Askep SVT
Askep SVT
Askep SVT
A. Pengertian
Supraventrikular takikardi (SVT) adalah satu jenis takidisritmia
yang ditandai dengan perubahan laju jantung yang mendadak
bertambah cepat menjadi berkisar antara 150 kali/menit sampai 250
kali/menit. Kelainan pada SVT mencakup komponen sistem konduksi
dan terjadi di bagian atas bundel HIS. Pada kebanyakan SVT
mempunyai kompleks QRS normal (Price, 2006).
B. Etiologi
Menurut Hudak (1997), penyebab dari gangguan irama jantung secara
umum adalah sebagai berikut :
1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, miokarditis karena
infeksi. Adanya peradangan pada jantung akan berakibat
terlepasnya mediator-mediator radang dan hal ini menyebabkan
gangguan pada penghantaran impuls.
2. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner, spasme arteri
koroner, iskemi miokard, infark miokard). Arteri koroner
merupakan pembuluh darah yang menyuplai oksigen untuk sel otot
jantung. Jika terjadi gangguan sirkulasi koroner, akan berakibat
pada iskemi bahkan nekrosis sel otot jantung sehingga terjadi
gangguan penghantaran impuls.
3. Karena intoksikasi obat misalnya digitalis, obat-obat anti aritmia.
Obat-obat anti aritmia bekerja dengan mempengaruhi proses
reenterallarisasi sel otot jantung. Dosis yang berlebih akan
mengubah reenterallarisasi sel otot jantung sehingga terjadi
gangguan irama jantung.
4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiper atau hienteralkalemia).
Ion kalium menentukan enteraltensial istirahat dari sel otot jantung.
Jika terjadi perubahan kadar elektrolit, maka akan terjadi
peningkatan atau perlambatan permeabilitas terhadap ion kalium.
Akibatnya enteraltensial istirahat sel otot jantung akan memendek
atau memanjang dan memicu terjadinya gangguan irama jantung.
5. Gangguan pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi
kerja dan irama jantung. Dalam hal ini aktivitas nervus vagus yang
meningkat dapat memperlambat atau menghentikan aktivitas sel
pacu di nodus SA dengan cara meninggikan konduktansi ion
kalium.
6. Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat. Peningkatan
aktivitas simpatis dapat menyebabkan bertambahnya kecepatan
deenterallarisasi senteralntan.
7. Gangguan endokrin (hipertiroidisme dan hipotirodisme). Hormon
tiroid mempengaruhi proses metabolisme di dalam tubuh melalui
perangsangan sistem saraf autonom yang juga berpengaruh pada
jantung.
8. Akibat gagal jantung. Gagal jantung merupakan suatu keadaan di
mana jantung tidak dapat memompa darah secara optimal ke
seluruh tubuh.Pada gagal jantung, fokus-fokus ektopik (pemicu
jantung selain nodus SA) dapat muncul dan terangsang sehingga
menimbulkan impuls tersendiri.
9. Akibat kardiomiopati. Jantung yang mengalami kardiomiopati akan
disertai dengan dilatasi sel otot jantung sehingga dapat merangsang
fokus-fokus ektopik dan menimbulkan gangguan irama jantung.
10. Karena penyakit degenerasi misalnya fibrosis sistem konduksi
jantung. Sel otot jantung akan digantikan oleh jaringan parut
sehingga konduksi jantung pun terganggu.
C. Patofisiologi
Secara umum terdapat tiga macam mekanisme terjadi aritmia, termasuk
aritmia ventrikel, yaitu automaticity, reentrant, dan triggered activity
1. Automaticity terjadi karena adanya percepatan aktivitas fase 4 dari
enteraltensial aksi jantung. Aritmia ventrikel karena gangguan
automaticity biasanya tercetus pada gangguan akut seperti infark
miocard akut, gangguan elektrolit, gangguan keseimbangan asam
basa, dan tonus adrenergik yang tinggi. Oleh karena itu bila
berhadapan dengan aritmia ventrikel karena gangguan automaticity,
perlu dikoreksi faktor penyebabnya yang mendasarinya.
2. Reentry adalah mekanisme aritmia ventrikel tersering dan biasanya
disebabkan oleh kelainan kronis seperti infark miokard lama atau
kardiomiopati dialtasi. Jaringan parut yang terbentuk akibat infark
miokard yang berbatasan dengan jaringan sehat menjadi keadaan yang
ideal untuk terbentuknya sirkuit reentry. Bila sirkuit ini terbentuk
maka aritmia ventrikel reentrant dapat timbul setiap saat dan
menyebabkan kematian mendadak
3. Triggered activity memiliki gambaran campuran dari kedua
mekanisme diatas . mekanismenya adalah adanya kebocoran ion
enteralsitif kedalam sel sehingga terjadi lonjakan enteraltensial pada
akhir fase 3 atau awal fase 4 dari aksi enteraltensial jantung. Bila
lonjakan ini cukup bermakna maka akan tercetus aksi enteraltensial
baru. Keadaan ini baru disebut after deenterallarization (Sudoyo,
2006).
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu
menegakkan diagnosis dari ventrikel takikardi adalah :
1. EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.
Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan
elektrolit dan obat jantung.
2. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk
menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila
pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk
mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
3. Foto dada : Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung
sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup
4. Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan area
iskemik/kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi
normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan
enteralmpa.
5. Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan
yang menyebabkan disritmia.
6. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan
magnesium dapat menyebabkan disritmia.
7. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya
obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
8. Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum
dapat menyebabkan.meningkatkan disritmia.
9. Laju sedimentasi : Peninggian dapat menunjukkan proses inflamasi
akut contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
10. GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat
menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.
(Sudoyo,2006)
F. Pathway
Mekanisme VT
Otomatisasi Reentry
7. Pengkajian sekunder
a. Riwayat penyakit
1) Faktor risiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke,
hipertensi
2) Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK,
penyakit katup jantung, hipertensi
3) Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia
lainnya kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi
4) Kondisi psikososial
b. Pengkajian fisik
1) Aktivitas : kelelahan umum
2) Sirkulasi : perubahan TD (hipertensi atau hienteraltensi); nadi
mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak
teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit warna dan
kelembaban berubah misal pucat, sianosis, berkeringat;
edema; haluaran urin menruun bila curah jantung menurun
berat.
3) Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas,
takut, menolak,marah, gelisah, menangis.
4) Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak
toleran terhadap makanan, mual muntah, peryubahan berat
badan, perubahan kelembaban kulit
5) Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi,
bingung, letargi, perubahan pupil.
6) Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat,
dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah
7) Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk,
perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas
tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan
komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema
paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
8) Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi,
eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus
otot/kekuatan.
H. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan ventrikel takikardi,
antara lain:
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan denyut/irama
jantung, perubahan sekuncup jantung: preload, afterload, penurunan
kontraktilitas miokard.
2. Inefektif perfusi jaringan kardio pulmonal berhubungan dengan
kerusakan transenteralrtasi O2 melalui alveolar dan atau membran
kapiler
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, nyeri,
cemas, kelelahan otot pernapasan, defornitas dinding dada.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
I. Rencana Keperawatan
Keterangan :
1. keluhan ekstrim Fluid monitoring
2. keluhan berat 1. Monitor Balance cairan 1. Mengetahui keadaan pasien
3. keluhan sedang
4. keluhan ringan
5. tidak ada keluhan
Keterangan :
1. keluhan ekstrim
2. keluhan berat
3. keluhan sedang
4. keluhan ringan
5. tidak ada keluhan
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. A
Usia : 22 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : Sekolah Dasar (SD)
Pekerjaan : Swasta
Suku Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Diagnosa : Supraventrikular takikardi (SVT)
Suku : Jawa
No. RM : 532745
Alamat : Langkap RT/RW 05/01, Kertanegara
Penanggung Jawab
Nama : Tn. R
Usia : 26 tahun
Suku Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : Sekolah Dasar (SD)
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Langkap RT/RW 05/01, Kertanegara
Status : Suami klien
B. PENGKAJIAN
1. Wawancara
a. Keluhan utama
Pasien mengatakan sesak nafas
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dibawa ke RS karena mengeluh jantung terasa berdebar debar
sejak 1 hari yang lalu. Klien juga mengatakan sesak bertambah bila klien
melakukan aktivitas. Pada tanggal 19 juni 2013 jam 07.00 Klien
langsung dibawa ke IGD dan jam 08.15 klien dibawa ke ruang ICU
RSUD dr. Goeteng Taroenadibrata. Pada saat dilakukan pengkajian pada
jam 08.30 pasien mengatakan jantung bedebar-debar dan sesak nafas.
Pasien terpasang NRM 10 liter/menit. Pada saat pemeriksaan HR klien
197 x/menit dan tekanan darah 103/62 mmHg. Pasien terlihat lemah dan
tampak tidak dapat memenuhi ADL karena sesak nafas bertambah bila
beraktivitas.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit sama seperti yang
dirasakan sekarang. Pasien pernah dirawat dirumah sakit RSMS sekitar 4
bulan yang lalu dengan penyakit yang sama. Pasien mengatakan tidak
mempunyai riwayat penyakit hipertensi, DM, stroke dan asma.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien mengatakan terdapat ada anggota keluarga yang
mempunyai riwayat penyakit jantung dan riwayat penyakit asma.
e. Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja sebagai karyawan swasta
f. Riwayat Geografi
Pasien merupakan warga asli Langkap RT/RW 05/01, Kertanegara. Desa
Langkap merupakan desa yang dekat dengan jalan raya sehingga paparan
polusi udara tinggi yang dapat mempengaruhi status kesehatan klien.
g. Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi obat dan makanan.
h. Kebiasaan Sosial
Pasien merupakan seorang istri. Pasien mengatakan memiliki hubungan
yang baik dengan keluarga, tetangga, dan masyarakat sekitar rumahnya.
Kebiasaan pasien setiap harinya yaitu bekerja, mengurusi suami, dan
rumah. Pasien suka mengikuti kegiatan-kegiatan dilingkungan rumahnya
seperti pengajian rutin dan kalau ada hajatan, pasien suka ikut serta suka
mengikuti perkumpulan-perkumpulan lainnya dengan tetangga. Pasien
mengatakan sangat suka dengan anak kecil.
i. Kebiasaan Merokok
Pasien tidak mempunyai riwayat merokok.
2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : compos mentis
a. Breath (Pernafasan)
1. Inspeksi: bentuk dada normochest, iramanya reguler, ekspansi dada
maksimal dan simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada, tidak
terdapat luka di daerah dada, tidak ada bantuan otot-otot tambahan
pernapasan, oksigenasi menggunakan NRM 10 liter per menit, saturasi
oksigen 100%.
2. Palpasi: pengembangan dada simetris
3. Perkusi: bunyi sonor pada semua lapang paru
4. Auskultasi: Suara napas bersih tidak ada sumbatan, suara paru
vesikuler, RR 29x/menit
b. Blood (Kardiovaskuler)
HR : 197 x/menit
Bunyi jantung : S1>S2, gallop (-), murmur (-)
EKG : Supraventrikular takikardi
TD : 103/62 mmHg
JVP : tidak terlihat peningkatan JVP.
Sianosis perifer : tidak terdapat sianosis di area perifer pasien (area
kuku).
Cafillary refill : < 2 detik
Nadi karotis : teraba jelas
c. Brain (Persyarafan)
Tingkat keadaran : compos mentis
GCS : E4V5M6
Bentuk kepala : mesosefal
Mata : konjungtiva tidak anemis, pupil isokor dan masih
berespon terhadap cahaya, sklera tidak ikterik.
Refleks Patologis : negatif
Refleks Fisiologis : positif
d. Bladder (Perkemihan)
Kandung kemih : tidak terdapat distensi
Urin : kuning jernih, jumlah urin 100 cc/ 1 jam
Alat bantu : terpasang kateter two way
e. Bowel (Pencernaan)
Mulut : bibir dan mukosa lembap, Mulut kurang bersih.
Bunyi usus : bising usus, 11 x/menit
BAB : pada saat dilakukan pengkajian pasien belum
BAB.
Alat bantu : pasien tidak terpasang kateter urin.
Ascites : tidak ascites
Hepatomegali : tidak ada hepatomegali
f. Bone (Muskuloskleletal)
ROM : ROM aktif. Pasien dapat menggerakan
tangan dan kakinya serta pergerakannya
masih normal.
Deformitas ekstremitas : (-)
Mobilisasi : Mobilisasi pasien bedrest di tempat tidur.
Dalam melakukan pemenuhan ADL, pasien
dibantu oleh keluarga dan perawat.
Kekuatan otot :
5 5
5 5
Turgor : < 2 detik
Akral : hangat
g. Sosial
Pasien kurang kooporatif terhadap tindakan medis dan keperawatan di
ruangan. Terlihat saat akan dilakukan pemasangan kateter, pasien
menolak, tetapi setelah diberikan motivasi pasien mau dipasang. Pasien
mengatakan tidak pernah mempunyai masalah dengan siapapun, pasien
berhubungan baik dengan keluarga, tetangga, dan masyarakat sekitar
rumahnya.
h. Spiritual
Pasien beragama islam. Pasien mengatakan selama dirumah pasien selalu
menjalankan solat 5 waktu. Tetapi selama dirumah sakit, pasien jarang
terlihat menjalankan solat, mungkin dikarenakan keterbatasannya dalam
mobilisasi dan kelemahan fisik pasien.
2. EKG
Tanggal 19 juni 2013
Wide QRS tachycardia, left bundle branch, abnormal EKG
Tanggal 20 juni 2013
Marked sinus bradycardia with AV dissociation and junctional rhytm
with sinus /atrial capture, ST & T wave abnormalilty, consider
anterolateral ischemia, prolonged QT, Abnormal EKG
Tanggal 21 juni 2013
Normal sinus rhytm, right atrial enlargement, ST & T wave
abnormality, consider anterolateral ischemia, prolonged QT, Abnormal
EKG
D. PROGRAM TERAPI
Tanggal 19 Juni 2013
1. Inj. Fargoxin 75 mg (intravena)
2. Inj. Ranitidin 25 mg 2 x1 (intravena)
3. Inj. Ondancetron 4 mg 2x1 (intravena)
4. Inj. Midazolam 5 mg (intravena)
5. Alprazolam 0,5 mg 2x1 (enteral)
6. Acetosal 8 mg 1x1(enteral)
7. ISDN 5mg 3x1 (enteral)
8. Digoxin 30 mg 2x1 (enteral)
Tanggal 20 Juni 2013
1. Inj. Ranitidin 25 mg 2x1 (intravena)
2. Inj. Ondancetron 4 mg 2x1 (intravena)
3. Alprazolam 0,5 mg 2x1 (enteral)
4. ISDN 5mg 3x1 (enteral)
5. Acetosal 8 mg 1x1(enteral)
6. Digoxin 30 mg 1x1 (enteral)
E. ANALISA DATA
Tanggal Data Problem Etiologi
19 Juni DS: pasien Pola Nafas tidak Hiperventilasi
2013 mengatakan sesak efektif
Jam 08.30 nafas
DO:
- HR = 197 x/menit
- RR = 29 x/menit
- Pasien tampak
sesak, kesulitan
bernafas
- SaO2 100%
- Hasil EKG : Wide
QRS tachycardia,
left bundle branch,
abnormal EKG
DO:
- HR = 197
x/menit teratur
- Hasil EKG :
Wide QRS
tachycardia,
left bundle
branch,
abnormal EKG
- TD =
103/62x/menit
- Pasien tampak
cemas
- aritmia
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Inefektif perfusi jaringan kardio pulmonal berhubungan dengan kerusakan
transenteralrtasi O2 melalui alveolar dan atau membran kapiler
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara suplai
O2 dengan kebutuhan
G. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Inefektif perfusi setelah dilakukan tindakan keperawatan Circulation Monitoring
jaringan kardio selama 2x24jam, diharapkan perfusi 1. Monitor nyeri secara 1. Memantau kondisi nyeri
pulmonal jaringan kardiopulmonal efektif, dengan komprehensif klien
berhubungan dengan kriteria hasil :
kerusakan Circulation Status : 2. Monitor intake dan output 2. Memantau intake dan
transenteralrtasi O2 No Indikator Skala Skala output klien
melalui alveolar dan awal target 3. Ukur tanda-tanda vital: 3. mengetahui kondisi
atau membran tekanan darah, nadi, pasien
kapiler 1 TD dalam 2 5 pernapasan, suhu, saturasi O2
batas normal 4. Monitor kemampuan aktivitas
2 HR dalam 2 4 pasien 4. Mengetahui kemampuan
batas normal 5. Anjurkan untuk cukup pasien
3 Kelemahan 2 4 istirahat 5. Mempercepat pemulihan
ekstrim tidak kondisi
ada 6. Monitor Balance cairan
4 Intake dan 2 5 6. Mengetahui keadaan
output 7. Beri cukup nutrisi sesuai pasien
seimbang dengan diet 7. Mempercepat pemulihan
5 Nyeri dada 2 5 8. Kolaborasi pemberian obat kondisi
tidak ada sesuai medikasi 8. Membantu
penyembuhan pasien
Keterangan : dengan obat yang tepat
1. keluhan ekstrim
2. keluhan berat
3. keluhan sedang
4. keluhan ringan
5. tidak ada keluhan
Pola napas tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan Airway Management :
efektif selama 2x24 jam Pola nafas efektif, dengan 1. Enteralsisikan klien untuk 1. Mencukupi kebutuhan
berhubungan kriteria hasil : memaksimalkan ventilasi oksigen
dengan Respiratory status : ventilation 2. Monitor RR klien 2. Mengetahui keadaan
hiperventilasi, No Indikator Skala Skala klien
awal target 3. Auskultasi suara nafas 3. Mengeidentifikasi
1 RR dalam 2 4 klien adanya suara nafas
batas normal tambahan klien
2 Tidak terdapat 2 4 4. Mengetahui keadaan
suara nafas 4. Monitor respirasi dan klien
tambahan status O2 5. Mencukupi kebutuhan
3 Tidak terdapat 2 4 5. Berikan terapi O2 oksigen
dispnea
4 Tidak terdapat 2 4
nafas pendek
Keterangan :
1. keluhan ekstrim
2. keluhan berat
3. keluhan sedang
4. keluhan ringan
5. tidak ada keluhan
Fluid monitoring
Keterangan : 1. Monitor Balance cairan 1. Mengetahui keadaan
1. keluhan ekstrim pasien
2. keluhan berat
3. keluhan sedang
4. keluhan ringan
5. tidak ada keluhan
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Activity therapy
berhubungan dengan selama 2x24 jam diharapkan aktivitas klien 1. Rencanakan dan jadwalkan 1. Upaya untuk
Ketidakseimbangan meningkat, dengan kriteria hasil : periode istirahat dan tirah menurunkan keletihan
antara suplai O2 baring yang cukup dan dan kelemahan pasien.
dengan kebutuhan adekuat.
08.30 1, 2, 3, 2. Memonitor KU, kesadaran dan TTV O : ku cukup, kesadaran baik. TD = 103/62 mmHg, Nur A.
4 pasien dan mencatatnya RR = 29 x/menit, HR = 197 x/menit
08.35 1, 2, 3. Mengkaji keluhan pasien S : Klien mengatakan sesak nafas, nyeri dada, jantung Tati
3,4 berdebar-debar
O : RR = 29 x/menit, HR = 197x/menit
08.45 2 5. Memberikan O2 NRM 10 L/menit O : Terapi oksigen NRM 10 L/menit terpasang, posisi Tati
dan memberikan enteralsisi klien semifowler
semifowler
09.00 1,3 6. Memberikan Inj. Fargoxin 75 mg O : Inj. Fargoxin 75 mg (intravena), Ranitidin 25 mg Nur A
(intravena), Ranitidin 25 mg 2x1 2x1 (intravena), Ondancetron 4 mg 2x1(intravena) dan
(intravena), Ondancetron 4 mg Inj. Midazolam 5 mg (intravena) masuk
2x1(intravena) dan Inj. Midazolam 5
mg (intravena)
09.15 1,3 7. Melakukan pemasangan kateter two O : kateter two way terpasang, volume urin 100 cc Dwi K
way urin jernih
09.30 1,2,3,4 8. Monitor EKG, TD, HR, Senteral2, O : TD = 128/92 mmHg, HR = 169 x/menit, RR = 29 Tati
MAP dan mencatatnya di lembar x/menit, Senteral2 100% dan MAP = 104, gambaran
monitoring EKG = ventrikel takikardi
11.00 1,2,3,4 11. Monitor EKG, TD, HR, Senteral2, O : TD = 93/57 mmHg, HR = 198 x/menit, RR = 12 Dwi k
MAP dan mencatatnya di lembar x/menit, Senteral2 100% dan MAP = 67, gambaran
observasi EKG = ventrikel takikardi
11.15 3,4 12. Menganjurkan klien untuk S : klien berjanji akan mengurangi stres Tati
mengurangi stres
11.30 1,3 13. Mengkaji nyeri pasien S : pasien mengatakan nyeri dibagian dada, jantung Tati
berdebar-debar
P : nyeri karena sesak nafas
Q : nyeri seperti menusuk nusuk
R : nyeri di bagian dada
S : skala nyeri 4 (0-10)
T : nyeri sering muncul
O : klien tampak sesak, dan menarik nafas dalam
11.45 3,4 14. Meminta klien mendemonstrasikan O : klien tampak menarik nafas dalam Tati
teknik nafas dalam
12.00 1,2,3,4 15. Monitor EKG, TD, HR, Senteral2, O : TD = 98/61 mmHg, HR = 58 x/menit, RR = 22 Nur A
MAP dan mencatatnya di lembar x/menit, SPO2 100% dan MAP = 66, gambaran EKG
observasi = sinus bradikardi
13.00 1,2,3,4 16. Monitor EKG, TD, HR, Senteral2, O : TD = 98/61 mmHg, HR = 58 x/menit, RR = 22
MAP dan mencatatnya di lembar x/menit, SPO2 100% dan MAP = 66, gambaran EKG Nur A
observasi = sinus bradikardi
14.00 1, 2, 3 17. Mengukur volume urin pasien dan O : urin 100 cc/1 jam
membuangnya Nur A
19 Juni 14.00 1,2,3,4 1. Memonitor TTV O: TD=91/53 mmHg, HR= 59x/menit, RR=20 x/menit, Iin
2013 MAP= 72
14.15 1,2,3 2. Mengkaji adanya nyeri dada S: Klien mengatakan terkadang masih terasa nyeri dada Dwi I.
dan jantung terkadang masih berdebar-debar
15.00 1,2,3,4 6. Monitor TTV O : TD=109/62 mmHg, HR= 75 x/menit, RR=20 Iin
x/menit, MAP=71
16.00 1,2,3,4 7. Monitor TTV O: TD=103/57 mmHg, HR=81 x/menit, RR=11 Iin
x/menit, dan MAP=65
17.00 1,3 9. Monitor TTV O: TD=93/56 mmHg, HR=68 x/menit, RR=27 x/menit Iin
MAP=66
10. Memberikan tyarit drip pada cairan O: Drip tyarit pada cairan infus glukosa 5%
infus glukosa 5% mengunakan infus mengunakan infus pump 41,6 cc/jam
pump 41,6 cc/jam
11. Monitor TTV O : TD= /56 x/menit, HR=209 x/menit, RR=23 x/menit,
18.00 1,2,3,4
MAP=75, gambaran EKG = ventrikel takikardi Dwi i
18.45 1,3 12. Mencatat input dan output O : Input cairan 600 cc, dan Output 450 cc Dwi I
20.00 1,2,3,4 14. Monitor TTV O : TD=98/71 mmHg, HR= 75 x/menit, RR= 21 Dwi I
x/menit
MAP= 59,
21.00 1,2,3,4
15. Monitor TTV Iin
O : TD= 83/51 mmHg, HR= 49 x/menit, RR= 25
x/menit, dan MAP= 77
19 Juni 22.00 1,2,3 1. Memonitor KU, kesadaran, TTV, O : KU=lemah, kesadaran CM, TD=105/63 mmHg, Lely
2013 SaO2, intake cairan serta status O2 HR=52x/menit, RR=20x/menit, MAP=71, SaO2=100%,
pasien kemudian mencatatnya
dilembar monitoring.
22.10 1, 3 2. Memberikan injeksi ranitidin 25 mg O : Pasien tetap tertidur ketika diberikan injeksi Retno
(intravena) dan ondansentron 4 mg ranitidin 25 mg (intravena) dan ondansentron 4 mg
(intravena) (intravena)
23.00 1,2,3 3. Memonitor KU, kesadaran, TTV, O : KU=lemah, kesadaran CM, TD=99/60 mmHg, Retno
SaO2, intake cairan serta status O2 HR=51x/menit, RR=18x/menit, MAP= 72,
pasien kemudian mencatatnya SaO2=100%,
dilembar monitoring.
00.00 1,2,3 4. Memonitor KU, kesadaran, TTV,
SaO2, intake cairan serta status O2 O ; KU=lemah, kesadaran CM, TD=99/63 mmHg, Lely
pasien kemudian mencatatnya HR=62x/menit, RR=22x/menit,MAP=73 SaO2=100%,
dilembar monitoring.
02.00 1,2,3 6. Memonitor KU, kesadaran, TTV, O : KU=lemah, kesadaran CM, TD=97/62 mmHg, Retno
SaO2, intake cairan serta status O2 HR=48x/menit, RR=24x/menit, MAP=72, SaO2=100%,
pasien kemudian mencatatnya
dilembar monitoring.
03.00 1,2,3 7. Memonitor KU, kesadaran, TTV, O : KU=lemah, kesadaran CM, TD=97/57 mmHg, Retno
SaO2, intake cairan serta status O2 HR=83x/menit, RR=21x/menit, MAP=69, SaO2=100%,
pasien kemudian mencatatnya
dilembar monitoring.
04.00 1,2,3 8. Memonitor KU, kesadaran, TTV, O : KU=lemah, kesadaran CM, TD=102/57 mmHg, Lely
SaO2, intake cairan serta status O2 HR=70x/menit, RR=20x/menit, MAP=68, SaO2=100%,
pasien kemudian mencatatnya
dilembar monitoring.
05.00 1,2,3 9. Memonitor KU, kesadaran, TTV, O : KU=lemah, kesadaran CM, TD=97/62 mmHg, Lely
SaO2, intake cairan serta status O2 HR=48x/menit, RR=22x/menit, MAP=69, SaO2=100%,
pasien kemudian mencatatnya
dilembar monitoring.
06.00 1,2,3 10. Memonitor KU, kesadaran, TTV, O : KU=lemah, kesadaran CM, TD=107/71 mmHg, Lely
SaO2, intake cairan serta status O2 HR=62x/menit, RR=24x/menit, MAP=71, SaO2=100%,
pasien kemudian mencatatnya
dilembar monitoring.
06.05 1,2,3 11. Mengukur urin output O : Jumlah urin 500cc/6jam Lely
06.20 1,2,3 12. Memberikan diit kepada pasien O : Pasien makan menyisakan sekitar ¼ dari diit. Retno
07.30 1,2,3 14. Menghitung balance cairan. O : Balance cairan = Masuk-keluar-IWL Lely
1 jam = 46
IWL 23 jam = 45x23 = 1035
BC = 1700-1040-1035 = -325
20 Juni 07.00 1,2,3,4 1. Monitor EKG, TD, HR, RR, SO2, O : TD = 113/65 mmHg, RR = 22 x/menit, HR = 57 Dwi K
2013 MAP dan mencatatnya di lembar x/menit, SPO2 = 100%, MAP = 65
observasi
07.45 1,2,3,4 2. Mengkaji keluhan pasien S : klien mengatakan nyeri dada berkurang, sudah
tidak sesak nafas, jantungnya sudah tidak berdebar- Dwi K
debar
O : klien tampak tidak sesak, lebih nyaman RR = 22
x/menit, HR = 57 x/menit, TD = 113/65 mmHg.
08.00 1,2,3,4 3. Monitor EKG, TD, HR, RR, Senteral2, O : TD = 110/55 mmHg, RR = 18 x/menit, HR = 60 Dwi K
MAP dan mencatatnya di lembar x/menit, SPO2 = 100%, MAP = 72
observasi
08.05 1,2,3,4 4. Memberikan inj Ranitidin 25 mg O : inj Ranitidin 25 mg (intravena) dan inj Dwi K
(intravena) dan Inj. Ondancetron 4 Ondancentron 4 mg (intravena) masuk
mg (intravena)
08.15 1,3 5. Melakukan EKG O : Gambaran EKG : Sinus bradikardi with AV, ST & Dwi K
T wave abnormal, Anterolateral ischemia, Abnormal Iin
EKG
08.50 2 7. Mengganti NRM menjadi kanul nasal O : Kanul nasal 3 L/menit terpasang Iin
3 L/menit
09.00 1,2,3,4 8. Monitor EKG, TD, HR, Senteral2, O : TD = 116/57 mmHg, HR = 72 x/menit, RR = 17 Iin
MAP dan mencatatnya di lembar x/menit, SPO2 100% dan MAP = 71,
observasi
10.00 1,2,3,4 9. Monitor EKG, TD, HR, Senteral2, O : TD = 98/60 mmHg, HR = 68 x/menit, RR = 17 Dwi I
MAP dan mencatatnya di lembar x/menit, SPO2 100% dan MAP = 74,
observasi
11.00 1,2,3,4 10. Monitor EKG, TD, HR, Senteral2, O : TD = 108/72 mmHg, HR = 78 x/menit, RR = 16 Dwi I
MAP dan mencatatnya di lembar x/menit, SPO2 100% dan MAP = 66,
observasi
11.30 1,2,3 11. Motivasi untuk diet seimbang S : klien mengatakan akan makan yang banyak Dwi I
12.00 1,2,3,4 13. Monitor EKG, TD, HR, SO2, MAP O : TD = 110/72 mmHg, HR = 74 x/menit, RR = 17 Iin
dan mencatatnya di lembar observasi x/menit, SPO2 100% dan MAP = 70,
20 Juni 14.00 1,2,3 1. Mencatat dan memonitor tanda vital: S: pasien mengatakan keadannya sudah membaik dan Lita
2013 TD, MAP, HR, SaO2. tidak deg-degan lagi
O: TD: 119/62 mmHg, MAP :82 mmHg, HR: 58 x/mnt,
R 21 x/mnt dan SPO2: 100%.
1,2,3, 2. Mendengarkan bunyi nafas O : Tidak terdengar suara nafas tambahan. Irama Kustini
4 tambahan dan irama jantung jantung regular
15.00 1,2,3 5. Mencatat dan memonitor tanda vital: O: TD: 104/61 mmHg, MAP :70 mmHg, N: 70 x/mnt, Kustini
TD, MAP, HR, SaO2. R 21 x/mnt dan SPO2: 100%.
1,2, 4 6. Memotivasi pasien untuk latihan S: Pasien mengatakan mau latihan duduk
duduk O : Pasien tampak dapat duduk sekitar 15 menit
16.00 1,2,3 7. Mencatat dan memonitor tanda vital: O: TD: 101/66 mmHg, MAP :70 mmHg, N: 71 x/mnt, R Lita
TD, MAP, HR, SaO2. 18 x/mnt dan SPO2: 100%.
1,2,3 10. Mengkaji keluhan pasien S: pasien mengatakan merasa greges. Kustini
14. Mengkaji keluhan pasien S: Pasien mengatakan sudah merasa tidak greges dan Kustini
tidak mual
20.00 15. Mencatat dan memonitor tanda vital: O: TD: 103/69 mmHg, MAP :78 mmHg, HR: 91 x/mnt, Lita
TD, MAP, HR, SaO2, Suhu R 29 x/mnt dan SPO2: 97%. Suhu 36,8 0C.
16. Menganjurkan pasien minum obat O : Pasien meminum obat sesuai anjuran. Injeksi Lita
ISDN 1 tablet dan cefixime dan ranitidin 30 mg dan ondansentron 4 mg masuk.
memberikan injeksi ranitidin 30 mg
dan ondansentron 4 mg
21.00 17. Mencatat dan memonitor tanda vital: O: TD: 105/64 mmHg, MAP :78 mmHg, HR: 88 x/mnt, Kustini
TD, MAP, HR, SaO2 R 28 x/mnt dan SPO2: 98%,
18. Mengukur dan mencatat urin yang O : out put urin 900 cc/ 7 jam Kustini
keluar.
19. Menganjurkan pasien untuk istirahat S: pasien mengatakan mau istirahat. Kustini
21.15 1,3 2. Memberikan inj alprazolam 0,5 mg DO: Inj alprazolam 0,5 mg masuk Tati
21.45 1,2,3,4 3. Mengkaji keluhan pasien DS: Pasien mengatakan kondisinya sudah membaik, Tati
jantung sudah tidak berdebar-debar, sesak nafas
sudah tidak, nyeri dada juga berkurang
DO: HR:81 x/menit, TD 105/65 mmhg,
RR:24x/menit
22.00 1,2,3,4 4. Monitor EKG, TD, HR, SPO2, MAP, DS:- Avi
dan mencatatnya di lembar DO: HR:81 x/menit, MAP 75, TD 105/65 mmhg,
monitoring RR:24x/menit, SPO2 98%
02.00 1,2,3,4 10. Monitor EKG, TD, HR, SPO2, MAP, DS:-
dan mencatatnya di lembar DO: HR:69 x/menit, MAP 72, TD 96/65 mmhg, Tati
monitoring RR:23x/menit, SPO2 99%
03.00 1,2,3,4 11. Monitor EKG, TD, HR, SPO2, MAP, DS:- Avi
dan mencatatnya di lembar DO: HR:60 x/menit, MAP 72, TD 96/63 mmhg,
monitoring RR:23x/menit, SPO2 98%
04.00 1,2,3,4 12. Monitor EKG, TD, HR, SPO2, MAP, DS:- Avi
dan mencatatnya di lembar DO: HR:78 x/menit, MAP 75, TD 99/64 mmhg,
monitoring RR:20x/menit, SPO2 98%
05.00 1,2,3,4 13. Monitor EKG, TD, HR, SPO2, MAP, DS:-
dan mencatatnya di lembar DO: HR:62 x/menit, MAP 73, TD 98/53 mmhg, Avi
monitoring RR:20x/menit, SPO2 98%
06.00 1,2,3,4 14. Monitor EKG, TD, HR, SPO2, MAP, DS:-
dan mencatatnya di lembar DO: HR:75 x/menit, MAP 69, TD 102/59 mmhg, Tati
monitoring RR:22x/menit, SPO2 97%
07.00 1,2,3,4 16. Monitor EKG, TD, HR, SPO2, MAP, DS:-
dan mencatatnya di lembar DO: HR:89 x/menit, MAP 74, TD 102/68 mmhg, Tati
monitoring RR:13x/menit, SPO2 99%
21 Juni 07.00 1,2,3 1. Mencatat dan memonitor tanda vital: S: pasien mengatakan tidak deg-degan lagi dan Lita \
2013
TD, MAP, HR, SaO2. keadannya sudah membaik
2. Memonitor tetesan D5% 12 tpm O: TD: 119/62 mmHg, MAP :74 mmHg, HR: 89 x/mnt,
Lita
3. Membenarkan posisi O2 binasal 3 l/m R 13 x/mnt dan SPO2: 97%. Spesimen darah dapat
4. Mengambil spesimen darah pasien diambil.
12.00 1,2,3,4 18. Mengevaluasi keadaan pasien S: Pasien mengatakan sudah merasa baik dan ingin Lita
19. Melepas infus, tensi meter, chest pulang
piece, dan kateter O: TD: 107/69 mmHg, MAP :78 mmHg, HR: 81 x/mnt,
20. Memotivasi pasien untuk R 21 x/mnt dan SPO2: 97%. Diet habis
menghabiskan diet
13.00 Lita
21. Melatih pasien untuk duduk latihan S: -
terlebih dahulu sambil menunggu O: Pasien tampak duduk
jemputan Pasien mau mencoba mengikuti anjuran
Lita
22. Memberikan discharge planning Kustini
yaitu memotivasi pasien agar tidak
stress, dapat megontrol emosi
dengan nafas dalam dan istighfar,
meminum obat secara teratur,
kontrol tepat waktu, dan jika
memungkinkan latihan aktivitas
secara bertahap dan jangan
dipaksakan bila terasa sudah lelah
I. EVALUASI
Tanggal dan Jam Diagnosa Evaluasi Paraf
20 Juni 2013 Inefektif perfusi S: klien mengatakan nyeri dada berkurang, sudah tidak sesak nafas, Kustini
Jam 14.00 WIB jaringan kardio O: klien tampak tidak sesak, lebih nyaman TD = 113/75 mmHg, HR = 76 LitaI
pulmonal x/menit, RR = 18 x/menit, SPO2 100% dan MAP = 71, klien tampak mau
berhubungan dengan makan, terdapat sisa makanan ½ porsi pada tempat makan klien,
kerusakan
transenteralrtasi O2 A: Masalah perfusi jaringan kardiopulmonal efektif,dengan kriteria hasil:
melalui alveolar dan
atau membran kapiler No Indikator Skala Skala Skala
awal sekarang target
1 TD dalam batas normal 2 5 5
2 HR dalam batas normal 2 4 4
3 Kelemahan ekstrim tidak ada 2 4 4
4 Intake dan output seimbang 2 4 5
5 Nyeri dada tidak ada 2 4 5
20 juni 2013 pola napas tidak S:pasien mengatakan sudah tidak sesak nafas Kustini
14.00 WIB efektif berhubungan O: klien tampak tidak sesak, lebih nyaman TD = 113/75 mmHg, HR = 76 Lita
dengan x/menit, RR = 18 x/menit, SPO2 100% dan MAP = 71
hiperventilasi,
A: masalah Pola nafas teratasi dengan kriteria hasil:
Respiratory status : ventilation
No Indikator Skala Skala Skala
awal Tujuan target
1 RR dalam batas normal 2 4 4
2 Tidak terdapat suara nafas 2 4 4
tambahan
3 Tidak terdapat dispnea 2 4 4
4 Tidak terdapat nafas pendek 2 4 4
Activity tolerance :
No Indikator Skala Skala Skala
awal Sekarang target
1 HR dalam batas normal 2 4 4
2 RR normal 2 4 4
3 Tekanan darah sistol 2 5 5
normal
4 Tekanan darah diastol 2 4 5
normal
5 EKG dalam batas normal 2 4 4