Panduan Icra
Panduan Icra
Panduan Icra
ICRA RENOVASI
KEPUTUSAN DIREKTUR
TENTANG
Menimbang : a. Bahwa dalam upaya untuk meningkatkan pelayanan di rumah sakit melalui
pemberian pelayanan penunjang medik yang profesional, bermutu dan
aman. Maka diperlukan menetapkan Panduan Infection Control Risk
Assesment (ICRA).
b. Bahwa dalam rangka mencapai tujuan pada butir a di atas perlu ditetapkan
Panduan Infection Control Risk Assesment (ICRA) dengan Keputusan
Direktur RSUD Dr. Muhammad Zein Painan.
2
MEMUTUSKAN
Kesatu : Panduan Infection Control Risk Assesment (ICRA) agar dilaksanakan dan di
pergunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan renovasi di Rumah
Sakit.
Surat Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila
Ketiga :
dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini akan diubah
dan diperbaiki sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Painan
H. BUSRIL
Pembina
Nip. 19740227 200212 1 004
3
DAFTAR ISI
4
BAB I
DEFINISI
Risk Assessment adalah penilaian yang meneliti proses secara rinci termasuk urutan kejadian
dan risiko aktual dan potensial, kegagalan atau titik kerentanan dan bahwa, melalui proses logis,
memprioritaskan area untuk perbaikan didasarkan pada dampak aktual atau potensial (kekritisan)
perawatan, pengobatan, atau pelayanan.
Infection Control Risk Assesment (ICRA) merupakan bagian dari proses perencanaan PPI.
Sebagai langkah awal untuk mengembangkan rencana dengan baik. Perencanaan yg dilakukan
secara bersama, merupakan bentuk dasar dari program.Membantu melakukan fokus surveilance dan
kegiatan program lainnya. Merupakan ketentuan persyaratan yang harus dipenuhi.
a. Melakukan identifikasi risiko untuk infeksi yang diperoleh dan di transmisikan berdasarkan :
- Lokasi geografi, community dan populasi yang dilayani
- Asuhan, pengobatan dan pelayanan yang disediakan
- Analisis dari kegiatan surveilance dan data infeksi lainnya.
b. Identifikasi risiko setiap atau dan bila terjadi perubahan yang significan
5
BAB II
RUANG LINGKUP
Assesmen dilakukan untuk menentukan potensi ancaman terjadi infeksi sehubungan dengan peralatan
dan peralatan medis, pengobatan, lokasi dan populasi pasien sakit, prosedur, petugas dan lingkungan
– Infection control Risk Assesment program
– Infection Control Risk Assesment renovasi dan konstruksi
– Risk assessment Fokus (MDROs)
– Haazard vulnerabulity analysis (HVA)
Orang-orang yang terlibat dalam pembuatan ICRA :
- Komite PPI membuat ICRA dan memberikan pendidikan dan pelatihan
- Bagian teknik memfasilitasi dengan memberikan peraturan perundangan dan perijinan.
- Sanitasi lingkungan, terkait dengan pembuangan limbah (baku mutu limbah)
- Tim K-3 RS melakukan edukasi dan supervisi tentang keamanan dan keselamatan
- Bagian keamanan penjagaan keamanan
- Pimpinan Proyek
6
BAB III
TATA LAKSANA
7
3. Faktor Eksternal Risk
a. Bencana alam :
– Banjir, gempa bumi, angin puyuh/topan
b. Rusaknya pelayanan publik
– Rusaknya Fasilitas air minum (PDAM), Sanitasi umum
c. Kecelakaan
– Kecalakaan masal (pesawat,kereta api,bus)
– Kebakaran yang melibatkan massa
d. Tindakan disengaja yang membahayakan
– Bioterrorism
– “Bom bunuh diri”kontaminasi pengadaan bahan makanan dan air”
e. KLB terhadap penularan infeksi:
– Influenza,meningitis
– Penyakit lain yang disebabkan kontaminasi makan dan minuman seperti salmonella dan Hep A
– Kemungkinan pemberian vaksin yang belum merata (kaji area geografi populasi)
f. Regulasi dan akreditasi persyaratan
– Laporan infeksi rate : persyaratan data dan lainnya
– Pertemuan antara regulasi lama dan baru untuk standar persyaratan akreditasi
8
- Alat prosthesis
- Pengemasan ulang alat medis
- Reproses single use device
c. Resiko sehubungan dengan petugas
- Prilaku menjaga kesehatan
- Keyakinan budaya tentang penularan penyakit
- Pemahaman penularan penyakit dan pencegahan
- Tingkat kepatuhan terhadap pencegahan infeksi teknik, misalnya, alat pelindung diri, teknik
isolasi
- Skrining tidak memadai untuk penyakit menular
- Kebersihan Tangan
- Cedera benda tajam
TYPE KRITERIA
A Inspeksi dan Kegiatan Non-Invasive.
Termasuk tetapi tidak terbatas pada :
• Mengganti ubin langit-2 (plafon) untuk inspeksi visual saja. Misalnya : terbatas pada 1
genting/plafon per 50 meter persegi.
• Pengecatan (tetapi tidak pengamplasan)
• wallcovering, pekerjaan listrik,pipa kecil, dan kegiatan yang tidak menghasilkan debu atau
memerlukan pemotongan dinding atau akses ke langit-langit selain untuk pemeriksaan yg
kelihatan
9
• Akses ke ruang terbuka.
• Pemotongan dinding atau langit-2 dimana migrasi debu dapat di kontrol
C Pekerjaan yang menghasilkan debu tingkat sedang hingga tinggi atau memerlukan
pembongkaran atau pemindahan/penghapusan & pembersihan komponen bangunan tetap
atau rakitan.
Termasuk tetapi tidak terbatas pada :
• Pengamplasan dinding untuk pengecatan atau pelapisan dinding
• pemindahan/penghapusan/pembersihan penutup lantai, plafon langit-2 dan pekerjaan
khusus.
• Kontruksi dinding baru.
• Pekerjaan saluran kecil atau pekerjaan listrik di atas langit-langit
• Kegiatan kabel utama
• Kegiatan . apapun yg tdk dpt diselesaikan dlm shift kerja tunggal.
TYPE KRITERIA
D Pembongkaran dan kontruksi proyek-2 besar.
Termasuk tetapi tidak terbatas pada :
• Kegiatan yg membutuhkan shift kerja berturut-turut
• Memerlukan pembongkaran berat atau pemindahan/penghapusan sistem perkabelan
lengkap.
• Kontruksi baru..
10
Langkah kedua :
Identifikasi kelompok resiko pasien
Resiko Rendah Resiko Sedang Resiko Tinggi Resiko Sangat Tinggi
Langkah ketiga :
IC Matrix- Class of Precaution :Construction Project by patient Risk
Kelompok resiko pasien Jenis Proyek Konstruksi
Type A Type B Type C Type D
Kelompok resiko rendah I II II III/IV
Kelompok resiko sedang I II III IV
Kelompok resiko tinggi I II III/IV IV
Sangat berisiko II III/IV III/IV IV
Catatan :Persetujuan IC diperlukan bila kegiatan konstruksi dan tingkat resiko menunjukkan kelas III atau
IV, maka prosedur pengendalian diperlukan.
Langkah keempat :
Diperlukan deskripsi tindakan pengendalian infeksi berdasarkan kelas
Class Selama pembangunan proyek Setelah penyelesaian proyek
I 1. Laksanakan pekerjaan dengan metode meminimalisasi 1. Bersihkan area kerja setelah
timbulnya debu dari pelaksanaan kegiatan kontruksi. menyelesaikan tugas.
2. Segera meletakan kembali ketempat semula plafon
11
atap yg diganti.
II 1. Menyediakan sarana aktif utk mencegah debu udara 1. Lap permukaan kerja dengan
dari penyebaran ke atmosfer. pembersih/desinfektan.
2. Semprot dng air pada permukaan kerja utk 2. Wadah yg berisi limbah
mengendalikan debu pada waktu pemotongan.. kontruksi sebelum di
3. Seal pintu yang tidak terpakai dengan lakban. transportasi harus tertutup rapat.
4. Blokir dan tutup ventilasi udara. 3. Pel basah dan/atau vakum
5. Tempatkan tirai debu di pintu masuk dan keluar area dengan HEPA filter, vakum
kerja. sebelum meninggalkan area
6. Hilangkan atau isolasi sistem HVAC ("heating, kerja.
ventilation, dan air-conditioning) yang sedang 4. Setelah selesai, mengembalikan
dilaksanakan. sistem HVAC di mana pekerjaan
dilakukan.
III 1. Untuk mencegah kontaminasi dari sistem saluran maka 1. Jangan menghilangkan barier
hilangkan/lepaskan atau isolasi sistem HVAC di area, dari area kerja sampai proyek
dimana pekerjaan sedang dilakukan.. selesai diperiksa oleh Komite
2. Lengkapi semua barier penting yaitu sheetrock, PIRS dan Dibersihkan oleh
plywood, plastic untuk menutup area dari area yg tdk bagin kebersihan RS..
untuk kerja atau menerapkan metode pengendalian 2. Hilangkan barier material
kubus (gerobak dng penutup plastik & koneksi disegel dengan hati-2 untuk
ke tempat bekerja dng HEPA vakum utk menyedot meminimalisasi penyebaran dari
debu sebelum keluar) sebelum kontruksi dimulai. kotoran dan puing-2 yg terkait
3. Menjaga tekanan udara negatif di dalam tempat kerja dng kontruksi.
dengan menggunakan HEPA unit yang dilengkapi 3. Vacuum area kerja area dng
dengan penyaringan udara. HEPA filtered vacuums.
4. Wadah tempat limbah kontruksi sebelum di transportasi 4. Area untuk lap basah dng
harus tertutup rapat. pembersih/disinfeksi/cleaner
5. Tutup wadah transportasi atau gerobak. Pita penutup 5. Setelah selesai, mengembalikan
jika tidak tutup yang kuat.. sistem HVAC)..
12
Class Selama pembangunan proyek Setelah penyelesaian proyek
IV 1. Untuk mencegah kontaminasi sistem saluran maka 1. Jangan menghilangkan barier
isolasi sistem HVAC di area, dimana pekerjaan sedang dari area kerja sampai proyek
dilakukan.. selesai diperiksa oleh
2. Lengkapi semua barier penting yaitu sheetrock, Komite/Panitia PPIRS.
plywood, plastic untuk menutup area dari area yg tdk Dibersihkan oleh bagin
untuk kerja atau menerapkan metode pengendalian kebersihan RS..
kubus (gerobak dng penutup plastik & koneksi disegel 2. Hilangkan barier material
ke tempat bekerja dng HEPA vakum utk menyedot dengan hati-2 untuk
debu sebelum keluar) sebelum kontruksi dimulai. meminimalisasi penyebaran dari
3. Menjaga tekanan udara negatif di dalam tempat kerja kotoran dan puing-2 yg terkait
dengan menggunakan HEPA unit yang dilengkapi dng kontruksi.
dengan penyaringan udara. 3. Wadah untuk limbah
4. Segel lubang, pipa, saluran & lubang-2 kecil yg bisa kontruksi harus ditutup rapat
menyebabkan kebocoran sebelum kontruksi.
5. Membangun serambi/ruangan dan semua personil 4. Wadah transportasi atau
melewati ruangan inisehingga dapat disedot debunya gerobak agar ditutup rapat.
dengan vakum cleaner HEPA sebelum meninggalkan 5. Vakum area kerja dengan
tempat kerja atau mereka bisa memakai kain atau baju vakum HEPA filter.
kertas yg di lepas setiap kali mereka meninggalkan 6. Area di pel dengan pel basah
tempat kerja dengan pembersih/desinfektan.
6. Semua personil memasuki tempat kerja diwajibkan 7. Setelah selesai mengembalikan
untuk mengenakan penutup sepatu. Penutup sepatu sistem HVAC dimana pekerjaan
harus diganti setiap kali pekerja keluar dari area kerja dilakukan.
Langkah ke lima :
Identifikasi daerah sekitar area proyek, menilai dampak potensial
Unit Below Unit Above Lateral Lateral Behind Front
Risk Group Risk Group Risk Group Risk Group Risk Group Risk Group
13
Langkah ke enam :
Identifikasi kegiatan di tempat khusus misalnya ruang perawatan, ruang farmasi / obat dst
Langkah ke tujuh :
Identifikasi masalah yg berkaitan dengan : ventilasi, pipa ledeng, listrik dalam hal terjadinya
kemungkinan pemadaman.
Langkah ke delapan :
IdentifIkasi langkah-2 pencegahan , menggunakan penilaian sebelumnya, apa jenis bariernya
(misalnya bariernya dinding yang tertutup rapat). Apakah HEPA filter diperlukan.?
Catatan : Selama dilakukan kontruksi maka Area yang di renovasi/kontruksi seharusnya diisolasi dari
area yang dipergunakan dan merupakan area negatif terhadap daerah sekitarnya.)
Langkah ke sembilan:
Pertimbangkan potensial risiko dari kerusakan air. Apakah ada risiko akibat merusak kesatuan struktur
(misal : dinding, atap, plafon)
Langkah ke sepuluh :
Jam Kerja : dapat atau pekerjaan akan dilakukan selama bukan jam pelayanan pasien.
Langkah ke sebelas :
Buat rencana yang memungkinkan untuk jumlah ruang isolasi/ruang aliran udara negatif yang
memadai
Langkah ke duabelas:
Buat rencana yang memungkinkan untuk jumlah dan tipe tempat/bak cuci tangan.
Langkah ke tigabelas :
Apakah PPIRS/IPCN setuju dengan jumlah minimum bak/tempat cuci tangan tersebut.
Langkah ke empatbelas :
Apakah PPIRS/IPCN setuju dengan rencana relatif terhadap utilitas ruangan bersih dan kotor
Langkah ke limabelas :
Rencanakan untuk membahas masalah pencegahan tersebut dengan tim proyek (misalnya arus lalu
lintas, rumah tangga, pembersihan puing (bagaimana dan kapan)
14
BAB IV
DOKUMENTASI
IZIN KONSTRUKSI PENGENDALIAN INFEKSI
No. Izin:
Lokasi konstruksi : Tanggal mulai proyek :
Koordinator proyek : Estimasi waktu :
Performa kerja kontraktor Waktu izin kadaluarsa :
Supervisor : Telepon :
Ya Tdk Kegiatan Konstruksi Ya Tdk Kelompok Resiko Pengendalian Infeksi
Type A Inspeksi dan Kegiatan Non- Group 1 : Low Risk / risiko kecil
Invasive.
Type B Skala kecil, kegiatan durasi Group 2 : Medium Risk / risiko sedang
pendek yang menciptakan debu
minimal.
Class I 1. Laksanakan pekerjaan dengan metode meminimalisasi timbulnya debu dari pelaksanaan kegiatan
kontruksi.
2. Segera meletakan kembali ketempat semula plafon atap yg diganti.
3. Bersihkan area kerjasetelahmenyelesaikantugas
15
Class II 1. Menyediakan sarana aktif utk mencegah debu udara dari penyebaran ke atmosfer.
2. Semprot dng air pada permukaan kerja utk mengendalikan debu pada waktu pemotongan..
3. Seal pintu yang tidak terpakai dengan lakban.
4. Blokir dan tutup ventilasi udara.
5. Tempat kan tirai debu di pintu masuk dan keluar area kerja.
6. Hilangkan atau isolasi sistem HVAC ("heating, ventilation, dan air-conditioning) yang sedang
dilaksanakan.
7. Lap permukaan kerja dengan pembersih desinfektan
8. Wadah yang berisi limbah konstruksi sebelum di transportasi harus tertutup rapat.
9. Pel basah dan atau vakum dengan HEPA filter, vakum sebelum meninggalkan area kerja.
10. Setelah selesai mengembalikan system HVAC di mana pekerjaan dilakukan
Class III 1. Untuk mencegah kontaminasi dari sistem saluran maka hilangkan/lepaskan atau isolasi sistem
Date HVAC di area, dimana pekerjaan sedang dilakukan..
Initial 2. Lengkapi semua barier penting yaitu sheetrock, plywood, plastic untuk menutup area dari area yg
tdk untuk kerja atau menerapkan metode pengendalian kubus (gerobak dng penutup plastik &
koneksi disegel ke tempat bekerja dng HEPA vakum utk menyedot debu sebelum keluar) sebelum
kontruksi dimulai.
3. Menjaga tekanan udara negatif di dalam tempat kerja dengan menggunakan HEPA unit yang
dilengkapi dengan penyaringan udara.
4. Wadah tempat limbah kontruksi sebelum di transportasi harus tertutup rapat.
5. Tutup wadah transportasi atau gerobak. Pita penutup jika tidak tutup yang kuat.
6. Jangan menghilangkan barrier dari area kerja sampai proyek selesaai diperiksa oleh Komite PPIRS
dandibersihkan oleh bagian kebersihan RS
7. Hilangkan barier material dengan hati-2 untuk meminimalisasi penyebaran dari kotoran dan puing-2
yg terkait dng kontruksi.
8. Vacuum area kerja area dng HEPA filtered vacuums.
9. Area untuk lap basah dng pembersih/disinfeksi/cleaner
10. Setelah selesai, mengembalikan sistem HVAC)..
Class IV 1. Untuk mencegah kontaminasi sistem saluran maka isolasi sistem HVAC di area, dimana pekerjaan
16
Date sedang dilakukan..
Initial 2. Lengkapi semua barier penting yaitu sheetrock, plywood, plastic untuk menutup area dari area yg
tdk untuk kerja atau menerapkan metode pengendalian kubus (gerobak dng penutup plastik &
koneksi disegel ke tempat bekerja dng HEPA vakum utk menyedot debu sebelum keluar) sebelum
kontruksi dimulai.
3. Menjaga tekanan udara negatif di dalam tempat kerja dengan menggunakan HEPA unit yang
dilengkapi dengan penyaringan udara.
4. Segel lubang, pipa, saluran & lubang-2 kecil yg bisa menyebabkan kebocoran
5. Membangun serambi/ruangan dan semua personil melewati ruangan inisehingga dapat disedot
debunya dengan vakum cleaner HEPA sebelum meninggalkan tempat kerja atau mereka bisa
memakai kain atau baju kertas yg di lepas setiap kali mereka meninggalkan tempat kerja
6. Semua personil memasuki tempat kerja diwajibkan untuk mengenakan penutup sepatu. Penutup
sepatu harus diganti setiap kali pekerja keluar dari area kerja
7. Jangan menghilangkan barier dari area kerja sampai proyek selesai diperiksa oleh Komite/Panitia
PPIRS. Dibersihkan oleh bagin kebersihan RS..
8. Hilangkan barier material dengan hati-2 untuk meminimalisasi penyebaran dari kotoran dan puing-2
yg terkait dng kontruksi.
9. Wadah untuk limbah kontruksi harus ditutup rapat sebelum kontruksi.
10. Wadah transportasi atau gerobak agar ditutup rapat.
11. Vakum area kerja dengan vakum HEPA filter.
12. Area di pel dengan pel basah dengan pembersih/desinfektan.
13. Setelah selesai mengembalikan sistem HVAC dimana pekerjaan dilakukan.
Persyaratan tambahan
17
DAFTAR PUSTAKA
18