Ekstraksi Gigi Desidui
Ekstraksi Gigi Desidui
Ekstraksi Gigi Desidui
DISUSUN OLEH:
ANUNG SAPTIWULAN (G1G010011)
M. FASICH BAIHAQI (G1G010042)
8. Reinforcement
Merupakan tindakan untuk menghargai prestasi yang telah dicapai, agar
prestasi tersebut diulang. Pada umumnya anak akan senang jika prestasi yang telah
ditunjukkan dihargai dan diberi hadiah. Hal ini dapat meningkatkan keberanian anak
dan dipertahankan untuk perawatan dikemudian hari. Reinforcement mempunyai
keuntungan karena dokter gigi secara langsung dapat mengontrol pemberian hadiah
yang akan diberikan dipraktek untuk meningkatkan frekwensi tingkah laku yang
diinginkan (Chadwik &Hosey, 2003).
C. Persiapan
Sebelum melakukan prosedur ekstraksi anak, hal yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Sebagian negara mempunyai hukum yang mengharuskan izin tertulis dari orang tua
(Informed Concent) sebelum melakukan anastesi pada pasien anak.
2. Kunjungan untuk pencabutan sebaiknya dilakukan pagi hari (saat anak masih aktif)
dan dijadwalkan, sehingga anak tidak menunggu terlalu lama karena anak
cenderung menjadi lelah menyebabkan anak tidak koperatif. Anak bertoleransi lebih
baik terhadap anastesi lokal setelah diberi makan ± 2 jam sebelum pencabutan.
3. Instrumen yang akan dipakai, sebaiknya jangan diletakkan di atas meja. Letakkan
pada tempat yang tidak terlihat oleh anak dan diambil saat akan digunakan. Jangan
mengisi jarum suntik di depan pasien, dapat menyebabkan rasa takut dan cemas.
4. Sebaiknya dikatakan kepada anak yang sebenarnya bahwa akan ditusuk dengan
jarum (disuntik) dan terasa sakit sedikit, tidak boleh dibohongi.
5. Rasa sakit ketika penyuntikan sedapat mungkin dihindarkan dengan cara sebagai
berikut :
a. Memakai jarum yang kecil dan tajam
b. Pada daerah masuknya jarum dapat dilakukan anastesi topikal lebih dahulu.
Misalnya dengan 5 % xylocaine (lidocaine oitmen)
b. Jaringan lunak yang bergerak dapat ditegangkan sebelum penusukan jarum
c. Deponir anastetikum perlahan, deponir yang cepat cenderung menambah rasa
sakit. Jika lebih dari satu gigi maksila yang akan dianastesi, operator dapat
menyuntikkan anastesi awal, kemudian merubah arah jarum menjadi posisi
yang lebih horizontal, bertahap memajukan jarum dan mendeponir anastetikum.
d. Penekanan dengan jari beberapa detik pada daerah injeksi dapat membantu
pengurangan rasa sakit.
e. Jaringan diregangkan jika longgar dan di masase jika padat (pada palatal).
Gunanya untuk membantu menghasilkan derajat anastesi yang maksimum dan
mengurangi rasa sakit ketika jarum ditusukan.
6. Aspirasi dilakukan untuk mencegah masuknya anastetikum dalam pembuluh darah,
juga mencegah reaksi toksis, alergi dan hipersensitifitas.
7. Waktu untuk menentukan anastesi berjalan ± 5 menit dan dijelaskan sebelumnya
kepada anak bahwa nantinya akan terasa gejala parastesi seperti mati rasa, bengkak,
kebas, kesemutan atau gatal dijelaskan pada anak agar anak tidak takut, tidak kaget,
tidak bingung atau merasa aneh. Pencabutan sebaiknya dilakukan setelah 5 menit.
Jika tanda parastesi tidak terjadi, anastesi kemungkinan gagal sehingga harus
diulang kembali.
8. Vasokontristor sebaiknya digunakan dengan konsentrasi kecil, misalnya xylocaine 2
% dan epinephrine 1 : 100.000.
D. Teknik anastesi lokal oral pada anak:
1. Anastesi Topikal
Anastesi lokal hanya menghilangkan rasa sakit di bagian permukaan saja karena
yang dikenai hanya ujung-ujung serabut urat syaraf. Anastesi topikal efektif pada
permukaan jaringan (dengan kedalaman 2-3 mm).
Bahan anastesi topikal yang dipakai dapat dibagi sebagai berikut :
a. Menurut bentuknya : Cairan, Salep, Gel
b. Menurut penggunaannya : Spray, Dioleskan, Ditempelkan
c. Menurut bahan obatnya : Chlor Etil, Xylestesin Ointment, Xylocain Oitment,
Xylocain Spray.
Anastesi topikal benzokain (masa kerja cepat) dibuat dengan konsentrasi
>20%, lidokain tersedia dalam bentuk cairan atau salep > 5 % dan dalam bentuk
spray dengan konsentrasi > 10 %.
Cara melakukan anastesi topikal:
a. Mukosa dikeringkan untuk mencegah terlarutnya bahan anastesi.
b. Bahan anastesi topikal dioleskan melebihi area yang akan disuntik ± 15 detik,
kurang dari waktu tersebut, obat tidak efektif (tergantung petunjuk pabrik).
Kontra Indikasi :
1. Anak yang sedang menderita infeksi akut di mulutnya. Misalnya akut
infektions stomatitis, herpetik stomatitis. Infeksi ini disembuhkan dahulu baru
dilakukan pencabutan.
2. Blood dyscrasia atau kelainan darah, kondisi ini mengakibatkan terjadinya
perdarahan dan infeksi setelah pencabutan. Pencabutan dilakukan setelah
konsultasi dengan dokter ahli tentang penyakit darah.
3. Pada penderita penyakit jantung. Misalnya: Congenital heart disease,
rheumatic heart disease yang akut, kronis, penyakit ginjal/kidney disease.
4. Pada penyakit sistemik yang akut pada saat tersebutresistensi tubuh lebih
rendah dan dapat menyebabkan infeksi sekunder.
5. Adanya tumor yang ganas, karena dengan pencabutan tersebut dapat
menyebabkan metastase.
6. Pada penderita Diabetes Mellitus (DM), tidaklah mutlak kontra indikasi. Jadi
ada kalanya pada penyakit DM ini boleh dilakukan pencabutan tetapi haruslah
lebih dahulu mengadakan konsultasi dengan dokter yang merawat pasien
tersebut atau konsultasi ke bagian internist. Pencabutan pada penderita DM
menyebabkan :
- Penyembuhan lukanya agak sukar.
- Kemungkinan besar terjadi sakit setelah pencabutan
- Bisa terjadi perdarahan berulang kali.
7. Irradiated bone
Pada penderita yang sedang mendapat terapi penyinaran (Inneke, 1998).
G. Medikasi
Medikasi post ekstraksi yang biasa diberikan adalah analgesik dan antibiotik.
Analgesik diberikan untuk mengatasi rasa sakit pasca tindakan pencabutan setelah efek
anestesi lokal menghilang. Analgesik biasanya dapat diresepkan selama dua hari.
Antibiotik diberikan untuk mengatasi infeksi maupun untuk mencegah infeksi lebih
lanjut yang mungkin terjadi. Dalam kedokteran gigi, antibiotik biasanya diberikan
untuk profilaksis sebelum dilakukan tindakan operatif. Pada beberapa indikasi,
antibiotik dapat diberikan post tindakan operatif.
Analgesik yang biasa diberikan kepada pasien anak adalah ibuprofen atau
parasetamol. Ibuprofen merupakan obat anti inflamasi non-steroid untuk mengurangi
rasa sakit dari inflamasi. Obat ini semakin dipilih sebagai penghilang rasa sakit,
terutama rasa sakit akibat injuri atau inflamasi dibanding acetaminophen. Ibuprofen
tersedia dalam bentuk tablet dan liquid untuk anak-anak. Pengaturan dosis ibuprofen
didasarkan atas umur anak.
Rekomendasi Dosis Ibuprofen Oral
Usia Dosis (mg)
6-11 bulan 50 mg setiap 6-8 jam
12-23 bulan 75 mg setiap 6-8 jam
2-3 tahun 100 mg setiap 6-8 jam
4-5 tahun 150 mg setiap 6-8 jam
6-8 tahun 200 mg setiap 6-8 jam
9-10 tahun 250 mg setiap 6-8 jam
11 tahun 300 mg setiap 6-8 jam
Dosis Ibuprofen Oral untuk anak
Parasetamol 500 mg tablet Parasetamol 120mg/5ml sirup
Usia (th) dosis Usia (th) dosis
2-5 ¼-1/2 tablet tiap 4-6 jam 0-1 ½ sendok takar (2,5 ml) 3-4 kali sehari
1-2 1 sendok takar (5 ml) 3-4 kali sehari
1-2 sendok takar (5-10 ml) 3-4 kali
2-6
6-12 ½-1 tablet tiap 4-6 jam sehari
2-3 sendok takar (10-15 ml) 3-4 kali
6-9
sehari
3-4 sendok takar (15-20 ml) 3-4 kali
9-12
sehari
Dosis parasetamol untuk anak berdasarkan usia
DAFTAR PUSTAKA