Sken 2

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

LIMFADENOPATI ET CAUSA TONSILITIS KRONIS

2.2 Skenario B Blok 8 2016

Benjolan di leherku

Tn El, berusia 19 tahun datang berobat ke dokter umum dengan keluhan ada benjolan yang di leher
sebelah kiri sejak 3 hari yang lalu berjumlah 1 buah, berukuran sebesar kelereng. Selain itu Tn. El
mengalami nyeri bila menelan makanan. Tn. El tidak mengalami batuk maupun demam. Berat badan
dirasakan tidak ada penurunan. Tidak ada perubahan suara. Tn.El sudah minum obat Paracetamol untuk
mengatasi keluhan nyerinya. Sejak kecil, Tn. El menderita amandel yang hilang timbul disertai demam.
Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : kompos mentis
Tanda vital : TD 120/80 mmHg , Nadi 98x/menit , regular , isi dan tegangan cukup , RR: 22x/menit ,
Temp 36,8 C.
Pemeriksaan Spesifik :
Kepala : Konjungtiva tidak anemis , sklera tidak ikterik , faring tidak hiperemis, tonsil T3-T3 hiperemis
Leher : Regio Colli sinistra
Inpeksi : tampak 1 buah benjolan, warna sama dengan sekitar
Palpasi : teraba 1 buah benjolan, diameter 2 cm , permukaan rata,batas tegas,konsistensi kenyal, bisa
digerakkan, nyeri (-), fluktuasi (-)
Thorax : jantung dan paru dalam batas normal
Abdomen : datar,lemas,timpani,hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : dalam batas normal
Hasil Laboratorium : darah rutin : Hemoglobin 14 gr/dL, leukosit 12.000/mm3 , LED: 10 mm/jam

1. Klarifikasi Istilah
1. Amandel : benteng pertahanan tubuh yang berfungsi sebagai pengontrol masuknya kuman ke dalam
tubuh
2. Paracetamol : jenis obat termasuk pereda rasa sakit/analgesik.
3. Tonsil : massa jaringan yang bulat dan kecil khususnya jaringan limfoid
4. Regio Colli sinistra : bagian leher sebelah kiri
5. Fluktuasi : variasi , misalnya nilai massa yang tetap/gerakan seperti gelombang
6. Sklera : lapisan luar bola mata yang berwarna putih yang menutupi sampai bagian permukaan belakang
bola mata
7. Timpani : nada perkusi timpani/seperti bel
2. Identifikasi Masalah
1. Tn El, berusia 19 tahun datang berobat ke dokter umum dengan keluhan ada benjolan yang di leher
sebelah kiri sejak 3 hari yang lalu berjumlah 1 buah, berukuran sebesar kelereng. Selain itu Tn. El
mengalami nyeri bila menelan makanan.
2. Tn. El tidak mengalami batuk maupun demam. Berat badan dirasakan tidak ada penurunan. Tidak ada
perubahan suara.
3. Tn.El sudah minum obat Paracetamol untuk mengatasi keluhan nyerinya.
4. Sejak kecil, Tn. El menderita amandel yang hilang timbul disertai demam.
5. Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan Spesifik :
Kepala : Konjungtiva tidak anemis , sklera tidak ikterik , faring tidak hiperemis, tonsil T3-T3
hiperemis
Leher : Regio Colli sinistra
Inpeksi : tampak 1 buah benjolan, warna sama dengan sekitar
Palpasi : teraba 1 buah benjolan, diameter 2 cm , permukaan rata,batas tegas,konsistensi kenyal,
bisa digerakkan, nyeri (-), fluktuasi (-)
6. Hasil Laboratorium : leukosit 12.000/mm3

3. Analisis Masalah
1. Tn El, berusia 19 tahun datang berobat ke dokter umum dengan keluhan ada benjolan yang di leher
sebelah kiri sejak 3 hari yang lalu berjumlah 1 buah, berukuran sebesar kelereng. Selain itu Tn. El
mengalami nyeri bila menelan makanan.
A. Bagaimana anatomi dan fisiologi yang terlibat pada kasus ?
Jawab :
1. Bagian Anatomi Leher

Musculus
 M. platysma : terletak tepat dibawah kulit, serabut2nya, sejajar daripinggir mandibula
sampai clavicula & dari medial kelateral
 M. sternocleidomastoideus : origo terletak manubrium sterni 1/3medial clavicula, insersio
antara proc.mastoideus, os.temporale, os.occipital
 M. digastricus : origo di proc.mastoideus, insersio di os. Hyoideum
 M. stylohyoideus : origo proc. stylohyoideus , insersio di corpusos.hyoideum
 M. mylohyoideus : origo di corpus mandibula, insersio os.hyoideum
 M. geniohyoideus : origo di spina mentalis inferior mandibula, insersiocorpus os.hyoideum
 M. sternohyoideus : origo di manubrium sterni, insersio di laminacartilago thyroidea
 M. thyrohyoidus : origo di linea obliqua cartilago thyroidea, insersio dipinggir bawah
os.hyoidem.
 M.omohyoideus : Origo margo superior scapula, insersio di clavicula
 M. scalenus anterior : origo proc.transversus VC 3-6 , insersio di costa
IM. scalenus medius : origo proc.transversus VC 1-6 , insersio di costa I
 M. scalenus posterior : origo proc.transversus VC 7 , insersio di costaII
(Snell, Richard. S. 2012)
2. Arteri dan Vena
Arteri utama : arteri carotis communis, a.carotis interna
Vena utama : vena jugularis interna
3. Persyarafan :
Utama : nervus vagus X, N.accesorius XI, Nervus Hypoglossus XII
Plexus cervicalis : nervus phrenicus nn cervical 3,4 dan 5
(Snell, Richard. S. 2012)

2. Sistem Limfatik
Secara anatomi aliran getah bening aferen masuk ke dalam KGB melalui simpai (kapsul) dan
membawa cairan getah bening dari jaringan sekitarnya dan aliran getah bening eferen keluar dari KGB
melalui hilus. Cairan getah bening masuk kedalam kelenjar melalui lobang-lobang di simpai. Di dalam
kelenjar, cairan getah bening mengalir dibawah simpai di dalam ruangan yang disebut sinus perifer
yang dilapisi oleh sel endotel.Jaringan ikat trabekula terentang melalui sinus-sinus yang
menghubungkan simpai dengan kerangka retikuler dari bagian dalam kelenjar dan merupakan alur
untuk pembuluh darah dan syaraf.Dari bagian pinggir cairan getah bening menyusup kedalam sinus
penetrating yang juga dilapisi sel endotel. Pada waktu cairan getah bening di dalam sinus penetrating
melalui hilus, sinus ini menempati ruangan yang lebih luas dan disebut sinus meduleri. Dari hilus
cairan ini selanjutnya menuju aliran getah bening eferen.

Tonsil dan adenoid merupakan jaringan limfoid yang terdapat pada daerah faring atau
tenggorokan. Keduanya sudah ada sejak lahirkan dan mulai berfungsi sebagai bagian dari sistem
imunitas tubuh setelah imunitas “warisan” dari ibu mulai menghilang dari tubuh. Tonsil dan adenoid
merupakan organ imunitas utama. Sistem imunitas ada 2 macam yaitu imunitas seluler dan humoral.
Imunitas seluler bekerja dengan membuat sel (limfoid T) yang dapat “memakan“ kuman dan virus
serta membunuhnya. Sedangakan imunitas humoral bekerja karena adanya sel (limfoid B) yang dapat
menghasilkan zat immunoglobulin yang dapat membunuh kuman dan virus. Kuman yang “dimakan”
oleh imunitas seluler tonsil dan adenoid terkadang tidak mati dan tetap bersarang disana serta
menyebabklan infeksi amandel yang kronis dan berulang (Tonsilitis kronis). Infeksi yang berulan ini
akan menyebabkan tonsil dan adenoid “bekerja terus “ dengan memproduksi sel-sel imun yang
banyak sehingga ukuran tonsil dan adenoid akan membesar dengan cepat melebihi ukuran yang
normal. Tonsil dan adenoid yang demikian sering dikenal sebagai amandel yang dapat menjadi
sumber infeksi (fokal infeksi).

3. Tonsil palatina
Adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa tonsil pada kedua sudut
orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus).
Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang
meluas ke dalam jaringan tonsil. Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah yang
kosong diatasnya dikenal sebagai fosa supratonsilar Tonsil terletak di lateral orofaring. Dibatasi oleh:
Lateral – muskulus konstriktor faring superior

Anterior – muskulus palatoglosus

Posterior – muskulus palatofaringeus

Superior – palatum mole

Inferior – tonsil lingual

Permukaan tonsil palatina ditutupi epitel berlapis gepeng yang juga melapisi invaginasi atau kripti
tonsila. Banyak limfanodulus terletak di bawah jaringan ikat dan tersebar sepanjang kriptus.
Limfonoduli terbenam di dalam stroma jaringan ikat retikular dan jaringan limfatik difus. Limfonoduli
merupakan bagian penting mekanisme pertahanan tubuh yang tersebar di seluruh tubuh sepanjang
jalur pembuluh limfatik. Noduli sering saling menyatu dan umumnya memperlihatkan pusat germinal.

B. Apa saja kemungkinan penyakit yang disebabkan karena benjolan ?


Jawab :

Secara umum benjolan di leher disebabkan oleh 5 faktor/ penyebab utama, yaitu:
1. Kelainan kongenital
Misalnya pada kasus cista bronchial, kista ductus thyroglosus.
2. Infeksi

a. Akut : Biasanya ditandai dengan demam, banjolan terasa nyeri serta kemerahan.
b. Kronis: Biasanya pada TB kelenjar getah bening. Ukuran benjolannya kecil hanya
beberapa mili-meter sampai centi-meter. Biasanya berjumlah satu benjolan, namun
dapat juga langsung beberapa benjolan dan paling sering terletak di samping leher kiri
atau kanan, bahkan kadang disamping leher kiri dan kanan. Infeksi kronis yang
menyebabkan benjolan di leher sering terjadi pada TB kelenjar getah bening
(lymphadenitis TB) dan penyakit Limfoma Hodgkins.

3. Neoplasma

a. Tumor atau metastasis tumor


b. Kanker

4. Trauma
5. Kelainan lainnya; misalnya pada penyakit akibat kekurangan yodium.
(Isselbacher, 2012)

C. Bagaimana patofisiologi dari benjolan pada kasus ini ?

Jawab :
Terjadi infeksi kemungkinan disebabkan oleh bakteri atau virus di bagian tonsil, bakteri
atau virus tersebut akan berproliferasi sehingga menuju kelenjar getah bening terdekat. Pada
bagian leher kiri atau regio colli sinistra. Terdapat lima kelenjar getah bening, yaitu anterior
cervical nodes, submandibular nodes, posterior cervical nodes, supraclavicular nodes dan
preauricular nodes. Kelenjar getah bening terdekat pada tonsila, ialah anterior cervical nodes.
Didalam anterior cervical nodes, terdapat sel-sel radang salah satunya ialah sel makrofag dan sel
limfosit.
Pada dasarnya limfosit mempunyai dua bentuk, yang berasal dari sel T (thymus) dan sel B
(bursa) atau sumsum tulang. Fungsi dari limfosit B dan sel-sel turunanya seperti sel plasma,
imunoglobulin, yang berhubungan dengan humoral immunity, sedangkan T limfosit berperan
terutama pada cell-mediated immunity. Sel-sel radang inilah yang akan memfagosit dan
menyerang antigen di dalam kelenjar getah bening tersebut. Semakin banyak antigen yang
berproriferasi maka akan semakin banyak sel-sel radang yang berakumulasi di dalam kelenjar,
sehingga mengakibatkan benjolan.
D. Jaringan apa saja yang terlibat pada benjolan ?
Jawab :

Jaringan Limfatik
Jaringan limfatik mempunyai basis anyaman serabut dan sel-sel retikularis. Di dalam ruang
anyaman retikularis terdapat sejumlah besar limfosit, yang mungkin dan tidak mungkin berkaitan
dengan sel-sel plasma. Jaringan limfatik ditemukan dalam bentuk-bentuk berikut : nodus
lumphaticus, thymus, lien, dan nodulus lumphoidei.

1. Nodus Lymphaticus
Nodus lymphaticus dapat ditemukan diseluruh tubuh dan terletak sepanjang perjalanan
pembuluh limfe. Bentuknya oval atau seperti ginjal dan ukuran panjangnya bervariasi dari
beberapa millimeter sampai 2 cm. Setiap nodus lymphaticus diliputi kapsula fibrosa kuat, yang
membentuk sejumlah partisi fibrosa di dalam nodus disebut trabeculae. Bergantung pada
trabecular terdapat anyaman tiga dimensi dari serabut-serabut retikularis. Lubang-lubang anyaman
di isi dengan limfosit. Limfe masuk kedalam nodus lymphaticus melalui sejumlah pembuluh
limfatik aferen berkatup yang menembus kapsula pada permukaan konveksnya. Limfe berjalan
melalui sinus subcapsularis dan kemudian disaring melalui anyaman sampai limfe mencapai
medulla. Akhirnya limfe meninggalkan nodus melalui satu atau dua pembuluh limfatik eferen yang
muncul dari hilus.

Aliran Limfe Kepala dan Leher

Nodi lymphoidei di daerah kepala dan leher tersusun dalam sebuah kelompok leher yang
terbentang dari bawah dagu sampai ke belakang kepala dan sebuah kelompok terminal verticalis
profunda yang tertanam di dalam sarung carotis di daerah leher.

Kelompok Regional Nodi Lymphoidei


1. Nodi lymphoidei submandibulares yaitu terletak pada permukaan superfisial glandula
salivaria submandibularis, tepat dibawah pinggir bawah mandibulae. Menampung limfe
dari kulit kepala bagian depan, hidung, pipi, bibir atas dan bawah, sinus frontalis,
maxillaris, dan ethmodalis, gigi atas dan bawah , dua pertiga bagian anterior lidah , dasar
mulut dan vestibulum,gusi.
2. Nodi lymphoidei cervicales anteriores yaitu terletak sepanjang
E. Apa makna benjolan yang di leher sebelah kiri sejak 3 hari yang lalu ?
Jawab :
Tn.El mengalami limfadenopati
Sintesis :
Limfadenopati merupakan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran lebih besar dari 1 cm.
Berdasarkan lokasinya, limfadenopati terbagi menjadi limfadenopati generalisata dan limfadenopati
lokalisata. Penyebab limfadenopati dapat diingat dengan mnemonik MIAMI: malignancies (keganasan),
infections (infeksi), autoimmune disorders (kelainan autoimun), miscellaneous and unusual conditions
(lain-lain dan kondisi tak-lazim), dan iatrogenic causes (sebab-sebab iatrogenik). Penyebab limfadenopati
yang jarang dapat disingkat menjadi SHAK: sarkoidosis, silikosis/beriliosis, storage disease,
hipertiroidisme, histiositosis X, hipertrigliseridemia berat, hiperplasia angiofolikular, limfadenopati
angioimunoblastik, penyakit Kawasaki, limfadenitis Kikuchi, dan penyakit Kimura. Kunci kecurigaan
keganasan meliputi usia tua, karakteristik kelenjar yang keras, terfiksasi, berlangsung lebih dari 2 minggu,
dan berlokasi di supraklavikula. Biopsi eksisi merupakan prosedur diagnostik terpilih pada kecurigaan
keganasan (Amaylia, 2013)

F. Apa makna nyeri bila menelan makanan ?


Jawab :
Tn.El mengalami tonsilitis

G. Bagaimana patofisiologi nyeri menelan ?


Jawab :

Bakteri masuk secara yang kemudian menginfeksi epitel kemudian apabila epitel terkikis maka
akan menimbulkan reaksi radang( tumor,rubor,kalor,dolor,fungsio laesa), kemudian tubuh akan
memberi respon dengan menginflitrasi leukosit polimorfonuklear (basofil) dengan adanya proses
radang pada tonsil maka ukuran tonsil akan membesar . Bagian luar tonsil terikat longgar pada
mushulus kontriktor faring superior, sehingga tertekan setiap kali makan dan menimbulkan rasa
nyeri

H. Apa hubungan nyeri menelan dengan benjolan ?


I. Apa penyebab nyeri menelan ?
Jawab :
a. Pembesaran kelenjar getah bening (radang amandel, kelenjar adenoid) sering kali disertai
dengan demam, sakit kepala dan nyeri otot.
b. Flu atau batuk pilek (common cold), disertai dengan hidung tersumbat, bersin, ingusan, batuk,
dan demam terkadang sakit kepala juga.
c. Iritasi tenggorokan, biasanya muncul setelah memakan makanan yang mudah mengiritasi
seperti keripik, kerupuk, gorengan, dan sebagainya.
d. Sariawan di tenggorokan Peradangan pada esofagus (disebabkan oleh refluks asam lambung)
biasanya diserta dengan nyeri uluhati dan panas pada dada (heart burn).
e. Infeksi telinga, disertai dengan rasa sakit pada telinga, demam, atau keluar cairan dari telinga.
Infeksi pada gigi dan gusi. Sakit menelan juga bisa disebabkan oleh masalah pada gigi dan gusi
bagian belakang..
4. Tn. El tidak mengalami batuk maupun demam. Berat badan dirasakan tidak ada penurunan. Tidak ada
perubahan suara.

A. Apa makna Tn. El tidak mengalami batuk dan demam , serta berat badan turun ?

Jawab :

Untuk menyingkirkan diagnosis banding limfadenopati tuberculosa.

Sintesis

Pada penderita TBC didapapatkan manifestasi klinis seperti batuk berdarah, berat badan menurun,
dan demam yang terjadi pada pagi hari dan menggigil pada malam hari.

B. Apa makna tidak ada perubahan suara ?


Jawab :

Untuk menyingkirkan diagnosis banding laringitis terutama pada plikavokalis

Sintesis :

Laringitis akut merupakan radang mukosa pita suara dan laring kurang dari tiga minggu. Penyebab
radang ini adalah bakteri. Pada radang ini terdapat gejala radang umum seperti demam, malaise, dan gejala
lokal seperti suara parau sampai tidak bersuara sama sekali (afoni), nyeri menelan atau berbicara serta
gejala sumbatan laring. Pada pemeriksaan tampak mukosa laring hiperemis, membengkak, terutama di
atas dan bawah pita suara (Manora, 2009)

3. Tn.El sudah minum obat Paracetamol untuk mengatasi keluhan nyerinya.

A. Mengapa tidak ada perubahan pada Tn.El setelah makan paracetamol ?

Jawab :
Karena obat yang di berikan adalah obat simptomatis bukan obat kausal sehingga penyebab
dari keluhan tidak hilang dan bahkan semakin memperparah keadaan.

B. Bagaimana farmakokinetik dan farmakodinamik paracetamol ?


Jawab :
Parasetamol adalah paraaminofenol yang merupakan metabolit fenasetin dan telah digunakan
sejak tahun 1893. Parasetamol (asetaminofen) mempunyai daya kerja analgetik, antipiretik, tidak
mempunyai daya kerja anti radang dan tidak menyebabkan iritasi serta peradangan lambung
(Sartono,1993). Hal ini disebabkan Parasetamol bekerja pada tempat yang tidak terdapat peroksid
sedangkan pada tempat inflamasi terdapat lekosit yang melepaskan peroksid sehingga efek anti
inflamasinya tidak bermakna. Parasetamol berguna untuk nyeri ringan sampai sedang, seperti nyeri
kepala, mialgia, nyeri paska melahirkan dan keadaan lain.

Parasetamol, mempunyai daya kerja analgetik dan antipiretik sama dengan asetosal, meskipun
secara kimia tidak berkaitan. Tidak seperti Asetosal, Parasetamol tidak mempunyai daya kerja
antiradang, dan tidak menimbulkan iritasi dan pendarahan lambung. Sebagai obat antipiretika,
dapat digunakan baik Asetosal, Salsilamid maupun Parasetamol. Diantara ketiga obat tersebut,
Parasetamol mempunyai efek samping yang paling ringan dan aman untuk anak-anak. Untuk anak-
anak di bawah umur dua tahun sebaiknya digunakan Parasetamol, kecuali ada pertimbangan
khusus lainnya dari dokter. Dari penelitian pada anak-anak dapat diketahui bahawa kombinasi
Asetosal dengan Parasetamol bekerja lebih efektif terhadap demam daripada jika diberikan sendiri-
sendiri.

Farmakokinetik

Parasetamol cepat diabsorbsi dari saluran pencernaan, dengan kadar serum puncak dicapai dalam
30-60 menit. Waktu paruh kira-kira 2 jam. Metabolisme di hati, sekitar 3 % diekskresi dalam
bentuk tidak berubah melalui urin dan 80-90 % dikonjugasi dengan asam glukoronik atau asam
sulfurik kemudian diekskresi melalui urin dalam satu hari pertama; sebagian dihidroksilasi
menjadi N asetil benzokuinon yang sangat reaktif dan berpotensi menjadi metabolit berbahaya.
Pada dosis normal bereaksi dengan gugus sulfhidril dari glutation menjadi substansi nontoksik.
Pada dosis besar akan berikatan dengan sulfhidril dari protein hati. (Lusiana Darsono 2002)

Farmakodinamik

Efek analgesik Parasetamol dan Fenasetin serupa dengan Salisilat yaitu menghilangkan atau
mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme
yang diduga juga berdasarkan efek sentral seperti salisilat. Efek anti-inflamasinya sangat lemah,
oleh karena itu Parasetamol dan Fenasetin tidak digunakan sebagai antireumatik. Parasetamol
merupakan penghambat biosintesis prostaglandin (PG) yang lemah. Efek iritasi, erosi dan
perdarahan lambung tidak terlihat pada kedua obat ini, demikian juga gangguan pernapasan dan
keseimbangan asam basa.
Semua obat analgetik non opioid bekerja melalui penghambatan siklooksigenase. Parasetamol
menghambat siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat menjadi prostaglandin
terganggu. Setiap obat menghambat siklooksigenase secara berbeda. Parasetamol menghambat
siklooksigenase pusat lebih kuat dari pada aspirin, inilah yang menyebabkan Parasetamol menjadi
obat antipiretik yang kuat melalui efek pada pusat pengaturan panas. Parasetamol hanya
mempunyai efek ringan pada siklooksigenase perifer. Inilah yang menyebabkan Parasetamol
hanya menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol tidak
mempengaruhi nyeri yang ditimbulkan efek langsung prostaglandin, ini menunjukkan bahwa
parasetamol menghambat sintesa prostaglandin dan bukan blokade langsung prostaglandin. Obat
ini menekan efek zat pirogen endogen dengan menghambat sintesa prostaglandin, tetapi demam
yang ditimbulkan akibat pemberian prostaglandin tidak dipengaruhi, demikian pula peningkatan
suhu oleh sebab lain, seperti latihan fisik.

4. Sejak kecil, Tn. El menderita amandel yang hilang timbul disertai demam.

A. Apa hubungan penyakit sekarang dengan penyakit terdahulu ?


Jawab :
Hubunganya adalah Tn El sejak kecil menderita tonsillitis akut yang berulang sehingga menyebabkan
tn. El mengalami tonsillitis kronis yang mengakibatkan tn El mengeluh nyeri menelan.

5. Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan Spesifik :
Kepala : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, faring tidak hiperemis, tonsil T3-T3 hiperemis
Leher : Regio Colli sinistra
Inpeksi : tampak 1 buah benjolan, warna sama dengan sekitar
Palpasi : teraba 1 buah benjolan, diameter 2 cm , permukaan rata,batas tegas,konsistensi kenyal,
bisa digerakkan, nyeri (-), fluktuasi (-)
A. Apa interpretasi dan mekanisme abnormal pada pemeriksaan fisik ?

jawab :

Keadaan Umum pada Pada keadaan fisiologis Interpretasi


kasus
Compos mentis Compos mentis Normal
RR 22x/menit 16-24 x/menit Normal
denyut nadi 98x/menit, Nadi teraba 60-100 x/menit Normal
reguler, isi dan tegangan
cukup
TD 120/80 mmHg Tekanan sistolik 100-120 dan Normal
diastolik 60-80
T 36,8 oC  36-37,5 o C: Normal Normal

Pemeriksaan spesifik Keadaan fisiologis Interpretasi

Kepala:
Konjungtiva tidak anemis Konjungtiva tidak Normal
anemis
Sklera tidak ikterik Sclera tidak ikterik Normal

Faring tidak hiperemis Faring tidak hiperemis Normal

Tonsil T3-T3 hiperemis Tonsil T1 tidak Abnormal


hiperemis
Leher: tampak 1 buah benjolan,  Tidak ada benjolan Abnormal
warna sama dengan sekitar,
diameter 2 cm, permukaan rata,
batas tegas, konsitensi kenyal, bias
digerakkan, nyeri (-), fluktuasi (-)

Mekanisme Abnormal benjolan


Infeksi pada kelenjar getah bening akan menyebabkan proliferasi limfosit dan makrofag pada folikel dan sinus
limfoit kemudian akan menyebabkan hipertrofi sel fagositik akibat invasi sehingga terbentuk debris antigen lalu
menyebabkan drainase cairan limfe untuk membawa sel fagositik ke kelenjar getah bening regional sehingga
menyebabkan perbesaran pada kelenjar getah bening sehingga teraba benjolan ( Price, A dan Wilson , L, M.
2005).

Mekanisme Abnormal Tonsil T3-T3

Terjadi infeksi tonsil menyebabkan kuman menginfiltrasi (menyusup) lapisan epitel-epitel terkikis sehingga
limfoid siperkistal bereaksi menyebabkan terjadi pembendungan radang dengan infiltasi leukosit
polimorfonuklear
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada kasus ?

Jawab :

Ultrasonografi (USG)

USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mendiagnosis limfadenopati servikalis.
Penggunaan USG untuk mengetahui ukuran, bentuk, echogenicity, gambaran mikronodular, nekrosis
intranodal dan ada tidaknya kalsifikasi. USG dapat dikombinasi dengan biopsi aspirasi jarum halus untuk
mendiagnosis limfadenopati dengan hasil yang lebih memuaskan, dengan nilai sensitivitas 98% dan
spesivisitas 95%..

CT Scan

CT scan dapat mendeteksi pembesaran KGB servikalis dengan diameter 5 mm atau lebih. Satu studi
yang dilakukan untuk mendeteksi limfadenopati supraklavikula pada penderita nonsmall cell lung cancer
menunjukkan tidak ada perbedaan sensitivitas yang signifikan dengan pemeriksaan menggunakan USG atau
CT scan.

7. Apa working diagnosis kasus ini ?

Jawab :

Limfadenopati regio colli sinistra dengan tonsillitis kronis.

8. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus ini ?


Jawab :

Pengobatan limfadenopati KGB leher didasarkan kepada penyebabnya. Banyak kasus dari
pembesaran KGB leher sembuh dengan sendirinya dan tidak membutuhkan pengobatan apapun selain
observasi. Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk dilaksanakan
biopsi KGB. Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan gejala yang mengarahkan kepada
keganasan. KGB yang menetap atau bertambah besar walau dengan pengobatan yang adekuat
mengindikasikan diagnosis yang belum tepat. Antibiotik perlu diberikan apabila terjadi limfadenitis
supuratif yang biasa disebabkan oleh Staphyilococcus. aureus dan Streptococcus pyogenes (group A).
Pemberian antibiotik dalam 10-14 hari dan organisme ini akan memberikan respon positif dalam 72 jam.
Kegagalan terapi menuntut untuk dipertimbangkan kembali diagnosis dan penanganannya. Pembedahan
mungkin diperlukan bila dijumpai adanya abses dan evaluasi dengan menggunakan USG diperlukan untuk
menangani pasien ini.
9. Bagaimana komplikasi pada kasus ini ?
a. Abses retrovaring
Adalah terkumpulnya nanah di ruang retrofaring yang merupakan salah satu daerah
potensial di leher dalam. Abses retrofiring merupakan kasus yang jarang tetapi dapat
menyebabkan kematian terutama pada umur di bawah 5 tahun.
b. Limfadenitis
Limfadenitis adalah peradangan pada satu atau beberapa kelenjar getah bening.
Peradangan tersebut akan menimbulkan hiperplasia kelenjar getah bening hingga terasa
membesar secara klinik. Kemunculan penyakit iniditandai dengan gejala munculnya benjolan
pada saluran getah bening misalnya ketiak, leher dan sebagainya. Kelenjar getah bening yang
terinfeksi akan membesar dan biasanya teraba lunak dan nyeri. Kadang-kadang kulit diatasnya
tampak merah dan teraba hangat.
c. Limfoma
Limfoma adalah salah satu jenis kanker darah yang terjadi ketika limfosit atau sel
darah putih. Sel darah tersebut biasanya membantu melindungi tubuh dari infeksi dan penyakit
berubah menjadi tidak normal. Limfosit abnormal dapat membagi dan berkembang lebih
cepat daripada sel normal dan biasanya ia akan hidup lebih lama dari biasanya. Sel darah putih
tersebut dihasilkan oleh sistem getah bening atau sistem limfatik. Sistem limfatik adalah
jaringan yang kompleks pembuluh getah bening, kelenjar getah bening dan organ lain
termasuk limpa.

10. Apa prognosis pada kasus ini ?


Jawab :
Dubia at bonam

11. Apa Kompetensi Dokter umum kasus ini ?


Jawab :
Tingkat 3A (sesuai etiologi)

12. Apa etiologi pada kasus ini ?


Jawab :
Penyebab yang paling sering limfadenopati adalah:
• Infeksi
- Infeksi virus
Infeksi yang disebabkan oleh virus pada saluran pernapasan bagian atas seperti Rinovirus,
Parainfluenza Virus, influenza Virus, Respiratory Syncytial Virus (RSV), Coronavirus, Adenovirus
ataupun Retrovirus. Virus lainnya Ebstein Barr Virus (EBV), Cytomegalo Virus (CMV), Rubela,
Rubeola, Varicella-Zooster Virus, Herpes Simpleks Virus, Coxsackievirus, dan Human
Immunodeficiency Virus (HIV)
- Infeksi bakteri
Peradangan KGB (limfadenitis) dapat disebabkan Streptokokus beta hemolitikus Grup A atau
stafilokokus aureus. Bakteri anaerob bila berhubungan dengan caries dentis dan penyakit gusi, radang
apendiks atau abses tubo-ovarian.
-Penyakit lainnya yang salah satu gejalanya adalah limfadenopati adalah penyakit Kawasaki, penyakit
Kimura, penyakit Kikuchi, penyakit Kolagen, penyakit Cat-scratch, penyakit Castleman, Sarcoidosis,
Rhematoid arthritis dan Sisestemic lupus erithematosus (SLE).
-Obat-obatan dapat menyebabkan limfadenopati generalisata. Limfadenopati dapat timbul setelah
pemakaian obat-obatan seperti fenitoin dan isoniazid. Obat-obatan lainnya seperti allupurinol,
atenolol, captopril, carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine, penicilin, pirimetamine,
quinidine, sulfonamida, sulindac).
- Imunisasi dilaporkan juga dapat menyebabkan limfadenopati di daerah leher, seperti setelah
imunisasi DPT, polio atau tifoid

13. Bagaimana epidemiologi pada kasus ini ?


Jawab :

Insiden limfadenopati belum diketahui dengan pasti. Sekitar 38% sampai 45% pada anak normal
memiliki KGB daerah servikal yang teraba. Limfadenopati adalah salah satu masalah klinis pada anak-
anak. Pada umumnya limfadenopati pada anak dapat hilang dengan sendirinya apabila disebabkan
infeksi virus. Studi yang dilakukan di Amerika Serikat, pada umumnya infeksi virus ataupun bakteri
merupakan penyebab utama limfadenopati. Infeksi mononukeosis dan cytomegalovirus (CMV)
merupakan etiologi yang penting, tetapi kebanyakan disebabkan infeksi saluran pernafasan bagian
atas. Limfadenitis lokalisata lebih banyak disebabkan infeksi Staphilococcus dan Streptococcus beta-
hemoliticus.Dari studi yang dilakukan di Belanda, ditemukan 2.556 kasus limadenopati yang tidak
diketahui penyebabnya. Sekitar 10% kasus diantaranya dirujuk ke subspesialis, 3,2% kasus
membutuhkan biopsi dan 1.1% merupakan suatu keganasan. Penderita limfadenopati usia >40 tahun
memiliki risiko keganasan sekitar 4% dibandingkan dengan penderita limfadenopati usia <40 tahun
yang memiliki risiko keganasan hanya sekitar 0,4%.
14. Bagaimana NNI pada kasus ini ?
H.R Abu Daud :
5. Kesimpulan
Tn. El 19 tahun , mengeluh ada benjolan di regio colli sinistra dan nyeri menelan karena mengalami
limfadenopati akibat tonsilitis kronis

6. Kerangka Konsep

Tonsilitis kronis

Sistem imun tubuh


menurun

Pembesaran KGB colli


sinistra

Limfadenopati

Anda mungkin juga menyukai