Makalah SIG Kelompok 9 - Pemetaan TPS Ilegal Kecamatan Mulyorejo

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

PEMETAAN TPS ILEGAL DI KECEMATAN MULYOREJO


MENGGUNAKAN SOFTWARE ILWIS

Dosen pengajar : Dra. Thin Soedarti, CESA.


Febri Eko Wahyudianto, S.T., M.T.

Oleh:
Kelompok 9

Muhammad Abid Fathin 081811133045


Fadhilah Amani Rindawan 081811133046
Devi Ana 081811133048
Amiratudz Dzakiyah Al-Ula 081811133049
Dwi Yunirahmayanti 081811133050

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK LINGKUNGAN


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peningkatan jumlah penduduk yang diikuti oleh perubahan gayahidup
masyarakat telah memunculkan berbagai indikasi yang mengarah pada krisis
lingkungan. Pada satu sisi pertambahan jumlah kota-kota modern menengah dan
besar di berbagai wilayah tanah air merupakan fenomena positif sebagai dampak
dari kemajuan ekonomi.Namun sulit dipungkiri bahwa kemajuan tersebut
membawa efek samping bagi kelestarian lingkungan hidup. Meningkatnya tingkat
kebutuhan akibat pertambahan jumlah penduduk yang disertai oleh perubahan gaya
hidup secara kumulatif menciptakan masyarakat konsumtif yang potensial menjadi
faktor penyebab rusaknya lingkungan hidup. Tumpukan sampah akibat gaya hidup
komsumtif menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir seluruh negara di dunia.
Tidak hanya di negara-negara berkembang, tetapi juga di negara-negara maju,
sampah selalu menjadi masalah terutama di kota-kota besar. Rata-rata setiap
harinya kota-kota besar di Indonesia menghasilkan puluhan ton sampah. Sampah-
sampah itu diangkut oleh truk-truk khusus dan dibuang atau ditumpuk begitu saja
di tempat yang sudah disediakan tanpa diapa-apakan lagi. Dari hari ke hari sampah
itu terus menumpuk dan terjadilah bukit sampah seperti yang sering kita lihat.
Apabila tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan terjadinya
peningkatan volume tumpukan sampah. Peningkatan jumlah tumpukan sampah
secara tidak langsung menimbulkan dampak negatif. Ditinjau dari segi
keseimbangan lingkungan, kesehatan, keamanan danpencemaran, apabila sampah
tidak dikelola dengan baikdapat menimbulkan berbagai gangguan antan lain: 1)
sampah dapat menimbulkan pencemaran udara karena mengandung gas-gas yang
terjadi danrombakan sampah berbau yang tidak sedap, 2) sampah yang bertumpuk-
tumpuk dapat menimbulkan kondisi dari segi fisik dan kimia yang tidak sesuai
dengan lingkungan normal, yang dapat mengganggu kehidupan di lingkungan
sekitarnya; 3) di sekitar daerah pembuangan sampah akan terjadi kekurangan
oksigen. Keadaan ini disebabkan karena selama proses peromabakan sampah
menjadi senyawa-senyawa sederhana diperlukan oksigen yang diambil dari udara
di sekitamya. Kekurangan oksigen dapat menyebabkan kehidupan flora dan fauna
menjadi terdesak; 4) gas-gas yang dihasilkan selama degradasi (pembusukan)
sampah dapat membahayakan kesehatan karena proses pembusukan mengeluarkan
gas beracun; 5) dapat menimbulkan berbagai penyakif terutama yang dapat
ditularkan oleh lalat atau seranngga lainya, binatang-binatang seperrti tikus dan
anjing; dan 6) secara estetika sampah tidak dapat digolongkan sebagai
pemandangan yang nyaman untuk dinikmati (Hadiwiyoto dalam Santoso, 2016: 2).

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada Pemetaan Tempat Pembuangan Sampah Ilegal di
Kecematan Mulyorejo Berbasis SIG antara lain :
1. Bagaimana Persebaran Tempat Pembuangan Sampah Ilegal di Kecematan
Mulyorejo?
2. Apa dampak yang terjadi dengan adanya Tempat Pembuangan Sampah Ilegal?

1.3 Tujuan
Tujuan pada Pemetaan Tempat Pembuangan Sampah Ilegal di Kecematan
Mulyorejo Berbasis SIG antara lain:
1. Dapat menganalisis Pesebaran Tempat Pembuangan Sampah Ilegal di
Kecematan Mulyorejo
2. Dapat mengetahui dampak terjadi dengan adanya Tempat Pembuangan
Sampah Ilegal
BAB II
TUJUAN PUSTAKA

2.1 Sampah
Sampah adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh
pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi bagi sebagian orang masih bisa dipakai jika
dikelola dengan prosedur yang benar (Panji Nugroho, 2013). Penumpukan sampah
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah volume sampah yang sangat
besar sehingga malebihi kapasitas daya tampung tempat pembuangan sampah akhir
(TPA). Pengelolaan sampah yang terjadi selama ini dirasakan tidak memberikan
dampak positif kepada lingkungan, dan kuranganya dukungan kebijakan dari
pemerintah.
Menurut Prof. Dr. Ir. Ign. Suhatro dalam buku Limbah Kimia (2011)
mengatakan pemerintah belum begitu serius dalam memikirkan masalah sampah
ini. Meski pemerintah sudah melakukan beberapa terobosan namun di beberapa
tempat pembuangan sementara (TPS) gunungan sampah masih sangat mengganggu
masyarakat dan masih menjadi perhatian. Permasalahan sampah merupakan hal
yang krusial (sulit terselesaikan). Bahkan, dapat diartikan sebagai masalah
kultural/kebiasaan karena dampaknya mengenai berbagai sisi kehidupan, terutama
di kota besar. Setiap harinya sekitar 6000 ton sampah dihasilkan di kota Jakarta.
Oleh sebab itu bila tidak ditangani secara benar, maka akan menimbulkan dampak
seperti pencemaran air, udara, dan tanah yang mengakibatkan sumber penyakit.
Pengolahan sampah membutuhkan lahan sebagai tempat pembuangan akhir (TPA).
Mengutip dari buku Panduan Membuat Pupuk Organik Cair (Panji Nugroho, 2013)
Sampah sebagai barang yang masih bisa dimanfaatkan tidak seharusnya
diperlakukan sebagai barang yang menjijikan, melainkan harus dapat dimanfaatkan
sebagai bahan mentah atau bahan yang berguna lainnya. Seharusnya pengolahan
sampah harus dilakukan dengan efisien dan efektif, yaitu sebisa mungkin dekat
dengan sumbernya, seperti dilingkungan RT/RW, sekolah, dan rumah tangga
sehingga jumlah sampah dapat dikurangi. Pengelolaan sampah diantaranya dapat
dimanfaatkan menjadi kompos organik yang didalamnya terkandung unsur hara
yang dibutuhkan tanaman, perbaikan struktur tanah dan zat yang dapat mengurangi
bakteri yang merugikan dalam tanah. Pupuk organik biasanya tidak meninggalkan
residu/sisa dalam tanaman sehingga hasil tanaman akan aman bila dikonsumsi
(Tresna Sastrawan, 2014).

2.2 Jenis-jenis Sampah


Menurut Panji Nugroho dalam buku Panduan Membuat Pupuk Kompos cair
(2013), jenis-jenis sampah dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, antara
lain:
a) Sampah padat
Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan
sampah cair. Dapat berupa 9 sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas
dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi sampah
organik dan sampah anorganik.
b) Sampah cair
Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan
kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.
c) Sampah alam
Sampah alam Yaitu sampah yang ada oleh proses alam yang dapat di daur
ulang alami, seperti halnya daun-daunan kering di hutan yang terurai
menjaditanah . Di luar kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi
masalah, misalnya daun-daun kering di lingkungan pemukiman
d) Sampah manusia
Sampah manusia (human waste) adalah istilah yang biasa digunakan terhadap
hasil-hasil pencernaan 7 manusia, seperti feses dan urin. Sampah manusia
dapat menjadi bahaya serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai
vektor (sarana perkembangan) penyakit yang disebabkan virus dan bakteri.
Salah satu perkembangan dalam mengurangi penularan penyakit melalui
sampah manusia dengan cara hidup yang higenis dan sanitasi. Termasuk
didalamnya adalah perkembangan teori penyaluran pipa (plumbing).
e) Sampah konsumsi
Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh manusia(pengguna
barang), dengan kata lain adalah sampah hasil konsumsi sehari-hari. Ini adalah
sampah yang umum, namun meskipun demikian, jumlah sampah kategori ini
masih jauh lebih kecil dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari
proses pertambangan dan industri.
f) Sampah Industri
Sampah industri adalah bahan sisa yang dikeluarkan akibat proses proses
industri. Sampah yang dikeluarkan dari sebuah industri dangan jumlah yang
besar dapat dikatakan sebagai limbah.

2.3 Tempat Pembuangan Sampah


Tempat pembuangan sampah (TPS) sementara merupakan sarana yang harus
dimiliki oleh setiap daerah di Indonesia. Tempat pembuangan Sampah (TPS)
sementara yang baik, wajib dipenuhi apabila pemerintah daerah hendak
menanggulangi masalah sampah di daerahnya. Peran Tempat pembuangan Sampah
(TPS) Sementara sangat penting bagi masyarakat maupun bagi pemerintah dalam
menjaga kebersihan lingkungan karena sebelum sampah dibuang ke tempat
pembuangan akhir (TPA), maka terlebih dahulu diangkut ke tempat penampungan
sampah (TPS) sementara, sehingga memudahkan masyarakat untuk membuang
sampah (Paramitha, 2017).

2.4 Sistem Informasi Geografis (SIG)


Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem komputer yang digunakan
untuk mengumpulkan, memeriksa, mengintegrasikan, dan menganalisa informasi-
informasi yang berhubungan dengan permukaan bumi. Pada dasarnya, istilah sistem
informasi geografi merupakan gabungan dari tiga unsur pokok yaitu sistem,
informasi, dan geografi. Dengan demikian, pengertian terhadap ketiga unsur-unsur
pokok ini akan sangat membantu dalam memahami SIG. Dengan melihat unsur-
unsur pokoknya, maka jelas SIG merupakan salah satu sistem informasi. SIG
merupakan suatu sistem yang menekankan pada unsur informasi geografi. Istilah
“geografis” merupakan bagian dari spasial (keruangan). Kedua istilah ini sering
digunakan secara bergantian atau tertukar hingga timbul istilah yang ketiga,
geospasial. Ketiga istilah ini mengandung pengertian yang sama di dalam konteks
SIG. Penggunaan kata “geografis” mengandung pengertian suatu persoalan
mengenai bumi: permukaan dua atau tiga dimensi. Istilah “informasi geografis”
mengandung pengertian informasi mengenai tempat-tempat yang terletak di
permukaan bumi, pengetahuan mengenai posisi dimana suatu objek terletak di
permukaan bumi, dan informasi mengenai keterangan-keterangan (atribut) yang
terdapat di permukaan bumi yang posisinya diberikan atau diketahui (Prahasta,
2002).

2.5 Manfaat Sistem Informasi Geografis


Fungsi SIG adalah meningkatkan kemampuan menganalisis informasi spasial
secara terpadu untuk perencanaan dan pengambilan keputusan. SIG dapat
memberikan informasi kepada pengambil keputusan untuk analisis dan penerapan
database keruangan (Prahasta, 2002). SIG mampu memberikan kemudahan
kemudahan yang diinginkan. Dengan SIG kita akan dimudahkan dalam melihat
fenomena kebumian dengan perspektif yang lebih baik. SIG mampu
mengakomodasi penyimpanan, pemrosesan, dan penayangan data spasial digital
bahkan integrasi data yang beragam, mulai dari citra satelit, foto udara, peta bahkan
data statistik. SIG juga mengakomodasi dinamika data, pemutakhiran data yang
akan menjadi lebih mudah (Swastikayana, 2011)..

2.6 Pemetaan
Pemetaan yaitu tahapan yang harus dilakukan dalam pembuatan peta. Langkah
awal pemetaan yang dilakukan yaitu pengumpulan data, dilanjutkan dengan
pengolahan data dan penyajian dalam bentuk peta (Juhadi dan Liesnoor, 2001).
Terdapat 3 tahap proses yang harus dilakukan dalam melakukan pemetaan,
antara lain (Permanasari, 2007):
1. Tahap Pengumpulan Data
Data merupakan suatu bahan yang diperlukan dalam proses pemetaan. Data yang
dipetakan dapat berupa data primer atau data sekunder. Data yang dapat
dipetakan adalah data yang bersifat spasial, artinya data tersebut terdistribusi
atau tersebar secara keruangan pada suatu wilayah tertentu. Pada tahap ini data
yang telah dikumpulkan kemudian dikelompokkan dahulu menurut jenisnya
seperti kelompok data kualitatif atau data kuantitatif.
2. Tahap Penyajian Data
Tahap ini merupakan upaya melukiskan atau menggambarkan data dalam bentuk
simbol, supaya data tersebut menarik, mudah dibaca dan dimengerti oleh
pengguna (users). Penyajian data pada sebuah peta harus dirancang secara baik
dan benar supaya tujuan pemetaan dapat tercapai.
3. Tahap Penggunaan Peta
Tahap penggunaan peta merupakan tahap penting karena menentukan
keberhasilan pembuatan suatu peta. Peta yang dirancang dengan baik akan dapat
digunakan atau dibaca dengan mudah. Pengguna harus dapat membaca peta dan
memperoleh gambaran informasi sebenarnya dilapangan (real world).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu


Penelitian Sistem Informasi Geografis ini dilaksanakan pada tempat dan waktu
sebagai berikut:
3.1.1 Tempat
Lokasi penelitian ini terletak di Kecamatan Mulyorejo dengan titik
koordinat 7°16'00.5"S 112°47'18.4"E

Gambar 3.1 Peta Kecamatan Mulyorejo


(Sumber: Google Earth, 2019)
3.1.2 Waktu
Data yang digunakan merupakan peta Kecamatan Mulyorejo pada tanggal
14 November 2019.
Ruang 124

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang dibutuhkan pada Penelitian Sistem Informasi Geografis
sebagai berikut:
Landsat, atribute, Google Earth, peta Kecamatan Mulyorejo, seperangkat
komputer untuk pengelolaan data dan penulisan laporan, dan aplikasi ilwis.

3.3 Prosedur Kerja


Pengolahan data dilakukan dengan memetakan seluruh wilayah daerah
Kecamatan Mulyorejo dengan menggunakan software ILWIS.
1. Tahap pertama adalah dilakukannya pengimport landsat yang telah didownload.

2. Buat Georefrence dengan cara mengklik file  Create  Coordinat System,


kemudian tentukan tipe Ellipsoid yang akan dipergunakan, Klik Ellipsoid,
gunakan Indonesian 1974 klik OK.

3. Kemudian lakukan pemilihan Datum dan pilih Indonesian 1974 klik OK.
Lakukan uncheck untuk Northern Hemisphere dan isi kotak zona dengan 48,
diakhiri dengan klik OK. Pada proses tersebut telah selesai dilakukan maka
akan terbentuk file koordinat system baru dengan nama Latlon Surabaya.
4. Buat Georefrence baru dengan cara mengklik file  Create  Coordinat
System, kemudian tentukan tipe Ellipsoid yang akan dipergunakan, Klik
Ellipsoid ,gunakan WGS84 klik OK.

5. Kemudian lakukan pemilihan Datum dan pilih WGS 1984 klik OK. Lakukan
uncheck untuk Northern Hemisphere dan isi kotak zona dengan 48, diakhiri
dengan klik OK. Pada proses tersebut telah selesai dilakukan maka akan
terbentuk file koordinat system baru dengan nama utm48s_wgs84.
6. Konversi koordinat latlon ke utm dengan mengklik Operations  Vector
Operations  Coordinates  Transform Coordinates

7. Pilih Latlon_Surabaya pada Input Coordinate system dan pilih utm_wgs1984


pada Output coordinate system
8. Proses selanjutnya yaitu koreksi geometrik dengan metode tie point. Metode tie
point ini diawali dengan memilih file pada menu bar dan memilih create
Georeference. Berikan nama Georeference utm49s_wgs84_recdan kemudian
pilih GeoRef Tiepoints. Selanjutnya pilih koordinat sistem yang sesuai dengan
yang telah dibuat yaitu utm49s_wgs84. Background Map yang digunakan
yaitu Latlon_Surabaya, selanjutnya klik OK dan tampilan akan menjadi seperti
ini.
9. Langkah selanjutnya yaitu mengimport data tempat pembuangan sampah ilegal
di Kecamatan Mulyorejo dengan mengklik File --> Import --> Table

10. Pilih file data_tps.csv kemudian klik next --> Import Method gunakan Ilwis
import , kemudian klik next --> Table Format gunakan Comma delimited,
kemudian klik next --> pada column detail ubah domain name dari string
menjadi class, ubah new domain dari no menjadi yes, berikan nama domain
menjadi data_survey, kemudian pilih next --> gunakan nama data_tps untuk
nama outputnya
11. Pada file data_tps lakukan klik kanan, pilih table operations --> table to pointmap.
Tampilan selanjutnya adalah widow table to point map, X column dengan column 1 (koordinat X)
dan Y column dengan column 2 (koordinat Y). Ubah coordinate system menjadi utm48s_wgs48.
Berikan nama peta yang akan dihasilkan menjadi data_tps_point kemudian klik show.

12. Lakukan overlay dengan peta landsat. Pilih add layer --> maplist data_tps
--> pilih OK --> pilih show map list menjadi color composite.
BAB IV
PEMBAHASAN

.4.1 Persebaran Tempat Pembuangan Sampah Ilegal di Kecematan Mulyorejo


Tempat pembuangan sampah llegal di Kecematan Mulyorejo terhitung sangat
sedikit, dikarenakan TPS yang disediakan oleh pemerintah sudah sangat cukup
untuk Kecamatan Mulyorejo. Setelah dilakukan adanya survei, hanya terdapat dua
data tempat pembuangan sampah ilegal di Kecematan Mulyorejo. Tempat
pembuangan sampah ilegal tersebut terdapat pada titik koordinat 7°15'53.4"S
112°46'47.1"E dan 7°15'15.3"S 112°46'41.8"E.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, menurut keterangan warga adanya


tempat pembuangan sampah ilegal dikarenakan ketidaksadaran masyarakat itu
sendiri. Sampah yang terkumpul pada tempat pembuangan ilegal ini selanjutnya
dibakar oleh warga setempat untuk menghindari bau busuk dan penumpukan
sampah. Aktivitas membakar sampah jelas bukan merupakan cara pengelolaan
sampah yang tepat. Menurut warga, orang-orang yang terlibat dalam membuang
sampah di TPS ilegal mencakup warga sekitar maupun orang yang sedang melintas
di jalan sekitar Mulyorejo. Hal ini dikuatkan oleh hasil pengamatan di lokasi bahwa
orang yang membuang sampah merupakan warga yang berasal dari daerah lain
yang lewat hendak berpergian dengan membawa sampah dan dibuang ke TPS
ilegal.
4.2 Dampak Yang Terjadi Dengan Adanya Tempat Pembuangan Sampah
Ilegal
Sebagaian masyarakat Mulyorejo masih mempunyai persepsi bahwa dampak
dan permasalahan sampah hanya berupa permasalahan estetika, seperti bau yang
tidak sedap, pemandangan yang terganggu, dan perasaan tidak nyaman melewati
tempat yang banyak sampahnya. Dampak adanya sampah sangatlah berpengaruh
bagi makhluk hidup. Sampah dapat berdampak kepada kredibilitas pemerintah,
sosial kemasyarakatan, lingkungan, kesehatan, ekonomi, dan dapat menjadi
penyebab timbulnya suatu penyakit. Dampak dari pembuangan sampah yang tidak
sesuai ketentuan dapat menyebabkan terhambatnya penciptaan lingkungan yang
baik dan sehat. Sampah yang menumpuk dan berserakan akan menimbulkan bau
yang menyengat bagi setiap masyarakat. Masyarakat sendiri sering melakukan
pembakaran sampah yang tidak sadar akan menimbulkan asap yang menyebabkan
pencemaran udara.
Menurut World Health Organization (WHO), pencemaran lingkungan akibat
pembuangan sampah industri dan sampah rumah tangga sembarang yang dihasilkan
sangatlah merugikan manusia, baik langsung dan tidak tidak langsung. Dampak
sampah tersebut berupa:
1. Dampak bagi kesehatan
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai merupakan tempat yang
cocok bagi beberapa ornganisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat
dan anjing yang dapat menimbulkan penyakit. Potensi behaya kesehatan yang dapat
di timbulkan adalah sebagai berikut:
a. Penyakut diare, kolera, tifus, menyebar dengan cepat karena virus yang berasal
dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum.
b. Penyakit jamur dapat menyebar misalnya jamur kulit.
c. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya
adalah suatu penyakitr yang dijangkitkan oleh cacing pita. Cacing ini
sebenarnya masuk ke dalam pencernaan binatang ternak melalui makananya
berupa sisa makanan/sampah.
d. Sampah beracun seperti sampah buangan limbah pabrik yan memproduksi
bakteri dan akumulator.
2. Dampak terhadap lingkungan
Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase/sungai dapat mencemari
air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan
lenyap hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian
sampah yang dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas cair
organik, seperti metaba. Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi
tinggi dapat meledak.
3. Dampak terhadap keadaan sosial dan ekonomi.
a. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang
kurang menyenangkan bagi masyarakat, seperti bau yang tidak sedap dan
pemandangan yang buruk karena sampah yang bertebaran dimana-mana.
b. Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan.
c. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat
kesehatan masyarakat. Hal penting disini meningkatnya pembiayaan secara
langsung (untuk mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak langsung
(tidak

Maka dari itu, pemerintah telah menyediakan TPS di setiap wilayah agar semua
masyarakat dapat membuang sampah pada tempatnya, bukan pada tempat
pembuangan sampah yang ilegal.
BAB V
KESIMPULAN

Kesimpulan dari makalah pemetaan Tempat Pembuangan Sampah ilegal di


Kecematan Mulyorejo menggunakan software ILWIS adalah sebagai berikut:
1. Tempat pembuangan sampah ilegal di Kecematan Mulyorejo terdapat pada
titik koordinat 7°15'53.4"S 112°46'47.1"E dan 7°15'15.3"S 112°46'41.8"E
2. Dampak dari pembuangan sampah yang tidak sesuai ketentuan dapat
menyebabkan terhambatnya penciptaan lingkungan yang baik dan sehat
DAFTAR PUSTAKA

A. Tresna Sastrawijaya. 2014. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta.


Hadiwiyoto. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Jakarta: Yayasan
Idayuri
Ign. Suharto, Prof DR, 2011. Limbah Kimia Dalam Pencemaran Udara dan Air.
Jakarta
Juhadi dan Liesnoor, Dewi. 2001. Desain dan Komposisi Peta Tematik. Semarang:
Universitas Negeri Semarang.
Nugroho Panji, 2013. Panduan Membuat Kompos Cair. Jakarta: Pustaka baru Press
Paramitha, Praditsya. 2017. Penentuan Lokasi Alternatif Tempat Penampungan
Sementara (TPS) Sampah di Kabupaten Klaten dengan Metode Set Covering.
Jurusan Teknik Industri. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Permanasari, Intan. 2007. Aplikasi SIG Untuk Penyusunan Basisdata Jaringan
Jalan Di Kota Magelang. Semarang: Program Survey dan Pemetaan Wilayah
Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.
Prahasta, Eddy. 2002. Sistem Informasi Geografis: Konsep-Konsep Dasar
Informasi Goegrafis. Bandung: Informatika Bandung.
Swastikayana, I Wayan Eka. 2011. Sistem Informasi Geografis Berbasis Web Untuk
Pemetaan Pariwisata Kabupaten Gianyar. Yogyakarta: Jurusan Teknik
Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional
”Veteran” Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai