Bab I-6

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 59

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Limbah merupakan sampah sisa produksi yang mengandung bahan –

bahan yang dapat menimbulkan polusi dan dapat menganggu kesehatan. Pada

umumnya sebagian orang mengatakan bahwa sampah adalah bahan yang

tidak berguna dan tidak dapat dimanfaatkan kembali yang harussegera

dibuang. Jika pembuangan dilakukan secara terus menerus makaakan

menimbulkan penumpukan sampah. Penumpukan sampah inilah yang dapat

menimbulkan penyakit dan menimbulkan polusi jika tidak segera di olah.

Sampah bukanlah suatuhal yang harus dibuang tanpa guna, kerena dengan

pengolahan dan pemanfaatan secara baik, maka sampah akan menjadi barang

yang lebih berguna dari sebelumnya. Limbah atau sampah terdiri dari 2 jenis,

yaitu limbah organik dan limbahan organik.

Limbahorganik yang dihasilkan dari hari kehari selalu bertambah.

Jumlah penduduk Indonesia sebanyak 220 juta, dan produksi sampah organic

setiap harinya sebanyak 110.000 ton atau 40.150.000 ton per tahun. Jika

sampah sebanyak ini tidak diolah, maka akan menimbulkan banyak masalah

terutama pencemaran lingkungan (Sofian, 2006).

Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat

tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai

ekonomi. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/1999 Jo. PP


1 suatu buangan dari suatu usaha
85/1999, limbah di defenisikan sebagai “sisa
2

dan / atau kegiatan manusia. ”Berdasarkan sumber penghasilannya, limbah

berasal dari berbagai jenis kegiatan seperti perumahan, industri, pertanian,

dan perkebunan. (Sumantri ,2015,p.85).

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik

industry maupun domestik (rumah tangga). Dimana masyarakat bermukim,

disanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus

(black water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestic lainnya

(grey water). (Faishal, 2016, p.83).

Kompos merupakan salah satu pupuk organic yang memiliki

beberapa keunggulan dibandingkan pupuk sintetis. Pupuk organic

mempunyai berbagai manfaat antara lain meningkatkan kesuburan tanah,

memperbaiki kondisi kimia, fisika dan biologis tanah, aman bagi manusia

dan lingkungan, dan meningkatkan produksi pertanian (Musnamar, 2003).

mempercepat proses pengomposan agar tidak membutuhkan waktu yang

lama untuk menjadi kompos.

Limbah merupakan benda yang tidak diperlukan dan dibuang, limbah

pada umumnya mengandung bahan pencemar dengan konsentrasi bervariasi.

Bila dikembalikan kealam dalam jumlah besar, limbah ini akan terakumulasi

di alam sehingga mengganggu keseimbangan ekosistem Alam. Penumpukan

limbah di alam menyebabkan ketidak seimbangan ekosistem tidak dikelolah

dengan baik. Pengelolahan limbah ini merupakan upaya merencanakan

melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi pendayagunaan limbah, serta

pengendalian dampak yang ditimbulkannya Limbah merupakan konsekuensi

dari adanya aktivitas manusia dan setiap aktivitas manusia pasti


3

menghasilkan sampah. Jumlah atau volume limbah sebanding dengan tingkat

konsumsi terhadap barang atau material yang kita gunakan sehari-hari.

Pengertian sederhana dengan istilah sampah adalah padatan yang sudah tidak

terpakai lagi dan dibuang. Sampah dapat berasal dari kegiatan kita sehari-

hari atau berasal dari industri, tempat-tempat komersial, pasar, taman dan

kebun, dan lainya. Masalah limbah sangat terkait dengan pertambahan

penduduk, pertumbuhan ekonomi dan perubahan pola konsumsi masyarakat.

Pada tahun 2017 jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 261,89 juta

jiwa meningkat dibanding tahun 2000 yang sebesar 206,26 juta jiwa.

Menurut KLHK dan Kementrian Perindustrian tahun 2016, jumlah timbul

sampah di Indonesia sudah mencapai 65,2 juta ton pertahun. (Badan Pusat

Statistik, 2018).

Pengkajian terhadap perilaku Masyarakat Indonesia menunjuk kan

bahwa, masyarakat di Indonesia memiliki karakter dan perilaku yang buruk

tentang sampah, yakni dengan sikap membuang sampah sembarangan. Sikap

dan karakter ini tidak mengenal status sosial atau puntingkat pendidikan.

(Wibisono &Dewi, 2014).

Berkaitan dengan lingkungan, sampah memberikan dampak yang

luas missal terjadinya pencemaran lingkungan, solusi dengan adanya tempat

pembuangan akhir sampah (TPA) seringkali mengalami kendala, baik fisik ,

maupun non fisik, misalnya masalah sosial, ekonomi, pemeliharaan dan lain

sebagainya. (Sukroriniet.al,2014). Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan

oleh Ahmed et.al (2015), bahwa pengembangan pemantauan dalam hal

pengelolahan dan koservasi ekosistem sungai perlu dilakukan mengingat


4

hasil penelitian pada sungai di suatu daerah menunjukkan kondisi kekeruhan,

DO, BOD, COD dan Feberada dalam taraf yang tidak dapat diterima sesuai

dengan standar WHO.

Kebiasaan masyarakat membuang limbah organik tentu sangat

berbahaya terhadap kualitas lingkungan hidup tersebut di masa depan, karena

limbah organik dapat memberikan dampak negative bagi masyarakat

terutama dampak berupa pencemaran lingkungan. Menurut Santoso (2009)

lokasi sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak

terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan

menarik bagi berbagai binatang penyebab penyakit. Menurut Wambui et.al

(2015), Lebih jauh Wibisono dan Dewi mengungkapkan bahwa sebenarnya

sampah adalah bahan yang terbuang dan dibuang dari suatu sumber aktivitas

yang dihasilkan manusia, juga dapat diartikan sebagai hasil dari aktivitas

proses-proses alam yang sudah tidak mempunyai nilai ekonomi, atau

diartikan sebagai barang yang memilki nilai ekonomi negatif. Berkaitan

dengan hal tersebut, apabila penanganan sampah tidak diperhatikan oleh

berbagai pihak maka akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan yang

kondisinya semakin memburuk, karena masalah sampah terhadap lingkungan

bukan hanya tugas dari pemerintah setempat. (Mutaqin dan Heru,2010).

Dari data dunia didapatkan jumlah sampah an organik sebanyak 44% dari

seluruh jumlah sampah. Sedangkan menurut LSM mencatat sebanyak 3 juta

sampah an organik. Dan Provinsi sumatra barat dihasilkan sebanyak 35,92

ton pertahun. Dinas lingkungan hidup mencatat jumlah timbunan di

kabupaten Agam sebanyak 147,69 ton per tahun.


5

Kebersihan lingkungan dapat meningkatkan kesehatan masyarakat.

Salah satu upaya untuk meningkatan kebersihan adalah peningkatan

pelayanan air bersih, disamping itu perlu diadakan perbaikan pengelolahan

pembuangan kotoran manusia (tinja), yang dapat diupayakan dengan

memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya kebersihan

lingkungan dan manfaatnya untuk kesehatan. (Herlambang, 2006).

Hasil penelitian lain terhadap masyarakat di sebuah desa, menunjukkan

bahwa semakin meningkatnya pengurangan sampah (reduce) semakin

meningkat pula kesehatan masyarakat. (Anatolia, 2015). Lebih lanjut

Anatolia menyebutkan bahwa partisipasi masyarakat dan adanya organisasi

masyarakat dalam mengolah sampah akan memberikan dampak social yang

positif. Sehingga masyarakat akan mendapat keuntungan secara tidak

langsung dari penurunan biaya pengobatan anggota keluarga yang sakit, serta

akan menjadikan lingkungan bersih dan sehat. Sejalan dengan penelitian

tersebut, Mutaqin dan Heru (2010) memberikan gambaran bahwa kondisi

masyarakat setelah diberi pelatihan dan pemahaman pengelolahan sampah

terpadu, menunjukkan hasil yang positif terhadap wawasan masyarakat

terhadap lingkungan hidup.

Pengelolahan sampah telah menjadi perhatian baru yang mendesak

untuk segera di atasi, karena tidak adanya pengelolahan sampah yang baik

akan menjadi penyebab terjadinya ketidak seimbangan lingkungan yang tidak

diharapkan dan menimbulkan pencemaran. (Wibisono dan Dewi,2014).

Berkenaan dengan pengolahan sampah, penelitian dari Supraptoet.al,

2017 menunjukkan bahwa dengan dilakukannya sosialisasi pengelolahan


6

sampah rumah tangga, menurut Sustainable Waste Indonesia (SWI)

memprediksi sekitar 245.000 Metrik Ton (MT) limbah,sehingga indonesia di

penuhi sekitar enam juta hingga 245 juta kilogram limbah dan sampah ini

tergolong sulit terurai.

Diperkirakan sampah ini akan terus bertambah dan diprediksikan pada

tahun 2025 akan mencapai 4,3 miliar penduduk perkotaan yang menghasilkan

sekitar 1,42kg perorang perhari sampah kota (2,2 miliar ton pertahun). Tahun

2025 perkiraan jumlah penduduk Indonesia adalah sebesar 284.829.000 orang

atau bertambah 23.713.544 dari tahun 2016. Jika diasumsikan jumlah sampah

yang dihasilkan per tahun adalah sama maka jumlah sampah yang akan bertambah

adalah sebesar 5.928.386 ton (tahun 2016 jumlah timbulan sampah di Indonesia

mencapai 65.200.000 ton per tahun dengan penduduk sebanyak 261.115.456

orang (Badan Pusat Statistik, 2018).

Data dari Dinas Lingkungan Hidup Bukittinggi (DLH) tahun 2018

menyebutkan dari hasil analisa jumlah timbulan sampah di Kota Bukittinggi yaitu

119,61 ton/hari dengan karakteristik sampah yang sebagian besar terdiri dari

sampah padat seperti popok bayi (diapers) yang berasal dari sampah rumah

tangga.

Dampak negative sampah Pembuangan sampah yang tidak memenuhi

persyaratan dapat menimbukan dampak negatif pada berbagai segi kehidupan

maupun lingkungan. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pemanfaatan Limbah Organik Menjadi

Kompos.”
7

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian diatas maka perumusan masalah dalam penelitian

ini adalah “Telaah jurnal tentang proses pengolahanLimbah Organik Menjadi

Kompos”

C. Tujuan

1. TujuanUmum

Untuk mengetahui bahwa limbah organik dapat dimanfaatkan menjadi kompos.

2. TujuanKhusus

a. Studi literatur review untuk mengetahui berapa standar PH dalam

proses pengomposan limbah organik menjadi Kompos

b. Studi literatur review untuk mengetahui suhu kompos selama 30 hari

dengan studi literature

c. Studi literatur review untuk mengetahui warna Kompos dalam proses

pengomposan.

d. Studi literatur review untuk mengetahui lamanya waktu proses

pengomposan limbah organik tersebut menjadi Kompos.


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Limbah

Berdasarkan keputusan Menperindag RI No.231/MPP/Kep/7/1997

Pasal 1 Tentang Prosedur Impor Limbah, menyatakan bahwa limbah adalah

bahan/barang sisa atau bekas dari suatu kegiatan atau proses produksi yang

fungsinya sudah berubah dari aslinya.

Sedangkan dalam Dalam PP no.18 tahun 1999 disebutkan bahwa

Pengertian “Limbah adalah sisa suatu kegiatan/usaha”. Dalam pengertian

lain limbah adalah buangan yang dihasilkan dari aktivitas-aktivitas produksi,

baik itu domestic ataupun non-domestik.

Dalam jumlah tertentu limbah berdampak negatif pada lingkungan

utamanya pada kesehatan manusia dan ekosistem hewan dan juga tumbuh-

tumbuhan.Contoh limbah yang berasal dari limbah domestik diantaranya

adalah: kaleng, plastik, kardus, botol bekas, sisa makanan, sisa air deterjen,

popok bayi(diapers), dan lain-lainnya.

Sedangkan, contohlimbah yang berasal dari sektor non-domestik

diantaranya: sisa kain atau zat pewarna industry tekstil, zat pengawet, sisa

olahan pabrik tempe tahu dan sebagainya.Adanya benda buangan ini sering

kali tidak diinginkan masyarakat karena dengan konsentrasi dan kualitas

tertentu dapat mengakibatkan dampak negative terhadap manusia maupun

lingkungan tempat tinggalnya. Saat ini jumlah limbah semakin meningkat

karena hamper seluruh kegiatan manusia menghasilkan benda ini, seperti

8
9

kegiatan industri,

Rumah tangga, transportasi dan lain sebagainya. Melihat kondisi

seperti ini, pengelolaan limbah sangat diperlukan untuk mengatasi berbagai

dampak negatifnya.Limbah lebih identic dengan hal-hal berbau Industri. Hasil

dari proses industri yang sudah tidak terpakai itulah yang disebut limbah

industri. Limbah sebetulnya dapat dimanfaatkan terutama untuk industry

kreatif semacam kerajinan tangan dan sebagainya.Pencemaran lingkungan

(environmental pollution) merupakan suatu dari berbagai faktor yang dapat

mempengaruhi kualitas lingkungan. Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1997

tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 1 ayat (12)

menyebutkan :“Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau

dimasukkannya makhluk hidup zat energi dan/atau komponen lain ke dalam

lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai

ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi

sesuai denganbentukannya.”

Makhluk hidup zat atau energi yang dimasukkan kedalam lingkungan

hidup tersebut biasanya merupakan sisa suatu usaha dan/atau kegiatan

manusia. Sisa suatu usaha dan/atau kegiatan manusia disebut juga limbah.

Karena itu, dapat dikatakan bahwa salah satu penyebab pencemaran

lingkungan adalah sebagai akibat adanya limbah yang dibuang kedalam

lingkungan hingga daya dukungnya terlampaui. Pencemaran lingkungan

tersebut merupakan sumber penyebab terjadinya gangguan kesehatan pada

masyarakat. (Sumantri, 2017, p.174).


10

Contoh limbah yang berasal dari limbah domestic diantaranya adalah:

kaleng, plastik, kardus, botol bekas, sisa makanan, sisa air deterjen dsb

Sedangkan, contoh limbah yang berasal dari sektor non-domestik diantaranya:

sisa kain atau zat pewarna industry tekstil, zat pengawet, sisa olahan pabrik

tempe tahu dan sebagainya.

B. Jenis Limbah Berdasarkan Sumbernya

1. Limbah Domestik

Limbah domestic adalah limbah yang dihasilkan dari sisa kegiatan

rumah tangga, sekolah pasar dan tempat-tempat umum. Contohnya: botol

plastik, sisa makanan, kaleng, air sabun bekas dll.

2. Limbah Non-Domestik

Limbah non-domestik meliputi limbah-limbah yang dihasilkan dari

industri, pabrik, perikanan, peternakan, pertanian, medis dan sabagainya.

C. Jenis Limbah Berdasarkan Wujudnya

1. Limbah Padat

Limbah padat disebut juga dengan sampah yang memiliki wujud padat

dan juga biasanya bersifat kering. Berbedanya dengan jenis limbah lainnya

dimana limbah padat ini tidak dapat menyebar dan juga tidak dapat

berpindah seperti jenis limbah lainnya. Limbah padat ini hanya bisa pindah

atau juga menyebar jika Anda orang yang memindahkannya. Bisa

dikatakan jika Anda bisa dengan mudah untuk menemukan limbah padat

ini disekitar Anda. Contohnya limbah padat adalah sampah plastik, botol
11

bekas, botol kaca, kertas dan masih banyak lagi contoh lainnya.

2. Limbah Cair

Adapun jenis limbah lainnya yaitu jenis limbah cair. Tahukah Anda

jika limbah cairan merupakan jenis limbah yang berasal dari sisa dari

kegiatan yang biasanya berbentuk cairan dan juga sering bercampur dengan

bahan-bahan lainnya yang dengan mudah larut kedalam air.

Bisa dikatakan jika limbah cair ini sering sekali ditemukan dalam

limbah rumah tangga. Contohnya seperti limbah hasil sisa air cucian

pakaian Anda, limbah sisa air tinja, limbah sisa air pewarna yang sering

ditemukan di beberapa pabrik baik itu pabrik tekstil dan juga pabrik

produksi tahu dan tempe, serta masih banyak lagi contoh limbah cair

lainnya.

3. Limbah Gas

Bisa dikatakan jika limbah gas ini tergolong limbah yang berbahaya,

karena limbah gas ini terdiri dari beberapa jenis senyawa kimia yang

tercampur dalam gas. Selain itu limbah gas ini bisa dengan mudah untuk

menyebar karena penyebarannya melalui udara.

Beberapa contoh limbah gas ini berupa limbah nitrogen, limbah freon,

limbah karbon monoksida dan limbah sulfur oksida. Dimana beberapa

contoh limbah ini sangat berbahaya bagi kesehatan apabila dihirup oleh

Anda. Karena bisa mengganggu system pernapasan juga.

4. Limbah Suara
12

Limbah suara ini bisa dikatakan sebagai suatu gelombang bunyi yang

sangat mengganggu karena penyebarannya melalui udara.

D. Jenis Limbah Berdasarkan Senyawanya

1. Limbah Organik

Limbah organic adalah limbah yang mengandung senyawa karbon

yang berasal dari makhluk hidup, seperti kotoran hewan, buah-buahan yang

busuk.

2. Limbah Non Organik.

Limbah ini merupakan limbah yang sangat sulit untuk terurai seperti

kaca, plastik.

3. Limbah B3 (Bahan Bahaya Beracun)

Pengertian Limbah B3 adalah sisa suatu kegiatan/usaha yang

mengandung bahan berbahaya atau beracun yang karena sifat, konsentrasi

atau penjumlahnya dapat merusak dan mencemari sekaligus

membahayakan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Pengurangan limbah ini tentu saja bisa dilakukan dengan beberapa hal.

Salah satunya yaitu dengan cara mengelola limbah tersebut. Beberapa cara

pengelolaan limbah yang bisa Anda lakukanya itu dengan cara daur ulang,

namun tentu saja tidak semua limbah bisa Anda daur ulang.

Anda bisa mendaur ulang seperti limbah berupa plastik, botol plastik,

kaca, kain perca yang bisa dijadikan sebagai benda baru dan kerajinan

tangan. Beberapa limbah ini harus diolah dengan sangat hati-hati karena

jika tidak maka akan sangat membahayakan bagi keselamatan jiwa. Anda
13

bisa mengolahnya dengan cara penyaringan, filtrasi, atau juga dengan

menggunakan teknologi membran yang canggih. Bahkan beberapa limbah

bisa diolah dengan menggunakan proses reduksi-oksidasi atau juga bisa

dengan menggunakan cara aerob dan anaerob.

E. Dampak Limbah

Jika tidak dikelola dengan baik, maka limbah-limbah ini tentu saja

akan berdampak terhadap kehidupan Anda dan juga lingkungan sekitar.

Seperti dampak limbah terhadap manusia, mulai dari terserang dengan

berbagai macam penyakit seperti diare, tifus, gangguan saraf, sesak nafas

hingga juga bisa menyebabkan keracunan yang berujung pada kematian.

Adapun dampak limbah ini terhadap lingkungan mulai dari

terganggunya ekosistem lingkungan sekitar dan apabila limbah cairan yang

mengandung bahan kimia masuk kedalam tanah dan bercampur dengan air

tanah maka akan sangat berdampak pada kesuburan tanah hingga air yang

akan dikonsumsi oleh manusia.

F. Kompos

a. Pengertian kompos

Kompos merupakan pupuk yang berasal dari sisa-sisa bahan organic

yang dapat memperbaiki sifat fisik dan struktur tanah, meningkatkan daya

menahan air, kimia tanah dan biologi tanah. Sumber bahan pupuk kompos

antara lain berasal dari limbah organic seperti sisa-sisa tanaman (jerami,

batang, dahan), sampah rumah tangga, kotoran ternak (sapi, kambing,


14

ayam, itik), arang sekam, abu dapur dan lain-lain (Rukmana, 2007). Pupuk

organic dalam bentuk yang telah dikomposkan atau pun segar berperan

penting dalam perbaikan sifat kimia, fisika dan biologi tanah serta sumber

nutrisi tanaman. Penggunaan kompos/pupuk organik pada tanah

memberikan manfaat diantaranya menambah kesuburan tanah,

memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah dan gembur, memperbaiki

sifat kimiawi tanah, sehingga unsur hara yang tersedia dalam tanah lebih

mudah diserap oleh tanaman, memperbaiki tata air dan udara dalam tanah,

sehingga akan dapat menjaga suhu dalam tanah menjadi lebih stabil,

mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara, sehingga mudah larut oleh

air dan memperbaiki kehidupan jasa drenik yang hidup dalam tanah.

Untuk memperoleh kualitas kompos yang baik perlu diperhatikan

pada proses pengomposan dan kematangan kompos, dengan kompos yang

matang maka frekuensi kompos akan meracuni tanaman akan rendah dan

unsur hara pada kompos akan lebih tinggi disbanding dengan kompos yang

belum matang. (Rukmana,2007). Pengomposan merupakan proses

penguraian bahan organic atau proses dekomposisi bahan organic dimana

didalam proses tersebut terdapat berbagai macam mikrobia yang membantu

proses perombakan bahan organic tersebut sehingga bahan organic tersebut

mengalami perubahan baik struktur dan teksturnya. Bahan organic

merupakan bahan yang berasal dari mahluk hidup baik itu berasal dari

tumbuhan maupun dari hewan. Adapun prinsip dari proses pengomposan

adalah menurunkan C/N bahan organic hingga sama atau hamper sama

dengan nisbah C/N tanah (<20), dengan demikian nitrogen dapat dilepas
15

dan dapat dimanfaatkan oleh tanaman (Indriani, 2002).

Tujuan proses pengomposan ini yaitu merubah bahan organik yang

menjadi limbah menjadi produk yang mudah dan aman untuk ditangan,

disimpan, diaplikasikan kelahan pertanian dengan aman tanpa

menimbulkan efek negative baik pada tanah maupun pada lingkungan pada

lingkungan. Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik

(menggunakan oksigen) atau an aerobik (tidak ada oksigen) (Harada,

1995). Pada dasarnya proses pengomposan secara aerobic lebih cepat

dibandingkan dengan pengomposan secara an aerobik. Pada proses

pengomposan dengan adanya oksigen akan menghasilkan CO2, NH3, H2O

dan panas, sedangkan pada proses pengomposan tanpa adanya oksigen

akan menghasilkan prosuk akhir berupa (CH4), CO2, CH3, sejumlah gas

dan assam organik. Pada proses pengomposan terdapat beberapa faktor

penting yang dapat mempengaruhi kecepatan dalam pengomposan.

Beberapa faktor tersebutyaitu:

1. Nisbah C/N bahan

Pada proses pengomposan nisbah C/N akan sangat mempengaruhi

kecepatan dari pengomposan. Dengan nisbah C/N yang tinggi maka

proses pengomposan akan berlangsung lebih lama dan sebaliknya

apabila nisbah C/N rendah maka proses pengomposan akan lebih cepat.

Adapun nisbah C/N optimum untuk pengomposan yaitu 20-40.

2. Ukuran bahan

Ukuran bahan ini mempengaruhi pada perkenaan bahan terhadap


16

mikro organisme maupun bahan pengomposan yang lain. Bahan organik

yang memiliki ukuran bahan lebih besar akan memperlambat proses

pengomposan sedangkan bahan organik yang memiliki ukuran kecil,

proses pengomposan akan berlangsung lebih cepat (Alienda, 2004).

Sehingga sering kita jumpai dalam pembuatan kompos bahan organik

yang digunakan terlebih dahulu akan dijadikan dalam ukuran kecil atau

dihaluskan.

3. Komposisi bahan

Bahan yang memiliki komposisi yang kadar nitrogennya rendah

akan memperlambat proses pengomposan. Selain itu komposisi bahan

ini juga dilihat dari segi mikro organisme yang terdapat pada bahan

tersebut. Dalam pengelompokan bahan, sisa-sisa tanaman dan binatang

dapat dikategorikan menjadi bahan dengan sumber utama yaitu

karbohidrat, lignin, tannin, glikosida, asam-asamorganik, lemak, resin,

komponen nitrogen, pigmen-pigmen dan bahan-bahan mineral.

Berdasarkan pengelompokan bahan tersebut dapat dikategorikan bahan

yang dapat cepat mengalami dekomposisi dan bahan yang lambat

mengalami dekomposisi. Bagian bahan yang dapat mengalami

dekomposisi dengan cepat diantaranya pati, hemi sellulosa, selulosa,

protein dan bahan yang mudah larutdalam air, sedangkan bahan yang

sukar atau lambat mengalami dekomposisi diantaranya lignin, lilin atau

lemak dan tannin

4. Kelembaban dan aerasi


17

Pada umumnya mikroorganisme dapat bekerja secara optimum yaitu

pada kelembaban 40-60%. Apabila kelembaban terlalu tinggi atau

terlalu rendah maka proses pengomposan akan berlangsung lebih lambat

karena mikroorganisme yang membantu dalam proses pengomposan

tidak bisa berkembang atau mati (Indriani, 2002). Selain kelembaban

aerasi juga perlu diperhatikan dalam proses pengomposan, jika bahan

yang digunakan pada proses pengomposan kering maka proses

pengomposan akan lambat. Selain itu apabila bahan yang digunakan

terlalu basah akan mengakibatkan penguapan air dan kehilangan panas

yang cepat pada saat proses pengomposan berlangsung.

5. Suhu/temperatur

Suhu atau temperature ini berpengaruh terhadap aktivitas

mikroorganisme yang membantu dalam proses pengomposan. Suhu

yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan mikroorganisme akan mati dan

sebaliknya apabila suhu rendah maka aktivitas organisme dalam

pengomposan tersebut belum ada atau belum aktif. Suhu optimal yang

dikehendaki dalam proses pengomposan yaitu 30-50°C. pada awal

proses pengomposan akan terjadi kenaikan suhu yaitu sekitar 55-60°C

sehingga dalam proses pengomposan perlu adanya pembalikan kompos

untuk menghindari suhu yang terlalu tinggi. Setelah proses

pengomposan selesai dan kompos mencapai tingkat kematangan maka

suhu kompos akan menurun. (Indriani,2002)

6. Keasaman bahan

Tingkat keasaman pada proses awal pengomposan biasanya asam


18

dan apabila proses pengomposan berhasil maka pH dari kompos tersebut

akan netral. Adapun standar tingkat keasaman yang terdapat pada proses

pengomposan yaitu 6,5- 7,5 (Indriani,2002).

7. Penggunaan aktivator

Penggunaan activator ini berhubungan dengan orgnisme yang

membantu dalam proses pengomposan. Dengan adanya activator dalam

proses pengomposan akan mempercepat dekomposisi bahan organic

sehingga proses`pengomposan akan berlangsung lebih cepat.

Kompos untuk dapat digunakan dengan aman dan memiliki

kandungan unsur hara yang maksimal dapat ditentukan oleh tingkat

kematangan kompos tersebut. Beberapa pendekatan yang dapat

dilakukan untuk mengetahui tingkat kematangan suatu kompos

diantaranya:

1. Temperatur/suhu

Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung

antara peningkatan suhu konsumsi oksigen, semakin tinggi

temperature akan semakin banyak oksigen dan akan semakin

banyak pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi

dengan cepat pada tumpukan kompos yang berkisar antara 30-60 0C

menunjukkan aktifitas pengomposan yang cepat.

2. RasioC/N

Rasio yang paling efektif untuk pengomposan berkisar antara


19

30:1 hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sember

energi dan menggunakan N sebagai proses fotosintesis protein.

3. Ukuran partikel

Aktifitas mikroba berada di antara permukaan area dan udara.

Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara

mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih

cepat .

4. Aerasi

Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi cukup

oksigen (aerob).

5. Porositas

Porositas adalah ruang di antara partikel di dalam tumpukan

kompos, porositas dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi

dengan volume total.

6. Kelembaban

Kelembaban memegang peranan penting dalam proses

metabolism mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh

pada suplay oksigen.

7. pH

Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar.

pH yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6,5

sampai 7,5.

8. Kandungan hara

Kandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan


20

dan biasanya terdapat dalam kompos

b. Menggunakan Aktivator pengomposan

Menambahkan organisme yang dapat mempercepat prosses

pengomposan ialah :mikroba pendegradasi bahan organic dan vermin

kompos (cacing). Organisme yang sudah banyak di manfaatkan adalah

cacing tanah, proses pengomposan disebut vermin kompos dan kompos

yang dihasikan di kenal dengan sebutan kascing.

Organisme lain yang banyak digunakan adalah mikroba, baik

bakeri. Aktinomicetes maupun kapang/cendawan, saat ini dipasar banyak

sekali beredar aktivor pengomposan, misalnya : Green Phoskko(GP-1) dan

EM4

Peraturan-peraturan yang Berkaitan dengan Limbah

Berikut ini beberapa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan

limbah:

1. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 54 Tahun 2017 tentang

Pengelolaan Limbah dan Zat Kimia Pengoperasian Pesawat Udara

dan BandarUdara

2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.

04/PRT/M/2017 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Sistem

Pengelolaan Air Limbah Domestik

3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No

P.70/MENLHK/SEKJEN/KUM.1/8/2016 Tehun 2016 tentang Baku

Mutu Air Limbah Domestik

4. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.50 Tahun 2016 tentang


21

Pembangunan dan Pengoperasian Fasilitas Pengelola Sampah dalam

Kota/Intermediate Treatment Facility

5. PP No.61 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif

6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 19/PRT/M/2012 Tahun

2012 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Sekitar Tempat

Pemrosesan Akhir Sampah

7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.13 Tahun 2012

tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle Melalui

Bank Sampah

8. PP No. 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah

Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga Peraturan

Menteri Dalam Negeri No.33 Tahun 2010 tentang Pengelolaan

Pesampahan

9. Peraturan direktur Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka

Nomor 23/ILMTA/PER/11/2009 Tahun 2009 tentang Tata Cara

Pemberian Rekomendasi sebagai Importir Produsen Limbah Non

Bahan Berbahaya dan Beracun (NONB3)

10. UU No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pegelolaan

Lingkungan Hidup

11. Permen LH No.30 Tahun 2009 tentang Tata Laksana Perizinan dan

Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

serta Pemulihan Akibat Pencemaran bahan Berbahaya dan Beracun

oleh Pemerintah Daerah

12. Surat Edaran Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Nomor

SE-03/BC/2008 Tahun 2008 tentang Pengeluaran Sisa Hasil


22

Produksi/Limbah (Waste danScrap)

13. UU No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

14. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.252 Thun 2004

tentang Program Penilaian Peringkat Hasil Uji Tipe Emisi Gas

Buang kendaraan Bermotor Tipe Baru

15. Peraturan MENLH No.05 Tahun 2009 tentang Pengolahan Limbah

di Pelabuhan

16. Keputusan MENLH NO.128 Tahun 2003 tentang Tata Cara dan

Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Minyak Bumi dan Tanah

Terkontaminasi oleh Minyak Bumi secara Biologis

17. PP No.18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun

18. Keputusan Menperindag RI No.231/MPP/Kep/7/1997 Pasal 1

Tentang Prosedur Impor Limbah

19. Keputusan Kepala Bapedal No.255/Bapedal/08/1996

tentang Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan

Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas

G. KerangkaKonsep

Kerangka Konsep adalah abstraksi yang berbentuk oleh generalisasi

dari hal-hal yang khusus. Oleh karena konsep merupakan abstraksi, maka

konsep di amati atau di ukur. Konsep hanya dapat di amati dapat diamati

melalui konstruk atau yang lebih dikenal dengan nama variabel. Jadi variabel
23

adalah simbol atau lambang yang menunjukkan nilai atau bilangan konsep.

Variabel adalah suatu yang bervariasi. (Notoatmodjo, 2010 p.100).


24

Berdasarkan teori yang telah diurai, maka peneliti membuat kerangka

teori yang di gambarkan dalam skema berikut :

Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak


lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang
dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi
berbagai macam mikrob dalam kondisi lingkungan
yang hangat, lembap, dan aerobik atau anaerobik
(Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003).

Proses Pengomposan limbah anorganik


a. Siapkan sampah anorganik yang telah di
potong kecil-kecil Pemanfaatan limabah
b. Campurkan sampah anorganik yang sudah anorganikmenjadi
di cacah atau dipotong kompos
c. Siapkan setengah gelas larutan gula atau
100 ml (bisa di buat dari gula pasir dan air
biasa)
d. Siapkan 10 ml larutan bakteri EM 4
e. bahan sampah organik yang sudah
dicampur dengan kotoran kambing
kemudian dicampurkan dengan larutan gula
dan larutanEM4
f. Bahan pupuk kompos yang sudah selesai di
campur, kemudian dimasukkan ke
dalamwadah
g. Untukmendapatkanhasilkomposyangmaksi
mal dan berkelanjutan, sebaiknya
pembuatan pupuk kompos di lakukan
secaraperiodik
25

H. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah kemampuan seorang peneliti dalam

mengaplikasikan pola berpikirnya dalam menyusun secara sistematis teori-

teori yang mendukung permasalahan peneliti.Teori berguna menjadi titik

tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalah

(Notoatmodjo,2010).

0rganik: Anorganik :
Dedaunan dan Limbah 1. Plastik
sayur-sayuran 2. Logam

Pengelolaan limbah
1. Penyimpanan (refuse stroge)
2. Penyimpanan Sampah (refuse
collector)
3. Pembuangan Akhir/

Dampak Limbah:
1. Kesehatan Manusia
2. Lingkungan
3. Keaadaan sosial ekonomi

Pengunaan Mol

1. Suhu
2. kelembapan
Penggunaan EM 4
sebagaiaktivatot
Pupuk kompos cair
26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. DesainPenelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan

menggunakan desain penelitian quasi ekperimenyang bersifat telaah pustaka

(literature review) yang diperoleh dari penelusuran artikel penelitian-

penelitian ilmiah dari rentang tahun 2015-2019 dengan menggunakan data

base Research Gate, Google Schoolar dan Academia. Variabel independen

dalam penelitian ini adalah pengolahan limbah organik oleh pendamping

sedangkan variable dependen adalah pengelolaan limbah menjadi kompos.

Kemudian data yang diperoleh dari telaah pustaka dianalisis menggunakan

teknik criticize oleh penulis dengan memberikan kritik artikel dalam bentuk

suatu pendapat atau opini, bisa setuju atau tidak setuju yang didukung oleh

bukti atau evidence. Data-data yang diperoleh dituangkan kedalam bab- bab

sehingga menjawab rumusan masalah penelitian Kajian pustaka merupakan

bagian penting dalam sebuah penelitian yang kita lakukan. Kajian pustaka

disebut juga kajian literature, atau literature review. Sebuah kajian pustaka

merupakan sebuah uraian atau deskripsi tentang literature yang relevan

dengan bidang atau topik tertentu. Ia memberikan tinjauan mengenai apa

yang telah dibahas atau yang telah dibicarakan oleh peneliti atau penulis,

teori atau hipotesis yang mendukung, permasalahan penelitian yang diajukan

atau ditanyakan, metode dan metodologi yang sesuai.

Kajian literature merupakan alat yang penting sebagai contect

26
27

review, karena literature sangat berguna dan sangat membantu dalam

member konteks dan arti dalam penulisan yang sedang dilakukan serta

melalui kajian literature ini juga peneliti dapat menyatakan secara eksplisit

dan pembaca mengetahui, mengapa hal yang inigin diteliti merupakan

masalah yang memang harus diteliti, baik dari segi subjek yang akan diteliti

dan lingkungan manapun dari sisi hubungan penelitian dengan tersebut

dengan penelitian lain yang relevan. (Afifuddin, 2012).

Pengertian kajian pustaka secara umum adalah bahasan atau bahan-

bahan bacaan yang terkait dengan suatu topic atau temuan dalam penelitian.

Randolf (2009) mendefinisikan kajian literature atau kajian pustaka, “ As an

information analysis and synthesis, focusing on findings and not simply

bibliographic citations, summarizing the substance of the literature and

drawing conclusions from it ” Kajian literature itu merupakan suatu analisis

dan sisntesis informasi, yang memusatkan perhatian pada temuan-temuan

dan bukan kutipan bibliografi yang sederhana, meringkas substansi literature

dan mengambil kesimpulan dari suatu isi literatur tersebut.

Secara singkat, Fraenkel, Wallen, & Hyun (2012) mengemukakan

batasan kajian pustaka atau referensi sebagai berikut. Kajian literature adalah

suatu kajian khazanah pustaka yang mendukung pada masalah khusus dalam

penelitian yang sedang kita kerjakan. Kajian ini sangat berguna bagi peneliti,

misalnya untuk memberikan gambaran masalah yang akan diteliti,

memberikan dukungan teoritis konseptual bagi peneliti, dan selanjutnya

berguna untuk bahan diskusi atau pembahasan dalam penelitian. Disamping


28

itu, kajian pustaka ataua literaur dapat membimbing peneliti untuk

menyusun suatu hipotesis penelitian yang dikerjakannya.

B. Kriteria Literatur Review

1. Kriteria Inklusi

a. Literatur Review ditulis dengan menggunakan bahasa Indonesia /

bahasa Inggris

b. Artikel penelitian dipublikasikan pada tahun 2015-2019

c. Merupakan hasil analisis dan penelitian

d. Berisi tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan penggelolaan

limbah organik menjadi kompos

2. Kriteria Eksklusi

a. Artikel penelitian dipublikasikan diatas tahun 2015

b. Tidak berisi tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan

pemanfaatan limbah organik menjadi kompos

c. Jenis rancangan penelitian dalam artikel adalah eksperimen ta l

Variabel independen dalam artikel penelitian adalah intervensi

Composting with house hold waste

d. Variabel dependen hasil artikel penelitian adalah yang berhubungan

dengan pemanfaatan limbah organik

e. Artikel yang diambil adalah full text


29

C. Sumber Literatur

Sumber-sumber literatur dapat berupa sumber utama yang berasal

dari jurnal,laporan penelitian, informasi dari wawancara/email, sumber

lanjutan yang merupakan analisa terhadap sumber utama dan sumber yang

berasal dari komunitas professional.

1. Cara membaca sumber

a. Skimming

Merupakan proses membaca dokumen objek secara cepat

sambil mengambil inti-inti dari setiap paragrap. Skimming dapat

membantu melakukan review dengan lebih cepat dan menyeluruh.

b. Paragraph Statement (Kalimat Utama di dalam suatu paragraph)

Yaitu membaca kalimat terpenting di dalam suatu paragraph

yang berguna untuk membantu mengerti paragraph objek.

c. Document Statement (Kalimat Permasalahan/Tema Penelitian)

Yaitu membaca statement utama dalam dokumen objek yang

berguna untuk membantu mengerti tema keseluruhan.

Studi literature ini diperoleh dari penelusuran artikel penelitian

ilmiah dari rentang waktu 2015-2019 dengan menggunakan database

Google Schoolar, Science direct,Reseaechgate

a. Google Schoolar merupakan mesin pencarian yang memberikan layanan

untuk melakukan pencarian materi-materi pelajaran berbagai teks dalam

berbagai format publikasi. Google Schoolar mencakup jurnal-jurnal

online dari publikasi ilmiah


30

b. Mesin pencarian ini dapat diakses melalui link

https://scholar.google.co.id/.

c. Mesinpencari lain yang digunakan adalahResearchgate, yaitu sebuah

situs web jejaring sosial gratis dan alat kolaborasi bagi para ilmuwan

sains dari segala jenis disiplin sains. Situs ini menyediakan berbagai

aplikasi web termasuk pencarian semantik (mencari seluruh abstrak),

berbagai file, berbagai database publikasi dan sebagainya.

d. Mesin pencarian ini bisa diakses dengan menggunakan link

https://www.researchgate.net/

D. Cara Pencarian Literatur Review

1. Studi literatur yang di temukan dalam 5 (Lima) tahun terakhir terkait

artikel nasional di GoogleScholar dan artikel internasional di

Researchgate

2. Pencarian artikel menggunakan kata kunci: “Pemanfaatan limbah

organik menjadi kompos”

3. Selainitu juga menggunakan pencarian bahasa Inggris dengan kata kunci:

“Composting with household waste”.

4. Kemudian didapatkan jurnalnya sebagai berikut: Pencarian dalam

Google Scholar didapatkan 25 artikel, Researchgate 5 artikel, dan

Science direct didapatkan 4 artikel

5. Hasil identifikasi dari keempat database pencarian, ditemukan 34 artikel

penelitian. Kemudian dilakukan Identification (Identifikasi), Screening


31

(Penyaringan), Eligibility (Kelayakan), dan Included (Memasukkan)

melalui kriteria inklusi dan eksklusi

E. Cara Seleksi Literatur Review

Seleksi artikel dalam Studi Literature ini menggunakan 4 tahapan

yaitu Identification (identifikasi), Screening (penyaringan), Eligibility

(kelayakan), dan Included (memasukkan) dengan pejelasan yang lebih rinci

sebagai berikut:

1. Identifikasi

Studi literature ini diperoleh dari penelusuran artikel penelitian

ilmiah menggunakan database Google Schoolar, Science direct dan

Reseaechgate, dengan memasukkan kata kunci’Penggelolaan limbah

organik” dan “Menjadi kompos”

2. Screening

Setelah diperoleh 34 artikel, kemudian diseleksi berdasarkan

kriteria inklusi yaitu artikel dari tahun 2015-2019, full text, sesuai

dengan judul studi literatur dan kriteria ekslusi yaitu artikel dibawah

tahun 2015, tidak full text dan tidak sesuai dengan judul penelitian.

Setelah diseleksi maka diperoleh 23 jurnal.

3. Eligibility

Setelah diperoleh 18 artikel kemudian dilakukan seleksi

kelayakan artikel, yaitu dilihat berdasarkan isi keseluruhan artikel,

setelah dibaca, kemudian diperoleh 6 artikel yang memenuhi kelayakan

dan relevan.
32

Bagan 3.1

Alur Prisma
Google scholar Researchgate Science direct

25 5 4

Artikel yang diidentifikasi


Identification n : : 34
Inklusi:
a. artikel dari tahun 2015-
2019
b. jenis atau design
penelitian adalah Quasi
Eksperimen

Hasil Screening Eksklusi :


Screening a. artikel dibawah 2015

Inklusi:

a. full text sesuai dengan


judul studi literatur
Jumlah artikel
yangdiinklusi
Eligibility
n : 18 Inklusi:
a. Full text sesuai dengan
judul studi literature
b. Pembahasan sesuai
dengan topik yang
dibahas
Jumlah artikel
Included yangmemenuhi
syraratreview

n : 10
33

F. Alur Penelitian

Bagan 3.2
Kerangka Alur Penelitian

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Konsep yang diteliti

Konseptualisasi

Analisa

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan

Saran
34

BAB IV

HASILPENELITIAN

A. Hasil Proses Pencarian

Hasil proses pencarian (search process)yang ditampilkan pada tabel 4.1

dikelompokkan berdasarkan tipe jurnal untuk mempermudah melihat jenis

data atau tipe jurnal yang diperoleh melalui search process.

Tabel 4.1
Hasil Proses Pencarian (Search Process)
No. TipeJurnal Jumlah
1. Jurnal tentang pengolahan sampah organik menjadi kompos cair , 1
Seminar Nasional Sains dan Teknologi Lingkungan II Padang, 19
Oktober 2016 e-ISSN 2541-3880
2. Jurnal pengaruh konsentrasi M-Bio terhadap kecepatan 1
pengomposan sampahVol.02, No. 01, Sep 2017, ISSN 2477 – 5193
3. Jurnal ilmiah pembuatan pembuatan kompos dari sampah menjadi 1
pupuk cair dan padat (2019), 1 (2), 80 – 83
4. Jurnal sains dan teknologi lingkungan mengenai kajian potensi dan 1
pemanfaatan sampah organik dan anorganik pasar berdasarkan
karakterisistiknya Vol.05, No.02 , ISSN 2085 – 1227
5. Jurnal teknologi lingkungan mengenai kalian permasalahan 1
penggolahan sampah dan dampak lingkungan di TPA, 3(1):66-74,
2017
6. Skripsi perbandingan jenis sampah organik terhadap lama waktu 1
pengomposan dalam lubang resapan biopori sebagai referensi mata
kuliah ekologi dan masalah lingkungan tahun 2015-2016, 2018
7. Jurnal teknik lingkungan tentang kajian komposisi, dan potensi 1
daur ulang sampah di TPA Cipayung, Depok Vol.17, No.1(Hal 59-
69)
8. Jurnal teknik lingkungan tentang pengaruh penerapan 1
vermikomposting terhadap kandungan unsur hara mikro (Fe, Mn,
Zn) kompos pada waktu reduksi sampah organik di TPST UNDIP
menggunakan mikroorganisme local Vol.1, No.5 (2017)
9. Jurnal pemanfaatan limbah rumah tangga(anorganik) sebagai 1
implementasi dari pendidikan lingkungan hidup, Vol,4(2):124-132,
ISSN:2088-351X
10. Jurnal ilmu lingkungan tentang optimasi pengomposan sampah 1
anorganik rumah tangga menggunakan kombinasi aktivator EM4
dan MOL terhadap rasio C/N
11. Ramon A, Karakteristikpenangganansampahrumahtangga. 1
JurnalKesehatan Masyarakat Andalas, 2015

34
35

12. Alex S, SuksesmenggolahsampahorganikMenjadiPupuk 1


Organik, Yogyakarta:PustakaBaru Press;2015
13. Jurnal Kesehatan Masyakat (e-Journal) Vol.5, No.5, Oktober 1
2017(ISSN:2356-3346)
14. Skripsi pengaruh penggunaan EM4 dan molase terhadap kualitas 1
kompos dalam pengomposan sampah anorganik di RSUD
DR.R.Soetrasno, Rembang Tahun 2015
15. Jurnal teknik pomits Vol.2, No.1, ISSN:2337-3539 1
16. Jurnal bioedukatika Vol.2, No.2 Desember 2015, ISSN:2338- 1
6630(Hal:28-33)
17. Jurnal Kesehatan Masyakat (e-Journal) Vol.3, No.3, Januari 1
2017(ISSN:2356-3346)
18. Jurnal Kesehatan Masyakat (e-Journal) dan 1
lingkungan ,2018(ISSN:2528-4002)
19. Jurnal penggolahan sampah anorganik domestik melalui windrow 1
composting, Samarinda , November 2017
20. Jurnal ilmiah tentang kompos dari sampah anorganik menjadi 1
pupuk cair dan padat menggunakan komposter. Vol.1, No.2,
2019(Hal:80-83)
21. Jurnal Kesehatan Masyakat (e-Journal) Vol.7, No.2, Desember 1
2017(ISSN:2089-0346)
22. Jurnal pengaru konsentrasi M-Bio terhadap kecepatan sampah 1
anorganik pasar, Vol.02, No.01, September 2017 (ISSN:2477-
5193)
23. Jurnal pengolahan sampah anorganik menjadi kompos untuk 1
mendukung kampung pro iklim. Vol.4, No.2, April 2019
24. Jurnal teknik lingkungan tentang evaluasi pembuatan pupuk 1
organik menggunakan metode hot composting. Vol.2, No.01, Juni
2018
25. Anomimous, 2016, “Windrow Composting”. 1
www.univpm.msw.co.id
26. Skripsi Uji mikrobiologis kompos organik dari sampah anorganik 1
dengan penambahan sampah tomat dan EM4 tahun 2015-2015,
2018
27. Badan Standarisasi nasional indonesia, ISC:13.030.40:91.190, 1
SNI:3242 Tentang pengolahan sampah di pemukiman
28. Jurnal teknik lingkungan hidup tentangpengaruh kadar air dan 1
ukuran bahan terhadap hasil pengomposan sampah anorganik di
TPST Universitas Diponegoro dengan metode open windrow.
Vol.6, No.2 (2017)
36

B. Hasil Penelitian dari Artike Literatur/ Jurnal Review

Berdasarkan hasil pencarian literatur pada 3 Sumber (Google Schoolar,

Science Direct, dan Research gate maka didapatkan 10 artikel yang telah

memenuhi kriteria inklusi. Artikel penelitian tersebut mengidentifikasi Proses

penggolahan limbah an organik artikel yang berbeda-beda sebagai berikut:

Tabel 4.2
Hasil Penelitian dari Artikel Literatur/ Jurnal Review

Judul
N Author Metode Sampel Hasil Kesimpulan
penelitian
o.
1 Pengomposan Nunik Penelitian ini Dalam penelitian Hasil dari Secara
Sampah Ekawandani1 dilakukan ini akan penelitian ini keseluruhan
Organik(kubis ), AriniAnzi dengan memanfaatkan menunjukan hasil dari
dan kulit Kusuma2) pendekatan sampah organik bahwa dalam penelitian
pisang) eksperimen.. dari kubis dan waktu 20 hari pengomposan
Dengan Penelitian kulit pisang, kompos sudah sampah organik
Menggunakan dilaksanakan menjadi kompos dapat digunakan. berupa kubis
EM4 selama kurang Adapun dan kulit pisang
lebih satu kandungan dengan
setengah bulan kompos yang campuran EM4
dengan dihasilkan memenuhi
melakukan menunjukan standar SNI 19-
pengamatan kadar rasio C/N 7030-2004.
secara periodic sebesar 18, Sehingga
terhadap kalium 2,11% dan kompos ini
produksi kompos fosfor 0,26% sudah dapat
cair yang dengan sifat fisik digunakan
terbentuk. kompos berwarna sebagai pupuk
Pengukuran coklat kehitaman, organik.
produksi kompos berbau dan
cair dilakukan bertekstur seperti
secara kualitatif tanah dengan
dengan melihat kadar air 13,98%,
kemunculan suhu 27oC dan
cairan dan pH 7.
perubahan warna
yang dihasilkan.
Untuk melihat
kualitas kompos
cir yang
dihasilkan,dilaku
kan pemeriksaan
laboratorium.
Parameter yang
diamati meliputi
warna, tekstur,
37

bau, pH, BOD,


COD, N total,
P2O5 total, K2O,
Carbon, dan C/N
rasio. Data
penelitian
dianalisis secara
deskriptif

2 Pengaruh SellyMarwa Menyiapkan Pengujian Penelitian diawali Didapatkan


penerapan Bela Pratiwi , reactor terhadap dengan kesimpulan
vermicompost Sri Sumiyati, berbentuk kubus kandungan unsur mengomposkan bahwa
ing terhadap S.T, M.Si., tak bertutup yang hara mikro Fe, sampah daun Vermikomposti
kandungan Ir. terbuat dari Mn, Zn dilakukan kering selama 12 ng
unsur hara EndroSutrisn triplek dengan pada sampel hari dengan meningkatkan
(Fe, Mn, Zn) o, M.S.Jurnal alas plastik. sampah daun penambahan rata-rata
kompos dan Teknik Pembuatan kering, MOL MOL daun kandungan Fe,
waktu reduksi Lingkungan, reactor bertujuan daun mahoni, mahoni dan Mn, Zn dari
sampah Vol , No 5 untuk menahan pakan, kompos memantau bahan baku
organik (2017) agar cacing tidak konvensional kondisi fisiknya kompos, unsur
(daun) di dapat keluar dari yang hanya setiap hari Fe meningkat
TPST UNDIP media. Pada dibantu oleh sebelum kompos 39,39% dari
menggunakan penelitian ini starter MOL daun digunakan 27,6 mg/l
bantuan dibuat 3 mahoni, serta 5 sebagai pakan menjadi 38,47
mikroorganis bakreaktor sampel kascing, cacing dalam mg/l, Mn
me local dengan ukuran Analisis waktu metode meningkat
0,5 m x 0,5 m. reduksi sampah vermikomposting 30,42% dari 2,5
Penelitian dilakukan dengan yang dilakukan mg/l menjadi
dilanjutkan penimbangan selama14 hari. 3,261 mg/l, dan
dengan berat sisa pakan Penelitian ini Zn meningkat
mencacah 3,5 kg yang tidak menunjukkan 46,34% dari
sampah organic dikonsumsi kandungan unsur 0,637 mg/l
daun kering cacing. hara mikro Fe, menjadi 0,9322
hingga Mn, Zn mg/l, meskipun
ukurannya vermikompos nilai ini lebih
menjadi lebih mengalami tinggi
kecil dan peningkatan dibandingkan
menambahkan dilihat dari data hasil kompos
MOL daun hasil uji yang hanya
mahoni sebelum laboratorium dan dikomposkan
proses perbandingan menggunakan
pengomposan nilai hasil bantuan MOL
dilakukan, vermikomposting daun mahoni
penambahan dengan pakan yang
MOL dilakukan cacing. Unsur Fe mengandung
agar proses meningkat unsur Fe 29,79
dekomposisi sebesar 39,39%, mg/l, Mn 1,783
dapat berjalan Mn meningkat mg/l, dan Zn
lebih cepat. 30,42%, dan Zn 0,685 mg/l,
Selama meningkat namun hasil
penelitian 46,34%. kandungan
dilaksanakan, Kandungan unsur unsur hara pada
38

penelitimemanta hara mikro vermikompos


ukondisifisikko vermikompos masih cukup
mpossehingga rata-rata yaitu rendah. Cacing
proses unsur Fe sebesar Lumbricus
pengomposandap 38,47 mg/l, Mn rubellus hanya
attetapdikendalik 3,261 mg/l, dan dapat
an. pH diatur Zn 0,9322 mg/l, mengonsumsi
pada nilai ini masih pakan daun
kisarannetral, cukup kecil jika kering
sertakelembaban dibandingkan terkomposkan
diatur pada nilai dengan batas sebanyak 6,91
60%. Setelah masksimum unsur % berat
teksturdaunmenj hara mikro pada tubuhnya
adilebihlunak pupuk yang dalam sehari
dan diizinkan menurut
suhufermentasim peraturan (SNI 19
enurunmakapaka 70-30 2004)
ndapatdiberikank tentang Standar
epadacacing. Kualitas Kompos.
Pengomposan Berdasarkan
daun yang akan reduksi
digunakan sampahnya
sebagai pakan cacing Lumbricus
cacing dilakukan rubellus hanya
selama 12 hari, mampu
proses mereduksi
pengomposan sampah daun
konvensional sebesar 6,91%
dilakukan selama berat tubuhnya
26 hari, dalam sehari.
sedangkan
proses
vermikompostin
g berlangsung
selama 14 hari.
Vermikompostin
g dilakukan
dengan
memberikan
0,875 kg daun
hasil
pengomposan
kepada 0,5 kg
cacing
Lumbricus
rubellus dengan
asumsi cacing
akan memakan
daun
terfermentasi
seberat 12,5%
berat tubunya.
39

3 Pengolahan JuliNurdiana, Tahapan pada Penelitian ini Hasil penelitian Kesimpulan


sampah IkaMeicahay penelitianinimer bertujuan untuk menunjukkan dari penelitian
organik anti, Hana upakanlangkah- menentukan bahwa kompos ini adalah
domestik FeraIndriana langkah yang efektivitas perlakuan I apabila ditinjau
melalui dilakukandalamp kompos melaui memiliki dari hasil
windrow embuatankompo windrow kelembaban penyusutan
composting s. composting. 50,11%, warna bahan kompos
Tahapawalyaitus Pengomposan coklat kehitaman, (berat akhir
ortasiataupemila dilakukan selama pH 7,37, N-Total kompos), maka
han, bertujuan 60 hari dengan 2,69%, Corganik kompos dengan
agar perlakuan I 30,65%, P2O5 perlakuan I
sampahdapur- tumpukan 0,65%, K2O5 lebih efektif
campur yang kompos 0,86%, C/N dibanding
diambildariruma didiamkan selama 11,394 dan berat dengan kompos
htanggatidakberc 2 hari, perlakuan akhir 8,7 kg. perlakuan II,
ampurdengansa II tumpukan Kompos yaitu kompos
mpahanorganik. kompos perlakuan II perlakuan I
Kemudiandilaku didiamkan selama memiliki seberat 8,7 kg
knpencacahan, 4 hari. kelembaban dan kompos
bahandicacahden Selanjutnya 46,50%, warna perlakuan II
ganukurankurang dilakukan coklat kehitaman, seberat 9,5 kg.
lebih 2 - 3 cm pembalikan 3 kali pH 7,23, N-Total Namun jika
menggunakanme dalam seminggu 3,15%, C-organik dibandingkan
sinpencacah dan dilakukan 31,88%, P2O5 dengan SNI 19-
(grinding). pengamatan 0,40%, K2O5 7030-2004
Setelah setiap hari untuk 0,96%, C/N tentang
sampahdicacahdi kelembaban, pH 10,121 dan berat Spesifikasi
lakukanpenyusun dan suhu akhir 9,5 kg. Jika Kompos Dari
antumpukan, dibandingkan Sampah
bahanditumpukb dengan parameter Organik
erlapis-lapis kompos pada SNI Domestik,
tipis.Bahankomp 19-7030- 2004 kedua
os yang maka kedua perlakuan
telahditumpukdi perlakuan tersebut
beriEM4 tersebut memiliki menghasilkan
(effective kualitas kompos kualitas
microorganism yang baik, kompos yang
4) laluditutup. sedangkan jika baik, yaitu
Selama proses dilihat dari berat kompos
pengomposandil akhir maka perlakuan I
akukanpemantau kompos dengan memiliki
ankelembaban, perlakuan I kelembaban
pH dan memiliki 50,11%, warna
suhusetiaphari. penyusutan yang coklat
Tahapakhiryaitu paling banyak kehitaman, pH
dilakukan uji 7,37, N-Total
laboratoriumkom 2,69%,
posuntukmenget Corganik
ahuihasilkualitas 30,65%, P2O5
kompos. 0,65%, K2O5
0,86% dan C/N
40

11,394.
Kompos
perlakuan II
memiliki
kelembaban
46,50%, warna
coklat
kehitaman, pH
7,23, N-Total
3,15%, C-
organik
31,88%, P2O5
0,40%, K2O5
0,96% dan C/N
10,121

4 Pemanfaatan EPS Penelitian Data dianalisis Penelitian ini


MOL Suwatanti, P Penelitiandilakuk dilaksanakan secara deskriptif. menyimpulkan
LimbahSayur Widiyaningr an di selama 4 minggu, Hasil penelitian bahwa kualitas
pada Proses um rumahkompos terdiri dari dua menunjukkan fisik kedua
PembuatanKo UNNES, perlakuan, yakni bahwa fluktuasi perlakuan
mpos menggunakandes pengomposan harian faktor kompos
aineksperimenla menggunakan lingkungan memiliki
pang. bioaktivator MOL kompos dengan kategori warna
Bahanbakukomp limbah sayur dan MOL limbah kehitaman, bau
osberupasampah EM4. Data yang sayur dan EM4 seperti tanah,
daun dan diambil meliputi memberikan dan bertekstur
kotorankambing fluktuasi harian gambaran halus sesuai
denganperbandin faktor-faktor fluktuasi yang kriteria SNI
gan 3:2. lingkungan cenderung sama. Nomor SNI 19-
Komposdibuatda selama proses Kualitas fisik 7030-2004.
lamduamacampe pengomposan, kompos menurut Namun
rlakuan, kualitas fisik penilaian demikian C/N
perlakuan I (warna, bau dan responden rasio kompos
menggunakanbio tekstur) dan masing-masing yang
aktivator MOL kualitas kimia menunjukkan menggunakan
limbahsayur, dan (kadar air, pH, skor 30 pada limbah sayur
perlakuan II C/N rasio P2O5, aspek warna, bau lebih baik
menggunakanbio dan K2O) setelah dan tekstur karena telah
aktivator EM4. kompos matang. memenuhi
Masing- kriteria yang
masingperlakuan ditetapkan SNI
diprosesdalam 4 dibanding
unit kompos dengan
bakkomposdenga menggunakan
nulanganpengam EM4.
atansebanyak 3x
di setiapbak.
Dengandemikian
masing-
masingperlakuan
diperoleh data 12
41

ulangan.
Pengujiankualita
skimia (kadar
air, pH, C/N
rasio, P2O5, dan
K2O) di
Laboratorium
BPTP
(BalaiPenelitian
TanamanPertania
n) Ungaran.
Pembuatan MOL
limbahsayurdilak
ukandengancara
memotonglimba
hsayuran (sawi,
kubis, dan tomat)
yang
mulaimembusuk
sebanyak 500 g
menjadipotongan
kecil-kecil.
Potongantersebut
kemudiandimasu
kkankedalambot
olberukuran1,5
liter yang diisi
air sebanyak 1
liter dan
menambahkan
45 gram garam.
Selama 2
minggu, setiap 2
harisekali,
botoldikocok
agar
tidakmengendap.
Larutan MOL
limbahsayurberh
asilmenghadirka
nmikroorganism
eperombakbahan
organikjikasudah
menunjukkantan
datanda air
berubahmenjadik
eruh,
potonganlimbahs
ayurmenjadihanc
ur, dan
mengeluarkan
gas. Larutan
MOL
42

limbahsayur
yang
telahsiapkemudia
ndisaring dan
ditambahkan 1
onsgulapasirserta
diencerkanhingg
a volume 5 liter.

5 pembuatan Novi Alat yang Pada penelitian Pada tanaman 1.Berdasarkan


pupuk organik Rahmawanti digunakan antara ini akan dipelajari cabe merah, hasil penelitian
berbahan dan Novrian lain: komposter ( apakah kompos kompos yang yang telah
sampah Dony berupa keranjang yang dibuat dari ditambahkan dilakukan
organik rumah ), sekop, ayakan, bahan sampah memberikan bahwa sampah
tangga dengan labu Kjedahl, organik rumah pengaruh organik rumah
penambahan pemanas/ block tangga dengan terhadap tanaman tangga dapat
aktivator em4 digestor, neraca penambahan dimana tanaman dijadikan
di daerah analitis, aktivator EM4 menghasilkan kompos yang
kayu tangi desikator, kualitasnya bunga yang lebat memenuhi
erlenmeyer, labu memenuhi dan tunas daun standar yang
ukur, labu standar yang telah yang bagus (tidak telah ditetapkan
destilasi, pipet ditentukan SNI kriting) tidak oleh SNI.
takar, buret, (Standar Nasional seperti pada 2. Pembuatan
gelas ukur, pH Indonesia), tanaman cabe kompos dari
meter, penangas, apakah kompos yang tidak diberi sampah organik
botol film, pipet yang dihasilkan kompos. rumah tangga
tetes, memberikan Sedangkan pada dapat
spektrofotometer pengaruh tanaman hias, dipercepat
UV-Vis dan terhadap kondisi kompos dengan bantuan
AAS. Bahan tanah yang menjadikan aktivator EM4
yang digunakan bergambut, dan tanaman hias (effective
antara lain: bagaimana semakin subur, mikroorganism
sampah organik, menjadikan segar dan warna e 4).
indikator conway kompos yang daun semakin 3. Kompos
( BCG + MM), sudah dihasilkan cerah. organik yang
akuabides, mampu membuat telah jadi dapat
selenium tanah bergambut menyuburkan
mixture, NaOH, menjadi lebih tanaman
K2Cr2O7, subur untuk walaupun
H2SO4 98%, tanaman. tanaman
HClO4, HNO3, ditanam pada
devarda alloy, tanah gambut
buffer standar yang memiliki
pH 4.0 dan 7.0, sifat miskin
EM4 dan kertas hara (kurang
saring W-41. subur).

6 Pembuatanpu Siti Pupuk organic Membuat kompos Proses 1. Pembuatan


puk organic Umniyatie umumnyadihasil perlu mengatur pengomposan pupuk
menggunakan kandari proses dan mengontrol yang terjadi organic/kompo
EM 4 pengomposan proses alami secara alami s dapat
sehingga sering tersebut agar berlangsung lama dilakukan
43

disebut juga kompos dapat hingga 3 bulan. dengan cara


dengan kompos. terbentuk lebih Sehingga di menambahkan
Pengomposan cepat.Hal ini akhir-akhir ini aktivator EM4.
merupakan dapat dilakukan banyak 8
proses dengan membuat dikembangkan 2. Pengmposan
dimanabahan- campuran bahan pupuk organik menggunakan
bahan organic yang seimbang, yang dibuat EM4
mengalami pemberian air secara cepat memerlukan
penguraian secukupnya,meng dengan sengaja bahan yang
secara biologis , atur aerasi, dan menambahkan murah, mudah
khususnya oleh penambahan mikroba didapat.
mikroba-mikroba aktivator. dekomposer yang 3. Pengmposan
yang dapat telah diketahui dengan EM4
meman faatkan sifat-sifatnya. secara tepat
bahan organic Mikroba tanah guna juga
sebagai sumber juga berperan memerlukan
energy. penting dalam kontrol
MenurutJ.H.Cra proses pelarutan sebagaimana
wford mineral-mineral pengomposan
(2003),kompos 2 yang tadinya yang lain yaitu
adalah hasil berada dalam suhu,
penguraian tidak bentuk senyawa kelembaban,
lengkap dan kompleks dan ukuran
dapat dipercepat menjadi bentuk partikel agar
secara artificial ion, maupun pengomposan
oleh populasi garam-garam berlangsung
berbagai macam yang dapat dengan baik
mikrobadalamko diserap oleh akar.
ndisilingkungan Sebagai contoh
yang hangat, unsur fosfor
lembab, dan dalam senyawa
aerobikatau an kompleks batuan
aerobik akan 4 terlarutkan
(dalamNyoman oleh kelompok
P. pelarut fosfat
Aryantha.dkk,20 sehingga menjadi
10) tersedia bagi
Membuatkompo tanaman
sperlumengatur
dan mengontrol
proses
alamitersebut
agar
komposdapatterb
entuklebihcepat.
Halinidapatdilak
ukandenganmem
buatcampuranba
han yang
seimbang,
pemberian air
secukupnya,men
gaturaerasi, dan
44

penambahanakti
vator. Banyak
macampupuk
yang
kinidigunakan.
Dari
aspekcaramempe
rolehnyaadapupu
kalam dan
adapupukbuatan;
dariaspeksenyaw
akimia yang
menyusunnyaada
pupukorganik
dan adapupuk an
organik. Pada
umumnyapupuko
rganikmerupakan
pupuk yang
bahannyadiperol
ehdarialam yang
diprosesberdasar
proses alam,
makalebihumum
disebutpupukala
m. Proses
pengomposan
yang
terjadisecaraalam
iberlangsung
lama hingga 3
bulan. Sehingga
di akhir-
akhirinibanyakdi
kembangkanpup
ukorganik yang
dibuatsecaracepa
tdengansengajam
enambahkanmikr
obadekomposer
yang
telahdiketahuisif
at-sifatnya.
Mikrobatanah
juga
berperanpentingd
alam proses
pelarutan
mineral-mineral
yang
tadinyaberadadal
ambentuksenyaw
akompleksmenja
45

dibentuk ion,
maupun garam-
garam yang
dapatdiserap
oleh akar.
Sebagaicontohun
surfosfordalamse
nyawakompleksb
atuanakan 4
terlarutkan oleh
kelompokpelarut
fosfatsehinggam
enjaditersediabag
itanaman
(Nyoman P.
Aryantha.dkk,20
10)
Pupukorganikme
milikibeberapasif
atantaralain : -
Mampumemperb
aikisifatfisika,
kimia dan
biologitanah. -
Meningkatkanda
yaseraptanahterh
adap air. -
Meningkatkanakt
ivitasmikroorgan
ismedidalamtana
h. - Sumber hara
bagitanah. -
Ramah
lingkungan -
Meningkatkanku
antitas dan
kualitastanaman.

7 Teknologi Nurjazuli, Penelitian ini Metode Hasil penelitian Penelitian ini


Pengolahan dkk dilakukan pengomposan menujukkan menyimpulkan
Sampah dengan menggunakan bahwa pada hari bahwa unit
Organik pendekatan sistem semi ke-5 (minggu komposter tong
Menjadi eksperimen. anaerobik. Bahan pertama), plastik mampu
Kompos Disain baku percobaan produksi kompos menghasilkan
penelilitian berupa sampah cair sudah mulai kompos cair
menggunakan organik yang terjadi dengan dalam waktu
pra-eksperimen berasal dari warna kuning relatif singkat
dengan rumah kecoklatan. Pada (5 hari) dengan
rancangan Post tangga/pasar dan minggu-minggu kandungan
Test Only diperkirakan berikutnya, makrohara
Design. mengandung kompos cair (K2O)
Penelitian kadar air tinggi. berubah warma memenuhi
46

dilaksanakan Bahan pendukung menjadi lebih kualitas SNI.


selama kurang lain berupa gelap (coklat
lebih satu larutan EM4 kehitaman).
setengah bulan sebagai aktivator. Selama proses
dengan Pemerikasan pengomposan
melakukan laboratorium berlangsung
pengamatan dilakukan untuk timbul bau
secara periodik mengetahui namun tidak
terhadap kualitas kompos terlalu
produksi kompos padat dan cair. menyengat. Hasil
cair yang Parameter yang pengukuran
terbentuk. diteriksa terdiri parameter
Pengukuran dari warna, kualitas produk
produksi kompos tekstur, bau, pH, kompos
cair dilakukan BOD, COD, C/N menunjukkan
secara kualitatif rasio, P2O5 , dan bahwa parameter
dengan melihat K2O. Data hasil BOD, COD, dan
kemunculan penelitian N total
cairan dan dianalisis secara mengalami
perubahan warna deskriptif. penurunan di
yang dihasilkan. akhir
Untuk melihat pengomposan..
kualitas kompos Kandungan
cir yang kalium (K2O)
dihasilkan, dari kompos cair
dilakukan sudah memenuhi
pemeriksaan nilai standar
laboratorium. kualitas pupuk
Parameter yang sesuai SNI 19-
diamati meliputi 7030-2004,
warna, tekstur,
bau, pH,

Pembuatan Andhika Bahan-bahan Penelitian ini Penelitian ini Ampas tebu


8 kompos Cahaya T S yang diperlukan menggunakan menunjukkan merupakan
dengan dan Dody pada proses sampah sayur, bahwa campuran bahan organik
menggunaka Adi Nugroho pembuatan ampas tebu, dan antara sampah yang susah
n limbah kompos antara kotoran kambing. sayur dan kotoran untuk
padat organik lain : sampah Penelitian kambing dikomposkan.R
sayur, ampas dipercepat dengan (variabel A) lebih asio C/N
tebu, menggunakan cepat menjadi kompos matang
kotoran bakteri EM-4. kompos dari pada variasi A, B, C,
kambing, dan Variasi yang variabel yang dan D masing-
EM-4. Sebelum digunakan adalah lain. Sedangkan masing sebagai
pengomposan campuran antara variabel yang berikut 17,45;
dilaksanakan sampah sayur dan ditambahkan 21,72; 20,77;
terlebih dahulu kotoran kambing ampas tebu 20,93.Bahan
dilakukan uji (variabel A), seperti variabel kompos yang
pendahuluan sampah sayur dan B, C,dan D terbaik untuk
untuk ampas tebu sangat sulit untuk dilakukan
mengetahui (variabel B), dikomposkan. proses
karakteristik ampas tebu dan Kematangan pengomposan
47

Pada penelitian kotoran kambing kompos dapat adalah sampah


dilakukan (variabel C),dan dilihat dari rasio sayur + kotoran
dengan jumlah terakhir adalah C/N. Rasio C/N kambing
bahan tiap campuran antara kompos variasi A dengan
variasi adalah 2 sampah sayur, sebesar 17,45, penambahan 10
kg. ampas tebu, dan nilai kematangan ml EM-4
Pengomposan kotoran kambing. kompos telah (kompos variasi
dilakukan secara Semua variabel sesuai A).Karakteristi
aerobik ditambah dengan persyaratan SNI- kompos variasi
menggunakan 10 ml bakteri 7030-2004. A telah
kotak yang EM-4. Penelitian Kompos memenuhi
terbuat dari dilakukan secara umumnya standar SNI 19-
kayu.dari limbah aerobik mengalami 7030-2004
sayuran, ampas kematangan pada dengan rasio
tebu, dan kotoran hari ke-30, C/N 17,45,
kambing, yang sedangkan bila kadar air 49,71,
meliputi nilai C, menggunakan dan pH 7
N, rasio ampas tebu perlu dengan waktu
C/N, kadar air, waktu yang lebih kematangan 30
temperatur, dan lama. hari.
pH Pada
penelitian
dilakukan
dengan jumlah
bahan tiap
variasi adalah 2
kg.
Pengomposan
dilakukan secara
aerobik
menggunakan
kotak yang
terbuat dari
kayu.

Efektivitas Vina Novela, Jenis penelitian Penelitian ini Hasil penelitian Disimpulkan
9 Aktivator dan Irma yang digunakan eksperiment bahwa Kualitas ada perbedaan
EM4 dan febriani adalah dengan rancangan fisik kompos efektivitas
MOL Tape eksperimenatau posttest dengan menggunakan aktivator EM4
Singkong percobaan. kelompok kontrol aktivator EM4 dan MOL tape
Dalam Penelitian ini (post test only adalah warna singkong dilihat
Pembuatan dilakukan lebih control group akhir hitam, dari lama waktu
Kompos dari satu design) dengan berbau tanah, pengomposan,
Dari Sampah kelompok, uji T-Test suhu 32,690C, kualitas fisik
Pasar dengan bentuk Independent pada pH 6,608, kompos serta
(Organik) Di perlakuan bulan Agustus- kualitas kimia kualitas kimia,
Nagari yang berbeda. September 2017). kompos rasio sehingga Mol
Kototinggi Penelitian ini Kelompok C/N 6,31, kadar tapesingkok
menggunakan pertama N 3,66%, P dapat sebagai
rancangan menggunakan 2,20% , K 2,45% aktivator
posttest EM4, kelompok serta waktu alternatif
dengan kedua matangnya pembuatan
48

kelompok menggunakan kompos 8,67 hari. kompos


kontrol (postest MOL tape Kualitas fisik Organik.
only singkong dan kompos
group design). kelompok menggunakan
eksperiment 3 aktivator MOL
tanpa tape singkong
menggunakan adalah warna
aktivator atau hitam, berbau
kelompok kontrol tanah, suhu
dengan 3 kali 34,720C, pH
pengulangan 6,019, kualitas
untuk 1 kelompok kimia kompos
eksperimen rasio C/N 6,38,
kadar N 3,41%, P
2,33%, K 2,23%
serta waktu
matangnya
kompos 10,67
hari

Penggunaan Moses Penelitian ini Penelitian ini Hasil yang 1. Konsentrasi


10 mikroorganis Benediktus dilaksanakan menggunakan diperoleh dalam MOL yang
me bonggol Bengngo Ole pada bulan Juli Rancangan Acak penelitian ini paling baik
pisang 2012– Maret Lengkap yaitu nisbah C:N adalah 3 ml
(Musa 2013 di Kebun Faktorial dengan 14,19 – 37,91 karena
paradisiaca) Biologi 3 kali ulangan (minggu I), merupakan
sebagai Fakultas dengan perlakuan 14,03-23,5 konsentrasi
dekomposer Teknobiologi (jenis pisang, (minggu II), suhu paling rendah
sampah Universitas EM4, dan 28,39 – 30,110 C namun dapat
organik Atma Jaya kontrol) dan (minggu I), 28,81 mengurai bahan
Yogyakarta dan konsentrasi – 30,290 C organik
di Laboratorium (MOL bonggol (minggu II), menjadi
Teknobio- pisang dan EM4). derajat keasaman kompos dengan
Industri Ada tiga jenis (pH) 6,54 – 6,82 waktu yang
Universitas bonggol pisang (minggu I), 6,57 sama dengan
Atma Jaya yaitu bonggol – 6,83 (minggu konsentrasi 4
Yogyakarta.. pisang raja, kepok II), kadar air dan 5 ml
Alat – alat yang dan ambon. 29,08 – 35,97% 2. Waktu
diperlukan Konsentrasi MOL (minggu I), 28,59 menumbuhkan
adalah pisau, bonggol pisang – 39,73% MOL terbaik
ember, yang dipakai (minggu II), asam adalah 7 hari
termometer adalah 3, 4, dan 5 humat 0,08 – 0,16 karena
batang, soil ml. gram (minggu I), merupakan
tester, jerigen 0,08 – 0,11 gram lama
5 liter, petridish, (minggu II), dan pertumbuhan
pipet tetes, pipet viabilitas paling cepat
ukur, aluminium mikroorganisme dan
foil, nampan, 4 – 70 koloni memberikan
kertas saring, (minggu I), 6 – kualitas
Vortex, oven, 58 koloni kompos yang
tabung destilator, (minggu II). Jenis hampir sama
timbangan bonggol pisang dengan 14 hari.
49

elektrik, yang mempunyai 3. Jenis


eksikator, kualitas kompos bonggol pisang
microwave, paling baik yang
almari asam, terdapat pada mempunyai
Erlenmeyer, MOL fermentasi kualitas
tabung 7 hari pada kompos paling
reaksi, bonggol pisang baik MOL 7
spekrofotometer, ambon karena hari adalah
sentrifuge, Labu mempunyai hasil adalah bonggol
Kjeldahl terbaik dilihat pisang ambon
(volume 500 ml), dari suhu, pH, karena pada
trigalski, kadar air dan mempunyai
laminair air asam humat. Pada hasil terbaik
flow, kertas minggu kedua pada suhu, pH,
label, dan alat hasil terbaik juga kadar air dan
titrasi. pada ambon baik asam humat.
Rancangan pada suhu, pH, Pada minggu
Percobaan kadar air, asam kedua hasil
menggunakan humat dan terbaik juga
Rancangan Acak viabilitas pada ambon
Lengkap mikrobia. baik pada suhu,
Faktorial dengan pH, kadar air,
3 asam humat
faktor (Lama dan dan
menumbuhkan viabilitas
MOL, mikrobia.
konsentrasi
MOL, dan
Sumber MOL)
dengan 3 kali
ulangan. Ada
tiga jenis
bonggol pisang
yaitu bonggol
pisang raja,
kepok dan
ambon.
Konsentrasi
MOL bonggol
pisang yang
dipakai adalah 3,
4, dan 5 ml.
Penelitian
dilakukan
dalam 2 tahap
yaitu pembuatan
kompos dengan
waktu fermentasi
bonggol pisang 1
dan 2
minggu dan
penggunaan
MOL dalam
50

pengomposan
sampah organik.

C. Teknik Literatur Review

Beberapa teknik Literatur Review, yaitu :

1. Mencari Kesamaan (Compare); teknik melakukan review dengan cara

mencari kesamaan diantara beberapa literatur & diambil kesimpulannya.

2. Mencari Ketidaksamaan (Contrast); teknik melakukan review dengan cara

menemukan perbedaan diantara beberapa literatur & diambil

kesimpulannya.

3. Memberikan Pandangan (Criticize); teknik melakukan review dengan

membuat pendapat sendiri terhadap sumber yang dibaca.

4. Membandingkan (Synthesize); teknik melakukan review dengan

menggabungkan beberapa sumber menjadi sebuah ide baru.

Kali ini Peneliti akan menggunakan teknik Literatur Review

Compare (Mencari Kesamaan), yaitu melakukan review dengan cara

mencari kesamaan diantara beberapa literatur & diambil kesimpulannya.


51

BAB V

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Hasil Temuan Literatur Review

Kompos cair yang dihasilkan menunjukkan nilai yang bervariasi.

Parameter, tekstur, warna, dan bau sampah padat relative sesuai dengan

karakteristik sampah organik. Parameter kimia untuk makrohara kalium

(K20=0.46-0.53%) dari kompos cair yang sudah memnuhi nilai standar

kualitas pupuk sesuai dengan SNI, sedangkan untuk parameter warna,

PH,P2O5, karbon, DAN c/n rasio belum memenuhi standar kualitas.PH

vermicomposting stabil yaitu 7.5, temperature vemikomposting tertinggi

310Celcius dan terendah 29.50 Celcius rata-rata temperature lingkungan

tertinggi 300Celcius.

Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik seperti

daun-daunan, jerami, alang-alang, sampah, rumput, dan bahan lain yang

sejenis yang proses pelapukannya dipercepat oleh bantuan manusia. Sampah

pasar khusus seperti pasar sayur mayur, pasar buah, atau pasar ikan, jenisnya

relatif seragam, sebagian besar (95%) berupa sampah organik sehingga lebih

mudah ditangani. Sampah yang berasal dari pemukiman umumnya sangat

beragam, tetapi secara umum minimal 75% terdiri dari sampah organik dan

sisanya anorganik.

51
52

1. pH

Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran PH yang lebar.

PH yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai

7.5. PH kotoran ternak umumnya berkisar 6.8 hingga 7.4 (Alex,2014).

Berdasarkan hasil uji PH pada Jurnal penelitian Andhika Cahaya

T S dkk, tentang pembuatan Kompos dengan menggunakan limbah padat

organik (sampah asayuran dan ampas tebu ) didapatkan derajat keasaman

yang terbaik untuk proses pengomposan adalah pada Kondisi PH netral

yakni berkisar 6-8.

Berdasarkan hasil uji pH pada jurnal penelitian Siti Umniyatie,

tentang Pembuatan Pupuk Organik Menggunakan Mikroba Efektif – 4

(Effective Microorganisme – 4) didapatkan pH Pengomposan terjadi pada

kisaran pH Yang Lebar. pH yang optimum untuk pengomposan antara 6.6-

7.5 Kompos yang sudah matang biasanya memiliki pH netral. Derajat

keasaman (pH) dalam tumpukan kompos berpengaruh terhadap aktivitas

mikroorganisme pengurai. Kisaran pH yang optimum pada proses

pengomposan aerob adalah 6,0-8,0. Jika nilai pH terlalu tinggi (basa) akan

menyebabkan nitrogen dalam tumpukan kompos hilang akibat proses

volatilisasi (perubahan menjadi ammonia). Sedangkan apabila nilai pH

terlalu rendah (asam), akan mengakibatkan sebagian mikroorganisme

pengurai mati (Yuwono, 2006)

Menurut asumsi peneliti pH netral yang dapat digunakan untuk

pengolahan limbah organik menjadi kompos berkisar 5-8, memang sedikit

netral menuju asam selama bakteri melakukan pengguraian bahan organik.


53

Kondisi ini akan menjadi netral saat bahan kompos menjadi matang.

Memang disarankan untuk tidakmerubah pH yang sedikit asam ini karena

memang akan menghasilkan unsur nitrogen yang sangat baik bagi bahan

kompos. Meskipun kadang ada percampuran yang membuat unsur

nitrogenterlepas dan menjadi amoniak.

pH dalam penelitian ini tidak mengalami perubahan karena dari

awal proses sampai proses selesai pH kompos tetap sama yaitu 7.

Pengomposan optimum pada pH 5,5-8, Kondisi yang sangat asam pada

awal proses sebagai akibat aktivitas mikroba penghasil asam menunjukkan

proses berjalan tanpa terjadi peningkatan suhu

2. Suhu

Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung

antara peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi

temperature akan semakin banyak komsumsi oksigen dan semakin akan

cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan

cepat pda tumpukkan kompos temperature yang berkisar antara 30-

600Celcius menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang

lebih tinggi dari 600Celcius akan membunuh sebagian mikroba dan hanya

mikroba thermofilik saja yang tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga

akan membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman dan benih-benih

gulma.

Berdasarkan hasil uji suhu pada jurnal penelitian umniyatie,

tentang tentang Pembuatan Pupuk Organik Menggunakan Mikroba Efektif

– 4 (Effective Microorganisme – 4) didapatkan Temperature suhu panas


54

dihasilkan dari proses metabolisme mikroba. Peningkatan suhu dapat

terjadi secara cepat dalam tumpukkan kompos yang berkisar antara 30-60 0

Celcius.

Berdasarkan hasil uji suhu pada Jurnal penelitian marfuatun,

M.Si, tentang potensi pemanfaatan sampah organik didapatkan Pematauan

suhu, agar bakteri patogen dan bibit gulma mati maka suhu harus

dipertahankan pada kisaran 60-700Celcius.

Berdasarkan hasil uji suhu pada jurnal penelitian candra Rulyana

dkk, tentang variasi kosentrasi EM4 Dalam proses pembuatan Kompos

Lindi didapatkan Pengukuran suhu tertinggi pada penelitian ini adalah


0
pada komposter 4% yaitu 34.5 C yang terjadi pada hari ke tiga

selanjutnya suhu pada semua komposter berada pada kisaran 25 -33.5 0C.

Rata- rata suh harian tertinggi terdapat pada komposter 2% yaitu sebesar

30 0C.

Menurut asumsi peneliti suhu Peningkatan suhu dapat terjadi

dengan cepat pda tumpukkan kompos temperature yang berkisar antara 30-

600 Celcius menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat.

Suhu minimal pada proses penggomposan 29°C, maksimal 38°C,

rata-rata 32°C. Suhu ideal yang menandakan proses pengomposan masih

berjalan adalah 30-60°C (mesofilik).

3. Warna

Pengomposan dengan menggunakan aktivator EM4, kompos

mengalami perubahan warna coklat kehitaman, yaitu pada hari 14-16


55

berwarna coklat dan mengalamai perubahan warna menjadi coklat

kehitaman pada hari ke 18-22.

Berdasarkan hasi uji warna pada jurnal penelitian siti umniyatie,

tentang pembuatan pupuk organik menggunakan mikroba efektif -4

(Effective microorganisme) untuk melihat kompos yang baik berwarna

coklat tua hingga hitam mirip dengan warna tanah.

Berdsarkan hasil uji warna pada jurnal penelitian Nurjazuli dkk,

tentang OP-11 Teknologi Pengolahan Sampah Organik menjadi kompos

cair (organic waste treatment technology toward liquid compost)

didapatkan bahwa pada pengamatan ke 7 sampah sudah mulai berubah

warna menajdi coklat muda, serta telah terbentuk kompos cair ( Lindi)

berwarna kuning kecoklatan.

Menurut asumsi peneliti dari junal yang di teliti diapatkan warna

yang baik dalam penggunaan kompos berwarna coklat tua hingga hitam

mirip dengan warna tanah.Dan ada pula sebagian kompos berwarna

cokelat muda karena pemberian EM4 dan seberapa lama proses

pengomposan tersebut dilakukan yang berbeda-beda oleh peneliti

Namun ada juga kompos yang berwarna kehitam-hitaman

menyerupai warna tanah, ini merupakan indikator matang. Kompos yang

sudah matang kehitam-hitaman dan berbeda dari warna awalnya, apabila

kompos bewarna hijau atau masih warna awal nya berarti kompos tersebut

belum matang. Warna kompos yang baik juga menyerupai warna tanah,

dalam penelitian ini hampir semua menyerupai warna tanah yaitu hitam

dan kecoklatan.
56

4. Lama waktu Pengomposan

Lama waktu pengomposan tergantung padaa karakteristik bahan

yanag dikomposkan, metode pengomposan yang dipergunakan dan

dengan atau tanpa penambahan aktivator peengomposan. Secara alami

pengomposan akan berlangsung dalam waktu beberapa minggu sampai 2

tahun hingga kompos benar-benar matang (Alex,2014).

Berdasarkan hasil uji lama pengomposan jurnal penelitian yommi

dewilda dkk, tentang pengaruh komposisi bahan baku kompos (sampah

organik pasar, ampas tahu, dan rumen sapi) terhadap kualitas dan

kuantitas kompos didapatkan lamanya waktu pengomposan dilakukan

berdasarkan hasil kompos yang paling cepat matang sampai yang paling

lama matang dengan sistem rangking. Kemudian diberi nilai berdasarkan.

Berdasarkan hasil uji lama pengomposan jurnal penelitian Dipta

Adi H dkk, tentang kualitas pupuk organik limbah ampas kelapa dan kopi

terhadap pertumbuhan tanaman didapatkan pemanfaatan ampas kopi dan

ampas kelapa sebagai pupuk organik pada tanaman tomat dilakukan

selama 5 minggu, dimulai pada tanggal 15 juni 2017 sampai dengan 24

juli 2017.

Menurut asumsi peneliti lama waktu pengomposan

menggunakanaktivator EM4 lebih cepat menjadi kompos yaitu 8 hari

daripada tanpa menggunakan aktivator yaitu 13hari. Lama waktu

pengomposan berbeda dikarenakan penambahan EM4 sebagai aktivator

dalam pembuatan kompos. Mikrroganisme dalam EM4 sangat berperan

dalam mempercepat penguarikan bahan organik menjadi kompos.


57

B. Keterbatasan Literatur Review

1. Peneliti sulit mencari artikel atau jurnal yang sesuai dengan kata kunci

2. Adanya keterbatasan peneliti dengan literatur review yaitu terkadang

peneliti kurang cermat dalam mengalisis data yang berpotensi terjadinya

bias pada hasil dan dan pembahasan peneliti

3. Isi artikel atau jurnal yang di pilih berdasarkan kata kunci banyak yang

tidak sesuai dengan apa yang di inginkan, sehinga butuh penyeleksian

yang cukup lama.


58

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil studi literature dari 6 artikel yang memenuhi syarat untuk

di review, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. studi literatur review untuk mengetahui berapa standar PH dalam proses

pengomposan limbah organik menjadi Kompos

2. studi literatur review untuk mengetahui suhu kompos selama 30 hari

dengan studi literatur

3. studi literatur review untuk mengetahui warna Kompos dalam proses

pengomposan.

4. studi literatur review untuk mengetahui lamanya waktu proses

pengomposan limbah organik tersebut menjadi Kompos.

B. Saran

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lebih

lanjut dengan mengujikannya langsung di laboratorium dan pada jenis

limbah padat yang berbeda terhadap penlitian ini.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan kepada Institusi Pendidikan agar dapat menyediakan fasilitas

yang menunjang, seperti koleksi-koleksi buku yang terkait dengan materi

penelitian sehingga dengan adanya koleksi buku yang lengkap, serta

58
59

tersedianya fasilitas akan dapat mempermudah bagi siswa dalam belajar

dan mengakses pengetahuan.

3. Bagi intansi Dinas Lingkungan Hidup Bukittinggi

Diharapkan kepada Dinas Lingkungan Hidup Bukittinggi dapat

memberikan pelatihan kepada masyarakat dalam menggelola sampah

dengan baik supaya jumlah timbunan sampah di bukittinggi tidak terus

bertambah.

Anda mungkin juga menyukai