LP Asma Bronkial

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 48

RESUME KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN DIAGNOSA ASMA

BRONKIAL DI WILAYAH KERJA DESA HATIVE BESAR


KECAMATAN TELUK AMBON

GEBRIELA S LELAPARY

NS0619015

CI INSTITUSI

(…………………………...........................)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

NANI HASANUDDIN

MAKASSAR

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

KELUARGA

1. Konsep Dasar Keluarga

A. Definisi

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat terdiri atas kepala

keluarga, serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal dalam satu atap

dalam keadaan saling ketergantungan (Soetjeningsih, 2010).

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan

ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual

dan material yang layak, bertakwa kepada Tuhan, memiliki hbungan yang

selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta

lingkungannya. (Menurut BKKBN, 2011).

B. Tipe Keluarga

Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

1. Keluarga inti (nuclear family)

Keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari

keturunannya atau adopsi atau keduanya.

2. Keluarga besar (extended family)

Keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai

hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi).


Dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa

individualisme, pengelompokan tipe keluarga selain kedua diatas

berkembang menjadi :

1. Keluarga bentukan kembali (dyadic family)

Keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau

kehilangan pasangannya.

2. Orang tua tunggal (single parent family)

Keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat

perceraian atau ditinggal pasangannya.

3. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother).

4. Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa

pernah menikah (the single adult living alone).

5. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non-marital

heterosexual cohabiting family).

6. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay

and lesbian family).

C. Tahap Perkembangan Keluarga

Ada perbedaan pembagian tahap perkembangan menurut Carter dan

McGoldrick dan Duvall , yaitu sebagai berikut :

Carter dan McGoldrick Duvall

(family therapy perspective) (sociological perspective)


1. Keluarga antara : masa bebas Tidak diidentifikasi karena periode waktu antara

(pacaran) dewasa muda dewasa dan menikah tak dapat ditentukan

2. Terbentuknya keluarga baru 1. Keluarga baru menikah

melalui suatu perkawinan

3. Keluarga yang memiliki anak 2. Kelurga dengan anak baru lahir (usia anak

usia muda (anak usia bayi tertua sampai 30 bulan)

sampai usia sekolah) 3. Kelurga dengan anak prasekolah (usia anak

tertua 2,5 s/d 5 tahun)

4. Keluarga dengan anak usia sekolah (usia

anak tertua 6 – 12 tahun)

4. Keluarga yang memiliki anak 5. Keluarga dengan anak remaja (usia anak

dewasa tertua 13 – 20 tahun)

5. Keluarga yang mulai melepas 6. Keluarga mulai melepas anak sebagai

anaknya untuk keluar rumah dewasa (anak anaknya mulai meninggalkan

rumah)

7. Keluarga yang hanya terdiri dari orang tua

saja / keluarga usia pertengahan (semua

anak meninggalkan rumah)

6. Keluarga lansia 8. Keluarga Lansia


Berikut ini adalah tugas perkembangan keluarga sesuai tahap

perkembangannya :

Tahap perkembangan Tugas perkembangan (utama)

1. Keluarga baru menikah  Membina hubungan intim yang memuaskan

 Membina hubungan dengan keluarga lain, teman,

dan kelompok social

 Mendiskusikan rencana memiliki anak

2. Keluarga dengan anak  Mempersiapkan menjadi orang tua

baru lahir  Adaptasi dengan perubahan adanya anggota

keluarga, interaksi keluarga, hubungan seksual,

dan kegiatan

 Mempertahankan hubungan dalamrangka

memuaskan pasangannya

3. Keluarga dengan anak  Memenuhi kebutuhan anggota keluarga

usia pra-sekolah  Membantu anak untuk bersosialisasi

 Beradaptasi dengan anak yang baru lahir,

kebutuhan anak yang lain harus terpenugi

 Mempertahankan hubungan yang sehat

 Pembagian waktu untuk individu, pasangan, anak.

 Pembagian tanggungjawab anggota keluarga


 Merencanakan kegiatan dan waktu untuk

menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan

anak

4. Keluarga dengan anak  Membantu sosialisasi anak

usia sekolah  Mempertahankan keintiman pasangan

 Memenuhi kebutuhan yang meningkat

5. Keluarga dengan anak  Memberikan kebebasan yang seimbang dan

remaja bertanggung jawab

 Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga

 Mempertahankan komunikasi terbuka

 Mempersiapkan perubahan sistem peran dan

peraturan anggota keluarga

6. Keluarga mulai  Memperluas jaringan keluarga

melepas anak sebagai  Mempertahankan keintiman pasangan

dewasa  Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga

baru di masyarakat

 Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan di

rumah

7. Keluarga usia  Mempertahankan kesehatan individu dan

pertengahan pasangan

 Mempertahankan hubungan yang serasi dan


memuaskan dengan anak-anak dan sebaya

 Meningkatkan kekaraban pasangan

8. Keluarga usia tua  Mempertahankan suasana kehidupan rumah

tangga yang saling menyenangkan pasangannya

 Adaptasi dengan perubahan yang terjadi :

kehilangan pasangan, kekuatan fisik, penghasilan

keluarga.

 Mempertahankan keakraban pasangan dan saling

merawat

 Melakukan life review masa lalu

D. Struktur Keluarga

Menurut Parad dan Caplan yang diadopsi oleh Friedman mengatakan ada

empat elemen struktur keluarga, yaitu :

1. Struktur peran keluarga

Menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam keluarga

sendiri dan perannya di lingkungan masyarakat atau peran formal dan

informal.

2. Nilai atau norma keluarga

Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini oleh

keluarga khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.


3. Pola komunikasi keluarga

Menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah ibu, orang

tua dengan anak, anak dengan anak, dan anggota keluarga lain (pada

keluarga besar) dengan keluarga inti.

4. Struktur kekuatan keluarga

Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi

dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang

mendukung kesehatan.

Berdasarkan keempat elemen dalam struktur keluarga, diasumsikan bahwa

(Leslie & Korman, 1989; Parsons & Bales, 1955) :

1. Keluarga merupakan system social yang memiliki fungsi sendiri.

2. Keluarga merupakan system social yang mampu menyelesaikan masalah

individu dan lingkungannya.

3. Keluarga merupakan suatu kelompok kecil yang dapat mempengaruhi

kelompok lain.

4. Perilaku individu yang ditampakkan merupakan gambaran dari nilai dan

norma yang berlaku dalam keluarga.

Di Indonesia keluarga dikelompokan menjadi 5 tahap, yaitu :

1. Keluarga Pra-sejahtera
Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal,

kebutuhan pengajaran agama, pangan, sandang, papan dan kesehatan,

atau keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih

indikator keluarga sejahtera tahap I.

2. Keluarga Sejahtera Tahap I (KS I)

Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal,

tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial

psikologisnya, yaitu kebutuhan pendidikan, KB, interaksi dalam

keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal, dan transportasi.

Indikator Keluarga Sejahtera Tahap I :

 Melaksanakan ibadah menurut agama masing-masing yang dianut.

 Makan 2x sehari atau lebih.

 Pakaian yang berbeda intuk berbagai keperluan.

 Lantai rumah bukan dari tanah.

 Kesehatan (anak sakit / pasangan usia subur (PUS) ingin ber-KB

dibawa ke sarana / petugas kesehatan).

3. Keluarga Sejahtera Tahap II (KS II)

Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal,

dan dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi

belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, yaitu : kebutuhan

menabung dan memperoleh informasi.


Indikator Keluarga Sejahtera Tahap II :

 Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut

agama masing-masing yang dianut.

 Makan daging / ikan / telur sebagai lauk pauk, paling kurang 1x

dalam seminggu.

 Memperoleh pakaian baru dalam 1 tahun terakhir.

 Luas lantai tiap penghuni rumah 8 M2 perorang.

 Anggota keluarga sehat dalam 3 bulan terakhir sehingga dapat

melaksanakan fungsi masing-masing.

 Keluarga yang berumur 15 tahun ke atas mempunyai penghasilan

tetap.

 Bisa baca tulis latinbagi setiap anggota keluarga dewasa yang

berumur 10 – 60 tahun.

 Anak usia sekolah (7-15 tahun) bersekolah.

 Anak hidup 2 atau lebih, keluarga masih PUS, saat ini memakai

kontrasepsi.

4. Keluarga Sejahtera Tahap III (KS III)

Keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar,

kebutuhan sosial psikologisnya, dan dapat memenuhi kebutuhan

pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi)

yang maksimal terhadap masyarakat secara teratur (dalam waktu

tertentu) dalam bentuk material dan keuangan untuk social


kemasyarakatan, juga berperan serta secara aktif dengan menjadi

pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan social, keagamaan,

kesenian, olahraga, pendidikan, dan lain sebagainya.

Indikator Keluarga Sejahtera Tahap III:

 Upaya keluarga untuk meningkatkan / menambah pengetahuan

agama.

 Keluarga mempunyai tabungan.

 Makan bersama paling kurang sekali sehari.

 Ikut serta dalam kegiatan masyarakat.

 Rekreasi bersama/penyegaran paling kurang dalam 6 bulan.

 Memperoleh berita dari surat kabar, radio, televise, dan majalah.

 Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi.

5. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus (KS III Plus)

Keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang

bersifat dasar, kebutuhan sosial psikologisnya, maupun

pengembangan,serta telah mampu memberikan sumbangan yang nyata

dan berkelanjutan bagi masyarakat.

Indikator Keluarga Sejahtera Tahap III Plus:

 Memberikan sumbangan secara teratur (waktu tertentu) dan

sukarela dalam bentuk material kepada masyarakat.

 Aktif sebagai pengurus yayasan/panti.


Berdasarkan intruksi Presiden Nomor 3 tahun 1996 tentang Pembangunan

Keluarga Sejahtera Dalam Rangka Peningkatan Penanggulangan

Kemiskinan, Keluarga miskin adalah keluarga prasejahtera dan keluarga

sejahtera I (KS I).

Kesejahteraan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menetapkan 9

indikator keluarga miskin.

Indikator Keluarga Miskin ;

 Tidak bisa Makan 2x sehari atau lebih.

 Tidak bisa menyediakan daging / ikan / telur sebagai lauk pauk,

paling kurang seminggu sekali.

 Tidak bisa memiliki Pakaian yang berbeda untuk setiap aktivitas.

 Tidak bisa Memperoleh pakaian baru minimal 1 stel setahun sekali.

 Bagian terluas lantai rumah dari tanah.

 Luas lantai rumah kurang dari 8 M2untuk setiap penghuni rumah.

 Tidak ada anggota keluarga berusia 15 tahun mempunyai

penghasilan tetap.

 Bila anak sakit/PUS ingin ber-KB tidak bisa ke fasilitas kesehatan.

 Anak berumur 7-15 tahuntidak bersekolah.

E. Fungsi Keluarga

Secara umum fungsi keluarga (Friedman, 1998) adalah sevagai berikut :

1. Fungsi afektif (the affective function)


Fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu

untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.

Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang

merupakan basis kekuatan keluarga.

Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan

psikososial anggota keluarga.Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif

tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota

keluarga.Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang

positif.Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi

dan hubungan dalam keluarga.Dengan demikian, keluarga yang berhasil

melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat

mengembangkan konsep diri positif.

Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan

fungsi afektif adalah :

 Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling

mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan

dukungan dari anggota yang lain. Maka, kemampuannya untuk

memberikan kasih sayang akan meningkat, yang pada akhirnya

tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan

intim di dalam keluarga merupakan modal dasar dalam memberi

hubungan dengan orang lain diluar keluarga/masyarakat.


 Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan

mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu

mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi afektif akan

tercapai.

 Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan

sepakat memulai hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga

dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada

berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus

mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anak-

anak dapat meniru tingkah laku yang positif dari kedua

orangtuanya.

Fungsi afektif merupakan “sumber energi” yang menentukan

kebahagiaan keluarga.Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah

keluarga, timbul karena fungsi afektif di dalam keluarga tidak terpenuhi.

2. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social

placement function)

Fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk

berkehidupan social sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan

dengan orang lain di luar rumah.

Soialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang

dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan

dalam lingkungan sosial (Friedmann 1986).Sosialisasi dimulai sejak


manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar

bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu

dan orang-orang yang disekitarnya. Kemudian beranjak balita dia mulai

belajar bersosialisasi dengan lingkungan sekitar meskipun demikian

keluarga tetap berperan penting dalam bersosialisasi.Keberhasilan

perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau

hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam

sosialisasi.Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-norma,

budaya, dan perilaku melalui hubungan dan interaksi keluarga.

3. Fungsi reproduksi (the reproductive function)

Fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga

kelangsungan keluarga.

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah

sumber daya manusia.Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah,

selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk

membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan.

4. Fungsi ekonomi (the economic function)

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara

ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu

meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti

memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal.

Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan yang tidak


seimbang antara suami dan istri, hal ini menjadikan permasalahan yang

berujung pada perceraian.

5. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan (the health care function)

Fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota

keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.Fungsi ini

dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.

Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan

praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan

kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit.Kemampuan

keluarga dalam mmberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status

kesehatan keluarga.Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan

kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang

dilaksanakan.Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti

sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.

Dengan berubahnya pola hidup agraris menjadi industrialisasi, fungsi

keluarga dikembangkan menjadi :

1. Fungsi ekonomi : keluarga diharapkan menjadi keluarga yang produktif

yang mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan memanfaatkan

sumber daya keluarga.

2. Fungsi mendapatkan status sosial : keluarga yang dapat dilihat dan

dikategorikan strata sosialnya oleh keluarga lain yang berada

disekitarnya.
3. Fungsi pendidikan : keluarga yang mempunyai peran dan tanggung

jawab yang besar terhadap pendidikan anak-anaknya untuk menghadapi

kehidupan dewasanya.

4. Fungsi sosialisasi bagi anaknya : orang tua atau keluarga diharapkan

mampu menciptakan kehidupan social yang mirip dengan luar rumah.

5. Fungsi pemenuhan kesehatan : keluarga diharapkan dapat memenuhi

kebutuhan kesehatan yang primer dalam rangka melindungi dan

pencegahan terhadap penyakit yang mungkin dialami keluarga.

6. Fungsi religius : keluarga merupakan tempat belajar tentang agama dan

mengamalkan ajaran keagamaan.

7. Fungsi rekreasi : keluarga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan

yang dapat mengurangi ketegangan akibat berada di luar rumah.

8. Fungsi reproduksi : bukan hanya mengembangkan keturunan, tetapi juga

merupakan tempat mengembangkan fungsi reproduksi secara universal

(menyeluruh), diantaranya : seks yang sehat dan berkualitas pendidikan

seks bagi anak, dan yang lain.

9. Fungsi afeksi : keluarga merupakan tempat yang utama untuk

pemenuhan kebutuhan psikososial sebelum anggota keluarga berada di

luar rumah.
F. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas

dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi :

1. Mengenal masalah kesehatan keluarga.

2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.

3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.

4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.

5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.

G. Keluarga Sebagai Sistem

Sistem secara umum adalah kumpulan dari beberapa bagian fungsional

yang saling berhubungan dan tergantung satu dengan yang lain dalam waktu

tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Alasan keluarga disebut sebagai sistem adalah sebagai berikut:

1. Keluarga mempunyai subsistem; anggota, fungsi, peran aturan, budaya

dan lainnya yang dipelajari dan dipertahankan dalam kehidupan

kleuarga.

2. Terdapat saling berhubungan dan ketergantungan antar-subsistem.

3. Merupakan unit (bagian ) terkecil dari masyarakat yang dapat

mempengaruhi supra-sistemnya (masyarakat).


Seperti pada umumnya suatu sistem, keluarga juga mempunyai

komponen-komponen sistem. Komponen dalam sistem keluarga sebagai

berikut :

Lingkungan

Masukan Proses Luaran

Umpan balik

Keterangan :

 Masukan (input), terdiri dari : anggota keluarga, struktur keluarga, fungsi

keluarga, aturan dari lingkungan (masyarakat) sekitar (luas), budaya, agama, dan

sebagainya.

 Proses (throughput) merupakan proses yang terjadi dalam melaksanakan fungsi

keluarga.

 Luaran (output) adalah hasil dari suatu proses yang berbentuk perilaku keluarga :

perilaku social, perilaku kesehatan, perilaku keagamaan, perilaku sebagai warga

Negara, dan yang lain.


 Umpan balik (feedback) adalah sebagai pengontrol dalam masukan dan proses

yang berasal dari perilaku keluarga yang ditampakkan pada

lingkungan/masyarakat di sekitarnya.

Keluarga sebagai sistem mempunyai karakteristik dasar yang dapat

dikelompokkan sebagai berikut :

 Keluarga sebagai sistem terbuka

Suatu sistem yamg mempunyai kesemapatan dan mau menerima atau

memperhatikan lingkungan (masyarakat) sekitarnya.

 Keluarga sebagai sistem tertutup

Suatu sistem yang kurang mempunyai kesempatan, kurang mau menerima atau

memberi perhatian kepada lingkungan (masyarakat) sekitarnya.

Berikut ini keluarga sebagai sistem memengaruhi suprasistem (masyarakat).

Masyarakat luas

Komunitas

Sistem
yang lain
Sistem Sistem
kesehatan kesehatan

Keluarga dengan
karakteristiknya

Sistem Sistem
kesehatan kesehatan
Karakteristik keluarga sebagai sistem :

Sistem Terbuka Sistem Tertutup

Pola Komunikasi Langsung, jelas, spesifik, Tidak langsung, tidak

Keluarga tulus, jujur, tanpa hambatan. jelas, tidak spesifik,

tidak selaras, sering

menyalahkan, kacau,

membingungkan.

Aturan Keluarga  Hasil musyawarah, tak  Ditentukan tanpa

tertinggal zaman, berubah musyawarah, tidak

sesuai kebutuhan keluarga. sesuai

 Bebas mengeluarkan perkembangan,

pendapat mengikat, tidak

sesuai kebutuhan.

 Pendapat terbatas

Perilaku Anggota  Sesuai dengan kemampuan  Memiliki sikap

Keluarga keluarga, memiliki melawan, kacau,

kesiapan, mampu tidak siap (selalu

berkembang sesuai tergantung), tidak


kondisi. berkembang.

 Harga diri, percaya diri  Harga diri : kurang

meningkat dan mampu percaya diri (ragu-

mengembangkan dirinya. ragu), kurang

mendapat dukungan

untuk

mengembangkan

diri.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

1. Pengkajian

Pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga

Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan

melalui ppraktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan

untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan. Secara umum, tujuan asuhan

keperawatan keluarga adalah ditingkatkannya kemampuan keluarga dalam

mengatasi masalah kesehatannya secara mandiri. (Suprajitno, 2004, Hal. 27)

Norma yang digunakan untuk menentukan status kesehatan keluarga adalah :

a. Keadaan kesehatan normal dari setiap anggota keluarga.


b. Keadaan rumah dan lingkungannya yang membawa kepada peningkatan

kesejahteraan keluarga.

c. Sifat keluarga, dinamika dan tingkat kemampuan keluarga yang dapat

membawa kepada perkembangan keluarga dan prilaku sehat.

Yang termasuk dalam tahap ini adalah :

a. Pengumpulan Data

Dapat dilakukan dengan cara :

1) Wawancara, yang berkaitan dengan hal-hal yang perlu diketahui, baik

aspek fisik, mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan, dan sebagainya.

2) Pengamatan, terhadap hal-hal yang tidak perlu dinyatakan.

3) Study dokumentasi, misalnya yang berkaitan dengan perkembangan

kesehatan anak di antaranya KMS, kartu keluarga dan catatan kesehatan

lainnya.

4) Pemeriksaan fisik, dilakukan terhadap anggota keluarga yang mempunyai

masalah kesehatan dan keperawatan berkaitan dengan keadaan fisik.

Adapun data-data yang dikumpulkan meliputi hal-hal sebagai berikut :

1) Identitas keluarga

2) Riwayat kesehatan keluarga baik yang sedang dialami maupun yang pernah

dialami.

3) Anggota keluarga

4) Jarak antara lokasi dan fasilitas kesehatan masyarakat yang ada


5) Keadaan lingkungan meliputi biologis, psikologis, sosial, kultural,

spiritual, lingkungan, dan data penunjang lainnya.

b. Analisa Data

Di dalam menganalisa data ada 3 norma yang perlu diperhatikan dalam melihat

perkembangan kesehatan keluarga yaitu :

1) Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga

2) Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan yang meliputi rumah, sumber air

minum, jamban keluarga, tempat pembuangan air limbah dan penempatan

penerangan yang ada.

3) Karakteristik keluarga.

c. Perumusan Masalah

Setelah data dianalisis, maka selanjutnya dapat dirumuskan masalah kesehatan

dalam keperawatan keluarga dapat menggambarkan keadaan kesehatan dan status

kesehatan keluarga. Karena merupakan hasil pemikiran dan pertimbangan yang

mendalam tentang situasi kesehatan lingkungan, norma, nilai, kultur yang dianut

oleh keluarga tersebut.

Dalam menyusun masalah kesehatan dan keperawatan keluarga, seorang

perawat selalu mengacu kepada tipologi masalah kesehatan dan keperawatan.

Tipologi masalah keluarga ada 3 kelompok masalah besar yaitu :

1) Ancaman kesehatan

2) Kurang/tidak sehat

3) Situasi krisis
Masalah keperawatan yang dapat muncul yaitu : ketidakmampuan keluarga dalam

melaksanakan tugas-tugas kesehatan dan keperawatan.

1) Ketidaksanggupan mengenal masalah kesehatan keluarga disebabkan karena :

a) Kurang pengetahuan / ketidaktahuan fakta

b) Rasa takut akibat masalah diketahui

c) Sikap dan falsafah hidup

d) Prioritas masalah

e) Menegakkan diagnosa keperawatan

2) Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam mengambil tindakan

tepat, disebabkan karena :

a) Tidak memahami, mengenal sifat berat dan luasnya masalah

b) Masalah tidak begitu menonjol

c) Keluarga tidak sanggup memecahkan masalah karena kurang pengetahuan dan

kurangnya sumber data keluarga

d) Takut dari akibat tindakan, fasilitas kesehatan tidak terjangkau

3) Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit disebabkan karena :

a) Tidak mengetahui keadaan penyakit

b) Tidak mengetahui tentang perkembangan perawatan yang dibutuhkan

c) Kurang / tidak sehat terhadap fasilitas yang diperlukan untuk perawatan

d) Tidak seimbang sumber-sumber yang ada dalam keluarga

4) Ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi

kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga disebabkan karena :


a) Sumber-sumber keluarga tidak cukup di antaranya keluarga, tanggung jawab

dan keadaan fisik rumah yang tidak memenuhi syarat

b) Kurang dapat melihat keuntungan dan pemeliharaan lingkungan rumah

c) Ketidaktahuan tentang pentingnya sanitasi lingkungan

d) Sikap dan pandangan hidup

5) Ketidaktahuan menggunakan sumber di masyarakat guna memelihara kesehatan

disebabkan karena :

a) Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada

b) Tidak memahami keuntungan yang diperoleh

c) Kurang percaya terhadap petugas kesehatan

d) Tidak ada fasilitas yang diperlukan

e) Sikap dan fasilitas hidup

2. Prioritas Masalah

Setelah menentukan masalah atau diagnosa keperawatan, langkah selanjutnya

adalah menentukan prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga. Dalam

menyusun prioritas masalah kesehatan keperawatan keluarga harus disarankan

kepada beberapa kriteria sebagai berikut :


PRIORITAS MASALAH

No. Kriteria

1. Sifat masalah .............................................................................. 1

Skala :

Ancaman kesehatan .................. 2

Tidak / kurang sehat ................... 3

Krisis ........................................... 1
2.
Kemungkinan masalah dapat diubah .......................................... 2

Skala :

Dengan mudah ........................... 2

Hanya sebagian .......................... 1

Tidak dapat ................................. 0


3.
Potensi masalah untuk diubah ..................................................... 1

Skala :

Tinggi .......................................... 3

Cukup ......................................... 2

Rendah ....................................... 1

4.

Menonjolnya masalah .................................................................... 1

Skala :

Masalah berat harus ditangani ... 2


Masalah yang tidak perlu

segera ditangani .......................... 1

Masalah tidak dirasakan .............. 0

skor
Kemudian skoring = × bobot
angkatertinggi

Di mana skor tertinggi adalah 5 dan semua untuk seluruh bobot.

3. Perencanaan

Langkah setelah pengkajian adalah menyusun perencanaan keperawatan

kesehatan dan keperawatan keluarga.Rencana keperawatan keluarga adalah

sekumpulan tindakan yang ditentukan perawata untuk dilaksanakan dalam

memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi.

Ciri-ciri rencana keperawatan keluarga yaitu :

a. Berpusat pada tindakan-tindakan yang dapat memecahkan atau meringankan

masalah yang sedang dihadapi.

b. Merupakan hasil dari suatu proses yang sistematis dan telah dipelajari dengan

pikiran yang logis.

c. Rencana keperawatan keluarga berhubungan dengan masa yang akan datang.

d. Berkaitan dengan masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang

diidentifikasi.

e. Rencana perawatan merupakan cara untuk mencapai tujuan.

f. Merupakan suatu proses yang berlangsung secara terus menerus.


Menurut Friedman 1998, intervensi-intervensi yang dapat muncul pada

keperawatan keluarga, yaitu :

a. Memodifikasi perilaku

b. Pembuatan kontrak

c. Manajemen koordinasi kasus

d. Strategi-strategi kolaboratif

e. Konseling termasuk dukungan, penilaian kognitif dan membuat kembali

kerangka

f. Memberikan kuasa kepada keluarga lewat partisipasi aktif

g. Modifikasi lingkungan

h. Advokasi keluarga

i. Intervensi krisis keluarga

j. Membuat jaringan kerja termasuk pemakaian

k. Model peran

l. Memberikan informasi dan keahlian teknis

m. Suplementasi peran

n. Pengajaran dari berbagai strategi, termasuk manajemen

o. Stres, modifikasi gaya hidup dan bimbingan antisipasi.

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga didasarkan kepada

asuhan keperawatan yang telah disusun.


Kegagalan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan dan kesehatan dalam

memecahkan masalah kesehatan keluarga disebabkan oleh banyak faktor, di

antaranya

a. Kurang pengetahuan dalam bidang kesehatan

b. Informasi yang diperoleh keluarga tidak menyeluruh

c. Mempertahankan suatu pola tingkah laku karena kebiasaan yang melekat

d. Adat istiadat yang berlaku

e. Kegagalan dalam mengaitkan tindakan dengan sasaran

f. Kurang percaya terhadap tindakan yang diusulkan.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai.Evaluasi

selalu berkaitan dangan tujuan, apabila dalam evaluasi tidak tercapai maka perlu

dicari penyebabnya dan evaluasi dengan menggunakan SOAP secara optimal.

Tolak ukur yang dipergunakan dalam evaluasi yaitu :

a. Kriteria kebersihan

b. Standar keperawatan

c. Perubahan perilaku

Metode penilaian (evaluasi) adalah :

a. Observasi langsung, mengamati secara langsung perubahan yang terjadi

dalam keluarga.

b. Wawancara, mewawancarai keluarga yang berkaitan dengan perubahan

sikap apakah telah menjalankan anjuran yang diberikan perawat.


c. Memeriksa laporan, dapat dilihat dari rencana asuhan keperawatan yang

dibuat dan tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana.

d. Latihan stimulasi, berguna dalam meentukan perkembangan kesanggupan

melaksanakan asuhan keperawatan.


DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Keperawatan Keluarga: Konsep Teori, Proses dan

Praktik Keperawatan.Yogyakarta : Graha Ilmu.

Herdman, T Heather. 2011. Nanda internasional Diagnosis Keperawatan 2009-2011.

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

BKKBN. 2011. Buku Panduan Tahapan Perkembangan Keluarga Berencana.

Jakarta:EGC.

http://sunartihalim.blogspot.com/2013/05/asuhan-keperawatan-tahap-

perkembangan.html

http://riwayataskep.blogspot.com/2013/02/askep-keluarga-prasekolah.html

http://books.google.co.id/books?

id=k04S1VhNLWoC&pg=PA9&lpg=PA9&dq=diagnosa+potensial+dan+

intervensi&source=bl&ots=x0bcCjKXSe&sig=zCjX4C_cims28c96azRJU

Io8G3g&hl=en&sa=X&ei=v4oWU-

eHHoKPrQeVhICADg&redir_esc=y#v=onepage&q=diagnosa

%20potensial%20dan%20intervensi&f=false
LAPORAN PENDAHULUAN

ASMA BRONKIAL

I. KONDISI MEDISI
A. DEFISINI
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu yang
menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara.
Asma dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
1. Asma brongkial
Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap
rangsangan dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap, dan
bahan lain penyebab alergi. Gejala kemunculannya sangat mendadak,
sehingga gangguan asma bisa datang tiba-tiba. Jika tidak mendapatkan
pertolongan secepatnya, risiko kematian bisa saja datang. Gangguan
asma brongkial bisa muncul lantaran adanya radang yang
mengakibatkan penyempitan saluran pernafasan bagian bawah.
Penyempitan ini akibat berkerutnya otot polos saluran pernafasan,
pembengkakan selaput lender, dan pembentukan timbunan lender yang
berlebihan.
2. Asma kardial
Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung, gejala asma kardial
biasanya terjadi pada malam hari, disertai sesak nafas yang hebat.
Kejadian ini disebut nocturnal paroxymul dyspnea. Biasanya terjadi
pada saat penderita sedang tidur.
B. KLASIFIKASI
Berdasarkan penyebabnya asma bronkial dapat di klasifikasikan menjadi 3
tipe, yaitu :
1. Ekstrinsik (alergin)
Ditandai dengan reaksi alergin yang disebabkan oleh faktor-faktor
pencetus yang spesifik seperti debu, serbuk bunga, bulu inatang, obat-
obatan (anti biotik dan aspirin) dan spora jamur.
2. Instrinsik (non alergin)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergin yang beraksi terhadap pencetus
yang tidak spesifik atau diketahui seperti udara dingin atau juga bisa
disebabkan oleh adanya instensi saluran pernafasan dan emosi.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari
bentuk alergin dan non alergin.

C. ETIOLOGI
Sebagai pemicu timbulnya serangan dapat berupa infeksi (infeksi virus RSV),
iklim (perubahan mendadak suhu, tekanan udara), inhalan (debu, kapuk,
tungau, sisa-sisa serangga mati, bulu binatang, serbuk sari, bau asap, uap cat),
makanan (putih telur, susu sapi, kacang tanah, coklat, biji-bijian, tomat), obat
(aspirin), kegiatan fisik (olahraga berat, kecapaian, tertawa terbahak-bahak)
dan emosi.

D. PATOFISIOLOGI
Zat oksigen masuk dalam tubuh melalui pernafasan, mulut, dan kontak
kulit. Dari jenis allergen yang masuk ke dalam tubuh, bila pada orang yang
atopic tidak akan menyebabkan apa-apa. Bila jenis allergen masuk ke dalam
tubuh orang yang mempunyai factor keturunan untuk bereaksi terhadap bahan
allergen akan menyebabkan alergik.
Akibat reaksi dari tubuh untuk melepaskan zat histamine
menyebabkan reaksi kontraksi otot-otot polos saluran pernafasan sehingga
terjadi broncopasme. Broncopasme akan timbul kerusakan dinding bronkus
yang akan mengakibatkan pemeabilitas kapiler yang berperan edema mukosa.
Dari edema mukosa akan menimbulkan peningkatan sekresi kelenjar
mukosa dan peningkatan produksi sputum sebagai akibatnya akan terjadi
penyempitan saluran pernafasan kemudian menghambat saluran pernafasan.
Karena hambatan aliran nafas yang menyebabkan gangguan aliran
udara terjadi hipoventilasi karena hipersekresi sputum yang tertahan sehingga
menyebabkan jalan nafas tidak efektif dimana gejala dan tanda yang munul
pada pendeita asma bronkial terjadi sesak nafas, bunyi nafas tidak normal
(weezhing), batuk yang menerus dan semakin lamam terjadinya serangan
akan mengakibatkan kurangnya tenaga atau kelemahan, serta tidak nafsu
makan, dalam kondisi demikain akan mengakibatkan perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh, gangguan pemenuhan istirahat tidur, intileransi
aktivitas dan mengalami penurunan perawatan diri sendiri.

E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang lazim muncul pada asma bronkial adalah batuk, dyspnea,
dan mengi. Biasanya penedrita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan
gejala klinis, tapi pada saat seranagn penderita tampak bernafas cepat dan
daam gelisah dan duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot0otot
bantu pernafasan bekerja dengan keras.
Selain gelisah tersebut ada beberapa gejala menyertainya :
1. Gelisah
2. Takipnea
3. Nyeri di abdomen karena terlihat otot abdomen dalam pernafasan
4. Tidak toleran terhadap aktivitas makan, berjalan, bahkan berbicara
5. Serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak dalam dada
dosertai pernafasan lambat.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemerikasaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu
serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni
radiolusen yang bertambahdan peleburan rongga intercostalis, serta
difragma yang menurun.
2. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai allergen yang
dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma
3. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi
menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada
emfisema paru.
4. Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi
udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.

G. PENATALAKSANAAN
Perinsip umum pengibatan asma bronkial :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera
2. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan
serangan asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai
asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya
Pengobatan pada penyakit asma bronkial :

1. Pengoatan non farmakologi


- Memberikan penyuluhan
- Menghindari faktor pencetus
- Pemberian cairan
- Fisioterapi
- Beri Oksigen bila perlu
2. Pengobatan farmakologi
- Bronkodilator = obat yang melebarkan saluran nafas
- Kromalin
- Ketolifen

II. KONSEP MEDIS KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
Proses pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan
yang bertujuan untuk mengumpulkan data tentang pasien agar dapat
mengidentifikasi kongensi masalahkesehatan dan keperawatan pasien.
1. Identitas klien
Meliputi : nama umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan,
agama.
Penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan,
agama, hubungan dengan klien.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama : merupakan eluhan yang dirasakan klien sehingga
menjadi alasan klien di bawah ke RS.
b. Riwayat sekarang : merupakan kronologis dari penyakit yang di derita
saat ini mulai awal hingga di bawah ke RS secara lengkap meliputi
P,Q,R,S,T
c. Riwayat masuk RS : merupakan riwayat keluhan klien yang di derita
d. Riawayat masa lalu : merupakan penyakit yang di derita klien yang
berhubungan dengan penyakit saat ini atau penyakit yang mungkin
dapat di pengaruhi/mempengaruhi penyakit yang di derita klien saat
ini
e. Riwayat kesehatan keluarga : untuk mengetahui penyakit yang di
derita klein apakah penyakit keturunan atau tidak.
3. Pola aktifitas dan latihan
Menggunakan tabel aktifitas meliputi makan, mandi, brpakain, eliminasi,
mobilisasi di tempat tidur, berpindah, ambulansi, naik tangga.
- Airway
Batuk kering/tidak produktif, wheezing yang nyaring, penggunaan
otot-otot aksesoris pernafasan (retraksi otot interkosta)
- Breathing
Perpanjangan ekspirasi dan perpendekan periode inspirasi, dyspnea,
takipnea, taktil fremitus menurun pada palpasi, suara tambahan ronkhi,
hiperresonan pada perkusi
- Circulation
Hipotensi, diaphoresis, sianosis, gelisah fatique, perubahan tingkat
kesadaran, pulpus paradoxus >10 mm
4. Pola istirahat tidur
- Jam berapa biasa mulai tidur dan bangun tdur
- Kualitas dan kuantitas tidur
5. Pola nutrisi dan metabolic
- Berapa kali makan sehari
- Makanan kesukaan
- Berat badan sebelum sesudah sakit
- Frekuensi dan kuantitas minum sehari
6. Pola eliminasi
- Frekuensi dan kuantitas BAK dan BAB sehari
- Nyeri
- Kuantitas

B. DIAGNOSA
1. Ketidakefektifan pola nafas b/d keletihan otot pernafasan, hiperventilasi,
keletihan
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d penumpukan mucus pada jalan
nafas
3. Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi pefusi
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen

C. INTERVENSI
DX.1 Ketidakefektifan pola nafas b/d keletihan otot pernafasan,
hiperventilasi, keletihan

NOC NIC
- Status Pernafasan Monitor Pernafasan
- Status pernafasan : pertukaran gas 1. Monitor tanda-tanda vital
- Status Pernafasan : Ventilasi 2. Monitor kecepatan, irama,
Dengan Kriteria hasil : kedalaman, dan kesulitan bernafas
- Dyspneu saat istirahat 3. Monitor suara nafas tambahan
dipertahankan pada skala 4 (berat)
ditingkatkan ke skala 4 (ringan) Manajemen Asma
- Dyspneu dengan aktivitas ringan 4. Identifikasi Pemicu yang
dipertahankan ke skala 3 (cukup) diketahui
ditingkatkan ke skala 5 (tidak ada) 5. Ajarkan teknik pengobatan yang
- Sianosis dipertahankan pada skala tepat (Mis, Inhaler, Nebulizer)
3 (cukup) ditingkatkan ke skala 5
(tidak ada) Terapi Oksigen
- Suara nafas tambahan 6. Berikan terapi oksigen sesuai
dipertahankan pada skala 2 (berat) kebutuhan
ditngkatkan ke skala 5 (tidak ada)
- Penggunaan otot bantu
pernapasan dipertahankan pada
skala 2 (berat) ditingkatkan ke
skala 5 (tidak ada)

DX. 2 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d penumpukan mucus pada


jalan nafas

NOC NIC
- Status Pernafasan : kepatenan Monitor Pernafasan
jalan nafas 1. Monitor tanda-tanda vital
Dengan Kriteria hasil : 2. Monitor kecepatan, irama,
kedalaman, dan kesulitan
- Pernafasan cuping hidung
bernafas
dipertahankan pada skala 3
3. Monitor suara nafas tambahan
(cukup) ditingkatkan ke skala 5
(tidak ada)
Manajemen Jalan Nafas
- Akumulasi sputum dipertahankan
4. Berikan posisi yang nyaman
pada skala 2 (berat) ditingkatkan
(semi fowler)
ke skala 5 (tidak ada)
5. Instruksikan pasien melakukan
- Dyspneu saat istirahat
batuk efektif
dipertahankan pada skala 4 (berat)
6. Kolaborasikan penyedotan lendir
ditingkatkan ke skala 4 (ringan)
(suction)
- Dyspneu dengan aktivitas ringan
7. Ajarkan teknik pengobatan yang
dipertahankan ke skala 3 (cukup)
tepat (Mis, Inhaler, Nebulizer)
ditingkatkan ke skala 5 (tidak ada)
- Suara nafas tambahan Terapi Oksigen
dipertahankan pada skala 2 (berat) 8. Berikan oksigen sesuai dengan
ditngkatkan ke skala 5 (tidak ada) kebutuhan
- Penggunaan otot bantu
pernapasan dipertahankan pada
skala 2 (berat) ditingkatkan ke
skala 5 (tidak ada)

DX.3 Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi pefusi

NOC NIC
- Status pernafasan : pertukaran gas Monitor Pernafasan
Dengan Kriteria hasil : 1. Monitor tanda-tanda vital
- Dyspneu saat istirahat 2. Monitor kecepatan, irama,
dipertahankan pada skala 4 (berat) kedalaman, dan kesulitan bernafas
ditingkatkan ke skala 4 (ringan) 3. Monitor suara nafas tambahan
- Dyspneu dengan aktivitas ringan
dipertahankan ke skala 3 (cukup) Manajemen Jalan Nafas
ditingkatkan ke skala 5 (tidak 4. Berikan posisi yang nyaman
ada) (semi fowler)
- Sianosis dipertahankan pada skala 5. Instruksikan pasien melakukan
3 (cukup) ditingkatkan ke skala 5 batuk efektif
(tidak ada) 6. Kolaborasikan penyedotan lendir
(suction)
7. Ajarkan teknik pengobatan yang
tepat (Mis, Inhaler, Nebulizer)

Terapi Oksigen
8. Berikan terapi oksigen sesuai
kebutuhan

DX. 4 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara


suplai dan kebutuhan oksigen

NOC NIC
- Toleransi terhadap aktivitas Aktivity Therapy
- Daya Tahan
1. Kaji aktivitas yang mampu
Dengan Kriteria hasil :
dilakukukan oleh pasien
- Aktifitas fisik dipertahankan pada 2. Bantu pasien untuk memilih
skala 2 (banyak terganggu)
aktivitas sesuai dengan
ditingkatkan ke skala 5 (tidak
terganggu) kemampuan
- Melakukan aktivitas rutin 3. Anjurkan pasien untuk banyak
dipertahankan ke skala 3 (cukup beristirahat
terganggu) ditingkatkan ke skala 5 4. Anjurkan keluarga untuk
(tidak terganggu membantu pasien dalam
- Kelelahan dipertahankan pada melakukan aktivitas
skala 3 (sedang) ditingkatkan ke
skala 5 (tidak ada)
D. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah tahap pelaksanaan terhadap tindakan keperawatan
yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi
dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi di samping itu
juga dibutuhkan interpersonal, intelektual, teknikal yang dilakukan dengan
cermat dan efisien dalam situasi yang tepat dengan selalu memperlibatkan
keadaan psikososial.

E. EVALUASI
Merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan kegiatan evaluasi ini
adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi
keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan. 3 alternatif
dalam menentukan tujuan tercapai :
1. Berhasil, perilaku pasien sesuai pernyataan tujuan dalam waktu atau
tanggal ditetapkan tujuan
2. Tercapai, menunjukkan perilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam
tujuan
3. Belum tercapai, tidak mampu menunjukkan sama sekali perilaku yang
diharapkan.
PENYIMAPNGAN KDM

Antigen yang terkait Mengeluarkan mediator


Faktor Pencetus hisamine, platelet,
IGE pada permukaan sel
(Alergen, stress,cuaca) bradikinin dll
mast atau basofil

Spasme otot polos Edema mukosa, sekresi Permeabilitas kapiler


sekresi kelenjar bronkus produktif, kontraksi otot meningkat
meningkat polos meningkat

Mucus berlebih, batuk Konsentrasi 02 dalam Suplai darah dan O2 ke


wheezing, sesak nafas darah menurun jantung berkurang

Ketidakefektifan Hipoksemia Penurunan Cardiac


Bersihan Jalan Nafas Output

Gangguan Pertukaran
Gas
Kelemahan dan
keletihan
Penyempitan jalan
nafas

Intoleransi Aktivitas

Peningkatan kerja otot


pernafasan

Ketidakefektifan Pola
Nafas
DAFTAR PUSTAKA

Nuratif Huda Amir, Kusuma Narasi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasrkan
Diagnosa Medis Dan NANDA NIC NOC. Yogyakarta.Medication Publishing.

Susilaningrum, R., Nursalam, & Utami, S. (2013). Asuhan Keperawatan Bayi dan


Anak Untuk Perawat dan Bidan. Jakarta: Salemba Medika.

Tambayong, J. (2000). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.


RESUME KELUARGA

A. Identitas klien /keluarga: Ny.H


B. Riwayat Perkembangan Keluarga
Klien mengatakan perkembangan dalam keluarganya tidak ada mengalami
gangguan perkembangan fisik maupun mental
C. Struktur Keluarga

Ayah Ibu

Anak Anak

D. Fungsi Keluarga
Klien mengatakan yang menjadi tulang punggung keluarga yaitu suaminya dank lien
hanya membantu suaminya
No Nama Umur Gender Hubungan Pendidikan Pekerjaan Status
(Inisial) Kesehatan
(L/P ) Dg KK

1 Tn. J 50 L Ayah SMA Wiraswat Sehat


a

2 Ny. H 47 P Ibu S1 Swasta Sakit

3 Nn.P 23 P Anak S1 Blm Sehat


bekerja

4 Nn.V 22 P Anak S1 Blm Sehat


bekerja

E. Pola Koping Keluarga


Klien mengatakan jika ada permasalahan dalam keluarga suani klien selalu
membicarakan secara kekeluargaan

Tipe Keluarga : The Nuclear

F. Pola Aktifitas sehari-hari


Nutrisi
Makan 3x sehari sengan nasi, sayur, ikan dan kadang-kadang buah
Elininasi
Minum 5-6 gelas sehari dengan air putih dan teh
BAK 3-4x sehari
BAB 1x sehari
Istirahat
Tidur malam 21:00 bangun 06.00
Tidur siang : 12:00 bangun 14:00
Personal Hygiene
Mandi 2x sehari
Keramas 1x seminggu
G. Perilaku Tidak sehat
Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mengarah ke perilaku tidak sehat
seperti merokok dan minum minuman beralkohol

H. Keluhan utama yang dirasakan:


Klien mengatakan sesak saat beraktifitas

I. Adakah penyakit keturunan : Tidak ada


Klien mengatakan dalam keluarganya tidak mengalami penyakit keturunan
J. Spiritual
Klien mengatakan beragama Kristen dan kegiatan ibadahnya selalu dilakukan dirumah
bersama suami dan kedua anaknya.

K. Psikososial
Klien mengatakan sering bergaul dengan tetangganya dan jika ada kegiatan masyarakat
klien selalu hadir.

L. Faktor resiko masalah kesehatan


Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit lainnya

M. Pemeriksaan fisik
TD : 120/80 mmHg

Nadi : 86 x/i

Suhu badan : 36 ºC

Pernafasan : 26 x/i

N. Pengkajian lingkungan
Klien mengatakan di daerah lingkungan rumahnya sangat nyaman dan tenang tanpa ada
suara bising dan jauh dari kota pengolaan limbah,sampah klien di buang di tempat
sampah depan rumahnya, dan klien mempunyai wc sendiri didalam rumahnya.

O. Tingkat Kemandirian Keluarga : KM I


1. Klien menerima petugas perawatan komunitas
2. Klien menelima pelayanan keperawatan yang di berikan sesuai dengan
rencana keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai