TB

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hospitalisasi adalah masuknya individu ke rumah sakit sebagai pasien dengan berbagai
alasan seperti pemeriksaan diagnostik, prosedur operasi, perawatan medis, pemberian obat
dan menstabilkan atau pemantauan kondisi tubuh. Hospitalisasi terjadi karena anak
mengalami perubahan dari keadaan sehat dan rutinitas lingkungan serta mekanisme koping
yang terbatas dalam mengahadapi stressor. Stressor utama dalam hospitalisasi adalah
perpisahan, kehilangan kendali dan nyeri (Wong, 2009).

Hospitalisasi membuat anak berusaha beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru
yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi stressor baik terhadap anak maupun
orang tua dan keluarga, perubahan kondisi ini merupakan masalah besar yang menimbulkan
ketakutan, kecemasan bagi anak yang dapat menyebabkan perubahan fisiologis dan
psikologis pada anak jika anak tidak mampu beradaptasi terhadap perubahan tersebut.
Respon fisiologis yang dapat muncul meliputi seperti perubahan pada sistem kardiovaskuler
seperti palpitasi, denyut jantung meningkat, perubahan pola napas yang semakin cepat,
selain itu, kondisi hospitalisasi dapat juga menyebabkan nafsu makan menurun, gugup,
pusing, tremor, hingga insomnia, keluar keringat dingin dan wajah menjadi kemerahan.
Perubahan perilaku juga dapat terjadi, seperti gelisah, anak rewel, mudah terkejut,
menangis, berontak, menghindar hingga menarik diri, tidak sabar, tegang, dan waspada
terhadap lingkungan. Hal-hal tersebut membuat anak tidak nyaman serta mengganggu
proses perawatan dan pengobatan pada anak (Saputro dan Fazrin, 2017).

Dampak dari hospitalisasi akan menimbulkan kecemasan dan ketakutan, apabila tidak di
segera ditangani akan membuat anak melakukan penolakan terhadap tindakan perawatan
dan pengobatan yang diberikan sehingga berpengaruh terhadap lamanya hari rawat,
memperberat kondisi kesehatan anak, gangguan pada perkembangan anak seperti
gangguan kognitif, gangguan social dan emosional, gangguan perkembangan bahasa,
gangguan perkembangan fisik.

Dalam mengatasi masalah hospitalisasi salah satu hal yang dapat dilakukan ialah melalui
terapi bermain. Terapi bermain merupakan salah satu cara untuk mengurangi kecemasan
dan meningkatkan kooperatif anak selama menjalani perawatan di rumah sakit. Dalam
kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan,
namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Media yang efektif untuk kegiatan bermain
yaitu dengan alat permainan yang dirancang dengan baik. Salah satu contohnya yaitu
permainan puzzle. Permainan puzzle dapat meningkatkan daya pikir anak dan konsentrasi
anak. Melalui permainan puzzle anak dapat mempelajari sesuatu yang baru serta anak
dapat mengalihkan perhatian dari factor yang menimbulkan stress. Saat anak melakukan
permainan maka perhatian akan dipusatkan pada permainan yang dilakukan sehingga anak
menjadi rileks (Supartini, 2004 dan Alfiyanti, 2010). Anak akan terlepas dari ketegangan dan
stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan
rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan
permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan
fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal, mengembangkan kreatifitas anak,
dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi mental,
emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan
bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).

B. Tujuan

Tujuan Umum

Setelah mendapatkan terapi bermain diharapkan kreativitas anak-anak berkembang


baik. Anak merasa tenang dan senang selama berada di instalasi keperawatan anak
(Kemuning bawah), dapat bersosialisasi dengan teman sebaya sesuai tumbuh kembang
anak dan dapat membantu mengurangi tingkat kecemasan atau ketakutan yang
dirasakan oleh anak-anak akibat hospitalisasi
Tujuan khusus

Setelah mendapatkan terapi bermain diharapkan :

Anak dapat melanjutkan aktivitas bermain selama di rumah sakit untuk mengatasi stress
dan meningkatkan kemampuan koping

Anak dapat bersosialisasi dengan teman sebaya

Anak tidak cemas dan takut akibat hospitalisasi

Anak menjadi lebih percaya dan tidak takut dengan perawat

Anak dapat meningkatkan kemampuan motoric dan kognitif


C. Sasaran

Anak-anak yang berada di instalasi keperawatan anak (Kemuning bawah) RSU


Kabupaten Tangerang usia school (6-12 tahun). Namun, apabila sasaran tidak memenuhi
syarat maka bisa menggunakan seluruh anak yang berada di instalasi keperawatan anak
(Kemuning bawah) tanpa memandang usia.

Prinsip Bermain
Pengertian Bermain
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan
bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan
berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat
dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara

Tujuan Bermain.
Tujuan bermain pada anak yaitu memberikan kesenangan maupun mengembangkan
imajinsi anak. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan stimulus dalam kemampuan
keterampilan, kognitif, dan afektif sehingga anak akan selau mengenal dunia, maupun
mengembangkan kematangan fisik, emosional, dan mental sehingga akan membuat anak
tumbuh menjadi anak yang kreatif, cerdas dan penuh inovatif.
Fungsi Bermain
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik,
perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan kreativitas, perkembangan
kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi.
Perkembangan Sensoris – Motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan komponen
terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan
fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan untuk bayi yang mengembangkan
kemampuan sensoris-motorik dan alat permainan untuk anak usia toddler dan prasekolah
yang banyak membantu perkembangan aktivitas motorik baik kasar maupun halus.
Perkembangan Intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala
sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran,
tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain pula anak akan melatih diri untuk
memecahkan masalah. Pada saat anak bermain mobil-mobilan, kemudian bannya terlepas
dan anak dapat memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan masalahnya melalui
eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai kemampuan ini, anak menggunakan daya
pikir dan imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin sering anak melakukan eksplorasi
seperti ini akan semakin terlatih kemampuan intelektualnya.
Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan menerima.
Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan sosial
dan belajar memecahkan masalah dari hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas
bermain, anak belajar berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan
belajar tentang nilai sosial yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama pada anak
usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler dan prasekolah adalah
tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya dilingkungan keluarga.
Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkannya
kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan bermain,
anak akan belajar dan mencoba untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan
membongkar dan memasang satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk
semakin berkembang.
Perkembangan Kesadaran Diri
Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur mengatur
tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan membandingkannya
dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan
mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain. Misalnya, jika anak mengambil
mainan temannya sehingga temannya menangis, anak akan belajar mengembangkan diri
bahwa perilakunya menyakiti teman. Dalam hal ini penting peran orang tua untuk
menanamkan nilai moral dan etika, terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk
memahami dampak positif dan negatif dari perilakunya terhadap orang lain
Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari orang tua
dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapatkan kesempatan untuk
menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat
menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya.
Melalui kegiatan bermain anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar
membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta belajar bertanggung-jawab atas
segala tindakan yang telah dilakukannya. Misalnya, merebut mainan teman merupakan
perbuatan yang tidak baik dan membereskan alat permainan sesudah bermain adalah
membelajarkan anak untuk bertanggung-jawab terhadap tindakan serta barang yang
dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan kognitifnya, bagi anak usia toddler dan
prasekolah, permainan adalah media yang efektif untuk mengembangkan nilai moral
dibandingkan dengan memberikan nasihat. Oleh karena itu, penting peran orang tua untuk
mengawasi anak saat anak melakukan aktivitas bermain dan mengajarkan nilai moral,
seperti baik/buruk atau benar/salah.

Kategori Bermain
Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain aktif dan
yang pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif kesenangan diperoleh dari apa
yang diperbuat oleh mereka sendiri, sedangkan bermain pasif kesenangan didapatkan dari
orang lain.
Bermain aktif
Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play)
Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut.
Anak memperhatikan alat permainan, mengocok-ngocok apakah ada bunyi mencuim,
meraba, menekan, dan kadang-kadang berusaha membongkar.
Bermain konstruksi (construction play)
Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok menjadi rumah-
rumahan. Dll.
Bermain drama (dramatik play)
Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan saudara-saudaranya atau
dengan teman-temanny
Bermain bola, tali, dan sebagainya
Bermain pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan mendengar.
Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah bermain aktif dan membutuhkan
sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya.
Contohnya:
Melihat gambar- gambar dibuku- buku/ majalah
Mendengarkan cerita atau musik
Menonton televise.

Hal-hal yang Harus Diperhatikan


Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada keterampilan yang
lebih majemuk.
Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain. Jangan memberikan alat
permainan terlalu banyak atau sedikit.

Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain


Tahap perkembangan anak, aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak yaitu harus sesuai
dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak, karena pada dasarnya permainan
adalah alat stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Status kesehatan anak, untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan energi bukan berarti
anak tidak perlu bermain pada saat anak sedang sakit.
Jenis kelamin anak, semua alat permainan dapat digunakan oleh anak laki-laki atau anak
perempuan untuk mengembangkan daya pikir, imajinasi, kreativitas dan kemampuan sosial
anak. Akan tetapi, permainan adalah salah satu alat untuk membantu anak mengenal
identitas diri.
Lingkungan yang mendukung, dapat menstimulasi imajinasi anak dan kreativitas anak dalam
bermain.
Alat dan jenis permainan yang cocok, harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak.

Tahap Perkembangan Bermain


Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan
Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam permainan
Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.

Prinsip Bermain Di Rumah Sakit


Tidak banyak energi, singkat dan sederhana
Tidak mengganggu jadwal kegiatan keperawatan dan medis
Tidak ada kontra indikasi dengan kondisi penyakit pasien
Permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien
Jenis permainan disesuaikan dengan kesenangan anak
Permainan melibatkan orang tua untuk melancarkan proses kegiatan

Hambatan Yang Mungkin Muncul


Usia antar pasien tidak dalam satu kelompok usia
Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan
Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu yang bersamaan.

Antisipasi hambatan
Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama
Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain
Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan
Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan
Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan lainnya.

Tugas Perkembangan Anaka Usia (6-7 tahun)


Masa Kanak-kanak Akhir (Late Chilhood), atau masa anak sekolah ini berlangsung dari umur 6 tahun
sampai umur 12 tahun. Selanjuya Kohnstam menamakan masa kanak-kanak akhir atau masa anak sekolah
ini dengan masa intelektual, dimana anak-anak telah siap untuk mendapatkan pendidikan di sekolah dan
perkembangannya berpusat pada aspek intelek. Adapun Erikson menekankan masa ini sebagai masa
timbulnya “sense of accomplishment” di mana anak-anak pada masa ini merasa siap untuk menerima
tuntutan yang dapat timbul dari orang lain dan melaksanakan/menyelesaikan tuntutan itu. Kondisi inilah
kiranya yang menjadikan anak-anak masa ini memasuki masa keserasian untuk bersekolah. Tugas
perkembangan pada masa kanak-kanak akhir menurut Robert J. Havighurst adalah sebagai berikut:

Memperlajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang umum

Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai mahluk yang sedang tumbuh

Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya

Mulai mengembangkan peran social pria atau wanita yang tepat

Mengembangkan keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari

Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari


Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, tata dan tingkatan nilai

Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok social dan lembaga-lembaga

Mencapai kebebasan pribadi

Karakteristik Permainan Menurut Usia Sekolah (6-12 tahun)


a. Melipat kertas origami
Permainan origami untuk melatih motorik halus anak, serta mengembangkan imajinasi anak.
permainan ini dilakukan dengan melipat kertas membentuk topi, kodok, ikan, bunga, burung dan
pesawat. Ajari dan beri contoh dengan perlahan kepada anak dalam melipat kertas. Selalu beri
pujian terhadap apa yang telah dicapai anak. Hasil karya anak bisa dipajang dimeja anak atau
didekat infus anak agar mudah terlihat orang lain.
b. Mewarnai gambar
Permainan ini juga melatih motorik halus anak dan meningkatkan kreatifitas anak. Sediakan
kertas bergambar dan krayon/spidol warna, kemudian berikan kertas bergambar tersebut kepada
anak dan minta anak untuk mewarnai gambar dengan warna yang sesuai, ingatkan anak untuk
mewarnai didalam garis. Tulis nama anak diatas gambar yang telah diwarnai anak.
c. Menyusun puzzle
Siapkan gambar puzzle yang akan disusun anak, upayakan pemilihan gambar puzzle yang tidak
asing bagi anak-anak. Pisahkan terlebih dahulu puzzlenya kemudian minta anak untuk menyusun
kembali gambar tersebut. Ajak/buat kompetisi dalam permainan ini yaitu siapa yang duluan
selesai menyusun puzzle, anak tersebut sebagai pemenangnya. Beri semangat juga bagi teman
lain yang belum menyelesaikan puzzlenya. Sediakan kertas kosong dan pensil atau krayon/spidol
warna, lalu berikan kepada anak dan minta anak menggambar diatas kertas tersebut. Kemudian
minta anak menceritakan gambar yang telah dibuatnya. Beri stimulus dalam memulai
menggambar seperti beri ide membuat gambar mobil, gambar binatang atau menggambar
pemandangan
d. Bercerita
Permainan ini ditujukan untuk anak usia 10-12 tahun. Permainan ini dimulai dengan memberi
kesempatan kepada anak untuk membaca sebuah cerita/dongeng (cerita/dongeng bisa kita
siapkan sebelumnya dalam majalah atau buku cerita). Setelah itu minta anak menceritakan
kembali apa yang telah dibacanya. Beri tanggapan terhadap isi cerita yang disampaikan anak,
seperti “wah hebat ya anak kancilnya”. Kemudian beri tepuk tangan setelah anak selesai
menceritakan apa yang telah dibacanya.
Meniup balon
Permainan ini sangat baik sekali untuk anak-anak, selain untuk bermain juga melatih
pernafasan anak. Berikan balon bermotif kepada anak kemudian minta anak untuk meniup
balon tersebut hingga besar. Hal yang perlu diperhatikan adalah pantau anak dan
balonnya, jangan sampai balonnya meletus atau anak memaksakan untuk meniup balon
sedangkan kondisi anak sudah kelelahan.

Konsep Bermain Puzzel


Pengertian Bermain Puzzel
Puzzel berasal dari bahasa Inggris yang berarti teka-teki atau bongkar pasang, media
puzzle merupakan media sederhana yang dimainkan dengan bongkar pasang. Berdasarkan
pengertian tentang media puzzle, maka dapat disimpulkan bahwa media puzzle merupakan
alat permainan edukatif yang dapat merangsang kemampuan matematika anak, yang
dimainkan dengan cara membongkar pasang kepingan puzzle berdasarkan pasangannya.

Fungsi Bermain Puzzel


Permainan puzzle berfungsi untuk:
Melatih konsentrasi, ketelitian dan kesabaran
Melatih koordinasi mata dan tangan. Anak belajar mencocokkan keping-keping puzzle dan
menyusunnya menjadi satu gambar.
Memperkuat daya ingat
Mengenalkan anak pada konsep hubungan
Dengan memilih gambar/bentuk, dapat melatih anak untuk berfikir matematis (menggunakan
otak kiri).

Jenis-jenis Puzzel
Ada beberapa jenis puzzle, antara lain:
Puzzle konstruksi
Puzzle rakitan (construction puzzle) merupakan kumpulan potongan-potongan yang
terpisah, yang dapat digabungkan kembali menjadi beberapa model. Mainan rakitan yang
paling umum adalah blok-blok kayu sederhana berwarna-warni. Mainan rakitan ini sesuai
untuk anak yang suka bekerja dengan tangan, suka memecahkan puzzle, dan suka
berimajinasi.

Puzzle batang (stick)


Puzzle batang merupakan permainan teka-teki matematika sederhana namun
memerlukan pemikiran kritis dan penalaran yang baik untuk menyelesaikannya. Puzzle
batang ada yang dimainkan dengan cara membuat bentuk sesuai yang kita inginkan ataupun
menyusun gambar yang terdapat pada batang puzzle.
Puzzle lantai
Puzzle lantai terbuat dari bahan sponge (karet/busa) sehingga baik untuk alas bermain
anak dibandingkan harus bermain di atas keramik. Puzzle lantai memiliki desain yang
sangat menarik dan tersedia banyak pilihan warna yang cemerlang. Juga dapat merangsang
kreativitas dan melatih kemampuan berpikir anak. Puzzle lantai sangat mudah dibersihkan
dan tahan lama.
Puzzle angka
Mainan ini bermanfaat untuk mengenalkan angka. Selain itu anak dapat melatih
kemampuan berpikir logisnya dengan menyusun angka sesuai urutannya. Selain itu, puzzle
angka bermanfaat untuk melatih koordinasi mata dengan tangan, melatih motorik halus serta
menstimulasi kerja otak.
Puzzle transportasi
Transportasi merupakan permainan bongkar pasang yang memiliki gambar berbagai
macam kendaraan darat, laut dan udara. Fungsinya selain untuk melatih motorik anak, juga
untuk stimulasi otak kanan dan otak kiri. Anak akan lebih mengetahui macam-macam
kendaraan.
Puzzle logika
Puzzle logika merupakan puzzle gambar yang dapat mengembangkan keterampilan
serta anak akan berlatih untuk memecahkan masalah. Puzzle ini dimainkan dengan cara
menyusun kepingan puzzle hingga membentuk suatu gambar yang utuh.
Puzzle geometri

Puzzle geometri merupakan puzzle yang dapat mengembangkan keterampilan


mengenali bentuk geometri (segitiga, lingkaran, persegi dan lain-lain), selain itu anak akan
dilatih untuk mencocokkan kepingan puzzle geometri sesuai dengan papan puzzlenya.
Puzzle Penjumlahan dan Pengurangan
Puzzle penjumlahan dan pengurangan merupakan puzzle yang dapat mengembangkan
kemampuan logika matematika anak. Dengan puzzle penjumlahan dan pengurangan anak
memasangkan kepingan puzzle sesuai dengan gambar pasangannya.

Cara Bermain Puzzel


Sediakan kertas puzzel bergambar
Bongkar kertas pazzel tersebut
Pasang kembali kertas pazzel sesuai pasangannya masing
Di anjurkan lebih baik pada bagian ujung kertas terlebih dahulu
Setelah itu bagian samping dengan sesuai pasangannya
Kerjakan sampai selesai sesuai dengan gambar seperti semula sebelm kertas puzzel di
bongkar

SATUAN ACARA BERMAIN

(TERAPI MENYUSUN PUZZLE)

Pokok bahasan : Terapi Bermain Menyusun Puzzle

Sub pokok bahasan : Terapi Bermain Pada Anak Sakit yang Dirawat di Rumah Sakit
dengan Cara Stimulasi Motorik dan Sosial

Waktu : 30 menit

Hari/tanggal : Jumat, 31 Januari 2020

Tempat : Ruang Kemuning Bawah (Anak)

Peserta : 5 orang

Alasan Dilakukan Terapi Bermain


Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat
tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan
dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada
dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari
ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan depat
mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya
melakukan permainan (Whaley, 2001).

Oleh karena itu, dalam melakukan permainan, anak lebih bebas, spontan, dan
menunjukkan otonomi baik dalam memilih mainan maupun dalam aktivitas bermainnya. Anak
mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Oleh karena itu seringkali mainannya dibongkar-pasang,
bahkan dirusaknya. Untuk itu harus diperhatikan keamanan dan keselamatan anak dengan cara
tidak memberikan alat permainan yang tajam dan menimbulkan perlukaan (Kalpan, 2000).

Tujuan

Tujuan Umum

Setelah mendapatkan terapi bermain selama 30 menit agar dapat mencapai tugas
perkembangan secara optimal sesuai tahap perkembangan walaupun dalam kondisi
sakit.

Tujuan Khusus

Setelah dilakukan terapi bermain selam 30 menit anak mampu:

Bersosialisasi dengan perawat baru

Menunjukkan ekspresi nonverbal dengan tertawa, tersenyum dan saling bercanda.

Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah pasien di Ruang Kemuning Bawah yang
memenuhi kriteria:
Anak usia 6-12 tahun

Tidak mempunyai keterbatasan fisik

Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga

Pasien kooperatif

Peserta terdiri dari: anak usia pra sekolah dan sekolah sebanyak 5 orang didampingi
keluarga
Persyaratan Peserta Bermain

Usia anak 6-12 tahun

Anak dan keluarga menyetujui

Anak dalam kondisi stabil

Anak tidak termasuk penyakit menular

Perawat penanggug jawab mengetahui dan menyetujui

Proses Seleksi

Mengidentifikasi dan memilih anak sesuai pesyratan

Meminta persetujuan keluarga dan perawat penanggung jawab

Membuat kontrak waktu bermain

Membawa anak ke ruang bermain

Aturan Bermain

Anak dikumpulkan dalam satu tempat

Tiap anak dapat merespo mainan yang dihadapi

Anak mengikuti kegiatansampai akhir kecuali sudah kelelahan

Bila ingin meninggalkan permainan anak ijin terlebih dahulu.

Metode dan Media

Metode

Bermain bersama

Mendengarkan tanggapan anak/tanya jawab

Media
Puzzle

Hadiah

Kegiatan

Pengorganisasian

Leader : Nida

Co leader : Nurfika

Fasilitator :

Ovi

Nadira

Nurfitri

Observer :

Noviyanti

Pembagian tugas :

Peran Leader

Mengkoordinasi seluruh kegiatan

Memimpin jalannya terapi bermain dari awal hingga berakhirnya terapi

Membuat suasana bermain agar lebih tenang dan kondusif.

Co Leader

Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan

Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang

Membantu memimpin jalannya kegiatan

Menggantikan leader jika terhalang tugas

Fasilitator

Memotivasi anak agar dapat kooperatif dalam permainan yang akan dilakukan

Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah


Fasilitator bertugas sebagai pemandu dan memotivasi anak agar dapat kooperatif dalam
permainan yang akan dilakukan.

Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan kegiatan

Membimbing kelompok selama permainan

Observer

Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat


dan jalannya acara

Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota kelompok


dengan evaluasi kelompok

Setting tempat (gambar/denah ruangan)

Keterangan:

: Leader

: Co leader

: Peserta

: Orang tua

: Observer

: Fasilitator
Kegiatan bermain

No Waktu Terapis Anak


1 5 menit Pembukaan:
Co leader membuka dan mengucapkan Menjawab salam
salam
Memperkenalkan diri Mendengarkan
Memperkenalkan pembimbing Mendengarkan
Memperkenalkan anak satu persatu dan Mendengarkan dan saling
anak saling berkenalan dengan berkenalan
temannya
Kontrak waktu dengan anak Mendengarkan
Mempersilahkan leader Mendengarkan
2 20 menit Kegiatan bermain:
Leader menjelaskan cara bermain Mendengarkan
Menanyakan pada anak, anak mau Menjawab pertanyaan
bermain atau tidak
Membagikan permainan Menerima permainan
Leader, co leader, dan fasilitator Bermain
memotivasi anak
Observer mengobservasi anak Bermain
Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan
3 5 menit Penutup:
Leader menghentikan permainan Selesai bermain
Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan
Menyampaikan hasil permainan Mendengarkan
Memberikan hadiah pada anak yang Senang
cepat dalam menyusun puzzle
Membagikan hadiah pada semua anak Senang
yang bermain
Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan
Co leader menutup acara Mendengarkan
Mengucapkan salam Menjawab salam

Evaluasi

Evaluasi Struktur

Yang diharapkan:

Alat-alat yang digunakan lengkap

Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana


Evaluasi Proses

Yang diharapkan:

Terapi dapat berjalan dengan baik

Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik

Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi

Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugasnya

Evaluasi Hasil

Yang diharapkan:

Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menyusun puzzle kemudian berhasil

Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik

Anak merasa senang

Anak tidak takut lagi dengan perawat

Orang tua dapat mendamping kegiatan anak sampai selesai

Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan terapi bermain

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan anak seperti
kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit
atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).

Bermain memiliki beberapa fungsi yaitu, meningkatkan perkembangan sensoris-motorik,


sebagai terapi, meningkatkan perkembangan sosial, perkembangan kreativitas,
perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral, dan perkembangan intelektual
(kognitif).
Berdasarkan kategori bermain jenis permainan menyusun puzzle merupakan bermain
aktif. Pada permainan ini anak akan di ajak bermain untuk menyusun puzzle. Terapi puzzle ini
merupakan suatu kegiatan positif yang dapat memberikan rasa aman dan bahagia bagi anak
serta cara ini juga efektif untuk melupakan sejenak kecemasan pada anak atau
mengistirahatkan pikiran dengan cara menyalurkan menyalurkan kelebihan energy atau
ketegangan (psikis) anak melalui suatu kegiatan yang menyenangkan dan dapat menurunkan
kecemasan yang dirasakan.

Setelah dilakukan tindakan terapi bermaian ini diharapkan anak dapat melanjutkan
tumbuh kembang yang normal pada saat sakit, mengekspresikan perasaan, keinginan dan
fantasi serta ide-idenya, mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan
masalah, dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan di rawat di RS,
serta mengurangi tingkat kecemasan atau ketakutan yang dirasakan oleh anak-anak akibat
hospitalisasi.

Daftar pustaka

Saputro, Heri dan Fazrin, Intan. (2017). Penerapan Terapi Bermain Anak Sakit, Proses, Manfaat
dan Pelaksanaanya. Ponorogo : Forum Ilmiah Kesehatan (FORIKES).

Wong. D dkk. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 1. Jakarta : EGC

Supartini. (2014). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak.Jakarta : EGC

Alfiyanti, D Hartiti, T dan Samiasih,A. (2010). Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat
Kecemasan Anak Usia Prasekolah Selama Tindakan Keperawatan di Ruang Lukman
Rumah Sakit Roemani Semarang. Jurnal Keperawatan

Dapus
Adriana (2011). Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Pada Anak. Salemba Medika: Jakarta.
Alligood, M.R (2014). Nursing Theorist and Their Work, 8th Edition. Mosby: Elsevier
Hawari. (2010). Managemen stres, cemas dan depresi. Jakarta: Gaya Baru Homeyer, L. E., & Morisso,
M. O. (2008). Play Therapy Practice, Issues, and Trends. The Board of Trustees of the University of
Illinois Hockenberry, M., & Wilson, D. (2009). Wong's Essential Pediatric Nursing (Ninth ed.).
Misouri: Elsevier Mosby

LeBlanc, M. &. (2010). A meta-analysis of play therapy outcomes. Counseling Psychology Quarterly.
Counseling Psychology Quarterly , Pages 376-390 Moorey, S. (2010). Unplanned hospital
admission:supporting children, young people and their families. Paediatric Nursing , 22 (10), 20-23

Anda mungkin juga menyukai