut manusia,
misalmya, banjir, antara lain kenapa penebangan hutan. Akibat banjir,
antara lain kesengsaraan.
4) Mengangkat isu nilai / sikap / moril dari maslah penebangan hutan dan
kesengsaraan melalui dalog guru murid atau diskusi kelompok.
5) Membahas secara analisis cara - cara penanggulangan banjir dari sudut
manusia dan mengangkat isu nilai / sikap / moral yang terkait pada cara -
cara itu.
6) Memusatkan perhatian pada faktor. Manusia termassuk pengetahuan nilai /
sikap / moral dalam menghadapi berbagi masalah yang terjadi dalam
kehidupan manusia.
7) Memberi penguasaan pentingnya unsur manusia khusus nilai, sikap,moral
daiam memelihara kelangsungan hidup agar lebih baik danlebih
menenangkan.
24
LATIHAN
1. Bagaimana kaitan antara pembinaan emosi, nilai dan sikap, serta perilaku social
dengan tuntutan untuk menjadikan murid sebagai actor social?
2. Diantara 4 model pembelajaran model dan sikap model mana (pilih satu model)
yang menurut anda mudah digunakan dalam pembelajaran IPS kelas yang anda
pegang (kelas 4 atau 5 atau 6)
25
BAB II.
MERANCANG DAN MENERAPKAN PENGGUNAAN METODE
PEMBELAJARAN IPS SD YANG BERLANDASKAN PENDEKATAN
KOGNITIF
26
Tahap - tahah penerapan metode latihan inkuiri adalah berikut ini :
1. Menyajikan Masalah
Guru mengajukan situasi yang mengandung masalah dan menentukan prosedur
inkuiri yang akan ditempuh oleh siswa.
4. Merumuskan Penjelasan
Siswa bersama guru merumuskan penjelasan atau uraian secara mendetail, rapi dan
sistematis.
Hal - hal yang perlu diperhatikan guru dalam menerapkan metode latihan inkuiri adalah
berikut ini :
Rencanakan waktu yang akan digunakan
Siswa dapat melakukan secara kelompok
Gunakan sumber - sumber yang sesuai masalah sebanyak - banyaknya.
27
C. MENERAPKAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN IPS SD
YANG BERLANDASKAN PENDEKATAN KOGNITIF
Sebagai contoh, kita ambil kurikulum Sekolah Dasar Kelas 6 semester II sebagai
berikut :
1. Kompetensi Dasar
Kemampuan memahami gejala alam dan sosial negara. Indonesia dan negara
tetangga.
2. Materi Pokok
Gejala alam dan sosial negara Indonesia dan negara tetangga.
3. Hasil Belajar
Membandingkan gejala alam negara Indonesia dengan negara - negara tetangga
Mendeskripsikan gejala sosial Indonesia dan negara - negara tetangga
4. Indikator
Menunjukkan pada peta letak dan nama negara - negara tetangga Indonesia.
Membandingkan ciri - ciri gejala alam Indonesia dengan negara - negara
tetangga
Membandingkan ciri - ciri gejala sosial di Indonesia dengan negara - negara
tetangga
Memberi confoh sikap waspada terhadap gejala sosial di Indonesia
Setelah kita pahami hal - hal diatas maka langkah selanjutnya adalah berikut ini:
a. Menyajikan Masalah
Guru mengajukan masaiah dengan pertanyaan, seperti berikut ini. Bagaimana
gejala alam dan sosial di Indonesia jika dibandingkan dengan negara tetangganya?
28
b. Mengumpulkan Data dan Verifikasi Data
Siswa mengumpulkan data melalui buku - buku sumber yang berkaitan dengan
masalah yang dirumuskan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengkaji
situasi peristiwa Pemberontakan G30S/PKI sehingga siswa memahami situasi
secara objektif. Pada tahap verifikasi data ditanyakan situasi, kondisi, dan objek
secara sistematis.
d. Merumuskan Penjelasan
Guru membantu siswa dalam merumuskan penjelasan untuk menjawab atas
masalah secara mendetail, rapi, dan sistematis.
29
LATIHAN
30
BAB III.
MERANCANG DAN MENERAPKAN PENGGUNAAN METODE
PEMBELAJARAN IPS SD YANG BERLANDASKAN PENDEKATAN SOSIAL
Materi pada Kegiatan Belajar berisi pokok - pokok bahasan sebagai berikut :
1. Pengertian Pendekatan Sosial.
2. Cara merancang penggunaan metode pembelajargct IPS SD yang berlandaskan
pendekaian sosial.
3. Menerapkan penggunaan metode pembelajran IPS SD yang berlandaskan
pendekatan sosial.
31
Dalam pelaksanaan metode mengajar inkuiri sosial siswa diatur dalam bentuk
struktur sosial. Siswa akan membentuk sistem sosial yang berubah dan bergerak dari
tahap yang satu ke tahap berikutnya. Siswa berusaha menemukan jawaban sendiri atas
masalahnya.
Terdapat tiga ciri pokok metode inkuiri sosial sebagai berikut :
1. Adanya aspek - aspek sosial dalam kelas yang dapat menumbulikan terciptanya
suasana diskusi.
2. Adanya penetapan hipotesis sebagai arah dalam pemecahan masalah
3. Adanya fakta - fakta sebagai bahan pembuktian hipotesis.
32
2. Tahap Hipotesis
Siswa bersama guru menyusun hipotesis. Hipotesis ini sebagai acuan dalam
usaha pemeca.han masalah. Hipotesis yang baik harus memenuhi syarat berikut ini :
a. Valid (sahih), yaitu menguji apa yang seharusnya diuji.
b. Kompatibilitas yaitu adanya kesesuaian antara hipotesis dengan generalisasi
pengalaman siswa/guru yang telah diperoleh sebelumnya.
c. Mempunyai hubungan dengan peristiwa yang telah terjadi agar dapat diadakan
pembuktian.
3. Tahap Definisi
Siswa mengadakan pembahasan mengenai pengertian istilah yang terdapat pada
hipotesis.
4. Tahap Eksplorasi
Siswa mengadakan pengujian hipotesis dengan logika deduksi dan
mengembangkan hipotesis dengan implikasi dan asumsi - asumsinya
6. Tahap Generalisasi
Siswa dengan bantuan guru menyusun pernyataan yang benar - benar terbaik
untuk pemecahan masalah.
33
B. MENERAPKAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN IPS DI SD
YANG BERLANDASKAN PENDEKATAN SOSIAL
Sebagai contoh, kita ambil kurikulum Sekolah Dasar kelas 5 semester I, sebagai berikut
:
1. Kompetensi Dasar
Kemampuan memahami keadaan penduduk dan pemerintahan di Indonesia.
2. Pokok Bahasan
Penduduk dan sistem pemerintahan di Indonesia.
3. Hasil Belajar
a. Mengidentifikasi keadaan penduduk di Indonesia.
b. Mendeskripsikan peran dan tanggung jawab pemerintah.
4. Indikator
a. Menjelaskan perkembangan jumlah penduduk, penggolongan, persebaran dan
kepadatan penduduk di Indonesia.
b. Mengiterprestasi berbagai grafik penduduk.
c. Menjelaskan permasalahan penduduk di Indonesia.
d. Mengidentifikasi bentuk, sebab dan akibat perpindahan penduduk yang terjadi di
Indonesia.
e. Menguraikan pengertian pemerintahan, pemerintahan daerah dan pemerintahan
pusat.
f. Menjelaskan sistem pemerintahan demokrasi.
g. Memberikan contoh tugas dan tangggung jawab pemerintah terhadap masyarakat.
Setelah kita memahami hal-hal diatas, maka langkah selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Tahap Orientasi
34
Siswa dengan bantuan guru mengambil dan menetapkan masalah yang berkaitan
dengan jumlah penduduk yang meledak, golongan penduduk muda, persebaran tidak
merata dan kepadatan yang tinggi. Salah satu akibatnya adalah munculnya masalah
sosial, yaitu kemiskinan masih ditambah penodongan, pencurian, tuna susila dan tuna
wisma. Rumusan masalahnya adalah "Faktor-faktor apa yang menyebabkan kemiskinan
disuatu daerah?". Jadi, masalah pokoknya adalah terjadinya kemiskinan.
2. Tahap Hipotesis
Siswa dengan bantuan guru menyusun hipotesis, yaitu berikut ini.
a. Kondisi fisis suatu daerah yaitu lahan pertanian yang sempit, mempunyai hubungan
dengan terjadinya kemiskinan.
b. Kualitas sumber daya manusia yaitu tingkat pendidikan yang rendah, mempunyai
hubungan dengan terjadinya kemiskinan.
3. Tahap Definisi
Siswa membahas pengertian dari istilah - istilah yang ada dalam hipotesis.
a. Kondisi fisis adalah keadaan lingkungan alam yang mempunyai pengaruh terhadap
pen' kehidupan manusia, misalnya keadaan sumber daya alam pada suatu daerah
b. Kualitas sumber daya manusia adalah derajat kemapuan untuk mengolah sumber
daya ala.m yang ada dengan teknologi yang dimiliki
c. Kemiskinan dibedakan menjadi dua, yaitu kemiskinan alamiah dan kemiskinan
struktural/buatan. Kemiskinan alamiah adalah kemiskinan yang ditimbulkan sebagai
akibat terbatasnya sumber daya alarn atau daya dukung sumher daya alam terhadap
kehidupan manusia rendah. Kemiskinan struktural/buatan adalah kemiskinan yang
ditimbulkan sebagai akibat perubahan ekonomi, teknologi dan pembangunan itu
sendiri atau karena kelembagaan yang ada menyebabkan sebagian masyarakat tidak
memperoleh kesempatan yang sama untuk menguasai sumber daya sehingga
menjadi miskin.
d. Pada golongan penduduk muda, bentuk grafik penduduknya seperti pyramid, yaitu
golongan penduduk usia muda jauh lebih besar dari pada usia dewasa
35
dan tua. Materi dan indikator : d, e, f dan g belum dibahas. Perlu pembahasan
tersendiri.
4. Tahap Eksplorasi
Siswa mengadakan pengujian hipotesis dengan logika deduksi dan
mengembangkan hipotesis dengan implikasinya serta asumsi - asumsi yang
mendasarinya.
5. Tahap Pembuktian
Siswa melakukan pembuktian dengan jalan melakukan pengumpulan data
melalui metode - metode pengumpulan data yang sesuai dengan masalah yang dibahas.
Setelah data lengkap, kemudian diadakan analisis data dan dihubungkan dengan
hipotesisnya untuk dipastikan apakah hipotesis itu diterima atau tidak.
6. Tahap Generalisasi
Siswa dengan bantuan guru menyusun pernyataan terbaik sebagai jawaban atas
masalah yang dibahas, yaitu berikut ini :
a. Kondisi fisik yang jelek akan mendukung terjadinya kemiskinan disuatu daerah.
b. Kualitas sumber daya manusia yang rendah mendukung terjadinya kemiskinan
disuatu daerah.
LATIHAN
2) Ketika proses inkuiri sosial berlangsung guru harus berperan sebagai pembimbing!
3) Dalam penerapan metode inkuiri sosial terdapat tahap hipotesis. Sebutkan 3 syarat
hipotesis yang baik!
36
BAB IV.
MERANCANG DAN MENERAPKAN PENGGUNAAN METODE
PEMBELAJARAN IPS SD YANG BERLANDASKAN PENDEKATAN
PERSONAL
Materi pada Kegiatan Belajar 3 ini berisi pokok bahasan sebagai berikut :
1. Pengertian pendekatan Personal.
2. Cara merancang penggunaan metode pembelajaran IPS SD yang berlandaskan
pendekatan personal.
3. Menetapkan penggunaan metode pembelajaran IPS SD yang berlandaskan
pendekatan, personal.
Pendekatn personal ini lebih menekankan pada proses yang membantu individu
dalam membentuk dan mengorganisasikan kenyataan - kenyataan yang kompleks.
Keberadaan siswa dalam kelompok banyak mempunyai arti untuk mengenal dirinya
sebagai pribadi sehingga dapat menghasilkan hubungan interpersonal (antarpribadi)
yang cukup tinggi. Oleh karena itu, keadaan emosional siswa perlu diperhatikan agar
siswa dapat mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungan.
Melalui pendekatan personal siswa diharapkan dapat melihat dan pribadi dan
sebagai pribadi yang berada ditengah - tengah kelompok. Setiap individu mempunyai
karakteristik yang berbeda satu sama lain. Oleh karena itu, perlu adanya sikap dan
perlakuan yang berbeda kepada setiap individu.
37
Salah satu metode pembelajaran yang berlandaskan pendekatan personal yang
akan dipilih sebagai contoh adalah metode pertemuan kelas. Metode ini berdasarkan
pada teori Glasser yang mempunyai dua asumsi, pertama, bahwa manusia itu
mempunyai 2 kebutuhan dasar, yaitu cinta dan harga diri. Kedua, kebutuhan tersebut
berakar dalam hubungan antar manusia. Masalah individu muncul apabila la tidak dapat
memenuhi 2 kebutuhan pokok.
Metode pertemuan kelas, dilihat dari fokus pembicaraan dalam diskusi menurut
Glasser dibedakan menjadi 3 tipe sebagai berikut:
38
6. Guru secara keseluruhan mengidentifikasikan, memilih dan menaati alternatif
perilaku.
7. Guru harus mampu menciptakan iklim terbuka dan mengendalikan kelompok untuk
menilai perilaku, mengambil kesepakatan dan menilai tindak lanjut. Langkah -
langkah penerapan metode pertemuan kelas adalah berikut ini:
39
4. Mengidentifikasi Alternatif Tindakan
Siswa mengidentifikasi alternatif perilaku khusus dan siswa sepakat untuk
menaatinya
5. Merumuskan Kesepakatan
Siswa secara bersama merumuskan kesepakatan. Apa yang sudah ditentukan dan
dirumuskan bersama harus dipenuhi dan ditaatinya.
Sebagai contoh, kita ambil kurikulum Sekolah Dasar kelas 5 semester 2, sebagai
berikut:
1. Kompetensi Dasar
Kemampuan memahami perjuangan para tokoh dalam melawan penjajah dan tokoh
- tokoh Pergerakan Nasional.
3. Hasil Belajar
a. Mengidentifikasi tokoh - tokoh penting Pergerakan Nasional dan tokoh-tokoh
pejuang setempat.
b. Mengidentifikasi peranan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1982 dalam mempersatukan
Indonesia.
40
4. Indikator
a. Membuat ringkasan riwayat hidup tokoh - tokoh penting Pergerakan Nasional
(misal R. A. Kartini, Dewi Sartika, Ki Hajar Dewantoro, Douwes Dekker).
b. Membuat Iaporan tentang tokoh pejuang yang ada di Provinsinya.
c. Memceritakan peristiwa Sumpah Pemuda.
d. Memceritakan peranan masing - masing tokoh dalam peristiwa Sumpah Pemuda 28
Oktober 1928.
e. Menceritakan peranan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dalam mempersatukan
Indonesia.
Setelah guru memahami hal - hal diatas maka langkah selanjutnya adalah berikut ini:
Kemudian, guru dan siswa mengidentifikasi norma - norma sosial dari petistiwa sumpah
pemuada yang dapat dijadikan contoh yang baik bagi pembentukan sikap siswa dalam
mengahadapi masalah - masalah sosial.
41
3. Mengembangkan pertimbangan nilai pribadi
Untuk dapat membuat pertimbangan nilai pribadi, siswa harus mengidentifikasi nilai -
nilai yang terkandung dalam peristiwa sumpah pemuda. Nilai - nilai tersebut adalah
sebagai berikut ini:
Nilai kebersamaan untuk mencapai tujuan luhur
Nilai persatuan dan kesatuan bangsa
Nilai kebulatan tekad untuk mencapai kemerdekaan
Nilai menghargai pendapat dan karya orang lain
5. Merumuskan kesepakatan
Siswa merumuskan dan menyepakati sikap dan perilaku serta menaatinya.
42
LATIHAN
Untuk menjawab latihan ini Anda harus mempelajari kembali cara merancang
penggunaan metode pembelajaran yang berlandaskan pendekatan personal. Termasuk
beberapa pedoman guru dan langkah - langkah dalam menerapkan metode pertemuan
kelas.
43
BAB V.
MERANCANG DAN MENERAPKAN PENGGUNEAN METODE
PEMBELAJARAN IPS SD YANG BERLANDASKAN PENDEKATAN
EKSPOSITORI
Materi pada Kegiatan Belajar 3 ini berisi pokok bahasan sebagai berikut.
1. Pengertian pendekatan ekspositori.
2. Merancang penggunaan metode pembelajaran IPS SD yang berlandaskan
pendekatan ekspositori.
3. Menerapkan penggunaan metode pembelajaran IPS SD yang berlandaskan
pendekatan ekspositori.
44
informasi (penerima pesan) bersifat pasif, yang aktif adalah pemberi pesan. Misalnya,
informasi lewat radio. Penerima informasi (penerima pesan), yaitu pendengar radio
hanya rnendengarkan (pasif). Agar aktif maka pemberi pesan harus memberi tugas
kepada penerima pesan Tugas itu dapat berupa menembak siapa pelaku utama dari
"drama" atau "sandiwara" radio yang baru didengarnya Agar lebih menarik, ada hadiah.
Salah satu bentuk metode mengajar yang berlandaskan pendekatan ekspositori adalah
metode ceramah. Dalam proses pembelajaran yang menggunakan metode ceramah, guru
menyampaikan materi pelajaran secara lisan. Murid atau siswa hanya mendengarkan
(pasif). Agar lehih aktif perlu diberi variasi, misalnya dalam menjelaskan digunakan alat
peraga (media) yang berupa peta. Para siswa diminta mengamati peta, melengkapi peta,
menyebut nama kota, gunung, sungai dan hasil tambang pada suatu daerah. Jika
dipandang perlu, siswa diminta mengisi "peta buta" yang sudah disiapkan oleh guru
atau mengisi Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang sudah disiapkan. Dengan bervariasi
dalam menyajikan, siswa akan menjadi lebih aktif.
45
5. Dapat menimbulkan kebosanan siswa dan verbalisme.
Metode ceramah dapat digunakan apabila terdapat hal - hal berikut ini:
a. Bahan ceramah yang akan diberikan jumlahnya/volumenya sangat banyak.
b. Banyak atau materi yang akan diberikan merupakan bahan baru.
c. Para siswa dapat memahami informasi melalui kata - kata.
46
C. MENERAPKAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN IPS SD
YANG BERLANDASKAN PENDEKATAN EKSPOSITORI
1. Kompeteasi Dasar
Kemampuan memahami gejala alam dan sosial Negara Indonesia dan Negara tetangga
2. Materi Pokok
Gejala alam dan sosial Indonesia dan Negara tetangga.
3. Hasil Belajar
a. Membandingkan gejala alam Negara Indonesia dengan Negara - negara tetangga.
b. Mendeskripsikan gejala sosial Indonesia dan Negara - negara tetangga.
4. Indikator
a. Menunjukkan pada peta letak dan nama Negara - negara tetangga Indonesia.
b. Membandingkan ciri - ciri gejala alam Indonesia dengan Negara - negara tetangga
c. Membandingkan ciri - ciri gejala sosial di Indonesia dengan Negara - negara
tetangga.
d. Memberi contoh sikap waspada terhadap gejala sosial di Indonesia.
Setelah memahami materi pokok, hasil belajar dan indikatornya, guru dapat
memilih materi apa yang dapat dijelaskan dan materi apa yang diberikan sebagai tugas.
Dalam memilih materi perlu memperhatikan sumber serta fasilitas yang tersedia.
Adapun langkah - langkahnya adalah sebagai berikut.
47
a. Menjelaskan tujuan pembelajaran
b. Mengemukakan pokok - pokok materi.
c. Memberikan apersepsi. Misalnya guru bertanya : siapa yang pernah mencari kota
Bangkok dan Singapura dalam peta? Dinegara apa kota Bangkok dan kota
Singapura? Selanjutnya, guru menjelaskan letak kota Bangkok dan Singapura.
LATIHAN
48
DAFTAR PUSTAKA
Etin Solihatin, 2005, Cooperative Learning, Analisis Model Pembelajaran IPS, Jakarta,
Bumi Aksara.
Hamid ,hasan ,1986 ,Buku Materi Pokok Evaluasi Hasil Pengajaran IPS dan Pengajaran
Remedial ,Karonika :Jakarta UT.
49