BIOPSIKOLOGI

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

BIOPSIKOLOGI
MEKANISME PERSEPSI, KESADARAN, DAN PERHATIAN

Kelompok 4
Alifasa Iqbal 18011052
Bayu Setiawan 18011099
Ninda Febriani 18011075
Pradana Yitami Boer 18011180
Syafira Khairunnisa 18011200
Yunira Sartika 18011213
SESI D

DOSEN PENGAMPU
Rida Yanna Primanita, S.Psi., M.Psi., Psikolog

JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-nya sehingga penyusun diberikan kesempatan untuk
menyelesaikan tugas makalah kelompok untuk mata kuliah Biopsikologi sesuai
dengan ketentuan dan waktu yang ditentukan.

Makalah ini disusun dalam rangka untuk memenuhi kewajiban agar dapat
melengkapi tugas kelompok Biopsikologi dan sebagai bahan penyusun untuk
dipresentasikan. Penyusun menyadari bahwa makalah ini belum sempurna oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat
menambah wawasan dan memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Padang, 29 Januari 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1

1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2

1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................... 2

1.5 Peta Konsep .............................................................................................. 3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Mekanisme Persepsi ................................................................................. 4

2.2 Prinsip-prinsip Organisasi Sistem Sensori ............................................... 5

2.3 Sistem Auditori (Pendengaran) ................................................................ 7

2.4 Sistem Somatosensori (Perabaan dan Rasa Sakit) ................................. 12

2.5 Sistem Olfaktori (Penciuman) ................................................................ 19

2.6 Sistem Gustatori (Pengecapan) .............................................................. 21

2.7 Atensi Selektif ........................................................................................ 22

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 24

3.2 Saran ....................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 26

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mekanisme dapat diartikan sebagai tata cara, cara kerja, ataupun


prinsip kerja. Sedangkan persepsi dalam arti sempit melibatkan pengalaman
kita tapi secara psikis pengertian itu tidakalah tepat. Tetapi lebih tepatnya
persepsi merupakan proses penggabungan dan mengorganisir data-data atau
stimulus untuk dikembangkan sedimikian rupa sehingga kita dapat
menyadari apa saja yang ada di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri
sendiri.
Di dalam mempersepsikan suatu objek, maka perlu melibatkan alat
indera kita agar objek itu dapat diinterpretasikan sehingga akan melahirkan
argumen yang berasal dari informasi yang diterima dan dikumpulkan
sehingga kita dapat menggabungkan dan mengelompokkan data yang telah
kita terima sebelumnya melalui pengalaman awal kita.
Dalam bab ini akan dibahas tentang mekanisme persepsi yang
difokuskan pada sistem penginderaan, yaitu :
1. Sistem auditori (pendengaran)
2. Sistem somatosensori (perabaan dan rasa sakit)
3. Sistem olfaktori (penciuman)
4. Sistem gustatori (pengecapan)
5. Mekanisme atensi

1.2 Rumusan Masalah

 Apa itu konsep dari mekanisme persepsi?


 Bagaimana konsep Prinsip-prinsip Organisasi Sistem Sensor?
 Bagaimana konsep dari sistem-sistem yang bekerja pada organinsasi
sistem sensori?
 Bagaimana sistem Auditori bekerja?

1
 Bagaimana sistem Somatosensori bekerja?
 Bagaimana sistem Olfaktori bekerja?
 Bagaimana sistem Gustatori bekerja?
 Bagaimana penjelasan konsep atensi selektif?

1.3 Tujuan Penulisan

 Memenuhi tugas kelompok mata kuliah Biopsikologi.


 Memahami tentang konsep mekanisme persepsi.
 Memahami prinsip-prinsip organisasi system sensori.
 Memahami konsep dari sistem-sistem yang bekerja pada organisasi
sistem sensori (pendengaran, peraba, pencium, pengecap, atensi).
 Memahami konsep dari atensi selektif

1.4 Manfaat Penulisan

Segala materi yang disampaikan di makalah ini diharapkan dapat


menambah khazanah ilmu khususnya mengenai Biopsikologi bagi pembaca,
terutama tim penyusun. Dari makalah ini juga diharapkan pembaca dapat
memahami mekanisme persepsi dan contoh-contohnya. Sebagian dari
pembahasan akan berhubungan erat dengan materi-materi yang disampaikan
kelompok penyusun sebelumnya, maka diharapkan juga dengan ini akan sangat
membantu dalam pemahaman materi Biopsikologi yang akan dipelajari pada
semester ini.

2
1.5 Peta Konsep

PRINSIP-PRINSIP
PENGERTIAN ORGANISASI
SISTEM SENSORI

MEKANISME
PERSEPSI,
KESADARAN, DAN
PERHATIAN

SISTEM SISTEM
AUDITORI OLFAKTORI

SISTEM SISTEM
GUSTATORI SOMATOSENSORI

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Mekanisme Persepsi

A. Pengertian Persepsi

Persepsi meliputi semua sinyal dalam system saraf, yang merupakan hasil
dari stimulasi fisik/kimia dari organ pengindraan. Sedikit mengulas tentang
persepsi, berikut pengertian persepsi menurut para ahli.

1. Menurut Bimo Walgito pengertian persepsi adalah suatu proses yang


didahului oleh penginderaan yaitu merupakan proses yang berwujud
diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut
proses sensoris.
2. Menurut Slameto (2010:102) persepsi adalah proses yang menyangkut
masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia, melalui persepsi
manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya.
Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera pengelihat,
pendengar, peraba, perasa,
dan pencium.
3. Menurut Robbins (2003:97) yang mendeskripsikan bahwa persepsi
merupakan kesan yang diperoleh oleh individu melalui panca indera
kemudian di analisa (diorganisir), diintepretasi dan kemudian dievaluasi,
sehingga individu tersebut memperoleh makna.
4. Menurut Purwodarminto (1990: 759), persepsi adalah tanggapan langsung
dari suatu serapan atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui
pengindraan.
5. Dalam kamus besar psikologi, persepsi diartikan sebagai suatu proses
pengamatan seseorang terhadap lingkungan dengan menggunakan indra-
indra yang dimiliki sehingga ia menjadi sadar akan segala sesuatu yang ada
dilingkungannya.

4
B. Mekanisme Persepsi

Mekanisme adalah cara kerja suatu organisasi (perkumpulan) dan


sebagainya. Sedangkan persepsi adalah tindakan menyusun,mengenali,dan
menafsirkan informasi sensoris guna memberikan gambaran dan pemahaman
tentang lingkungan. Persepsi seperti yang dijelaskan diatas, hasil stimulasi fisik
penginderaan. Pada makalah ini akan difokuskan 4 dari 5 sistem pengindraan
eksteroseptif yakni system auditor (pendengaran), somatosensory (perabaan),
olfaktori (penciuman), dan gustatorik (pengecapan). Selain itu juga akan
menjelaskan mekanisme-mekanisme atensi, yaitu bagaimana otak dapat
memerhatikan sejumlah kecil stimulus sensori meskipun terus menerus
menerima ribuan stimulus.

2.2 Prinsip-prinsip Organisasi Sistem Sensori

Pada materi sebelumnya telah dijelaskan tentang sistem visual yang


merupakan sistem pengindraan (sensori) yang paling teliti dipelajari dan mudah
dipahami. Seiring banyaknya penemuan tentang system sensori lainnya,
semakin jelas bahwa system sensori tersebut diorganisasikan dengan cara yang
serupa dengan system visual.

Menurut konvensi, daerah-daerah sensori korteks dianggap terdiri atas 3


tipe satu sama lain berbeda secara fundamental, yakni: primer,sekunder,dan
asosiasi. Korteks sensori primer sebuah system adalah daerah korteks sensori
yang menerima sebagian besar inputnya secara langsung dari nuklei penghantar
talamik system tersebut. Korteks sensori sekunder adalah sebuah system yang
mengcakup daerah-daerah korteks sensori primer system itu/ dari daerah-daerah
lain dalam korteks sensri sekunder system yang sama. Korteks asosiasi adalah
semua daerah korteks yang menerima input dari lebih dari satu system sensori.
Sebagian besar input daerah-daerah korteks asosiasi datang melalui daerah-
daerah korteks sensori sekunder.

Interaksi diantara ketiga tipe korteks sensori dan diantara struktur-struktur


sensori lainnya ditandai oleh 3 prinsip utama :

5
a. Organisasi Hierarkis

Hierarki adalah sebuah system yang para anggotanya dapat ditempatkan ke


tingkat atau peringkat tertentu dalam kaitnnya dengan anggota-anggota lainnya.
Contohnya adalah pasukan tentara adalah sebuah system hierarki karena semua
prajurit memiliki pangkat yang terkait dengan wewenangnya masing-masing.
Dengan cara yang sama, struktur-struktur sensori terorganisasi dlam sebuah
hierarki berdasarkan spesifisitas dan kompksitas.

Organisasi hierarkis system sensori tampak jelas dari pembandingan efek-


efek kerusakan di berbagai tingkat. Semain tinggi tingkat kerusakannya,
semakin spesifik, dan semakin kompleks pula defisitnya. Sebaliknya, destruksi
pada sebuah daerah korteks sensori asosiasi atau korteks sensori sekunder
biasanya menghasilkan deficit sensori yang kompleks dan spesifik, dan
membiarkan kemampuan sensori fundamentalnya tetap utuh.
Menurut psikolog, organisasi hierarkis dibagi menjadi dua fase:
1. Sensation (sensasi/ pengindraan) adalah proses mendeteksi keberadaan
stimuli.
2. Perception (persepsi) adalah proses yang lebih tinggi, yakni
mengintegrasikan, mengenali, dan menginterpretasikan pola-pola lengkap
sensasi.

b. Segregasi Fungsinal
Penelitian telah menunjukkan bahwa segregasi fungsional bukan
homegenitas fungsional yang menjadi karakteristik organisasi system-sitem
sensori. Sebelumnya diasumsikan bahwa daerah-daerah primer,sekunder,dan
asosiasi sebuah system sensori homegen secara fungsional yang artinya sebuah
daerah korteks ditingkat hierarki sensori manapun bekerja bersama-sama untuk
menjalankan fungsi yang sama. Sekarang telah jelas bahwa masing-masing
tingkat korteks serebral-primer, sekunder, dan asosiasi dimasing-masing system

6
sensori berisi daerah-daerah yang sangat berbeda secara fungsioal, yang
terspesialisasi diberbagai macam analisis.

c. Pemrosesan Paralel
System serial adalah system yang informasinya mengalir diantara kompoen-
komponen hanya disepanjangan satu jalur yang sama. Akan tetapi, sekarang ada
bukti bahwa system sensoris adalah system paralel yaitu system yang
informasinya mengalir melalui berbagai komponen melalui banyak jalur.
System parallel menjadi fitur pemrosesan parallel yaitu analisis simultan
terhadap sebuah sinyal dengan berbagai cara yang berbeda melalui banyak jalur
parallel dalam jaringan neural.

Model organisasi sistem sensori saat ini


Begitu banyaknya neuron yang turun melalui hierarki sensori.Meskipun
kebanyakan neuron sensori membawa informasi dari tingkat yang lebih rendah
ketingkat yang lebih tinggi dalam hierarki sensorinya masing-masing beberapa
mengonduksikannya dengan arah yang sebaliknya (dari tingkat yang lebih
tinggi ketingkat yang lebih rendah ). Hal ini disebut membawa top-down signals
(signal-signal dari atas kebawah).

2.3 Sistem Auditori (Pendengaran)

Fungsi sistem auditori adalah memeresepsi bunyi atau lebih tepatnya,


persepsi tentang objek-objek dan kejadian-kejadian melalui bunyi yang
mereka timbulkan. Bunyi adalah vibrasi molekul-molekul udara yang
menstimulasi sistem auditori. Manusia hanya mendengar vibrasi molekuler
antara sekitar 20 sampai 20.000 hertz (putaran per detik).

7
Bunyi murni (vibrasi gelombang sinus) hanya ada dilaboratorium dan studio
rekaman. Dalam kehidupan nyata, bunyi selalu dikaitkan dengan pola vibrasi
yang kompleks.

Fourier analysis (analisis forier) adalah prosedur matematis untuk


memperinci gelombang kompleks menjadi gelombang-gelombang sinus yang
merupakan kompenannya. Salah satu teori audisi adalah system auditori
menjalankan analisis mirip –forier terhadap bunyi-bunyi kompleks dalam
kaitannya dengan gelombang-gelombang sinus yang merupakan
komponenannya. Untuk bunyi murni apapun, ada hubungan erat antara
frekuensi bunyi itu dan pitch yang dipersepsi. Pitch bunyi semacam itu
berhubungan dengan frekuensi fundamental (frekuensi tertinggi adalah faktor
kelipatan tertinggi dari frekuensi- frekuesi yang merupakan komponen sebuah
bunyi). Sebagai contoh, sebuah bunyi yang merupakan campuran dari
frekuensi-frekuensi 100, 200, dan 300 Hz biasanya mempunyai pitch yang
terkait dengan 100 Hz karena 100 Hz lah faktor kelipatan tertinggi frekuensi-
frekuensi tersebut. Karakteristik persepsi pitch adalah bahwa pitch sebuah
bunyi yang kompleks bisa jadi tidak berhubungan langsung dengan frekuensi
komponen manapun dari bunyi tersebut.

Telinga

Gelombang bunyi berjalan turun melalui auditory canal (kanal auditori) dan
menyebabkan tympanic membrane (membram/selaput timpanik/ gendang
telinga) bergetar. Vibrasi inilah yang kemudian ditransfer ke ketiga ossicels
(osikel) yaitu tulang-tulang kecil ditelingan tengah,yakni malleus (martil), incus
(landasan), dan stapes (sanggurdi).

Kokhlea adalah sebuah tube panjang melingkar-lingkar (seperti kumparan)


dengan selaput internal yang mengalir hingga hampir keujungnya.

8
Jendela oval berjalan disepang organ corti adalah sebagai sebuah
gelombang. Organ orti terdiri atas dua selaput, yaitu selaput basilar dan selaput
tectorial. Reseptor-reseptor auditori, hair cells (sel-sel rambut), menempel
dibasilar mebran dan tectorial membran bersandar pada sel-sel rambut.

Prinsip utama pengodean kokhlea adalah frekuensi yang berbeda


menghasilkan stimulasi maksimal terhadap sel-sel rambut di titik-titik yang
berbeda disepanjang selaput basilar yaitu frekuensi yang lebih tinggi
menghasilkan aksivasi lebih besar yang lebih dekat ke jendela-jendela dan
frekuensi yang lebih rendah menghasilkan aktivasi yang lebih besar pada ujung
selaput basilar. Pada kokhlea, sebagian besar struktur lain dalam system auditori
tersusun menurut frekuensinya. Jadi, dengan cara yang sama seperti organisasi
dalam system visual yang disebut retinotopik, organisasi system auditori pada
pokoknya bersifat tonotopik.

Semicircular canaels (kanal-kanal semisirkuler) yaitu organ-organ reseptif


system vertibuler. System vestibuler membawa informasi tentang arah dan
intesitas gerakan kepala ,yang membantu kita dalam mempertahankan
keseimbangan.

Dari Telinga ke Korteks Auditori Primer

Aksen-aksen masing-masing saraf auditori bersinapsi dinuklei kokhlea


ipsilateral, dari mana banyak proyeksi menghasilkan superior olives dikedua
sisi batang otak dolevel yang sama. Akson-akson neuron olivaria berproyeksi
melalui lateral lemniscus (lemniskus lateral) keinverior colliculi (kolikuli
inferior) tempat mereka bersinapsis pada neuron-neuron yang berproyeksi ke
medial geniculate nuclei (nuklei genikulat medial) dalam thalamus, yang pada
gilirannya berproyeksi ke korteks auditori primer.

9
Mekanisme-mekanisme Subkortikal dari Lokalisasi Bunyi

Lokalisasi bunyi
diruangan dimediasi oleh
superior olives lateral dan
medial,tetapi dengan cara-
cara berbeda. Sebagian
neuron didalam medial
superior olives merespon
perbedaan tipis dala waktu
datangnya sinyal-sinyal dari
kedua telinga, sementara
sebagian neuron dalam lateral
superior olive merespon
perbedaan tipis dalam
amplitude bunyi-bunyi dari
kedua telinga. Superior olives
medial dan lateral berproyeksi
ke superior colliculus (tidak
tampak pada gambar di
samping) maupun ke
kolikulus inferior.

Korteks Auditori Primer dan Sekunder


Pada primata, korteks auditori primer atau inti, yang menerima sebagian
besar inputnya dari nukleus
genikulat medial, terletak di
lobus temporal, tersembunyi
dari pandangan, dalam lateral
fissure (fisura lateral) (pada
gambar disamping).
Berdekatan dengan dan
diseputarkorteks auditori
primer terdapat sebuah band (pita) yang sering disebut belt (sabuk) dari daerah-
daerah korteks sekunder. Daerah-daerah korteks auditori sekunder di luar sabuk
itu disebut parobell areas.

10
Dua prinsip penting dari organisasi korteks auditori primer yang pertama
adalah seperti korteks visual primer, korteks auditrori primer terorganisasi
dalam kolom-kolom fungsional. Kedua, seperti kokhlea, korteks auditori
diorganisasikan secara tonotoikal.
Fungsi korteks auditori primer mungkin lebih kompleks dibandingkan
fungsi korteks visual primer ditunjukkan oleh pembandingan terhadap jalut-
jalur subkortikal kedua sistem tersebut. Seperti gambar di penjelasan
mekanisme subkortikal sebelum ini, komponen-komponen batang otak untuk
sistem auditori tampak ekstensif.
Ada dua arus kortikal utama dalam analisis auditori. Sinyal-sinyal auditori
dikonduktasikan ke dua daerah besar dalam korteks asosiasi korteks prefrontal
dan korteks parietal posterior. Meskipun sebagian besar daerah korteks auditori
sekunder berlokasi di daerah sabuk, yang mengelilingi korteks auditori primer,
daerah-daerah korteks auditori sekunder lainnya (daerah-daerah parabelt)
tersebar di sepanjang kedua jalur ke korteks asosiasi itu. Jalur auditori anterior
lebih terlibat dalam mengindetifikasi bunyi-bunyi (apa), sementara jalur
auditori posterior lebih terlibat dalam menemukan bunyi (dimana).

Efek-Efek Kerusakan pada Sistem Auditori


Sebagian besar korteks auditori manusia berada dalam fisura lateral.
Konsekuensinya, jarang terjadi kerusakan pada keseluruhannya. Dan kalaupun
terjadi, selalu ada kerusakan ekstensif pada jaringan-jaringan disekitarnya.
Efek-efek lesi korteks auditori agak bergantung pada spesiesnya. Seringkali ada
kehilangan pendengaran total, yang diduga merupakan akibat terjadinya shock
pada lesi itu, karena pendengaran pulih dalam waktu beberapa minggu
kemudian. Efek permanen utamanya adalah hilangnya kemampuan untuk
menemukan lokasi suara dan kemampuan untuk mendiskriminasikan frekuensi.
Efek-efek lesi korteks auditori unilateral menunjukkan bahwa sistem tersebut
sebagian besar bersifat kontralateral.

11
Tuli pada Manusia
Tuli adalah disabilitas manusia yang paling menonjol. Tuli total jarang
terjadi. Jarangnya tuli total ini kemungkinan merupakan akibat jaringan jalur
audiitori yang bersifat paralel dan menyebar. Bila sebuah struktur otak auditori
rusak, jalur-jalur alternatif yang dapat dialiri informasi auditori masih ada. Bila
hanya bagian kokhlea yang rusak, individu-individu dapat mengalami tuli saraf
untuk frekuensi-frekuensi tertentu, tetapi tidak untuk hal yang lain. Sebagian
orang yang mengalam tuli saraf mendapatkan manfaat dari implantasi kokhlear.
Cochlear implants (implant kokhlear) mempass kerusakan pada sel-sel rambut
auditori dengan mengonversikan bunyi-bunyi yang diambil oleh buah mikrofon
di telinga pasien menjadi sinyal-sinyal elektrik, yang kemudian dibawa ke
dalam kokhlea oleh bundelan elektroda. Sinyal-sinyal ini membangunkan saraf.

2.4 Sistem Somatosensori (Perabaan dan Rasa Sakit)

Sensasi yang dirasakan di seluruh tubuh dinamakan somatosensations


(somatosensasi). Sistem yang memediasi sensasi badaniah (sistem
somatosensori) pada kenyataannya adalah tiga sistem yang terpisah tetapi saling
berinteraksi, yakni sistem eksteroreseptif (yang mengindra stimuli eksternal
yang diterapkan pada kulit), sistem proprioseptif (yang memonitor informasi
tentang posisi tubuh yang datang dari reseptor-reseptor di otot, sendi, organ-
organ keseimbangan), dan sistem interoseptif (yang memberikan informasi
umum tentang kondisi-kondisi dalam tubuh seperti suhu dan tekanan darah).
Bahasan ini berbicara tentang sistem eksteroseptif terdiri atas tiga divisi berbeda
yaitu sebuah divisi untuk memersesi stimuli mekanik (perabaan), sebuah divisi
untuk stimuli thermal (temperatur), dan sebuah divisi untuk stimuli nonseptif
(rasa sakit).

12
Reseptor-reseptor Kutaneus

Reseptor kutaneus
paling sederhana adalah
ujung-ujung saraf bebas
(free nerve endings
(ujung-ujung neuron tanpa
struktur terspesialisasi)).
Identifikasi objek dengan
sentuhan disebut
stereognosis. Reseptor-
reseptor terdalam ada
Korpuskel pacinian yang
merespon displacement
(pemindahan) dadakan
pada kulit, Merkel’s disks
dan Ruffini endings
masing-masing
merespons kuat pada indensasi gradual kulit dan peregangan gradual kulit.

Stimuli yang deiterapkan di kulit mendeformasi atau mengubah kimia


reseptor itu, dan hal ini pada gilirannya mengubah permeabillitas membrane sel
reseptor itu terhadap ion-ion, hasilnya adalah sebuah sinyal neural.

Dermatoma

Serabut-serabut neural yang membawa informasi dari reseptor-reseptor


kutaneus dan matosensori lailnnya berkumpul di saraf dan memasuki sumsum
tulang belakang melalui dorsal roots (akar dorsal). Daerah tubuh yang
dirangsang oleh akar dorsal kiri dan kanan di sebuah segmen sumsum tulang

13
belakang tertentu
disebut dermatome
(dermatoma). Gambar
dibawah adalah sebuah
peta dermatome
manusia.

14
Dua Jalur Somatosensori
Utama

1. Dorsal-column medial-
lemnicur system cenderung
membawa informasi tentang
sentuhan dan propriosepsi.
(Gambar samping)

2. Anterolateral system
cenderung membawa
informasi tentang rasa sakit
dan temperature.
(Gambar bawah)

Daerah-Daerah Kortikal
Somatosensasi

Pada 1937, penfield dan rekan-rekan


sejawatnya memetakan korteks
somatosensori primer para pasien selama
bedah saraf (gambar berikut dibawah).
penfield menerapkan stimulasi elektrik
pada berbagai tempat diatas permukaan
kortikal, dan para pasien, yang
sepenuhnya sadar dan dibius lokal,
mendeskripsikan apa yang mereka

15
rasakan. Ketika Penfield memetakan hubungan antara masing-masing tempat
stimulasi dan bagian tubuh tempat sensasi dirasakan, ia menemukan bahwa
korteks somatosensori primer manusia (SI) bersifat somatotopik- terorganisasi
menurut peta permukaan tubuh. Peta somatotopik lazim disebut somatosensory
homunculus (manusia kecil).

Berdasarkan gambar diatas bahwa homunkulus somatosensori terdistorsi;


proposi terbesar SI digunakan untuk menerima input bagian-bagian tubuh yang
mampu melakukan diskriminasi taktil paling halus (misalnya, tanagn, bibir, dan
lidah).

16
Daerah terorganisasi secara somatotopik kedua, SII, terletak pada posisi ventral
terhadap SI di girus possentral, dan banyak diantaranya yang memanjang
hingga ke dalam fisura lateral. SII menerima sebagian inputnya dari SI dan oleh
sebab itu dianggap sebagai korteks somatosensori sekunder. Berlawanan
dengan SI, yang inputnya banyak bersifat kontralateral, SII menerima input
potensial dari kedua sisi tubuh. Banyak output SI dan SII yang mneuju ke
korteks asosiasi lobus parietal poslerior.

Agnosia Somatosensori

Ada dua tipe utama agnosia somatosensori:

1. Astereognosia
Ketidakmampuan untuk mengenali objek-objek melalui sentuhan. Kasus-
kasus astereogsia murni-terjadi tanpa adanya defisit sensori sederhana-
jarang terjadi (Corkin, Milner, & Rasmussen, 1970).
2. Asomatognosia
Ketidakmampuan untuk mengenali bagian-bagian tubuh sendiri.
Asomatognosia biasanya unilateral, hanay memengaruhi sisi kiri tubuh, dan
biasanya behubungan dengan kerusakan ekstensif pada lobus parietal
posterior kanan.

Persepsi kesakitan

Paradoks adalah kontadiksi logis, persepsi sakit bersifat paradoksial dilihat dari
tga hal penting yang akan dijelaskan berikut ini.

Adaptasi Rasa Sakit

Salah satu paradoks rasa sakit adalah sebuah pengalaman yang dalam semua hal
tampak begitu buruk pada kenyataannya sangat penting bagi keselamatan hiudp
kita. Tidak ada stimulus khusus untuk rasa sakit. Sakit adalah respons terhadap
berbagai macam stimulasi apa pun yang secara potensial membahayakan.

17
Tidak Adanya Representasi Kortikal yang Jelas untuk Rasa Sakit

Paradoks rasa sakit yang kedua adalah ia tidak memiliki repreentasi kortikal
yang jelas (rainville, 2002). Stimuli menyakitkan mengaktifkan banyak daerah
korteks, tetapi daerah-daerah aktivitasnya sangat bervariasi dari studi ke study
dan dari orang ke orang.

Daerah korteks yang paling sering dikaitkan dengan pengalaman kesakitan


adalah anterior cingulate cortex (Gambar berikut). dengan menggunakan
PET, Craig, dan rekan-rekan sejawatnya mendemonstrasikan peningkatan
dalam dalam
kegitan koteks
singulat anterior
ketika subjek
meletakkan
tangannya pada
bilah yang
dinginnya
menyakitkan, yang
panasnya
menyakitkan, atau
bahkan
diserangkaian bilah
yang sejuk atau
hangat. Yang menghasilkan ilusi simulasi menyakitkan.

Descending Pain Control


Ambang rasa sakit ternyata juga sangat tergantung pada faktor kognisi
dan emosional seseorang. Contohnya karena faktor kepercayaan, seseorang
tidak merasakan sakit meskipun tubuhnya ditusuk-tusuk dengan pisau tajam,
atau tidur di atas paku. Juga para tentara yang sedang berjuang mempertahankan

18
kemerdekaannya, umumnya hanya akan merasakan sedikit sakit pada kakinya
yang hancur lebur saat menginjak ranjau darat.
Melzack dan Wall (1965), mengajukan teorigate-control, yaitu teori
yang menyatakan bahwa faktor kognisi dan emosi dapat mempengaruhi sinyal
dari otak yang akan disampaikan ke sumsum tulang belakang. Sinyal tersebut
akan menimbulkan jaringan neural penjaga (gating circuit) yang memblokir
reseptor rasa sakit.
Berikut ini adalah 3 temuan yang pengontrol rasa sakit yang bersifat
Analgesia descending (turun dari atas ke bawah ) :
1. Stimulasi Elektrik pada PAG (Periaqueductal Gray) memiliki efek analgesia
(memblokir rasa sakit)
.2. Penemuan bahwa PAG dan daerah-daerah lain di otak berisi reseptor-
reseptor yang terspesialisasi untuk obat-obat analgesik opiat seperti morfin.
3. Analgesia opiat endogen / Endorphin yang diprosuksi secara internal oleh
tubuh.

Rasa Sakit Neuropatik


Adalah rasa sakit kronis berat tanpa adanya stimulus penyebab kesakitan
tersebut. Biasanya berkembang pasca kecelakaan, luka-luka sudah sembuh dan
tampaknya sudah tidak ada lagi alasan untuk merasa sakit, tetapi pasien
mengalami rasa sakit yang sangat menyiksa.
Rasa sakit Neuropatik belum diketahui penyebabnya, tetapi tampaknya
disebabkan oleh perubahan patologis dalam sistem syaraf yang entah
bagaimana terinduksi oleh cidera aslinya. Sumbernya biasanya adalah akitifitas
dalam sistem syaraf pusat.

2.5 Sistem Olfaktori (Penciuman)

Reseptor-reseptor olfaktori berlokasi di bagian atas hidung, melekat pada


lapisan jaringan tertutup-lendir yang disebut olfactory mucosa (mukosa
olfaktori). Estimasi jumlah tipe reseptor olfaktori berubah tajam dengan

19
penemuan di awal abad ke-21 bahwa tikus memiliki sekitar seribu macam
protein reseptpr dan manusia kemungkinan memiliki beberapa ratus jenis.

Pada mamalia, masing-masing sel reseptor olfaktori hanya berisi satu tipe
molekul protein reseptor (Serizawa et al. Hal ini disebut one-olfactory-receptor-
one-neuron-rule (Lowcock dan Reed).

Sel-sel reseptor olfaktori berbeda dengan sel-sel reseptor sistem lain dalam
sebuah aspek penting.Sel-sel reseptor olfaktori baru diciptakan diseoanjang
hidup seseorang untuk menggantikan yang telah memburuk. Begitu diciptakan,
sel reseptor baru itu mengembangkan akson yang tumbuh sampai mereka
mencapai tempat yang tepat dibukbus okfaktori .Setiap sel reseptor olfaktori
baru hanya bertahan hidup selama beberapa minggu sebelum akhirnya
digantikan.

Setiap traktus olfaktori berproyeksi ke beberapa struktur lobus temporal


medial, termasuk amigdala dan korteks piriform sebuah daerah korteks
temporal media yang berdekatan dengan amigdala.Korteks pirifrom dianggap
sebagai korteks olfaktori primer, tetapi anggapan ini sedikit sewenang-wenang
(Bensafi et al). Sistem olfaktori adalah satu-satunya system yang jalur sensori
utamanya mencapai korteks serebal tanpa harus terlebih dulu melalui thalamus.
Dua jalur olfaktori utama meninggalkan daerah pirifrom-amigdala. Yang satu
berproyeksi secara menyebar ke sistem limbic, yang lain berproyeksi malalui
nuclei dorsal medial thalamus ke korteks or-bitofrontal- daerah korteks di
permukaan inferior lobus frontal, di sebelah orbits (lekuk mata). Proyeksi libik
diduga memediasi respons emosional terhadap bau; proyeksi orbifrontal-
talamik diduga memediasi persepri yang disadari terhadap bau.baru sedikit
yang diketahui tentang bagaimana neuron-neuron yang reseptif terhadap bau-
bau yang berbeda diorganisasikan dalam korteks (lihat Savic.)

20
2.6 Sistem Gustatori (Pengecapan)

Reseptor-reseptor pengecap banyak ditemukan di atas lidah dan berbagai


bagian rongga mulut, biasanya berbentuk klaster. Tampak dalam bentuk klaster
yang terdiri dari sekitar 50 reseptor, yang disebut taste buds. Di lidah taste buds
sering berlokasi di sekitar protuberance yang disebut paplillae (bentuk
tunggaknya adalah papilla).

Teori pemprosesan-komponen sederhana tentang pencecepan ini memiliki


beberapa masalah utama ,Jones, Fontanini dan Katz,2006, Smith dan
Margolskee). Pertama ,sekarang jelas bahwa paling sedikit ada lima rasa primer
;umami (gurih atau lezat)adalah rasa yang kelima .Masalah lainnya adalah
banyak rasa yang tidak dapat diciptakan oleh kombinasi rasa primer (Schiffman
&Ericson).beberapa rasa (asin&asam) tampaknya tidak memiliki reseptor yang
spesifik untuk rasa-rasa tersebut.Sebaliknya , mereka ditemukan memengaruhi
aktivitas berbagai reseptor pencecepan dengan memengaruhi secara langsung
saluran-saluran ion mereka . Jelas bahwa sensasi rasa tidak dikode melalui
mekanisme-makanisme pemrosesan komponen sederhana, masih belum jelas
bagaimana mereka di kode.

Neuron-neuron aferen gustatory meninggalkan mulut sebagai bagian saraf-


saraf cranial wajah (V11), glosofaringeal(1X),dan vagus(X),yang membawa
informasi masing-masingvdari bagian depan lidah ;bagian belakang lidah
.Serabut-serabut ini semuanya berakhir solitary nucleus (nucleus soliter) dari
medulla, bersinapsis di neuron-neuron yang berproyeksi ke nucleus posterior
ventral thalamus. Akson-akson gustatori nukleus posterior ventral berproyeksi
ke korteks gustatory primer, yang berada didekat daerah wajah di homunculus
somatosensori, di bibir superior fisura lateral, dan ke korteks gustatory
sekunder, yang tersembunyi dari penglihatan dalam fisura lateral.

21
Kerusakan Otak dan Indra-indra Kimiawi

Ketidakmampuan untuk mencium disebut anosmia, ketidakmampuan untuk


mencecep disebut ageusia penyebab neurologis paling lazim anosmia adalah
pukulan dikepala ynag menyebabkan displacement otak dalam tengkorak dan
memotong saraf-saraf olfaktori yang berjalan melalui cribifrom plate (pelat
sribiform).

Ageusia jarang terjadi, karena sinyal-sinyal sensori dari mulut dibawa


melalui tiga jalur yang terpisah. tetapi , ageusia parsial, yang terbatas pada dua
pertiga anterior lidah di salah satu sisi, kadang-kadang dijumpai setelah
kerusakan pada telinga disisi tubuh yang sama.

2.7 Atensi Selektif

Secara sadar kita manusia hanya memersepsi sejumlah kecil subset dari
banyak stimuli yang membangkitkan organ sensori manusia pada suatu saat dan
mengabaikan sisanya hal ini disebut selective attention (perhatian selective).
Ciri ciri selective attention:
1. Meningkatkan persepsi terhadap stimuli yang menjadi fokusnya
2. Mencampur dan menggabungkan persepsi yang tidak menjadi fokusnya.
Contoh ketika kita mendengar informasi dari guru saat suasana berisik,
peluang kita untuk memahami informasi tersebut menjadi meningkat,
tetapi peluang untuk memahami simultan atau komentar dari teman
teman yang lin akan menjadi berkurang.
Cara untuk memfokuskan atensi ada dua cara:
1. Dengan cara internal (atensi endogen), dimediasi oleh mekanisme
neural dari atas ke bawah.
2. Dengan cara eksternal mekanisme neural dari bawah ke atas.
Contohnya, ketika anda menacari sesuatu seperti kunci pastinya anda
terfokuskan pada meja anda atau disebut atensi endogen.atau tertarik ke

22
hewan peliharaan anda yang membuat kekacauan di rumah anda (atensi
ekstorgen).
Contoh salah satu karakteristik selective atenttion adalah.ketika teman ada
berbincang bincang sedangkan anda sibuk dengan pekerjaan yang anda lakukan
ketika teman anda menyebutkan nama anda, tiba tiba anda merasakan akses
kesadaran anda.

Change Blindness
Adalah ketika seseorang melihat benda sesuatu dan meyakini apa yang telah
lihat,yang pada kenyataannya benda yang ia lihat tidak sama dengan apa yang
di yakini yang telah ia lihat.
mengapa change blindess bisa terjadi, terjadi karena berlawanan dengan impresi
kita, ketika kita melihat sebuah scene tentu kita seolah olah kita melihat secara
detail scene demi scene, tetapi tidak menjadi titik fokus perhatian.fenomena
change blindess tidak akan terjadi jika interval pendek (kurang dari 0,1 detik.)

Mekanisme Neural Atensi


Menurut teori-teori, representasi neural berbagai aspek display visual bersaing
satu sama lain. Atensi selektif diduga bekerja dengan memperkuat respons
neural ke aspek-aspek yang diperhatikan dan dengan melemahkan respons ke
yang lainnya. Antisipasi sebuah stimulus meningkatkan aktivitas neural di
sirkuit yang sama yang dipengaruhi oleh stimulus itu sendiri. Studi lain
menyatakan menggambarkan serangkaian wajah pada subjek.subjek yang di
tanyai apakah wajah orang itu memiliki sama atau wajah tersebut memiliki
lokasi yang sama.

Simultanagnosia
Gangguan pada atensi, yang berdampak kesulitan subjek memerhatikan lebih
dari satu objek dalam waktu yang bersamaan.

23
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Persepsi adalah hasil stimulasi fisik pengindraan. Pengindaraan sistem


pengindraan eksteroseptif yakni system auditor (pendengaran), somatosensory
(perabaan), olfaktori (penciuman), dan gustatorik (pengecapan). Selain itu juga
akan menjelaskan mekanisme-mekanisme atensi, yaitu bagaimana otak dapat
memerhatikan sejumlah kecil stimulus sensori meskipun terus menerus
menerima ribuan stimulus.

Fungsi sistem auditori adalah memeresepsi bunyi atau lebih tepatnya,


persepsi tentang objek-objek dan kejadian-kejadian melalui bunyi yang mereka
timbulkan.

Efek-efek lesi korteks auditori agak bergantung pada spesiesnya. Seringkali


ada kehilangan pendengaran total, yang diduga merupakan akibat terjadinya
shock pada lesi itu, karena pendengaran pulih dalam waktu beberapa minggu
kemudian. Efek permanen utamanya adalah hilangnya kemampuan untuk
menemukan lokasi suara dan kemampuan untuk mendiskriminasikan frekuensi.
Efek-efek lesi korteks auditori unilateral menunjukkan bahwa sistem tersebut
sebagian besar bersifat kontralateral.

Sensasi yang dirasakan di seluruh tubuh dinamakan somatosensations


(somatosensasi). Sistem yang memediasi sensasi badaniah (sistem
somatosensori) pada kenyataannya adalah tiga sistem yang terpisah tetapi saling
berinteraksi, yakni sistem eksteroreseptif (yang mengindra stimuli eksternal
yang diterapkan pada kulit), sistem proprioseptif (yang memonitor informasi
tentang posisi tubuh yang datang dari reseptor-reseptor di otot, sendi, organ-
organ keseimbangan), dan sistem interoseptif (yang memberikan informasi
umum tentang kondisi-kondisi dalam tubuh seperti suhu dan tekanan darah).

24
Reseptor-reseptor olfaktori berlokasi di bagian atas hidung, melekat pada
lapisan jaringan tertutup-lendir yang disebut olfactory mucosa (mukosa
olfaktori). Estimasi jumlah tipe reseptor olfaktori berubah tajam dengan
penemuan di awal abad ke-21 bahwa tikus memiliki sekitar seribu macam
protein reseptpr dan manusia kemungkinan memiliki beberapa ratus jenis.

Reseptor-reseptor pengecap banyak ditemukan di atas lidah dan berbagai


bagian rongga mulut, biasanya berbentuk klaster. Tampak dalam bentuk klaster
yang terdiri dari sekitar 50 reseptor, yang disebut taste buds. Di lidah taste buds
sering berlokasi di sekitar protuberance yang disebut paplillae (bentuk
tunggaknya adalah papilla).

Atensi selektif adalah memersepsi sejumlah kecil subset dari banyak stimuli
yang membangkitkan organ sensori manusia pada suatu saat dan mengabaikan
sisanya

Change blindess bias terjadi karena berlawanan dengan impresi kita, ketika
kita melihat sebuah scene tentu kita seolah olah kita melihat secara detail scene
demi scene, tetapi tidak menjadi titik fokus perhatian.fenomena change blindess
tidak akan terjadi jika interval pendek (kurang dari 0,1 detik.)

3.2 Saran

Kajian-kajian tentang persepsi sangat perlu untuk ditingkatkan, karena


persepsi sangat penting bagi kita untuk dapat memahami segala sesuatu yang
ada di sekitar kita. Persepsi memiliki sifat-sifat dan elemen-elemen persepsi,
sehingga dalam hal ini diperlukan pemahaman yang kuat mengenai persepsi itu
sendiri. Menjadi tugas kita bersama untuk mengkaji dan mengeksplor lebih lagi
materi yang telah disampaikan guna kemajuan dan perkemangan ilmu
pengetahuan, khususnya Psikologi.

25
DAFTAR PUSTAKA

Hayward, Sheila. 1997. Biopsychology: Psychological Psychology.


Hampshire: Macmillan Education.

Johnson, M. H. 2001. Functional brain development in humans. Nature


Reviews Neuropsychology.

Kalat, James W. 2009. Biopsikologi: edisi kesembilan. Jakarta: Salemba


Humanika.

Suarya, Luh M. K. S. dkk. 2016. Bahan Ajar Biopsikologi. Fakultas


Kedokteran Universitas Udayana.

Pinel, John P. J. 2009. Biopsikologi: edisi ketujuh. Diterjemahkan oleh Helly


Prajitno Soejipto dan Sri Mulyantini Soejipto. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

26

Anda mungkin juga menyukai