Megana Gunungan - Gilang
Megana Gunungan - Gilang
Megana Gunungan - Gilang
disusun oleh :
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat-Nya makalah yang berjudul “Makna Simbolik Tradisi Syawalan
Megana Gunungan Bagi Kehidupan Masyarakat Pekalongan Yang Menyimbolkan
Tali Silaturahmi Dan Kerukunan Antar Umat” dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Makalah ini disusun untuk mengikuti Kegiatan Jejak Tradisi Budaya Daerah
tingkat Regional Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur Tahun 2019 . Dalam
penyusunan makalah ini, penulis mendapat banyak bantuan, masukan, bimbingan,
dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih yang tulus kepada:
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
paling sedikit tiga wujud antara lain, (1) sebagai suatu kompleks dari ide-ide,
Dari wujud kebudayaan yang telah disebutkan di atas, salah satunya berupa
dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas
upacara itu penting bagi pembinaan sosial budaya bagi warga masyarakat.
1
pelaksanaannya. Itu artinya apa yang dapat ditangkap dan diamati oleh indera
manusia tidak cukup sekedar yang tersurat dapat dicerna melalui pikiran
Tradisi syawalan dikenali oleh masyarakat Jawa sebagai rangkaian dari tradisi
Ketupat (Lebaran Ketupat) atau lebaran kedua setelah lebaran utama pada
Ketupat.
obyek wisata Linggoasri, pada hari kedelapan setelah hari raya Idul Fitri.
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dibahas pada
makalah kali ini adalah Apakah Makna upacara tradisi Syawalan Megana
Gunungan di Pekalongan?
2
BAB II PEMBAHASAN
tahun tepatnya satu minggu setelah Idul Fitri atau pada hari kedelapan setelah Idul
Fitri. Upacara syawalan dari tiap daerah berbeda-beda namun tujuannya sama
Kabupaten Pekalongan secara historis tidak mempunyai tradisi ritual dan prosesi
syawalan yang secara unik dan khusus dijalani masyarakatnya. Orang Pekalongan
uri budaya Jawa dan tardisi keagamaan (syiar agama) maka sekaligus untuk
bentuk kirab Gunungan Sego Megono, yang digelar di Obyek Wisata Alam
3
Linggo Asri. Kegiatan ini sekaligus dalam rangka meramaikan wisata di
Linggoasri (muh12royanfatih.wordpress.com/ragam-tradisi-syawalan-bagi-masyarakat-
jawa/).
yang tepatnya dilakukan setelah menjalankan puasa wajib IduL Fitri dan puasa
sunah selama enam hari. Upacara tradisi syawalan megana gunungan ini
ini sering disebut dengan megananan, yang pada awalnya hanya dilaksanakan
membuat selamatan, megananan tersebut dibuat tumpeng dan diawali dengan doa
Prosesi upacara tradisi syawalan megana gunungan terdiri dari, a) persiapan yang
meliputi persiapan tempat, persiapan bahan dan peralatan tradisi serta pembuatan
balai desa Linggoasri, dan menyiapkan panggung. Persiapan bahan dan peralatan
tradisi meliputi persiapan rangka gunungan yang akan digunakan dan menyiapkan
bahan dasar berupa gori. b) inti yaitu melaksanakan pemotongan gunungan nasi
4
Prosesi tradisi syawalan megana gunungan terdiri dari dua tahap yaitu persiapan
waktu untuk persiapan selama empat hari. Pelaku yang terlibat dalam persiapan
yang perlu dipersiapkan dalam acara ini diantaranya adalah lokasi, menyiapkan
dengan gunungan nasi kuning dan gunungan buah yang diikuti oleh para
objek wisata dari pengunjung yang sudah hadir untuk menyaksikan acara
syawalan.
5
Tahap kedua yaitu pelaksanaan prosesi kirab megana gunungan. Barisan
buah dan gunungan nasi kuning tiba sekitar tiga puluh menit di pintu masuk objek
wisata dan kemudian bergabung menjadi satu barisan dengan para pengiring yang
gunungan, gunungan buah dan megana bungkusan habis. Para pengunjung saling
symbol atau lambang yang bermakna positif. Berbagai jenis makanan yang
yang baik bagi masyarakat pendukungnya. Makna simbolik dari bahan yang
berikut:
6
1. Gunungan salah satu wujud sesajian selamatan atau wilujengan yang
4. Megana, Dari bahan gori atau nangka muda yang dicacah kemudian
8. Pisang raja talun, pisang yang paling enak sebagai simbol agar manusia
7
BAB III PENUTUP
A. Simpulan
ini merupakan tradisi yang turun temurun, yang tetap dilestarikan dengan
8
megana gunungan dan diteruskan dengan berebut gunungan megana,
yang menyimbolkan tali silaturahmi yang kuat, rasa kerukunan, dan rasa
persatuan.
B. Saran
yang ada di sekitar Kabupaten Pekalongan dan bisa menambah daya tarik
pariwisata
antar umat hendaknya bisa diaplikasikan dalam wujud yang lebih luas
9
DAFTAR PUSTAKA
Yogyakarta
10