RMK Bab 4 Audit Internal

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

NAMA : RISMAYANTI

NIM : A031171019

“SURVEI PENDAHULUAN”

Pendahuluan

Dalam rangka memperoleh pemahaman informasi , dan perspektif yang


dibutuhkan, untuk mendukung kesuksesan audit, seorang auditor dapat menggunakan
survei pendahuluan. Dalam melakukan survei pendahuluan, harus dipastikan bahwa
waktu dan upaya yang dihabiskan untuk survei pendahuluan dapat produktif bagi
auditor internal. Survei audit dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan atau kegagalan audit. Keberhasilan audit yang ditunjang dengan adanya
program audit yang tepat, dihasilkan dengan adanya survei pendahuluan yang
direncanakan dan dilaksanakan dengan baik.

Melaksanakan Studi Awal

Kebanyakan pendokumentasian dan proses perolehan pemahaman diselesaikan


bahkan sebelum auditor melakukan audit. Studi awal yang dilakukan auditor mencakup
penelaahan atas kertas kerja tahun sebelumnya, temuan-temuan audit, bagan organisasi,
dan dokumen-dokumen lain yang akan membentu untuk lebih memahami subjek audit.

Pada banyak kondisi, studi awal akan dilakukan di kantor pusat, meskipun
banyak auditor internal saat ini dapat mengakses informasi secara elekronik dari yang
jauh. Kertas kerja tahun sebelumnya dapat menunjukkan pendekatan yang dilakukan
auditor lain atas penugasan tersebut, meskipun pendekatan yang sama mungkin tidak
lagi layak atau tidak diinginkan untuk audit tahun ini.

Studi awal juga mencakup penelaahan saksama atas bagan organisasi dan
pernyataan tanggung jawab dan kewenangan. Dokumen tersebut dapat menunjukkan
posisi aktivitas klien dalam hierarki perusahaan, apa yang diharapkan manajemen senior
atas manajemen di bawahnya, dan kewenangan apa yang diberikan kepada manajer
operasi. Penelaahan harus dilakukan secara saksama atas kata-kata yang tertera.
Pernyataan wewenang dan tanggung jawab seringkali dibuat oleh orang yang
melakukan aktivitas tersebut. Dalam beberapa hal, pernyataan tersebut bisa dilebih-
lebihkan dan auditor harus skeptic menyikapinya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
apabila audit yang dilakukan adalah audit berulang (repeat audit) adalah mempelajari
permanent file yang berisi laporan audit terdahulu, informasi lainnya yang relevan
dengan penugasan berikutnya. Auditor perlu menelaah literature-literatur yang terkait
agar pengetahuan audit dapat selalu ter-update dengan memakai referensi dari situs dari
IIA yaitu www.theiia.org atau jurnal Internal Auditor yaitu jurnal profesi.

Pendokumentasian
Pendokumentasian merupakan beberapa langkah yang akan mengarah pada
pertemuan awal antara auditor dengan manajer kalien. Dokumentasi dapat berupa
kuesioner penting untuk bahan wawancara/diskusi.

Daftar Pengingat

Dalam setiap permulaan audit, auditor internal kadang kala bingung, “apa yang
akan dikerjakan selanjutnya?” Meskipun setiap penugasan audit tidak sama, namun
terdapat langkah-langkah awal tertentu yang berlaku untuk setiap audit. Langkah-
langkah ini harus dicatat dalam daftar pengingat sehingga memudahkan pekerjaan.

Daftar pengingat tidak dirancang untuk menghambat inisiatif atau kreativitas.


Daftar tersebut menyederhanakan proses perencanaan dengan membantu auditor
melakukan pekerjaan secara terorganisasi dan dengan langkah awal yang minimum.
Daftar pengingat membantu auditor mengorganisasikan kertas kerja mereka dan
membuat tahap audit selanjutnya lebih sederhana untuk dikerjakan.

Daftar Isi

Sebelum auditor mulai melakukan instruksi-instruksi yang terdapat dalam daftar


pengingat, sebaiknya siapkan dahulu daftar isi. Langkah ini dilakukan sebelum tahap
perencanaan audit. Daftar isi akan memaksa audit untuk (1) mendaftar masalah-masalah
tertentu yang harus ditangani seiring dengan kemajuan penugasan, dan (2) membuat
acuan kertas kerja.

Pengurangan Biaya

Pengurangan biaya secara langsung memengaruhi laba perusahaan. Pada


umumnya manajemen mengharapkan penugasan audit internal menghasilkan
pengurangan biaya, maupun peningkatan operasi. Beberapa usulan pengurangan biaya
dari auditor berasal dari kombinasi kondisi yang ada dan memahami masalah yang
dihadapi oleh auditor.

Catatan Kesan

Catatan kesan tidak dibuat untuk diberikan kepada manajemen. Fungsinya


adalah sebagai daftar pengingat bagi auditor ketika mereka sedang melakukan
pembicaraan rahasia dengan manajer senior. Catatan kesan dapat membantu
mengidentifikasi gejala-gejala kemunduran yang membutuhkan perhatian khusus dan
membutuhkan perbaikan dalam hubungan dengan karyawan, kondisi kerja, manajemen,
atau pengawasan. Contohnya adalah :

CATATAN KESAN
Penugasan Audit :…………………………

Judul :………………………....

Organisasi yang diaudit:……………………..

Catatan ini menyimpan semua penilaian auditor terhadap aspek-aspek tertentu


organisasi yang telah diperiksa. Catatan ini harus dilengkapi setiap selesai melakukan
audit. Auditor harus meringkas data untuk menentukan kecenderungan umum atau
masalah-masalah di organisasi yang harus diketahui oleh manajemen. Jika ada penilaian
yang terkait langsung dengan temuan khusus, catatan ini tidak boleh dibahas dengan
karyawan klien. Jika auditor merasa tidak memiliki cukup informasi untuk menjawab
suatu pertanyaan, nyatakan hal tersebut dibawah setiap pertanyaan.

Kuisioner

Kuisioner diusahakan untuk mudah dipahami bagi responden yang diminta


mengisi kusioner. Kuesioner ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan digunakan
untuk memenuhi tujuan audit, bertemu manajer klien pada pertemuan awal. Selain itu,
kuisioner yang baik tidak terlalu tebal atau tidak terlalu panjang. Berikut contoh
pertanyaan-pertanyaan yang layak untuk ditanyakan:

1. Berapa bagian/seksi yang ada pada aktivitas anda?

2. Berapa banyak karyawan yang ditugaskan pada bidang ini?

3. Aktivitas-aktivitas apa yang dilakukan?

4. Apakah terdapat prosedur-prosedur tertulis untuk aktivitas tersebut?

5. Aktivitas apa yang menurut anda paling penting?

6. Aktivitas mana yang paling mengganggu?

7. Bagaimana anda menerapkan kontrol atas organisasi?

8. Laporan kontrol apa yang anda terima dari karyawan?

9. Standar apa yang anda tetapkan untuk karyawan?

10. Standar anda bersumber dari mana?

11. Bagaimana anda melatih karyawan?

12. Bagaimana anda mengevaluasi kinerja mereka?

13. Bagaimana supervisor membantu meningkatkan kinerja karyawan?

14. Bagaimana anda menetapkan prioritas bagi pekerjaan anda?


15. Bagaimana tingkat perputaran karyawan?

16. Seberapa banyak dan bagaimana sifat pesanan anda?

17. Kepada siapa anda melapor?

18. Laporan apa yang anda siapkan untuk manajemen anda sendiri, dan seberapa
sering dihasilkan?

19. Dari mana sumber informasi yang terdapat dalam laporan?

20. Dengan organisasi apa anda menjalin kerja sama?

21. Imbal balik apa yang anda dapat dari mereka?

22. Perubahan-perubahan besar apa yang telah terjadi sejak audit terakhir?

Bertemu Klien

Pertemuan auditor internal dengan manajer klien memberi peluang bagi auditor
untuk menjelaskan tujuan dan pendekatan audit yang akan dilakukan. Dalam beberapa
situasi, auditor justru ingin membahas keseluruhan peran audit internal dalam
organisasi. Dalam pembahasannya dengan manajer dan supervisor, auditor menjelaskan
tujuan, sasaran, standar operasi serta risiko bawaannya.

Mengatur Jadwal Pertemuan

Waktu dan tempat pertemuan harus diatur terlebih dahulu. Jika memungkinkan
hindari kunjungan mendadak. Pemberitahuan terlebih dahulu lebih sopan dan akan
dihargai serta tidak merugikan audit. Klien yang siap akan memberikan lebih banyak
informasi dan kesalahan informasi yang disengaja oleh klien akan cenderung dideteksi
dalam pelaksanaan audit sesungguhnya.

Pertemuan awal cenderung akan menuntun arah audit, salah satunya


kemungkinan kerja sama. Auditor internal haruslah terbuka dan terus terang mengenai
tujuan audit mereka. Mereka harus mengajukan pertanyaan sebagai seorang yang ingin
menggali informasi, bukan sebagai penyidik. Jangan ada perseteruan, perselisihan yang
bisa merusak pertemuan awal ini. Manajer klien hanya ingin diperlaukan secara wajar
dan dipandang dengan objektif.

Jika jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tesebut memiliki bukti yang sah bahwa
memang ada tindakan perbaikan, maka manajemen patut diberi pujian. Jika masalah
tersebut cukup signifikan, sebaiknya dimuat dalam laporan audit internal-bukan sebagai
temuan audit, tetapi sebagai catatan masalah yang diselesaikan. Jika keyakinan yang
diberikan hanya sebagai upaya untuk menghindari disangkutpautkan dengan temuan
kelemahan, maka hal ini harus dilaporakan sebagai temuan audit.
Wawancara

Teknik-teknik wawancara yang baik membuat orang merasa nyaman, membuat


mereka ingin memberi informasi, bekerja sama dalam audit, dan mudah mudahan
membuat penugasan audit berhasil. Auditor internal harus memiliki keahlian dalam
berhubungan dengan orang dan berkomunikasi secara efektif. Juga oenting bagi auditor
internal untuk memiliki keahlian dalam komunikasi lisan dan tulisan sehingga mereka
dapat menyampaikan tujuan audit, evaluasi, kesimpulan dan rekomendasi secara jelas
dan efektif.

Karena penugasan teknik-teknik wawancara yang efektif pada hakikatnya adalah


tanggung jawab professional, maka auditor internal harus memahami bagian-bagian
penting dari wawancara dan berusaha menguasainya. Wawancara bukanlah sebuah
tindakan tunggal, melainkan bagian dari sebuah proses. Wawancara yang sukses
didasarkan pada penerapan saksama enam langkah penting:

1. Persiapan. Jangan datang tanpa persiapan. Pelajari sebanyak mungkin tentang


klien sebelum Tanya jawab. Tentukan tujuan Tanya jawab dan siapkan
pertanyaan-pertanyaan untuk mencapai tujuan tersebut.

2. Penjadwalan. Rencanakan jadwal dengan saksama. Jangan berkunjung dengan


mendadak-kecuali memang diperlukan.

3. Pembukaan. Beritahu klien dengan jujut tujuan wawancara dan bagaimana


hasilnya akan digunakan.

4. Pelaksanaan. Wawancara merupakan pelaksanaan komunikasi, dan auditor


internal harus memiliki keahlian dalam proses komunikasi.

5. Mengajukan pertanyaan. Cara auditor mengajukan pertanyaan dapat


memengaruhi kesuksesan atau kegagalan suatu wawancara. Pertanyaan-
pertanyaan pembuka harus membuat orang menjadi nyaman.

6. Penutupan. Jangan terlena dengan pembicaran. Perhatikan tanda-tanda


nonverbal bahwa klien ingin pembicaraan diakhiri. Cobalah akhiri dengan nada
positif dengan meringkas kesepakan atau puji tindakan-tindakan yang layak
dipuji.

Mengumpulkan Bahan Bukti

Survey pendahuluan akan berlangsung lancar dan sistematis jika auditor


memiliki pandangan yang jelas mengenai apa yang ingin dicapai. Dalam kebanyak
audit, informasi penting dalam rangka mengumpulkan bahan bukti dapat
diklasifikasikan ke dalam empat fungsi dasar manajemen.

Perencanaan
Informasi penting yang bisa diperoleh auditor mengenai perencanaan adalah sebagai
berikut:

1. Tentukan tujuan aktivitas atau organisasi, baik jangka panjang maupun jangka
pendek.

2. Dapatkan salinan anggaran, kebijakan, arahan, dan prosedur.

3. Tentukan proyek atau studi khusus yang tengah berlangsung.

4. tentukan rencana untuk masa datang yang telah dibuat.

5. Tanyakan jika ada ide-ide perbaikan yang belum direalisasikan.

6. Tentukan cara menetapkan sasaran dan siapa yang menetapkan atau membantu
menetapkannya.

Pengorganisasian

Informasi penting yang bisa diperoleh auditor mengenai pengorganisasian adalah


sebagai berikut:

1. Dapatkan salinan bagan organisasi dan salinan deskripsi jabatan.

2. Tanyakan hubungan dengan organisasi lain.

3. Telaah letak fisik, catatan peralatan, serta lokasi dan kondisi aktiva.

4. Tentukan perubahan organisasional yang dilakukan akhir-akhir ini atau sejak


audit terakhir

5. Dapatkan informasi mengenai otoritas yang didelegasikan dan tanggung jawab


yang diberikan dan

6. Dapatkan informasi mengenai lokasi, sifat dan ukuran kantor cabang.

Pengarahan

Informasi penting yang bisa diperoleh auditor mengenai pengarahan adalah sebagai
berikut:

1. Dapatkan salinan instruksi operasional bagi karyawan.

2. Tanyakan kepada karyawan apakah instruksi sudah cukup jelas dan bisa
dipahami.

3. Tentukan apakah rentang manajemen dan pengawasan memungkinkan arah


kerja yang memadai.
4. Tentukan apakah kewenangan sama dengan tanggung jawab.

5. Pada badan-badan pemerintah, tentukan masalah-masalah penting yang akan


menarik minat public.

6. Identifikasikan hambatan-hambatan organisasi dalam melaksanakan tugas yang


diembannya.

Kontrol

Auditor dapat memperoleh informasi penting mengenai kontrol dengan:

1. Dapatkan salinan standard an pedoman kerja tertulis.

2. Telaah system dan alur kerja. Waspada dengan adanya tanda pemborosan,
pesanan penjualan, peralatan atau bahan baku yang berlebihan, karyawan
yang menganggur, perbaikan dan pekerjaan ulang yang ekstensif, bahan sisa
yang berlebihan, dan kondisi kerja yang buruk.

3. Telaah data finansial historisnya, dan kenali trennya.

4. Identifikasikan aktivitas atau prosedur khusus yang akan digambarkan


dengan bagan alir, seperti penyusunan kontrak, pemeriksaan aplikasi
pinjaman, menyetujui atau tidak menyetujui pinjaman, penjualan aktiva,
melakukan sewa guna usaha, periklanan, menetapkan harga, merekrut
karyawan, meminjam dana, dan memilih pemasok. Tindakan-tindakan atau
prosedur prosedur ini harus mencerminkan aktivitas yang diperiksa.

Pengamatan

Pengamatan dalam arti umum terus dilakukan selama survey pendahuluan. Melalui
pengamatan dan tanya jawab yang yang efektif, auditor internal mampu untuk:

 Menentukan tujuan, sasaran dan standar

 Menilai kontrol untuk mencapai tujuan

 Mengevaluasi resiko

 Menentukan kontrol untuk meminimalkan resiko

 Membuat penentuan risiko secara statistik

 Menilai gaya manajemen dan aspek perilaku manusia

Tujuan, Sasaran dan Standar


Kompleksitas operasi pada suatu perusahaan mungkin akan membuat auditor
menemui kesulitan pada saat akan melakukan pemeriksaan. Survei pendahuluan dapat
menjadi senjata terbaik bagi auditor untuk memperoleh pemahaman, informasi dan
persektif yang dibutuhkan untuk mendukung kesuksesan audit. Audit bisa juga
merupakan bagian dari penugasan rutin yang memiliki standar dan proses tertentu atau
bisa juga merupakan respons atas masalah yang berkembang yang membutuhkan
pengetahuan akan hal baru atau tehnik pemeriksaan yang berbeda. Beberapa praktisi
audit internal telah mengembangkan pendekatan ”tepat pada waktunya” untuk
penjadwalan audit untuk memastikan bahwa jasa audit siap tersedia sesuai waktu yang
dijadwalkan. Survei pendahuluan dapat membantu auditor menentukan jenis audit
paling efektif terutama dengan adanya paradigma baru bahwa auditor harus dapat
memberikan nilai tambah bagi perusahaan dan bahwa perusahaan adalah
pelanggan/klien dari auditor. Selama survei pendahuluan, auditor internal harus
menentukan tujuan aktivitas yang menjadi tujuan audit, yang akan ditetapkan
selanjutnya. Jika tujuan ini tidak dipahami dengan baik, maka audit bisa kehilangan
manfaatnya. Mendapatkan gambaran aktivitas yang tepat dan kesesuaian misinya
dengan sasaran strategis perusahaan merupakan profesionalisme auditor internal.

Saat melakukan survei, auditor internal akan senantiasa mengingat dengan tepat
tujuan, sasara, dan standar yang seharusnya atau sedang diupayakan untuk dimiliki
organisasi kilen. Auditor harus mencoba untuk menentukan apakah:

a. Tujuan tersebut sesuai dengan rencana strategis dari organisasi—suatu


rancangan besar perusahaan.

b. Orang-orang yang akan dibatasi oleh tujuan, sasaran, dan standar


berpartisipasi dalam penetapannya.

c. Tujuan diketahui oleh semua orang yang akan berpartisipasi dalam


pencapaiannya.

d. Tujuan tersebut secara realistis mempertimbangkan sumber daya yang


tersedia bagi aktivitas.

e. Tujuan tersebut menuntun aktivitas dalam menghadapi kendala dan kendali


eksternal.

Sasaran dan standar yang ditetapkan akan memotivasi orang untuk mencapai lebih dari
apa yang bisa mereka capai

Kontrol-kontrol untuk Mencapai Tujuan

Jika tujuan, sasaran, dan standar telah diidentifikasi dan disepakati selama survei
pendahuluan, langkah selanjutnya adalah menentukan kontrol apa, atau yang
seharusnya, diterapkan untuk memastikan bahwa hasil-hasil yang diinginkan akan
dicapai.

Auditor internal dihadapkan pada sejumlah kontrol potensial ketika mereka


melakukan survey pendahuluan kebijakan organisasi atau agensi, prosedur, manual,
instruksi-instruksi khusus, laporan daftar, registrasi formulir, pembagian tugas, sistem
persetujuan, pengawasan, dan lainnya. Mencoba untuk membaca dan memahami
semuanya dapat mengaburkan mata dan melelahkan otak. Mencoba menyerap literatur
mengenai sejumlah kontrol sering kali membuang waktu. Jika kita membaca
relevansinya dengan masalah tertentu, semua kontrol ini kelihatan tidak berkaitan
dengan kenyataan.

Risiko

Sebelum auditor mengelola risiko atau memutuskan alokasi sumber daya ang
terlibat dalam manajemen risiko, hubungan lebih erat antara manajemen risiko dan audit
internal telah lama disarankan. Pada kenyataannya, beberapa pengamat menyarankan
bahwa titik awal perencanaan audit internal haruslah risiko-risiko organisasional, atau
ancaman bagi pencapaian tujuan-tujuan usaha.

Kontrol Risiko

Ketika auditor internal telah mengenali risiko. Mereka harus mencari kontrol
yang dirancang untuk menghadapinya. Kontrol yang tidak memadai atau tidak efektif
harus didiskusikan segera dengan manajer klien. Jika kesepakatan tentang tindakan
perbaikan dicapai dan tindakan perbaikan yang memadai diambil, upaya audit
selanjutnya akan lebih mudah. Namun jika manajer tidak bisa diyakinkan dan
membutuhkan bukti bahwa risiko tersebut memang ada dan kontrol memang lemah,
auditor harus membuat program pengujian purposive – bukan pengujian berdasarkan
sampel – untuk mendukung bukti dan signifikansi risiko.

Penentuan Risiko

Penentuan risiko (risk assessment) merupakan hal penting bagi manajemen dan
auditor internal. Berdasarkan studi yang dilakukan COSO, Kontrol Internal – Kerangka
Kerja Terintegrasi menyatakan bahwa persyaratan awal untuk penentuan risiko adalah
penetapan tujuan, yang dihubungkan pada tingkat-tingkat ang berbeda dan konsisten di
dalam organisasi.

Tujuan penetuan risiko adalah untuk membuat karyawan sadar akan beragam
risiko yang ada serta prioritas, keterbatasan dari daftar risiko tersebut. Sejumlah risiko
tidaklah statis, selalu ada risiko yang muncul setiap waktu. Oleh karena itu penentuan
risiko merupakan fungsi yang berkelanjutan dalam proses manajemen yang harus
dilakukan secara berorganisasi dan berurutan.
Manajemen yang Efektif

Selama survey pendahuluan, dan khususnya selama wawancara dengan manajemen


operasional, auditor internal bisa menilai manajer. Tidak ada kontrol yang lebih baik
daripada manajemen yang memiliki pengetahuan, gampang ditemui, dan berpandangan
luas. Jika gaya manajemen memang seperti ini, manajer itu sendiri merupakan auditor
internal. Jika manajemen efektif, auditor internal dapat mengurangi cakupan audit.

Aspek Manusia

Pegawai merupakan urat nadi perusahaan. Kontrol yang baik tidak dapat menjamin
bahwa semua aktivitas akan dilaksanakan dengan baik kecuali terdapat pegawai yang
kompeten. Cara menilai aspek manusia ini dengan menelaah catatan dan praktik-praktik
pegawai. Penelaahan bisa jadi tidak memungkinkan auditor membuat penentuan
definitive, namun bisa memberikan sinyal bahaya dan mempengaruhi program audit.
Auditor bisa mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

Jika jawaban menunjukkan kondisi yang memuaskan, auditor bisa mengurangi tingkat
keandalan sampel yang diharapkan dari hasil pengujian. Dengan kata lain, auditor bisa
mengambil kesimpulan dengan memeriksa sedikit sampel. Jika survey menunjukkan
praktik kepegawaian yang tidak memuaskan, auditor mungkin perlu memeriksa dengan
lebih ketat memperluas sampel, serta mencatat ketidakefektifan dan ketidakefisienan
kinerja.

Pengamatan Fisik

Hal-hal yang abstrak sulit dipahami dan digambarkan. Auditor harus keluar
sendiri dan melihat sendiri fasilitas, tata letak fisik, proses, aliran bahan baku dan
dokumen. Pengamatan pribadi menggambarkan apa yang terjadi dan bagaimana
terjadinya.

Pengamatan fisik selayaknnya berlangsung dalam dua tahap. Pada tahap


pertama, auditor internal harus berkeliling fasilitas perusahaan untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih baik mengenai lokasi, kondisi dan tata letak. Tujuannya adalah
untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai kebijakan, prosedur dan bagan
organsasi. Pasa saat bertemu karyawan,auditor dapat menanyakan

1. Apakah pekerjaan datang ke anda tepat waktu, dan apakah kualitasnya bagus?

2. Apakah terdapat laporan atau catatan informal mengenai kesulitan dalam pekerjaan
yang diterima?

3. Apakah tindakan perbaikan sudah diambil untuk masalah-masalah?

4. Apakah tindakan tersebut terbukti efektif? Jika tidak, mengapa?


5. Apakah terdapat masalah keamanan? Apakah sudah ada penelaahan oleh petugas
keamanan resmi dan bagian administrasi kesehatan atau pemeriksa asuransi?

6. Apakah terdapat masalah keamanan menyangkut dokumen dan aktiva?

7. Apakah alur kerja dan dokumen dokumen cukup wajar dan efisien?

8. Bagaimana kondisi fasilitas peralatan?

9. Bagaiamana kuantitas dan kualitas barang-barang sisa?

Pada operasi yang kompleks, mungkin auditor perlu melakukan tahap


selanjutnya yang sering disebut “penelusuran”.Selama penelusuran, auditor mungkin
menelaah beberapa aktivitas kerja dari awal sampai akhir, dan menyiapkan bagan
alir. Penelusuran membantu auditor menilai ketaatan dengan kebijakan dan prosedur
serta menentukan apakah kontrol memang berfungsi. Langkah ini tidak akan
mengungkapkan seberapa baik transaksi diproses, hal ini membutuhkan pengujian
substantive.

Pembuatan Bagan Alir

Dengan menyampaikan bagan alir suatu proses dapat dipotret dan dapat
memberikan gambaran system dan merupakan sarana untuk menganalisa operasi yang
kompleks - analisa yang tidak selalu bisa dicapai dengan narasi yang rinci.

Pembuatan bagan alir yang formal seharusnya distandarisasikan dengan


departemen audit. Semua auditor harus menggunakan bentuk yang sama dan mengikuti
instruksi dasar yang sama. Biasanya akan sangat membantu bila bagan alir
dikoordinasikan dengan auditor eksternal ataupun auditor independen. Analisis yang
tidak selalu bisa dicapai dangan narasi yang rinci. Namun perlu diperhatikan bahwa
tidak semua bagan alir terperinci, formal, dan ekstensif.

Pelaporan

Survei yang dilakukan dengan baik akan menghasilkan sejumlah informasi yang
bermanfaat. Data yang dikumpulkan dapat mengidentifikasi hal-hal penting dan
masalah yang ada serta membantu auditor memutuskan apakah pemeriksaan lanjutan
diperlukan. Hasil survey ini perlu dibuatkan laporan dengan fokus pada kecukupan
kontrol bukan efektivitas kontrol dan menunjukkan dasar keputusan untuk terus
melakukan audit.

Selama penelaahan hasil-hasil survey dengan manajemen, pelaporan temuan


positif dan negative bisa jadi kondusif bagi hubungan auditor-klien, Pendekatan ini
mengkomunikasikan apa yang dicari auditor internal, kerja sama yang sehat, objektif,
tidak bias terhadap penilaian operasi.
Jika survei memberi keyakinan adanya sistem, kontrol, pengawasan, dan
manajemennya bisa menjadi dasar keputusan tidak dilakukannya audit. Sumber daya
audit biasanya kebanyakan organisasi audit internal memiliki lebih banyak proyek audit
dibandingkan auditor yang akan melakukannya. Tidak masuk akal untuk menghabiskan
waktu audit yang berharga hanya untuk mengejar pengujian transaksi jika kelihatannya
sistem kontrol itu sendiri akan menunjukan semua transaksi yang memiliki kelemahan
material.

Pada saat yang sama, kebanyakan auditor internal merasa perlu menerbitkan
laporan audit walaupun hanya survei yang dilakukan. Dengan informasi yang
dikumpulkan selama survei, mungkin laporan berharga bisa disiapkan. Namun akan
menjadi lebih bijak untuk secara hati-hati menguraikan lingkup audit yang terbatas,
dengan berkonsentrasi pada kecukupan—bukan pada efektivitas kontrol dan
menunjukkan dasar keputusan untuk terus melakukan audit.

Bahkan dalam situasi program audit akan disiapkan dan pekerjaan lapangan
akan dilakukan mungkin berguna untuk membuat ringkasan basil survei dan
melaporkannya secara informal ke manajemen. Kadang-kadang, informasi yang
mencukupi akan diperoleh selama survei untuk merekomendasikan perbaikan bahkan
sebelum pengujian substantif dilakukan. Dalam kasus ini, pengamatar. internal harus
dibahas dengan manajer klien sebelum program audit disiapkan. Jika m puas dengan
analisis auditor dan bersedia mengambil tindakan perbaikan, hasil survei final,
tergantung pada tindak lanjut normal atas tindakan perbaikan yang dilakukan.

Selama penelaahan hasil-hasil survei dengan manajemen, pelaporan temuan


positif dam jadi kondusif bagi hubungan auditor-klien. Pendekatan ini
mengomunikasikan apa yang internal: kerja sama yang sehat, objektif, tidak bias
terhadap penilaian operasi.

Jika hasil-hasil survei kemudian membutuhkan audit, ringkasan audit seharusnya


men langkah audit yang disarankan dan rasional bagi mereka. Auditor juga harus
mengiden tifikasi aktivitas yang tidak akan diaudit dan menjelaskan alasannya. Estimasi
awal untuk waktu dan kebutuhan sumber daya harus dilakukan, bersama dengan target
tanggal pekerjaan lapangan dan audit.

Membuat Anggaran Survey

Anggaran dibuat dengan berpatokan pada perkiraan waktu yang dibutuhkan


auditor. Tidak ada standar untuk anggaran survey pendahuluan. Jika audit yang
dilakukan merupakan audit rutin maka perkiraan waktu dapat segera ditentukan. Jika
terjadi perubahan signifikan dalam tujuan, prosedur, system operasi, otomatisasi,
organisasi, manajemen, dan karyawan akan mempengaruhi waktu yang diperlukan
untuk mengenal dan mengidentifikasi masalah. Semua faktor harus dipertimbangkan
dalam membuat anggaran survey. Tetapi bahkan jika auditor merasa cukup memahami
aktivitas, mereka harus selalu waspada akan dua faktor yang dapat berubah yaitu orang
dan perilaku mereka.

Memperkirakan waktu yang dibutuhkan auditor merupakan faktor kunci dalam


survei pendahuluan. Waktu yang akan dialokasikan akan tergantung pada sejumlah
factor. Tujuan survei adalah agar lebih mengenal. Makin kenal auditor dengan aktivitas
yang ada, maka makin sedikit waktu yang dibutuhkan untuk melakukan survei. Juga,
jika audit bersifat rotasional dan kertas kerja sebelumnya memberikan gambaran yang
jelas tentang tujuan, sasaran, standar, dan kontrol operasi, bersama dengan bagan alir,
bagan organisasi, dan dokumen-dokumen lainnya, yang dibutuhkan untuk memperbarui
informasi tersebut.

Semua faktor harus dipertimbangkan dalam membuat anggaran survei, mereka


harus selalu waspada akan dua faktor yang dapat berubah, yaitu orang dan perilaku
mereka. Tidak ada jaminan bahwa baik orang ataupun tingkah laku mereka akan tetap
sama dari ke tahun. Jadi pemahaman bisa saja hanya ilusi.

Tidak ada alasan untuk menggali verifikasi pekerjaan setiap operasi tanpa survei
pendahuluan, bahkan jika hanya menanyakan perubahan apa yang telah terjadi sejak
audit terakhir. Tidak ada standar untuk anggaran survey pendahuluan. Berdasarkan
survei informasi dari praktisi, estimasi yang wajar mungkin 10 persen hingga 20 persen
dari total anggaran untuk proyek audit

Anda mungkin juga menyukai