John Locke
John Locke
John Locke
PEMBAHASAN
John Locke (lahir 29 Agustus 1632 – meninggal 28 Oktober 1704 pada umur 72
tahun) merupakan seorang filsuf berasal dari Inggris yang menjadi salah satu penggas
penting dari pendekatan Empirisme.1 Empirisme adalah sebuah aliran yang memaparkan
bahwa segala pengerahuan berasal dari sebuah pengalaman manusia. Kata empirisme
berasal dari bahasa yunani emperia yang berarti pengalaman. Jadi empirisme merupakan
Empirisme juga berarti sebuah paham yang menganggap bahwa pengalaman manusia
Bacon dan Hobbes dengan ajaran rasionalisme Descartes. Usaha ini untuk memperkuat
pertama yang dipandang sebagai bawaan manusia. Menurut dia, segala pengetahuan
datang dari pengalaman dan tidak lebih dari itu. Peran akal adalah pasif pada waktu
pengetahuan didapatkan. Oleh karena itu akal tidak melahirkan pengetahuan dari dirinya
sendiri.2
John Locke berpendapat rasio manusia harus dianggap sebagai lembaran kertas
putih (as a white paper) dan seluruh permukaan dan isinya berasal dari sebuah
1
Franz Magnis-Suseno. Filsafat sebagai Ilmu Kritis, (Yogyakarta: Kanisius, 1992). Hal. 73-74.
2 Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 2 (Yogyakarta: Kanisius. 1993). Hal 36.
pengalaman. Pengalaman tersebut dibagi menjadi dua yaitu pengalaman lahiriah
John Locke terkena sebagai filsuf negara liberal dalam bidang fisafat politik bersama
dengan rekannya, Isaac Newton, keduanya dikenal sebagai salah satu tokoh terpenting
dalam era pencerahan.4 Selain itu John Locke menandai munculnya era modern dan era
pasca-Descartes (post-Cartesian), karena pendekatan filsuf ini tidak lagi menjadi satu-
Pada tahun 1647, John Locke belajar di sebuah sekolah ternama di Inggris, sekolah
bahasa Latin, bahasa Yunani dan juga bahasa Ibrani. Kemudian pada tahun 1652, John
Locke mendapatkan beasiswadi sekolah Gereja Kristus, Oxford dan menetap disana sejak
John Locke tidak meminati metode skolastik dalam sebuah perdebatan di sekolah
tersebut termasuk tema-tema metafisika dan logika, sehingga John Locke tidak dapat hasil
dengan membaca karya-karya sastra, salah satunya drama, roman dan sebagainya hingga
menyenangi bidang medis, seperti yang tertulis dalam beberapa catatan pribadi John Locke
pada periode akhir decade 1650-an, catatan tersebut berisikan tentang hal-hal yang
John Locke perlahan mulai meminati filsafat alam ketika menulis catatan keseharian
medisnya pada tahun 1658. Pada awal tahun 1660, Robert Boyle bertemu dengan John
Locke dan memberikan pengaruh kuat dengan filsafat mekanisnya dan menarik minat John
3 Beni Ahmad Saebani. Filsafat Umum. (Bandung: Pustaka Setia, 2008). Hal. 271.
4
Ibid., hlm. 272
5
Wikipedia, “John Locke” diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/John_Locke, pada tanggal 2 Oktober 2014
pukul 23.21
6
Ibid.
Bergejolaknya politik di Inggris membuat John Locke menaruh minatnya kepada
politik karena Cromwell saat itu mengubah sistem politik Inggris, hingga meninggal pada
tahun 1658 yang kemudian diperintah oleh raja Chales II yang menghendaki pemerintahan
dengan kuat, menguasai negara dan gereja Inggris. Pada waktu itu John Locke mendukung
pemerinahan Charles II. Hingga pada bulan November hingga Desember beliau membuat
suatu karangan singkat untuk menanggapi Edward Bagshaw yang berisikan penegasan
Pemikiran John Locke terhadap negara tertulis dalam bukunya yang berjudul Two
Treatises of Civil Government, penulisan buku ini dilatat belakangi oleh kehidupan politik
Inggris dan Perancis abad XVII (17) yang didominasi oleh wacana monarki absolut. Sejarah
Inggris memandang bahwa doktrin monarki absolut adalah jalan keluar terhadap kekacauan
sosial politik akibat perang saudara dan perang-perang agama yang kerap terjadi pada
masa itu. Monarki absolut dilandasi atas kepercayaan bahwa kekuasaan raja memiliki sifat
ilahi dan suci karena Tuhan yang telah menganugrahkan kekuasaan tersebut kepada raja
dan kepercayaan ini kemudian terkenal dengn sebutan hak-hak ketuhanan raja.8
Pandangan ini dilandasi oleh pemikiran bahwa monarki absolut merupakan bentuk
pemerintahan paling sesuai dengan kodrat hukum alam karena tiga alasan. Pertama, monarki
absolut berakar pada tradisi otoritas paternal. Kedua, sistem pemerintahan monarki absolut
merupakan copy Kerajaan Tuhan di muka bumi. Ketiga, monarki absolut merupakan cerminan
Sementara itu, John Locke Locke hadir sebagai penentang gigih terhadap monarki
absolut di negaranya. John Locke menganggap bahwa monarki absolut bertentangan dengan
7
Amalia Wardahni., “Pemikiran Thomas Hobbes dan John Locke tentang Kekuasaan Negara”, Departemen
Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga, 2013
8
John Plamenatz, Man and Society, Vol. II. (London: Longmans, 1965), hlm. 172.
prinsip civil society yang diyakininya.9 Civil society yaitu bentuk masyarakat yang merupakan
gugatan terhadap institusi superiort yang semula diciptakan untuk mengatasi supremasi
naturalistik, membatasi wilayah dan ruang geraknya. 10 Dari sinilah sebenarnya letak
permusuhan intelektual Locke dengan Sir Robert Filmer, penyokong utama paham
absolutisme kekuasaan monarki Eropa Abad XVII yang dituangkan dalam karyanya
Patriarcha.11
Karya John Locke dalam karya Two Treatises terbagi menjadi 2 yaitu First Treatise
yang difokuskan pada sanggahan dari Sir Robert Filmer, khususnya Patriarcha, yang
berpendapat masyarakat sipil didirikan pada hak-hak ketuhanan seorang raja dan Second
John Locke dimulai dengan menggambarkan keadaan alam , gambar jauh lebih stabil
dari Thozas Hobbes negara “perang bagi setiap orang melawan setiap orang,” dan
berpendapat bahwa semua manusia diciptakan sama dalam keadaan alam oleh Tuhan. Dari
ini, ia melanjutkan dengan menjelaskan kenaikan hipotetis properti dan peradaban, dalam
proses menjelaskan bahwa satu-satunya pemerintah yang sah adalah mereka yang memiliki
persetujuan rakyat. Oleh karena itu setiap pemerintah bahwa aturan-aturan tanpa persetujuan
dari orang dapat secara teori digulingkan. 12 Sehingga dalam Second Treatise Locke
mengembangkan sejumlah tema penting yaitu: keadaan alamiah ,dimana individu tidak
berkewajiban untuk mematuhi satu sama lain, penaklukan dan perbudakan, properti,
9
Robert A. Dahl berpendapat, Locke memberikan kepada manusia sejenis persamaan intrinsik, yang
meskipun jelas tidak ada relevansinya bagi banyak keadaan, namun pasti sangat menentukan untuk
tujuan-tujuan tertentu, terutama sekali untuk tujuan pemerintahan. Robert A. Dahl, Demokrasi dan
Para Pengritiknya [Democracy and its Critics], diterjemahkan A. Rahman Zainuddin, Edisi I, Cet. I,
(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1992), hal. 122.
10
Muhadjir effendi, masyarakat equilibrium.( Yogyakarta: Bentang Budaya, 2002). Hlm. 6.
11
Deliar Noer, Pemikiran Politik di Negeri Barat, (Bandung: Mizan, 2001), hlm. 118.
12
Satya Arinanto, Politik Hukum 1 Edisi Pertama, Op.cit.
13
“Men being, as has been said, by nature all free, equal, and independent, no one can be put out of this estate
and subjected to the political power of another without his own consent” Satya Arinanto, Politik Hukum 1 Edisi
Pertama, Ibid, hlm 3.
Locke membagi perkembangan masyarakat menjadi tiga, yakni keadaan alamiah (the
state of nature), keadaan perang (the state of war), dan negara (commonwealth).
Locke ini serupa dengan pemikiran Hobbes namun bila Hobbes menyatakan keadaan alamiah
sebagai keadaan “perang semua lawan semua”, maka Locke berbeda. Menurut John Locke,
keadaan alamiah sebuah masyarakat manusia adalah situasi harmonis, di mana semua
menggunakan apa yang dimilikinya tanpa bergantung kepada kehendak orang lain. Meskipun
masing-masing orang bebas terhadap sesamanya, namun tidak terjadi kekacauan karena
masing-masing orang hidup berdasarkan ketentuan hukum kodrat yang diberikan oleh
Tuhan.15 Yang dimaksud hukum kodrat dari Tuhan menurut Locke adalah larangan untuk
merusak dan memusnahkan kehidupan, kebebasan, dan harta milik orang lain. Dengan
demikian, Locke menyebut ada hak-hak dasariah yang terikat di dalam kodrat setiap manusia
dan merupakan pemberian Tuhan. Konsep ini serupa dengan konsep Hak Asasi Manusia
Bagi Locke, untuk memahami benar kekuatan politik dan melacak asal-usulnya, kita
harus mempertimbangkan keadaan bahwa semua orang adalah di alam. Itu adalah keadaan
sempurna kebebasan bertindak dan membuang harta mereka sendiri dan orang-orang yang
mereka anggap baik dalam batas-batas hukum alam. Orang-orang di negara ini tidak perlu
meminta izin untuk bertindak atau tergantung pada kehendak orang lain untuk mengatur hal-
hal atas nama negara. Keadaan alamiah juga merupakan salah satu persamaan di mana
14
Ibid.
15
Ibid.
semua kekuasaan dan yurisdiksi timbal balik dan tidak ada yang memiliki lebih dari yang lain.
Ini adalah bukti bahwa semua manusia sebagai makhluk memiliki spesies yang sama dan
peringkat dan lahir tanpa pandang bulu dengan semua keunggulan alamiah yang sama.
Dalam retorika abad ke-17 Inggris , mereka yang menentang peningkatan daya
raja-raja mengklaim bahwa negara itu menuju suatu kondisi perbudakan. Oleh karena
itu Locke bertanya, dalam kondisi apa perbudakan seperti itu mungkin dibenarkan.
Dia mencatat bahwa perbudakan tidak sesuai dengan prinsip civil society (yang
menjadi dasar sistem politik Locke). Locke berpendapat bahwa agresor dalam perang
yang tidak adil tidak bisa mengklaim hak penaklukan sehingga sebuah perampasan
II. Properti
Dalam Second Treatise, Locke mengklaim bahwa masyarakat sipil diciptakan untuk
Latin adalah proprius, atau apa seseorang sendiri, termasuk diri sendiri (Perancis propre).
Jadi, dengan “properti” ia berarti “kehidupan, kebebasan, dan real.” Dia mulai dengan
menegaskan bahwa setiap individu minimal, “memiliki” sendiri, ini adalah akibat wajar dari
masing-masing individu yang bebas dan sama dalam kondisi alamiah. Seorang pria harus
diperbolehkan untuk makan, dan dengan demikian memiliki apa yang telah dimakan menjadi
miliknya sendiri. Hal ini sangat bertentangan dengan Filmer yang mengatakan bahwa, jika
ada bahkan adalah keadaan alamiah semuanya akan dimiliki bersama: tidak mungkin ada
Sebagaimana disebut di atas, menurut Locke, negara itu didirikan untuk melindungi
hak milik pribadi. Negara didirikan bukan untuk menciptakan kesamaan atau untuk mengotrol
pertumbuhan milik pribadi yang tidak seimbang, tetapi justru untuk tetap menjamin keutuhan
milik pribadi yang semakin berbeda-beda besarnya. Hak milik (property) yang dimaksud di
sini tidak hanya berupa tanah milik (estates), tetapi juga kehidupan (lives) dan kebebasan
(liberties).
Locke tidak menuntut republik. Sebaliknya, Locke merasa bahwa kontrak yang
sah dengan mudah bisa ada di antara warga negara dan monarki, oligarki atau
dan Perancis. Gagasan hak-hak rakyat dan peran pemerintah sipil memberikan
Konsep hak revolusi itu juga diambil oleh John Locke di Two Treatises
Pemerintah sebagai bagian dari teori kontrak sosialnya. Locke menyatakan bahwa
menurut hukum alam, semua orang memiliki hak untuk hidup, kebebasan, dan real; di
bawah kontrak sosial, orang bisa mengobarkan revolusi melawan pemerintah ketika
mulai berubah. Penyebab utamanya adalah terciptanya uang. Dengan uang, manusia
mempertahankan miliknya sendiri. Keadaan alamiah yang harmonis dan penuh damai
berpotensi memusnahkan kehidupan manusia jika tidak ada jalan keluar dari keadaan
perang.
3. Commonwealth
Locke menyatakan bahwa untuk menciptakan jalan keluar dari keadaan perang
“perjanjian asal”. Maka dalam perjanjian masyarakat Locke terdapat dua perjanjian,
(perjanjian penyerahan).
yaitu perjanjian antarindividu untuk membentuk body politic, yaitu negara. Kemudian
pada tahap kedua, para individu yang telah membentuk body politic tersebut bersama-
menghukum yang bersumber dari hukum alam. Perjanjian penyerahan ini disebut
terutama hak miliknya, menjadi tujuan negara. Oleh karena itu, kewajiban-kewajiban
utama negara adalah untuk melindungi kehidupan dan hak milik para warga negara.
Hanya demi tujuan itulah para warga negara meninggalkan kebebasan mereka dalam
keadaan alamiah yang penuh ketakutan itu. Oleh karena itu, negara
masyarakat.16
orang, melainkan untuk menjamin dan melindungi milik pribadi setiap warga negara
memberikan dua kekuasaan penting yang mereka miliki di dalam keadaan alamiah
kepada negara. Kedua kuasa tersebut adalah hak untuk menentukan bagaimana
setiap manusia mempertahankan diri, dan hak untuk menghukum setiap pelanggar
hukum kodrat yang berasal dari Tuhan. Ajaran Locke ini menimbulkan dua
konsekuensi:
warga, terutama hak warga atas harta miliknya. Untuk tujuan inilah,
16 Azhary, Sejarah Tipe Pokok Negara, (Jakarta: Permata Publishing Company, 1979), hlm. 5.
warga bersedia melepaskan kebebasan mereka dalam keadaan
utamanya yaitu adanya keadaan yang tidak nyaman menuju ke keadaan yang lebih
nyaman dan lebih baik dari debelumnya. Sehingga tugas dan kewajiban pemerintahan
Menurut Locke ada dua cara untuk membatasi kekuasan negara, yaitu
1. Konstitusi
kehidupan civil society, John locke berpendapat mengenai peran startegis konstitusi dalam
konstitusi dan memiliki fungsi yang sangat penting dalam membatasi kekuasaan negara.
Karena itu, Konstitusionalisme John Locke tidak selalu diartikan sebagai sebuah
usaha perlindungan terhadap hak-hak individu ketika berhadapan dengan kekuasaan negara
dalam bentuk penindasan (abuse of power).18 Terlepas dari perbedaan penafsiran paham
gagasan negara kosntitusional dalam sejarah politik barat. Pada dasarnya, gagasan
17
Tumar Sumihardjo. Penyelenggaraan Pemda Melalui Daya Saing Berbasis Potensi Daerah.
(Bandung: Pusat Studi Pemerintahan Daerah, 2008). hlm. 20.
18
C.B. Machperson, The Political Theory of Possesive Individualism, Hobbes to Locke, (Oxford:
Oxford University Press, 1962), hlm. 257.
19
negara. Konstitusi memiliki tujuan merumuskan cara-cara untuk membatasi dan
Konstitusi bagi Locke merupakan elemen yang sangat penting dalam suatu
hak-hak asasi warga negara. Aturan-aturan konstitusional ini tidak boleh dilanggar
2. Pemisahan Kekuasaan
dibatasi dengan cara mencegah sentralisasi kekuasaan ke dalam satu tangan atau
lembaga. Hal ini, menurut Locke, dilakukan dengan cara memisahkan kekuasaan
19 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia, 2010), hlm. 58.
20 Tufiqurrohman Syahuri. Hukum Konstitusi. (Bogor:Ghalia Indonesia, 2004), hlm. 17.
21
Wirjono Prodjodikoro, Azas-Azas Hukum Tata Negara di Indonesia, (Dian Rakjat, Jakarta Timur,
1983). hlm. 16.
22
Montesquieu, Membatasi Kekuasaan: Telaah Mengenai Jiwa Undang-undang [The Spirit of the
Laws], (Jakarta: Gramedia, 1993), hlm. 44-55.
Ketiga cabang kekuasaan tersebut harus terpisah satu sama lain baik
diserahkan kepada orang atau badan yang sama untuk mencegah konsentrasi dan
penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa. Hal ini dimaksudkan agar
Kekuasaan legislatif, menurut John Locke, tidak boleh dialihkan kepada siapa
pun atau lembaga manapun,24 karena pada hakikatnya kekuasaan legislatif adalah
yang telah digariskan oleh parlemen. Hal ini berarti, Locke menempatkan kekuasaan
23 John Locke, Two Treatises of Government, New Edition, (London: Everyman, 1993), hlm. 182-188.
24
Legislatif tidak dapat mengalihkan kekuasaan membuat undang-undang ke tangan orang lain.
karena kekuasaan tersebut tidak lain adalah kekuasaan yang didelegasikan dari rakyat, mereka
yang memilikinya tidak dapat dialihkan ke orang lain. Locke, Ibid.
25
Ibid.