Sambungan Word

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

1) Penemuan dini penyakit akibat kerja

Penemuan dini penyakit akibat kerja dilakukan dengan:


a) Pemeriksaan kesehatan pra kerja
b) Pemeriksaan berkala
c) Pemeriksaan khusus
Dilakukan sesuai indikasi bila ditemukan ada keluhan dan/atau
potensi bahaya di tempat kerja. Sebagai pemeriksaan lanjutan
dari pemeriksaan berkala dan menjelang masa akhir kerja.
d) Surveilans kesehatan pekerja dan lingkungan kerja.
G. Pencegahan
Berikut ini adalah penerapan konsep lima tingkatan pencegahan
penyakit (dive level of prevention disease) pada penyakit akibat kerja:7
a. Peningkatan kesehatan (health promotion). Misalnya: penyuluhan
kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pendidikan kesehatan,
meningkatkan gizi yang baik, pengembangan kepribadian, perusahaan
yang sehat dan memadai, rekreasi, lingkungan kerja yang memadai,
penyuluhan perkawinan dan pendidikan seksual, konsultasi tentang
keturunan dan pemeriksaan kesehatan periodik.
b. Perlindungan khusus (specific protection). Misalnya: imunisasi, hygiene
perorangan, sanitasi lingkungan, serta proteksi terhadap bahaya dan
kecelakaan kerja dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti
helm, kacamata kerja, masker, penutup telinga (ear muff dan ear plug)
baju tahan panas, sarung tangan, dan sebagainya.
c. Diagnosis (deteksi) dini dan pengobatan segera serta pembatasan titik-
titik lemah untuk mencegah terjadinya komplikasi.
d. Membatasi kemungkinan cacat (disability limitation). Misalnya:
memeriksa dan mengobati tenaga kerja secara komprehensif, mengobati
tenaga kerja secara sempurna dan pendidikan kesehatan.
e. Pemulihan kesehatan (rehabilitation). Misalnya: rehabilitasi dan
mempekerjakan kemali para pekerja yang menderita cacat. Sedapat

10
mungkin perusahaan mencoba menempatkan karyawan-karyawan cacat di
jabatan yang sesuai.
Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mencegah PAK
adalah sebagai berikut :7
1. Menyingkirkan atau mengurangi risiko pada sumbernya, misalnya
menggantikan bahan kimia yang berbahaya dengan bahan yang tidak
berbahaya.
2. Mengurangi risiko dengan penganturan mesin atau menggunakan APD.
3. Menetapkan prosedur kerja secara aman untuk mengurangi risiko lebih
lanjut.
4. Menyediakan, memakia dan merawat APD.

11
BAB III
KESIMPULAN
Kedokteran okupasi adalah spesialisasi dalam ilmu kedokteran komunitas,
yang bertujuan agar kelompok pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-
tingginya, baik fisik, mental, maupun social, di dalam lingkup pekerjaannya.
Sasaran kedokteran okupasi adalah individu dalam lingkup pekerjaannya
dengan pengendalian faktor-faktor risiko yang mempengaruhi status kesehatan
tenaga kerja. Intervensi yang dilakukan adalah intervensi medis yang meliputi
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Bahaya potensial dilingkungan kerja dibagi menjadi 5 (lima) golongan
yaitu, golongan fisika, golongan kimia, golongan biologi, golongan ergonomik
dan golongan psikososial. Dimana jika terdapat di lingkungan kerja maka akan
menimbulkan gangguan kesehatan pada pekerja yang disebut dengan penyakit
akibat kerja.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan dan/atau lingkungan kerja termasuk penyakit akibat hubungan kerja.
Pekerja mempunyai risiko terhadap masalah kesehatan yang disebabkan oleh
proses kerja, lingkungan kerja serta perilaku kesehatan pekerja.

12
DAFTAR PUSTAKA
1. Husaini dkk. 2017. Faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja pada Pekerja Las.
Jurnal MKMI 13 (1):73-74.
2. Reisita, YI. 2017. Analisis Faktor dan Potensi Bahaya yang Dapat
Menyebabkan Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja di Bagian
Produksi Industri Garmen CV. Akurat Mojolaban SukoHarjo. Skripsi.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta.
3. Badan Kesehatan Masyarakat tentang Pedoman Penyelenggaraan Modul
Kepanitraan Klinis Kedokteran Okupasi. Tahun 2016.
4. Hoten, H. V., Mainil, A. K., Permadi, A. I. 2015. Keselamatan dan
Kesehatan Kerja(k3) Mekanik pada Stasiun Boiler PT X. Universitas
Bengkulu. Bengkulu.
5. Salmah, A. 2014. Perlindungan Hukum Terhadap Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Dalam Proses Produksi Pada PT. Aneka Adhilogam Karya
Klaten. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta.
6. Permenkes No 56 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Pelyanaan Penyakit
Akibat Kerja.
7. Lisa, S. 2015. Penyakit Akibat Kerja dan Pencegahannya. Jurnal Kedokteran
Syiah Kuala 12(2):91-95.

13

Anda mungkin juga menyukai