Analisis Bencana Tsunami

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS PERMASALAHAN BENCANA TSUNAMI

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Bencana
yang dibina oleh Ibu Novida Pratiwi, S.Si., M.Sc.
dan Bapak Agung Mulyo Setiawan, S.Pd., M.Sc.

Oleh

1. DINDA INDRIANINGRUM 180351619016


2. MUHAMMAD DAFIQ TAMAMI 180351619001
3. NUR BINTIN FAROHAH 180351619049

Offering B

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
FEBRUARI 2020
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................ i


DAFTAR ISI ............................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Bencana ........................................................................ 3
2.2. Indonesia Sebagai Daerah Rawan Bencana ................................... 4
2.3. Proses Terjadinya Tsunami ............................................................ 5
2.4. Historis Tsunami ............................................................................. 11
2.5. Permasalahan Pasca Tsunami ......................................................... 14
2.6. Upaya Penanggulangan Tsunami ................................................... 16
2.7. Persiapan Menghadapi Tsunami ..................................................... 19
2.8. Upaya Penyelamatan Diri Saat Terjadi Bencana Tsunami ............. 21
2.9. Tsunami Aceh ................................................................................. 21
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan ..................................................................................... 23
3.2. Saran .............................................................................................. 23
DAFTAR RUJUKAN TEKS ..................................................................... 24
DAFTAR RUJUKAN GAMBAR ............................................................ 25

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Bencana Gempa Tsunami ......................................................... 4


Gambar 2 : The Ring Of Fire Plate ............................................................. 5
Gambar 3 : Pergerakan Tsunami ................................................................. 6
Gambar 4 : Gempa Bawah Laut .................................................................. 7
Gambar 5 : Letusan Gunung Krakatau ........................................................ 7
Gambar 6 : Longsor Bawah Laut ................................................................ 8
Gambar 7 : Meteorid ................................................................................... 8
Gambar 8 : Air Laut Mengalami Kesurutan ................................................ 9
Gambar 9 : Proses Terjadinya Tsunami ...................................................... 11
Gambar 10 : Tsunami Jepang ...................................................................... 13
Gambar 11 : Data Gempa Dan Tsunami Di Indonesia ................................ 13
Gambar 12 : Tempat Pengungsian Korban Bencana .................................. 15
Gambar 13 : Bantuan Air Bersih Bagi Para Korban Bencana ..................... 15
Gambar 14 : Tim Bidang Kesehatan Dalam Memantau Korban Bencana ... 17
Gambar 15 : Pemberian Bantuan Logistik Korban Bencana ...................... 19
Gambar 16 : Tindakan Mitigasi Bencana Tsunami ..................................... 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Samudra atau lautan merupakan bagian besar penyusun bumi.
Banyak kejadian bencana alam yang terjadi di lautan. Sehingga
pengetahuan mengenai geologi dan oceanografis harus diperdalam agar
manusia tau bagaimana cara bersiap menghapi bencana alam yang akan
terjadi.
Kondisi alam di bumi ini semakin memprihatinkan. Berbagai pihak
menghimbau dan mengadakan aksi untuk menyelamatkan bumi dari
kerusakan lebih lanjut. Dimana telah mengakibatkan berbagai bencana
alam seperti banjir, longsor, kekeringan (krisis air), Gempa Bumi dan
Tsunami serta sebagainya.
Indonesia terletak di daerah yang cukup rawan terjadinya bencana
Gempa Bumi dan Tsunami. Hal ini dikarenakan Indonesia Negara
kepulauan yang memiliki banyak laut dan terletak diantara dua lempengan
yang berjalan, serta banyaknya gunung berapi yang ada di Indonesia.
Banyak orang menjadi sangat takut dengan tsunami, seperti semua
gempa yang terjadi segera dianggap dan dihubungkan dengan akan
terjadinya gelombang tsunami. Dari hal ini menjadi penting agar segera
melakukan kegiatan edukasi dan sosialisasi mengenai bencana alam yang
benar kepada masyarakat. Masyarakat dipersiapkan dan diwaspadai
terhadap setiap ancaman yang akan terjadi. Akan tetapi, sikap ini harus
disertai dengan pemahaman yang benar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu tsunami?
2. Apa saja faktor penyebab tsunami?
3. Bagaimana proses terjadinya tsunami?
4. Apa dampak tsunami dan persiapan menghadapi tsunami?
5. Dimana saja daerah terdampak tsunami di Indonesia?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang tsunami
2. Untuk mengetahui faktor penyebab tsunami
3. Untuk mengetahui proses terjadinya tsunami
4. Untuk mengetahui dampak tsunami dan persiapan menghadapi
tsunami
5. Untuk mengetahui daerah di Indonesia yang terdampak tsunami

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Bencana


2.1.1. Deskripsi
Bencana adalah suatu kejadian peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan menggangu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
dan atau faktor alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.
Bencana alam ialah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam
antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan dan tanah longsor. Daerah rawan bencana
yaitu suatu daerah yang memiliki risiko tinggi terhadap suatu
bencana akibat kondisi gegorafis, geologis, dan demografis serta
akibat ulah manusia. Sedangkan rawan bencana merupakan kondisi
atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis,
geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada
suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu.
Menurut BNPB (2012) bencana adalah peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan oleh faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, dampak
psikologis, kerusakan lingkungan dan kerugian harta benda.
Tingkat ancaman tsunami adalah potensi timbulnya korban jiwa
pada zona ketinggian tertentu pada suatu daerah akibat terjadinya
tsunami.

3
2.1.2. Sejarah singkat bencana alam terbesar di Indonesia
Indonesia dikenal sebagai negara kaya bencana gempa
bumi, tsunami, maupun letusan gunung berapi, dan lain – lain.
Sejarah bencana yang tergolong besar di Indonesia seperti, pada 27
Agustus 1983 terjadi bencana alam berupa meletusnya gunung
Krakatau di Selat Sunda. Selain itu sejarah baru ditorehkan yaitu
bencana alam gempa besar di Aceh 26 Desember 2004,
mengakibatkan tsunami berskala 8,7 pada skala Richter di barat
Aceh dan oleh dua gempa besar di Kepulauan Nicobar dan
Andaman, India, yang terjadi dalam selang watu dua jam
kemudian. Bencana ini menewaskan sekitar 150.000 penduduk di
kawasan Asia Tenggara dan Asia Selatan.

Gambar 1 : Bencana Gempa Tsunami

2.2. Indonesia Sebagai Daerah Rawan Bencana


Bencana gempa bumi terjadi di daerah – daerah tumbukan antara
lempeng – lempeng yang ada di permukaan bumi. Indonesia dikenal sebagai
tempat pertemuan antara tiga buah lempeng besar yaitu lempeng Indo
Australia di sebelah selatan Pulau Sumatra dan Jawa, lempeng Eurasia di
wilayah Sumatra bagian timur dan Pulau Kalimantan dan lempeng Pasifik di
utara Pulau Irian Jaya. Lempeng – lempeng ini bergerak relatif saling
bertumbukan satu sama lain. Di daerah – daerah tumbukan inilah tersimpan
energi yang suatu saat bisa dilepaskan dalam bentuk gempa bumi. Apabila

4
pusat gempa bumi berada di laut maka tsunami dapat terjadi karenanya.
Dapat dikatakan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia adalah rawan
bencana gempa bumi dan tsunami, kecuali daerah Kalimantan yang potensi
bahaya gempanya relatif kecil.
Tumbukan antara lempeng ini khususnya di daerah Sumatra, Jawa dan
Nusa Tenggara telah menyebabkan terbentuknya gunung berapi seperti yang
ada di wilayah Bukit Barisan dan sepanjang bagian tengah Pulau Jawa.
Dengan demikian daerah ini selain bahaya bencana gempa dan tsunami ada
tambahan lagi yaitu bahaya bencana gunung api.

Gambar 2 : The Ring of Fire Plate

2.3. Proses Terjadinya Tsunami


2.2.1. Deskripsi
Menurut Carter (1999) Tsunami adalah gelombang yang
ditimbulkan oleh pergerakan kerak bumi yang terjadi secara tiba –
tiba. Gelombang yang ditimbulkan adalah gelombang panjang
yang umumnya mempunyai periode 20 sampai 200 menit dan
dapat menyebabkan kehancuran di daerah pesisir karena tinggi
gelombangnya yang bisa mencapai beberapa meter di atas batas

5
normal muka air tertinggi. Daerah yang terkenal rawan tsunami
adalah di sekitar pantai yang berada di Lautan Pasifik. Tak kurang
dari 1.500 kejadian tsunami telah terjadi di daerah ini dalam kurun
waktu sejak pertengah abad ke 19.
Menurut Nontji (1987) tsunami adalah istilah yang berasal
dari Bahasa Jepang untuk menyatakan gelombang besar luar biasa
yang dating menyerang tiba – tiba, menghempas ke pantai dan
menimbulkan malapetaka. Pada kedalaman 5000 m kecepatan
rambat tsunami mencapai 230 m/detik, pada kedalaman 4000 m
kecepatannya mencapi 200 m/detik dan pada kedalaman 40 m
kecepatannya 20 m/detik.

Gambar 3 : Pergerakan Tsunami


2.2.2. Penyebab Terjadinya Tsunami
Ada tiga penyebab utama timbulnya gelombang tsunami
yaitu : gempa bawah laut, tanah longsor, di dalam atau kedalam
laut dan letusan gunung berapi. Gempa bawah laut tidak selalu
menimbulkan gelombang tsunami, tsunami baru terjadi jika sampai
terjadi dislokasi vertikal pada dasar laut disebabkan oleh gempa
kuat yang sumbernya relatif dangkal. Bila terjadi patahan didasar
laut, massa batuan dalam jumlah yang besar amblas tiba – tiba,
sehingga air ikut tersentak jatuh. Akibatnya permukaan laut akan
melakukan gerak osilasi naik turun untuk mencari keseimbangan

6
baru dan timbullah gelombang tsunami yang merambat ke segala
arah dengan energi yang sangat besar (Nontji, 1987).
a) Gempa bumi yang berpusat dibawah laut yang dapat
menyebabkan terjadinya tsunami adalah gempa bumi dengan
kriteria sebagai berikut : Gempa bumi yang terjadi di dasar
laut; Pusat gempa kurang dari 30 km dari permukaan laut;
Magnitudo gempa lebih besar dari 6,0 SR; Jenis pensesaran
gempa tergolong sesar vertikal (sesar naik atau turun).

Gambar 4 : Gempa Bawah Laut


b) Letusan gunung berapi dapat menyebabkan terjadinya gempa
vulkanik. Tsunami besar yang terjadi pada tahun 1883 adalah
akibat meletusnya Gunung Krakatau yang berada di Selat
Sunda. Meletusnya Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat
pada tangga 10 – 11 April 1815 juga memicu terjadinya
tsunami yang melanda Jawa Timur dan Maluku. Indonesia
sebagai negara kepulauan yang berada di wilayah ring of fire
(sabuk berapi) dunia tentu harus mewaspadai ancaman ini.

Gambar 5 : Letusan Gunung Krakatau

7
c) Longsor bawah laut terjadi akibat adanya tabrakan antara
lempeng samudera dan lempeng benua. Proses ini
mengakibatkan terjadinya palung laut dan pegunungan.
Tsunami karena longsoran bawah laut ini dikenal dengan nama
Tsunamic Submarine Lanslide.

Gambar 6 : Longsor Bawah Laut


d) Hambatan meteor laut, jatuhnya meteor berukuran besar di laut
juga merupakan penyebab terjadinya tsunami.

Gambar 7 : Meteorid
2.2.3. Tanda – tanda Akan Terjadi Tsunami
Dibalik kedahsyatan gelombang tsunami, sebenarnya bencana ini
bisa diprediksi atau dilihat dari tanda – tanda alam yang terjadi
sebelum tsunami.

8
1. Gempa bumi
Gempa dan tsunami adalah dua fenomena alam yang punya
keterkaitan erat. Gelombang dahsyat dari arah lautan biasanya
terjadi setelah adanya gempa bumi berkekuatan besar.
2. Suara gemuruh
Suara gemuruh ini terjadi akibat adanya pergeseran lempeng
bumi di bawah laut.
3. Air laut surut
Pada proses awalnya, tsunami ditandai dengan surutnya air laut
secara tiba – tiba. Hal ini disebabkan terbukanya lmepengan
bumi di bawah laut akan mengisi ruang yang dibuat oleh
lempeng bumi yang terbuka.

Gambar 8 : Air Laut mengalami Kesurutan


4. Tanda dari hewan
Tanda berikutnya adalah tanda – tanda hewan yang tidak lazim
dari biasanya. Pada tahap ini, kita tidak akan melihat adanya
aktivitas burung camar yang biasanya muncul di area laut.
Umumnya binatang akan cenderung menjauhi laut karena
insting mereka akan bahaya yang terjadi beberapa waktu
kemudian.

9
5. Gelombang masif
Sebelum gelombang dahsyat tsunami biasanya diawali dengan
sederet gelombang – gelombang besar. Gulungan air laut
biasanya terlihat masif dan tidak terputus.
6. Elektromagnet
Sejumlah laporan menyebutkan bahwa lampu – lampu di
sekitar tempat terjadinya tsunami bisa menyala sendiri. Hal ini
bisa terjadi karena gelombang tsunami diyakini mampu
menyebabkan gelombang elektromagnet. Gelombang tersebut
akan menyebar melalui udara dan bisa menyebabkan lampu
berpijar terang. Faktor sama juga menyebabkan langit
mendadak gelap dan diikuti angin besar.
2.2.4. Proses Terjadinya Tsunami
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan
dasar laut naik atau turun secara tiba – tiba, yang mengakibatkan
gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini
mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai
di pantai menjadi gelombang yang besar mengakibatkan terjadinya
tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman
laut dimana gelombang terjadi, yang kecepatannya bisa mencapai
ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pancai,
kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya
sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi
geombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter,
namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai
puluhan meter karena terjadi penumpukan massa air.

10
Gambar 9 : Proses Terjadinya Tsunami

2.4. Historis Tsunami


a) 1 November 1755, setelah gempa bumi koosal menghancurkan Lisbon,
Portugal dan pegunungan di Eropa, orang menyelamatkan diri dengan
menggunakan perahu. Namun tsunami akhirnya menyusul. Peristiwa
mengerikan secara bersamaan tersebut membunuh lebih dari 60 ribu
orang.
b) 27 Agustus 1883, letusan gunung Krakatau memicu terjadinya tsunami
yang menenggelamkan 36 ribu orang Indonesia yang berada di pulau
Jawa bagian barat dan utara Sumatera. Kekuatan gelombang mendorong
600 ton blok terumbu karang menuju tepi pantai bersama dengan arus
tsunami yang besar.
c) 15 Juni 1896, gelombang setinggi 30 meter, disebabkan gempa bumi
menyapu pantai timur Jepang. Sebanyak 27 ribu orang menjadi korban.
d) 1 April 1946, tsunami April Fool, dipicu gempa yang terjadi di Alaska,
membunuh 159 orang, dan kebanyakan berada di kepulauan Hawaii.
e) 9 Juli 1958, diingat sebagai tsunami terbesar yang pernah dicatat oleh
masa modern, Gempa di Teluk Lituya Alaska disebabkan tanah longsor
yang awalnya dipicu oleh gempa bumi berskala 8,3 SR.
f) 22 Mei 1960, salah satu gempa besar yang tercatat manusia terjadi di
Chile sebesar 8,6 skala richter, menciptakan tsunami yang menerjang
pantai Chile dalam waktu kurang dari 15 menit. Gelombang setinggi 25

11
meter membunuh 1500 orang di Chile dan Hawaii,menjadi tsunami yang
cukup besar.
g) 27 Maret 1964, dikenal sebagai gempa bumi Good Friday Alaska,
dengan kekuatan sekitar 8,4 skala richter menggulung dengan kecepatan
400 mil per jam tsunami di Valdez Inlet dengan ketinggian 6,7 meter,
membunuh lebih dari 120 orang.Sepuluh orang yang menjadi korban di
kota Crescent, di utara California, yang sempat menyaksikan gelombang
setinggi 6,3 meter.
h) 23 Agustus 1976, sebuah tsunami di barat daya Filipina membunuh 8
ribu korban jiwa akibat gempa bumi yang terjadi 30 menit setelah adanya
gempa.
i) 17 Juli 1998, sebuah gempa berkekuatan 7,1 skala richter menyebabkan
tsunami di Papua Nugini yang membunuh 2200 orang dengan sangat
cepat.
j) 26 Desember 2004, gempa kolosal dengan kekuatan 9,1 dan 9,3 skala
richter setinggi 3,5 meter mengguncang Indonesia dan membunuh 230
ribu jiwa, sebagian besar karena tsunami. Gempa tersebut dinamakan
sebagai gempa Sumatera-Andaman dan tsunami yang terjadi kemudian
dikenal sebagai tsunami lautan Hindia. Gelombang yang terjadi menimpa
banyak belahan dunia lain, sejauh hingga Nova Scotia dan Peru.
k) 2006 – 17 Juli, Gempa yang menyebabkan tsunami terjadi di selatan
pulau Jawa, Indonesia, dan setinggi maksimum ditemukan 21 meter di
Pulau Nusakambangan. Memakan korban jiwa lebih dari 500 orang. Dan
berasal dari selatan kota Ciamis
l) 2007 – 12 September, Bengkulu, Memakan korban jiwa 3 orang.
Ketinggian tsunami 3-4 m.
m) 2010 – 27 Februari, Santiago, Chili,yang memakan korban jiwa yang
tidak sedikit.
n) 2010 – 26 Oktober, Kepulauan Mentawai, Indonesia,yang meluluh-
lantahkan sebagian besar kepulauan Mentawai dan memakan banyak
korban jiwa.

12
o) Pada 26 Februari 2016, gempa kembali terjadi di Pacitan dengan
kekuatan 5,3 SR yang berpusat di Samudera Hindia, sekitar 100 km arah
tenggara Pacitan. Meski tak menimbulkan tsunami, namun getarannya
terasa hingga Yogyakarta.
p) Gempa mengguncang Lombok, NTB pada Ahad, 29 Juli 2018. Gempa
berkekuatan 6,4 skala richter itu terasa sampai Bali dan Banyuwangi.
Setelah gempa pertama, ada setidaknya 203 kali gempa susulan di
Lombok. Kekuatan gempa susulan itu bervariasi antara magnitudo 2,1
hingga 5,7.

Gambar 10 : Tsunami Jepang

Gambar 11 : Data Gempa dan Tsunami di Indonesia

13
2.5. Permasalahan Pasca Tsunami
Dalam hal ini lebih akan lebih banyak pembahasan mengenai kesehatan
lingkungan, karena faktor penyebab yang paling banyak mempengaruhi
kesehatan korban ialah adanya gangguan lingkungan yang diakibatkan oleh
gelombang besar tsunami.
a. Jenazah dan bangkai hewan
Menurut buku terbitan Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO),
Environmental Health in Emergencies and Disaster: a Practical Guide,
mengungkapkan bahwa jenazah umumnya tidak menimbulkan
gangguang kesehatan serius, kecuali jika mencemari sumber air minum
dengan tinja atau terinfeksi oleh tifus atau pes yang bisa disebarkan lalat
atau kutu.
Jenazah tidak menimbulkan ancaman kesehatan jika ditangani
dengan secara benar, dikarenakan kuman penyakit tidak bertahan lama
dalam tubuh manusia yang telah mati, kecuali HIV yang bisa bertahan
sampai enam hari. Selain itu, petugas yang menangani jenazah berisiko
tertular tuberkulosis, penyakir yang menular lewat darah (hepatitis B dan
C serta HIV) serta infeksi pencernaan. Tuberkulosis bisa menular melalui
udara jika kuman terbang ke udara dari sisa udara di paru jenazah,
paparan penyakit melalui darah terjadi jika ada kontak langsung dengan
cairan tubuh atau darah korban.
Sedangkan infeksi pencernaan terjadi karena pada umumnya
jenazah mengeluarkan tinja. Penularan kuman bisa terjadi jika petugas
tidak mencuci tangan dengan sabun secara bersih. Mayat yang
mencemari sumber air juga bisa disebabkan infeksi pencernaan.
b. Kondisi tempat pengungsian
Terbatasnya tempat pengungsian terutama dalam hal daya tampung
korban, menjadikan banyaknya orang berkumpul di penampungan,
keadaan yang lelah, stress ditambah cuaca dingin, berangin, dan hujan
akan memudahkan terjadinya wabah infeksi saluran pernapasan, mulai
dari pilek, bronchitis, sampai pneumonia(radang paru).

14
Gambar 12 : Tempat Pengungsian Korban Bencana
c. Sanitasi air
Adanya genangan air dan kotoran sisa bencana serta kekurangan
pasokan air bersih merupakan beberapa pencemaran air yang terjadi
pasca bencana tsunami. Selain itu menurunnya kualitas kebersihan akan
menimbulkan berbagai penyakit kulit. Menurut salah satu pengajar di
Departement Kedokteran Komunitas FKUI, gelombang laut yang
membanjiri dan menyapu berbagai kotoran berpotensi mencemari sumber
air bersih. Karena itu, perlu diwaspadai penyakit yang ditimbulkan oleh
tercemarnya air seperti diare atau muntaber dan kolera.

Gambar 13 : Bantuan Air Bersih bagi Para Korban Bencana

15
2.6. Upaya Penganggulangan Bencana Tsunami
a. Penanganan jenazah
Petugas yang menangani jenaza harus memerhatikan pencegahan
universal untuk menghindari tertular penyakit dari darah dan cairan tubuh
ataupun faktor lain – lain. Pengurus jenazah sebaiknya menggunakan alat
pelindung diri, seperti baju pelindung, sarung tangan, sepatu boot, topi,
masker, dan lainnya. Untuk menghindari ancaman tertular hepatitis A, B,
C para petugas perlu mendapat vaksinasi terhadap penyakit tersebut.
Setelah mengurus maupun mengubur serta sebelum makan, petugas perlu
mencuci tangan dengan sabun. Peralatan seperti usungan mayat dan
kendaraan harus dibersihkan dan diberi disinfektan secara rutin. Menurut
panduan teknis WHO mengenai penanganan jenazah setelah bencana,
bahwa syarat lokasi pemakaman sediktinya 30 meter dari sumber air
minum dan dasar kuburan 1,5 meter di atas permukaan air tanah.
b. Perbaikan dan pengawasan kualitas air bersih
Masyarakat pengungsi harus dapat terjangkau oleh ketersediaan air
bersih yang memadai untuk memelihara kesehatannya. Pada tahap awal
kejadian bencana atau pengungsian ketersediaan air bersih perlu
mendapat perhatian, karena tanpa adanya air bersih sangat berpengaruh
terhadap kebersihan dan meningkatan risiko terjadinya penularan
penyakit.
Pada situasi bencana dan pengungsian umumnya sulit memperoleh
air bersih yang sudah memenuhi persyaratan, oleh karena itu apabila air
yang tersedia tidak memenuhi syarat, baik dari segi fisik maupun
bakteriologis, perlu dilakukan :
 Buang atau singkirkan bahan pencemar
 Lakukan penjernihan air secara cepat apabila kekeruhan air yang
ada cukup tinggi
 Lakukan desinfeksi terhadap air yang ada dengan menggunakan
bahan – bahan desinfektan untuk air
 Periksa kadar sisa klor bilamana air dikirim dari PDAM

16
 Lakukan pemeriksaan kualitas air secara berkala pada titik – titik
distribusi
c. Pengendalian pengawasan lingkungan pengungsian
Pelaksanaan pengendalian vektor yang perlu mendapatkan
perhatian di lokasi pengungsi adalah pengelolaan lingkungan,
pengendalian dengan insektisida, serta pengawasan makanan dan
minuman. Pengendalian vektor penyakit menjadi prioritas dalam upaya
pengendalian penyakit karena potensi untuk menularkan penyakit sangat
besar seperti lalat, nyamuk, tikus, dan serangga lainnya. Kegiatan
pengendalian vektor dapat berupa penyemprotan, biological control,
pemberantasan sarang nyamuk, dan perbaikan lingkungan.
Metode pengendalian dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a) Pengendalian lingkungan : breeding mengubah situs dengan
mengeringkan atau mengisi situs, pembuangan sampah secara
teratur, menjaga tempat penampungan bersih, dah kebersihan.
b) Pengendalian secara mekanis : menggunakan bednest, perangkap,
penutup makanan.
c) Pengendalian biologis : menggunakan organisme hidup untuk
pengendalian larva, seperi ikan yang makan larva, bakteri (bacillus
thuringiensis israelensis) yang menghasilkan racun terhadap larva
dan pakis mengambang bebas yang mencegah pembiakan, dan lain –
lain.

Gambar 14 : Tim Bidang Kesehatan dalam Memantau Korban


Bencana

17
d. Pengawasan dan pengamanan makanan dan minuman
Dalam pengelolaan makanan dan minuman pada bencana (untuk
konsumsi orang banyak), harus memperhatikan kaedah hygiene sanitasi
makanan dan minuman (HSMM), untuk menghindari terjadinya penyakit
bawaan makanan termasuk diare, disentri, korela, hepatitis A dan tifoid,
atau keracunan makanan dan minuman, berdasarkan pedoman WHO
Ensuring food safety in the aftermath of natural disasters antara lain
yaitu :
1) Semua bahan makanan dan makanan yang akan didistribusikan harus
sesuai untuk konsumsi manusia baik dari segi gizi dan budaya
2) Makanan yang didistribusikan sebaiknya dalam bentuk kering dan
penerima mengetahui cara menyiapkan makanan
3) Stok harus dice secara teratur dan pisahkan stok yang rusak
4) Petugas menyiapkan makanan harus terlatih dalam hygiene dan
prinsip menyiapkan makanan secara aman
5) Petugas yang menyiapkan makanan sebaiknya tidak sedang sakit
dengan gejala berikut : sakit kuning, diare, munta, nyeri tenggorokan
(dengan demam), lesi kulit terinfeksi atau keluarnya discharge dari
telinga, mata dan hidung
6) Air dan sabun disediakan untuk kebersihan personal
7) Makanan harus disimpan dalam wadah yang melindungi dari tikus,
serangga atau hewan lainnya
8) Daerah yang terkena banjir, makanan yang masih utuh dipindahkan
ke tempat kering
9) Buanglah makanan kaleng yang rusa atau bocor
10) Periksa semua makanan kering dari kerusakan fisik, tumbuhnya
jamur dari sayuran, buah dan sereal kering
11) Air bersih untuk menyiapkan makanan
12) Sarana cuci tangan dan alat makan harus disiapkan

18
Gambar 15 : Pemberian Bantuan Logistik Korban Bencana

2.7. Persiapan Menghadapi Tsunami


Waspada Tsunami
1. Mengetahui pusat informasi bencana, seperti Posko Bencana, Palang
Merah Indonedia, Tim SAR. Kenali areal rumah, sekolah, tempat kerja,
atau tempat lain yang beresiko. Mengetahui wilayah dataran tinggi dan
dataran rendah yang beresiko terkena tsunami.
2. Jika melakukan perjalanan ke wilayah rawan tsunami, kenali hotel,
motel, dan carilah pusat pengungsian. Adalah penting mengetahui rute
jalan keluar yang ditunjuk setelah peringatan dikeluarkan.
3. Siapkan kotak persediaan pengungsian dalam suatu tempat yang mudah
dibawa (ransel punggung), didekat pintu.
4. Siapkan selalu peralatan P3K lengkap.
5. Membawa barang secukupnya saja untuk keperluan pengungsian.
Ketika Terjadi Tsunami
1. Segera mengungsi setelah ada pemberitahuan dari pihak yang berwenang
atas penyebaan informasi tentang tsunami.
2. Jika ada sedikit waktu sebelum datang tsunami, segera mencari pintu dan
mencari jalan keluar dari rumah atau gedung dengan segera.
3. Carilah tempat yang tinggi dan aman dari gelombang tsunami, atau
mengikuti rute dan tempat yang sudah ditetapkan oleh pihak yang
berwenang.

19
4. Utamakan keselamatan terlebih dahulu, jika terjadi kerusakan pada
tempat anda berada, bila ingin menyelamatkan harta benda carilah yang
mudah dan ringan dibawa.
5. Pastikan tidak ada anggota keluarga yang tertinggal pada saat pergi ke
tempat evakuasi. Jika bisa ajaklah tetangga dekat untuk pergi bersama –
sama.
6. Jika tsunami terjadi pada saat anda sedang menyetir kendaraan, cepat
keluar dan cari tempat yang tinggi dan aman.
Setelah Terjadi Tsunami
1. Periksa ketersediaan makanan. Makanan apapun yang terkena air
mungkin sudah tercemar dan harus dibuang.
2. Memberika bantuan kepada korban luka – luka. Berikan bantuan P3K
dan panggil bantuan. Jangan pindahkan orang yang terluka kecuali yang
luka serius.
3. Segera membangun tenda pengungsian apabila keadaan untuk kembali ke
rumah tidak memungkinkan.
4. Pastikan keadaan sudah aman dan tidak terjadi tsunami susulan sebelum
kembali ke rumah.

Gambar 16 : Tindakan Mitigasi Bencana Tsunami

20
2.8. Upaya Penyelamatan Diri Saat Terjadi Bencana Tsunami
1. Jika berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan gempa bumi, air laut
dekat pantai surut secara tiba – tiba sehingga dasar laut terlihat, segeralah
lari menuju ke tempat yang tinggi (perbukitan atau bangunan tinggi)
sambil memberitahukan orang – orang disekitar.
2. Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta
mendengar berita dari pantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke
pantai. Arahkan perahu ke laut.
3. Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera
turun ke daerah yang rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan
menerjang.
4. Jika gelombang telah benar – benar mereda, lakukan pertolongan
pertama pada korban.

2.9. Tsunami Aceh


Gempa bumi tektonik yang terjadi di lepas pantai barat Aceh pada 26
Desember 2004 dan gelombang tsunami mematikan yang diakibatkan oleh
gempa itu telah meluluh lantakan hampur seluruh wilayah pesisir Propinsi
NAD dan sebagian wilayah Sumatra Utara. Gelombang tsunami itu seperti
diketahui telah pula memporak porandakan daerah yang cukup jauh dari
lokasi gempa yaitu wilayah Asia Tenggara dan Selatan di Thailand, Malaysia,
Myanmar, Bangladesh, India, Sri Lanka, Maladewa, serta wilayah Afrika di
Kenya, Tanzania, Seychellesm Afrika Selatan dan Madagaskar. Korban jiwa
di Indonesia sendiri sampai saat ini telah mencapai lebih kurang 237.448 jiwa
sementara secara keseluruhan diperkirakan mencapai ta kurang dari 300.000
jiwa.
Beberapa kota di Aceh yang mengalami kerusakan yang paling parah
diantaranya adalah Kota Banda Aceh dan kota – kota di wilayah pantai barat
Aceh seperti Meulaboh dan Calang. Dimensi kerusakan yang terjadi akibat
bencana tersebut sangatlah luas yang mencakup aspek fisik dan non fisik.
Aspek fisik (kerusakan infrastruktur diantaranya bangunan perumahan,
perkantoran, dan pusat kegiatan ekonomi) serta non fisik seperti masalah

21
kesehatan dan psikologi serta pendidikan. Mengingta tingkat kerusakan yang
berdimensi luas ini maka perlulah diambil hikmah yang sebesar – besarnya
dari kejadian dan akibat bencana ini.
Berdasarkan pengamatan dan survei lapangan, gelombang tsunami telah
masuk sejauh tidak kurang dari dua kilometer di banya bagiain yang
morfologinya relatif datar seperti kota Banda Aceh dan Meulaboh. Aspek
morfologi yang relatif datar ini akan menjadi bagian penting bagi
pertimbangan pembangunan kembali Aceh pasca bencana gempa dan
tsunami.

22
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Tsunami merupakan rangkaian gelombang laut yang mampu menjalara
dengan kecepatan hingga lebih 900km/jam. Istilah Tsunami berasal dari
bahasa jepang yaitu Tsu artinya pelabuhan dan nami artinya gelombang
laut. Tsunami disebabkan oleh beberapa hal diantaranya gempa bumi
didasar laut, tanah longsor didasar laut, gunung meletus didasar laut, dan
jatuhnya meteor di permukaan laut.
2. Dampak tsunami sebagian besar mengakibatkan kerusakan parah dan
banyak menelan korban jiwa dan harta benda sehingga perlu adanya
upaya untuk menghadapi tsunami baik dalam keadaan waspada,
persiapan, saat terjadi tsunami dan setelah terjadi tsunami.
3. Penyelamatan diri saat terjadi Tsunami salah satunya yaitu jika berada di
sekitar pantai, terasa ada guncangan gempabumi, air laut dekat pantai
surut secara tiba-tiba sehingga dasar laut terlihat, segeralah lari menuju ke
tempat yang tinggi (perbukitan atau bangunan tinggi) sambil
memberitahukan teman-teman yang lain.
3.2. Saran
Setelah pemulihan korban maupun pengobatan pasca bencana tsunami.
Barulah sebaiknya dilakukan perencanaan rehabilitasi yang komprehensif dan
terintegrasi. Artinya pemulihan itu bisa dimulai dari pemetaan, analisis
kerusakan, analisis resiko, rencana restrukturisasi, dan perbaikan lingkungan.
Maka dalam tahap rehabilitasi harus dibuat sedemikian rupa agar mampu
meredam tsunami di kemudian hari sehingga dampaknya bisa diminimalkan.

23
DAFTAR RUJUKAN TEKS

Awotona, Adenrele. 1997. Reconstruction After Disaster : Issues and Practices.


Aldershot : Ashgate

Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana. 2012. Pengenalan


Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya di Indonesia. Jakarta :
Direktorat Mitigasi

Carter, R. W. G,. 1999. Coastal Environment, An Intoduction to the Physical,


Ecological and Cultural Systems of Coastlines. London : Academic Press

Kompas Media Nusantara. 2005. Bencana Gempa Dan Tsunami Nanggroe Aceh
Darussalam &Sumatera Utara. Jakarta : Penerbit Buku Kompas

Munir, Mochammad. 2006. Geologi Lingkungan. Malang : Bayumedia

Nontji, Anugerah. 1987. Laut Nusantara. Jakarta : Penerbit Djambatan

Noor, Djauhari. 2014. Pengantar Mitigasi Bencana Geologi. Yogyakarta :


Deepublish

Subandono, Budiman. 2008. Hidup Akrab Dengan Gempa dan Tsunami. Jakarta :
PT. Sarana Komunikasi Utama

Tejakusuma, Iwan G. 2005. Analisis Pasca Bencana Tsunami Aceh. Science


Geographic Journal

Yulianingsih, Tanti. 2019. Tsunami di Indonesia Masuk Daftar Dunia.


www.Liputan6.com

http://www.vsi.esdm.go.id diakses tanggal 4 Februari 2020

https://opini.id/sosial/read-5768/tanda-tanda-terjadinya-tsunami- diakses tanggal 4


Februari 2020

http://www.bmg.go.id/mekanisme_tsunami diakses tanggal 4 Februari 2020

http://www.etipsbali.wordpress.com/persiapan_menghadapi_tsunami diakses
tanggal 4 Februari 2020

24
http://www.sayakasihtahu.com/peristiwa_tsunami diakses tanggal 4 Februari 2020

http://www.wikipedia.com/tsunami diakses tanggal 4 Februari 2020

DAFTAR RUJUKAN GAMBAR

https://img.inews.id/media/822/files/inews_new/2019/01/09/palu2_afp.jpg

https://www.earthobservatory.sg/files/resources/large/map_of_the_ring_of_fire.jp
g

https://i0.wp.com/hariannusa.com/wp-content/uploads/2017/12/ilustrasi-
tsunami.jpg?fit=1080%2C608&ssl=1

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/c/cd/Eq-
gen3.svg/220px-Eq-gen3.svg.png

https://awsimages.detik.net.id/abc/www.abc.net.au/cm/rimage/10330462-3x2-
large.jpg?v=3

https://cdn2.tstatic.net/makassar/foto/bank/images/gunung-krakatau-meletus.jpg

https://media.suara.com/pictures/480x260/2016/09/14/o_1askk7gr01b0s1mp312ki
10okk64a.jpg

https://www.borneonews.co.id/images/upload/2019/01/23/wC7NWu-
ql1qdRRJ3Le30qqOmp_ZyOSiO4MrHe0P3bcM.jpeg

https://www.kbknews.id/wp-content/uploads/2016/03/Jepang_theathlantic.jpg

https://www.mongabay.co.id/wp-content/uploads/2018/12/selat-sunda-Screen-
Shot-2018-12-26-at-5.20.40-AM.jpg

https://storage.trubus.id/storage/app/public/posts/t20180807/big_31fab1bbb055b0
d849fa7cdfdb786de9a9ccd7fd.jpg

https://lh3.googleusercontent.com/proxy/9dkrEWmgRhrjaiUjFPIE62brmF4UDegi
zIGeKY-

25
PfGaHin20qQYhOVih8RdbE_tNwd6VL6uGRizHt8gvB3XaxyQlTqERPWLS9b0
Xe6BkLZzOFv2MfEdVvc4w4dMlGpMaCru8gpbA

https://bnpb.go.id//uploads/24/siaga-bencana/05122017-siaga-bencana-tsunami-1-
2.jpg

26

Anda mungkin juga menyukai