Monumen Nasional
Monumen Nasional
Monumen Nasional
Monumen Nasional atau yang dikenal dengan Monas atauTugu Monas terletak di
Lapangan Monas, Jakarta Pusat, dibangun pada tahun 1960. Monumen Nasional adalah
salah satu dari monumen peringatan yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan
perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah Belanda.
Bentuk Tugu peringatan yang satu ini sangat unik, merupakan batu obeliks yang terbuat dari
marmer yang berbentuk lingga yoni simbol kesuburan berdasarkan kebudayaan hindu. Tugu
ini menjulang setinggi 132 meter (versi lain mengatakan 137 meter dihitung dengan tinggi
ruang yang ada di bawah tanah 5 meter).
Tugu Monas/ Monumen Nasional
Di puncak Monumen Nasional terdapat cawan yang menopang berbentuk nyala obor
perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35 kg. Obor atau lidah api yang
menyala-nyala ini merupakan simbol semangat perjuangan rakyat Indonesia yang tak
pernah padam dalam meraih kemerdekaan. Konon pada saat Indonesia merayakan 50 tahun
kemerdekaannya pada tahun 1995 sejumlah pengusaha Indonesia menyumbangkan
sejumlah emas sehingga berat total emas yang melapisi api kemerdekaan di puncak monas
menjadi 50 kilogram. Tugu Peringatan Nasional dibangun di areal seluas 80 hektar. Arsitek
yang merancang tugu ini adalah Soedarsono dan Frederich Silaban, dengan konsultan Ir.
Rooseno, mulai dibangun Agustus 1959, dan diresmikan 17 Agustus 1961 oleh Presiden RI
Soekarno. Monas resmi dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975.
Api Tugu Monas dilapisi emas 50 kg
Pengunjung kawasan Monas, yang akan menaiki pelataran tugu puncak Monas atau
museum, dapat melalui pintu masuk di seputar plaza taman Medan Merdeka, di bagian
utara Taman Monas. Di dekatnya terdapat kolam air mancur dan patung Pangeran
Diponegoro yang sedang menunggang kuda, terbuat dari perunggu seberat 8 ton. Patung itu
dibuat oleh pemahat Italia, Prof. Coberlato sebagai sumbangan oleh Konsulat Jendral
Honores, Dr Mario di Indonesia. Melalui terowongan yang berada 3 meter di bawah taman
dan jalan silang Monas inilah, pintu masuk pengunjung ke tugu puncak Monas yang
berpagar “Bambu Kuning”. Landasan dasar Monas setinggi 3 meter, di bawahnya terdapat
ruang museum sejarah perjuangan nasional dengan ukuran luas 80 x 80 meter, dapat
menampung pengunjung sekitar 500 orang.Pada keempat sisi ruangan masing-masing
terdapat 12 jendela peraga atau diorama yang mengabdikan peristiwa sejak zaman
kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia. Keseluruhan dinding, tiang dan lantai berlapis
marmer dengan total keseluruhan 48 diorama. Selain itu, ruang kemerdekaan berbentuk
amphitheater yang terletak di dalam cawan tugu Monas, menggambarkan atribut peta
kepulauan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Kemerdekaan RI, bendera merah putih dan
lambang negara dan pintu gapura yang bertulis naskah Proklamasi Kemerdekaan RI.
Tugu Monas yang menjulang tinggi dan melambangkan lingga (alu atau anatan), sementara
pelataran cawan melambangkan Yoni (lumbung). Lingga dan yoni tersebut merupakan
cerminan simbol kesuburan yang berdasarkan pada kebudayaan Hindu.
Keduanya melambangkan symbol perwujudan kesuburan tanah air Indonesia. Semua Alu
dan lumbung merupakan alat rumah tangga tradisional yang terdapat di rumah penduduk
Indonesia.alu dan lumpang (penumbuk padi) tersebut juga merupakan perwujudan
kesuburan dan kemakmuran bangsa Indonesia.
Lapangan Monas mengalami beberapa lima kali penggantian nama yaitu Koningsplein,
Lapangan Gambir, Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka, Lapangan Monas, dan Taman
Monas. Di sekeliling tugu terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa lapangan terbuka
tempat berolahraga.
Tiket Monas
Monumen dan museum ini dibuka setiap hari, mulai pukul 09.00- 17.oo WIB. Pada hari-hari
libur, Minggu atau libur sekolah banyak masyarakat yang berkunjung ke sini. Para
pengunjung dapat naik hingga ke atas dengan menggunakan elevator. Dari puncak
Monumen Nasional dapat dilihat pemandangan kota Jakarta.