Skripsi Bab I II III Hafid

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 58

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu sarana pembekalan ilmu

pengetahuan, keterampilan, nilai dan moral melalui kegiatan

pembelajaran dan kegiatan lainnya yang terhubung dengan rencana

pendidikan disuatu sekolah. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan

Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 tentang Sistem Pendidikan

Nasional menegaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dalam pendidikan dan mendidik tidak hanya sebatas

mentransfer ilmu saja, tetapi yang lebih utama adalah dapat mengubah

atau membentuk karakter dan watak seseorang agar menjadi lebih

baik, lebih sopan dalam tataran etika maupun estetika serta perilaku

sehari-hari. Pendidikan karakter menjadi salah satu harapan, karena

karakterlah yang menjadi penopang perilaku individu. Tanpa karakter

seseorang dengan mudah melakukan suatu apapun yang dapat

menyakiti atau menyengsarakan orang lain. Dalam Islam, karakter atau

1
2

akhlak mempunyai kedudukan penting dan dianggap mempunyai

fungsi yang vital dalam memandu kehidupan.

Sebagaimana hadist riwayat At-Tirmidzi yang artinya “Hai

orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik

akhlaknya.” Dari hadist tersebut dapat dipahami bahwa pendidikan

karakter sangat penting dalam upaya membentuk insan yang

berkualitas, karena tidak akan sempurna seorang insan tanpa adanya

kebaikan akhlaknya.

Karakter, secara lebih jelas, mengacu kepada serangkaian sikap

(attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan

keterampilan (skills). Karakter meliputi sikap seperti keinginan untuk

melakukan hal yang terbaik, kapasitas intelektual, seperti berfikir kritis

dan alasan moral seperti berperilaku jujur dan bertanggungjawab.1

Manusia berkarakter adalah manusia yang dalam perilaku dan segala

hal yang berkaitan dengan aktivitas hidupnya selalu dengan nilai-nilai

kebaikan.

Sebagai aspek kepribadian, karakter merupakan cerminan dari

kepribadian secara utuh dari seseorang, mentalitas, sikap, dan perilaku.

Pendidikan karakter semacam ini lebih tepat sebagai pendidikan budi

pekerti. Pembelajaran tentang tata krama, sopan santun, dan adat-

istiadat, menjadikan pendidikan karakter semacam ini lebih tepat

menekankan kepada perilaku-perilaku aktual tentang bagaimana

1
Naim, Ngainun. Character Building: Optimalisasi Peran Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu
&Pembentukan Karakter Bangsa. Yogyakarta: ArRuz Media. 36.

2
3

seseorang dapat disebut kepribadian baik atau tidak baik berdasarkan

norma-norma yang bersifat kontekstual dan kultural.

Karakter akan berkembang baik apabila seseorang tersebut dapat

membiasakan diri melakukan hal-hal baik dan didukung dari

pendidikan, keluarga maupun lingkungan masyarakatnya yang selalu

memberikan contoh yang baik. Dilihat dari dunia pendidikan, karakter

seseorang dapat diajarkan atau ditanamkan sejak dini dengan melalui

pengintegrasian nilai-nilai pendidikan karakter di setiap mata

pelajaran, ekstrakurikuler maupun budaya atau kultur yang diciptakan

di sekolah. Budaya sekolah dapat didefinisikan sebagai keyakinan,

kebijakan, norma, dan kebiasaan di dalam sekolah yang dapat

dibentuk, diperkuat, dan dipelihara dalam waktu yang lama oleh semua

warga dalam kerja sama di sekolah.2

Sebagaimana yang dijelaskan KH. Hasyim Asy’Ari dalam

kitabnya Al-Adab Al-Alim Wa Al-Muta’allim menyimpulkan bahwa

tujuan dari pendidikan, disamping pemahaman terhadap pengetahuan

(knowledge), juga pembentukkan karakter (good character) yang

terdiri dari aspek niat, etika dan lain sebagainya dan penuh dengan

pemahaman secara benar dan sempurna terhadap ajaran-ajaran Islam

serta mampu mengaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari secara

konsisten.3

2
Daryanto, dkk. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Gava Media. 2013.
18
3
Rosidin. K.H.Hasyim Asy’ari, Pendidikan karakter Khas Pesantren (Adabul ‘Alim wal
Muta’allim). Tangerang: Tirta Smart. 2017. 6

3
4

Pendidikan karakter perspektif KH. Hasyim Asy’ari yang

pertama, adalah berupaya mengajak bangsa ini untuk mandiri bukan

hanya dalam soal ekonomi dan politik, tapi juga dalam kebudayaan

dan pengetahuan dalam bidang kultur seperti dibahasakan Adinegoro

dalam Polemik Kebudayaan kedua, pendidikan karakter perpektif KH.

Hasyim Asy’ari mengajarkan anak-anak didiknya untuk bergaul dan

bersatu di antara sesama anak-anak bangsa se-Nusantara, apapun suku,

latar belakang dan agamanya. Mereka diajarkan untuk saling

berinteraksi secara harmonis diantara berbagai komunitas bangsa

tersebut.4

Salah satu aspek yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan

karakter SDM yang kuat adalah melalui pendidikan. Pendidikan

merupakan upaya yang terencana dalam proses pembimbingan dan

pembelajaran bagi individu agar berkembang dan tumbuh menjadi

manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat dan

berakhlak mulia baik dilihat dari aspek jasmani maupun ruhani.5

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang secara resmi

menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara sistematis, berencana,

sengaja, dan terarah. Mulai dari tingkat kanak-kanak (TK) sampai

dengan pendidikan tinggi (PT). Sekolah melakukan pembinaan

pendidikan kepada peserta didik yang dalam melaksanakan

4
ibid. hal. 9
5
Maksudin. Pendidikan Karakter Non-Dikotomi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.2013. 45

4
5

pendidikan.6 Lembaga pendidikan, khususnya sekolah dipandang

sebagai tempat yang strategis untuk membentuk karakter. Hal ini

dimaksudkan agar peserta didik dalam segala ucapan, sikap, dan

perilakunya mencerminkan karakter yang baik dan kuat.7

Dalam dunia pendidikan, pendidikan karakter tersebut dapat

diintegrasikan melalui proses pembelajaran, kegiatan ekstrakurikuler

dan budaya yang diciptakan di sekolah. Walaupun pendidikan karakter

termasuk dalam hidden curriculum, tetapi pelaksanaannya secara

menyeluruh di lingkungan sekolah.

Produk dari pendidikan karakter tidak bersifat permanen, akan

tetapi terus tumbuh dan berkembang. Sangat mungkin seorang yang

awalnya memiliki karakter yang baik, tetapi pada akhirnya kehilangan

karakternya. Pengaruh lingkungan atau karena berbagai pengaruh

lainnya menjadikan karakter tersebut sedikit demi sedikit bisa berubah.

Sekolah yang merupkan lingkungan kedua setelah keluarga, sangat

memegang pengaruh penting dalam rangka membentuk karakter pada

siswa. Karena sekolah merupakan tempat belajar-mengajar, mendidik,

dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan pada siswa-siswinya.

Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan formal mempunyai

tanggung jawab yang besar terhadap berlangsungnya proses

pendidikan. Tanggung jawab sekolah terhadap anak didik antaranya

adalah tanggung jawab formal atau tanggung jawab sesuai dengan


6
Kadir, Abdul. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Group. 2012. 78-79
7
Hidayatullah, Furqon. Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa. Surakarta: Yuma
Pustaka. 2010. 3

5
6

fungsinya, yaitu lembaga pendidikan bertugas untuk mencapai tujuan

pendidikan berdasarkan undang-undang yang berlaku. Tanggung

jawab keilmuan, yaitu tanggung jawab berdasarkan bentuk, isi dan

tujuan serta jenjang pendidikan yang dipercayakan kepadanya oleh

masyarakat, serta tanggung jawab fungsional, yaitu tanggung jawab

yang diterima sebagai pengelola fungsional dalam melaksanakan

pendidikan oleh para pendidik yang pelaksanaannya berdasarkan

kurikulum.8

Penyelenggaraan pendidikan disuatu sekolah dimaksudkan

untuk menghasilkan lulusan yang memiliki karakter, kecakapan,

keterampilan, dan pengetahuan yang memadai untuk mengembangkan

potensi diri secara optimal, sehingga lulusan memiliki ketahanan dan

keberhasilan dalam pendidikan lanjutan, serta kehidupan yang selalu

berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Hal tersebut sesuai

dengan tujuan pendidikan nasional yang diamanahkan dalam UU No.

20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3

menyebutkan bahwa, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pendidikan nasional juga bertujuan untuk membangun potensi peserta

didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

8
Kadir, Abdul. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Group. 2012. 79

6
7

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.

Pelaksanaan pendidikan karakter dalam proses belajar mengajar

perlu dirancang sedemikian rupa mulai dari perencanaan, pelaksanaan,

dan evaluasi pembelajaran. Seorang guru merencanakan pembelajaran

melalui RPP, dalam pembuatan RPP guru diminta memperhatikan

nilai-nilai karakter yang akan dicapai. Pada pelaksanaan pembelajaran,

seorang guru dapat mencapai tujuan pembelajaran memerlukan

metode, strategi, dan media pembelajaran yang disesuaikan dengan

tujuan pembelajaran. Selanjutnya, dalam proses evaluasi pembelajaran,

seorang guru diminta menilai ketercapaian pendidikan karakter yang

terintegrasi dalam pembelajaran.

Pengalaman belajar yang utuh harus meliputi kurikulum

akademik dan kurikulum kemanusiaan. Kurikulum kemanusiaan ialah

kurikulum yang berupa penngalaman belajar agar dapat membentuk

karakter manusia, baik sebagai makhluk individu maupun makhluk

sosial sehingga dapat menjalankan kehidupan berdasarkan nilai-nilai

kebaikan.9 Pendidikan formal dan nonformal dituntut dapat

memberikan pengalaman belajar yang utuh. Oleh karena itu, dalam

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) selalu ditunjang dengan

pendidikan karakter. Pembelajaran IPS khususnya pada jenjang

pendidikan tingkat SMP/MTS mencakup empat kompetensi, yaitu

9
Zuchdi, Darmiyati. Pendidikan Karakter: Grand Design dan Nilai-nilai Target. Yogyakarta: UNY
Press. 2009. 218.

7
8

menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Setiap kompetensi harus

mencakup pendidikan karakter di dalamnya.

Mengingat pentingnya pendidikan karakter dalam pembelajaran

formal khususnya pembelajaran IPS yang pada pembehasannya

membahas tentang social, sehingga penelitian ini mendeskripsikan

mengenai implementasi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

dengan muatan pendidikan karakter KH. Hasyim Ays’ari. Penelitian

ini meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS) dengan muatan pendidikan karakter

perspektif KH. Hasyim Asy’ari.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti

Implementasi Pendidikan Karakter perspektif KH. Hasyim Asy’ari

sudah diterapkan di MTs DARUL FALAH melalui pembelajaran

khususnya pembelajaran IPS dan kegiatan-kegiatan lainnya yang ada

di sekolah.

Sehubungan dengan diuraikannya penjelasan diatas, maka

penulis ingin mengetahui dan melakukan penelitian lebih lanjut

terhadap konsep Pendidikan Karakter perspektif KH. Hasyim Asy’ari

dengan judul “Implementasi Pembelajaran IPS dengan Muatan

Pendidikan Karakter Perspektif KH. Hasyim Asy’ari di MTs DARUL

FALAH”.

8
9

B. Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dirumuskan

permasalahan sebagai berikut.

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran IPS dengan muatan

Pendidikan Karakter Perspektif KH. Hasyim Asy’ari di MTs

DARUL FALAH?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPS dengan muatan

Pendidikan Karakter Perspektif KH. Hasyim Asy’ari di MTs

DARUL FALAH?

3. Bagaimana evaluasi pembelajaran IPS dengan muatan Pendidikan

Karakter Perspektif KH. Hasyim Asy’ari di MTs DARUL

FALAH?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui bagaimana perencanaan pembelajaran IPS dengan

muatan Pendidikan Karakter Perspektif KH. Hasyim Asy’ari di

MTs DARUL FALAH

2. Mengetahui bagaimana perencanaan pembelajaran IPS dengan

muatan Pendidikan Karakter Perspektif KH. Hasyim Asy’ari di

MTs DARUL FALAH

3. Mengetahui agaimana evaluasi pembelajaran IPS dengan muatan

Pendidikan Karakter Perspektif KH. Hasyim Asy’ari di MTs

DARUL FALAH

9
10

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pembaca

dan masyarakat umum tentang pentingnya pendidikan karakter untuk

peserta didik. Sehingga pembaca dapat memahami dan

mengembangkan teori tentang bagaimana perencanaan, pelaksanaan

dan evaluasi pendidikan karakter dalam pembelajaran.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

pengetahuan dan pengembangan teori bagi pembaca dan

masyarakat umum tentang Pentingnya pendidikan karakter

perspektif KH. Hasyim Asy’ari

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Sebagai media penambah wawasan dan khazanah keilmuan

khususnya dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi tentang

pengimplementasian pembelajaran IPS dengan muatan

pendidikan karakter perspektif KH. Hasyim Asy’ari

b. Bagi Sekolah

Sebagai informasi tambahan bagi lembaga yang

bersangkutan dalam menunjang perencanaan,

pengimplementasian, pengevaluasian sekaligus pengembangan

teori dalam pembelajaran IPS dengan muatan pendidikan

karakter perpektif KH. Hasyim Asy’ari.

10
11

c. Bagi Masyarakat

Sebagai penambah wawasan dan khazanah Keilmuan

tentang pembelajaran IPS dengan muatan pendidikan karakter

perpektif KH. Hasyim Asy’ari.

E. Definisi Istilah

1. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa melalui

kegiatan memilih, menatap dan mengembangkan metode

pembelajaran yang optimal agar mencapai hasil yang diinginkan

berdasarkan kondisi pembelajaran yang ada.10 Dan Ilmu

pengetahuan sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang

ilmu-ilmu sosial dan humaniora, yaitu sosiologi, sejarah, geografi,

ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu pengetahuan sosial

dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang

mewjudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-

cabang ilmu sosial.11

Pembelajaran IPS yang dimaksudkan dalam penelitian ini

adalah upaya untuk membuat peserta didik dapat belajar, dan mau

belajar terus menerus untuk mempelajari apa yang ada dalam mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

10
Sutiah, teori belajar dan pembelajaran (malang: universitas islam negeri malang, 2003.), hal. 8
11
Ahmad susanto, pengembangan pembelajaran ips, (jakarta: kencana, 2014), hal. 6.

11
12

2. Pendidikan Karakter Perspektif KH. Hasyim Asy’ari

Pendidikan karakter perspektif KH. Hasyim Asy’ari dalam

kitab Adab Al-Alim Wa Al-Muta’Allim beliau menjelaskan

langsung dengan mengutip ayat Al Qur’an dan Hadist kemudian

dijelaskan dengan singkat dan jelas. Ia misalnya, menyebutkan

tujuan utama ilmu pengetahuan adalah mengamalkannya. Hal

demikian dimaksudkan agar ilmu pengetahuan yang dimiliki

menghasilkan manfaat sebagai bekal untuk kehidupan di akhirat

kelak mengingat begitu pentingnya maka syariat mewajibkan

untuk menuntutnya dengan pahala yang yang bersar. Para pelajar

tidak akan memperoleh ilmu dan tidak akan mengambil

manfaatnya tanpa menghormati gurunya. Karna ada yang

mengatakan bahwa orang-orang yang telah berhasil mereka ketika

mencari ilmu sangat menghormati ilmu dan gurunya. Dan orang-

orang yang tidak berhasil menuntut ilmu karna mereka tidak mau

menghormati ilmu dan gurunya.12

Terdapat dua hal yang perlu diperhatikan dalam menuntut

ilmu, yaitu: Pertama Bagi murid hendaknya berniat suci untuk

menuntut ilmu, jangan berniat hal-hal untuk duniawi, dan jangan

melecehkan dan menyepelekan. Kedua Bagi guru dalam

mengajarkan ilmu hendaknya meluruskan niatnya terlebih dahulu,

tidak mengharapkan materi semata-mata. Disamping itu, yang

diajarkan hendaknya sesuai dengan tindakan-tidakan yang


12
Az-zarnuji. tt. ta’limul muta’allim. (surabaya: darul ilmi), hal. 16.

12
13

diperbuat. Dalam hal ini, yang dititik beratkan adalah pada

pengertian bahwa belajar merupakan ibadah untuk mencari ridho

Allah yang dapat menghantarkan seseorang memperoleh

kebahagiaan dunia akhirat.13

Pendidikan karakter yang dibahas dalam penelitian ini

mengarah kepada bagaimana cara murid mencari ilmu, mendapat

ilmu yang bermanfaat dan bagaimana seorang guru

memperlakukan seorang murid saat pembelajaran sedang

berlangsung.

F. Sistematika Pembahasan

Bab I : Pendahuluan

Bab ini memuat komponen dasar penelitian yaitu latar belakang

masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,definisi

istilah serta sistematika pembahasan, fungsi Bab I adalah untuk

memperoleh gambaran secara umum dalam skripsi.

Bab II : Kajian Pustaka

Dalam bab ini akan dipaparkan kajian kepustakaan terkait kajian

terdahulu secara literature yang berhubungan dengan skripsi.

Penelitian terdahulu yantg mencantumkan penelitian sejenis yang telah

dilakukan sebelumnya. Diajukan dengan teori yang memuat

pandangan tentang implementasi pembelajaran ips dengan muatan

pendidikan karakter perspektif KH. Hasyim Asy’ari di MTs Darul

13
Ibid. hal. 10.

13
14

Falah. Fungsi bab ini adalah sebagai landasan teori pada bab

berikutnya guna menganalisi data yang diperoleh dari penelitian.

Bab III : Metode Penelitian

Bab III berisi tentang etode penelitan yang dalam bab ini

membahas pendekatan dan jenis pendekatan, lokasi penelitian, subyek

penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data dan tahap-tahap

penelitian.

Bab IV : Hasil Penelitian

Bab ini berisi tentang inti atau hasil penelitian, yang meliputi

gambaran obyek penelitian, penyajian data, analisis data dan

pembahasan temuan.

Bab V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini merupakan bab terakhir yang memaparkan tentang

kesimpulan dari penelitian yang dilengkapi dengan saran-saran dari

penulis dan diakhiri dengan penutup. Bab ini berisi untuk memperoleh

suatu gambaran dari hasil penelitian berupa kesimpulan. Penelitian ini

akan dapat membantu memberikan saran-saran konstruktif yang terkait

dengan penelitian ini.

14
15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Terdahulu

Beberapa penelitian yang memiliki relevansi dengan permasalahan

yang dikembangkan peneliti antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Purniadi Putra, yang beerjudul

implementasi pendidikan karakter dalam prmbrlajaran aqidah

ahklaq, Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Lokasi

penelitian di MIN Sekuduk dan MIN Pemangkat Kabuaten

Sambas. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan

analisis lintas kasus. Penyampaian pembelajaran Aqidah akhlak

dalam pembentukan karakter siswa yang diterapkan oleh guru mata

pelajaran dari masing lokasi penelitian tersebut membuahkan hasil

yang sangat memuaskan.14

2. Penelitian yang dilakukan oleh emusti rivasintha yang berjudul

muatan materi pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah di

SMP Negeri Sikawang Utara Kota Sikawang. Penelitian dilakukan

dengan menggunakan metode kualitatif dengan studi kasus tunggal

terpancang. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan muatan

materi pendidikan karakter dalam materi pembelajaran IPS sejarah.

Purniadi putra, implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran aqidah akhlak (studi
14

multi kasus di min sekuduk dan min pemangkat kabupaten sambas), ( journal pgmi fitk iais sultan
muhammad syafiuddin sambas)

15
16

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: Muatan materi pendidikan

karakter seperti nasionalisme, rela berkorban, pantang menyerah,

demokrasi, dan cinta tanah air tersirat dalam materi pembelajaran

IPS sejarah yang diuraikan pada uraian pokok materi.15

3. Penelitian yang dilakukan Hanang Ar rasyid dengan judul

Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran IPS di

Madrasah Aliyah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

pelaksanaan pendidikan karakter dalam pembelajaran IPS di MA

Pondok Pesantren Wahid Hasyim dan menemukan ating

pendukung dan penghambat dalam proses pembentukan karakter

siswa. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data

dikumpulkan melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pendidikan karakter

diimplementasikan dalam pembelajaran IPS mulai dari persiapan

guru dalam pembelajaran hingga pembiasaan-pembiasaan di dalam

kelas seperti ating tepat waktu, bersalaman dan membuka dan

mengakhiri pelajaran dengan membaca Al-Qur’an.16

4. Penelitian yang dilakukan Imam Mundzir Al Asy’ari dengan judul

“Implementasi Pendidikan Nilai-Nilai KH. Hasyim Asy’ari di

Madrasah Mu’allimin Pesantren Tebuireng Jombang”. Penelitian

ini dilakukan untuk mengetahui. (a) Apa yang dimaksud dengan

15
Emusti rivasintha, muatan materi pendidikan karakter dalam pembelajaran ips sejarah di smp
negeri singkawang utara kota singkawang, (stkip pgri pontianak) september 2014, vol. 11, no. 2 ,
183-188
16
Hanang ar rasyid implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran ips di madrasah aliyah,
ma wahid hasyim yogyakarta. juni 2016, vol. 15, no. 1

16
17

nilai-nilai KH. Hasyim Asy’ari dan nilai-nilai apa yang

diimplementasikan di Madrasah Mu’allimin Pesantren Tebuireng

Jombang? (b) Mengapa pendidikan nilai-nilai KH. Hasyim Asy’ari

diimplementasikan di Madrasah Mu’allimin Pesantren Tebuireng

Jombang? (c) Bagaimana implementasi pendidikan nilai-nilai

KH.Hasyim Asy’ari di Madrasah Mu’allimin Pesantren Tebuireng

Jombang? (d) Bagaimana strategi dan pendekatan yang diterapkan

dalam pendidikan nilainilai KH.Hasyim Asy’ari di Madrasah

Mu’allimin Pesantren Tebuireng Jombang dan (e) problematika

yang terjadi didalam implementasi pendidikan nilai-nilai KH.

Hasyim Asy’ari di Madrasah Mu’allimin Pesantren Tebuireng

Jombang? Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data

dikumpulkan melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (a) Yang dimaksud

dengan nilai-nilai KH. Hasyim Asy’ari yang diimplementasikan di

Madrasah Mu’allimin Pesantren Tebuireng Jombang adalah nilai

keikhlasan, kejujuran, tanggung jawab, kerja keras, toleransi atau

tasammuh. Nilai-nilai yang ditanamkan adalah nilai-nilai madrasah

atau terkenal dengan istilah panca abdi dan nilai-nilai yang

bersumber dari materi kitab kuning. (b) Alasan pendidikan nilai-

nilai KH. Hasyim Asy’ari diimplementasikan di Madrasah

Mu’allimin Hasyim Asy’ari adalah karena nilainilai KH. Hasyim

Asy’ari merupakan ajaran Nabi Muhammad. (c) Implementasi

17
18

pendidikan nilai-nilai KH. Hasyim Asy’ari terdapat di kegiatan

keseharian para santri, kegiatan pembelajaran kitab kuning dan

kegiatan kesiswaan santri. (d) strategi yang sering dipergunakan

adalah strategi keteladanan dan strategi tradisional. (e)

Problematika yang terjadi didalam implementasi pendidikan nilai-

nilai KH. Hasyim Asy’ari adalah efek negatif dari globalisasi yang

telah memasuki bilik-bilik pesantren, sehingga mempengaruhi

pendidikan nilai-nilai KH. Hasyim Asy’ari yang telah diterapkan.17

Tabel

Persamaan dan Perbedaan Penelitian

No. Nama dan Judul Persamaan Perbedaan

Penelitian
1. Purniadi  Penelitian  Pembela

Putra, kualitatif jaran

Implementasi  Membahas IPS

Pendidikan pendidikan  Pendidik

Karakter karakter yang an

Dalam berorientasi pada karakter

Pembelajaran akhlak perspekt

Aqidah if KH.

Akhlak (Studi Hasyim

Tesis imam mundzir al asy’ari “implementasi pendidikan nilai-nilai kh.hasyim asy’ari di


17

madrasah mu’allimin pesantren tebuireng jombang”. yogyakarta 8 februari 2017

18
19

Multi Kasus di Asy’ari

MIN Sekuduk  Penelitia

dan MIN n

Pemangkat dilakuka

Kabupaten n

Sambas), terhadap

( Journal siswa

PGMI FITK siswi

IAIS Sultan SPM

Muhammad

Syafiuddin

Sambas)

2. Emusti  Pembelajaran  Pendidik

Rivasintha, IPS an

Muatan  Penelitian karakter

Materi kualitatif ala KH.

Pendidikan  Membahas Hasyim

Karakter pendidikan asy’Ari

Dalam karakter  Pembah

Pembelajaran asan

Ips Sejarah Di lebih

Smp Negeri kepada

Singkawang pembela

19
20

Utara Kota jaran

Singkawang, IPS

(Stkip Pgri terpadu

Pontianak)

September

2014, vol. 11,

no. 2
3. Hanang Ar  Penelitian  Pendidik

Rasyid Kualitatif an

Implementasi  Pembelajaran karakter

Pendidikan IPS persperk

Karakter  Membahas tif KH.

Dalam pendidikan Hasyim

Pembelajaran karakter asy’Ari

Ips Di  Tempat

Madrasah dilakuka

Aliyah, Ma nnya

Wahid suatu

Hasyim penelitia

Yogyakarta. n

Juni 2016,

Vol. 15, No. 1

4. Imam  Penelitian  Lebih

20
21

Mundzir Al Kualitatif membah

Asy’ari  Membahas as

dengan judul pendidikan kepada

“Implementas menurut KH. nilai-

i Pendidikan Hasyim Asy’ari nilai

Nilai-Nilai yang di

KH.Hasyim terapkan

Asy’ari di .

Madrasah  Pembah

Mu’allimin asan

Pesantren lebih

Tebuireng kepada

Jombang”. kepesant

renan

B. Kajian Teori

1. Pengertian Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Pembelajaran atau ungkapan yang lebih dikenal

sebelumnya “pengajaran” menurut Muhaimin adalah upaya untuk

membelajarakan siswa. Menurutnya istilah pembelajaran lebih

tepat digunakan karna menggambarkan upaya untuk

membangkitkan prakarsa upaya seseorang. Disamping itu,

ungkapan pembelajaran memiliki makna yang lebih dalam untuk

21
22

mengungkapkan hakikat desain pembelajaran dalam upaya

membelajarkan siswa.18

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran

terpadu yang diintergrasikan dari berbagai cabang ilmu sosial,

seperti sosiologi, sejarah ekonomi, geografi, politik, hukum dan

budaya. Ilmu pengetahuan sosial dirumuskan berdasarkan realitas

dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan

interdisipliner dari aspek cabang cabang ilmu sosial (Sosiologi,

Sejarah, geografi, ekonomi, Hukum, Politik dan Budaya).19

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Menurut

Somantri adalah seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan

humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan

disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran IPS adalah suatu pengajaran yang dilaksanakan di

sekolah baik dari pendidikan dasar maupun diperguruan tinggi

dengan kegiatan pembelajaran yang membahas tentang manusia

dengan lingkungannya dari berbagai sudut sosial.

Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah

sosial yang terjadi dimasyarakat, memiliki sikap mental positif

terhadap segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi

18
Muhaimin. 2004, op, cit. hlm. 183
19
Trianto, model pembelajaran terpadu (jakarta: bumi aksara, 2010), hlm. 171

22
23

setiap masalah yang terjadi seha ri-hari baik yang menimpa

dirinya maupun yang menimpa masyarakat.20 Tujuan tersebut

sendirdapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di

sekolah diorganisasikan secara baik. Dari rumusan tujuan tersebut

dapat dirinci sebagai berikut:

a. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau

lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai

sejarah dan kebudayaan masyarakat.

b. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu

menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial

yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan

masalah-masalah sosial.

c. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta

membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah

yang berkembang di masyarakat.

d. Menaruh perhatian dan isu-isu dan masalah-masalah sosial,

serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya

mampu mengambil tindakan yang tepat. Mampu

mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu

membangun diri sendiri agar survive yang kemudian

bertanggung jawab membangun masyarakat.

20
Mutakin, ilmu pengetahuan sosial (bandung: alfabeta, 2002), 11.

23
24

Permendiknas RI Nomor 22 tahun 2006 menegaskan bahwa

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai

SMP/MTs/SMPLB.21 Adapun Tujuan pembelajaran IPS di

SMP/MTs yaitu:

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat dan lingkungannya.

b. Memiliki kemampan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa

ingin tahu, inquiri, memecahkan masalah dan keterampilan

dalam kehidupan sosial.

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial

dan kemanusiaan.

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, berkerjasama dan

berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat

lokal, nasional dan global.

Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program

pembelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik dan

disusun secara runtut sehingga sesuai dengan kompetensi yang

diharapkan.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) berkenaan

dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku

dan kebutuhannya. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) berkenaan


21
Sapriya, pendidikan ips konsep dan pembelajaran, (bandung: pt remaja rosdakarya, 2011), 47

24
25

dengan cara manusia memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan

untuk memenuhi materi, budaya, dan kejiwaannya,

memamfaatkan sumber daya yang ada dipermukaan bumi,

mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya maupun kebutuhan

lainnya dalam rangka mempertahankan kehidupan masyarakat

manusia.

Ruang lingkup pengajaran IPS meliputi masalah kehidupan

manusia dan masyarakat (luas maupun setempat). Pengajaran IPS

mengkaji hal kehidupan manusia, perekonomian,kemasyarakatan,

budaya, hukum, politik, kesejarahan geografis dan bahkan

kehidupan keagamaan. Singkatnya, IPS mempelajari, menelaah,

dan mengkaji sistem kehidupan manusia di permukaan bumi ini

dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota

masyarakat.22

Dengan pertimbangan bahwa manusia dalam konteks sosial

demikian luas, pengajaran IPS pada jenjang pendidikan harus

dibatasi sesuai dengan kemampuan peserta didik tiap jenjang,

sehingga ruang lingkup pengajaran IPS pada jenjang pendidikan

dasar berbeda dengan jenjang pendidikan menengah dan

pendidikan tinggi. Pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup

pengajaran IPS dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial

yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah.Terutama gejala


Muhammad numan somantri, menggagas pebaharuan pendidikan ips, (bandung: pt rosdakarya,
22

2001), 2.

25
26

dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan

sekitar peserta didik MI/SD. Pada jenjang pendidikan menengah

ruang lingkup kajian diperluas. Begitu juga pada jenjang

pendidikan tinggi, bobot dan keluasan materi dan kajian semakin

dipertajam dengan berbagai pendekatan.

Sebagaimana telah dikemukakan didepan, bahwa yang

dipelajari IPS adalah manusia sebagai anggota masyarakat dalam

konteks sosialnya, ruang lingkup kajian IPS meliputi:

a. substansi materi ilmu-ilmu sosial yang bersentuhan

dengan masyarakat dan

b. gejala, masalah, dan peristiwa sosial tentang kehidupan

masyarakat.

Kedua lingkup pengajaran IPS ini harus diajarkan secara

terpadu karena pengajaran IPS tidak hanya menyajikan materi

materi yang akan memenuhi ingatan peserta didik tetapi juga untuk

memenuhi kebutuhan sendiri sesuai dengan kebutuhan dan

tuntutan masyarakat. Oleh karena itu, pengajaran IPS harus

menggali materi-materi yang bersumber pada masyarakat. Dengan

kata lain, pengajaran IPS yang melupakan masyarakat atau yang

tidak berpijak pada kenyataan di dalam masyarakat tidak akan

mencapai tujuannya.

26
27

2. Pendidikan Dengan Muatan Pendidikan Karakter KH.

Hasyim Asy’ari

Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.23

Sedangkan Karakter berasal dari akar kata bahasa Latin

yang berarti “dipahat”. Karakter secara harfiah berasal dari bahasa

Latin “charakter”, yang antara lain berarti: watak, tabiat, sifat-sifat

kejiwaan, budi pekerti, kepribadian atau akhlak. Karakter adalah

sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas

seseorang atau sekelompok orang.24

Menurut Simon Philips, karakter adalah kumpulan tata nilai

yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap,

dan perilaku yang ditampilkan. Sedangkan Doni Koesoema,

memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian

dianggap sebagai ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau sifat khas

dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang

diterima dari lingkungan.25 Jadi karakter merupakan sifat utama


23
Undang-undang ri nomor 14 tahun 2005 dan peraturan pemerintah nomor 74 tahun 2008. tentang
guru dan dosen, (bandung : citra umbara, 2009), hal. 60-61
24
Prof. dr. Tobroni, M.Si. “pendidikan karakter dalam perspktif islam” dalam website
http://tobroni.staff.umm.ac.id/ di unduh pada tanggal 25 oktober 2012 pukul 21.45 wib
25
Doni koesoema a, pendidikan karakter: strategi mendidik anak di zaman global, ( jakarta:
grasindo, 2010), hal. 80

27
28

(pola) baik pikiran, sikap, perilaku maupun tindakan yang melekat

kuat dan menyatu dalam diri seseorang.

Untuk melengkapi pengertian tentang karakter ini akan

dikemukakan juga pengertian akhlak, moral, dan etika. Kata

akhlak berasal dari bahasa Arab “al-akhlaq” yang merupakan

bentuk jamak dari kata “al-khuluq” yang berarti budi pekerti,

perangai, tingkah laku, atau tabiat.26

Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa karakter

identik dengan akhlak, sehingga karakter merupakan nilai-nilai

perilaku manusia yang universal yang meliputi seluruh aktivitas

manusia, baik dalam rangka berhubungan dengan Tuhan, dengan

dirinya, sesama manusia, maupun dengan lingkungannya, yang

terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkatan, dan perbuatan

berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan

adat istiadat.

Pendidikan karakter merupakan bagian penting bagi

kehidupan manusia. Sebagai sebuah proses, ada dua asumsi yang

berbeda mengenai pendidikan karakter. Pertama, ia bisa dianggap

sebagai sebuah proses yang terjadi secara tidak disengaja atau

berjalan secara alamiah. Misalnya, pada dasarnya manusia belajar

dari peristiwa alam yang ada untuk mengembangkan

kehidupannya. Kedua, pendidikan karakter bisa dianggap sebagai

26
Hamzah ya’qub, etika islam: pembinaan akhlaqul karimah. (bandung: cv diponegoro, 2008). cet
iv, hal. 11.

28
29

proses yang terjadi secara sengaja, direncanakan, didesain dan

diorganisasi berdasarkan perundang-undangan yang dibuat.

Misalnya, UU Sisdiknas yang merupakan dasar penyelenggaraan

pendidikan.27

Pemikiran KH. Hasyim Asy’Ari tentang Pendidikan Karakter

KH. Hasyim Asy’Ari adalah sosok ilmuwan pendidikan

yang tidak hanya berjuang melalui pendidikan, tetapi juga

mengembangkan pendidikan sebagai unsur penting dalam

melawan kolonialisme28

Sebelum pemerintah merancang pendidikan karakter, jauh

sebelum itu KH. Hasyim Asy’Ari telah terlebih dahulu membahas

tentang pendidikan karakter dalam karya-karyanya, baik dalam

kitab Adâb al-Alim wa al-Muta‘alli mataupun kitab dan risalah

yang lainnya yang menjelaskan tentang pendidikan seperti at-

Tibyan,ad-Dhurar al-Muntatsirah dan Risalah Aswaja. Dimana

dalam pemikirannya terkait pendidikan, didalamnya terdapat

nilai-nilai karakter. Seperti yang terdapat dalam salah satu

karyanya, beliau menjelaskan tentang ilmu perspektif pendidikan,

KH. Hasyim Asy’Ari menyimpulkan bahwa tujuan dari

pendidikan, disamping pemahaman terhadap pengetahuan

(knowledge), juga pembentukkan good character yang penuh

27
Thomas lickona. terj lita s, pendidikan karakter: panduan lengkap mendidik siswa menjadi
pintar dan baik. (bandung: nusa media, 2013), hal. 6
28
Mukani. berguru ke sang kiai, pemikiran pendidikan kh. m. hasyim asy’ari. yogyakarta:
kalimedia. 2016. hal.

29
30

dengan pemahaman secara benar dan sempurna terhadap ajaran-

ajaran Islam serta mampu mengaktualisasikan dalam kehidupan

sehari-hari secara konsisten.29

Menurut KH. Hasyim Asy’Ari, Pendidikan juga hendaknya

membentuk manusia sempurna (insan kamil) yang tercermin pada

sosok Nabi Muhammad SAW, dengan tujuan mendekatkan diri

kepada Allah Swt sehingga mendapatkan kebahagiaan dunia dan

akhirat.30

Melihat konsep pendidikan KH. Hasyim Asy’Ari seperti

yang telah diuraikan diatas, tampaknya tidak ada kesinambungan

dengan realita yang terjadi dimasyarakat dan pendidikan di

Indonesia yang lebih menekankan aspek kognitif dibanding

aspek yang lainnya (afektif dan psikomotorik), padahal dewasa ini

semenjak beberapa tahun silam sudah dicanangkan sistem

pendidikan nasional yang berbasis pendidikan karakter, bahkan

telah diperkuat lagi dengan adanya Perpres PPK (Penguatan

Pendidikan Karakter) pada akhir tahun lalu Oleh karenanya disini

akan dikaji apakah konsep pendidikan karakter KH. Hasyim

Asy’Ari ada relevansinya dengan Sistem Pendidikan Nasional

(Sisdiknas) atau tidak.

Dalam kaitannya dengan etika, KH. Hasyim Asy’Ari

seorang tokoh, ahli dan praktisi pendidikan di Indonesia


29
Wahid, s. mengenal lebih dekat kh. hasyim asy’ari. jakarta: museum kebangkitan nasional
direktorat jenderal kebudayaan kemendikbud ri. 2017.
30
Rifai, m. kh. hasyim asy’ari. yogyakarta: ar-ruzz media group 2010.

30
31

mengarang sebuah kitab yang berjudul Adab al-Alim wa al-

Muta‘allim. Salah satu karyanya ini secara khusus membahas

dengan cukup rinci tentang etika pendidik dan etika peserta didik

(muta’allim).31

a. Karakter Peserta didik

Peserta didik atau yang biasa disebut murid atau santri32

adalah orang yang menuntut ilmu, dalam hal ini untuk

mengetahui karakter yang harus dimiliki oleh peserta didik,

ada beberapa klasifikasi seperti apa yang dijelaskan dalam

kitab Adab al-Alim wa al- Muta’allim, antara lain:

1) Etika Peserta Didik Terhadap Diri Sendiri

Dalam hal ini, menurut KH. Hasyim Asy’Ari ada

sepuluh etika yang harus dimiliki oleh peserta didik, dalam

rangka mendapatkan ilmu pengetahuan, yaitu:

(a) Seorang Peserta didikhendaknya menyucikan hati.

(b) Peserta didik hendaknya membagusi niat dalam

mencari ilmu.

(c) Peserta didik hendaknya segera mempergunakan masa

muda dan sepanjang umurnya untuk memperoleh ilmu.

(d) Peserta didik hendaknya bersikap qana’ah (menerima

apa adanya) dalam hal makanan dan pakaian sesuai

31
Tim dosen ma‟had aly hasyim asy‟ari. hadratussyaikh kh. m. hasyim asy’ari, pendidikan
akhlak untuk pelajar dan pengajar (adabul ‘alim wal muta’allim). tebuireng: pustaka
tebuireng. 2016
32
Khuluq, l. fajar kebangunan ulama: biografi k.h. hasyim asy’ari. yogyakarta: lkis 2000.

31
32

kemampuan.

(e) Peserta didik hendaknya mengatur waktu-waktunya

(manajemen waktu) di siang hari maupun malam hari.

(f) Peserta didik hendaknya mengurangi makan dan

minum.

(g) Peserta didik hendaknya berusaha menjaga diri dengan

besikap wira’i dan berhati-hati dalam segala tingkah

lakunya.

(h) Peserta didik sebaiknya mengurangi konsumsi

makanan yang menyebabkan lemah pikiran dan lemah

panca indra.

(i) Peserta didik hendaknya mengurangi tidur selama tidak

berdampak buruk pada kondisi tubuh dan otaknya.

(j) Peserta didik hendaknya meninggalkan pergaulan,

apalagi bergaul dengan lain jenis.

2) Etika Peserta Didik Terhadap Pendidik

Adapun etika peserta didik terhadap pendidiknya,

terdapat beberapa etika yang harus dimiliki oleh peserta

didik, yaitu:

(a) Peserta didik hendaknya meminta petunjuk

(istikharah) kepada Allah SWT terkait pendidik yang

akan menjadi tempat menimba ilmu.

(b) Peserta didik hendaknya bersungguh-sungguh dalam

32
33

mencari pendidik yang memiliki pemahaman lengkap

(komprehensif) terhadap ilmu- ilmu syari’at.

(c) Peserta didik hendaknya patuh kepada pendidik.

(d) Peserta didik hendaknya memandang pendidik dengan

penuh kemuliaan dan pengagungan.

(e) Peserta didik hendaknya mengetahui hak-hak pendidik

dan tidak melupakan kemuliaannya.

(f) Peserta didik hendaknya bersabar atas kekerasan

(ketidak ramahan) pendidik.

(g) Peserta didik sebaiknya meminta izin terlebih dahulu

sebelum memasuki ruangan pribadi pendidik.

(h) Peserta didik hendaknya duduk di hadapan pendidik

dengan penuh tata krama.

(i) Peserta didik hendaknya berbicara dengan baik kepada

pendidik.

(j) Ketika peserta didik mendengar pendidik menjelaskan

apa yang sudah diketahui, maka peserta didik tetap

harus mendengarkan seolah-olah belum pernah

mendengar.

(k) Peserta didik hendaknya tidak mendahului pendidik

untuk menjelaskan suatu masalah atau menjawab suatu

pertanyaan.

(l) Ketika peserta didik mendapatkan sesuatu dari

33
34

pendidik, maka sebaiknya menerimanya dengan tangan

kanan.

3) Etika Peserta Didik dalam Belajar

Selanjutnya, etika peserta didik dalam belajar,

terdapat beberapa poin, yaitu:

(a) Peserta didik hendaknya memulai dengan mempelajari

ilmu yang hukumnya fardhu’ ain.

(b) Peserta didik mempelajari ilmu-ilmu yang mendukung

fardhu’ ain dengan mempelajari al-Qur’an.

(c) Peserta didik pada tingkat permulaan, hendaknya

menghindari perselisihan pendapat di kalangan ulama

secara mutlak.

(d) Peserta didik hendaknya mengoreksi (Men-tashih) apa

yang telah dibaca sebelum menghafalkannya.

(e) Peserta didik hendaknya datang di awal waktu.

(f) Ketika peserta didik menjelaskan kitab-kitab

ringkasan yang dihafal dan menandai bagian-bagian

yang sulit maupun materi pelajaran yang penting, maka

peserta didik sebaiknya berpindah pada kitab- kitab

yang isinya lebih luas disertai belajar yang rutin.

(g) Peserta didik hendaknya sebisa mungkin berusaha

menghadiri halaqah (tempat belajar mengajar)

pengajaran dan pengajian pendidik.

34
35

(h) Ketika peserta didik menghadiri majlis pendidik, maka

sebaiknya dia memberi salam kepada para hadirin serta

menambah penghormatan kepada pendidik.

(i) Peserta didik tidak boleh malu bertanya.

(j) Peserta didik hendaknya menunggu giliran(dalam

metode sorogan).

(k) Peserta didik hendaknya duduk di hadapan pendidik

sesuai aturan (tata krama).

(l) Peserta didik hendaknya fokus pada satu kitab sampai

tidak ada bagian yang terlewatkan.

(m)Peserta didik hendaknya memotivasi teman-temannya

untuk menguasai ilmu.

b. Karakter Pendidik

Pendidik atau dalam bahasa arab disebut Alim, menurut

KH, Hasyim Asy’Ari orang Alim adalah orang yang dipercaya

atas apa yang dititipkan kepadanya, baik berupa ilmu

pengetahuan, hikmah dan takut kepada Allah.33 Pendidik juga

disebut ulama, ulama sebagai simbol manusia secara umum

dijadikan tipologi makhluk terbaik (khair Al-Bariyyah),

sehingga derajatnya setingkat lebih rendah di bawah Nabi.34

KH. Hasyim Asy’Ari juga memandang pendidik sebagai

pihak yang sangat penting dalam pendidikan. Baginya,


33
Rosidin. k.h.hasyim asy’ari, pendidikan karakter khas pesantren (adabul ‘alim wal muta’allim).
tangerang: tirta smart. 2017
34
Suwendi. (2005). konsep pendidikan kh. hasyim asy’ari. ciputat: lekdis.

35
36

pendidik adalah sosok yang mampu mentransmisikan ilmu

pengetahuannya di samping pembentuk sikap dan etika peserta

didik. Kriteria pendidik dalam pandangan KH. Hasyim

Asy’Ari adalah menjaga akhlak dalam pendidikan. Tidak

hanya peserta didik yang dituntut berkarakter baik, apalah

artinya etika hanya diterapkan pada peserta didik, jika guru

yang mendidiknya tidak mempunyai akhlak mulia. Oleh

karena itu, KH. Hasyim Asy’Ari juga menawarkan beberapa

etika yang harus dimiliki oleh seorang pendidik, antara lain:

1) Etika Pendidik Terhadap Diri Sendiri

Dalam hal ini, menurut KH. Hasyim Asy’Ari ada

20 macam etika yang harus dilakukan pendidik agar dapat

menjadi contoh (teladan) untuk peserta didik, yaitu:

(a) Pendidik hendaknya senantiasa merasa diawasi

(muraqabah) oleh Allah.

(b) Pendidik hendaknya senantiasa takut (khauf) kepada Allah

Swt.

(c) Pendidik hendaknya selalu bersikap tenang.

(d) Pendidik hendaknya senantiasa menjaga diri dari perkara

haram dan syubhat (wira’i)

(e) Pendidik hendaknya bersikap rendah hati (tawadhu’)

(f) Pendidik hendaknya bersikap rendah diri atau tunduk

kepada Allah SWT (khusyu’)

36
37

(g) Pendidik seharusnya menggantungkan seluruh urusannya

kepada Allah SWT.

(h) Pendidik tidak boleh menjadikan ilmunya sebagai perantara

untuk meraih tujuan- tujuan yang bersifat duniawi.

(i) Pendidik tidak diperbolehkan mengagung-agungkan para

pecinta dunia.

(j) Pendidik seharusnya bersikap zuhud terhadap dunia.

(k) Pendidik sebaiknya menghindari pekerjaan (profesi) yang

hina, atau yang tidak disukai menurut adat istiadat dan

syari’at.

(l) Pendidik hendaknya menjauhi hal-hal yang bisa

menimbulkan tuduhan buruk.

(m)Pendidik hendaknya senantiasa melaksanakan syari’at-

syari’at Islam dan hukum-hukum dhahir.

(n) Pendidik hendaknya menghidupkan sunah-sunah Nabi

Muhammad SAW dan memberantas bit’ah-bit’ah yang

sesat.

(o) Pendidik hendaknya selalu menjaga sunnah-sunnah

syar’iyyah.

(p) Pendidik hendaknya bergaul di tengah masyarakat dengan

akhlak terpuji.

(q) Pendidik hendaknya menyucikan jiwa dan raganya dari

akhlak tercela.

37
38

(r) Pendidik hendaknya selalu bersemangat untuk menambah

ilmu dan amal.

(s) Pendidik hendaknya tidak menahan diri untuk meminta

penjelasan tentang apa yang tidak diketahuinya.

(t) Pendidik hendaknya menyibukkan diri untuk mengarang,

menghimpun atau menyusun karya tulis jika memang

memiliki keahlian untuk itu.

2) Etika Pendidik Terhadap Peserta Didik

(a) Sedangkan etika pendidik terhadap peserta didik, KH.

Hasyim Asy’Ari mengivintarisir terhadap empat belas

macam, yaitu:

(b) Pendidik hendaknya mengajar demi tujuan meraih ridha

Allah SWT, menyebarkan ilmu, dan menghidupkan

syari’at.

(c) Ketiadaan keikhlasan niat peserta didik hendaknya tidak

menghalangi pendidik untuk tetap mengajar.

(d) Pendidik hendaknya mencintai peserta didik sebagaimana

dirinya sendiri.

(e) Pendidik hendaknyap memberi kemudahan kepada peserta

didik.

(f) Pendidik hendaknya bersemangat untuk mengajari dan

memberi pemahaman kepada peserta didik.

(g) Pendidik hendaknya meminta para peserta didik untuk

38
39

mengulangi hafalan.

(h) Pendidik hendaknya menasehati peserta didik yang

berlebihan dalam belajar.

(i) Pendidik tidak boleh menampakkan sikap mengutamakan

sebagian peserta didik di atas yang lain.

(j) Pendidik hendaknya menampilkan sikap kasih sayang

kepada peserta didik yang hadir maupun yang tidak hadir.

(k) Pendidik hendaknya menjaga keharmonisan hubungan

antar peserta didik.

(l) Pendidik hendaknya mengusahakan kemaslahatan para

peserta didik.

(m)Ketika sebagian peserta didik atau orang yang biasa

menghadiri halaqah absen dalam waktu yang lama, maka

pendidik sebaiknya menanyakan tentang peserta didik

tersebut dan keadaannya, taua mendatangi rumahnya.

(n) Pendidik hendaknya bersikap rendah hati (tawadhu’).

(o) Pendidik hendaknya bertutur kata yang baik.

(1) Etika Pendidik dalam Mengajar

3) Etika pendidik ketika sedang mengajar menurut KH.

Hasyim Asy’Ari, antara lain:

(a) Pendidik hendaknya suci dari hadats dan najis.

(b) Ketika pendidik keluar rumah hendaknya membaca doa.

(c) Ketika pendidik telah sampai ditempat belajar, hendaknya

39
40

memberi salam kepada para hadirin dan duduk menghadap

kiblat.

(d) Pendidik hendaknya duduk ditempat yang terlihat oleh para

hadirin, dan menghormati hadirin.

(e) Pendidik hendaknya memulai pelajarannya dengan

membaca ayat al-Qur’an untuk mendapatkan berkah dan

kebaikan.

(f) Pendidik hendaknya mendahulukan pelajaran yang paling

mulia dan penting.

(g) Pendidik hendaknya tidak meninggikan suara diluar yang

dibutuhkan.

(h) Pendidik hendaknya menjaga tempat belajar dari

kegaduhan.

(i) Pendidik hendaknya mengingatkan para hadirin akan

makruhnya bertengkar.

(j) Pendidik hendaknya melarang keras peserta didik yang

berlebihan dalam membahas ilmu.

(k) Ketika pendidik ditanyai tentang sesuatu yang tidak

diketahui, maka pendidik seharusnya menjawab: “Saya

tidak mengerti atau saya tidak tahu”.

(l) Pendidik hendaknya bersikap santun dan ramah pada orang

yang baru ikut pengajiannya, supaya hatinya merasa

tentram.

40
41

BAB III

METODE PENELITIAN

Secara umum penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.35 Dalam


35
Sugiono, metode penelitian pendidikan: pendekatan kualitatif dan kuantitatif r&d (bandung
alfabeta. 2010), 3.

41
42

melakukan penelitian tentang implementasi pembelajaran IPS di MTs

DARUL FALAH, peneliti menggunakan beberapa teknik dan metode

penelitian yang diantaranya:

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dikarenakan

Peneliti dapat secara langsung terlibat dan berinteraksi dengan subjek

penelitian. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

berlandaskan pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah

sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara

triangulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. 36 Sedangkan

bentuk penelitian ini berbentuk deskriptif. Deskriptif adalah suatu

metode dalam meneliti ststus kelompok manusia, suatau objek, suatu

sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.37

Tujuan dari penelitian ini adalah mengenai implementasi

pendidikan karakter perspektif KH. Hasyim Asy’ari. Dari hasil

penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan formulasi metode-metode

untuk peningkatan kualitas dari program pendidikan yang ada di

lembaga, pendidikan yang lebih sesuai dan efektif sebagai upaya untuk

meningkatkan pendidikan khususnya dalam pebelajaran IPS

B. Lokasi Penelitian

36
Ibid hlm,9.
37
Moh nazir, metode penelitian (bogor: ghalia indonesia, 2014), 43

42
43

Lokasi penelitian merupakan tempat yang dijadikan sebagai

lapangan penelitian atau tempat yang menunjukkan dimana penelitian

tersebut hendak dilakukan.38 Lokasi penelitian bertepatan di MTs

DARUL FALAH yang beralamatkan di Junaidi Dahlan No.99 Dusun

Buluayung, Desa Bulusari, Kec. Kaliuro, Kab. Banyuwangi. Dengan

beberapa pertimbangan sebagai berikut:

1. Peneliti menemukan suatu hal yang unik pada saat pelaksanaan

pembelajaran di sekolah tersebut dalam hal penekanan karakter

dalam pembelajaran.

2. Peneliti mempunyai itikad untuk mengetahui lebih dalam lagi apa

dan bagaimana melakukan perencanaan, pelaksanaan dan

pengevaluasian pembelajarannya.

C. Subyek Penelitian

Penentuan subyek penelitian menggunakan teknik purposive, agar

kriteria sampel yang diperoleh sesuai dengan yang tujuan peneliti.

Purposive adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan

pertimbangan tertentu. Misalnya, orang tersebut dianggap paling tahu

tentang apa yang diharapkan oleh peneliti, sehingga akan memudahkan

peneliti untuk menjelajahi obyek atau situasi sosial yang diteliti.39

Subyek yang dijadikan informan dalam penelitian ini yaitu:

1. Kepala Sekolah MTs DARUL FALAH

2. Guru IPS MTs DARUL FALAH

38
Tim revisi buku pedoman karya ilmiah iain jember, pedoman penulisan karya ilmiah, 46.
39
Sugiono, metode penelitian kualitatif dan r&d (bandung alfabeta. 2011), 53.

43
44

3. Siswa Sekolah MTs DARUL FALAH

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data relevan dengan permasalahan yang

dibahas dalam penelitian, maka data dikumpulkan secara

representative. Ketepatan dalam memilih metode memungkinkan

diperolehnya data yang objektif dan bisa menunjang keberhasilan

penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan langsung terhadap objek untuk

mengetahui keberadaan objek, situasi, konteks, dan maknanya dalam

upaya mengumpulkan data penelitian.40

Observasi yang digunakan adalah non partisipan, maksud dari

observasi tersebut yaitu, untuk mendapatkan data tentang perilaku

manusia yang nyata dan untuk mendapatkan kemungkinan-

kemungkinan baru yang tidak terdapat dalam pustaka, dokumentasi,

atau dari hasil wawancara, dan untuk memperkuat metode

pengumpulan data lainnya. Metode observasi ini digunakan untuk

memperoleh data. Data yang diperoleh melalui observasi adalah:

a) Letak geografis MTs DARUL FALAH

b) Perencanaan pendidikan karakter perspektif KH.Hasyim Asy’ari

dalam pembelajaran IPS di MTs DARUL FALAH

40
Jjam’an satori, metode penelitian kualitatif. 105

44
45

c) Implementasi pendidikan karakter perspektif KH. Hasyim

Asy’ari di MTs DARUL FALAH

d) Evaluasi pendidikan karakter perspektif KH. Hasyim Asy’ari

dalam pembelajaran IPS di MTs DARUL FALAH

2. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

masalah yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik

pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri

sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan

keyakinan pribadi.41 Jenis wawancara yang digunakan peneliti adalah

wawancara tidak terstruktur. Adapun wawancara yang digunakan

untuk memperoleh data adalah:

Data yang diperoleh menggunakan wawancara antara lain:

a) Bagaimana perencanaan pembelajaran IPS dengan muatan

pendidikan karakter perpspektif KH. Hasyim Asy’ari di MTs

DARUL FALAH

b) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPS dengan muatan

pendidikan karakter perpektif KH. Hasyim Asy’ari di MTs

DARUL FALAH

41
Sugiono, metode penelitian kualitatif dan r&d (bandung alfabeta. 2011), 72.

45
46

c) Bagaimana evaluasi pembelajaran IPS dengan muatan

pendidikan karakter perspektif KH. Hasyim Asy’ari di MTs

DARUL FALAH

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya,

monumental dari seseorang.42 Metode dokumentasi yaitu mencari

data mengetahui hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip,

buku, surat kabar, majalah, prasasti, notlen rapat, lengger, agenda

dan sebagainya.43 Data yang akan diperoleh melalui dokumentasi

adalah:

a) Sejarah MTs DARUL FALAH

b) Profil dan Visi Misi MTs DARUL FALAH

c) Struktur Organisasi MTs DARUL FALAH

4. Analisis Data

Analisis data merupakan salah satu tahapan dalam sebuah

penelitian ini, yang dilakukan setelah seperangkat dari fakta dan

informasi yang diperoleh melalui tahap pengumpulan data. Adapun

data yang dianalisis adalah data yang terhimpun dalam catatan atau

transkip, Observasi, wawancara, catatan lapangan dan dokumen.

Sugiono , memahami penelitian kalitatif, (bandung: alfabeta, 2014), 82.


42

Suharsimi arikunto, prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, (jakarta: pt renakacipta,


43

2010), 274.

46
47

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik analisis model Miles dan Huberman. Miles dan Huberman

mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data deskriptif

dilakukan melalui tahap, yaitu:44

a) Data Collection (Pengumpulan Data)

Data Collection adalah proses pengumpulan data-data yang

berhubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

Pengumpulan data dalam penelitian ini, meliputi hasil

wawancara dan dokumentasi.

b) Data Condensation (Kondensasi data)

Pada buku Miles & Huberman ditulis “Data condensation

refers to the process of selecting, focusing, simplifying,

abstracting, and/or transforming the data that appear in the full

corpus (body) of written-up field note, interview, transcripts,

documents, and other empirical materials.”

Kondensasi data adalah pada proses menyeleksi,

memfokuskan, menyederhanakan, mengabstraksi dan

mentransformasi data yang terdapat pada catatan lapangan

maupun transkip dalam penelitian diuraikan sebagai berikut:

1) Selecting

Peneliti harus bertindak selektif, yaitu menentukan

dimensi-dimensi mana yang lebih penting, hubungan-

hubungan mana yang mungkin lebih bermakna dan sebagai


44
Sugiyono, metode penelitian kualitatif, (bandung: alfabeta, 2017), 133-142

47
48

konsekuensinya, informasi apa yang dapat dikumpulkan

dan dianalis. Peneliti mengumpulkan seluruh informasi

tersebut untuk memperkuat peneliti.

2) Focusing

Memfokuskan data merupakan bentuk pra analisis.

Pada tahap ini, peneliti memfokuskan data yang

berhubungan dengan rumusan masalah penelitian. Tahap

ini merupakan lanjutan dari tahap seleksi data. Peneliti

hanya membatasi data yang berdasarkan rumusan masalah.

3) Abstracting

Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman

yang inti proses pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijaga

sehingga tetap berada di dalammya. Pada tahap ini, data

yang telah terkumpul dievaluasi, khususnya yang berkaitan

dengan kualitas dan kecukupan data.

4) Simplifying and Transforming

Data dalam penelitia ini selanjutnya disederhanakan

dan ditransformasikan dalam berbagai cara, yakni melalui

seleksi yang ketat dengan ringkasan atau uraian singkat,

menggolongkan data dalam satu pola yang lebih luas dan

sebagainya, menyederhanakan data peneliti mengumpulkan

data setiap proses.

(a) Data Display (Penyajian Data)

48
49

Data Display adalah sekumpulan informasi yang

tersusun dengan memberi kemungkinan adanya

penerikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.45

Dengan melihat penyajian, kita dapat memahami apa

apa yang terjadi dan apa yang seharusnya di lakukan.

Penelitian ini menyajikan data berupa data deskriptif

atau menjabarkan data mengenai problematika

pembelajaran IPS bagi Siswa baik dari faktor internal

maupun eksternal siswa.

(b) Conclusion drawing an verification (Penarikan

Kesimpulan dan verifikasi)

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian

kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang

dirumuskan sejak awal, tetapi ada kemungkinan juga tidak.

Karena seperti yang telah dikemukakan bahwa masalah dan

rumusan masalah dalam penelitian kualitatif bersifat

sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada

dilapangan.

5. Keabsahan data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif diperlukan uji

kredibilitasnya yakni untuk mengetahui tingkat kepercayaan yang

dicapai dan menunjukkan kepercayaan hasil temuan dengan jalan

pembuktian oleh peneliti pada kenyataan yang sedang diteliti.


45
Ibid. 133-142

49
50

Untuk memeriksa keabsahan data ini, maka dipakai validitas

data trianggulasi. Triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai

sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. 46 Ternik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain

diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

terhadap data itu. Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan

triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

a. Triangulasi Sumber

Melalui triangulasi sumber, peneliti mencari informan lain

tentang suatu topik yang digalinya lebih dari satu sumber.

Prinsipnya lebih banyak sumber, lebih baik. Maksudnya, setelah

peneliti melakukan wawancara dengan siswa, guru, dan kepala

sekolah. Kemudian dari hasil wawancara tersebut

dikonfirmasikan, mulai dari mewawancarai siswa, guru, dan

kepala sekolah.

b. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik yaitu pengecekan kreadibilitas data yang

dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang

sama dengan teknik berbeda. Misalnya, data diperoleh dengan

wawancara, lalu dicek dengan observasi dan dokumentasi.

6. Tahap-tahap penelitian

46
Ibid. 372

50
51

Agar proses penelitian terlaksana secara sistematis sehingga

akan mempermudah peneliti dalam menyususun hasil penelitian

diperlukan tahap-tahap yang diantaranya ialah:

a. Tahap pra penelitian lapangan

1) Menyusun rancangan penelitian

Tahap ini peneliti membuat rancangan terlebih dahulu,

dimulai dari pengajuan judul, penyusunan matrik, penelitian

selanjutnya dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan

dilanjutkan penyusunan proposal penelitian hingga presentasi.

2) Memilih lokasi penelitian

Sebelum melakukan penelitia, peneliti harus terlebih dahulu

memilih lapangan penelitian. Lapangan penelitian yang dipilih

peneliti adalah Jl. Junaidi Dahlan No.99 Dusun. Bulupayung

Desa. Bulusari, Kec. Kalipuro, Kab. Banyuwangi.

3) Observasi awal lokasi penelitian

Sebelum diizinkan meneliti, peneliti mulai melakukan

observasi awal dilokasi penelitian untuk lebih mengetahui latar

belakang objek penelitian. Hal ini dilakukan agar memuudahkan

peneliti dalam menggali data.47

4) Menentukan informan

Tahap ini peneliti mulai memilih dan menentukan informan

untuk mendapatkan informasi terkait judul yang dijadikan


47
Tim penyusun. pedoman. 48

51
52

penelitian. Informan yang dipilih dalam hal ini ialah siswa, guru,

waka kurikulum, kepala sekolah.

5) Menyiapkan mental diri dan perlengkapan penelitian

Setelah semua selesai, dimulai dari rancangan penelitian

hingga menentukan informan, maka peneliti menyiapkan mental

dan perlengkapan penelitian sebelum terjun kelapangan.

6) Memahami etika penelitian

Tahap penelitian ini mulai mengadakan kunjungan

langsung kelokasi penelitian untuk mengumpulkan data-data

dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Namun

disamping itu, peneliti sudah mempersiapkan diri dan

memahami bagaimana etika dalam penelitian.

b. Tahap pelaksanaan lapangan

c. Tahap pengumpulan data

1) Melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang menjadi

subyek penelitian.

2) Mentranskip hasil wawancara dengan para narasumber

3) Mencari bukti dengan melakukan observasi dilapangan

4) Mendokumentasikan hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan

peneliti dalam penelitian.

d. Mengidentifikasi data

52
53

1) Mengolah hasil data wawancara, observasi, dan dokumentasi

sesuai dengan metode analisis data Miles dan Huberman.

2) Dalam menganalisa hasil data tersebut peneliti juga sebisa

mungkin untuk menyesuaikan dengan referensi data.

e. Tahap akhir penelitian

Setelah melakukan analisa penelitian merumuskan hasil

data tersebut sesuai dengan sistem penulisan skripsi IAIN

Jember

f. Tahap analisis data

Tahap ini, peneliti menggunakan penghalusan data yang

diperoleh dari subyek, informan maupun dokumen dengan

memperbaiki bahasa dan sistematikanya agar dalam pelaporan

hasil penelitian tidak terjadi kesalahpahaman maupun

penafsiran. Setelah data-data dianalisis dengan cara yang telah

ditentukan sebelumnya.

53
54

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Susanto, Pengembangan Pembelajaran IPS, (Jakarta: Kencana, 2014).

Ahmad Susanto, Pengembangan Pembelajaran IPS, (Jakarta: Kencana, 2014),

Az-Zarnuji. Tt. Ta’limul Muta’allim. (Surabaya: Darul Ilmi),

Abdul Majid, Pendidikan Karakter Persfektif Islam, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2011),

Anas Salahudin, op.cit.,.

54
55

Daryanto, dkk. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta:

Gava Media. 2013.

Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman

Global, ( Jakarta: Grasindo, 2010),

Djam’an Satori, Metode Penelitian Kualitatif.

Emusti Rivasintha, Muatan Materi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran

IPS Sejarah di SMP Negeri Singkawang Utara Kota Singkawang, (STKIP

PGRI Pontianak) September 2014, vol. 11, no. 2 ,

Hamzah Ya’qub, Etika Islam: Pembinaan Akhlaqul Karimah. (Bandung: CV

Diponegoro, 2008). Cet IV,

Hanang Ar Rasyid Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran IPS

di Madrasah Aliyah, MA Wahid Hasyim Yogyakarta. Juni 2016, Vol. 15,

No. 1

H.Abu Bakar Atjeh, SejarahHidupK.H Wahid Hasyim dan Karang Tersinar,

(Jakarta: Panitia Peringatan Buku K.H Wahid Hasyim, 1975),

Hidayatullah, Furqon. Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa.

Surakarta: Yuma Pustaka. 2010.

Kadir, Abdul. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Group. 2012.

Khuluq, L. Fajar Kebangunan Ulama: Biografi K.H. Hasyim Asy’ari.

Yogyakarta: LkiS 2000.

Maksudin. Pendidikan Karakter Non-Dikotomi. Yogyakarta: Pustaka

Belajar.2013.

55
56

Muhaimin. 2004, Op, Cit. Sutiah, teori belajar dan pembelajaran (Malang:

Universitas Islam Negeri Malang, 2003.),

Mutakin, Ilmu Pengetahuan Sosial (Bandung: Alfabeta, 2002),

Muhammad Numan Somantri, Menggagas pebaharuan pendidikan IPS,

(Bandung: PT Rosdakarya, 2001),

Muhammad Rifa’i, K. H. Hasyim Asy’ari  Biografi Singkat, (Jogjakarta: Ar-

Ruzz Media, 2009),

Mukani. Berguru ke Sang Kiai, Pemikiran Pendidikan KH. M. Hasyim Asy’ari.

Yogyakarta: Kalimedia. 2016.

Moh Nazir, Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014),

Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter. (Jakarta: Sinar Grafika, 2011),

Nadir, Ilmu Pengetahuan Sosial, (Surabaya: Amanah Pustaka, 2009).

Naim, Ngainun. Character Building: Optimalisasi Peran Pendidikan dalam

Pengembangan Ilmu &Pembentukan Karakter Bangsa. Yogyakarta:

ArRuz Media.

Purniadi Putra, Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Aqidah

Akhlak (Studi Multi Kasus Di Min Sekuduk Dan Min Pemangkat

Kabupaten Sambas), ( journal PGMI FITK IAIS Sultan Muhammad

Syafiuddin Sambas)

Rahmat Djatnika, Sistem Etika Islami (Akhlak Mulia). (Jakarta: Pustaka

Panjimas, 2006),

Rahmat Djatnika, Sistem Etika Islami (Akhlak Mulia). (Jakarta: Pustaka

Panjimas, 2006),.

56
57

Rosidin. K.H.Hasyim Asy’ari, Pendidikan karakter Khas Pesantren (Adabul

‘Alim wal Muta’allim). Tangerang: Tirta Smart. 2017

Rifai, M. KH. Hasyim Asy’ari. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Group 2010.

Sutiah, Teori Belajar Dan Pembelajaran (Malang: Universitas Islam Negeri

Malang, 2003.),

Sapria, pendidikan IPS(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offsed, 2009),

Sapriya, Pendidikan IPS Konsep dan pembelajaran, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2011),

Suwendi. (2005). Konsep Pendidikan KH. Hasyim Asy’ari. Ciputat: LekDis.

Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D (Bandung Alfabeta. 2011),

Sugiono, Metode Penelitian pendidikan: pendekatan Kualitatif dan kuantitatif

R&D (Bandung Alfabeta. 2010),

Sugiono , Memahami Penelitian Kalitatif, (Bandung: Alfabeta, 2014),

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:

PT Renakacipta, 2010),

Tri Wijayanti. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran IPS di

Sekolah Dasar. JIPSINDO No. 1, Volume 1, Maret 2014

Trianto, model pembelajaran terpadu (Jakarta: Bumi Aksara, 2010),

Thomas Lickona. Terj Lita S, Pendidikan Karakter: Panduan Lengkap

Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik. (Bandung: Nusa Media, 2013),

Tim Dosen Ma‟had Aly Hasyim Asy‟ari. Hadratussyaikh KH. M. Hasyim

Asy’ari, Pendidikan Akhlak untuk pelajar dan pengajar (Adabul ‘Alim

wal Muta’allim). Tebuireng: Pustaka Tebuireng. 2016

57
58

Tim Revisi Buku Pedoman Karya Ilmiah IAIN Jember, Pedoman Penulisan

Karya Ilmiah,

Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah Nomor 74

Tahun 2008. Tentang Guru dan Dosen, (Bandung : Citra Umbara, 2009),

Wahid, S. Mengenal Lebih Dekat KH. Hasyim Asy’ari. Jakarta: Museum

Kebangkitan Nasional Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud RI.

2017.

ZahrudinAR dan Hasanuddin sinaga, Pengantar studi Akhlak,

Jakarta:Rajawali,2004,

Jarwanto, Pembelajaran IPS Terpadu di Sekolah Menengah Pertama

(http://googleeblight.com)diakses 24 maret 2019 jam 0.04 wib.

Zuchdi, Darmiyati. Pendidikan Karakter: Grand Design dan Nilai-nilai Target.

Yogyakarta: UNY Press. 2009. 218.

Prof. Dr. Tobroni, M.Si. “Pendidikan Karakter dalam Perspktif Islam” dalam

website http://tobroni.staff.umm.ac.id/ di unduh pada tanggal 25 oktober

2012 pukul 21.45 WIB

Ulfiarahmidalamhttp://dikdas.kemdiknas.go.id/application/media/file/Policy

%20Brief%20Edisi%204. Yang diakses pada tanggal 01 April 2012

58

Anda mungkin juga menyukai