Laporan Pendahuluan BBLSR
Laporan Pendahuluan BBLSR
Laporan Pendahuluan BBLSR
OLEH
( ) ( )
D. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLSR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum
cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir
cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil dari
masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 1.500 gram. Masalah ini terjadi karena adanya
gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit
ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang
menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir
normal. Kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit,
dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan
melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat dari pada ibu dengan kondisi kehamilan yang
sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan
bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu
menderita anemia. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi atau penyusutan besi sehingga
hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang
normal.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan
kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, dan BBLR. Hal ini
menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna
lebih tinggi, sehingga kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan premature juga lebih
besar (Nelson, 2010).
E. Menisfestasi Klinis
Menurut Maryunani dkk, (2009) adapun tanda dan gejala yang terdapat pada bayi
dengan bayi berat lahir rendah (BBLR ) adalah :
F. Komplikasi
Beberapa masalah kesehatan sering muncul dan menyertai BBLSR paska
kelahirannya. Penyebab utama munculnya komplikasi tersebut adalah imaturitas sehingga
terjadi kelainan akibat proses transisi dari lingkungan intrauterin ke lingkungan dunia
luar. Beberapa kelainan tersebut antara lain dapat berupa imaturitas mulai dari sistem
syaraf pusat (otak), sistem pencernaan, sistem imun, paru-paru, sistem perkemihan, serta
kekurangmampuan dalam mengontrol gula darah (hipoglikemia) dan suhu (hipotermi). Di
Amerika Serikat BBLSR sekitar 85% dapat dipulangkan setelah dirawat di NICU namun
2-5 % meninggal dalam dalam 2 tahun pertama akibat komplikasi BBLSR jangka
panjang (Eichenwald dan Stark, 2008). Pada tabel 2.6 menjelaskan komplikasi jangka
pendek dan jangka panjang.
Intoleransi makanan atau feeding intolerane dan EKN sangat sering terjadi pada
BBLSR dan merupakan salah satu penyulit dalam tatalaksana BBLSR di perawatan
NICU. Kelainan gastrointertinal lain yang sering muncul pada BBLSR yaitu
hiperbillirubinemia yang bisa disebabkan karena beberapa hal yang bermanifestasi
dengan keluhan kuning ataupun BAB dempul. Kelainan gastroinstestinal tersebut
termasuk dalam komplikasi jangka pendek BBLSR yang sering muncul pada saat bayi
tersebut masih dirawat di rumah sakit. Bahkan ketika setelah bayi sudah dipulangkan,
komplikasi jangka panjang dapat saja muncul belakangan dikarenakan permasalah
imaturitas pada sistim GIT tersebut antara lain yang sering muncul adalah gagal tumbuh
yang disebabkan karena nutrisi yang tidak adekuat yang disebabkan karena gangguan
pencernaan serta infeksi hepatal yang berlangsung lama dan menyebabkan kolestasis
(Eichenwald dan Stark, 2008).
Enterokolitis nektrotik adalah sebuah sindrom atau kumpulan gejala inflamasi dan
nekrosis dari usus kecil maupun usus besar muncul pada BBLSR dengan insidensi 5-
10%. Namun angka kematian cenderung tinggi yaitu sekitar 15-30% dari BBLSR yang
terkena EKN serta sisanya yang hidup lebih berisiko terhadap gangguan
neurodevelopmental jika dibandingkan BBLSR tanpa EKN. Penyakit ini terutama terjadi
setelah BBLSR mendapat makanan enteral. Perkembangan dunia medis telah
meningkatkan tatalaksana EKN pada BBLSR dengan bowel rest, antibiotik dan sekitar
20-40% menjalani operasi akibat nekrosis dan perforasi usus. Angka mortalitas post
operasi pada EKN cenderung tinggi yaitu berkisar 50% dan meningkat dengan semakin
bertambahnya usia bayi. Komplikasi operasi juga dapat menyebabkan sindrom usus
pendek atau short bowel syndrome yang berakibat defisiensi nutrisi dan gagal tumbuh.
Patogenesis dari EKN belum sepenuhnya dimengerti. Faktor yang diduga menjadi
penyebab adalah perpaduan sebab dari imaturitas fungsi GIT(motilitas, kemampuan
digesti, dan sistem imun GIT) dan kolonisasi bakteri usus (Eichenwald dan Stark, 2008).
G. Penatalaksanaan Medis
Sebagai konsekuensi dari imaturitas sistem organ pada BBLSR yang belum siap
menghadapi dunia ekstrauterine ditambah kondisi lingkungan yang jauh berbeda dengan
lingkungan intrauterin, tatalaksana BBLSR memerlukan perawatan intensif dan
dukungan berbagai macam intervensi (Carlo et al., 2004; Bissinger danAnnibale, 2010;
Adamkin, 2009; Ehrenkranzet al., 1999), yaitu :
1. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. BBLSR mudah mengalami hipotermi,
oleh sebab itu suhu tubuh bayi harus dipertahankan dengan ketat.
2. Mencegah infeksi dengan ketat. BBLSR sangat rentan dengan infeksi,
memperhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan
sebelum memegang bayi.
3. Pengawasan nutrisi (ASI). Refleks menelan BBLR belum sempurna, oleh sebab itu
pemberian nutrisi dilakukan dengan cermat.
4. Penimbangan ketat. Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan dilakukan dengan
ketat.
5. Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan bersih, pertahankan
suhu tubuh tetap hangat.
6. Kepala bayi ditutup topi, beri oksigen bila perlu.
7. Tali pusat dalam keadaan bersih.
8. Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI.
H. WOC
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Berupa nama, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, umur, agama, alamat, waktu
kunjungan dan No. MR klien.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Berdasarkan keluhan yang di alami klien dan kondisi fisik klien.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat kesehatan yang diderita di masa lalu
3) Riwayat keluarga
Riwayat kesehatan yang dimiliki keluarga atau ada anggota keluarga yang
memiliki kondisi yang sama
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan verivikasi,
komunikasi dan dari data tentang pasien. Pengkajian ini didapat dari dua tipe yaitu data
suyektif dan dari persepsi tentang masalah kesehatan mereka dan data obyektif yaitu
pengamatan / pengukuran yang dibuat oleh pengumpul data (Potter, 2005). Pengkajian
pada pasien gastroenteritis menurut Arif Muttaqin (2011),
2. Pemeriksaan Fisik
Gambaran klinis:
a. Fisik
- Bayi kecil
- Pergerakan kurang dan masih lemah
- Kepala lebih besar dari pada badan
- Berat badan <1500 gram
b. Kulit dan kelamin
- Kulit tipis dan transparan
- Pada BBLSR mempunyai tanda-tanda kulit mengkilat dan kering.
- Lanugo banyak
- Rambut halus dan tipis
- Ginetalia belum sempurna
c. Sistem syaraf
- Refleks moro
- Refleks menghisap, menelan dan batuk belum sempurna.
d. Sistem musculoskeletal
- Axifikasi tengkorak sedikit
- Ubun-ubun dan satura lebar
- Tulang rawan kurang elastis
- Otot-otot masih hipotonik
- Tungkai abduksi
- Sendi lutut dan kaki fleksi
- Kepala menghadap satu jurusan
e. Sistem pernafasan
- Pernafasan belum teratur
- Sering mengalami apnue
- Frekuensi nafas bervariasi
- Takipnea sementara dapat dilihat, khususnya setelah kelahiran cesaria atau
presentasi bokong.
- Pola nafas diagfragmatik dan abdominal dengan gerakan singkron dari data
dan abdomen.
- Kemungkinan adanya secret, mengorok, dan cuping hidung
f. Aktifitas dan istirahat
- Bayi sadar kurang lebih hanya 2-3 jam beberapa hari pertama
- Tidur sehari rata-rata 20 jam
g. Makanan/cairan
- Nutrisi harus diperhatikan.
- Bayi kadang akan mengalami dehidrasi.
- Pemberian ASI dengan tetesan/ sonde karena refleks menelan bayi BBLSR
belum sempurna.
h. Suhu
Bayi BBLSR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuh harus
dipertahankan.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik:
K. Analisa Data
Do :
Refleks menghisap
dan menelan belum
sempurna
Daftar Pustaka
Jovan Dachi. Permasalahan berat lahir rendah. 2007. Available &om URL : http ://j o vandc.
multip ly.com/joumaUitun/4/PERMASALAHAN BERAT LAHIR NENOAH_BBLR.
NANDA NIC-NOC. 2013. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis. Jilid 1 dan 2.
Publishing Medication.
Nortlrop-Clewes CA, Ahmad N, paracha p, David IT. Impact sf health services provision on
mothers and infants in a rural village in North West Frontier province, Pakistan. public
Health Nutr I 998 ;l ( I ): 5 I -59. PubMed Abstract I pubtisher FullTex.
Ott W. Intrauterine growth retardation and preterm delivery. Am J Obstet Gy:ecol, 1993;168:
l7l0:1.
Sitohang, N A. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah. USU
Respiratory.
Tjeleyan, S, KM. 2010. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan. Faktor Risiko Dan Prognosis Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) dan Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR) dan
Kejadian Lahir Mati Di Kota Palembang Tahun 2010. Publikasi ilmiah fakultas kedokteran
Universitas sriwijaya. ISSN 0-853-1773. (3).