Laporan Keuangan Syariah
Laporan Keuangan Syariah
Laporan Keuangan Syariah
SYARIAH
Disusun oleh :
Muhammad Rafif Dhafirsyah (01031281823105)
Al-Afghani Gumay Putra (01031381823167)
Dosen Pembimbing :
Emylia Yuniartie, SE, M.SI,. AK
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
Pengertian Laporan Keuangan Syariah
Laporan keuangan syariah adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan
dan kinerja keuangan dari suatu entitas syariah. Penyajian laporan keuangan syariah
sepenuhnya didasarkan pada PSAK No 101 yang bertujuan untuk mengatur penyajian dan
pengungkapan laporan keuangan. Perlunya penyajian laporan keuangan ini adalah agar
dapat membandingkan laporan keuangan entitas syariah periode sebelumnya maupun
dengan laporan keuangan entitas syariah lainnya. Entitas syariah yang dimaksud oleh
PSAK ini adalah entitas yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip-prinsip
syariah.
Materi dan spirit memang berbeda, tetapi keduanya tidak dapat dipisahkan. Spirit
dianggap lebih abadi dibandingkan dengan materi. Posisi akuntanbilitas lebih substansial,
atau menjadi dasar “etika” daripada pemberian informasi. Akuntanbilitas merupakan
spiritualitas akuntansi syariah. Tanpa akuntanbilitas, akuntansi syariah menjadi instrumen
“mati” yang mekanismenya kita temukan sebagaimana yang terjadi pada akuntansi
modern.
Sisi lain dari Akuntansi Syariah adalah pemberian informasi sebagai perwujudan
dari materi. Pemberian informasi, sebetulnya merupakan konsekuensi logis dari adanya
akuntabilitas. Akuntabilitas (dengan dasar nilai etika syariah) menjadi spirit yang
mendasari bentuk akuntansi dan informasi akuntansi. Bentuk dan informasi akuntansi
dengan spirit etika syariah ini digunakan untuk pengambilan keputusan oleh pihak-pihak
yang berkepentingan. Karena bentuk dan informasi akuntansi tersebut berdasarkan etika
syariah, maka keputusan-keputusan yang diambil juga akan mengandung nilai-nilai syariah
dan konsekuensinya. Realitas yang diciptakan adalah realitas yang bernuansa syariah.
Adapun tujuan secara umum adalah memberikan informasi tentang posisi
keuangan, kinerja dan arus kas entitas syariah yang bermanfaat bagi sebagian besar
kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan–keputusan ekonomi serta
menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-
sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi
mengenai entitas syariah yang meliputi :
a) Aset
b) Kewajiban
c) Dana syirkah temporer
d) Ekuitas
e) Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian
f) Arus kas
g) Dana zakat
h) Dana kebajikan
Dapat dijelaskan di sini, bahwa entitas syariah meyajikan informasi keuangannya
sedikit berbeda dengan entitas konvensional, yaitu dalam hal melaporkan informasi tentang
dana syirkah temporer, dimana pos ini tidak termasuk kewajiban dan juga ekuitas. Pos ini
mempunyai klasifikasi tersendiri karena pos ini adalah pos yang didasarkan pada akad
Mudharabah atau Investasi Tidak Terikat. Dalam akad mudharabah berlaku ketentuan bagi
hasil apabila pengelola dana memperoleh laba sedangkan apabila pengelola dana menderita
kerugian maka kerugian ditanggung pemilik modal, sehingga pengelola dana tidak
mempunyai kewajiban untuk mengembalikan dana mudharabah.
Siapakah yang harus menyusun dan menyajikan laporan keuangan syariah? Hal ini
tidak berbeda dengan entitas konvensional bahwa yang bertanggungjawab terhadap
penyusunan dan penyajian laporan keuangan syariah adalah manajemen entitas syariah.
9. Pernyataan, laporan dan data lain yang membantu dalam menyediakan informasi
yang diperlukan oleh para pemakai laporan keuangan sebagaimana ditentukan
didalam statement of obyektif
Laporan ini diterbitkan dalam bentuk komparatif. Artinya, laporan tersebut
menyajikan data periode sekarang dan periode yang lalu. Untuk memberikan
gambaran keadaan laporan keuangan bank syari’ah.
2. Kebijakan akuntansi
Dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan syariah, diperlukan
kebijakan akuntansi tertentu yang terkait dengan traksaksi dan pos-pos di laporan
keuangan agar menghasilkan informasi yang dapat diandalkan dan relevan untuk
pengambilan keputusan ekonomi para pemakai laporan keuangan tersebut.
3. Kelangsungan usaha
Dalam penyusunan laporan keuangan, manajemen harus menilai
(assessment) kemampuan kelangsungan usaha entitas syariah. Laporan keuangan
harus disusun berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, kecuali manajemen
bermaksud untuk melikuidasi atau menjual, atau tidak mempunyai alternatif
selain melakukan hal tersebut. Dalam penilaian kelangsungan usaha,
ketidakpastian yang bersifat material yang terkait dengan kejadian atau kondisi
yang bias menyebabkan keraguan atas kelangsungan usaha harus diungkapkan.
Apabila laporan keungan tidak disusun berdasarkan asumsi kelangsungan usaha,
maka kenyataan tersebut harus diungkapkan bersama dengan dasar lain yang
digunakan dalam penyusunan laporan keuangan serta alas an mengapa asumsi
kelangsungan usaha entitas syariah tidak dapat digunakan
4. Dasar akrual
Entitas syariah harus menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali
Laporan Arus Kas dan penghitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil
usaha. Dalam penghitungan pembagian hasil usaha didasarkan pada pendapatan
yang telah direalisasikan menjadi kas (dasar kas)
Dapat dijelaskan di sini, bahwa laporan keuangan selain Laporan Arus Kas
dan penghitungan bagi hasil, PSAK mengharuskan menyajikan berdasarkan basis
akrual. Untuk pendapatan diakui pada saat terjadinya transaksi bukan pada saat
pendapatan telah direalisasikan menjadi kas. Sedangkan untuk penghitungan bagi
hasil PSAK mengaturnya dengan dasar kas (cash basis). Untuk keperluan ini,
PSAK no. 101 mengaturnya dengan sebuah laporan keuangan tersendiri yang
disebut dengan Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil
5. Konsistensi penyajian
Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode
harus konsisten , kecuali:
a) Terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasi entitas syariah
atau perubahan penyajian akan menghasilkan penyajian yang lebih tepat
atas suatu transaksi atau peristiwa; atau
b) Perubahan tersebut diperkenankan oleh Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan atau Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.
Bank Syariah
o Laporan posisi keuangan (neraca)
o Laporan laba rugi
o Laporan arus kas
o Laporan perubahan ekuitas
o Laporan perubahan dana investasi terikat
o Laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil
o Laporan sumber dana dan penggunaan dana zakat
o Laporan dan penggunaan dana kebaikan
DAFTAR PUSTAKA :
http://kholisaragih.blogspot.com/2015/05/makalah-akutansi-syariah-laporan.html
http://slametwiyono.com/p/view/49/bab-5-laporan-keuangan-syariah
https://www.academia.edu/35974004/MAKALAH_LAPORAN_KEUANGAN_SYARIAH_SEKOLAH_TINGGI_
AGAMA_ISLAM_STAI_YASNI_MUARA_BUNGO