Laporan Pendahuluan BBLSR

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR)

OLEH

Senci Napeli Wulandari, S.Kep


1705149010048

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes YARSI SUMBAR
BUKITTINGGI
2017 / 2018
A. Definisi
Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi yang lahir dengan berat
badan 1000 gram sampai dengan 1500 gram, umumnya dengan umur kehamilan kurang
dari 37 minggu. Sekelompok populasi bayi-bayi berat lahir sangat rendah yang dapat
bertahan setelah perawatan dari NICU, memerlukan kewaspadaan ekstra dari petugas
kesehatan, dengan perhatian pada sekuele medis dan skrining perkembangan. Menurut
Nortlrop-Clewes (1998), BBLSR (Berat badan lahir sangat rendah) bila bayi Iahir dengan
berat < 1500 gram (Tjekyan, 2010).
B. Klasifikasi
Menurut Rukiyah (2010) bayi berat lahir rendah (BBLR) dapat dikelompokkan
menjadi 2 yaitu:

1. Bayi prematur sesuai masa kehamilan (SMK) terdapat derajat prematuritas di


golongkan menjadi 3 kelompok:
a. Bayi sangat prematur (extremely prematur ): 24-30 minggu.
b. Bayi prematur sedang (moderately prematur ) : 31-36 minggu.
c. Borderline Premature : 37-38 minggu. Bayi ini bersifat premature dan mature.
Beratnya seperti bayi matur akan tetapi sering timbul masalah seperti yang
dialami bayi prematur, seperti gangguan pernafasan, hiperbilirubinemia dan daya
hisap lemah.
2. Bayi prematur kecil untuk masa kehamilan (KMK) terdapat banyak istilah untuk
menunjukkan bahwa bayi KMK dapat menderita gangguan pertumbuhan di dalam
uterus (intra uterine growth retardation / IUG)seperti pseudo premature, small for
dates, dysmature, fetal malnutrition syndrome, chronis fetal distress, IUGR dan small
for gestasionalage ( SGA ). Ada dua bentuk IUGR yaitu : (Rustam, 1998)
a. Propornitinate IUGR: janin menderita distress yang lama, gangguan pertumbuhan
terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum bayi lahir. Sehingga
berat, panjang dan lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang, akan tetapi
keseluruhannya masih di bawah masa gestasi yang sebenarnya.
b. Disproportinate IUGR : terjadi akibat distress sub akut. Gangguan terjadi
beberapa Minggu dan beberapa hari sebelum janin lahir. Pada keadaan ini
panjang dan lingkaran kepala normal, akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa
gestasi. Tanda-tanda sedikitnya jaringan lemak dibawah kulit, kulit kering,
keriput dan mudah diangkat, bayi kelihatan kurus dan lebih panjang.
C. Etiologi
Menurut Gynecol (1993), berat badan lahir sangat rendah biasanya ditemui pada bayi
yang dilahirkan premature (< 37 minggu) dan kebanyakan dilahirkan di bawah usia
kehamilan 30 minggu. Penyebab lain adalah hambatan pertumbuhan dalam rahim yang
biasanya berhubungan dengan status kesehatan ibu semasa kehamilan atau terdapat
masalah pada plasenta yang merupakan alat transporbsi makanan dari ibu ke janin dalam
rahim, kebanyakan bayi dilahirkan prematur disertai dengan hambatan pertumbuhan
dalam rahim. Gabungan prematritas dan hambatan pertumbuhan dalam rahim
berhubungan erat dengan kejadian lahir mati (Tjekyan, 2010). Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi berat badan lahir, yaitu:

1. Faktor lingkungan internal


Meliputi umur ibu, jarak kelahiran, paritas, kadar hemoglobin, status gizi ibu hamil,
pemeriksaan kehamilan, dan penyakit pada saat kehamilan.
2. Faktor lingkungan eksternal
Meliputi kondisi lingkungan, asupan zat gizi dan tingkat sosial ekonomi ibu hamil.
3. Faktor penggunaan sarana kesehatan yang berhubungan frekuensi pemeriksaan
kehamilan atau antenatal care (ANC).
Faktor yang secara langsung atau internal mempengaruhi berat bayi lahir antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Usia ibu hamil
Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir. Kehamilan dibawah umur 16
tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi, 2-4 kali lebih tinggi di bandingkan
dengan 12 kehamilan pada wanita yang cukup umur. Pada umur yang masih muda,
perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi fisiologinya belum optimal. Selain
itu emosi dan kejiwaannya belum cukup matang, sehingga pada saat kehamilan ibu
tersebut belum dapat menanggapi kehamilannya secara sempurna dan sering terjadi
komplikasi. Selain itu semakin muda usia ibu hamil, maka akan terjadi bahaya bayi
lahir kurang bulan, perdarahan dan bayi lahir ringan (Poedji Rochjati, 2003).
Meski kehamilan dibawah umur sangat beresiko tetapi kehamilan diatas usia 35
tahun juga tidak dianjurkan karena sangat berbahaya. Mengingat mulai usia ini sering
muncul penyakit seperti hipertensi, tumor jinak peranakan, organ kandungan sudah
menua dan jalan lahir telah kaku. Kesulitan dan bahaya yang akan terjadi pada
kehamilan diatas usia 35 tahun ini adalah preeklamsia, ketuban pecah dini,
perdarahan, persalinan tidak lancar dan berat bayi lahir rendah (Poedji Rochjati,
2003).
2. Jarak kehamilan/kelahiran
Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi keluarga berencana
(BKKBN) jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun atau lebih, karena jarak kelahiran
yang pendek akan menyebabkan seorang ibu belum cukup untuk memulihkan kondisi
tubuhnya setelah melahirkan sebelumnya.
3. Paritas
Paritas dalam arti khusus yaitu jumlah atau banyaknya anak yang dilahirkan.
Paritas dikatakan tinggi bila seorang ibu atau wanita melahirkan anak ke empat atau
lebih. Seorang wanita yang sudah mempunyai tiga anak dan terjadi kehamilan lagi
keadaan kesehatannya akan mulai menurun, sering mengalami kurang darah
(anemia), terjadi perdarahan lewat jalan lahir dan letak bayi sungsang atau melintang.
4. Kadar hemoglobin (Hb)
Kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil sangat mempengaruhi berat bayi yang
dilahirkan. Menurut Sarwono (2007, p.448), seorang ibu hamil dikatakan menderita
anemia bila kadar hemoglobinnya dibawah 12 gr/dl. Data Depkes RI (2008) diketahui
bahwa 24,5% ibu hamil menderita anemia. Anemia pada ibu hamil akan menambah
risiko mendapatkan bayi berat lahir rendah (BBLR), risiko perdarahan sebelum dan
pada saat persalinan, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya, jika ibu
hamil tersebut menderita anemia berat (Depkes RI, 2008). Hal ini disebabkan karena
kurangnya suplai darah nutrisi akan oksigen pada plasenta yang akan berpengaruh
pada fungsi plasenta terhadap janin.

5. Status gizi ibu hamil


Status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil dapan mempengaruhi
pertumbuhan janin yang sedang dikandung (Pudjiaji, 2003). Selain itu hamil
menentukan berat bayi yang dilahirkan, maka pemantauan gizi ibu hamil sangatlah
penting dilakukan. Pengukuran antropometri merupakan salah satu cara untuk menilai
status gizi ibu hamil. Ukuran antopometri yang paling sering digunakan adalah
kenaikan berat badan ibu hamil dan ukuran lingkar lengan atas (LLA) selama
kehamilan. Lingkar Lengan Atas (LLA) adalah antropometri yang dapat
menggambarkan keadaan status gizi ibu hamil dan untuk mengetahui resiko
Kekurangan Energi Kalori (KEK) atau gizi kurang. Ibu yang memiliki ukuran
Lingkar Lengan Atas (LLA) di bawah 23,5 cm berisiko melahirkan bayi BBLR
(Depkes RI, 2008).
6. Pemeriksaan kehamilan
Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk mengenal dan mengidentifikasi masalah
yang timbul selama kehamilan, sehingga kesehatan selama ibu hamil dapat
terpelihara dan yang terpenting ibu dan bayi dalam kandungan akan baik dan sehat
sampai saat persalinan. Menurut Sarwono (2007) pemeriksaan kehamilan dilakukan
setelah terlambat haid sekurang-kurangnya 1 bulan, dan setelah kehamilan harus
dilakukan pemeriksaan secara berkala, yaitu :
a. Setiap 4 minggu sekali selama kehamilan 28 minggu
b. Setiap 2 minggu sekali selama kehamilan 28 – 36 minggu
c. Setiap minggu atau satu kali seminggu selama kehamilan 36 minggu sampai masa
melahirkan.
Selain dari waktu yang telah ditentukan di atas ibu harus memeriksakan diri apabila
terdapat keluhan lain yang merupakan kelainan yang ditemukan.
7. Penyakit kehamilan
Penyakit pada saat kehamilan yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir
diantaranya adalah Diabetes melitus (DM), cacar air, dan penyakit infeksi
TORCH(Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes). Penyakit DM adalah
suatu penyakit dimana badan tidak sanggup menggunakan gula sebagaimana
mestinya, penyebabnya adalah pankreas tidak cukup memproduksi insulin/tidak dapat
menggunakan insulin yang ada. Bahaya yang timbul akibat DM diantaranya adalah
bagi ibu hamil bisa mengalami keguguran, persalinan prematur, bayi lahir mati, bayi
mati setelah lahir (kematian perinatal) karena bayi yang dilahirkan terlalu besar lebih
dari 4000 gram dan kelainan bawaan pada bayi (Poedji Rochjati, 2003).
Penyakit infeksi TORCH adalah suatu istilah jenis penyakit infeksi yaitu
Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakit ini sama
bahayanya bagi ibu hamil yaitu dapat menganggu janin yang dikandungnya. Bayi
yang dikandung tersebut mungkin akan terkena katarak mata, tuli, Hypoplasia
(gangguan pertumbuhan organ tubuh seperti jantung, paru-paru, dan limpa). Bisa juga
mengakibatkan berat bayi tidak normal, keterbelakangan mental, hepatitis, radang
selaput otak, radang iris mata, dan beberapa jenis penyakit lainnya (Sarwono, 2007).
Faktor faktor yang mempengaruhi berat bayi lahir secara tidak langsung/ eksternal dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Faktor lingkungan yang meliputi kebersihan dan kesehatan lingkungan serta
ketinggian tempat tinggal.
2. Faktor ekonomi dan sosial meliputi jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan
pengetahuan ibu hamil.

D. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLSR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum
cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir
cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil dari
masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 1.500 gram. Masalah ini terjadi karena adanya
gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit
ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang
menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir
normal. Kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit,
dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan
melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat dari pada ibu dengan kondisi kehamilan yang
sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan
bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu
menderita anemia. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi atau penyusutan besi sehingga
hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang
normal.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan
kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, dan BBLR. Hal ini
menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna
lebih tinggi, sehingga kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan premature juga lebih
besar (Nelson, 2010).
E. Menisfestasi Klinis
Menurut Maryunani dkk, (2009) adapun tanda dan gejala yang terdapat pada bayi
dengan bayi berat lahir rendah (BBLR ) adalah :

1. Berat badan < 1500 gram


2. Letak kuping menurun
3. Pembesaran dari satu atau dua ginjal
4. Ukuran kepala kecil
5. Masalah dalam pemberian makan (refleks menelan dan menghisap kurang)
6. Suhu tidak stabil (kulit tipis dan transparan)

F. Komplikasi
Beberapa masalah kesehatan sering muncul dan menyertai BBLSR paska
kelahirannya. Penyebab utama munculnya komplikasi tersebut adalah imaturitas sehingga
terjadi kelainan akibat proses transisi dari lingkungan intrauterin ke lingkungan dunia
luar. Beberapa kelainan tersebut antara lain dapat berupa imaturitas mulai dari sistem
syaraf pusat (otak), sistem pencernaan, sistem imun, paru-paru, sistem perkemihan, serta
kekurangmampuan dalam mengontrol gula darah (hipoglikemia) dan suhu (hipotermi). Di
Amerika Serikat BBLSR sekitar 85% dapat dipulangkan setelah dirawat di NICU namun
2-5 % meninggal dalam dalam 2 tahun pertama akibat komplikasi BBLSR jangka
panjang (Eichenwald dan Stark, 2008). Pada tabel 2.6 menjelaskan komplikasi jangka
pendek dan jangka panjang.

Intoleransi makanan atau feeding intolerane dan EKN sangat sering terjadi pada
BBLSR dan merupakan salah satu penyulit dalam tatalaksana BBLSR di perawatan
NICU. Kelainan gastrointertinal lain yang sering muncul pada BBLSR yaitu
hiperbillirubinemia yang bisa disebabkan karena beberapa hal yang bermanifestasi
dengan keluhan kuning ataupun BAB dempul. Kelainan gastroinstestinal tersebut
termasuk dalam komplikasi jangka pendek BBLSR yang sering muncul pada saat bayi
tersebut masih dirawat di rumah sakit. Bahkan ketika setelah bayi sudah dipulangkan,
komplikasi jangka panjang dapat saja muncul belakangan dikarenakan permasalah
imaturitas pada sistim GIT tersebut antara lain yang sering muncul adalah gagal tumbuh
yang disebabkan karena nutrisi yang tidak adekuat yang disebabkan karena gangguan
pencernaan serta infeksi hepatal yang berlangsung lama dan menyebabkan kolestasis
(Eichenwald dan Stark, 2008).
Enterokolitis nektrotik adalah sebuah sindrom atau kumpulan gejala inflamasi dan
nekrosis dari usus kecil maupun usus besar muncul pada BBLSR dengan insidensi 5-
10%. Namun angka kematian cenderung tinggi yaitu sekitar 15-30% dari BBLSR yang
terkena EKN serta sisanya yang hidup lebih berisiko terhadap gangguan
neurodevelopmental jika dibandingkan BBLSR tanpa EKN. Penyakit ini terutama terjadi
setelah BBLSR mendapat makanan enteral. Perkembangan dunia medis telah
meningkatkan tatalaksana EKN pada BBLSR dengan bowel rest, antibiotik dan sekitar
20-40% menjalani operasi akibat nekrosis dan perforasi usus. Angka mortalitas post
operasi pada EKN cenderung tinggi yaitu berkisar 50% dan meningkat dengan semakin
bertambahnya usia bayi. Komplikasi operasi juga dapat menyebabkan sindrom usus
pendek atau short bowel syndrome yang berakibat defisiensi nutrisi dan gagal tumbuh.
Patogenesis dari EKN belum sepenuhnya dimengerti. Faktor yang diduga menjadi
penyebab adalah perpaduan sebab dari imaturitas fungsi GIT(motilitas, kemampuan
digesti, dan sistem imun GIT) dan kolonisasi bakteri usus (Eichenwald dan Stark, 2008).

G. Penatalaksanaan Medis
Sebagai konsekuensi dari imaturitas sistem organ pada BBLSR yang belum siap
menghadapi dunia ekstrauterine ditambah kondisi lingkungan yang jauh berbeda dengan
lingkungan intrauterin, tatalaksana BBLSR memerlukan perawatan intensif dan
dukungan berbagai macam intervensi (Carlo et al., 2004; Bissinger danAnnibale, 2010;
Adamkin, 2009; Ehrenkranzet al., 1999), yaitu :
1. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. BBLSR mudah mengalami hipotermi,
oleh sebab itu suhu tubuh bayi harus dipertahankan dengan ketat.
2. Mencegah infeksi dengan ketat. BBLSR sangat rentan dengan infeksi,
memperhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan
sebelum memegang bayi.
3. Pengawasan nutrisi (ASI). Refleks menelan BBLR belum sempurna, oleh sebab itu
pemberian nutrisi dilakukan dengan cermat.
4. Penimbangan ketat. Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan dilakukan dengan
ketat.
5. Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan bersih, pertahankan
suhu tubuh tetap hangat.
6. Kepala bayi ditutup topi, beri oksigen bila perlu.
7. Tali pusat dalam keadaan bersih.
8. Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI.

H. WOC
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Berupa nama, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, umur, agama, alamat, waktu
kunjungan dan No. MR klien.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Berdasarkan keluhan yang di alami klien dan kondisi fisik klien.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat kesehatan yang diderita di masa lalu
3) Riwayat keluarga
Riwayat kesehatan yang dimiliki keluarga atau ada anggota keluarga yang
memiliki kondisi yang sama
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan verivikasi,
komunikasi dan dari data tentang pasien. Pengkajian ini didapat dari dua tipe yaitu data
suyektif dan dari persepsi tentang masalah kesehatan mereka dan data obyektif yaitu
pengamatan / pengukuran yang dibuat oleh pengumpul data (Potter, 2005). Pengkajian
pada pasien gastroenteritis menurut Arif Muttaqin (2011),
2. Pemeriksaan Fisik
Gambaran klinis:
a. Fisik
- Bayi kecil
- Pergerakan kurang dan masih lemah
- Kepala lebih besar dari pada badan
- Berat badan <1500 gram
b. Kulit dan kelamin
- Kulit tipis dan transparan
- Pada BBLSR mempunyai tanda-tanda kulit mengkilat dan kering.
- Lanugo banyak
- Rambut halus dan tipis
- Ginetalia belum sempurna
c. Sistem syaraf
- Refleks moro
- Refleks menghisap, menelan dan batuk belum sempurna.
d. Sistem musculoskeletal
- Axifikasi tengkorak sedikit
- Ubun-ubun dan satura lebar
- Tulang rawan kurang elastis
- Otot-otot masih hipotonik
- Tungkai abduksi
- Sendi lutut dan kaki fleksi
- Kepala menghadap satu jurusan
e. Sistem pernafasan
- Pernafasan belum teratur
- Sering mengalami apnue
- Frekuensi nafas bervariasi
- Takipnea sementara dapat dilihat, khususnya setelah kelahiran cesaria atau
presentasi bokong.
- Pola nafas diagfragmatik dan abdominal dengan gerakan singkron dari data
dan abdomen.
- Kemungkinan adanya secret, mengorok, dan cuping hidung
f. Aktifitas dan istirahat
- Bayi sadar kurang lebih hanya 2-3 jam beberapa hari pertama
- Tidur sehari rata-rata 20 jam
g. Makanan/cairan
- Nutrisi harus diperhatikan.
- Bayi kadang akan mengalami dehidrasi.
- Pemberian ASI dengan tetesan/ sonde karena refleks menelan bayi BBLSR
belum sempurna.
h. Suhu
Bayi BBLSR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuh harus
dipertahankan.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik:

a. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3 , netrofil meningkat sampai 23.000-


24.000/mm3 , hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
b. Hematokrit (Ht) : 43%-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan
polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal/
perinatal).
c. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia
atau hemolisis berlebihan).
d. Urinalisis: mengkaji homeostatis.
e. Jumlah trombosit (normal: 200000 - 475000 mikroliter): Trombositopenia
mungkin menyertai sepsis.
f. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12
mg/dl pada 3-5 hari.
g. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-
rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
h. Pemantauan elektrolit (Na, K, CI) : biasanya dalam batas normal pada awalnya.
i. Pemeriksaan analisa gas darah.
j. EKG, EEG, USG, angiografi: defek kongenital atau komplikasi.
J. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas b/d maturitas pusat pernapasan, keterbatasan
perkembangan otot, penurunan energy/kelelahan dan ketidakseimbangan metabolik.
2. Resiko tinggi ketidakefektifan termoregulasi b/d perkembangan SSP matur (pusat
regulasi suhu), penurunan rasio massa tubuh pada area permukaan dan penurunan
lemak sub kutan.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d immaturitas organ tubuh.
4. Kerusakan integritas kulit b/d kapiler rapuh dekat permukaan kulit.
5. Resiko tinggi infeksi b/d respon imun imatur.

K. Analisa Data

No Data Etilogi Masalah

1 Ds : Maturitas pusat Ketidakefektifan pola


Biasanya ibu klien
pernapasan, nafas
mengeluh anaknya sulit
keterbatasan
untuk bernafas dan
perkembangan otot,
sesak.
penurunan
Do :
energy/kelelahan
 Pernafasan belum dan
teratur ketidakseimbangan
 Sering mengalami
metabolik.
apnue
 Frekuensi nafas
bervariasi
 Takipnea sementara
dapat dilihat
 Pola nafas
diagfragmatik dan
abdominal dengan
gerakan singkron
dari data dan
abdomen.
2 Ds : Perkembangan SSP Resiko tinggi
Biasanya ibu klien
matur (pusat ketidakefektifan
mengeluh suhu tubuh
regulasi suhu), termoregulasi
anaknya dingin dan
penurunan rasio
tampak pucat.
massa tubuh pada
Do : area permukaan dan
Biasanya bayi BBLSR penurunan lemak
sering mengalami sub kutan.
hipotermi

3 Ds : Immaturitas organ Ketidakseimbangan


Biasanya ibu klien
tubuh. nutrisi kurang dari
mengeluh anaknya tidak
kebutuhan tubuh
mau minum susu dan
tidak ada kemampuan
untuk menghisap.

Do :

 Refleks menghisap
dan menelan belum
sempurna

 Bayi terkadang akan


mengalami dehidrasi

4 Ds : Kapiler rapuh dekat Kerusakan integritas


Bisanya ibu klien
permukaan kulit. kulit
mengeluh bahwa kulit
anaknya sangat tipis dan
kering
Do :

 Kulit tipis dan


transparan
 Pada BBLSR
mempunyai tanda-
tanda kulit mengkilat
dan kering.

5 Ds: Respon imun Resiko tinggi infeksi


Biasanya ibu klien
imatur.
mengeluh anaknya
lemah
Do:
Jumlah sel darah putih :
18.000/mm3 , netrofil
meningkat sampai
23.000-24.000/mm3 ,
hari pertama setelah
lahir (menurun bila ada
sepsis).

Daftar Pustaka
Jovan Dachi. Permasalahan berat lahir rendah. 2007. Available &om URL : http ://j o vandc.
multip ly.com/joumaUitun/4/PERMASALAHAN BERAT LAHIR NENOAH_BBLR.
NANDA NIC-NOC. 2013. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis. Jilid 1 dan 2.
Publishing Medication.
Nortlrop-Clewes CA, Ahmad N, paracha p, David IT. Impact sf health services provision on
mothers and infants in a rural village in North West Frontier province, Pakistan. public
Health Nutr I 998 ;l ( I ): 5 I -59. PubMed Abstract I pubtisher FullTex.
Ott W. Intrauterine growth retardation and preterm delivery. Am J Obstet Gy:ecol, 1993;168:
l7l0:1.
Sitohang, N A. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah. USU
Respiratory.
Tjeleyan, S, KM. 2010. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan. Faktor Risiko Dan Prognosis Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) dan Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR) dan
Kejadian Lahir Mati Di Kota Palembang Tahun 2010. Publikasi ilmiah fakultas kedokteran
Universitas sriwijaya. ISSN 0-853-1773. (3).

Anda mungkin juga menyukai