Ips Modul 7

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 49

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat-Nya kami akhirnya dapat menyusun buku kumpulan materi Pendidikan IPS SD
kelas tinggi, sehingga menjadi buku pegangan bagi mahasiswa.

Adapun materi yang dibahas dalam buku ini telah disesuaikan dengan garis-
garis besar program pengajaran mata kuliah Pendidikan IPS SD kelas tinggi yang
diberikan diprogram PGSD S1. Buku ini diharapkan dapat membantu para mahasiswa
dalam memahami materi-materi yang terdapat dalam Pembelajaran Pendidikan IPS SD
kelas tinggi, sehingga nantinya dapat membantu para mahasiswa untuk mengajarkan
materi IPS di SD.

Kami menyadari masih banyak kekurangan buku ini baik kedalaman materi
maupun teknis penyusunannya. Oleh sebab itu kami menerima kritikan atau saran guna
penyempurnaan buku ini untuk selanjutnya.

Kepada semua pihak yang berpartisipasi dalam menyusun bahan ajar ini, kami
menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi- tingginya.

1
DAFTAR ISI
BAB I. ............................................................................................................................... 4

A. PENDEKAKATAN KOGNITIF ........................................................................... 4

I. Tujuan ................................................................................................................ 5

Proses Penelitian ........................................................................................................ 5

Model -Model Penelitian Sosial ................................................................................ 6

IV. Konsep .......................................................................................................... 12

V. Teori / Konstruk ............................................................................................... 13

PENDEKATAN SOSIAL, PERSONAL DAN PERILAKU DALAM


PEMBELAJARAN IPS SD ........................................................................................ 14

Emosi ....................................................................................................................... 15

II. Nilai Dan Sikap ................................................................................................. 16

BAB II. ........................................................................................................................... 26

A. PENGERTIAN PENDEKATAN KOGNITIF ....................................................... 26

B. CARA MERANCANG PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN IPS SD


YANG BERLANDASKAN PENDEKATAN KOGNITIF ........................................ 26

C. MENERAPKAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN IPS SD YANG


BERLANDASKAN PENDEKATAN KOGNITIF .................................................... 28

BAB III. .......................................................................................................................... 31

A. PENGERTIAN PENDEKATAN SOSIAL ............................................................ 31

B. MENERAPKAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN IPS DI SD


YANG BERLANDASKAN PENDEKATAN SOSIAL ............................................. 34

BAB IV. .......................................................................................................................... 37

A. PENGERTIAN PENDEKATAN PERSONAL ..................................................... 37

2
B. CARA MERANCANG PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN YANG
BERDASARKAN PENDEKATAN PERSONAL ..................................................... 37

C. MENERAPKAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN IPS SD YANG


BERLANDASKAN PENDEKATAN MODIFIKASI PERSONAL .......................... 40

BAB V. ........................................................................................................................... 44

A. PENGERTIAN PENDEKATAN EKSPOSITORI ................................................ 44

B. CARA MERANCANG PENGGUNAAN METODE PEMBELAjARAN IPS DI


SD YANG BERLANDASKAN PENDEKATAN EKSPOSITORI ........................... 45

C. MENERAPKAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN IPS SD YANG


BERLANDASKAN PENDEKATAN EKSPOSITORI .............................................. 47

3
BAB I.
PENDEKATAN -PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN IPS SD

A. PENDEKAKATAN KOGNITIF

Kurikulum Pendidikan dasar tahun 2006, telah merumuskan bahwa rnata


pelajaran Ilmu kemampuan dan sikap rasional tentang gejala - gejala. sosial serta
kemampuan tentang perkembangan masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia di
masa lampau dan masa kini. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) rnempelajari berbagai
kenyataan sosial dalam kehidupan sehari - hari yang bersumber dari Ilmu Bumi,
Ekonomi, Sejarah, Antropologi, Sosiologi, dan Tata Negara (Depdikbud : 1994). Dari
kutipan diatas dapat ditafsirkan sebagai berikut:
 Materi mata pelajaran WS diramu dari materi berbagai bidang IPS atau apabila
kita meminjam pola pikir Wesley (1968) merupakan simplifikasi atau
penyederhanaan ilmu - ilmu sosial untuk tujuan pendidikan.

 Materi tersebut diseleksi dan diorganisasikan untuk mengembangkan


kemampuan dan sikap rasional atau apabila kita meminjam pola pikir Banks
(1977) adalah mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang
rasional sebagai bekal untuk dapat melibatkan diri dalam masyarakat secara
inteligent atau secara cerdas/nalar.

Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa karakteristik pembelajaran


IPS di SD secara umum merupakan pendidikan kognitif sebagai dasar partisipasi sosial.
Artinya, pusat perhatian utama pembelajaran IPS adalah pembangunan murid sebagai
aktor sosial yang cerdas. Untuk menjadi aktor sosial yang cerdas, tidak berarti dan
memang tidak bisa dikembangkan aspek cerdasan rasionalnya (rasional intelligence),
tetapi juga kecerdasan emosionalnya (emotional intelligence) (Golernan: 1996). Seperti

4
ditegaskan oleh Goleman (1996) maka dua kecerdasan itu sama - sama memiliki
kontribusi terhadap keberhasilan seseorang, dalam masyarakat masing - masing
diperkirakan 20% kecerdasan rasional dan 80% kecerdasan emosional.
Dalam kegiatan belajar ini anda akan mencoba mengkaji berbagai pendekatan
yang berorientasi terutama pada pengembangan kecerdasan rasional.
Menurut Banks (1996) pendekatan yang khas dalam IPS yang potensial dapat
mengembangkan kecerdasan rasional adalah Sosial Science Inquiry atau Penelitian Ilmu
Sosial. Pendekatan ini memiliki karakteristik sebagai berikut. (Banks, 1977: 41- 70).

I. Tujuan

Tujuan utama pendekatan penelitian sosial adalah membangun teori atau secara
umum membangun pengetahuan. Untuk membangun pengetahuan atau teori diperlukan
fakta konsep dan generalisasi. Pendekatan penelitian sosial untuk murid SD tentunya
harus disesuaikan tingkat perkembangan kognitif anak usia kelas 4, 5 dan 6 karena rnata
pelajaran IPS diajarkan di kelas - kelas itu. Menurut teori Piaget (Bell GradYer : 1989)
pada usia kelas 4, 5, 6., yakni kira - kira usia 8 - 1.2 tahun berada dalam tahap operasi
konkret dan operasi formal. Oleh karena itu, tujuan pendekatan penelitian sosial di SD
adalah memperkSenalkan dan melatih anak cara bergikir sosial yang dapat dibangun
tentu saja belum sampai pada teori pengetahuan sosial, tetapi berupa penetahuan sosial
dengan kerangka keilmuan sederhana.

II. Proses Penelitian

Menurut Banks (1977: 43) Ilmu Pengetahuan merupakan proses dan produk
berupatubuh pengetahuan teaoitis (body of theoretical Knowledge). Oleh karena itu,
proporsisi (pernyataan) dan generalisasi (kesimpulan) selalu terbuka untuk direvisi
(diperbaiki, disempurnakan). Proses dan produk ilmu pengetahuan selalu bersifat

5
interaktif. Metode ilmiah memungkinkan para ilmuwan merevisi dan menyempurnakan
teorinya.
Bagi siswa SD proses penelitian berfungsi sebagai media untuk mengenal gejala
- gejala sosial dan perkembangan masyarakat dengan
menggunakan kaca mata atau cara kerja ilmu sosial, Barr, Barth, dan Shermis (1978)
memberi label proses ini sebagai pengajaran sosial sebagai ilmu sosial (social studies
thought as social science).

Model -Model Penelitian Sosial


Banks (1977 - 57), rnemperkenalkan model, seperti gambar 5.1. model Banks
(1977) tersebut pada dasarnya merupakan pengembangan lebih lanjut dari model dasar
penelitian sebagaimana Anda pelajari dalarn modul 12 rnata kuliah Strategi Belajar
Mengajar, yaitu Model Pembelajaran di kelas Tinggi. Tentunya Anda dapat
membayangkan modelnya dan bentuknya sebagai berikut.

 Masalah
 Hipotesis
 Data
 Kesimpulan.

Oleh karena itu, penulis memodifikasi model Banks (1977) tersebut dengan
menambah kotak garis putus untuk langkah - langkah yang memiliki ikatan yang sangat
erat. Dengan demikian, model tersebut tampak lebih sederhana dan cocok untuk
diterapkan dengan mudah di Sekolah Dasar.

 Masalah

Masalah ada dalam pikiran terkaitan dengan gejala yang tampak atau
dapatditangkap oleh panca indra kita. Misalnya, suatu waktu terjadi hujan lebat

6
sehingga air sungai melimpah ke luar dari badan sungai dan masuk ke kawasan sekitar
aliran sungai. Bisa persawahan, bisa perkampungan atau perkotaan yang dilanda banjir
tersebut.
Apa - apa yang diamati adalah.fenomena atau gejala alam. Apabila banjir itu
banyak rumah penduduk yang rusak, harta benda hilang, terjadi wabah penyakit, terjadi
pengungsian, timbul gerakan sumbangan bencana alam dan lain - lain, muncul gejala
sosial, apabila dengan melihat fenomena itu timbul pertanyaan dalam diri kita mengapa
banjir?
Apa akibatnya? Bagaimana menanggulanginya, mulailah ada masalah dalam
pikiran kita. Pikiran kita mulai mencari kaitan antarhal, berikut ini.
a. Debit air besar, badan sungai sempit dan dangkal sehingga air meluap timbullah
banjir
b. Debit air besar, badan sungai tidak tahan sehingga bobol air meluap timbullah
banjir.
c. Dan seterusnya.

Bertolak dari kemungkinan kaitan antara hal tersebut, kita dapat merumuskan
masalah sebagai berikut:
a. Sempit dan dangkalnya badan sungai tidak dapat menampung volume debit air
sungai yang besar;
b. Badan sungai yang tidak tahan bisa bobol dan air sungai akan meluap ke luar;
c. Dan seterusnya.

Masalah dapat pula dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, seperti berikut ini:
1) Apakah sebab - sebab banjir?
2) Apa saja akibat banjir?
3) Bagaimana mengatasi banjir?

Masalah pada dasarnya muncul dari rasa ingin tahu terhadap, suatu gejala yang
tertangkap pancaindra. Namun demikian, tidak serrtua hal yang kita amati ukan

7
dirasakan sebagai masalah. Hal ini tergantung pada apakah ada pertentangan antara apa
yang kita amati dengan konsep - konsep yang adadalam pikiran. Ingatlah bahwa
menurut Piaget (Bell - Qrudler : 1986) prosesberpikir terjadi bila ada prases asimilasi
(kontak objek dengan pikiran) dan keterkaitan konsep - konsep dalam pikiran dengan
infortnasi tentang objek yang disebut proses akomodasi. Oleh karena itu, sesuatu yang
menjadi masalah bagi seseorang belum tentu menjadi masalah bagi orang lain. Searang
dokter lebih peka terhadap gejala penyakit, sedangkan seorang insinyur akan lebih peka
terhadap gejala keteknikan, misalnya bangunan, mesin.
Dalam tahap masalah model tersebut di atas tugas guru adalah menyajikan
situasi yang mengandung masalah. Situasi bermasalah ini
dihadapkan kepada murid untuk diamati dan selanjutnya dikaitkan dengan konsep yang
ada dalam pikiran murid. Guru, seyogianya membimbing dengan memberi pertanyaan -
pertanyaan pelacak misalnya coba kenapa bisa begitu ya?
Telah dibahas, masalah pada dasarnya ada dalam pikiran. Jadi, bersifat
individual. Sebelum behadapan dengan situasi bermasalah dalam diri kita pasti sudah
ada skemata yang berbentuk konsep atau teori dan nilai. Misalnya dalam kasus banjir
Anda dapat mengaitkan dengan konsep hujan, erosi atau pengikisan tanah oleh air,
pendangkalan sungai, limbah dan prinsip bahwa air akan mengalir dari tempat yang
tinggi ke permukaan yang rendah. Dengan kata lain, suatu masalah yang dirumuskan
pada dasarnya hasil rekayasa pikiran berkenaan dengan fenomena dan teori dan nilai
yang ada dalam pikiran kita.

2. Hipotesis

Hipotesis berasal dari bahasa latin hypo dan thesis. Hypo artinya setengah,
Thesis artinya kesimpulan. jadi, hypothesis atau diterjemahkan mejadi hipotesis dapat
diartikan sebagai suatu kesimpulan yang rnasih semantara atau setengah benar dan
masih memerlukan pengujian dan pembuktian. Apabila hipotesis itu diuji secara
empiris dengan munggunakan data yang tersedia maka hipotesis ini akan menjadi tesis
atau kesimpulan.

8
Suatu hipotesis seyogianya dirumuskan berdasarkan asumsi (assumtion),
sedangkan yang dimaksud dengan asumsi adalah pernyataan mengenai hal - hal yang
berhubungan dengan unsur --- unsur yang dipermasalahkan yang diterima sebagai
kebenaran tanpa bukii - bukti. Pernyataan kebenaran ini sangatlah penting agar kita bisa
berkomunikasi dengan yang lain. Asumsi ini sering jugadisebut postulat. (Banks, 1977:
58). Kita ambil contoh kasus banjir.

Masalah : Mengapa banjir?

Asumsi : Debit dan volume air sungai yang tidak sebanding dengan badan
sungai menimbulkan banjir.

Hipotesis :

a. Pengikisan tanah atau erosi di sekitar aliran sungai menimbulkan pendangkalan dan
penyempitan badan sungai
b. Penggundulan kawasan di hulu dan aliran sungai menirnbulkan terbatasnya resapan
air sehingga sebagian besar air hujan terbuang ke sungai
c. Penggundulan kawasan dan erosi di hulu dan aliran sungai menimbulkan banjir.
Apabila asumsinya berubah hipotesis pun akan berubah, Misalnya, asumsinya
diubah menjadi kesadaran masyarakat terhadap pentingnya konservasi lingkungan
berkaitan erat dengan gejala banjir.

Sebagai latihan coba anda rumuskan hipotesis masalah banjir tersebut.


Diskusikan dan rumuskan hipotesis itu secara berpasangan.
Hipotesis merupakan dasar metodologis pengumpulan data. Agar data yang
dikumpulkan benar - benar sesuai dengan arah hipotesis, perlu sekali kita memberikan
batasan dan debit air yang ada dalam rumusan hipotesis itu. Mari kita lihat kembali
contoh hipotesis l. Di situ terdapat istilah - istilah pengikisan tanah atau erosi, aliran

9
sungai, pendangkalan, dan penyempitan sungai. Semua istilah tersebut harus kita beri
batasan pengertian
Misalnya;
a. Pengikisan tanah adalah penurunan permukaan tanah oleh air hujan
b. Aliran sungai adalah kawasan yang berada di sekitar aliran sungai itu
c. Pendangkalan dan penyempitan sungai adalah proses berkurangnva badan sungai
sebagai akibat endapan lumpur dan sisi kiri - kanan sungai.

Pada saat merumuskan batasan pengertian Anda harus kembali berpaling


melihat teori dan nilai yang ada dalam bidang pengetahuan yang relevan dengan
masalah dan hipotesis. Untuk itu, Anda dapat menggunakan kamus umum, kamus
bidang ilmu, misalnya ilmu -"ilmu sosial atau ensiklopedia (kamus istilah teknis bidang
ilmu) Bisa juga merumuskan istilah tersebut berdasarkan skemata yang ada dalam
pikiran, yang penting logis dan dapat diterima.

3. Pengumpulan dan Analisis Data

Data berasal "dari bahasa latin datum yang artinya satu informasi petunjuk.
Apabila informasi itu lebih dari satu maka disebut data. jadi, datumbersifat tunggal,
sedangkan data bersifat jamak. Oleh karena itu, apabilaAnda menyebut data - data,
cukup data saja. Data dapat berbentuk kenyataan yang dapat ditangkap oleh panca indra
(dilihat, didengar, dirasa, dicium, diraba). Apa yang ditangkap pancaindra menurut apa
adanya, ini disebut fakta. Data juga dapat berbentuk informasi hasil pengukuran atau
perhitungan, misalnya tinggi gunung, panjang jalan, luas tanah, jumlah penduduk.
Selain itu, dapat pula berupa informasi hasil pengolahan, misalnya persentase (10%,
50%) atau rasio (2: 4 : 1 : 10).
Data diperlukan untuk menguji hipotesis, misalnya apakah benar erosi
menimbulkan banjir. Anda harus mengamati keadaan kawasan hulu dan aliran sungai,
dan aliran sungai, keadaan badan sungai dan keadaan kawasan yang sering dilanda
banjir. Data yang dikumpulkan dari surnber pertama, disebut data primer. Apabila data

10
tersebut dikumpulkan dari sumber data pengamatan orang lain disebut data sekunder.
Data primer dinilai lebih terpercaya daripada data sekunder karena masih relatif murni
belum banyak tercampur dengan pemikiran.
Untuk mendapat data yang terpercaya diperlukan instrumen atau alat pengurnpul
data dan teknik pengumpulan data yang memadai. Instrumen yang baik adalah yang
dapat mengukur apa yang seharusnya diukur dan ini disebut alat yang valid atau sahih.
Misalnya, meteran untuk mengukur panjang, timbangan untuk mengukur berat. Data
yang diperoleh dari instrumen yang valid sangat menunjang pengujian hipotesis.
Apabila data rnengenai hal - ha1 yang bersifat psikologis, sosial atau kultural diperlukan
alat pengumpulan data berupa observasi, daftar cek, catatan pengamatan, angket,
pedoman wawancara dan tes. Alat ini harus disusun sendiri oleh kita sebagai peneliti,
kemudian di uji coba, disempurnakan barulah dipakai setelah kita yakin bahwa alat
tersebut cukup memadai.
Apabila memang ada, dapat menggunakan alat yang teiah ada dan diakui baku,
contoh timbangan atau dinilai baku, seperti tes inteligensia (Tes Stanford's Binetsimon
Revised Test). 1'es Potensial Akademik (TPA), TOEFL. Namun, untuk kepentingan
pembelajaran kita dapat mengembangkan alat yang sederhana, misalnya Angket Hobi
Siswa, makanan yang disukai, catatan harian lepas dan yang paling penting dapat
memperoleh sejumlah data yang memang kita perlukan untuk menguji hipotesis.

4. Kesimpulan

Kesimpulan adalah hipotesis yang diuji dan dibuktikan kebenarannya. Misalnya,


hipotesis 1 di muka telah diuji rumusannya dapat dibuat sebagai berikut:
Erosi di hulu dan sekitar aliran sungai ciliwung menimbulkan pendangkalan dan .
penyempitan badan sungai di kawasan jakarta. Keadaan ini tidak bisa tidak telah
menimbulkan banjir dibeberapa kawasan permukiman disekitar Jakarta terutama di
sekitar aliran dan muara sungai. Kesimpulan ini dapat disebut sebagai tesis. Tesis selalu
benar di atas asumsi yang melandasinya. Apabila asumsinya diubah kesimpulan tersebut
menjadi tidak tepat lagi.

11
Apabila kesimpulan - kesimpulan tersebut terus di uji dan dibangun secara kait -
mengkait dalam suatu bidang akan lahir dari kesimpulan tersebut suatu teori. Teori pada
dasarnya merupakan pernyataan hubungan antar hal yang sudah dites kebenaranya dan
berlaku umum. Oleh karena itu, teori dapat digunakan untuk meramalkan atau
memperkirakan keadaan dimasa yang akan datang. Misalnya, banjir bekaitan erat
dengan gejala alam dan perilaku manusia. Teori merupakan bentuk pengetahuan yang
paling tinggi danmerupakan isi pokok ilmu pengetahuan.
Model penelitian sosial sebagaimana telah kita bahas merupakan salah satu
kecenderungan dalam pendekatan kognitif yang berorientasi pada proses inkuiri
(inquiry orientation). Orientasi ini sering diberi label bermacam - macam, seperti
inquery, discovery, problem solving, critical thinking, reflectivethinking; induction,
investigation(Jarolimek, 1971 : 11). Semua istilahtersebut walaupun tidak mengandung
pengertian yang sama persis, pada dasarnya memiliki karakteristik yang sama yakni :
a. Menitik beratkan pada proses berpikir yang berkaitan dengan pemecahan
masalah;
b. Melibatkan murid dalam proses belajar;
c. Merupakan altematif lain yang bersifat inovatif yang lebih maju dari pada
penyampai informasi secara eksposito.

Demikian sebagaimana ditegaskan oleh Jarolimek (1971: 11). Kecenderungan


lain dalam pendekatan kognitif adalah pendekatan konseptual (conceptual Approach).
Jarolimek (1971) menyebutkan sebagai ide ;antered program atau program
pemhelajaran yang berorientasi pada ide atau gagasan.
Gagasan yang dimaksud adalah konsep, generalisasi, konstruk, ide dasar, ide
pokok, atau pengertian umum.

IV. Konsep

Konsep merupakan suatu kata atu penyataan abstrak yang berguna untuk
mengelompokkan benda, ide atau peristiwa (Banks, 1977: 85). Contoh konsep adalah

12
pantai, silsilah, keluarga, norma, pemerintah., pasar, dan organisasi. Tentunya, Anda
dapat menyebutkan contoh lainya dalam berbagai bidang, suatu konsep dipelajari elalui
proses pembentukan konsep atau concept formation atau concept attainment menurut
Bruner (1966). Proses pernbentukan konsep atau proses konseptualisasi pada dasarnya
merupakan proses mengelompokkan dan memberi nama konsep serta merumuskan
pengertian konsep itu. Misalnya, semua daratan yang menjorok ke laut disebut ujung
atau tanjung. Ujung atau tanjung merupakan sebuah konsep.
Cobalah sebagai latihan, Anda meumuskan beberapa konsep. Kemudian,
bicarakan dengan mahasiswa lainnya. Apabila dilihat dari sifatnya, ada beberapa jenis
konsep, yakni konsep teramati atau obseved concept, konsep tersimpul atau inferred
concept, konsep relasional atau relational concept, dan konsep ideal atau ideal type
concept. (Fenton : 1966, Jarolimek : 1971, Banks : 1977). Konsep teramati adalah
konsep yang contohnya dapat ditangkap pancaindra, sepetti manusia, rumah jalan raya,
bising, manis, merdu. Konsep tersimpul adalah konsep yang contohnya harus
disimpulkan dari beberapa hasil pengamatan atau beberapa peristiwa sebagai indikator.
Misalnya, sopan, tertib, pahlawan, makmur, dan adat.
Konsep relational adalah konsep yang melibatkan jarak dan waktu. Misalnya,
abad, dasawarsa, mile, lintang, bujur, isobar, isotherm, kawasan, dan landasan - preen.
Konsep ideal adalah konsep tersimpul yang lebih abstrak dan merupakan konsep
yang memerlukan pengumpulan indikator yang lebih luas. Misalnya, keadilan,
pancasilais, takwa, nyaman, patriotik, kasih sayang, kejujuran, dan kesejahteraan.

V. Teori / Konstruk

Teori atau Konstruk merupakan bentuk pengetahuan tertinggi yang dapat


digunakan untuk menerangkan dan memperkirakan perilaku manusia (Banks, 1977 :
103). Teori dibangun oleh generalisasi aras tinggi yang memenuhi syarat - syarat
sebagai berikut:

13
1. Melukiskan hubungan antar konsep atau variabel yang didefenisikan secara
jernih;
2. Mengandung sistem dedukasi yang secara logis ajeg atau tetap;
3. Merupakan sumber dari hipotesis yang sudah diuji kebenarannya (Banks, 1977:
103).

Contohnya, harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran (Teori Supply and
demand dalam ekonomi). Contoh lainnya, yaitu perilaku manusia dipengaruhi oleh
pembawaan dan lingkungan (Teori Konverhensi William dan Casta Sterm dalam
Psikologi Belajar) atau contoh lainnya lagi, adalah teori Contract Sosial dari John Locke
dan Rousseau yang menyatakan bahwa negara terbentuk karena adanya perjanjian sosial
antara manusia (Djahiri, 1968).

LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman anda rnengenai materi diatas kerjakanlah latihan


berikut.
1) Apakah sasaran pendekatan Kognitif yang berorientasi proses penelitian ?
2) Apakah sasaran pendekatan Kognitif yang berorientasi proses konseptualisasi?

B. PENDEKATAN SOSIAL, PERSONAL DAN PERILAKU DALAM


PEMBELAJARAN IPS SD

Pendekatan sosial, personal, dan perilaku pada prinsipnya merupakan bentuk


sentuhan pedagoginya terhadap dimensi sosial dan personal atau dimensi inteligensia
emosional atau emotional intelligence menurut Goleman (1996). Apabila kita
menganalisis, dimensi atau aspek sosial dan personal atau emosional ini memiliki aspek

14
- aspek emosi, nilai dan sikap, serta perilaku sosial yang satu sama lain memiliki saling
keterkaitan.

I. Emosi

Apabila dilihat secara harfiah, Oxford English Dictionary mengartikan emosi


(Emotion) sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap
keadaan mental yang hebat atau meluap - luap. Bertolak dari pengertian itu Goleman
(1996) mengartikan emosi sebagai suatu perasaan dan pikiran atau suatu keadaan
biologis dan Psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Tercakup
dalam emosi ini adalah amarah, kesehatan, rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut,
jengkel, dan malu (Goleman, 1996 : 411 - 412) pikiran emosional cenderung bersifat
cepat, namun ceroboh atau tidak teliti. Berbeda dengan pikiran rasional yang cenderung
sangat teliti, namun lambat. Pikiran emosional merupakan dorongan hati bukan
dorongan kepala. Kedua jenis pikiran ini saling mengisi satu sama lain dan potensial
ada dalam diri kita. Hal yang sangat diperlukan adalah penyelarasan dan
penyeimbangan pikiran emosional dan pikiran rasional.
Untuk menyelaraskan dan menyeimbangkan kedua aspek pikiran itu perlu
pendidikan emosi yang harmonis dengan pendidikan rasio.
Menurut W. T. Grand Consortiums, dalam Golem (1996 : 426 - 427)
keterampilan emosional mencakup hal - hal berikut:
1. Mengidentifikasi dan memberi nama perasaan - perasaan.
2. Mengungkapkan perasaan.
3. Menilai intensitas perasaan
4. Mengelola perasaan.
5. Menunda pemuasan.
6. Mengendalikan dorongan hati.
7. Mengurangi stres.
8. Mengetahui perbedaan antara perasaan dan tindakan.

15
II. Nilai Dan Sikap
1. Nilai

Menurut Doley dan Copaldi (1965 : 32) kata Value yang diterjemahkan menjadi
nilai memiliki dua sisi, yaitu sebagai kata benda dan kata kerja. Sebagai kata benda nilai
mempunyai dua pengertian. Pertama, sebagai objek sesuatu dianggap suatu nilai,
apabila memiliki kualitas kebaikan atau harga (Goodness and worth). Misalnya, gula
manis, gadis-cantik, orang alim, udara - sejuk. Manis, cantik, alim, dan sejuk itulah
nilai. Kedua, sebagai pengamatan suatu hal dianggap bernilai atau memiliki nilai
apabila dilihat dari pikiran seseorang sebagai memiliki, kualitas atau harga. Contohnya,
gadis itu dianggap cantik apabila dilihat dari pandangan orang lain.
Dengan kata lain, sesuatu dapat dinilai memiliki value atau harga apabila
memang hal itu memiliki kualitas kebaikan dan dilihat oleh pengamat sebagai hal yang
baik. Dilain pihak, sebagai kata kerja menilai diartikan sebagai perilaku mental untuk
memberi atau mengatakan sesuatu sebagai memiliki kualitas kebaikan. Misalnya,
menilai barang yang artinya melihat apakah barang itu berguna atau tidak, baik atau
tidak.
Dalam pengertian teknis, seperti Milton Rokeach dalam Banks (1977: 407 - 408)
nilai adalah suatu jenis kepercayaan yang ada dalam keseluruhan sistem kepercayaan
seseorang, mengenai bagaimana seseorang seharusnya atau tidak seharusnya
berperilaku atau perlu tidak sesuatu dicapai Nilai juga merupakan ukuran untuk
menetapkan baik dan buruk. Nilai dapat dibangun dalam satu tatanan atau sistem yang
bisa merupakan sistem nilai perseorangan atau kelornpok. Contohnya, setiap orang
rnemiliki sistem nilai religi yang terbentuk dari pengetahuan pemahaman pelaksanaan
dan komitmen seseorang pada agama yang dipeluknya dengan baik. Negara RI
memiliki sistem nilai Pancasila dan UUD 1945 yang merupakan tatanan nilai yang
dipahami dan dihayati dalam rangka berkehidupan dan berbangsa serta bernegara
Indonesia. Sistem nilai ini dapat juga sebagai tatanan kebaikan yang diyakini dan
dilaksanakan

16
2. Sikap
Menurut Adport (1935) dalam winataputra (1989 : 148) sikap adalah suatu
kondisi kesiapan mental dan syarat yang terbentuk melalui pengalaman yang
memancarkan arah atau pengarah yang dinamis terhadap respons atau tanggapan
individu terhadap objek atau situasi yang dihadapinya. Dengan rumusan sederhana
sikap dapat dipahami sebagai kecenderungan seseorang untuh berbuat berkenaan
dengan objek atau situasi. Contohnya, apabila tiba - tiba kita berhadapan dengan seekor
anjing galak maka seketika kita kaget dan siap untuk berteriak atau lari sambil berteriak.
Berteriak dan lari bukanlah sikap, tetapi perilaku yang merupakan sikap adalah kesiapan
kita untuk berteriak atau lari.
Sikap dapat bersifat senang atau tak senang, takut atau berani, penuh perhatian
atau acuh tak acuh, sayang atau benci, dan bertanggung jawab atau lepas tangan. Dilihat
dari kadarnya sikap juga dapat bersifat simpleks atau sederhana atau dapat pula bersifat
multipleks atau rumit. Misalnya, Anda menonon RCTI karena ada acara si Doel
tetmasuk sikap, yang simpleks . Tetapi apabila senang menonton RCTI karena alasan
yang banyak, misalnya acaranya, penyiarnya, jadwalnya kualits siarannya, termasuk
sikap yang multipleks. Sikap yang simpleks lebih mudah berubah daripada sikap yang
multipleks. Hal itu tentu dapat dipahami. Coba anda terka apa sebabnya!

3. Perilaku Sosial

Perilaku sosial juga sering disebut keterampilan sosial (Social Skills) atau
keterampilan studi sosial (Social Studies Skills) (Marsh dan Print, 1975, Jarolime,
1971). Keterampilan, seperti ditegaskan oleh Jarolimek (1971 : 65) mengandung unsur
profiency atau kemahiran dan the capability of doing something well atau kemampuan
melakukan sesuatu dengan baik. Keterampilan ini memiliki dua karakteristik, yakni
developmental atau bertahap dan practice atau latihan. Artinya, keterampilan
memerlukan latihan secara bertahap.
Termasuk kedalam keterampilan sosial, antara lain berkomunikasi (Krech dkk,
1962), membaca, menulis, menggunakan kepustakaan, menganalisis, menggunakan peta

17
(Pellison : 1989), Keterampilan sosial pada dasarnya mencakup semua kemampuan
operasional yang memungkinkan individu dapat berhubungan dan hidup bersama secara
tertib dan teratur dengan orang lain Dengan demikian, dapat memerankan dirinya
sebagai aktor sosial yang cerdas secara rasional, emosional, dan sosial. Semua itu
mencerminkan pola perilaku sosial seseorang.
Setelah membahas apa dan mengapa emosi, nilai dan sikap, serta perilaku
sosial, berikut pembahasan mengenai bagaimana pengembangan aspek - aspek tersebut
dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.
Disekolah dasar aspek emosi, sosial dan keterampilan sosial dapat dikembalikan
melalui berbagai kegiatan, antara lain yang ditawarkan oleh Jarolimek (1971: 67)
sebagai berikut.
Kehidupan kelas sahari – hari yang menitik beratkan pada kepedulian pada orang lain,
kebebasan dan persamaan, kemerdekaan berpikir, tanggung jawab,dan penghormatan
terhadap harga diri manusia.
1. Mempelajari sejarah dan perkembangan kehidupan negara terutama mengenai cita
- cita dan ideologinya yang memerlukan usaha untuk terus mewujudkannya.
2. Mernpelajari riwayat hidup toko - toko penting yang menceminkan nilai - nilaidari
bangsa dan negara.
3. Mempelajari hukum beserta sistem hukum dan sistem peradilan.
4. Merayakan hari - hari besar yang mempekenalkan nilai dan sikap.
5. Menganalisis makna kata - kata dalam proklamasi, pembukaan UUD'45 batang
tubuh, UUD’45 dan peraturan perundangan lainya.

Apabila kita lihat keenam bentuk pembelajaran itu dapat dibuat dalam 2
kelompok sebagai berikut:
1. Pembelajaran formal yang menitik beratkan pada pemahaman dan analisa di dalam
atau di luar kelas.
2. Pembelajaran informal yang menitik beratkan pada penghayatan, pelibatan, dan
penciptaan suasana yang mencerminkan komitmen terhadap nilai dan sikap terutama
di luar kelas.

18
Khusus dalam pembelajaran formal Simon, Howe, dan Kirshenbaum (1972)
menawarkan 4 pendekatan yang berorientasi pada nilai dan sikap sebagai berikut:
1. Transmisi nilai secara bebas. Anak didik diberi kebebasan untuk menangkap,
mengkaji dan memilih nilai atas dasar pertirnbangannya sendiri. Kelihatannya bagi
Indonesia modul ini perlu diadaptasi menjadi transmisi nilai secara bebas terarah.
Anak disajikan pilihan nilai secara bebas atas altenatif nilai yang secara sosial dapat
diterima dalam masyarakat Indonesia.
2. Penanaman Nilai atau Value Inculcatian yang pada dasarnya merupakan proses
pembelajaran nilai secara langsung mengenai konsep dan nilai yang sudah dianggap
balk. Contohnya, pembelajaran niali - nilai Pancasila dan UUD 45 dan nilai - nilai
keagamaan yang dianut.
3. Suri teladan atau modeling model ini menitik beratkan pada penampilan teladan atau
keteladanan dalam berbagai bidang dan berbagai lingkungan kehidupan. Misalnya,
siswa teladan, guru teladan, keluarga teladan, dokter teladan, sopir teladan,
kampung dan desa teladan dan kantor teladan.
4. Klasifikasi Nilai atau Value. Clarification yang menitik bratkan pada langkah
sistematis dalam menghayati, memaharni, dan melaksanakan nilai. .
Langkah - langkahnya adalah sebagai berikut:
a) Bangga atas nilai dan perilaku
1. Menunjang rasa senang dan bangga
2. Mengatakan nilai pada orang lain

b) Memiliki nilai dan perilaku


1. Memilih dari berbagai kemungkinan
2. Memilih setelah mengujinya
3. Memilih dengan bebas

c) Bertindak atas dasar pilihan itu.


1. Bertindak atau berperilaku
2. Bertindak sesuai pola secara tetap/konsisten.

19
Pada dasarnya model klarifikasi niali ini merupakan bentuk komunikasi dialogis
guru dengan murid dalam mementapakan nilai yang dihayati murid atas pengarahan
guru. Dengan cara ini murid tidak akan merasa bahwa nilai itu diajarkan, tetapi
dipahami, dihayati dn dipilih sendiri.

5. Klarifikasi niali terintegrasi struktur. Model ini menitik beratkan pada pembelajaran
nilai melahii analisis konsep bidang studi. Jadi sebenarnya model ini bertolaka dari
pendekatan kogrritif, iet«pi diupayakan bermuara pada pembelajaran niali.
Misalnya, dapat menganalisis masalah banjir, yaitu apa, mengapa, dan bagaimana
banjir. Pada saat pembicaraan materi, guru selalu menghubungkan dengan nilai dan
sikap warga masyarakat.

Khusus mengenai Model 4 dan 5 telah dikembangkan berbagai strategi atau model
kecil Simon dkk (1972) menghimpun 79 Model VCT. Selain itu Joyce dan Weil (1986)
juga telah menghimpun berbagai model yang dikelompokkan kedalam model personal
dan model sosial.
Untuk kebutuhan praktis dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar dalam modul
ini akan disajikan beberapa model terpilih yang dapat diterapkan di SD. Model tersebut
akan berbentuk model perpaduan atau model eklektik yang dalam modul ini kan
dikemukakan sebagai berikut:
1) Pendekatan eksplositori berorientsi nilai dan sikap.
2) Pendekatan analtik keteladan.
3) Pendekatan kajian nilai.
4) Pendekatan integatif konsep dan nilai.

1. Pendekatan Eksplositori Berorientasi Nilai dan Sikap

a. Tujuannya adalah menyampaikan nilai / sikap secara dialogis melalui ceramah,


peragaan dan tanya jawab.

20
b. Langkah – langkahnya:

Guru memiliki suatu nilai yang sudah seharusnya diterima oleh semua murid
karena memang telah diterima kebenarannya, misalnya tertib, cinta
lingkungan, tanggung jawab sosial, berdagang dengan jujur, menghargai
pahlawan.
Guru menyiapkan bahan peragaan berupa diagram, rekaman, clipping dan
lain-lain
Guru menyajikan konsep nilai dengan memanfaatkan peragaan yang telah
disiapkan diselingi dengan dialog yang hangat mengenai pentingnya nilai
Menguasai murid untuk menerapkan nilai - nilai yang telah dikaji dalam
kehidupan sehari - hari, misalnya tertib di rumah, tertib di jalan raya, tertib di
sekolah, dan tertib di masyarakat.
Pada kesempatan selanjutnya guru meminta laporan penerapan nilai itu dan
membicarakannya kembali di kelas.

2. Pendekatan Analtik Keteladanan

a. Tujuan adalah menagkap nilai / sikap melalui nanalisis sampel keteladanan


dalam masyarakat dalam berbagai bidang, di berbagai tempat, dan di berbagai
era / kurun waktu, dan memotivasi murid untuk mangadaptasi keteladanan itu.
b. Langkah – langkah:

1) Guru memilih sampel keteladanan dalam berbagai bidang / tempat / erat,


misalnya para Nabi dan Rasul, negarawan, pejuang, ilmuwan, pemuda, anak,
binatang (Nabi Muhammad saw, Nabi Isya. As, J.F. Kennedy, Kemal
Ataturk, Nehru, Soekarno, Hatta, Bung Tomo, Thomas Alva Edison, Tjut
Nyak Dhien, Wolter Monginsidi, RA Kartini, Ibu Tien Suharto,Si Doel
Anak Betawi, Si kancil)

21
2) Guru membaca dan menyediakan sumber informasi berupa, buku majalah,
cliping, koran, gambar, rekaman, film dn lain - lain mengenai teladan yang
dipilih sebagi sampel.

3) Guru menyajikan pertanyaan mengapa, misalnya Si Doel dipilih sebagai


teladan ? Dalam hal ini apa ia perlu diteladani ? Mengapa ?
4) Secara berkelompok murid mencari jawaban dengan memanfaatkan sumber
yang tersedia
5) Guru meminpin diskusi kelas setelah masing- masing kelompok selesai
mendapatkan jawaban dari sumber yang tersedia.
6) Bersama murid guru mengidentitikasi cirri-ciri keteladanan dari sampel
dalam contoh Si Doel.
7) Bersama murid guru memilih ciri mana yang dapat diterapkan oleh murid -
murid sesuai dengan tingkat usia dan lingkungan
8) Guru menugaskan murid untuk mencoba menerapkan ciri keteladanan yang
dipilih.
9) Pada kesempatan berikutnya guru meminta kesan - kesan penerapan ciri
keteladanan itu dari setiap murid.

Sebagi catatan perlu ditambahkan hal - hal sebagai berikut:


 Sumber informasi keteladanan dapat dikumpulkan bersama murid – murid
 Teladan yang dipilih dapat berasal dari pertibangan guru atau murid atau pilihan
bersama.
 Janganlah memilih teladan yang kontroversi (menimbulkan pertentangan
pendapat), misalnya Robin Hood.4.
 Dapat pula memilih teladan yang masih hidup.

3. Pendekatan Kajian Nilai

22
a. Tujuan adalah menagkap nilai melatui kajian nilai antara sistemati dan
mendasar.
b. Langkah – langkah:

Langkah - langkah ini diadaptasi dari model Hunt and Metcalf’s DecisionMaking:
a. Membahas apa hakikat dari objek peristiwa atau kebijaksanaan yang akan dinilai.
Misalnya, diambil masalah pemerataan.
Membahas kriteria untuk menilai pemarataan.
Menyepakati kriteria.
b. Membahas konsekuensi penerapan kriteria dalam hal ini untuk menilai masalah
pemerataan.
c. Menguji keberlahuan kriteria dengan cara melihat kekurangan dan kebaikan dari
kriteria itu.
d. Memberi justifikasi kriteria dengan cara melihat apakah kriteria itu dapat diterpkan
secara ajek / konsisten. Aspabila ternyata ajek dan dapat diterima pengambilan
keputusan telah selesai.

4. Pendekatan Integratif Konsep dan Nilai

a. Tujuan adalah menangkap nilai yang melekat pada atau merupakan implikasi
nilai dan suatu konsep melalui kajian akademis.
b. Langkah - langkah
1) Guru menetapkan suatu konsep yang akan dibahas yng memiliki implikasi
nilai atau mengandung nilai, misalnya konsep banjir diperkirakan memiliki
implikasi nilai Cinta lingkungan, kepedulian sosial, gotong - royong dan lain
- lain.
2) Guru bersama murid membahas sebab dan akibat banjir secara akademis
malalui analisis pemecahan masalah dengan menggunakan matriks sebagai
berikut:

23
Banjir

Sebab Akibat

Alam Manusia Alam Manusia

3) Memusatkan perhatian pada sebab dan akibat banjir dari sudut manusia,
misalmya, banjir, antara lain kenapa penebangan hutan. Akibat banjir,
antara lain kesengsaraan.
4) Mengangkat isu nilai / sikap / moril dari maslah penebangan hutan dan
kesengsaraan melalui dalog guru murid atau diskusi kelompok.
5) Membahas secara analisis cara - cara penanggulangan banjir dari sudut
manusia dan mengangkat isu nilai / sikap / moral yang terkait pada cara -
cara itu.
6) Memusatkan perhatian pada faktor. Manusia termassuk pengetahuan nilai /
sikap / moral dalam menghadapi berbagi masalah yang terjadi dalam
kehidupan manusia.
7) Memberi penguasaan pentingnya unsur manusia khusus nilai, sikap,moral
daiam memelihara kelangsungan hidup agar lebih baik danlebih
menenangkan.

Keempat contoh pendekatn sosial, personal, dan peilaku pada dasarnya


merupakan sarana pembelajaran yang dapat dipakai oleh guru dalam upaya
mengembangkan dimensi sosial, personal, dan perilaku dalam pembelajaran IPS di SD.
Pendekatan ini secara utuh saling melengkapi dengan pendekatan kognitif.

24
LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan


berikut:

1. Bagaimana kaitan antara pembinaan emosi, nilai dan sikap, serta perilaku social
dengan tuntutan untuk menjadikan murid sebagai actor social?
2. Diantara 4 model pembelajaran model dan sikap model mana (pilih satu model)
yang menurut anda mudah digunakan dalam pembelajaran IPS kelas yang anda
pegang (kelas 4 atau 5 atau 6)

25
BAB II.
MERANCANG DAN MENERAPKAN PENGGUNAAN METODE
PEMBELAJARAN IPS SD YANG BERLANDASKAN PENDEKATAN
KOGNITIF

A. PENGERTIAN PENDEKATAN KOGNITIF

Aspek - aspek yang termasuk kognitif adalah peragetahuan, pemahaman,


penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi Pendekatan kognitif ini menekankan pada
bagaimana cara individu memberi respons yang datang dari lingkungan dengan data
mengorganisasikan data, memformulasikan masalah, membangun konsep, dan rencana
pemecahan masalah dengan simbol - simbol verbal dan nonverbal atau pendekatan
kognitif adalah suatu pendekatan yang menekankan pada kecakapan intelektual.

B. CARA MERANCANG PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN IPS


SD YANG BERLANDASKAN PENDEKATAN KOGNITIF

Salah satu metode pembelajaran yang berlandaskan pendekatan kognitif adalah


latihan inkuiri (Inquiry Training). Metode ini berangkat dari suatu kenyataan bahwa
perkembangan individu itu bersifat independen (bebas). Oleh karena itu, dalam
penerapannya lebih menitikberatkan pada penyelidikan yang bersifat bebas, tetapi
terarah dan sistematis.

Metode latihan inkuiri didasarkan atas terjadinya konfrontasi intelektual. Guru


memulainya dengan mengajukan suatu situasi teka - teki kepada siswa untuk
dipecahkan/diselidiki. Guru dalam kegiatan ini harus mampu menyajikan
peristiwaperistiwa yang membangkitkan siswa untuk terjadinya konfrontasi intelekual.

26
Tahap - tahah penerapan metode latihan inkuiri adalah berikut ini :
1. Menyajikan Masalah
Guru mengajukan situasi yang mengandung masalah dan menentukan prosedur
inkuiri yang akan ditempuh oleh siswa.

2. Mengumpulkan Data dan Verifikasi Data


Siswa rnengumpulkan informasi tentang masalah yang diajukan. Tahap ini
dimaksudkan untuk membuktikan hakikat objek dan kondisi serta menyelidiki
peristiwa masalah.

3. Mengumpulkan Unsur Baru


Siswa bersama guru mengadakan eksperimen dan pengumpulan data (unsur baru).
Maksud kegiatan eksperimen ini adalah memisahkan variabel yang mendukung,
mengajukan hipotesis dan mengetes sebab akibat.

4. Merumuskan Penjelasan
Siswa bersama guru merumuskan penjelasan atau uraian secara mendetail, rapi dan
sistematis.

5. Menganalisis Terhadap Proses Inkuiri


Siswa menganalisis pola - pola penemuan. Tahapan ini sangat penting untuk
mengetahuu sejauh mana proses inkuiri telah dilaksanakan dan apabila menemui
beberapa kekurangan dicoba untuk diperbaiki secara sistematis.

Hal - hal yang perlu diperhatikan guru dalam menerapkan metode latihan inkuiri adalah
berikut ini :
Rencanakan waktu yang akan digunakan
Siswa dapat melakukan secara kelompok
Gunakan sumber - sumber yang sesuai masalah sebanyak - banyaknya.

27
C. MENERAPKAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN IPS SD
YANG BERLANDASKAN PENDEKATAN KOGNITIF

Sebagai contoh, kita ambil kurikulum Sekolah Dasar Kelas 6 semester II sebagai
berikut :

1. Kompetensi Dasar
Kemampuan memahami gejala alam dan sosial negara. Indonesia dan negara
tetangga.

2. Materi Pokok
Gejala alam dan sosial negara Indonesia dan negara tetangga.

3. Hasil Belajar
Membandingkan gejala alam negara Indonesia dengan negara - negara tetangga
Mendeskripsikan gejala sosial Indonesia dan negara - negara tetangga

4. Indikator
Menunjukkan pada peta letak dan nama negara - negara tetangga Indonesia.
Membandingkan ciri - ciri gejala alam Indonesia dengan negara - negara
tetangga
Membandingkan ciri - ciri gejala sosial di Indonesia dengan negara - negara
tetangga
Memberi confoh sikap waspada terhadap gejala sosial di Indonesia

Setelah kita pahami hal - hal diatas maka langkah selanjutnya adalah berikut ini:

a. Menyajikan Masalah
Guru mengajukan masaiah dengan pertanyaan, seperti berikut ini. Bagaimana
gejala alam dan sosial di Indonesia jika dibandingkan dengan negara tetangganya?

28
b. Mengumpulkan Data dan Verifikasi Data
Siswa mengumpulkan data melalui buku - buku sumber yang berkaitan dengan
masalah yang dirumuskan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengkaji
situasi peristiwa Pemberontakan G30S/PKI sehingga siswa memahami situasi
secara objektif. Pada tahap verifikasi data ditanyakan situasi, kondisi, dan objek
secara sistematis.

c. Mengumpulkan Unsur Baru


Guru dan siswa mencocokkan secara langsung antara informasi dengan rumusan
masalah yang dirumuskan dan menemukan unsur - unsur baru yang dapat
digunakan untuk menjawab masalah.

d. Merumuskan Penjelasan
Guru membantu siswa dalam merumuskan penjelasan untuk menjawab atas
masalah secara mendetail, rapi, dan sistematis.

e. Menganalisis Terhadap Proses Inkuiri


Guru menganalisis pola - pola penemuannya dan siswa menilai efektivitas proses
inkuiri yang dilakukan. Kemudian, memperbaiki kekurangan yang ada. Penerapan
penggunaan metode pembelajaran yang berlandaskan pendekatan kognitif ini pada
dasarnya dimulai dengan konfrontasi intelektual dan diakhiri dengan penemuan
jawaban atas masalah secara ilmiah melalui metode - metode ilmiah. Kegiatan ini
menekankan pada kemampaan intelegtual melalui mengorganisasikan data,
merumuskan masalah, membangun konsep dan merumuskan pernyataan atas
masalah yang ada.

29
LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi diatas, kerjakanlah latihan


berikut!
1) Sebutkan apa saja yang perlu diperhatikan guru dalam menerapkan metode latihan
inkuiri!
2) Sebutkan tahap - tahap penerapan latihan inkuiri!

30
BAB III.
MERANCANG DAN MENERAPKAN PENGGUNAAN METODE
PEMBELAJARAN IPS SD YANG BERLANDASKAN PENDEKATAN SOSIAL

Materi pada Kegiatan Belajar berisi pokok - pokok bahasan sebagai berikut :
1. Pengertian Pendekatan Sosial.
2. Cara merancang penggunaan metode pembelajargct IPS SD yang berlandaskan
pendekaian sosial.
3. Menerapkan penggunaan metode pembelajran IPS SD yang berlandaskan
pendekatan sosial.

A. PENGERTIAN PENDEKATAN SOSIAL

Pendekatan sosial mengutamakan hubungari individu dengan masyarakat dan


memusatkan perhatiannya kepada Iroses sosial yang merupakan negosiasi sosial.
Pendekatan sosial berangkat dari dua asumsi. Pertama, masalah - masalah sosial
diidentlikasi atas dasar kesepakatan yang diperoleh dalam proses sosial dan
menggunakan prinsip sosial pula. Kedua, proses - proses sosial yang demokratis perlu
dikembang untuk memperbaki masyarakat dalam arti seluas - luasnya dan terus-
menerus.
Berdasarkan dua asumsi diatas maka konsekuemi penggunaan metode
pembelajaran IPS SD harus membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan
hubungan dengan masyarakat yang pada gilirannya kelak akan mampu membangun
masyarakat dan mampu mengadakan hubungan antar pribadi.
Salah satu metode pembelajaran yang berlandaskan pendekatan sosial yang akan
diambil sebagai contoh adalah hukum sosial. Metode ini berangkat, dari kenyataan
bahwa siswa sering menghadapi masalah - masalah sosial.. Fungsi sekolah selain
memecahkan masalah sosial juga memelihara dan menjaga nilai - nilai sosial.

31
Dalam pelaksanaan metode mengajar inkuiri sosial siswa diatur dalam bentuk
struktur sosial. Siswa akan membentuk sistem sosial yang berubah dan bergerak dari
tahap yang satu ke tahap berikutnya. Siswa berusaha menemukan jawaban sendiri atas
masalahnya.
Terdapat tiga ciri pokok metode inkuiri sosial sebagai berikut :
1. Adanya aspek - aspek sosial dalam kelas yang dapat menumbulikan terciptanya
suasana diskusi.
2. Adanya penetapan hipotesis sebagai arah dalam pemecahan masalah
3. Adanya fakta - fakta sebagai bahan pembuktian hipotesis.

Ketika proses inkuiri sosial berlangsung guru harus berperan sebagai


pembimbing. Dalam membimbing siswa guru janganlah sebagai pemberi perintah, akan
tetapi guru sebagai motivator dan reflaktor Kegiatan yang harus dilakukan guru sebagai
pembimbing adalah berikut ini:
1. Memberikan bantuan kepada siswa dalam menjelaskan kedudukan siswa dalam
kegiatan belajar mengajar.
2. Memberikan penjelasan tentang cara - cara belajar yang harus dilakukan siswa
3. Memberikan penjelasan tentang cara - cara menyusun rencara kegiatan yang akan
dilakukan.
4. Membantu siswa dalam merumuskan setiap istilah yang ada pada hipotesis,
5. Membantu siswa dalam memilih dan menyusun asumsi - asumsi yang akan
digunakan serta cara diskusi dan berpikir efektif dan objektif

Tahap - tahap penerapan metode inkuiri sosial adalah berikut ini


1. Tahap Orientasi
Siswa dengan bantuan guru mengambil dan menetapkan masalah sosial yang
dijadikan pokok pembahasan. Masalah sosial hendaknya masalah yang betul - betul
menarik dan memerlukan pemecahan secepatnya. Kemudian, siswa dengan bantuan
guru merumuskan masalah sosial dan membatasi ruang lingkup permasalahannya.

32
2. Tahap Hipotesis
Siswa bersama guru menyusun hipotesis. Hipotesis ini sebagai acuan dalam
usaha pemeca.han masalah. Hipotesis yang baik harus memenuhi syarat berikut ini :
a. Valid (sahih), yaitu menguji apa yang seharusnya diuji.
b. Kompatibilitas yaitu adanya kesesuaian antara hipotesis dengan generalisasi
pengalaman siswa/guru yang telah diperoleh sebelumnya.
c. Mempunyai hubungan dengan peristiwa yang telah terjadi agar dapat diadakan
pembuktian.

3. Tahap Definisi
Siswa mengadakan pembahasan mengenai pengertian istilah yang terdapat pada
hipotesis.

4. Tahap Eksplorasi
Siswa mengadakan pengujian hipotesis dengan logika deduksi dan
mengembangkan hipotesis dengan implikasi dan asumsi - asumsinya

5. Tahap Pembuktian Hipotesis


Siswa melakukan pembuktian dengan jalan melakukan pengumpulan data
melalui rnetode - metode pengumpulan data sesuai dengan masalah yang dibahas.
Setelah data memenuhi syarat, kemudian dianalisis dan dihubungkan dengan hipotesis
yang telah dirumuskan. Demikianlah suatu hipotesis diuji secara empirik untuk
dipastikan hipotesis diterima atau ditolak.

6. Tahap Generalisasi
Siswa dengan bantuan guru menyusun pernyataan yang benar - benar terbaik
untuk pemecahan masalah.

33
B. MENERAPKAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN IPS DI SD
YANG BERLANDASKAN PENDEKATAN SOSIAL

Sebagai contoh, kita ambil kurikulum Sekolah Dasar kelas 5 semester I, sebagai berikut
:
1. Kompetensi Dasar
Kemampuan memahami keadaan penduduk dan pemerintahan di Indonesia.

2. Pokok Bahasan
Penduduk dan sistem pemerintahan di Indonesia.

3. Hasil Belajar
a. Mengidentifikasi keadaan penduduk di Indonesia.
b. Mendeskripsikan peran dan tanggung jawab pemerintah.

4. Indikator
a. Menjelaskan perkembangan jumlah penduduk, penggolongan, persebaran dan
kepadatan penduduk di Indonesia.
b. Mengiterprestasi berbagai grafik penduduk.
c. Menjelaskan permasalahan penduduk di Indonesia.
d. Mengidentifikasi bentuk, sebab dan akibat perpindahan penduduk yang terjadi di
Indonesia.
e. Menguraikan pengertian pemerintahan, pemerintahan daerah dan pemerintahan
pusat.
f. Menjelaskan sistem pemerintahan demokrasi.
g. Memberikan contoh tugas dan tangggung jawab pemerintah terhadap masyarakat.

Setelah kita memahami hal-hal diatas, maka langkah selanjutnya adalah sebagai berikut:

1. Tahap Orientasi

34
Siswa dengan bantuan guru mengambil dan menetapkan masalah yang berkaitan
dengan jumlah penduduk yang meledak, golongan penduduk muda, persebaran tidak
merata dan kepadatan yang tinggi. Salah satu akibatnya adalah munculnya masalah
sosial, yaitu kemiskinan masih ditambah penodongan, pencurian, tuna susila dan tuna
wisma. Rumusan masalahnya adalah "Faktor-faktor apa yang menyebabkan kemiskinan
disuatu daerah?". Jadi, masalah pokoknya adalah terjadinya kemiskinan.

2. Tahap Hipotesis
Siswa dengan bantuan guru menyusun hipotesis, yaitu berikut ini.
a. Kondisi fisis suatu daerah yaitu lahan pertanian yang sempit, mempunyai hubungan
dengan terjadinya kemiskinan.
b. Kualitas sumber daya manusia yaitu tingkat pendidikan yang rendah, mempunyai
hubungan dengan terjadinya kemiskinan.

3. Tahap Definisi
Siswa membahas pengertian dari istilah - istilah yang ada dalam hipotesis.
a. Kondisi fisis adalah keadaan lingkungan alam yang mempunyai pengaruh terhadap
pen' kehidupan manusia, misalnya keadaan sumber daya alam pada suatu daerah
b. Kualitas sumber daya manusia adalah derajat kemapuan untuk mengolah sumber
daya ala.m yang ada dengan teknologi yang dimiliki
c. Kemiskinan dibedakan menjadi dua, yaitu kemiskinan alamiah dan kemiskinan
struktural/buatan. Kemiskinan alamiah adalah kemiskinan yang ditimbulkan sebagai
akibat terbatasnya sumber daya alarn atau daya dukung sumher daya alam terhadap
kehidupan manusia rendah. Kemiskinan struktural/buatan adalah kemiskinan yang
ditimbulkan sebagai akibat perubahan ekonomi, teknologi dan pembangunan itu
sendiri atau karena kelembagaan yang ada menyebabkan sebagian masyarakat tidak
memperoleh kesempatan yang sama untuk menguasai sumber daya sehingga
menjadi miskin.
d. Pada golongan penduduk muda, bentuk grafik penduduknya seperti pyramid, yaitu
golongan penduduk usia muda jauh lebih besar dari pada usia dewasa

35
dan tua. Materi dan indikator : d, e, f dan g belum dibahas. Perlu pembahasan
tersendiri.
4. Tahap Eksplorasi
Siswa mengadakan pengujian hipotesis dengan logika deduksi dan
mengembangkan hipotesis dengan implikasinya serta asumsi - asumsi yang
mendasarinya.

5. Tahap Pembuktian
Siswa melakukan pembuktian dengan jalan melakukan pengumpulan data
melalui metode - metode pengumpulan data yang sesuai dengan masalah yang dibahas.
Setelah data lengkap, kemudian diadakan analisis data dan dihubungkan dengan
hipotesisnya untuk dipastikan apakah hipotesis itu diterima atau tidak.

6. Tahap Generalisasi
Siswa dengan bantuan guru menyusun pernyataan terbaik sebagai jawaban atas
masalah yang dibahas, yaitu berikut ini :
a. Kondisi fisik yang jelek akan mendukung terjadinya kemiskinan disuatu daerah.
b. Kualitas sumber daya manusia yang rendah mendukung terjadinya kemiskinan
disuatu daerah.

LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi diatas, kerjakanlah latihan


berikut!
1) Sebutkan 3 ciri pokok metode inkuiri sosial!

2) Ketika proses inkuiri sosial berlangsung guru harus berperan sebagai pembimbing!
3) Dalam penerapan metode inkuiri sosial terdapat tahap hipotesis. Sebutkan 3 syarat
hipotesis yang baik!

36
BAB IV.
MERANCANG DAN MENERAPKAN PENGGUNAAN METODE
PEMBELAJARAN IPS SD YANG BERLANDASKAN PENDEKATAN
PERSONAL

Materi pada Kegiatan Belajar 3 ini berisi pokok bahasan sebagai berikut :
1. Pengertian pendekatan Personal.
2. Cara merancang penggunaan metode pembelajaran IPS SD yang berlandaskan
pendekatan personal.
3. Menetapkan penggunaan metode pembelajaran IPS SD yang berlandaskan
pendekatan, personal.

A. PENGERTIAN PENDEKATAN PERSONAL

Pendekatn personal ini lebih menekankan pada proses yang membantu individu
dalam membentuk dan mengorganisasikan kenyataan - kenyataan yang kompleks.
Keberadaan siswa dalam kelompok banyak mempunyai arti untuk mengenal dirinya
sebagai pribadi sehingga dapat menghasilkan hubungan interpersonal (antarpribadi)
yang cukup tinggi. Oleh karena itu, keadaan emosional siswa perlu diperhatikan agar
siswa dapat mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungan.
Melalui pendekatan personal siswa diharapkan dapat melihat dan pribadi dan
sebagai pribadi yang berada ditengah - tengah kelompok. Setiap individu mempunyai
karakteristik yang berbeda satu sama lain. Oleh karena itu, perlu adanya sikap dan
perlakuan yang berbeda kepada setiap individu.

B. CARA MERANCANG PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN


YANG BERDASARKAN PENDEKATAN PERSONAL

37
Salah satu metode pembelajaran yang berlandaskan pendekatan personal yang
akan dipilih sebagai contoh adalah metode pertemuan kelas. Metode ini berdasarkan
pada teori Glasser yang mempunyai dua asumsi, pertama, bahwa manusia itu
mempunyai 2 kebutuhan dasar, yaitu cinta dan harga diri. Kedua, kebutuhan tersebut
berakar dalam hubungan antar manusia. Masalah individu muncul apabila la tidak dapat
memenuhi 2 kebutuhan pokok.
Metode pertemuan kelas, dilihat dari fokus pembicaraan dalam diskusi menurut
Glasser dibedakan menjadi 3 tipe sebagai berikut:

1. Tipe Pertemuan Pemecahan masalah Sosial


Dalam pertemuan ini siswa berusaha mengembangkan tanggung jawab untuk
belajar dan berperilaku dengan jalan memecahkan masalahnya didalam kelas.

2. Tipe Pertemuan Terbuka


Guru memulai pertemuan dengan pertanyaan "apa yang menarik perhatian
kalian?". Siswa diberikan kebebasan dalam memikirkan dan menjawab pertanyaan dari
guru. Siswa berinistatif untuk berdiskusi dengan memunculkan suatu topik yang
menarik berdasarkan pengalamannya.

3. Tipe Pertemuan Terarah dan Terbuka


Pada dasarnya sama dengan tipe kedua, tetapi permasalahannya diarahkan
kepada hal - hal yang sedang dipelajari siswa
Beberapa pedoman guru dalam menerapkan metode pertemuan kelas, antara lain
berikut ini:
1. Guru mengarahkan interaksi dalam kegiatan belajar mengajar
2. Kepemimpinan guru sebagai penengah
3. Dalam tahapan tertentu guru harus mendorong siswa untuk berinisiatif
4. Guru mengembangkan hubungan yang sangat menarik dan sensitive
5. Guru mendorong siswa untuk bertanggung jawab mendiagnosis perilaku sendiri
dan menolak perilaku yang tidak dapat dipertangungjawabkan

38
6. Guru secara keseluruhan mengidentifikasikan, memilih dan menaati alternatif
perilaku.
7. Guru harus mampu menciptakan iklim terbuka dan mengendalikan kelompok untuk
menilai perilaku, mengambil kesepakatan dan menilai tindak lanjut. Langkah -
langkah penerapan metode pertemuan kelas adalah berikut ini:

1. Menciptakan Iklim yang Mengundang Keterlibatan

Guru berupaya urauk menciptakan iklim yang mengundang keterlibatan siswa.


Iklim yang mengundang keterlibatan adalah iklim yang hangat, bersifat pribadi dan
hubungan guru dan siswa dan siswa dengan siswa baik. Tugas guru adalah berikut ini:
a. Mendorong setiap siswa untuk berperan serta dalam kegiatan belajar mengajar.
b. Menyeleksi pendapat siswa tanpa disertai dengan celaan dan penilaian.

2. Menyajikan Masalah untuk Diskusi


Tugas siswa dibantu guru adalah berikut ini:
Mengajukan masalah
Mengemukakan masalah
Mendesikripsikan masalah
Mengidentifikasi konsekuensi
Mengidentifikasi norma social

3. Mengembangkan Pertimbangan Nilai Pribadi


Siswa dapat membuat pertimbangan pribadi terhadap perilakunya sendiri. Untuk
dapat melakukan tindakan tersebut siswa harus,
a. mengidentifikasi nilai dari masalah perilaku dan norma sosial;
b. membuat pertimbangan pribadi terhadap norma - norma sosial yang dapat mengarah
kepada pemilihan perilaku dan nilai - nilai perilaku yang ditemukan.

39
4. Mengidentifikasi Alternatif Tindakan
Siswa mengidentifikasi alternatif perilaku khusus dan siswa sepakat untuk
menaatinya

5. Merumuskan Kesepakatan
Siswa secara bersama merumuskan kesepakatan. Apa yang sudah ditentukan dan
dirumuskan bersama harus dipenuhi dan ditaatinya.

6. Perilaku Tindak Lanjut


Menukur efektivitas kesepakatan dan perilaku baru.

C. MENERAPKAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN IPS SD


YANG BERLANDASKAN PENDEKATAN MODIFIKASI PERSONAL

Sebagai contoh, kita ambil kurikulum Sekolah Dasar kelas 5 semester 2, sebagai
berikut:

1. Kompetensi Dasar
Kemampuan memahami perjuangan para tokoh dalam melawan penjajah dan tokoh
- tokoh Pergerakan Nasional.

2. Pokok Bahasan (materi pokok)


Perjuangan melawan penjajah dan Pergerakan Nasional Indonesia.

3. Hasil Belajar
a. Mengidentifikasi tokoh - tokoh penting Pergerakan Nasional dan tokoh-tokoh
pejuang setempat.
b. Mengidentifikasi peranan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1982 dalam mempersatukan
Indonesia.

40
4. Indikator
a. Membuat ringkasan riwayat hidup tokoh - tokoh penting Pergerakan Nasional
(misal R. A. Kartini, Dewi Sartika, Ki Hajar Dewantoro, Douwes Dekker).
b. Membuat Iaporan tentang tokoh pejuang yang ada di Provinsinya.
c. Memceritakan peristiwa Sumpah Pemuda.
d. Memceritakan peranan masing - masing tokoh dalam peristiwa Sumpah Pemuda 28
Oktober 1928.
e. Menceritakan peranan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dalam mempersatukan
Indonesia.
Setelah guru memahami hal - hal diatas maka langkah selanjutnya adalah berikut ini:

1. Menciptakan iklim yang mengundang keterlibatan


Guru dalam iklim tahap ini berusaha mendorong siswa berperan serta dan berbicara
mengenai sumpah pemuda. Guru menyeleksi pendapat - pendapat siswa mengenai
sumpah pemuda tanpa celaan dan penilaian. Siswa diberi kebebasan untuk
mengemukakan pendapatnya.

2. Menyajikan masalah untuk diskusi


Penyajian masalah dapat berasal dari guru dan siswa dalam bentuk pertentangan
sederhana mengenai sumpah pemuda. Tindakan - tindakan yang dapat dilakukan guru
adalah :
a. memberikan pembenaran perilaku siswa;
b. turut campur tangan jika siswa cenderung ke arah mencela dan mengritik;
c. menugasi kelompok untuk menjelaskan sumpah pemuda.

Kemudian, guru dan siswa mengidentifikasi norma - norma sosial dari petistiwa sumpah
pemuada yang dapat dijadikan contoh yang baik bagi pembentukan sikap siswa dalam
mengahadapi masalah - masalah sosial.

41
3. Mengembangkan pertimbangan nilai pribadi

Untuk dapat membuat pertimbangan nilai pribadi, siswa harus mengidentifikasi nilai -
nilai yang terkandung dalam peristiwa sumpah pemuda. Nilai - nilai tersebut adalah
sebagai berikut ini:
Nilai kebersamaan untuk mencapai tujuan luhur
Nilai persatuan dan kesatuan bangsa
Nilai kebulatan tekad untuk mencapai kemerdekaan
Nilai menghargai pendapat dan karya orang lain

4. Mengidentifikasi altematif tindakan

Siswa menunjukkan nilai - nilai dari peristiwa sumpah pemuda. Kemudian,


siswa menyeleksi untuk dijadikan alternatif tindakan dalam memecahkan masalah sosial
sehari - hari. Nilai – nilai yang ditemukan itu merupakan suatu hasil penggalian dari
sumpah pemuda yang dapat digunakan untuk menyikapi masalah-masalah sosial.

5. Merumuskan kesepakatan
Siswa merumuskan dan menyepakati sikap dan perilaku serta menaatinya.

6. Perilaku tindak lanjut


Siswa menilai efektivitas perilaku baru yang diperoleh dan memperkuatnya untuk
tindakan - tindakan mendatang.

Penggunaan metode pembelajaran IPS yang berlandaskan pendekatan personal


dititikberatkan pada usaha penggalian nilai - nilai peristiwa yang terjadi, kemudian
siswa menyeleksi dan mencoba untuk menerapkannya dalam menyikapi masalah sosial
yang ada.

42
LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi diatas, kerjakan latihan


berikut!

1) Jelaskan apakah yang dimaksud :


a. pendidikan personal;
b. apa kelebihan dan kekurangan pendekatan personal jika guru menerapkannya
2) Mengacu kepada pendapat Glasser metode pertemuan kelas terdapat tiga tipe!
Jelaskan!
3) Jika guru mau rnenerapkan metode pertemuan kelas, langkah - langkah apakah yang
harus dipikirkan dan diperhatikan?

Petunjuk jawaban latihan

Untuk menjawab latihan ini Anda harus mempelajari kembali cara merancang
penggunaan metode pembelajaran yang berlandaskan pendekatan personal. Termasuk
beberapa pedoman guru dan langkah - langkah dalam menerapkan metode pertemuan
kelas.

43
BAB V.
MERANCANG DAN MENERAPKAN PENGGUNEAN METODE
PEMBELAJARAN IPS SD YANG BERLANDASKAN PENDEKATAN
EKSPOSITORI

Materi pada Kegiatan Belajar 3 ini berisi pokok bahasan sebagai berikut.
1. Pengertian pendekatan ekspositori.
2. Merancang penggunaan metode pembelajaran IPS SD yang berlandaskan
pendekatan ekspositori.
3. Menerapkan penggunaan metode pembelajaran IPS SD yang berlandaskan
pendekatan ekspositori.

A. PENGERTIAN PENDEKATAN EKSPOSITORI

Pendekatan ekspositori adalah pendekatan yang menekankan pada pengolahan


materi pelajaran yang telah jadi atau siap disampaikan kepada siswa. Dalam hal ini,
guru memberi pesan (materi) yang telah siap sehingga siswa tidak perlu mencari,
menemukan dan memecahkan sendiri.
Pendekatan ekspositori lebih menekankan pada kegiatan guru (teacher centered).
Guru berperan sebagai penyampaian materi pelajaran membimbing dan mengarahkan
kegiatan kepada siswa serta mendukung dan memperkuat informasi agar dipelajari
siswa.
Dalam kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan ekspositori yang penting
adalah menentukan informasi apa yang akan diberikan kepada siswa. Selain itu, harapan
- harapan apa yang harus diingat dan diserap oleh siswa dari informasi yang
disampaikan guru. Jika dikaitkan dengan jenis komunikasi maka pendekatan ekspositori
termasuk satu arah, yaitu dari guru kepada siswa. Komunikasi satu arah adalah jenis
komunikasi yang mementingkan pemberi informasi (pemberi pesan). Penerima

44
informasi (penerima pesan) bersifat pasif, yang aktif adalah pemberi pesan. Misalnya,
informasi lewat radio. Penerima informasi (penerima pesan), yaitu pendengar radio
hanya rnendengarkan (pasif). Agar aktif maka pemberi pesan harus memberi tugas
kepada penerima pesan Tugas itu dapat berupa menembak siapa pelaku utama dari
"drama" atau "sandiwara" radio yang baru didengarnya Agar lebih menarik, ada hadiah.
Salah satu bentuk metode mengajar yang berlandaskan pendekatan ekspositori adalah
metode ceramah. Dalam proses pembelajaran yang menggunakan metode ceramah, guru
menyampaikan materi pelajaran secara lisan. Murid atau siswa hanya mendengarkan
(pasif). Agar lehih aktif perlu diberi variasi, misalnya dalam menjelaskan digunakan alat
peraga (media) yang berupa peta. Para siswa diminta mengamati peta, melengkapi peta,
menyebut nama kota, gunung, sungai dan hasil tambang pada suatu daerah. Jika
dipandang perlu, siswa diminta mengisi "peta buta" yang sudah disiapkan oleh guru
atau mengisi Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang sudah disiapkan. Dengan bervariasi
dalam menyajikan, siswa akan menjadi lebih aktif.

B. CARA MERANCANG PENGGUNAAN METODE PEMBELAjARAN IPS


DI SD YANG BERLANDASKAN PENDEKATAN EKSPOSITORI

Dalam merancang penggunaan metode ceramah (sebagai contoh pendekatan


ekspositori) perlu terlebih dahulu diketahui sifat - sifatnya yang kurang baik, yaitu
berikut ini.
1. Kurang memberikan kesempatan untuk bertanya atau berdiskusi memecahkan
masalah sehingga daya serap siswa kurang tajam.
2. Kadang - kadang pernyataan atau penjelasan lisan sukar ditangkap. Apalagi jika
menggunakan kata - kata asing.
3. Kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kecakapannya
untuk mengeluarkan pendapat.
4. Kurang cocok untuk anak yang tingkat abstraksinya masih kurang.

45
5. Dapat menimbulkan kebosanan siswa dan verbalisme.

Metode ceramah dapat digunakan apabila terdapat hal - hal berikut ini:
a. Bahan ceramah yang akan diberikan jumlahnya/volumenya sangat banyak.
b. Banyak atau materi yang akan diberikan merupakan bahan baru.
c. Para siswa dapat memahami informasi melalui kata - kata.

Langkah - langkah dalam melaksanakan metode ceramah adalah berikut ini:


1. Melakukan kegiatan pendahuluan.
a. Menjelaskan tujuan pembelajaran.
b. Mengemukakan pokok - pokok materi yang akan disajikan.
c. Memancing pengalaman siswa yang relevan dengan materi pelajaran yang akan
disampaikan.
2. Menyajikan bahan pelajaran dengan memperhatikan faktor - faktor berikut ini.
a. Perhatian siswa
b. Menjelaskan materi pelajaran,
c. Kegiatan pembelajaran sedapat mungkin bervariasi.
d. Umpan balik dari siswa untuk guru
e. Motivasi perlu selalu ditimbulkan.
3. Menutup pelajaran dengan kegiatan sebagai berikut.
a. Menarik kesimpulan dari bahan pelajaran yang disampaikan.
b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menanggapi kembali bahan pelajaran
yang telah dipelajari dengan menghubungkan mata pelajaran lain.
c. Melaksanakan penilaian akhir untuk mengetahui sejauh mana pencapaian tujnan
pembelajaran.
d. Tindak lanjut.

46
C. MENERAPKAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN IPS SD
YANG BERLANDASKAN PENDEKATAN EKSPOSITORI

Sebagai contoh untuk menerapkan pendekatan ekspositori (metode ceramah),


diambil kurikulum Sekolah Dasar kelas 6 semester II.

1. Kompeteasi Dasar
Kemampuan memahami gejala alam dan sosial Negara Indonesia dan Negara tetangga

2. Materi Pokok
Gejala alam dan sosial Indonesia dan Negara tetangga.

3. Hasil Belajar
a. Membandingkan gejala alam Negara Indonesia dengan Negara - negara tetangga.
b. Mendeskripsikan gejala sosial Indonesia dan Negara - negara tetangga.

4. Indikator
a. Menunjukkan pada peta letak dan nama Negara - negara tetangga Indonesia.
b. Membandingkan ciri - ciri gejala alam Indonesia dengan Negara - negara tetangga
c. Membandingkan ciri - ciri gejala sosial di Indonesia dengan Negara - negara
tetangga.
d. Memberi contoh sikap waspada terhadap gejala sosial di Indonesia.

Setelah memahami materi pokok, hasil belajar dan indikatornya, guru dapat
memilih materi apa yang dapat dijelaskan dan materi apa yang diberikan sebagai tugas.
Dalam memilih materi perlu memperhatikan sumber serta fasilitas yang tersedia.
Adapun langkah - langkahnya adalah sebagai berikut.

1. Melakukan kegiatan pendahuluan

47
a. Menjelaskan tujuan pembelajaran
b. Mengemukakan pokok - pokok materi.
c. Memberikan apersepsi. Misalnya guru bertanya : siapa yang pernah mencari kota
Bangkok dan Singapura dalam peta? Dinegara apa kota Bangkok dan kota
Singapura? Selanjutnya, guru menjelaskan letak kota Bangkok dan Singapura.

2. Menyajikan bahan pelajaran

Untuk menyajikan bahan diatas, guru menggunakan peta Asia tenggara.


Dijelaskan letak negara - negara di Asia tenggara dan ibu kotanya masing-masing.
Setelah itu dijelaskan ciri - ciri gejala sosialnya. Perlu dijelaskan kewaspadaan bagi
Indonesia terhadap,gejala sosial, mengapa?

3. Menutup pelajaran dengan kegiatan


a. Membuat kesimpulan.
b. Memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya atau menanggapi materi yang
telah diajarkan.
c. Melaksanakan evaluasi dan tindak lanjut.

LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi diatas, kerjakan latihan


berikut!
1) Sebutkan sifat - sifat yang kurang baik dari metode ceramah (sebagai contoh
pendekatan ekspositori)!
2) Bilamana metode ceramah dapat digunakan?
3) Sebutkan langkah - langkah dalam melaksanakan metode ceramah!

48
DAFTAR PUSTAKA

Abidin,Zaenal , 1984, Seri Himpunan Pelajaran Metodik Ilmu Pengetahuan Sosial,


Depdikbud Dirjen Dikdasmen :Jakarta .
Djahiri ,A.Kosasih ;S.A. Somara 1980 Pendekatan Broadfield Proyek Pengembangan
Pendidikan Guru(P3G) ,Depdikbud: Jakarta

Etin Solihatin, 2005, Cooperative Learning, Analisis Model Pembelajaran IPS, Jakarta,
Bumi Aksara.
Hamid ,hasan ,1986 ,Buku Materi Pokok Evaluasi Hasil Pengajaran IPS dan Pengajaran
Remedial ,Karonika :Jakarta UT.

Udin,S.Winata Putra ,dkk,2007,Pendidikan IPS di SD ,UT . Sardjiyo ,dkk,2007


,Pendidikan IPS di SD ,UT .
Rochiati .,2006 .Pengembangan Konsep Kesejahteraan Dalam Peningkatan Pendidikan
IPS Disekolah Dasar .Bandung

49

Anda mungkin juga menyukai