Geografi Lingkungan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 54

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................... Error! Bookmark not defined.


KATA PENGANTAR ........................................................... ii
BAB I PENGENALAN GEOGRAFI LINGKUNGAN ..... 1
1.1 Pengertian Geografi dan Geografi Lingkungan ............ 1
BAB II TEORI GEOGRAFI................................................ 5
2.1 Obyek Geografi ............................................................. 5
2.2 Prinsip Geografi ............................................................ 6
2.3 Konsep Esensial Geografi........................................... 10
2.4 Ruang Lingkup Geografi ............................................ 13
2.5 Hakekat Geografi ........................................................ 16
2.6 Klasifikasi dan Cabang-Cabang Geografi................... 30
2.7 Pendekatan-Pendekatan Geografi ............................... 35
BAB III PENCEMARAN LINGKUNGAN ...................... 37
3.1 Gambaran Umum Lokasi ........................................... 37
3.2 Sebab Pencemaran Lingkungan Akibat Sampah ....... 39
2.3 Dampak Pencemaran Lingkungan Akibat Sampah ... 40
2.4 Solusi ......................................................................... 41
BAB IV PENUTUP ............................................................. 48
DAFTAR PUSTAKA .......................................................... 49
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS ......................... 51

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan
Maha Esa atas kelimpahan kasih dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Geografi
Lingkungan ini guna memenuhi salah satu tugas pada
program studi Perencanaan Wilayah Kota Fakultas
Teknik Universitas Tanjungpura Kalimantan Barat.
Tugas ini berisi tentang Pengenalan tentang
pengertian geografi lingkungan, obyek geografi
lingkungan, prinsip geografi ligkungan, konsep esensial
geografi, ruang lingkup geografi, hakekat geografi,
klasifikasi dan cabang-cabang geografi, pendekatan
geografi dan bencana kerusakan pada lingkungan serta
studi kasus yang diambil dalam bencana geografi
lingkungan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada dosen pengampu yaitu Dr.Erni Yuniarti,
ST., M.Si, dan seluruh pihak yang telah memberikan ilmu
serta bimbingan kepada penulis. Semua pihak yang telah
memberikan bantuan moril maupun material secara
langsung maupun tidak langsung kepada penulis dalam
penyusunan buku ini hingga selesai.
ii
Penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan
semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua.

Pontianak, Desember 2019

Penulis

iii
BAB I PENGENALAN GEOGRAFI LINGKUNGAN
1.1 Pengertian Geografi dan Geografi Lingkungan
Ekblaw dan Mulkerne mengemukakan, bahwa
geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari
bumi dan kehidupannnya, mempengaruhi pandangan
hidup kita, makanan yang kita konsumsi, pakaian yang
kita gunakan, rumah yang kita huni dan tempat rekreasi
yang kita nikmati. Bintarto (1977) mengemukakan,
bahwa geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitra,
menerangkan sifat bumi, menganalisis gejala alam dan
penduduk serta mempelajari corak khas mengenai
kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari unsur bumi
dalam ruang dan waktu. Hasil semlok peningkatan
kualitas pengajaran geografi di Semarang (1988)
merumuskan, bahwa geografi adalah ilmu yang
mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer
dengan sudut pandang kewilayahan atau kelingkungan
dalam konteks keruangan.
James mengemukakan geografi berkaitan dengan
sistem keruangan, ruang yang menempati permukaan
bumi. Geografi selalu berkaiatan dengan hubungan timbal
balik antara manusia dan habitatnya.Berdasarkan telaah

1
terhadap konsep tersebut penulis berpendapat, bahwa
geografi merupakan studi yang mempelajari fenomena
alam dan manusia dan keterkaitan keduanya di
permukaan bumi dengan menggunakan pendekatan
keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Dalam
pengertian itu beberapa aspek yang esensial, yaitu (1)
adanya hubungan timbal balik antara unsur alam dan
manusia (reciprocal). (2) Hubungan itu dapat bersifat
interelatif, interaktif, dan intergratif sesuai dengan
konteksnya. (3) cara memadang hubungan itu berisifat
keruangan.
Dalam kata yang lain, Geografi mempelajari
penyebaran keruangan dari sesuatu (bahasa, kegiatan
ekonomi, pencemaran, rote transportasi, tanah, iklim, dan
dan fenomena lainnya) untuk menemukan mengapa
fenomena itu menyebar sebagaimana adanya. Geografi
selanjutnya mencoba untuk menggambarkan terjadinya
distribusi itu, dan dengan pemahaman itu dapat
mengusulkan pemecahan masalah yang terjadi.
Preston James mencoba untuk memecahkan
pertanyaan apakah geografi dengan memberikan batasan
geografi menjadi empat tradisi utama, yaitu:

2
Keberadaan geografi lingkungan tak terlepas dari
masalah lingkungan, khsususnya hubungan antara
pertumbuhan penduduk, konsumsi sumberdaya, dan
peningkatan intensitas masalah akibat ekploitasi
sumberdaya yang berlebihan. Geografi lingkungan dapat
memberikan kombinasi yang kuat perangkat konseptual
untuk memahami masalah lingkungan yang kompleks.
Geografi lingkungan cenderung pada geografi
manusia atau intergrasi geografi manusia dan fisik dalam
memahami perubahan lingkungan global. Geografi
lingkungan menggunakan pendekatan holistik. Geografi
lingkungan melibatkan beberapa aspek hubungan timbal
balik antara manusia dan lingkungan. Untuk memahami
masalah-masalah lingkungan tidak mungkin tanpa
pemahaman proses ekonomi, budaya, demografi yang
mengarah pada konsumsi sumberdaya yang meningkat
dan generasi yang merosot. Kebanyakan proses tersebut
kompleks dan tranasional. Solusi potensial hanya dengan
memahami fungsi siklus biokimia (sirkulasi air, karbon,
nitrogen, dan sebagainya) dan juga teknologi yang
digunakan manusia untuk campur tangan pada siklus itu.

3
Atas dasar perspektif tersebut, dapat disarkan
bahwa geografi lingkungan merupakan ilmu pengetahuan
yang mempelajari lokasi dan variasi keruangan fenomena
alam (fisis) maupun manusia di permukaan bumi.
(Environmental geography is the scientific study ot the
location and spatial variation in both physical and human
phenomena of Earth) (James Hayes-Bohanan).

4
BAB II TEORI GEOGRAFI
2.1 Obyek Geografi
Objek kajian suatu ilmu kadang-kadang dipelajari
oleh ilmu-ilmu yang lain (objek material). Sebagai
contohnya, antara geografi sosial dan sosiologi sama-
sama mempelajari kelompok manusia pada suatu tempat.
Antara geomorfologi dan geografi fisik mempelajari
bentuk lahan. Antara geografi ekonomi dan ekonomi
sama-sama membahas kebutuhan manusia dalam suatu
lokasi tertentu. Hal yang membedakan satu dengan ilmu
yang lain dalam hal memecahkan masalahnya adalah
sudut pandang satu ilmu dalam memecahkan masalah
atau dalam memberikan sejumlah alternatif pemecahan
masalah (objek formal). Objek kajian geografi sangat luas
(objek material) mencakup aspek fisik (lingkungan fisik),
aspek manusia, serta hubungan manusia dengan
lingkungan. Objek material geografi dapat mengenai
permukiman, desa, kota, pariwisata, daerah aliran sungai,
bentuk lahan, bentang darat, sumber daya, industri,
kependudukan, wilayah atau region, iklim, tanah, air, dan
masih banyak lagi. Secara ringkas, objek material
geografi meliputi gejala-gejala yang terdapat dan terjadi

5
di permukaan bumi. Objek formal geografi adalah cara
memandang dan cara berpikir terhadap objek material
tersebut dari segi geografi, yaitu segi keruangan,
kelingkungan, dan kompleks wilayah. Oleh sebab itu,
geografi sebagai ilmu lebih dicirikan oleh objek
formalnya dan metode pendekatan daripada objek
materialnya.
2.2 Prinsip Geografi
Dalam studi geografi, seperti ilmu-ilmu lain,
digunakan prinsip-prinsip yang mendasari yang disebut
prinsip geografi. Prinsip ini berfungsi sebagai dasar
uraian, pengkajian, penyingkapan gejala, variabel, dan
faktor-faktor geografi. Prinsip dapat dianggap sebagai
“jiwa” pada waktu kita melakukan pendekatan terhadap
objek yang kita pelajari. Menurut Nursid Sumaatmadja
(1981), ada empat prinsip geografi, yakni penyebaran,
interelasi, deskripsi, dan korologi.
1. Prinsip Penyebaran
Gejala dan fakta geografi, baik yang berkaitan
dengan aspek fisik, kemanusiaan, maupun
gabungan dari keduanya, tersebar di permukaan
bumi. Persebaran gejala dan fakta di setiap

6
lokasi atau tempat di permukaan bumi berbeda-
beda. Ada yang tersebar merata, tidak merata,
atau menggerombol. Dengan memperhatikan
dan menggambarkan persebaran gejala tersebut
dalam suatu ruang atau tempat tertentu, kita
mampu menyingkapkan persebaran tersebut,
baik yang terkait dengan gejala lain maupun
kecenderungan yang dapat dipakai untuk
prediksi di masa mendatang.
2. Prinsip interelasi digunakan untuk menelaah
dengan mengkaji gejala dan fakta geografi.
Prinsip interelasi adalah gejala atau fakta yang
terjadi di suatu tempat tertentu. Setelah
mengetahui penyebaran gejala dan fakta
geografi dalam lokasi tersebut, langkah
selanjutnya menyingkap hubungan antara gejala
atau fakta yang ada di tempat itu. Pengungkapan
hubungan bisa berasal dari hubungan gejala
fisik dengan gejala fisik, manusia dengan
manusia, atau fisik dengan manusia.
Berdasarkan hubungan gejala-gejala geografi
tersebut, dapat ditetapkan karakteristik tempat

7
tersebut. Dengan menggunakan metode
kuantitatif (statistik), interelasi gejala atau fakta
itu dapat diukur secara matematis.
3. Prinsip Deskripsi
Apabila interelasi antargejala, faktor, atau fakta
dapat diketahui, tahap selanjutnya adalah
menjelaskan sebab akibat adanya interelasi
antargejala geografi tersebut. Penjelasan,
deskripsi, dan pencitraan merupakan salah satu
prinsip dasar studi geografi. Prinsip deskripsi
berfungsi memberikan gambaran yang lebih
detail tentang gejala, fakta, atau faktor serta
masalah yang diteliti. Prinsip ini tidak hanya
menjelaskan peristiwa tersebut dengan kata-
kata dan penggambarannya dengan peta, tetapi
juga didukung dengan diagram, grafik, tabel,
dan hasil-hasil tumpang susun gejala-gejala
tersebut melalui analisis komputer dengan
menggunakan sistem informasi geografi.
Bentuk-bentuk tulisan, peta, diagram, tabel,
grafik, dan lainnya ini akan memberikan

8
penjelasan dan kejelasan tentang apa yang
dipelajari dan sedang diteliti.
4. Prinsip Korologi
Prinsip ini merupakan salah satu prinsip
geografi yang bersifat komprehensif karena
merupakan perpaduan dari beberapa prinsip
geografi lainnya. Prinsip korologi merupakan
ciri dari studi geografi modern. Pada prinsip
korologi ini, gejala, faktor, dan masalah
geografi dipandang dari segi penyebaran gejala,
fakta, dan masalah geografi dalam ruang. Baik
penyebaran, interelasi, maupun interaksi antara
gejala, fakta, dan masalah sudah diketahui
dalam suatu ruang. Faktor-faktor sebab dan
akibat terjadinya suatu gejala, fakta, dan
masalah tidak dapat dilepaskan dengan ruang
yang bersangkutan. Ruang akan memberikan
karakteristik kepada kesatuan gejala, kesatuan
fungsi, dan kesatuan bentuk. Ruang dimaksud di
sini adalah permukaan bumi, baik sebagian
maupun secara keseluruhan. Pengertian bumi
sebagai ruang tidak hanya bagian bumi

9
bersinggungan dengan udara dan bagian dari
luar bumi, tetapi juga termasuk lapisan atmosfer
terbawah yang memengaruhi permukaan bumi
dan lapisan batuan sampai kedalaman tertentu,
termasuk organisme yang ada di permukaan
bumi. Juga, meliputi perairan darat dan laut
yang tersebar di bumi yang disebut sebagai
lapisan hidup (life layer). Dengan demikian,
prinsip korologi ini memperhatikan penyebaran
serta interaksi segala unsur yang ada di
permukaan bumi sebagai suatu ruang yang
membentuk kesatuan fungsi.
2.3 Konsep Esensial Geografi
Konsep merupakan pengertian yang menunjuk pada
sesuatu. Konsep esensial suatu bidang ilmu merupakan
pengertian-pengertian untuk mengungkapan atau
menggambaran corak abstrak fenomena esensial dari
obyek material bidang kajian suatu ilmu. Oleh karena itu
konsep dasar merupakan elemen yang penting dalam
memahami fenomena yang terjadi. Dalam geografi
dikenali sejumlah konsep esensial sebagai berikut.
Menurut Whiple ada lima konsep esensial, yaitu:

10
1. bumi sebagai planet
2. variasi cara hidup
3. variasi wilayah alamiah
4. makna wilayah bagi manusia
5. pentingnya lokasi dalam memahami peristiwa
dunia
Dalam mengungkapkan konsep geografi itu harus
selalu dihubungkan dengan penyebarannya, relasinya,
fungsinya, bentuknya, proses terjadinya, dan lain-lain
sebagainya. Sebagai contoh ungkapan konsep “variasi
cara hidup” setidaknya harus terabstraksikan mata
pencaharian penduduk, proses terbentuknya mata
pencaharian itu, penyebaran mata pencaharian itu, jumlah
penduduk yang bekerja pada masing-masing mata
pencaharian itu, dan dinamika mata pencaharian itu.
Menurut J Warman ada lima belas konsep esensial, yaitu:
1. wilayah atau regional
2. lapisan hidup atau biosfer
3. manusia sebagai faktor ekologi dominan
4. globalisme atau bumi sebagai planet
5. interaksi keruangan
6. hubungan areal

11
7. persamaan areal
8. perbedaan areal
9. keunikan areal
10. persebaran areal
11. lokasi relatif
12. keunggulan komparatif
13. perubahan yang terus menerus
14. sumberdaya dibatasi secara budaya
15. bumi bundar diatas kertas yang datar atau peta
Dengan menggunakan konsep-konsep tersebut
dapat diungkapkan berbagai gejala dan berbagai masalah
yang terjadi di lingkungan sekitar kita. Penggunaan
konsep itu akan memudahkan pemahaman terhadap sebab
akibat, hubungan, fungsi, proses terjadinya gejala dan
masalah sehari-hari. Selanjutnya dari kenyataan itu
dikembangkan menjadi satu abstraksi, disusun model-
model atau teori berkaitan dengan gejala, masalah dan
fakta yang dihadapi. Jika ada satu masalah dapat dicoba
disusun model alternatif pemecahannya. Sedangkan jika
yang dihadapi suatu kenyaan kehidupan yang perlu
ditingkatkan tarapnya, maka dapat disusun model dan
pola pengembangan kehidupan itu. Dari berbagai konsep

12
itu dapat disusun suatu kaidah yang tingkatnya tinggi dan
berlaku secara umum yang disebut generalisasi.
2.4 Ruang Lingkup Geografi
Studi dan analisis geografi meliputi analisis gejala
manusia dengan gejala alam, termasuk analisis
penyebaran, interelasi, dan interaksi dalam ruang.
Menurut Bintarto (1981), dengan melihat analisis yang
dipelajari dalam studi geografi, ilmu geografi dapat
menjawab lima W, yaitu (1) what untuk mengetahui apa
yang terjadi, (2) where untuk mengetahui di mana
kejadian itu terjadi, (3) when untuk mengetahui kapan
terjadinya, (4) why untuk mengetahui mengapa itu terjadi,
dan (5) how untuk mengetahui bagaimana menyelesaikan
kejadian itu dengan baik. Pertanyaan 5W yang
dikemukakan oleh Bintarto ini diperjelas oleh Nursid S.
(1981). Untuk menjawab pertanyaan what, geografi dapat
menunjukkan gejala atau faktor alam atau manusia. Untuk
menjawab pertanyaan when, geografi dapat menunjukkan
ruang atau tempat terjadinya gejala atau faktor alam dan
manusia. Untuk menjawab pertanyaan why, geografi
dapat menunjukkan relasi, interelasi, dan integrasi gejala-
gejala tadi sebagai faktor yang tidak terlepas satu sama

13
lain. Untuk pertanyaan terakhir how, geografi dapat
menunjukkan kualitas dan kuantitas gejala dan
interaksi/interelasi gejalagejala tadi pada ruang yang
bersangkutan. Untuk mengungkap waktu terjadinya atau
berlangsungnya kejadian tersebut, geografi dapat
menjawab pertanyaan when dalam mengungkap dimensi
waktunya. Dengan demikian, ruang lingkup studi geografi
dan analisis geografi cukup luas dan mendasar.
Menurut Rhode Murphey (1966), ada tiga lingkup
pokok geografi:
1. distribusi dan hubungan timbal balik antara
umat manusia yang tinggal di atas permukaan
bumi dengan aspek keruangan permukiman dan
penggunaan lahan;
2. hubungan timbal balik antara masyarakat
manusia dan lingkungan fisik sebagai bagian
dari studi perbedaan wilayah;
3. kerangka regional dan analisis wilayah tertentu.
Ketiga lingkup pokok dalam studi geografi yang
dikemukakan di atas tidak dapat dilepaskan dari aspek
alamiah dan aspek manusia. Tampak pula gejala, fakta,

14
problem, proses, hubungan, sebab, akibat, dan fungsi
yang menjadi inti dari lingkup geografi.
Martopo (1988) menampilkan sebuah bagan tentang
cakupan kajian disiplin geografi (Gambar 1.1) dan
diagram alir kajian geografi (Gambar 1.2). Bagan tersebut
mengenai cakupan kajian disiplin geografi yang
menggambarkan pendekatan yang dipakai, teknik atau
cara kerja, serta sasaran kajian. Sementara itu, diagram
alir kajian geografi melukiskan geosfer sebagai lingkup
sumber bahan kajian serta pendekatan, teknik, dan proses
perolehan. Dalam bagan ini, Martopo mengungkapkan
mulai dari informasi hingga akhirnya sampai pada
penggunaannya oleh para konsumen (pemakai informasi).
Dengan alir kajian yang demikian, tecermin bahwa
geografi di Indonesia sudah mengarah pada bentuknya
sebagai ilmu terapan, tidak sebagai ilmu disiplin murni
atau ilmu akademis yang hanya dipelajari dan
dikembangkan di perguruan tinggi. Dari kedua bagan
tersebut, jelas digambarkan bahwa lingkup kajian
geografi dibatasi pada fenomena yang ada di permukaan
bumi atau geosfer. Gambar lingkup kajian geografi yang
membatasi pada fenomena geosfer, seperti yang

15
dikemukakan dalam bagan itu, sesuai rumusan definisi
geografi yang dikemukakan oleh Ferdinand Von
Richthofen (1883) yang membatasi kajian geografi pada
erdoberflache (permukaan bumi). Sementara itu, istilah
geosfer dikemukakan oleh Schmidthusen (dalam bahasa
Jerman geosphare) sebagai pengganti sebutan lama
edoberfache.
2.5 Hakekat Geografi
Menurut Nursid S. (1981), hakikat geografi dapat
dirunut kembali mulai dari sejarah perkembangan
pemikiran geografi dari zaman Yunani kuno sampai saat
ini. Seperti yang dikemukakan pada pembahasan bab
definisi geografi bahwa konsep geografi berasal dari
Erostothenes yang menggunakan kata geographia. Akar
dari kata geografi atau geographia adalah geo yang berarti
bumi dan graphika yang berarti lukisan atau tulisan. Jadi,
arti kata geographia dalam bahasa Yunani berarti lukisan
tentang bumi (description of the earth) atau tulisan tentang
bumi (writing about the earth). Menurut pengertian
geografi yang dikemukakan oleh Erastothenes, geografi
adalah tulisan tentang bumi, tidak hanya berkenaan
dengan fisik alamiah bumi, melainkan juga meliputi

16
segala gejala dan prosesnya, baik gejala dan proses alami
maupun proses dan gejala kehidupan. Gejala dan proses
kehidupan itu termasuk kehidupan tumbuh-tumbuhan,
hewan, dan manusia sebagai penghuni bumi ini.
Sejak dianutnya konsep writing about earth, hal itu
bermakna mendeskripsikan kehidupan manusia dengan
lingkungan alam di wilayahwilayah tertentu.
Penggambaran tentang bumi ini didasarkan dari data dan
informasi yang bersumber dari kisah perjalanan,
perdagangan, dan peperangan. Selanjutnya, Karl Ritter
menyatakan bahwa geography to study the earth as
dwelling place of man artinya mengkaji bumi sebagai
tempat tinggal manusia. Pada pengertian bumi sebagai
tempat tinggal manusia, tercakup di dalamnya segala
kegiatan manusia berkenaan dengan organisasi, struktur,
dan pola yang dilakukan oleh manusia mengenai tempat
tinggalnya untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Sementara itu, pengertian the dwelling place of
man itu tidak hanya bagian permukaan bumi yang
ditempati oleh manusia, tetapi termasuk wilayah-wilayah
yang belum dijamah manusia sepanjang wilayah tersebut
penting artinya bagi kehidupan manusia. Dalam studi

17
geografi, gejala-gejala yang berkenaan dalam alam
organik dan alam nonorganik dianalisis penyebaran,
perkembangan, interelasi, dan interaksi. Maksudnya,
dikaji interelasi dan interaksi dalam ruang (spatial
relationship), dikaji interelasi antara faktor alam dan
faktor alam, antara faktor manusia dan faktor manusia,
serta antara faktor alam dan faktor manusia pada ruang
tertentu, dalam hal ini wilayah tertentu di permukaan
bumi. Dalam ruang tersebut, faktor manusia memegang
peranan yang terpenting. Sebagaimana dikemukakan oleh
Hartshore, geography is that disipline that seeks to
describe and intreprest the variable character from place
to place of the earth as world of man.
Selama bagian permukaan bumi itu dianggap
penting, ia menjadi objek geografi. Oleh sebab itu,
geografi, baik sebagai bidang studi atau bidang ilmu
pengetahuan, tidak memiliki sifat dikotomi antara ilmu
pengetahuan murni dan ilmu pengetahuan terapan, ilmu
pengetahuan eksakta dan ilmu pengetahuan noneksakta,
serta antara ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan
sosial. Berdasarkan cakupan wilayah studinya yang
sedemikian luas, geografi dikatakan sebagai bidang ilmu

18
pengetahuan dari hasil perpaduan berbagai bidang ilmu
pengetahuan (murni terapan, eksaktanoneksakta, alam-
sosial). Oleh sebab itu, segala sifat ilmu pengetahuan
dapat dikatakan dimiliki oleh geografi. Geografi
dikatakan sebagai induk ilmu pengetahuan sebagaimana
dikemukakan oleh Preston R. James.
Geografi kadang-kadang disebut sebagai induk ilmu
pengetahuan karena berbagai lapangan dipelajarinya
dengan dimulai melakukan observasi terhadap raut bumi,
mengarah pada studi proses-proses spesifik yang berlaku
di suatu tempat tertentu.
Alasan memberikan sebutan sebagai “induk ilmu
pengetahuan” untuk geografi didasarkan pada
perkembangan geografi yang sudah sedemikian lama. Hal
ini dimulai sejak geografi bersifat pemikiran filosofis
tentang terjadinya alam semesta beserta kehidupan pada
zaman Heroditus sebelum Masehi.
Sejalan dengan perkembangan pengetahuan
manusia tentang lingkungannya serta sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
pengertian geografi pun mengalami perubahan.
Pengertian geografi yang semula hanya tulisan atau

19
penggambaran tentang bumi berubah dan berkembang
sebagai bidang disiplin ilmu pengetahuan tersendiri.
Geografi berkembang awalnya dalam bentuk cerita
tentang suatu wilayah dengan penduduknya, lalu menjadi
bidang ilmu pengetahuan yang memiliki objek studi,
metode, prinsip, dan konsep-konsep sendiri. Karena itu,
geografi mendapat tempat di tengah disiplin-disiplin ilmu
lainnya.
Jadi, hakikat geografi adalah mempelajari gejala-
gejala permukaan bumi secara keseluruhan dengan
memperhatikan tiap-tiap gejala secara teliti (yang
merupakan bagian dari keseluruhan tadi) dalam hubungan
interaksi, interelasi, dan integrasi keruangan. Dengan
demikian, geografi modern mulai dengan pengertian-
pengertian yang dipersiapkan oleh ilmu-ilmu
pengetahuan sistematis, tetapi penekanannya tidak pada
bidang teoretis secara terpisahpisah, melainkan dipelajari
sebagai variasi wilayah yang berkembang di permukaan
bumi yang merupakan hasil proses operasional perubahan
gejalagejala yang bersangkutan secara komprehensif.
Selanjutnya, apabila studi geografi diamati secara
saksama pada setiap bagian-bagiannya, hal itu akan

20
menampilkan berbagai kesan sehingga menimbulkan
aneka ragam gagasan tentang hakikat geografi (Daljuni
N., 1981). Menurut Broek (1980), hakikat geografi ada
enam seperti berikut.
1. Geografi sebagai Ilmu Pengetahuan Biofisik
Pada akhir abad ke-19, ketika ilmu
pengetahuan, seperti geologi, meterologi, dan
botani, sudah mengalami perkembangan yang
sedemikian pesat, ahli-ahli geografi terpengaruh
dan tertarik mengikuti metode-metode disiplin
ilmu-ilmu tersebut. Setelah geografi masuk
kelompok ilmu pengetahuan alam murni,
geografi mampu merumuskan hukum sebab
akibat terhadap gejala-gejala dan proses-proses
fisik di permukaan bumi secara general, tetapi
tidak memasukkan unsur manusia. Dalam hal
ini, banyak ahli geografi hanya menitikberatkan
studinya pada bentang lahan, iklim, dan
vegetasi, tetapi mereka mengabaikan unsur
manusia. Sampai saat ini, masih ada kalangan
ahli geografi yang mempertahankan pandangan
ini, khususnya mengenai iklim dan bentang

21
lahan sebagai titik sentral perhatiannya. Dapat
diringkas bahwa geografi merupakan ilmu
pengetahuan biofisis apabila yang dipelajari itu
hanya geografi fisis dan biotis yang mendasari
telaah atas selukbeluk tanah saja.
2. Geografi sebagai Relasi Hubungan Timbal
Balik antara Manusia Alam
Konsep geografi yang masih berlaku di
kalangan orang awam adalah menyingkap
bagaimana lingkungan alam berpengaruh
terhadap kondisi tingkah laku manusia. Gagasan
ini berasal dari awal abad ke-19 ketika gagasan
Darwin mampu menawarkan jawaban-jawaban
tentang evolusi dan variasi masyarakat umat
manusia. Adanya gagasan Darwin ini
menyebabkan ahli-ahli ilmu pengetahuan sosial
mengembangkan pemikiran tersebut lebih luas
lagi. Sebagai contoh, bagaimana iklim tropis
menghalangi kemajuan kebudayaan masyarakat
setempat, sedangkan iklim sedang merangsang
perkembangan kebudayaan masyarakat yang
mendiaminya. Pemikiranpemikiran semacam

22
ini sebenarnya bukanlah hal yang baru
(pemikiran ini sudah ada pada zaman Yunani
kuno), tetapi pandangan bahwa lingkungan
alam memengaruhi kondisi tingkah laku
manusia di suatu wilayah merupakan persoalan
di kalangan para ahli geografi. Bentuk
pandangan geografi ini masih berurat dan
berakar di Amerika Serikat hingga tahun 1920-
an. Walaupun hampir semua ahli geografi
Amerika sudah meninggalkan pandangan ini
sejak tahun 1920-an, pandangan kaum
environmentalisme ini masih dapat dijumpai
dalam berbagai buku pelajaran di sekolah-
sekolah.
3. Geografi sebagai Ilmu Ekologi Manusia
Keanekaragaman di kalangan pengikut paham
determinisme environmentalis mendefinisikan
geografi sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari hubungan manusia dengan tempat
tinggalnya. Pandangan ini mengakui bahwa
manusia bukan semata-mata hanya bagian dari
lingkungan alam yang ada di sekilingnya, tetapi

23
di dalam diri manusia terdapat
kekuatankekuatan yang berpengaruh terhadap
kehidupan manusia sendiri. Setiap masyarakat
mempunyai kebudayaan sendiri yang diwarisi
dari nenek moyang mereka, mempunyai
teknologi dan peralatan, dan mempunyai cara-
cara atau pandangan untuk mempertahankan
dirinya dari kekuatan-kekuatan alam. Paham
ekologi manusia ini merupakan perbaikan dari
paham determinisme environmental. Titik
pandang paham ekologi manusia ini
konsentrasinya pada hubungan timbal balik
suatu masyarakat tertentu dengan habitatnya
pada wilayah setempat dan mengabaikan
interaksi antarwilayah.
4. Geografi sebagai Studi Bentang Lahan
Paham ini bertentangan dengan pendapat kaum
environmentalisme yang mengatakan bahwa
alam lebih bersifat pasif dan masyarakat
manusia berperan lebih aktif. Suatu masyarakat
mengembangkan tempat tinggalnya dengan cara
mengubah bentang alam menjadi bentang

24
budaya. Jenis dan kualitas perubahan ini
tergantung dari tingkat kebudayaannya. Topik
bentang alam yang diajarkan di sekolah-sekolah
bertujuan memberi penjelasan tentang deskripsi
kenampakan-kenampakan yang bersifat nyata
dari pemakaian lahan atau tanah sebagai wujud
pencerminan aktivitas manusia. Pendekatan
geografi sebagai studi bentang lahan ini
sebagaimana pendekatan lain mempunyai
beberapa kelemahan. Oleh sebab itu, tradisi-
tradisi geografi selalu harus memperhatikan
tipe-tipe ekonomi serta susunan sosial dan
politik pada wilayah-wilayah yang berbeda-
beda. Yang harus diperhatikan dalam paham ini
bahwa jangan terlalu melebih-lebihkan
pendeskripsian bentang lahan, tetapi hendaklah
lebih banyak ke geografinya, khususnya yang
terkait dengan keruangan.
5. Geografi sebagai Studi Penyebaran
Pertanyaan yang pertama kali muncul dari
seorang ahli geografi apabila bertanya tentang
suatu apa pun adalah di manakah sesuatu itu

25
berada. Penempatan lokasi suatu benda atau
penduduk dalam peta dinyatakan dengan pola-
pola penyebarannya. Tidak dapat diragukan,
cara ini efisien untuk mengungkapkan
hubungan timbal balik antara dua wilayah atau
lebih. Akan tetapi, cara ini lebih berarti untuk
mengetahui hubungan lebih dari dua variabel.
Geografi dapat didefinisikan sebagai studi
penyebaran/distribusi, yaitu letak suatu benda
itu berada. Apakah itu batu-batuan,
tumbuhtumbuhan, rumah, penduduk, atau
segala sesuatu yang ada di permukaan bumi?
Apakah ahli-ahli geografi memperkirakan
bagaimana menempatkan pola-pola penyebaran
benda-benda tersebut? Apakah sebagian atau
semuanya? Bagaimana batas-batasnya dan
metode apa yang digunakan? Hal yang penting
di sini adalah objektivitas lokasinya. Lokasi
suatu objek adalah suatu atribut dari objek itu
sendiri dan bagaimana legimitasinya berkaitan
dengan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.
Sebagai perbandingan, bagaimana objek yang

26
sama dipelajari oleh seorang ahli zoologi
dengan seorang ahli geografi. Seorang ahli
zoologi dalam mempelajari seekor harimau
akan mengabaikan prosedur-prosedur
bagaimana penyebaran harimau atau mengapa
menggerombol di daerah tertentu, sedangkan
ahli geografi mempelajari harimau dalam hal
bagaimana pola penyebarannya di suatu wilayah
tertentu dan bagaimana hubungannya dengan
wilayah lainnya. Menempatkan penyebaran
merupakan salah satu prosedur yang penting
dalam geografi walaupun hal ini bukan tujuan
geografi.
6. Geografi sebagai Teori Keruangan Bumi
Dalam perjalanan perkembangan pemikiran
geografi dari waktu ke waktu, muncullah
gagasan-gagasan agar ilmu geografi semakin
bersifat ilmiah. Ahli-ahli rasionalis pada abad
ke-18 dan akhir abad ke-19 serta ahli
environmentalisme berpendapat agar geografi
dibentuk dan dimasukkan dalam bidang hukum-
hukum atau dalil-dalil geografi dapat diakui

27
secara ilmiah. Saat ini, ada gerakan-gerakan
neorasionalis di kalangan ahli geografi yang
menginginkan geografi dimasukkan dalam
kelompok ilmu pengetahuan alam. Metode
analisisnya dibantu dengan menggunakan
metode kuantitatif dan peralatan komputer yang
sangat canggih serta ditumpang oleh
yayasanyayasan, baik yang bersifat nasional
maupun regional yang mendanai guna
pengembangan ilmu pengetahuan yang bersifat
eksakta. Geografi selalu menggabungkan
deskripsi tempat-tempat tertentu dengan
formulasi konsepkonsep serta prinsip-prinsip,
lalu diperkuat oleh fondasi-fondasi teoretis.
Oleh karena itu, adanya perkembangan teknik
analisis matematika dan komputer yang
digunakan untuk menganalisis penyebaran dan
interaksi keruangan yang semakin berkembang
dengan pesat telah terjaring pada konsep-konsep
interelasi. Arah perkembangan ini
memunculkan kekhawatiran di kalangan ahli
geografi, yakni akan membatasi cakrawala

28
geografi pada abstraksi ilmu pengetahuan relasi
keruangan saja. Pencarian hukum-hukum atau
dalil-dalil yang bersifat umum pada suatu
tingkatan abstraksi tinggi akan segera
berhadapan dengan akar geografi, yakni akan
menghilangkan atau mengabaikan ruang dan
waktu yang merupakan unsur pokok dalam
geografi. Geografi tidak berkaitan dengan
hukum universal keadaan sosial ekonomi
manusia yang bertempat tinggal di suatu planet
yang gersang. Geografi apabila diteliti dengan
saksama telah memasuki realita lokalisasi pola-
pola akumulasi dari pluralistis sejarah umat
manusia yang tampak beraneka ragam yang
tersebar di permukaan bumi. Distribusi tidaklah
sesederhana yang ditentukan oleh susunan
dalam suatu sistem fungsional, seperti posisi
permata dalam arloji. Penyebarannya terutama
ditentukan oleh hasil proses-proses sejarah masa
lampau dan masa kini. Dengan demikian, teori-
teori model keruangan kota-kota atau zona-zona
pertanian sangat jelas merupakan desain dari

29
hasil pemikiran yang logis. Selanjutnya, dengan
semakin banyaknya data kuantitatif yang
berkaitan dengan tingkah laku manusia,
terutama yang tersedia di negara-negara maju,
sekurang-kurangnya satu abad terakhir, ahli-
ahli teoretis cenderung akan mengembangkan
modelmodel yang berasal dari fakta-fakta here
and now yang tampaknya mengabaikan aspek
waktu-waktu lampau dan aspek kebudayaan
lain. Jelas model-model seperti ini bertentangan
dengan akar studi geografi yang ruang dan
waktu merupakan salah satu unsur pokok dalam
geografi.
2.6 Klasifikasi dan Cabang-Cabang Geografi
Disiplin ilmu geografi memiliki cakupan obyek
yang luas. Obyek itu mencakup fenomena alam dan
manusia, dan keterkaitan antar keduanya. Untuk
mempelajari obyek yang demikian luas tumbuh cabang-
cabang geografi yang dapat memberikan analisis secara
mendalam terhadap obyek yang dipelajarinya.

30
Cabang-cabang ilmu geografi dapat dirinci sebagai
berikut. Menurut Huntington, geografi terbagi empat
cabang, yaitu:
1. Geografi Fisik yang mempelajari faktor fisik alam
2. Pitogeografi yang mempelajari tanaman
3. Zoogeografi yang mempelajarai hewan
4. Antropogeografi yang mempelajari manusia.
Menurut Muller dan Rinner, cabang-cabang
geografi terdiri atas:
1. Geografi Fisik yang terdari atas geografi
matematika, geografi tanah dan hidrologi,
klimatologi, geografi mineral dan sumberdaya,
geografi tanaman, dan geografi tata guna lahan
2. Geografi Manusia meliputi geografi budaya
(geografi penduduk, geografi sosial, dan geografi
kota), Geografi ekonomi (geografi pertanian,
geografi transportasi dan komunikasi) geografi
politik
3. Geografi regional
Menurut Hagget, cabang geografi dapat diuraikan
sebagai berikut.

31
1. Geografi fisik merupakan cabang geografi yang
mempelajari gejala fisik di permukaan bumi.
Gejala fisik itu terdiri atas tanah, air, udara dengan
segala prosesnya. Bidang kajian dalam geografi
fisik adalah gejala alamiah di permukaan bumi
yang menjadi lingkungan hidup manusia. Oleh
karena itu keberadaan cabang ilmu ini tidak dapat
dipisahkan dengan mansuia.
2. Geografi Manusia
a. Geografi manusia merupakan cabang
geografi yang obyek kajiannya keruangan
manusia. Aspek-aspek yang dikaji dalam
cabang ini termaasuk kependudukan,
aktivitas manusia yang meliputi aktivitas
ekonomi, aktivitas politik, aktivitas sosial
dan aktivitas budayanya. Dalam
melakukan studi aspek kemanusiaan,
geografi manusia terbagi dalam cabang-
cabang geografi penduduk, geografi
ekonomi, geografi politik, geografi
permukiman dan geografi sosial.

32
b. Geografi penduduk merupakan cabang
geografi manusia yang obyek studinya
keruangan penduduk. Obyek studi ini
meliputi penyebaran, densitas,
perbandingan jenis kelamin penduduk dari
suatu wilayah.
c. Geografi Ekonomi merupakan cabang
geografi manusia yang bidang kajiannya
berupa struktur keruangan aktivitas
ekonomi. Titik berat kajiannya pada aspek
keruangan struktur ekonomi masyarakat,
termasuk bidang pertanian, industri,
perdagangan, transportasi, komunikasi,
jasa, dan sebagainya. Dalam analisisnya,
faktor lingkungan alam ditinjau sebagai
faktor pendukung dan penghambat
struktur aktivitas ekonomi penduduk.
Geografi ekonomi mencakup geografi
pertanian, geografi industri, geografi
perdagangan, geografi transportasi dan
komunikasi.

33
d. Geografi Politik merupakan cabang
geografi manusia yang bidang kajiannya
adalah aspek keruangan pemerintahan atau
kenegaraan yang meliputi hubungan
regional dan internasional, pemerintahan
atau kenegaraan dipermukaan bumi.
Dalam geografi politik, lingkungan
geografi dijadikan sebagain dasar
perkembangan dan hubungan kenegaraan.
Bidang kajian geografi politik relatif luas,
seperti aspek keruangan, aspek politik,
aspek hubungan regional, dan
internasional.
e. Geografi permukiman adalah cabang
geografi yang obyek studinya berkaitan
dengan perkembangan permukimam di
suatu wilayah permukaan bumi. Aspek
yang dibahas adalah kapan suatu wilayah
dihuni manusia, bagaimana bentuk
permukimannya, faktor apa yang
mempengaruhi perkembangan dan pola
permukiman.

34
3. Geografi Regional merupakan diskripsi yang
menyeluruh antara aspek manusia dan aspek alam
(lingkungan). Fokus kajiannya adalah interelasi,
interaksi dan integrasi antara aspek alam dan
manusia dalam suatu ruang tertentu.
Dalam pengkajian gejala dan masalah geografi
harus selalu terpadu. Walaupun geografi fisik mengkaji
aspek fisik, tetapi selalu mengkaitkannya dengan aspek
manusia dalam suatu “ruang”. Sebaliknya geografi
manusia selalu mengkaitkan dirinya dengan aspek-aspek
fisik geografi. Geografi akan kehilangan “jati dirinya”
jika tidak terjadi konsep keterpaduan. Dalam tataran
sistematika tersebut, geografi lingkungan merupakan
bagian dari geografi regional. Karena, dalam perspektif
bidang ini memberi tekanan pada hubungan antara
manusia dengan lingkungannya sehingga terlihat
karakteristk lingkungan di wilayah tersebut.
2.7 Pendekatan-Pendekatan Geografi
Geografi merupakan pengetahuan yang
mempelajarai fenomena geosfer dengan menggunakan
pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks

35
wilayah. Berdasarkan definisi geografi tersebut ada dua
hal penting yang perlu dipahami, yaitu:
1. obyek studi geografi (Obyek studi geografi adalah
fenomena geosfere yang meliputi litosfere,
hidrosfera, biosfera, atmosfera, dan
antrophosfera), dan
2. pendekatan geografi
Mendasarkan pada obyek material ini, geografi
belum dapat menunjukan jati dirinya. Sebab, disiplin ilmu
lain juga memiliki obyek yang sama. Perbedaan geografi
dengan disiplin ilmu lain terletak pada pendekatannya.
Sejalan dengan hal itu Hagget (1983) mengemukakan tiga
pendekatan, yaitu:
1. pendekatan keruangan,
2. pendekatan kelingkungan, dan
3. pendekatan kompleks wilayah

36
BAB III PENCEMARAN LINGKUNGAN
3.1 Gambaran Umum Lokasi

Sumber: Google
Kabupaten Kubu Raya merupakan bagian terdepan
dari Propinsi Kalimantan Barat yang secara geografis
terletak diantara Koordinat 1080 35’–1090 58’ BT 00 44’

37
LU – 10 01’ LS. Kabupaten Kubu Raya adalah Kabupaten
hasil pemekaran dari Kabupaten Pontianak yang
terbentuk melalui Undang Undang No. 35 tahun 2007.
Dengan luas wilayah 6.985,20 Km2 (kurang lebih
meliputi 65 % dari Kabupaten induk), Secara administrasi
Kabupaten Kubu Raya berbatasan dengan:
 Utara : Kabupaten Pontianak;
 Selatan : Kabupaten Ketapang;
 Timur : Kabupaten Landak dan
Kabupaten Sanggau;
 Barat : Laut Natuna.
Wilayah administratif Kabupaten Kubu Raya meliputi 9
Kecamatan yaitu: Batu Ampar, Terentang, Kubu, Teluk
Pakedai, Sungai Kakap, Rasau Jaya, Sungai Raya,
Sungai Ambawang, Kuala Mandor B. Kecamatan terluas
adalah Kecamatan Batu Ampar dengan luas 2.002,70
Km2 dan Kecamatan yang terkecil adalah Kecamatan
Rasau Jaya dengan luas 111,07 Km2. Kabupaten Kubu

38
Raya, Kalimantan Barat, menghadapi masalah terkait
Sampah1.

3.2 Sebab Pencemaran Lingkungan Akibat Sampah


Penyebab permasalahan sampah sangat banyak di
Kabupaten Kubu Raya diakibatkan oleh:
1. Rendahnya kesadaran masyarakat di
Kabupaten Kubu Raya, sehingga mereka
membuang sampah tidak di tempat
penampungan sampah. Padahal di sudah
tersedianya TPS.
2. Masyarakat kurang peduli akan pentingnya
mendaur ulang sampah, padahal mendaur
ulang sampah dapat bernilai ekonomis.
3. Lemahnya peraturan juga menjadi penyebab
banyaknya sampah, karena pembuang sampah
tidak dihukum dengan tegas.

1
Sumber: TribunKubuRaya.com, 3 Desember 2019, Pemkab Kubu
Raya dan PT Sinar Wijaya Jalin Kerja Sama Tanggulangi Sampah,
https://pontianak.tribunnews.com/2019/12/03/pemkab-kubu-
raya-dan-pt-sinar-wijaya-jalin-kerja-sama-tanggulangi-
sampah?page=2

39
4. Jumlah penduduk yang meningkat setiap
tahunnya juga menyebabkan peningkatan
jumlah sampah, seiring dengan semakin
banyaknya kebutuhan konsumsi dari penduduk
di Kabupaten Kuburaya.
5. Kadang kala ada warga Kota Pontianak yang
membuang sampah di Kubu Raya.
6. Banyak tempat pembuangan sampah tak resmi
yang bermunculan.
2.3 Dampak Pencemaran Lingkungan Akibat
Sampah
Sampah di Kabupaten Kubu Raya banyak yang
tidak dibuang di tempatnya, malah dibuang di jalanan dan
dilingkungan sekitar rumah, serta tidak diolah dengan
tepat. Akibatnya lingkungan menjadi kotor dan tercemar.
Sampah yang dibuang sembarangan dan menimbulkan
berbagai kerugian.
Sampah yang dibuang warga bukan hanya dijalan
dan lingkungan sekitar rumah tetapi juga disungai.
Sampah yang dibuang disungai mencemari sungai dan
menggangu aktivitas masyarakat seperti mereka

40
menggunakan air tersebut untuk mencuci, memasak,
mandi maupun minum.
Ketika mereka meggunakan air sungai tersebut efek
samping yang dirasakan utama diterima oleh masyarakat
yaitu penyakit. Penyakit, selain diare, penyakit lain yang
menyerang warga ialah cacingan karena merupakan
tempat berkembangnya bakteri dan hewan pembawa
penyakit seperti nyamuk. Bukan hanya penyakit tetapi
juga menimbulkan bencana alam, karena membuang
sampah di sungai, sampah akan menumpuk dan
menyumbat saluran air sehingga timbul genangan.
2.4 Solusi
Pembangkit listrik tenaga sampah atau Pembangkit
listrik sampah atau Pembangkit listrik tenaga biomasa
sampah adalah pembangkit listrik thermal dengan uap
supercritical steam dan berbahan bakar sampah atau gas
sampah methan. Sampah atau gas methan sampah dibakar
menghasilkan panas yang memanaskan uap pada boiler
steam supercritical. Uap kompresi tinggi kemudian
menggerakkan turbin uap dan flywheel yang tersambung
pada generator dinamo dengan perantara gear transmisi
atau transmisi otomatis sehingga menghasilkan listrik.

41
Daya yang dihasilkan pada pembangkit ini bervariasi
antara 500 KW sampai 10 MW. Bandingkan dengan
PLTU berbahan bakar batubara dengan daya 40 MW
sampai 100 MW per unit atau PLT nuklir berdaya 300
MW sampai 1200 MW per unit.
Proses Kerja PLTsa terdapat dua macam yaitu:
Proses pembakaran dan proses teknologi fermentasi
metana:
1. Proses Pembakaran
a. Pemilahan dan Penyimpanan Sampah
 Limbah sampah kota yang
berjumlah ± 500-700 ton akan
dikumpulkan pada suatu tempat
yang dinamakan Tempat
Pengolahan Akhir (TPA).
 Pemilahan sampah sesuai dengan
kriteria yang dibutuhkan PLTSa.
 Sampah ini kemudian disimpan
didalam bunker yang
menggunakan teknologi RDF
(Refused Derived Fuel). Teknologi
RDF ini berguna dalam mengubah
42
limbah sampah kota menjadi
limbah padatan sehingga
mempunyai nilai kalor yang tinggi.
 Penyimpanan dilakukan selama
lima hari hingga kadar air tinggal
45 % yang kemudian dilanjutkan
dengan pembakaran.
b. Pembakaran Sampah
 Tungku PLTSa pada awal
pengoperasiannya akan digunakan
bahan bakar minyak.
 Setelah suhu mencapai 850oC –
900oC, sampah akan dimasukkan
dalam tungku pembakaran
(insenerator) yang berjalan 7800
jam.
 Hasil pembakaran limbah sampah
akan menghasilkan gas buangan
yang mengandung CO, CO2, O2,
NOx, dan Sox. Hanya saja, dalam
proses tersebut juga terjadi

43
penurunan kadar O2. Penurunan
kadar O2 pada keluaran tungku
bakar menyebabkan panas yang
terbawa keluar menjadi berkurang
dan hal tersebut sangat
berpengaruh pada efisiensi
pembangkit listrik.
c. Pemanasan Boiler
Panas yang dipakai dalam memanaskan
boiler berasal dari pembakaran sampah.
Panas ini akan memanaskan boiler dan
mengubah air didalam boiler menjadi uap.
d. Penggerakan Turbin dan Generator Serta
Hasil
Uap yang tercipta akan disalurkan ke
turbin uap sehingga turbin akan berputar.
Karena turbin dihubungkan dengan
generator maka ketika turbin berputar
generator juga akan berputar. Generator
yang berputar akan mengahsilkan tenaga
listrik yang kan disalurkan ke jaringan
listrik milik PLN. Dari proses diatas

44
dengan jumlah sampah yang berkisar 500-
700 ton tiap harinya dapat diolah menjadi
sumber energi berupa listrik sebesar 7
Megawatt.
2. Teknologi Fermentasi Metana
Pada tauhn 2002, di Jepang, telah dicanangkan
“biomass-strategi total Jepang” sebagai
kebijakan negara. Sebagai salah satu teknologi
pemanfaatan biomass sumber daya alam dapat
diperbaharui yang dikembangkan di bawah
moto bendera ini, dikenal teknologi fermentasi
gas metana. Sampah dapur serta air seni, serta
isi septic tank diolah dengan fermentasi gas
metana dan diambil biomassnya untuk
menghasilkan listrik, lebih lanjut panas yang
ditimbulkan juga turut dimanfaatkan.
Sedangkan residunya dapat digunakan untuk
pembuatan kompos.
Karena sampah dapur mengandung air 70–80%,
sebelum dibakar, kandungan air tersebut perlu
diuapkan. Di sini, dengan pembagian
berdasarkan sumber penghasil sampah dapur

45
serta fermentasi gas metana, dapat dihasilkan
sumber energi baru dan ditingkatkan efisiensi
termal secara total. Pemanfaatan Gas dari
Sampah untuk Pembangkit Listrik dengan
teknologi fermentasi metana dilakukan dengan
dengan metode sanitary landfill yaitu,
memanfaatkan gas yang dihasilkan dari sampah
(gas sanitary landfill/LFG).
Landfill Gas (LFG) adalah produk sampingan
dari proses dekomposisi dari timbunan sampah
yang terdiri dari unsur 50% metan (CH4), 50%
karbon dioksida (CO2) dan <1% non-methane
organic compound (NMOCs). LFG harus
dikontrol dan dikelola dengan baik karena lanjut
Dia, jika hal tersebut tidak dilakukan dapat
menimbulka smog (kabut gas beracun),
pemanasan global dan kemungkinan terjadi
ledakan gas, sistem sanitary landfill dilakukan
dengan cara memasukkan sampah kedalam
lubang selanjutnya diratakan dan dipadatkan
kemudian ditutup dengan tanah yang gembur

46
demikian seterusnya hingga menbentuk lapisan-
lapisan.
Untuk memanfatkan gas yang sudah terbentuk,
proses selanjutnya adalah memasang pipa-pipa
penyalur untuk mengeluarkan gas. Gas
selanjutnya dialirkan menuju tabung pemurnian
sebelum pada akhirnya dialirkan ke generator
untuk memutar turbin. Dalam penerapan sistem
sanitary landfill yang perlu diperhatikan adalah,
luas area harus mencukupi, tanah untuk penutup
harus gembur, permukaan tanah harus dalam
dan agar ekonomis lokasi harus dekat dengan
sampah sehingga biaya transportasi untuk
mengangkut tanah tidak terlalu tinggi.

47
BAB IV PENUTUP
Setelah membaca materi ini diharapkan pembaca
telah belajar banyak tentang Geografi Lingkungan dan
mengetahui pencemaran yang merusak lingkungan.
Banyak hal yang telah anda pelajari mulai dari pengenalan
Geografi Lingkungan hingga pendekatan yang ada dalam
geografi serta pecemaran yang merusak lingkungan.
Diharapkan setelah membaca materi ini dapat
meningkatkan kemampuan untuk mengetahui apa itu
geografi lingkungan dan dapat memecahkan masalah
yang menyangkut dalam geografi lingkungan hidup,
khususnya bagi mahasiswa perencanaan wilayah dan
kota. Semoga materi ini dapat bermanfaat.

48
DAFTAR PUSTAKA
Bintarto. (1986). Penuntun Geografi Sosial. Yogyakarta.

Bintarto. (1997). Pengertian Geografi Lingkungan .


Geografi Lingkungan .

Daldjoeni, N. (1982). Pengantar Geografi. Bandung:


Penerbit Alumni.

Ekblaw, M. (2011). Pengertian Geografi Lingkungan.


Geografi Lingkungan.

Hagget. (1983). Pendekatan. Pendekatan Geografi .

Huntington. (1947). Cabang-cabang geografi. Klasifikasi


dan Cabang-Cabang Geografi.

Kodoatie. (2013). Bencana Banjir.

Pawitan. (2006). Bencana Banjir.

Sumaatmadja, N. (1981). Studi Geografi. Bandung:


Penerbit Alumni.

Warman. (2017). Konsep Esensial. Konsep Esensial


Geografi.

49
Whiple. (2017). Konsep Esensial. Konsep Esensial
Geografi.

50
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
Angela Lahir di Rawak pada
03 November 1998, beliau
merupakan anak ke-2 dari 3
bersaudara dari pasangan
Sudiono dan Een. Dengan
riwayat pendidikan yakni
pada SD Negeri 1 Sekadau
Hulu (2004-2010), SMP
Negeri 1 Sekadau Hulu (2010-
2013), dan SMA Negeri 1 Sekadau Hulu (2013-2016).
Hingga pada akhirnya mendapat kesempatan untuk
melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas
Tanjungpura melalui Jalur (SNMPTN) dan sebagai
mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Fakultas Teknik Unoversitas Tanjungpura Semester 7.
Angela aktif dalam organisasi yaitu seperti Catholic
Family Of Technic Faculty (CAFATIFA) Universitas
Tanjungpura dan Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK)
Universitas Tanjungpura. Serta mengikuti berbagai
kegiatan dari Himpunan Mahasiswa Perencanaan
Wilayah dan Kota (HIMAP).
51

Anda mungkin juga menyukai