Bab 2 Pendidikan Karakter
Bab 2 Pendidikan Karakter
Bab 2 Pendidikan Karakter
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pendidikan karakter berasal dari dua kata pendidikan dan karakter, menurut
internalisasi budaya ke dalam diri individu dan masyarakat menjadi beradab.2 Ada
sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan
1
D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1989), h. 19.
2
Doni Koesoema A. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Modern. (Jakarta:
Grasindo, 2007), h. 80
3
Sudirman N, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1987), h. 4.
22
menyatakan bahwa pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti,
pikiran, dan jasmani anak agar selaras dengan alam dan masyarakatnya. 4
pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap
Pendidikan Nasional dalam Pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar anak didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
seluruh potensi yang dimilikinya (olahrasa, raga dan rasio) untuk mencapai
kesuksesan dalam kehidupan dunia dan akhirat. Setelah kita mengetahui esensi
pendidikan secara umum, maka yang perlu diketahui selanjutnya adalah hakikat
4
Ki Hadjar Dewantara. Pendidikan. (Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa), h. 14. 5
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005),
h.24.
5
UU RI Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Ibid.
h. 74
23
baru muncul pada akhir abad 18, terminologi karakter mengacu pada pendekatan
idealis spiritualis yang juga yang juga dikenal dengan teori pendidikan normatif,
sebagai motivator dan dominisator sejarah baik bagi individu maupun bagi
perubahan nasional. Istilah karakter berasal dari bahasa Yunani, charassein, yang
mengukir di atas batu permata atau permukaan besi yang keras. Dari sanalah
atau pola perilaku (an individual’s pattern of behavior … his moral contitution).
Sedangkan Istilah karakter secara harfiah berasal dari bahasa Latin “Charakter”,
yang antara lain berarti: watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti,
kepribadian atau akhlak. Sedangkan secara istilah, karakter diartikan sebagai sifat
manusia pada umumnya dimana manusia mempunyai banyak sifat yang tergantung
dari faktor kehidupannya sendiri6. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang.7 karakter juga
bisa diartikan sikap, tabiat, akhlak, kepribadian yang stabil sebagai hasil proses
Indonesia kata ‘karakter’ diartikan sebagai tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau
budi pekerti yang membedakan seseorang dangan yang lain, dan watak. Ki Hadjar
6
Mochtar Buchori, Character Building dan Pendidikan Kita. Kompas
7
Abdul majid, Dian andayani. Pedidikan karakter dalam perspektif Islam. (Bandung: Insan Cita
Utama, 2010), hlm. 11
8
Yahya Khan. Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri: Mendongkrak Kualitas Pendidikan.
(Yogyakarta: Pelangi Publishing, 2010), h. 1.
24
Dewantara memandang karakter sebagai watak atau budi pekerti. Menurutnya budi
pekerti adalah bersatunya antara gerak fikiran, perasaan, dan kehendak atau
tersebut dapat disimpulkan secara ringkas bahwa karakter adalah sikap, tabiat,
akhlak, kepribadian yang stabil sebagai hasil proses konsolidasi secara progresif
dan dinamis; sifat alami seseorang dalam merespons siruasi secara bermoral;
watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil
untuk cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak; sifatnya jiwa manusia, mulai
dari angan-angan sampai menjelma menjadi tenaga. Dari definisi yang telah
tersebut ada terdapat kesamaan bahwa karakter itu mengenai sesuatu yang ada
dalam diri seseorang, yang membuat orang tersebut disifati. Mengacu pada
berbagai pengertian dan definisi tentang pendidikan dan karakter secara sederhana
dapat diartikan bahwa pendidikan karakter adalah upaya sadar yang dilakukan
nilai karakter pada seseorang yang lain (peserta didik) sebagai pencerahan agar
kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (desiring the good), dan
yang berkarakter sebagai sifat alami seseorang dalam merespons situasi secara
bermoral yang dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang
baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain dan karakter mulia
lainnya. Pengertian ini mirip dengan apa yang diungkapkan oleh Aristoteles,
bahwa karakter itu erat kaitannya dengan “habit” atau kebiasaan yang terus
menerus dilakukan. Lebih jauh, Lickona menekankan tiga hal dalam mendidik
karakter. Tiga hal itu dirumuskan dengan indah: knowing, loving, and acting the
sebagai baik, luhur, dan layak diperjuangkan sebagai pedoman bertingkah laku
bagi kehidupan pribadi berhadapan dengan dirinya, sesame dan Tuhan.10 Menurut
Khan pendidikan karakter adalah proses kegiatan yang dilakukan dengan segala
daya dan upaya secara sadar dan terencana untuk mengarahkan anak didik.
9
Thomas Lickona, Educating For Character: How Our School Can Teach Respect and Responsibility,
(New York:Bantam Books,1992) , h. 12-22.
10
Albertus, Doni Koesoema, Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, (Jakarta:
PT.Grasindo, 2010), h.5.
26
karakter yang dapat dihayati dalam penelitian ini adalah religius, nasionalis,
cerdas, tanggung jawab, disiplin, mandiri, jujur, dan arif, hormat dan santun,
Ada sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu : 1.
2. kejujuran/amanah, diplomatis
11
Yahya Khan, Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri, (Yogyakarta : Pelangi Publishing, 2010), h.
34.
27
good, feeling the good, dan acting the good. Hal tersebut diperlukan agar anak
berperilaku baik, walaupun secara kognitif anak mengetahui, karena anak tidak
pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan
moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya
menjadi manusia yang baik, warga masyarakat yang baik , dan warga Negara yang
baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik , dan warga
Negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-
bangsanya. Oleh karena itu, hakikat pendidikan karakter dalam konteks pendidikan
upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli, dan
Pendidikan karakter juga dapat diartikan sebagai suatu system penanaman nilai-
12
Thomas Lickona, Educating For Character, Ibid. h. 12-22.
13
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung:Alfabeta, 2012) , h.2324.
28
kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesana, lingkungan maupun
warga sekolah maknanya bahwa pendidikan karakter baru akan efektif jika tidak
hanya siswa, tetapi juga para guru, kepala sekolah dan tenaga non-pendidik
proses menanamkan karakter tertentu sekaligus memberi benih agar peserta didik
Dengan kata lain, peserta didik tidak hanya memahami pendidikan sebagai bentuk
pengetahuan, namun juga menjadikan sebagai bagian dari hidup dan secara sadar
pembentukan karakter atau akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan
Pendidikan adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek
Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan
berkelanjutan.16
Melalui pendidikan karakter, seorang anak akan menjadi cerdas, tidak hanya
otaknya namun juga cerdas secara emosi. Kecerdasan emosi adalah bekal
kecerdasan emosi, seseorang akan dapat berhasil dalam menghadapi segala macam
Hal ini sesuai dengan rumusan tujuan pendidikan nasional yang terdapat pada
berkembangnya potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.15
14
http://aryforniawan.blogspot.com/2012/06/fungsi-dan-tujuan-pendidikan-karakter.html 16
Muslih, Pendidikan Karakter, 29.
15
Dharma Kesuma, et.al, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2011), 6.
30
pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh,
teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha
pada pengembangan potensi peserta didik secara keseluruhan, agar dapat menjadi
individu yang siap menghadapi masa depan dan mampu survive mengatasi
16
Muslih, Pendidikan Karakter, 81.
17
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. (Bandung: Alfabeta,
2012), 30.
18
Dalam hal ini, di lingkungan sekolah peran guru sangat penting bagi pembentukan karakter
anak didik. Jamal Ma’mur Asmani menjelaskan, seorang guru harus dapat menjadi figur teladan bagi
anak didiknya; menjadi inspirator yang mampu membangkitkan semangat untuk mengoptimalkan
potensi peserta didik; menjadi motivator yang mampu membangkitkan spirit, etos kerja dan potensi luar
biasa yang dimiliki; menjadi dinamisator, yakni menjadi lokomotif yang benar-benar mendorong
gerbong ke arah tujuan dengan kecepatan, kecerdasan dan kearifan yang tinggi; evaluator yakni
mengevaluasi metode pembelajaran yang dipakai dalam pendidikan karakter, mengevaluasi sikap
perilaku yang ditampilkan, sepak terjang, perjuangan dan agenda yang direncakan. Untuk uraian lebih
detail, lihat, Asmani, Buku Panduan Internalisasi, 74-82.
31
anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter sehingga fitrah setiap anak
Oleh karena itu diperlukan cara yang baik dalam membangun karakter
seseorang. Salah satu cara yang sangat baik adalah dengan menciptakan
lingkungan yang kondusif. Untuk itu peran keluarga, sekolah dan komunitas amat
Pada saat ini yang diperlukan adalah kurikulum pendidikan yang berbasis
kompetensi dasar. Berikut adalah contoh Kompetensi inti yang digunakan dalam
kurikulum 2013 pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas VII:
19
Zainul Miftah, Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Bimbingan dan Konseling
(Surabaya: Gena Pratama Pustaka, 2011), 37.
20
Zainul Miftah, Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Bimbingan dan Konseling,
(Surabaya: Gena Pratama Pustaka,2011), 37.
32
efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori.
Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari
nilai moral universal (bersifat absolut) yang bersumber dari agama yang juga
disebut sebagai the golden rule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang
Menurut para ahli psikolog, beberapa nilai karakter dasar tersebut adalah: cinta
kepada Allah dan ciptaan-Nya (alam dengan isinya), tanggung jawab, jujur, hormat
dan santun, kasih sayang, peduli, dan kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras,
dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah hati,
yang disadari dan dilakukan dalam tindakan nyata. Tampak di sini terdapat unsur
pembentukan nilai tersebut dan sikap yang didasari pada pengetahuan untuk
bersama orang lain secara lebih baik (learning to live together). Nilai tersebut
lain, keluarga), diri sendiri (learning to be), hidup bernegara, lingkungan dan
Tuhan.21 Tentu saja dalam penanaman nilai tersebut membutuhkan tiga aspek, baik
komponen karakter yang baik, yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral),
moral feeling (perasaan tentang moral), dan moral action (perbuatan moral).
Maha Esa
secara integratif. Hal ini dapat terlihat dalam nilai-nilai yang diusung, yakni
meliputi nilai yang berhubungan dengan dimensi ketuhanan, diri sendiri dan juga
orang lain.