Makalah SIG Kelompok 9 - Pemetaan TPS Ilegal Kecamatan Mulyorejo
Makalah SIG Kelompok 9 - Pemetaan TPS Ilegal Kecamatan Mulyorejo
Makalah SIG Kelompok 9 - Pemetaan TPS Ilegal Kecamatan Mulyorejo
Oleh:
Kelompok 9
1.3 Tujuan
Tujuan pada Pemetaan Tempat Pembuangan Sampah Ilegal di Kecematan
Mulyorejo Berbasis SIG antara lain:
1. Dapat menganalisis Pesebaran Tempat Pembuangan Sampah Ilegal di
Kecematan Mulyorejo
2. Dapat mengetahui dampak terjadi dengan adanya Tempat Pembuangan
Sampah Ilegal
BAB II
TUJUAN PUSTAKA
2.1 Sampah
Sampah adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh
pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi bagi sebagian orang masih bisa dipakai jika
dikelola dengan prosedur yang benar (Panji Nugroho, 2013). Penumpukan sampah
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah volume sampah yang sangat
besar sehingga malebihi kapasitas daya tampung tempat pembuangan sampah akhir
(TPA). Pengelolaan sampah yang terjadi selama ini dirasakan tidak memberikan
dampak positif kepada lingkungan, dan kuranganya dukungan kebijakan dari
pemerintah.
Menurut Prof. Dr. Ir. Ign. Suhatro dalam buku Limbah Kimia (2011)
mengatakan pemerintah belum begitu serius dalam memikirkan masalah sampah
ini. Meski pemerintah sudah melakukan beberapa terobosan namun di beberapa
tempat pembuangan sementara (TPS) gunungan sampah masih sangat mengganggu
masyarakat dan masih menjadi perhatian. Permasalahan sampah merupakan hal
yang krusial (sulit terselesaikan). Bahkan, dapat diartikan sebagai masalah
kultural/kebiasaan karena dampaknya mengenai berbagai sisi kehidupan, terutama
di kota besar. Setiap harinya sekitar 6000 ton sampah dihasilkan di kota Jakarta.
Oleh sebab itu bila tidak ditangani secara benar, maka akan menimbulkan dampak
seperti pencemaran air, udara, dan tanah yang mengakibatkan sumber penyakit.
Pengolahan sampah membutuhkan lahan sebagai tempat pembuangan akhir (TPA).
Mengutip dari buku Panduan Membuat Pupuk Organik Cair (Panji Nugroho, 2013)
Sampah sebagai barang yang masih bisa dimanfaatkan tidak seharusnya
diperlakukan sebagai barang yang menjijikan, melainkan harus dapat dimanfaatkan
sebagai bahan mentah atau bahan yang berguna lainnya. Seharusnya pengolahan
sampah harus dilakukan dengan efisien dan efektif, yaitu sebisa mungkin dekat
dengan sumbernya, seperti dilingkungan RT/RW, sekolah, dan rumah tangga
sehingga jumlah sampah dapat dikurangi. Pengelolaan sampah diantaranya dapat
dimanfaatkan menjadi kompos organik yang didalamnya terkandung unsur hara
yang dibutuhkan tanaman, perbaikan struktur tanah dan zat yang dapat mengurangi
bakteri yang merugikan dalam tanah. Pupuk organik biasanya tidak meninggalkan
residu/sisa dalam tanaman sehingga hasil tanaman akan aman bila dikonsumsi
(Tresna Sastrawan, 2014).
2.6 Pemetaan
Pemetaan yaitu tahapan yang harus dilakukan dalam pembuatan peta. Langkah
awal pemetaan yang dilakukan yaitu pengumpulan data, dilanjutkan dengan
pengolahan data dan penyajian dalam bentuk peta (Juhadi dan Liesnoor, 2001).
Terdapat 3 tahap proses yang harus dilakukan dalam melakukan pemetaan,
antara lain (Permanasari, 2007):
1. Tahap Pengumpulan Data
Data merupakan suatu bahan yang diperlukan dalam proses pemetaan. Data yang
dipetakan dapat berupa data primer atau data sekunder. Data yang dapat
dipetakan adalah data yang bersifat spasial, artinya data tersebut terdistribusi
atau tersebar secara keruangan pada suatu wilayah tertentu. Pada tahap ini data
yang telah dikumpulkan kemudian dikelompokkan dahulu menurut jenisnya
seperti kelompok data kualitatif atau data kuantitatif.
2. Tahap Penyajian Data
Tahap ini merupakan upaya melukiskan atau menggambarkan data dalam bentuk
simbol, supaya data tersebut menarik, mudah dibaca dan dimengerti oleh
pengguna (users). Penyajian data pada sebuah peta harus dirancang secara baik
dan benar supaya tujuan pemetaan dapat tercapai.
3. Tahap Penggunaan Peta
Tahap penggunaan peta merupakan tahap penting karena menentukan
keberhasilan pembuatan suatu peta. Peta yang dirancang dengan baik akan dapat
digunakan atau dibaca dengan mudah. Pengguna harus dapat membaca peta dan
memperoleh gambaran informasi sebenarnya dilapangan (real world).
BAB III
METODE PENELITIAN
3. Kemudian lakukan pemilihan Datum dan pilih Indonesian 1974 klik OK.
Lakukan uncheck untuk Northern Hemisphere dan isi kotak zona dengan 48,
diakhiri dengan klik OK. Pada proses tersebut telah selesai dilakukan maka
akan terbentuk file koordinat system baru dengan nama Latlon Surabaya.
4. Buat Georefrence baru dengan cara mengklik file Create Coordinat
System, kemudian tentukan tipe Ellipsoid yang akan dipergunakan, Klik
Ellipsoid ,gunakan WGS84 klik OK.
5. Kemudian lakukan pemilihan Datum dan pilih WGS 1984 klik OK. Lakukan
uncheck untuk Northern Hemisphere dan isi kotak zona dengan 48, diakhiri
dengan klik OK. Pada proses tersebut telah selesai dilakukan maka akan
terbentuk file koordinat system baru dengan nama utm48s_wgs84.
6. Konversi koordinat latlon ke utm dengan mengklik Operations Vector
Operations Coordinates Transform Coordinates
10. Pilih file data_tps.csv kemudian klik next --> Import Method gunakan Ilwis
import , kemudian klik next --> Table Format gunakan Comma delimited,
kemudian klik next --> pada column detail ubah domain name dari string
menjadi class, ubah new domain dari no menjadi yes, berikan nama domain
menjadi data_survey, kemudian pilih next --> gunakan nama data_tps untuk
nama outputnya
11. Pada file data_tps lakukan klik kanan, pilih table operations --> table to pointmap.
Tampilan selanjutnya adalah widow table to point map, X column dengan column 1 (koordinat X)
dan Y column dengan column 2 (koordinat Y). Ubah coordinate system menjadi utm48s_wgs48.
Berikan nama peta yang akan dihasilkan menjadi data_tps_point kemudian klik show.
12. Lakukan overlay dengan peta landsat. Pilih add layer --> maplist data_tps
--> pilih OK --> pilih show map list menjadi color composite.
BAB IV
PEMBAHASAN
Maka dari itu, pemerintah telah menyediakan TPS di setiap wilayah agar semua
masyarakat dapat membuang sampah pada tempatnya, bukan pada tempat
pembuangan sampah yang ilegal.
BAB V
KESIMPULAN