Oa

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 31

Laporan Kasus

REHABILITASI MEDIK PADA PASIEN OSTEOARTRITIS


GENU DEXTRA

Oleh:

Annisaa Syahfitri
17014101118
Masa KKM : 23 April – 29 April 2018

Residen pembimbing:
dr. Monica Chandra

Supervisor penguji:

ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus dengan judul :


”Rehabilitasi Medik Pada Pasien Osteoartritis Genu Dextra”
Telah dibacakan dan dikoreksi pada tanggal April 2018

Mengetahui :

Residen pembimbing

dr. Monica Chandra

Supervisor penguji

2
BAB I
PENDAHULUAN

Osteoartritis (OA) adalah sekelompok kelainan degenerasi mekanik yang


melibatkan sendi, termasuk tulang rawan artikular dan tulang subkondral dimana
terjadi proses pelemahan dan disintegrasi dari tulang rawan sendi yang disertai
dengan pertumbuhan tulang dan tulang rawan baru pada sendi sehingga fungsi sendi
berkurang bahkan sampai hilang.1,2
Osteoartritis paling banyak dialami oleh pasien usia menengah dan usia
lanjut. Osteoartritis juga paling sering terjadi pada sendi weight bearing, seperti
lutut, hip, tulang belakang, pergelangan tangan, bahu, dan siku.3 Osteoartritis lutut
merupakan osteoartritis yang paling sering dialami dengan insidens 240 per
100.000 orang pertahun.4 Osteoartritis lutut menjadi penyebab utama nyeri dan
ketidakmampuan lokomotor di dunia.5 Di Indonesia, prevalensi OA lutut yang
tampak secara radiologis mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita yang
berumur antara 40 sampai 60 tahun.6
Diagnosis OA didasarkan pada anamnesis yaitu riwayat penyakit, gambaran
klinis dari pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
radiologis. Klinis OA disertai adanya nyeri sendi yang kronik. Banyak pasien yang
mengalami keterbatasan gerak, krepitasi dengan gerakan dan efusi sendi. Pada
kondisi yang berat dapat terjadi deformitas tulang dan subluksasi.7
Sampai saat ini belum ada terapi yang dapat menyembuhkan OA.
Penatalaksanaan OA lutut meliputi penanganan secara farmakologis dan non-
farmakologis. Penatalaksanaan terutama ditujukan untuk mengendalikan atau
menghilangkan nyeri, memperbaiki gerak dan fungsi sendi, serta meningkatkan
kualitas hidup. 6 Osteoartritis dapat menyebabkan disfungsi dan disabilitas yang
dapat menghambat atau menganggu aktifitas sehari-hari bahkan dapat
menimbulkan kecacatan fisik bagi pasien. Untuk itu diperlukan penanganan berupa
tindakan rehabilitasi terapi dengan intervensi fisioterapi dari rehabilitasi medik.8

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Lutut
Persendian atau artikulasio adalah suatu hubungan antara dua buah tulang
atau lebih yang dihubungkan melalui pembungkus jaringan ikat pada bagian luar
dan pada bagian dalam terdapat rongga sendi dengan permukaan tulang yang
dilapisi oleh tulang rawan. Secara umum, sendi berfungsi untuk melakukan gerakan
pada tubuh. Sendi lutut merupakan bagian dari ekstremitas inferior yang
menghubungkan tungkai atas (paha) dengan tungkai bawah (Gambar 2.1). Sendi
lutut berfungsi untuk mengatur pergerakan kaki.9.10
Sendi lutut termasuk dalam jenis sendi engsel, yaitu pergerakan dua
kondilus femoris di atas kondilus tibia. Gerakan yang dapat dilakukan oleh sendi
ini yaitu gerakan fleksi, ekstensi dan sedikit rotasi. Jika terjadi gerakan yang
melebihi kapasitas sendi maka dapat menimbulkan cedera yang mengakibatkan
robekan pada kapsul dan ligamentum di sekitar sendi.9

Gambar 1. Anatomi Sendi Lutut


(a) Bagian-bagian sendi lutut; (b) Ligamen sendi lutut.

4
Sendi lutut terdiri dari tiga tulang dan berbagai ligamen. Lutut dibentuk oleh
os femur, tibia, dan patela. Beberapa otot-otot dan ligamen mengontrol gerakan
lutut dan melindunginya dari kerusakan pada saat yang sama. Dua ligamen di kedua
sisi lutut, yang disebut ligamen kolateral medial dan lateral, menstabilkan lutut dari
sisi satu ke sisi lainnya. Ligamen pada sendi lutut terbagi menjadi ligamen
intrakapsular dan ligamen ekstrakapsular (Tabel 2.1).9
Ligamentum cruciata adalah dua ligamen intrakapsular yang sangat kuat,
saling menyilang di dalam rongga sendi. Ligamentum ini terdiri dari 2 bagian yaitu
posterior dan anterior sesuai dengan perlekatannya pada tibia. Ligamentum ini
penting karena merupakan pengikat utama antara femur dan tibia dan berfungsi
untuk menstabilkan lutut dari depan selama kegiatan normal dan atletis.9,10

Tabel 1. Ligamen Intrakapsular dan Ligamen Ekstrakapsular.9

Penahan beban permukaan lutut ditutupi oleh lapisan tulang rawan


("kartilago artikular"). Ada juga peredam kejut kedua lutut di kedua sisi sendi antara
permukaan tulang rawan femur dan tibia. Kedua struktur ini disebut meniskus
medial dan meniskus lateral (Gambar 2.1). Meniskus adalah peredam kejut
berbentuk tapal kuda, merupakan bantalan antara kedua sendi lutut selama aktivitas
dan untuk meminimalkan jumlah stres pada tulang rawan artikular. Kapsul
artikularis terletak pada permukaan posterior dari tendon m. quadriceps femoris dan
di depan menutupi patela menuju permukan anterior dari femur di atas tubrositas
sendi.9

5
Gambar 2. Otot-otot Penggerak Sendi Lutut
(a) Sendi lutut fleksi; (b) Sendi lutut ekstensi.9
Otot-otot utama yang menggerakkan sendi lutut adalah quadricep dan otot hamstring. Pada
gerakan ekstensi lutut terjadi kontraksi dari otot quadricep. Sebaliknya, pada gerakan fleksi lutut
terjadi kontraksi dari otot hamstring.9

B. Definisi
Osteoartritis merupakan gangguan pada satu sendi atau lebih, bersifat lokal,
progresif dan degeneratif yang ditandai dengan perubahan patologis pada struktur
sendi tersebut yaitu berupa degenerasi tulang rawan / kartilago hialin (Gambar 2.3).
Hal tersebut disertai dengan peningkatan ketebalan dan sklerosis subkondral yang
bisa disebabkan oleh pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, peregangan kapsul
artikular, sinovitis ringan pada persendian, dan lemahnya otot-otot yang
menghubungkan persendian.11

Gambar 3. Osteoartritis
Perbandingan sendi lutut normal dan sendi yang mengalami osteoartritis. 11

6
C. Epidemiologi
Osteoartritis genu lebih banyak terjadi pada wanita usia > 50 tahun.10,11
Prevalensi OA meningkat seiring dengan bertambahnya usia dan biasanya lebih
sering mengenai wanita dibandingkan dengan laki-laki. Banyak negara di Asia
memiliki angka penuaan yang tinggi. Diperkirakan bahwa persentasi penduduk di
Asia yang berusia > 50 tahun memiliki angka > 2x lipat dalam dua dekade
mendatang, dari 6,8% pada tahun 2008 menjadi 16,2% di 2040 untuk menderita
OA.12 Prevalensi OA lutut berdasarkan radiologis di Indonesia cukup tinggi, yaitu
mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita.11

D. Etiologi
Etiologi osteoartritis belum diketahui secara pasti, namun faktor
biomekanik dan biokimia sepertinya merupakan faktor terpenting dalam proses
terjadinya osteoartritis. Faktor biomekanik yaitu kegagalan mekanisme protektif,
antara lain kapsul sendi, ligamen, otot - otot persendian, serabut aferen, dan tulang-
tulang. Kerusakan sendi terjadi multifaktorial, yaitu akibat terganggunya faktor –
faktor protektif tersebut. Osteoartritis juga bisa terjadi akibat komplikasi dari
penyakit lain seperti gout, rheumatoid arthritis, dan sebagainya.1,11
Faktor resiko osteoartritis meliputi faktor sistemik antara lain; 1) Usia,
proses penuaan meningkatkan kerentanan sendi karena kurang responsif dalam
menyintesis matriks kartilago yang distimulasi oleh pembebanan (aktivitas) pada
sendi. Selain itu otot-otot yang menunjang sendi menjadi semakin lemah dan
memiliki respon yang lambat terhadap impuls. Ligamen menjadi semakin regang,
sehingga kurang bisa mengabsorbsi impuls; 2) Jenis kelamin, prevelensi OA lebih
banyak pada perempuan usia lanjut dibandingkan dengan laki-laki, hal ini dikaitkan
dengan perubahan hormon perempuan paska menopaus; 3) Faktor herediter, adanya
mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk unsur-unsur tulang
rawan sendi seperti kolagen, proteoglikan berperan dalam timbulnya
kecenderungan familial pada osteoartritis. Faktor intrinsik meliputi kelainan
struktur anatomis pada sendi seperti vagus dan valrus dan cedera pada sendi seperti
trauma, fraktur, atau nekrosis. Faktor beban persendian meliputi obesitas,
memberikan beban berlebih pada sendi dan aktivitas yang sering dan berulang pada

7
sendi dapat menyebabkan lelahnya otot-otot yang membantu pergerakan
sendi.1,13,14

E. Patogenesis
Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada didalam tubuh
manusia. Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang memungkinkan
terjadinya gesekan. Tulang rawan berfungsi untuk melindungi tulang dari gesekan.
Namun karena berbagai faktor risiko yang ada, maka terjadi erosi pada tulang rawan
dan berkurangnya cairan pada sendi. Tulang rawan sendiri berfungsi untuk
meredam getaran antar tulang. Tulang rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen
yang berfungsi untuk menguatkan sendi, proteoglikan yang membuat jaringan
tersebut elastis dan air (70% bagian) yang menjadi bantalan, pelumas dan pemberi
nutrisi.13,15
Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan kolagen
pada rawan sendi. Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal menyintesis matriks
yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara degradasi dan sintesis
matriks ekstraseluler, termasuk produksi kolagen tipe I, III, VI dan X yang
berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek.1 Hal tersebut menyebabkan
terjadi perubahan pada diameter dari serat kolagen yang mengubah biomekanik dari
tulang rawan, sehingga tulang rawan sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya.13,15
Selain kondrosit, sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA, terutama setelah
terjadi sinovitis, yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak nyaman. Sinoviosit
yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix
Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke dalam
rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan kondrosit. Pada
akhirnya tulang subkondral akan ikut berperan, dimana osteoblas akan terangsang
dan menghasilkan enzim proteolitik.13,15
Perubahan yang paling mencolok pada OA biasanya dijumpai di daerah
tulang rawan yang mendapat beban pada stadium awal, tulang rawan lebih tebal
daripada normal, namun seiring dengan perkembangan OA permukaan sendi
menipis, tulang rawan melunak, integritas permukaan terputus dan terbentuk celah
vertikal (Fibrilasi).11 Proses ini dapat membentuk ulkus kartilago dalam yang

8
meluas ke tulang dan dapat timbul daerah perbaikan fibrokartilaginosa, namun
perbaikan jaringan ini dalam menahan stres mekanis lebih buruk daripada kartilago
sendi hialin awal.15
Pertumbuhan kartilago dan tulang di tepi sendi menyebabkan terbentuknya
osteofit (spur), yang mengubah kontur sendi dan mungkin membatasi gerakan.
Perubahan jaringan lunak terdiri dari sinovitis kronik dan penebalan kapsul sendi,
yang membatasi gerakan lebih lanjut. Sering juga terjadi pengecilan otot
periartikularis.15

F. Diagnosis
Pasien biasanya berusia > 50 tahun. Pada umumnya, pasien OA mengatakan
bahwa keluhan-keluhan yang dirasakan telah berlangsung lama, namun
berkembang secara perlahan. Berikut adalah keluhan yang dapat dijumpai pada
pasien OA :
1. Nyeri Sendi
Nyeri merupakan keluhan utama pasien. Biasanya bertambah dengan
gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat.15 Beberapa gerakan tertentu
terkadang dapat menimbulkan rasa nyeri yang melebihi gerakan lain. Osteofit
merupakan salah satu penyebab timbulnya nyeri. Ketika osteofit tumbuh,
inervasi neurovaskular menembus bagian dasar tulang hingga ke kartilago
dan menuju ke osteofit yang sedang berkembang.16
2. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan
bersamaan dengan bertambahnya rasa nyeri.11
3. Kaku Sendi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau
tidak melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam
waktu yang cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi hari.13,15
4. Krepitasi
Krepitasi atau rasa gemeratak timbul pada sendi yang sakit. Gejala ini
umum dijumpai pada pasien OA lutut. Pada awalnya hanya berupa perasaan

9
akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang
memeriksa. Seiring dengan perkembangan penyakit, krepitasi dapat terdengar
hingga jarak tertentu.13,11,15
5. Pembengkakan sendi yang asimetris
Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi
(berlebihnya cairan sinovial di dalam atau sekitar sendi) pada sendi yang
biasanya tidak banyak (< 100 cc) atau karena adanya osteofit, sehingga
bentuk permukaan sendi berubah.11,16
6. Perubahan gaya berjalan
Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan merupakan
ancaman yang besar untuk kemandirian pasien OA, terlebih pada pasien
lanjut usia. Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi
tumpuan berat badan terutama pada OA lutut.11,15

G. Pemeriksaan Fisik
Keluhan yang muncul, kemudian dikonfirmasi dengan pemeriksaan fisik
yang memperlihatkan pembesaran tulang persendian, timbulnya krepitasi selama
gerakan aktif, kelemahan otot dan instabilitas sendi. Pemeriksaan yang dapat
dilakukan antara lain : pemeriksaan lokal pada sendi lutut untuk menilai adanya
tanda-tanda OA (Gambar 2.4), pemeriksaan lingkup gerak sendi lutut (Gambar
2.5).11,17

10
Gambar 4. Pemeriksaan Lokalis pada Sendi Lutut
(a) Tes fluktuasi untuk mengetahui apakah ada cairan pada lutut; (b) Palpasi pada garis
lateral sendi pada pasien dengan osteoartritis lutut.11

Gambar 5. Range of Motion (ROM) Sendi Lutut


Fleksi dan ekstensi. Internal dan eksternal rotasi tidak dapat dilakukan pada saat ekstensi. Pada
fleksi lutut 90o dengan tungkai bawah yang tergantung bebas, lutut memperlihatkan ROM dari 10 o
pada rotasi internal hingga 25o pada rotasi eksternal.17

Tes-tes provokasi yang dapat dilakukan pada sendi lutut untuk


menyingkirkan diagnosis lainnya :9
1. Tes McMurray
Tes ini merupakan tindakan pemeriksaan untuk lesi meniskus. Pada tes
ini pasien berbaring terlentang. Dengan satu tangan pemeriksa memegang
tumit pasien dan tangan lainnya memegang lutut. Tungkai kemudian ditekuk
pada sendi lutut. Tungkai bawah eksorotasi / endorotasi dan secara perlahan-
lahan diekstensikan. Kalau terdengar bunyi “klek” atau teraba sewaktu lutut
diluruskan, maka meniskus medial atau bagian posteriornya yang mungkin
terobek.

11
Gambar 6 Tes McMurray

2. Anterior Drawer Test


Merupakan suatu tes untuk mendeteksi ruptur pada ligamen cruciatum
lutut. Pasien harus dalam posisi terlentang dengan panggul fleksi 45˚. Lutut
fleksi dan kedua kaki sejajar. Caranya dengan menggerakkan tulang tibia
keatas maka akan terjadi gerakan hiperekstensi sendi lutut dan sendi lutut
akan terasa kendor. Posisi pemeriksa didepan kaki pasien. Jika terdorong
lebih dari normal, artinya tes positif.

Gambar 7. Anterior Drawer Test

3. Posterior Drawer Test


Tes ini sama halnya dengan Anterior Drawer Test, hanya saja
menggenggam tibia kemudian didorong ke arah belakang.

12
Gambar 8. Posterior Drawer Test

4. Lachman Test
Tes lachman dilakukan dengan meletakkan lutut pada posisi fleksi kira-
kira dalam sudut 30˚, dengan tungkai diputar secara eksternal. Satu tangan
dari pemeriksa menstabilkan tungkai bawah dengan memegang bagian akhir
atau ujung distal dari tungkai atas, dan tangan yang lain memegang bagian
proksimal dari tulang tibia, kemudian digerakkan ke arah anterior.

Gambar 9. Lachman Test

5. Apley Compresion Test


Tes ini dilakukan untuk menentukan nyeri lutut yang disebabkan oleh
robeknya meniskus. Pasien dalam posisi tengkurap lalu tungkai bawah
ditekukkan pada sendi lutut kemudian dilakukan penekanan pada tumit
pasien. Penekanan dilanjutkan sambil memutar tungkai ke arah dalam
(endorotasi) dan luar (eksorotasi). Apabila pasien meraskan nyeri disamping
medial atau lateral garis persendian lutut maka lesi pada meniskus medial dan
lateral sangat mungkin ada.

13
Gambar 10. Apley Compretion Test

6. Apley Distraction Test


Tes ini dilakukan untuk membedakan lesi meniskus atau ligamen pada
persendian lutut. Tindakan pemeriksaan ini merupakan kelanjutan dari
Appley Compression Test. Lakukan distraksi pada sendi lutut sambil memutar
tungkai bawah keluar dan kedalam kemudian lakukan fiksasi. Apabila pada
distraksi eksorotasi dan endorotasi terdapat nyeri maka hal itu disebabkan
oleh karena ada lesi di ligamen.

Gambar 11. Apley Distraction Test

7. Valgus Stress Test


Untuk mengetahui ada tidaknya cedera pada ligamen kolateral medial.
Cara pemeriksaan adalah fleksikan sedikit sendi lutut. Gunakan satu tangan

14
untuk memfiksasi tungkai atas, sedangkan tangan yang lain memberikan
dorongan ke arah lateral (valgus stress) pada tungkai bawah. Hasil positif bila
terdapat jarak antara femur dan tibia sisi medial disertai rasa nyeri.

8. Varus Stress Test


Untuk mengetahui ada tidaknya cedera pada ligament kolateral lateral.
Cara pemeriksaannya adalah fleksikan sendi lutut. Gunakan satu tangan untuk
memfiksasi tungkai atas, sedangkan tangan yang lain memberikan dorongan
ke arah medial (varus stress) pada tungkai bawah. Hasil tes positif bila
terdapat jarak antara femur dan tibia sisi lateral disertai rasa nyeri.

Gambar 12. Varus Stress Test dan Valgus Stress Test

H. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis OA selain dari gambaran klinis, juga dapat ditegakkan dengan
gambaran radiologis, yaitu menyempitnya celah antar sendi, terbentuknya osteofit,
terbentuknya kista, dan sklerosis subkondral (Gambar 2.8). Pemeriksaan radiologis
dilakukan dengan foto polos. Gambaran yang khas pada foto polos adalah : 1)
Densitas tulang normal atau meninggi; 2) Penyempitan ruang sendi yang asimetris
karena hilangnya tulang rawan sendi; 3) Sklerosis tulang subkondral; 4) Kista
tulang pada permukaan sendi terutama subkondral; 5) Osteofit pada tepi sendi.18,19

15
Gambar 13. Pencitraan radiologis sinar-x pada osteoartritis lutut.
(a) Foto anteroposterior menunjukkan menyempitnya celah sendi (tanda panah); (b)
Menyempitnya celah sendi (tanda panah putih) menyebabkan destruksi pada kartilago dan
subkondral (tanda panah terbuka); (c) Foto lateral menunjukkan sklerosis yang di tandai
terbentuknya osteofit (tanda panah); (d) Ditemukan kista subkondral (tanda panah).18,19

Tabel 2. Kriteria Osteoartritis Berdasarkan Gambaran Radiologis Kellgren dan Lawrence. 18

16
The American College of Rheumatology menyusun kriteria diagnosis OA
lutut idiopatik berdasarkan pemeriksaan klinis dan radiologi sebagai berikut:7

Klinis dan Laboratorium Klinis dan radiologi Klinis


Nyeri lutut + minimal 5 Nyeri lutut + minimal 1 Nyeri lutut + minimal 3
dari 9 berikut : dari 3 berikut: dari 6 berikut :
 Umur > 50 tahun  umur> 50 tahun  umur> 50 tahun
 Stiffness < 30 menit  stiffness < 30 menit  stiffness < 30 menit
 krepitasi  krepitasi + osteofit  krepitasi
 nyeri pada tulang  nyeri pada tulang
 pelebaran tulang  pelebaran tulang
 tidak hangat pada  tidak hangat pada
perabaan perabaan
 LED < 40mm/jam
 Rheumatoid factor
<1:40
 Cairan sinovial :
jernih, viscous,
leukosit < 2000/mm3

I. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan OA adalah: 1) Meredakan nyeri; 2)
Mengoptimalkan fungsi sendi; 3) Mengurangi ketergantungan pada orang lain dan
meningkatkan kualitas hidup; 4) Menghambat progresivitas penyakit; 5) Mencegah
terjadinya komplikasi.11,20
Tatalaksana pada pasien OA berupa terapi farmakologis dan non
farmakologis, terapi pembedahan dan rehabilitasi medik yaitu:21
1. Terapi non farmakologis:
a. Edukasi
b. Terapi fisik dan rehabilitasi
c. Penurunan berat badan

17
2. Terapi farmakologis
a. Analgetik opioid dan non opioid
b. Obat anti inflamasi non steroid (OAINS)
c. Steroid intra-artikuler
3. Terapi bedah22
a. Realignment osteotomy
b. Arthroplasty
4. Rehabilitasi Medik pada Osteoartritis
Tujuan rehabilitasi medik secara umum :23,24
a. Mengurangi nyeri
b. Memperbaiki lingkup gerak sendi
c. Memperbaiki fungsi
d. Meningkatkan kualitas hidup

Penatalaksanaan rehabilitasi medik pada pasien OA antara lain :23,24,25


1. Fisioterapi
a. Terapi Dingin
Terapi dingin digunakan untuk melancarkan sirkulasi darah,
mengurangi peradangan, mengurangi spasme otot dan kekakuan sendi
sehingga dapat mengurangi nyeri. Dapat juga menggunakan es yang
dikompreskan pada sendi yang nyeri. Terapi dingin dapat berupa
cryotherapy, kompres es dan masase es.
b. Terapi panas
Terapi panas superfisial yaitu panas hanya mengenai kutis atau jaringan
subkutis saja (Hot pack, infra merah, kompres air hangat, paraffin bath).
Sedangkan terapi panas dalam, yaitu panas dapat menembus sampai ke
jaringan yang lebih dalam yaitu sampai ke otot, tulang, dan sendi seperti
microwave diathermy (MWD), shortwave diathermy (SWD), ultrasound
diathermy (USD). Pada kasus OA digunakan SWD (shortwave diathermy)
dan USD (ultrasound diathermy).

18
c. Terapi Listrik
TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation) merupakan
modalitas yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri
melalui peningkatan ambang rangsang nyeri.
d. Hidroterapi
Hidroterapi bermanfaat untuk memberi latihan. Daya apung air akan
membuat ringan bagian atau ekstermitas yang direndam sehingga sendi lebih
mudah digerakan. Suhu air yang hangat akan membantu mengurangi nyeri,
relaksasi otot dan memberi rasa nyaman.
e. Latihan Penguatan Otot
Latihan diketahui dapat meningkatkan dan mempertahankan
pergerakan sendi, menguatkan otot, meningkatkan ketahanan statik dan
dinamik dan meningkatkan fungsi yang menyeluruh. Latihan terdiri dari
latihan pasif, aktif, ketahanan, peregangan dan rekreasi.
2. Terapi Okupasi
Terapi okupasi meliputi latihan koordinasi aktivitas kehidupan sehari-
hari (AKS) untuk memberikan latihan pengembalian fungsi sehingga pasien
bisa melakukan kembali kegiatan atau perkerjaan normalnya.
3. Ortotik Prostetik
Ortotik prostetik digunakan untuk mengembalikan fungsi, mencegah
dan mengoreksi kecacatan, menyangga berat badan dan menunjang anggota
tubuh yang sakit. Pada pasien OA biasa dilakukan rencana penggunaan knee
brace atau knee support.
4. Sosial Medis.
Tujuannya adalah menyelesaikan dan memecahkan masalah sosial
yang berkaitan dengan penyakit pasien, seperti masalah pasien dalam
keluarga maupun lingkungan masyarakat.

19
BAB III
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. ACM
Nomor Rekam Medik : 13.56.85
Umur : 77 tahun
Tempat tanggal lahir : Kaima, 17 Oktober 1940
Alamat : Kaima, Kec. Kauditan, Minahasa Utara
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Tani
Suku : Minahasa
Tanggal Periksa : 23 April 2018
Nomor Telpon : 082190281518

ANAMNESIS
Keluhan utama:
Nyeri lutut kanan

Riwayat Penyakit Sekarang:


Awal nyeri lutut kanan dirasakan sejak enam tahun lalu, kemudian hilang
dengan sendirinya bila pasien beristirahat, lalu semakin bertambah berat sejak dua
minggu sebelum pasien memeriksakan diri ke puskesmas Kauditan. Nyeri
dirasakan terutama pada saat berpindah posisi dari duduk lama ke berdiri, berjalan
naik turun, saat membungkuk dan saat jongkok. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk,
bersifat hilang timbul dan tidak menjalar. Nyeri berkurang saat istirahat dan minum
obat anti nyeri. Pasien kemudian memeriksakan diri ke Puskesmas Kauditan dan
mendapat rujukan ke RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Pasien dikonsulkan dengan diagnosis OA Genu Dextra berdasarkan hasil
pemeriksaan foto roentgen lutut. Saat ini pasien datang ke poli rehabilitasi medik
tanpa menggunakan alat bantu dan masih dapat melakukan aktivitas kehidupan
sehari-hari.

20
Riwayat trauma disangkal. BAB dan BAK tidak ada keluhan.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, hati dan ginjal tidak
ada. Namun pasien memiliki riwayat hiperkolesterolemia dan hiperurisemia.

Riwayat Keluarga :
Hanya pasien yang mengalami keluhan seperti ini di keluarga.

Riwayat Kebiasaan dan Aktifitas :


Pasien sehari-hari bekerja sebagai petani. Pasien mempunyai kebiasaan
melakukan aktivitas fisik yang cukup aktif di kebun. Saat ini pasien masih aktif
dalam aktivitas di rumah.

Riwayat Sosial Ekonomi :


Pasien tinggal di rumah bersama istrinya, rumah yang terdiri dari 1 lantai dan
3 kamar. Rumah berdinding beton, beratap seng, berlantai keramik. Rumah tidak
terdapat tangga maupun tanjakan. Toilet yang digunakan adalah toilet jongkok yang
berada di luar kamar. Sumber air minum dari air isi ulang. Sumber listrik dari PLN.
Biaya sehari-hari cukup dan biaya berobat pasien ditanggung oleh BPJS.

Riwayat Psikologis :
Pasien cemas dengan penyakit dan nyeri yang diderita

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Karnofsky performance scale (KPS) 80 (aktivitas normal dengan
usaha, gejala dan tanda penyakit )
Kesadaran : GCS E4M6V5 (Compos mentis)

21
Tanda vital
Tekanan darah: 110/80 mmHg
Nadi : 62 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,6°C (axilla)

Skrining Gizi
Berat badan : 75 kg
Tinggi badan : 165 cm
IMT : 27,54 (Overweight)

Status Generalis
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.Pupil bulat isokor Ø
3mm/3mm, refleks cahaya kiri dan kanan normal
Leher : Trakea letak tengah, tidak ditemukan pembesaran KGB
Thoraks : Pulmo : Inspeksi : Simetris kiri = kanan
Palpasi : Stem fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi : Rhonki (-), Wheezing (-)
Cor : Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba ICS V 1-2 cm medial
dari linea midclavikula sinistra
Perkusi : batas-batas jantung normal
Auskultasi : BJ I-II reguler, bising (-)
Abdomen : Datar, lemas, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, bising
usus (+) normal.

22
Ekstremitas : Superior Inferior
Edema -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Clubbing finger -/- -/-
Pulsasi a. dorsalis pedis +/+

Status lokalis:
Regio genu dextra Regin genu sinistra
Edema (-), Kemerahan (-), Edema (-), Kemerahan (-),
Inspeksi Deformitas (+) Deformitas (-)

Hangat (-), Nyeri tekan (-) Hangat (-), Nyeri tekan (-),
Palpasi medial lutut, Krepitasi (+) Krepitasi (-)

Gerakan Nyeri gerak (+) Lingkup Aktif


Gerak Sendi terbatas.

Visual Analog Scale (VAS) genu dextra : 5

Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi / Range of Motion


DEXTRA SINISTRA Nilai
Aktif Pasif Aktif Pasif Normal
HIP
Ekstension-Flexion 30°-0°-125° 30°-0°-125° 30°-0°-125° 30°-0°-125° 30°-0°-125°

Abduction-Adduction 40°-0°-35° 40°-0°-35° 40°-0°-35° 40°-0°-35° 40°-0°-35°

Rotasi internal-eksternal 40°-0°-60° 40°-0°-60° 40°-0°-60° 40°-0°-60° 40°-0°-60°

KNEE
Ekstension-Flexion 0O-0O-110O 0O-0O-120O 0O-0O-135O 0O-0O-135O 0O-0O-135O

ANKLE AND FOOT


Plantarflexion- 45°-0°-20° 45°-0°-20° 45°-0°-20° 45°-0°-20° 45°-0°-20°

Dorsoflexion
Inversion-Eversion 35°-0°-15° 35°-0°-15° 35°-0°-15° 35°-0°-15° 35°-0°-15°

23
Pemeriksaan Muskuloskeletal Ektremitas Inferior
DextRa Sinistra
Gerakan Terbatas Aktif
Kekuatan otot 5/5/5/5 5/5/5/5
Atrofi otot:
Lingkar paha (10 cm
48 cm 48 cm
di atas tuberositas
tibia)
Lingkar betis (10 cm
35 cm 35 cm
di bawah tuberositas
tibia)
Lingkar lutut 30 cm 30 cm
Dextra Sinistra Nilai Normal
Q-Angle 16º 16º 15-18º
ALL (Apperance Leg Length) 88 cm 88 cm
TLL (True Leg Length) 79 cm 79 cm

Tes Provokasi:
Jenis tes Dextra Sinistra
Anterior drawer test - -
Posterior drawer test - -
Lateral stability/ varus stress test - -
Medial stability/ valgus stress test - -

McMurray test - -

Apley compression test - -


Apley distraction test - -

24
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Gambar 14. X-foto genu dextra AP/Lateral


Tampak marginal spur pada condylus medial et lateral os femur bilateral, condylus medial
os tibia. Celah sendi femurotibial sisi medial mulai menyempit, osteofit (+). Kesan: Osteoartritis
genu dextra

RESUME
Laki-laki usia 77 tahun datang dengan keluhan nyeri seperti ditusuk-tusuk,
bersifat hilang timbul dan tidak menjalar pada lutut kanan sejak enam tahun yang
lalu. Nyeri bertambah berat dirasakan terutama pada saat berpindah posisi dari
duduk lama ke berdiri, berjalan naik turun, membungkuk atau jongkok.
Pada pemeriksaan fisik didapati krepitasi pada genu dextra dan tidak hangat
pada perabaan. Lingkup gerak sendi pada genu dextra extension-flexion aktif: 0O-
0O-110O, pasif: 0O-0O-120O. Pada tes provokasi didapati anterior/posterior drawer
test (-), varus/valgus stress test (-), McMurray test (-), Apley
compression/distraction test (-).
Pada pemeriksaan x-foto genu AP/lateral tampak marginal spur pada
condylus medial et lateral os femur bilateral, condylus medial os tibia. Celah sendi
femurotibial sisi medial mulai menyempit, Osteofit (+).

DIAGNOSIS KLINIS
Osteoartritis genu dextra

25
DIAGNOSIS ETIOLOGI
Degeneratif

DIAGNOSIS TOPIS
Genu joint dextra

DIAGNOSIS FUNGSIONAL
Body function:
Nyeri lutut kanan, keterbatasan LGS lutut kanan
Body structure:
Genu joint dextra
Activity / participation:
Gangguan AKS seperti berdiri lama, berjalan, naik turun tangga, toileting,
berdiri dari posisi duduk, saat membungkuk, saat jongkok.
Personal factor:
Laki-laki, 77 tahun, overweight, petani

PROBLEM REHABILITASI MEDIK


1. Nyeri lutut kanan (VAS 5)
2. Gangguan AKS seperti berdiri lama, berjalan, naik turun tangga, toileting,
berdiri dari posisi duduk, saat membungkuk dan saat jongkok.
3. Keterbatasan LGS genu dextra (fleksi: 110º)
4. Pasien sedikit merasa cemas dengan sakitnya

PENATALAKSANAAN
Medikamentosa:
 Meloxicam tablet 2 x 7,5 mg

Non medikamentosa:
 Rehabilitasi medik

26
1. Fisioterapi
- Evaluasi:
a. Nyeri lutut kanan (VAS 5)
b. keterbatasan LGS lutut (fleksi 110º)
- Program:
a. TENS regio genu dextra
b. Active ROM exercise
c. Isometric exercise m. quadriceps femoris dextra
d. Stretching Hamstring dextra
2. Okupasi terapi
- Evaluasi:
Gangguan AKS seperti buang air, berdiri lama, naik-turun
tangga, gangguan ambulasi seperti berjalan jauh.
- Program:
a. Latihan atau edukasi melaksanakan aktivitas kehidupan
sehari-hari dengan prinsip mengurangi beban pada sendi
lutut (joint protection).
b. Edukasi untuk naik-turun tangga, jika naik menggunakan
kaki yang sehat dan jika menuruni tangga menggunakan
kaki yang sakit.
3. Ortotik Prostetik
- Evaluasi:
a. Nyeri lutut kanan (VAS 5)
b. Gangguan AKS (ambulasi, berdiri lama, naik turun
tangga)
- Program: Pemakaian knee brace
4. Psikolog
- Evaluasi: pasien sedikit merasa cemas dengan sakitnya.
- Program: memberi dukungan kepada pasien agar rajin berlatih di
rumah dan kontrol secara teratur, serta memberi dukungan mental

27
kepada pasien agar tidak cemas dengan penyakit yang
dideritanya.
5. Sosial medik
- Evaluasi: biaya hidup sehari-hari cukup, biaya pengobatan
ditanggung oleh BPJS kesehatan, tinggal di rumah dengan toilet
jongkok.
- Program: melakukan home visite/ kunjungan rumah untuk
evaluasi lingkungan tempat tinggal pasien dan sekitarnya.
Edukasikan untuk mengganti toilet jongkok dengan toilet duduk
ataupun lakukan modifikasi peralatan yang dapat memudahkan
buang air seperti melubangi bagian tengah bangku. Selain itu,
memberikan dukungan agar pasien rajin melakukan terapi dan
home program.
6. Home program
- Isometric exercise m. quadriceps femoris dextra dan peregangan
m. hamstring dirumah.
- Cold compress genu dextra bila nyeri dan lutut terasa hangat.
- Olahraga low impact seperti sepeda statis atau berenang
7. Edukasi
- Menghindari aktivitas yang banyak menggerakan sendi lutut
seperti naik turun tangga dan jongkok terlalu lama.
- Mengganti toilet jongkok dengan toilet duduk atau memodifikasi
toilet jongkok dengan kursi yang dilubangi.
- Kontrol ke poli gizi untuk perencanaan (menurunkan berat badan
bertahap sampai pada berat badan ideal).
- Kontrol ke poli rehabilitasi medis secara rutin.

PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Dubia ad Bonam
Quo ad sanationam : Bonam

28
Lampiran

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Dan LL, Anthony SF, Dennis LK, Stephen LH, J. Larry J, Joseph L. Osteoarthritis
in Harrison’s Principles of Internal Medicine, 8th edition: Mc Graw Hill; 2013.
2. Creamer P., Hochberg M. Osteoarthritis. Lancet, 2008; 350 : 503 – 508.
3. World Health Organization. Osteoarthritis. 2004 [diakses 10 Oktober 2017].
http://archives.who.int/prioritymeds/report/osteoarthritis.doc\
4. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Osteoarthritis (OA). 2015
[diakses 10 Oktober 2017]. Tersedia di:
http://www.cdc.gov/arthritis/basics/osteoarthritis.htm
5. McAlindon TE, Bannuru RR, Sullivan MC, Arden NK, Berenbaum F, Bierma-
Zeinstra SM, dkk. OARSI guideline fo the non-surgical management of knee
osteoarthritis. Osteoarthritis and cartilage. 2014: h.363-88.
6. Indonesian Rheumatology Association (IRA). Diagnosis dan penatalaksanaan
osteoartritis. 2014 [diakses 10 Oktober 2017].
http://reumatologi.or.id/var/rekomendasi/Rekomendasi_IRA_Osteoarthritis_2014.
pdf
7. Wibowo Dhidik Tri, Kurniawan Yusuf, Latifah Tati, Gunadi Rachmat.
Perancangan dan Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit Osteoartritis dan
Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah Sendi pada Citra X-Ray
Tangan dan Lutut. Dalam Temu Ilmiah Reumatologi. Jakarta, 2003 : 168 – 172.
8. Sunarti S, Ridwan M, Firdaus M M. Komorbiditas Pasien Geriatri Dengan
Osteoartritis Genu Di Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang. Malang : Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya; 2011
9. Fitriani L. Sendi lutut. Medan: Universitas Sumatera Utara; 2008.
10. Lynn SL. Clinical kinesiology and anatomy, 4th edition. Oregon: F.A. Davis
Company; 2007.
11. David T. Osteoarthritis of the knee. The New England Journal of Medicine; 2007.
12. Fransen M, Bridgett L, March L, Holy D, Penserga E. Brooks P. The epidemiology
of osteoarthritis in Asia. International Journal of Rheumatic Disease. 2011: 113-
121.

30
13. Eka PM. Tesis faktor-faktor resiko osteoartritis lutut. Semarang: Universitas
Diponegoro; 2007.
14. Dillon CF, Rasch EK. Prevalence of knee osteoarthritis in the United States: The
Third National Health and Nutrition Examination Survey: J Rheumatol; 2009.
33(11):2271–2279.
15. Patricia MK, Reni HM, I Lukitra W. Osteoartritis dalam Pedoman diagnosis dan
terapi Bag/SMF. Rehabilitasi Medik, edisi I. Surabaya: RSU. Dokter Soetomo;
2008.
16. Iannone F, Lapadula G. The pathophysiology of osteoarthritis. Aging Clin Exp Res;
2007.15(5):364–372.
17. Klaus B. Clinical test for the musculoskeletal system, 2nd edition. New York;
Theime; 2008.
18. Daniel LS, Deborah H. Radiographic assessment of osteoarthritis:American Family
Physician; 2011. 64(2):279–286.
19. Jacobson JA. Radi ographic evaluation of arthritis: Degenerative Joint Disease and
Variation. Radiology; 2008. 248(3):737–747.
20. Kasmir Y. Penatalaksanaan osteoartritis. sub-bagian reumatologi. Jakarta: Bagian
Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo; 2009.
21. Hochberg MC, et al. American College of Rheumatology 2012: Recommendations
for the Use of Nonpharmacologic and Pharmacologic Therapies in Osteoarthritis of
the Hand, Hip, and Knee. American College of Rheumatology. 2012;h.465-474.
22. Barrack L, Booth E. Orthopaedic Knowledge Update 3. Hip and Knee
Reconstruction Chapter 16 : Osteoarthritis and Arthritis Inflamatoric; 2008.
23. lyas E. Pendekatan Terapi Fisik pada Osteoarthritis. Pertemuan ilmiah tahunan
PERDOSRI 2002. Bidang pendidikan dan latihan pengurus besar PERDOSRI.
Jakarta; 2002.h.53-63.
24. Tulaar ABM. Peran kedokteran fisik dan rehabilitasi medik pada tatalaksana
osteoarthritis. Semijurnal Farmasi dan Kedokteran Ethical Digest. 2006;h.46.
25. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Warhani A, Setiowulan W. Reumatologi. Dalam
kapita selekta kedokteran. Edisi ke-3. Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius;
2007:h.535-546.

31

Anda mungkin juga menyukai