Laporan Pendahuluan RIP Bengkalis Revisi PDF
Laporan Pendahuluan RIP Bengkalis Revisi PDF
Laporan Pendahuluan RIP Bengkalis Revisi PDF
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................................................. vi
LAPORAN PENDAHULUAN ii
PT. CITA PRISMA
4.2.3 Metode Analisis Kebutuhan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan ................................ 4-18
LAMPIRAN............................................................................................................................................ a
Gambar 2-3 Tingkat Kemiskinan (%) Provinsi Riau 2010 ............................................................... 2-4
Gambar 2-4 PDRB Kabupaten Bengkalis Menurut Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000
Tahun 2008-2011 ........................................................................................................ 2-12
Gambar 2-5 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bengkalis Tahun 2008-2011....................... 2-12
Gambar 2-6 Nilai dan Pertumbuhan PDRB Koridor Ekonomi Sumatera ....................................... 2-12
Gambar 4-1 Sketsa Bentuk Konstruksi Bench Mark (BM) .............................................................. 4-8
Gambar 4-3 Sketsa Pengukuran jarak pada permukaan miring ...................................................... 4-10
Gambar 4-4 Sketsa Pengukuran Sudut Antar Dua Patok ................................................................ 4-10
Gambar 4-6 Sketsa Pergerakan perahu motor menyusuri jalur sounding ....................................... 4-13
Gambar 4-8 Sketsa Pengukuran arus pada tiga kedalaman perairan .............................................. 4-15
PT. CITA PRISMA
Gambar 4-9 Konsep Dasar Perencanaan Transportasi dan Tata Ruang.......................................... 4-16
Gambar 4-16 Contoh Tititk Tekanan Kapal Pada Fender ................................................................. 4-32
LAPORAN PENDAHULUAN v
DAFTAR TABEL
Tabel 2-2 Kepadatan Penduduk Kabupaten Bengkalis Menurut Kecamatan Tahun 2011 .......... 2-3
Tabel 2-3 Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja yang terdaftar Menurut Sektor Tahun 2011 ..... 2-4
Tabel 2-4 Produksi Tanaman Bahan Makanan Menurut Subround Tahun 2011 .......................... 2-5
Tabel 2-5 Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Kecamatan Tahun 2011 .................. 2-6
Tabel 2-6 Banyaknya Ternak Menurut Kecamatan dan Jenis Tahun 2011................................... 2-6
Tabel 2-7 Produksi Perikanan Menurut Kecamatan Tahun 2011 ................................................. 2-7
Tabel 2-8 Banyaknya Perusahan Industri di Kabupaten Bengkalis Menurut Kecamatan Tahun
2009-2011 ..................................................................................................................... 2-7
Tabel 2-9 Perkembangan Ekspor Impor Kabupaten Bengkalis Tahun 2008-2011 (US $) .......... 2-8
Tabel 2-10 Panjang Jalan Kabupaten Menurut Keadaan Jalan Tahun 2008-2011 .......................... 2-9
Tabel 2-11 Kegiatan Bongkar Barang Angkutan Laut Yang Tercatat Menurut Bulan Tahun 2010-
2011 (Ton) .................................................................................................................... 2-9
Tabel 2-12 Kegiatan Muat Barang Angkutan Laut Yang Tercatat Menurut Bulan Tahun 2010-
2011 (Ton) .................................................................................................................. 2-10
Tabel 2-13 PDRB Kabupaten Bengkalis Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Sektor Tahun
2008-2011 (Rp Juta) ................................................................................................... 2-11
Tabel 5-1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Bengkalis ....... 5-2
BAB 1 PENDAHULUAN
Pelabuhan Laut Bengkalis, adalah sebuah pelabuhan yang terletak pada Provinsi Riau, Indonesia.
Pelabuhan laut ini digunakan untuk bongkar muat barang dan naik turunnya penumpang juga
sebagai aktivitas pelabuhan untuk bongkar muat minyak karena di daerah ini terdapat kilang
minyak unit pengolahan milik Pertamina UP II Dumai-Sungai Pakning. Pelabuhan Bengkalis ini
juga termasuk salah satu pelabuhan untuk mendukung program yang dicanangkan Pemerintah
yaitu untuk mempercepat pembangunan ekonomi, Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
Berdasarkan kondisi di atas, peningkatan pelayanan pelabuhan merupakan hal sangat penting
dilakukan untuk meningkatkan daya saing pelabuhan yang akan berimbas pada peningkatan daya
saing ekspor dan meningkatkan distribusi barang. Untuk meningkatkan pelayanan pelabuhan
perlu mengidentifikasi kualitas pelayanan jasa berdasarkan persepsi konsumen. Hal ini diperlukan
untuk menjamin kepastian usaha dan pelaksanaan pembangunan pelabuhan yang terencana,
terpadu, tepat guna, efisien dan berkesinambungan.
Peningkatan prasarana transportasi pelabuhan juga perlu dan penting untuk dikembangkan bagi
wilayah Kabupaten Bengkalis dan sekitarnya, karena sebagai daerah terbuka membutuhkan
mobilitas manusia dan distribusi barang yang relatif tinggi. Adanya peningkatan kebutuhan
terhadap pelayanan transportasi laut yang memadai seiring dengan meningkatnya intensitas
pembangunan di Kabupaten Bengkalis, maka diperlukan adanya pelabuhan umum yang
memadai.
Oleh karena itu, Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Bengkalis ini merupakan pekerjaan yang
kompleks dan perlu mempertemukan kepentingan berbagai sektor, maka proses penyusunan ini
benar-benar membutuhkan kajian yang mendalam dan keahlian yang kapabel, yang mampu
menghasilkan produk perencanaan sesuai dengan kriteria-kriteria teknis dibidang kepelabuhan
dan merujuk kepada standar peraturan perundangan yang berlaku.
Mengacu pada Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang pelayaran, Peraturan Pemerintah
No. PP 61 Tahun 2009 tentang kepelabuhan dan Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 35
Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Otoritas Pelabuhan Utama, maka perlu
dilaksanakan Pekerjaan Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Laut Bengkalis karena merupakan
salah satu syarat yang diperlukan dalam rangka penyelenggaraan pelabuhan. Rencana Induk
Pelabuhan adalah pedoman pembangunan dan pengembangan pelabuhan yang mencakup
seluruh kebutuhan dan penggunaan tanah seta perairan untuk kegiatan kepelabuhan dan kegiatan
PT. CITA PRISMA
1.2.1 Tujuan
Adapun maksud dari penyusunan Rencana Induk Pelabuhan ini adalah sebagai upaya untuk
menyediakan pedoman perencanaan pembangunan dan pengembangan pelabuhan sehingga
pelaksanaan kegiatan pembangunan dapat dilakukan secara terstruktur, menyeluruh dan tuntas,
mulai dari perencanaan, konstruksi, operasi dan pemeliharaan, pembiayaan serta partisipasi
masyarakat dalam proses pemeliharaan pelabuhan yang sudah terbentuk.
Tujuannya adalah sebagai acuan dalam pelaksanaan pengelolaan pelabuhan di Pelabuhan
Bengkalis sehingga kegiatan pembangunan yang ada dapat optimal dalam mengurangi
permasalahan yang timbul pada waktu operasional pelabuhan.
1.2.2 Sasaran
Berdasarkan penjelasan pada Kerangka Acuan Kerja Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan
Bengkalis Provinsi Riau, maka dapat diuraikan sasaran pekerjaan sebagai berikut:
1. Inventarisasi dan review undang-undang, peraturan, kebijakan, arahan pengembangan
serta studi pendukung maupun data-data pendukung lainnya terkait pengembangan
pelabuhan.
2. Menganalisis tren perkembangan wilayah untuk memperkirakan kebutuhan
pengembangan pelabuhan pada masa kini maupun masa mendatang.
3. Menganalisis kondisi teknis pelabuhan pada sisi perairan maupun sisi daratan terkait
penyediaan fasilitas pelabuhan.
4. Menganalisis besaran dan ukuran fasilitas serta arahan dan tahapan pengembangan
maupun pembangunan pada jangka waktu yang ditetapkan.
5. Analisis terhadap indikasi dampak sosial dan lingkungan terhadap pembangunan dan
pengembangan pelabuhan.
Ruang lingkup penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Bengkalis Provinsi Riau Tahun Anggaran
2013 mencakup kegiatan Penyusunan Rencana Induk, yaitu:
1. Persiapan dan perumusan metode pekejaan
2. Survei dan pengumpulan data
3. Kompilasi dan analisis data
4. Perumusan rencana pembangunan dan pengembangan
5. Penyusunan dokumen Rencana Induk (Master Plan) Pelabuhan
Wilayah yang menjadi lokasi kegiatan pada Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan adalah Pulau
Bengkalis yang merupakan bagian dari Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau.
Pengumpulan
Data Analisis dan Penyusunan
Masterplan Masterplan / Usulan
Pendahuluan dan Persiapan
Survei Data Sekunder Survei Data Primer
· Wawancara aspirasi dan
· Kebijakan Pemerintah dan
diskusi q Aspek Kebijakan
Kajian Literatur, Teori-teori, undang-undang terkait - Konsep pengembangan
· Observasi dan Pemerintah
Kebijakan dan undang- · Arahan pengembangan Tata Ruang - Skenario Kegiatan
pengamatan q Aspek Tata Guna Lahan
ungang terkait serta riview · Aspirasi masyarakat dan - Skenario Jaringan
· Pengukuran daratan dan dan Perairan
studi terdahulu stakeholder terkait - Skenario Pembangunan
perairan q Aspek Keselamatan &
· Studi pra kelayakan dan kelayakan - Perencanaan Tapak
· Survei fasilitas pokok dan Keamanan Pelayaran
pelabuhan - Standar Desain
fasilitas penunjang q Aspek Pengembangan
· Data Ekonomi dan Sosial - Kebutuhan Fisik Desain
pelabuhan Pelayaran
Kependudukan
· Survei sarana angkutan q Aspek Teknis dan
Perumusan Metodologi Studi · Produksi Angkutan
laut eksisting Operasional Pelabuhan
· Sarana dan Prasarana Pelabuhan
q Aspek Organisasi dan Proses Desain
Sumber Daya Manusia
Kompilasi dan Pengolahan Data q (SDM) Kepelabuhanan
Durasi: 1 (satu) Bulan Durasi: 2 (dua) Bulan Durasi: 2 (dua) Bulan Durasi: 1 (satu) Bulan
Gambar 1-1 Kerangka Pikir Pelaksanaan Kegiatan Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Bengkalis
Sistematika penulisan laporan pendahuluan ini adaah ini akan dibagi menjadi beberapa bab,
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang dan maksud tujuan, ruang lingkup wilayah dan
ruang lingkup substansi pelaksanaan pekerjaan.
BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH
Bab ini menggambarkan kondisi eksisting wilayah kajian yang meliputi kondisi hinterland yang
mempengaruhi pelabuhan baik kondisi ekonomi sosial budaya maupun sistem transportasi secara
umum.
BAB III TINJAUAN LITERATUR
Bab ini menguraikan kebijakan dan pengaturan terkait pelabuhan yang akan dipergunakan dalam
pelaksanaan kegiatan ini.
BAB IV PENDEKATAN DAN METODOLOGI
Bab ini menguraikan pendekatan dan metodologi pelaksanaan pekerjaan yang akan dipergunakan
dalam pelaksanaan kegiatan ini.
BAB V RENCANA KERJA
Bab ini menguraikan mengenai rencana pelaksanaan pekerjaan, jangka waktu serta alokasi
personil.
Wilayah Kabupaten Bengkalis terletak pada bagian pesisir Timur Pulau Sumatera antara 2 07’37,2”
- 0055’33,6” Lintang Utara dan 100057’57,6” - 102030’25,2” Bujur Timur. Kabupaten Bengkalis
memiliki batas-batas :
Wilayah Kabupaten Bengkalis dialiri oleh beberapa sungai, diantara sungai yang ada di daerah ini
yang sangat penting sebagai sarana perhubungan utama dalam perekonomian penduduk adalah
Sungai Siak dengan panjang 300 km, Sungai Siak Kecil 90 km dan Sungai Mandau 87 km.
Luas wilayah Kabupaten Bengkalis 7.773,93 km2, terdiri dari pulau-pulau dan lautan. Tercatat
sebanyak 17 pulau utama disamping pulau-pulau kecil lainnya yang berada di wilayah Kabupaten
Bengkalis. Jika dirinci luas wilayah menurut kecamatan dan dibandingkan dengan luas Kabupaten
Bengkalis, Kecamatan Pinggir merupakan kecamatan yang terluas yaitu 2.503 km2 (32,20%) dan
kecamatan yang terkecil adalah Kecamatan Bantan dengan luas 424,4 km2 (5,46%).
Tabel 2-1 Luas Daerah Menurut Kecamatan
Luas Daerah Persentase
Kecamatan
Km2 Ha %
Mandau 937,47 93,747 12,06
Pinggir 2.503,00 250,300 32,20
Bukit Batu 1.128,00 112,800 14,51
Siak Kecil 742,21 74,221 9,55
Rupat 896,35 89,635 11,53
Rupat Utara 628,50 62,850 8,08
Bengkalis 524,00 51,400 6,611
Bantan 424,40 42,440 5,46
Kab. Bengkalis 7.773,93 777.393 100
Sumber: Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Bengkalis
PT. CITA PRISMA
Jarak terjauh antara ibukota kecamatan dengan ibukota Kabupaten Bengkalis adalah ibukota
Kecamatan Mandau yaitu Kelurahan Air Jamban (Duri) dengan jarak lurus 103 km. Jarak
terdekat selain Kecamatan Bengkalis adalah ibukota Kecamatan Bantan, yaitu desa Selat Baru,
dan ibukota Kecamatan Bukit Batu, yaitu Kelurahan Sungai Pakning dengan jarak lurus 15 km.
2.1.2 Kependudukan
Penduduk Kabupaten Bengkalis pada tahun 2011 tercatat sebanyak 516.348 jiwa yang terdiri
266.496 jiwa laki-laki dan 249.852 jiwa perempuan. Kecamatan yang paling banyak penduduknya
adalah Kecamatan Mandau yaitu 227.272 jiwa dan kecamatan yang paling sedikit penduduknya
adalah Kecamatan Rupat Utara yaitu 13.432 jiwa. Dilihat komposisinya, penduduk laki-laki lebih
banyak dari penduduk perempuan. Penduduk laki-laki sebanyak 51,61 persen dan penduduk
perempuan 48,39 persen.
Rasio jenis kelamin terlihat cukup berimbang yaitu 107. Rasio jenis kelamin yang paling tinggi
terdapat di Kecamatan Mandau yaitu 108 dan rasio jenis kelamin yang paling rendah terdapat di
Kecamatan Bengkalis dan Bantan yaitu 104. Kecamatan di Kabupaten Bengkalis yang terpadat
pada tahun 2011 yaitu Kecamatan Mandau dengan tingkat kepadatan mencapai 242 jiwa per
kilometer persegi, sedangkan Kecamatan Rupat Utara merupakan kecamatan yang paling jarang
penduduknya dengan tingkat kepadatan 21 jiwa per kilometer persegi.
Sedangkan penyebaran penduduk yang terbanyak adalah di Kecamatan Mandau yaitu 44,02 %
dan penyebaran yang terendah di Kecamatan Rupat Utara yaitu 2,60 % dari jumlah penduduk
Kabupaten Bengkalis. Dibandingkan dengan tahun 2010, penduduk kabupaten Bengkalis
mengalami pertumbuhan sebesar 3,61 %.
Pertanian masih menjadi lapangan usaha utama mayoritas penduduk di Kabupaten Bengkalis
dengan persentase sebesar 37,81%. Sedang listrik dan air minum merupakan lapangan usaha yang
memiliki persentase paling kecil di Kabupaten Bengkalis sebesar 0,18%.
Tabel 2-3 Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja yang terdaftar Menurut Sektor
Tahun 2011
2.1.4 Pendidikan
Pada tahun 2011 di Kabupaten Bengkalis terdapat sebanyak 134 Taman Kanak-kanak, 325
Sekolah Dasar, 22 Madrasah Ibtidaiyah, 89 Sekolah Menengah Pertama, 51 Madrasah
Tsanawiyah, 41 Sekolah Menengah Atas, 28 Madrasah Aliyah, 14 Sekolah Menengah Kejuruan,
dan 6 perguruan tinggi. Sedangkan tenaga pengajar di Kabupaten Bengkalis sebanyak 705 orang
guru Taman Kanak-kanak, 5.191 orang guru Sekolah Dasar, 349 guru Madrasah Ibtidaiyah, 1.801
orang guru Sekolah Menengah Pertama, 959 guru Madrasah Tsanawiyah, 1.151 orang guru
Sekolah Menengah Atas, 631 guru Madrasah Aliyah, 339 orang guru Sekolah Menengah
Kejuruan, dan 216 dosen. Jumlah murid Taman Kanakkanak di Kabupaten Bengkalis pada
tahun 2011 sebanyak 6.740 orang, murid Sekolah Dasar sebanyak 72.856 orang, 3.437 orang
murid Madrasah Ibtidaiyah, 23.557 orang murid Sekolah Menengah Pertama, 5.471 orang murid
Madrasah Tsanawiyah, 17.023 orang murid Sekolah Menengah Atas, 2.802 orang murid
Madrasah Aliyah, 3.834 orang murid Sekolah Menengah Kejuruan, dan 4.279 mahasiswa.
2.1.5 Pertanian
Luas panen tanaman padi dan palawija di Kabupaten Bengkalis pada tahun 2011 diantaranya luas
panen padi sawah 6.697 ha; padi ladang 1.114 ha; jagung 216 ha; ketela rambat 92 ha; ketela
pohon 245 ha; kacang tanah 41 ha; kedelai 53 ha dan kacang hijau 11 ha. Sedangkan produksi
padi dan palawija selama 2011 diantaranya padi sawah 24.626 ton; padi ladang 2.624 ton; jagung
469 ton; ketela rambat 752 ton; ketela pohon 4.837 ton; kacang tanah 37 ton; kedelai 56 ton; dan
kacang hijau 11 ton.
Tabel 2-4 Produksi Tanaman Bahan Makanan Menurut Subround Tahun 2011
Komoditi Januari - Mei - September - Januari -
April Agustus Desember Desember
Padi Sawah 12.296,00 1.069,00 11.261,00 24.626,00
Padi Ladang 1.025,00 11 1.588,00 2.624,00
Kacang Hijau 52 235 182 469
Ubi Kayu 29 16 11 56
Ubi Jalar 12 11 14 37
Jagung 5 3 3 11
Kedelai 1.294,00 1.534,00 2.009,00 4.837,00
Kacang Tanah 226 208 318 752
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Riau, Tahun 2012
2. Perkebunan
Luas area tanaman perkebunan yang dihimpun Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten
Bengkalis pada tahun 2011 yaitu karet 32.307 ha; kelapa sawit 132.360 ha; kelapa 16.982 ha; sagu
2.695 ha; kopi 512 ha; dan pinang 884 ha. Sedangkan produksinya yaitu karet 25.230,4 ton;
kelapa sawit 277.099 ton; kelapa 10.066,9 ton; sagu 4.978 ton; kopi 74 ton; dan pinang 546 ton.
Tabel 2-5 Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Kecamatan Tahun 2011
3. Peternakan
Populasi ternak di Kabupaten Bengkalis menurut Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten
Bengkalis hingga Desember 2011 diantaranya sapi 11.649 ekor, kerbau 811 ekor, kambing 26.416
ekor, domba 49 ekor, babi 5.851 ekor, ayam ras petelur 993 ekor, ayam ras pedaging 205.946
ekor, ayam kampung 263.592 ekor, itik 20.346 ekor, dan itik manila 20.346 ekor.
Tabel 2-6 Banyaknya Ternak Menurut Kecamatan dan Jenis Tahun 2011
4. Perikanan
Produksi perikanan hingga Desember 2011 berjumlah 8.956,34 ton, yang terdiri perikanan laut
8.541,19 ton, perikanan air tawar 130,3 ton, dan budidaya kolam 284,8 ton. Jumlah rumah tangga
nelayan/perikanan pada tahun 2011 antara lain untuk perikanan laut dan darat masing-masing
3.281 dan 427 rumah tangga, sedang budidaya kolam dan tambak masing-masing 2.029 dan 34
rumah tangga.
Budidaya Perikanan
Kecamatan
Laut Darat Kolam Tambak Laut Jumlah
Bukit Batu - 30 1.014 - - 1.044
Siak Kecil - 278 405 - - 683
Rupat 379 12 119 4 - 514
Rupat Utara 62 106 84 - - 252
Mandau 515 1 186 6 8 716
Pinggir 606 - - 3 - 609
Bengkalis 870 - 65 12 - 947
Bantan 849 - 156 9 - 1.014
Jumlah Total 3.281 427 2.029 34 - 5.779
2009 3.123 451 1.886 35 - 5.495
2010 3.114 328 830 25 1 4.298
Sumber : Kabupaten Bengkalis Dalam Angka, Tahun 2012
B. Perdagangan
Jumlah perusahaan perdagangan di Kabupaten Bengkalis pada tahun 2011 berdasarkan data dari
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bengkalis dan Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu Kabupaten Bengkalis sebanyak 81 perusahaan yang terdiri dari 66 perusahaan
perdagangan besar, 6 perusahaan perdagangan menengah, dan 9 perusahaan perdagangan kecil.
C. Ekspor dan Impor
Nilai ekspor di Kabupaten Bengkalis hingga Desember 2011 mencapai 420.340.962 US$. Nilai
ekspor yang terbesar dari pelabuhan Sungai Pakning sebesar 419.807.205 US$. Sedangkan pada
periode 2010 nilai ekspor di Kabupaten Bengkalis hanya mencapai 58.137.676 US$. Nilai impor
di Kabupaten Bengkalis selama 2011 mencapai 2.775.509 US$ melalui pelabuhan Bengkalis dan
Tanjung Medang. Sedangkan pada tahun 2010 tidak ada impor melalui pelabuhan di Kabupaten
Bengkalis.
Tabel 2-9 Perkembangan Ekspor Impor Kabupaten Bengkalis
Tahun 2008-2011 (US $)
D. Koperasi
Jumlah Koperasi Unit Desa (KUD) dan koperasi non KUD di daerah Kabupaten Bengkalis
tahun 2011 masing-masing sebanyak 14 dan 773 unit. Sedangkan jumlah anggota koperasi hingga
Desember 2010 sebesar 35.560 orang dengan jumlah simpanan anggota sebesar Rp. 11,09 milyar.
Untuk data koperasi pada tahun 2011 belum tersedia.
A. Perhubungan Darat
Sarana perhubungan di Kabupaten Bengkalis sangat penting artinya dalam rangka arus sosial
ekonomi masyarakat. Dari laporan Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Bengkalis hingga
tahun 2011 panjang jalan di Kabupaten Bengkalis 1.360,02 km yang 76,87% permukaannya
sudah berupa aspal dan beton.
Tabel 2-10 Panjang Jalan Kabupaten Menurut Keadaan Jalan Tahun 2008-2011
B. Perhubungan Laut
Kabupaten Bengkalis sebagian besar wilayahnya adalah laut terutama dipesisir timur daerah
Sumatera, untuk itu perhubungan laut sangat penting di Bengkalis. Dari Laporan Dinas
Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika Kabupaten Bengkalis diperoleh informasi bahwa
sampai Desember 2011 jumlah barang dalam negeri dan luar negeri yang dibongkar pada
pelabuhan di tercatat sebanyak 157.102,9 ton dan 5.182,3 ton. Disamping itu, jumlah barang
dalam negeri dan luar negeri yang dimuat sebanyak 6.338,4 ton dan 4.467 ton.
Tabel 2-11 Kegiatan Bongkar Barang Angkutan Laut Yang Tercatat Menurut Bulan
Tahun 2010-2011 (Ton)
Komoditas dalam negeri yang menggunakan jasa angkutan laut pada umumnya adalaha sembako,
material bangunan dan hasil-hasil pertanian, sedangkan untuk yang diekspor ke wilayah Malaysia
adalah hasil-hasil perkebunan.
2.1.8 Komunikasi
Dari PT. Pos Indonesia Cabang Bengkalis tercatat bahwa selama 2011 banyaknya surat dalam
negeri yang diterima sebanyak 194.713 dan yang dikirim sebanyak 52.925. Dan untuk surat luar
negeri yang diterima sebanyak 732 dan yang dikirim sebanyak 461. Jumlah paket pos melalui PT
Pos Cabang Bengkalis diantaranya paket biasa, kilat, dan luar negeri yang diterima masing-masing
sebanyak 7.258; 6.072; dan 11 paket. Sedangkan paket yang dikirim hanya paket kilat sebanyak
1.322 paket.
2.1.9 Pariwisata
Jumlah akomodasi di Bengkalis ada tahun 2011 tercatat sebanyak 40 akomodasi dengan 1.024
kamar dan 1.759 tempat tidur. Jumlah WNI masuk dan keluar yang tercatat di Kantor Imigrasi
Bengkalis 33.733 dan 34.766 orang. Sedangkan WNA yang masuk dan keluar sebanyak 5.863 dan
5.914 orang.
pendapatan transfer pemerintah pusat 3,25 trilyun rupiah, pendapatan transfer pemerintah
provinsi 47,35 milyar rupiah, dan pendapatan lainnya 4,22 milyar rupiah. Realisasi pengeluaran
keuangan Kabupaten Bengkalis pada tahun 2011 sebesar Rp. 2,70 trilyun, naik sebesar 39,31%
dari tahun 2010. 71,31% dari keseluruhan pengeluaran tersebut digunakan untuk belanja
operasional, sedangkan 28,54% belanja modal, dan 0,15% untuk belanja tak terduga.
A. Harga-harga
Perkembangan harga berbagai komoditi pada tahun 2011 secara umum mengalami kenaikan.
Hal tersebut juga digambarkan oleh laju inflasi bulanan yang mayoritas positif. Di Pasar
Bengkalis tercatat memiliki inflasi bulanan rata-rata tertinggi sebesar 0,71 % sedangkan di Pasar
Duri hampir menyerupai inflasi di Kota Pekanbaru.
B. Pendapatan Regional
Besarnya laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bengkalis dapat dilihat berdasarkan kenaikan
PDRB setiap tahunnya. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bengkalis selama periode tahun
2008-2011 yang mengacu pada tahun dasar 2000 telah tumbuh dengan rata-rata kenaikan per
tahun sebesar 7,47 persen.
Pertumbuhan ekonomi tahun 2011 ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2010, yaitu
sebesar 7,67 persen pada tahun 2011 dan 7,14 persen pada tahun 2010. Pada tahun 2011 sektor
jasa-jasa mencatat pertumbuhan riil tertinggi sebesar 12,96 persen, diikuti sektor listrik dan air
bersih sebesar 10,45 persen, kemudian sektor angkutan dan komunikasi 10,27 persen.
Tabel 2-13 PDRB Kabupaten Bengkalis Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut
Sektor Tahun 2008-2011 (Rp Juta)
SEKTOR 2008 2009 2010 2011
Angkutan dan Komunikasi 793.129,60 824.938,70 866.000,50 903.998,30
Pertambangan dan Penggalian 20.567.019,90 20.761.152,10 23.582.145,30 25.880.943,40
Industri Pengolahan 1.090.063,50 1.187.887,20 1.308.427,10 1.391.702,20
Listrik dan Air Bersih 22.876,60 24.469,70 28.447,70 31.419,50
Bangunan 156.283,80 166.201,70 166.270,80 179.888,00
Perdagangan, Hotel dan Restoran 929.144,00 1.004.697,60 1.093.641,20 1.172.973,60
Angkutan dan Komunikasi 114.054,40 124.845,40 137.486,10 151.612,30
Keuangan Persewaan dan Jasa 89.000,40 94.683,80 104.207,60 114.582,10
Jasa-jasa Services 427.912,00 472.372,00 505.733,10 571.274,70
PDRB DENGAN MIGAS 24.189.484,30 24.661.248,10 27.792.359,50 30.398.394,00
PDRB TANPAMIGAS 2.980.470,00 3.191.887,00 3.419.687,00 3.681.835,10
Sumber : Kabupaten Bengkalis Dalam Angka, Tahun 2012
Pertumbuhan riil sektor pertanian pada tahun 2011 tercatat paling rendah sebesar 4,39 persen.
PDRB per kapita dan pendapatan regional per kapita tahun 2011 mengalami peningkatan. Atas
dasar harga berlaku PDRB per kapita tahun 2010 adalah Rp 30,9 juta menjadi Rp 35,6 juta pada
tahun 2011. Atas dasar harga konstan 2000, PDRB per kapita tahun 2011 mengalami
peningkatan dari sebesar Rp 6,9 juta pada tahun 2010 menjadi Rp 7,1 juta pada tahun 2011.
Gambar 2-4 PDRB Kabupaten Bengkalis Menurut Harga Berlaku dan Harga Konstan
2000 Tahun 2008-2011
Tahun 2011, atas dasar harga berlaku pendapatan regional per kapita meningkat sebesar 15,19
persen dan atas dasar harga konstan 2000 meningkat sebesar 3,91 persen. Atas dasar harga
berlaku pendapatan per kapita Kabupaten Bengkalis tahun 2011 adalah Rp 32,5 juta dan atas
dasar harga konstan 2000 pendapatan per kapita tahun 2011 sebesar Rp 6,5 juta.
Luas Pulau Bengkalis ±938,4 Km2 yang terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Bantan
dan Kecamatan Bengkalis.
Sarana dan prasarana transportasi di Kabupaten Bengkalis lebih bercirikan pada sifat dan bentuk
geografis berupa perairan dengan jumlah pulau yang cukup banyak. Hal ini tercermin banyaknya
yang dapat disandari kapal berukuran cukup besar maupun kecil, baik untuk angkutan
penumpang maupun barang.
Dari beberapa pelabuhan yang dikelola pemerintah, terdapat empat pelabuhan, tiga diantaranya
adalah pelabuhan besar dengan intensitas bongkar muat barang dan naik turunnya penumpang
yang cukup tinggi. Pelabuhan-pelabuhan yang terdapat di Bengkalis dapat dilihat pada gambar di
bawah ini :
Pelabuhan Bengkalis
Pelabuhan Bandar Sri Laksamana Bengkalis (Kecamatan Bengkalis) yang melayani jurusan
dari Kota Bengkalis ke Dumai, Pekanbaru, Selat Panjang (Kabupaten Kepulauan Meranti),
Tanjung Balai Karimun, Tanjung Pinang (Provinsi Kepulauan Riau).
Pelabuhan Bandar Setia Rajadi Selat Baru (Kecamatan Bantan) yang fokus operasinya
melayani pelayaran ke luar negeri, khususnya ke negara Malaysia.
Pelabuhan Sungai Pakning (Kecamatan Bukit Batu) yang dikelola PT.Pelindo. Pelabuhan
Sungai Pakning ini disamping untuk bongkar muat barang dan naik turunnya penumpang,
juga terdapat pelabuhan untuk bongkar muat minyak karena di Kecamatan ini terdapat
kilang minyak untuk pengolahan milik Pertamina UP II Dumai-Sungai Pakning.
4. Pelabuhan Bengkalis
Pelabuhan Bengkalis
Di Pulau Rupat ini juga sudah dibangun pelabuhan ferry untuk menghubungkan Pulau
Rupat dengan Portdickson (Malaysia). Pelabuhan ferry Rupat Malaka ini terdapat di Desa
Tanjung Medang (Kecamatan Rupat Utara). Sampai saat ini ferry penyeberangan tersebut
belum beroperasi. Posisi : 01º20'00” LU dan 102º06'00” BT.
Pelabuhan Bengkalis memiliki Dermaga serbaguna dengan panjang 85 M, Ponton Baja
dengan luas 185 M, kedalaman 5 M/ luas max kapal 300 DWT, gudang dengan luas 600 M2.
Terminal penumpang dengan luas 304 M2 Kapasitas 160 orang, gedung kantor berlantai 2
dengan luas 150 M2. Pelabuhan Bengkalis biasanya digunakan sebagai labuh/tambat kapal,
pelayanan barang, pelayanan bongkar muat, pelayanan persewaan perairan/daratan, serta pas
pelabuhan, terbuka untuk perdagangan luar negeri, status pemanduan adalah Pemanduan
Luar Biasa, Kelas Pelabuhan adalah Pelabuhan Kelas IV.
2. Dumai akan dilakukan (1) pemantapan jaringan jalan bebas hambatan dan jalan arteri
primer nasional pada Jaringan Jalan Lintas Timur Pulau Sumatera, (2) jaringan jalur kereta
api lintas sumatera bagian utara, (3) lintas penyeberangan antar provinsi sebagai bagian
dari jaringan penyeberangan sabuk utara dan lintas penyeberangan antar negara , (4)
pengembangan alur pelayaran, (5) pengembangan jaringan transmisi migas, (6)
pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap, dan (7) jaringan transmisi
utama tenaga listrik/SUTT,
3. Bengkalis akan dikembangkan (1) industri pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan
kelapa sawit, karet, pengolahan dan industri jasa hasil perikanan, (2) lintas penyeberangan
antar provinsi sebagai bagian dari jaringan penyeberangan sabuk utara dan lintas
penyeberangan antar negara, (3) pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Gas/Uap
dan Pembangkit Listrik Tenaga Angin/Matahari, (4) pengembangan jaringan satelit untuk
melayani kawasan perbatasan negara, (5) Pengembangan kawasan agropolitan sebagai
pusat pelayanan dan koleksi-distribusi produksi pertanian, (6) Pengembangan kawasan
minapolitan sebagai pusat pelayanan dan koleksi-distribusi produksi pertanian, perikanan
dan kelautan (7) kawasan peruntukan pertambangan migas
4. Rupat akan dilakukan (1) pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik untuk kawasan
perbatasan negara, (2) pengembangan jaringan satelit untuk melayani kawasan perbatasan
negara.
Banyak teori yang dikeluarkan oleh para penemu mengenai transportasi, namun pada dasarnya
transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan
menggunakan sebuah wahana yang digerakkan oleh manusia atau mesin. Transportasi digunakan
untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Pada umumnya, alat
transportasi dibagi menjadi 3 macam, yaitu transportasi udara, darat, dan laut. Contoh untuk jenis
transportasi laut adalah kapal laut feri, kapal selam, dan sampan. Dalam perngoprasiannya, alat-
alat transportasi tersebut ditunjang oleh prasarana yang berfungsi sebagai tempat naik turunnya
manusia atau barang dari sebuah wahana.
Prasarana juga dapat dibedakan berdasarkan jenis transportasi yang singgah di sana. Contohnya
alat transportasi laut ditunjang dengan prasarana berupa pelabuhan dan galangan kapal. Selain
ditunjang dengan berbagai macam prasarana, sistem transportasi juga ditunjang dengan prasarana
luar seperti organisasi yang mengatur jalannya kegiatan transportasi, contohnya adalah
Kementerian Perhubungan, Komisi Nasional Keselamatan Transpotasi, dan PT. Pelindo.
Terdapat beberapa komponen komponen transportasi dan alat transportasi yang diproduksi,
namun sistem transportasi memiliki sejumlah komonen funsional yang umum, sehingga alasan
itulah yang menyebabkan adanya suatu bidang transportasi sebagai tambahan terhadap bidang
tertentu yang lebih khusus membahas komponen dasar tersebut dan cara komponen tersebut
dirakit agar sistem transportasi dapat berfungsi. Komponen yang pertama adalah teknologi
transportasi, suatu teknologi transportasi harus mampu untuk melakukan tiga fungsi penting.
dalam memberikan mobilitas kepada obyek yang akan diangkut, berupa penumpang ataupun
barang. Kemudian mengadakan kontrol terhadap arah dan kecepatan gerak (lokomosi).
Komponen lainnya adalah sistem rtansportasi. Ada 2 hal yang harus selalu tersedia dalam sistem
transportasi, yaitu benda dan jalur dimana benda tersebut bergerak. Benda tadi adalah yang harus
digerakan oleh penumpang atau barang, dan jalur gerak adalah lokasi dalam ruang dimana
gerakan tadi terjadi. Ada juga komponen transportasi berupa jaringan tranportasi. Jaringan
transportasi berfungsi sebagai pelengkap sarana transportasi yang berupa jaringan jalan. Jaringan
ialah suatu konsep matematis yang dapat digunakan untuk menerangkan secara kuantitatif syitem
transportasi dan sistem lainnya yang mempunyai karakteristik ruang. Jaringan transportasi
terutam aterdiri dari simpul (nude) dan ruas (link). Simpul mewakili suatu titik tertentu pada
ruang. Sedangkan ruas adalah garis yang menghubungkan simpul-simpul. Komponen yang
terahir adalah kendaraan dan peti kemas.
Ada lima unsur pokok transportasi (Sukarto,2006) , yaitu:
1. Manusia, yang membutuhkan transportasi
2. Barang, yang diperlukan manusia
3. Kendaraan, sebagai sarana transportasi
4. Jalan, sebagai prasarana transportasi
Jaringan transportasi laut sebagai salah satu bagian dari jaringan moda transportasi air
mempunyai perbedaan karakteristik dibandingkan moda transportasi lain yaitu mampu
mengangkut penumpang dan barang dalam jumlah besar dan jarak jauh antar pulau dan antar
negara.
1. Jaringan Prasarana
Jaringan prasarana transportasi laut terdiri dari simpul yang berwujud pelabuhan laut dan ruang
lalu lintas yang berwujud alur pelayaran. Pelabuhan laut dibedakan berdasarkan peran, fungsi dan
klarifikasi serta jenis. Berdasarkan jenisnya pelabuhan dibedakan atas:
1. Pelabuhan umum digunakan untuk melayani kepentingan umum sesuai ketetapan
pemerintah dan mempunyai fasilitas karantina, imigrasi dan bea cukai.
2. Pelabuhan khusus yang digunakan untuk melayani kepentingan sendiri guna menunjang
kegiatan tertentu
Hirarki berdasarkan peran dan fungsi pelabuhan laut terdiri dari:
1. Pelabuhan internasional hub (utama primer) adalah pelabuhan utama yang memiliki
peran dan fungsi melayani kegiatan bongkar muat penumpang dan barang internasional
dalam volume besar karena kedekatan dengan pasar dan jalur pelayaran internasional
serta berdekatan dengan jalur laut kepulauan Indonesia.
2. Pelabuhan lnternasional (utama sekunder) adalah pelabuhan utama yang memiliki peran
dan fungsi melayani kegiatan bongkar muat penumpang dan barang nasional dalam
volume yang relatif besar karena kedekatan dengan jalur pelayaran nasional dan
internasional serta mempunyai jarak tertentu dengan pelabuhan internasional lainya.
3. Pelabuhan nasional (utama tersier) adalah pelabuhan utama memiliki peran dan fungsi
melayani kegiatan bongkar muat penumpang dan barang nasional dengan volume sedang
dengan memperhatikan kebijakan pemerintah dalam pemerataan pembangunan nasional
dan meningkatkan pertumbuhan wilayah, mempunyai jarak tertentu dengan jalur/rute
lintas pelayaran nasional dan antar pulau serta berada (dekat) dengan pusat pertumbuhan
wilayah ibukota kabupaten/kota dan kawasan pertumbuhan nasional.
Transportasi laut berfungsi untuk melayani mobilitas orang, barang, dan jasa yang
menghubungkan kegiatan ekonomi antarpulau dan hubungan internasional, sedangkan
transportasi udara berfungsi untuk melayani angkutan cepat antarpulau dan antarnegara untuk
orang, barang, dan jasa serta menghubungkan daerah-daerah terisolasi, daerah terpencil, dan
daerah perbatasan yang belum dihubungkan oleh moda transportasi lainnya.
Kegiatan penyusunan masterplan pelabuhan dimaksudkan untuk mengidentifikasi potensi lokasi
pelabuhan laut serta menyediakan perencanaan teknis yang dibutuhkan untuk rencana
pembangunan tahap selanjutnya. Oleh karena itu, dalam kegiatan ini akan dilakukan analisis
sistem transportasi, terutama untuk mempelajari pola pergerakan atau kebutuhan transportasi
(transport demand) serta ketersediaan transportasi (transport supply), sehingga dapat diperkirakan
lokasi dan kapasitas transportasi yang dibutuhkan.
Pelaksanan perencanaan Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Pulau Bengkalis Provinsi Riau”
secara umum meliputi kegiatan, sebagai berikut:
Tahap kegiatan 1 : Pendahuluan dan Persiapan
Tahap kegiatan 2 : Pekerjaan Pengumpulan Data Sekunder dan Primer
Tahap kegiatan 3 : Inventarisasi Sistem Transportasi
Tahap kegiatan 4 : Estimasi Proyeksi Demand dan Supply
Tahap kegiatan 5 : Konsep Pengembangan Pelabuhan
Tahap kegiatan 6 : Penyusunan dokumen Rencana Induk Pelabuhan
Dari tiap tahapan di atas, akan dibagi lagi dalam beberapa kegiatan dan sub-sub kegiatan yang
diperlukan guna menyelesaikan dan mencapai tujuan dan sasaran pekerjaan. Pada tahap kegiatan
penyusunan dokumen Rencana Induk (Masterplan) pengembangan pelabuhan laut Bengkalis
terdiri atas (Gambar 4-1):
1. Penyusunan kebutuhan fasilitas pelabuhan
2. Pembuatan layout masterplan sesuai kebutuhan pembangunan
3. Pola dan arahan pembangunan di lokasi terkait
4. Besaran fisik, kebutuhan ruang, zonasi
5. Estimasi Pola Operasional
PT. CITA PRISMA
TAPAK
PELABUHAN
TERPILIH
KEBUTUHAN
PERMINTAAN FASILITAS
PERGERAKAN PENGEMBANGAN
PELABUHAN LAUT
KONSEP
ASPEK
PENGEMBANGAN
TEKNIS
PELABUHAN
ASPEK
OPERASIONAL
TATA LETAK
KAWASAN
PELABUHAN DAN
SEKITAR
PETA
MASTERPLAN
PELABUHAN
MASTERPLAN
PELABUHAN LAUT
Rencana induk pelabuhan disusun guna mewujudkan rencana pemanfaatan areal pelabuhan yang
berkualitas, serasi dan optimal, sesuai dengan kebijaksanaan pembangunan serta sesuai dengan
kebutuhan pembangunan akan kemampuan daya dukung lingkungan.
Data yang dikumpulkan dalam studi ini meliputi data sekunder dan data primer. Data sekunder
dikumpulkan melalui instansi terkait, diskusi dan wawancara serta dari pelaksana studi-studi
terdahulu, sedangkan data primer dikumpulkan langsung dari lapangan yang berupa pengukuran
langsung, wawancara, identifikasi lapangan, dan sebagainya. Secara umum, kebutuhan data yang
dalam studi ini dijabarkan pada tabel berikut ini.
Metode/Pendekatan yang
No Jenis Data Kegunaan Data Sumber Data
akan digunakan
Estimasi kebutuhan
1 Data Kependudukan Rekapitulasi data BPS BPS
pergerakan
Potensi Produksi:
BPS
Pertanian; Estimasi kebutuhan Formulir isian/kuisioner
Dinas Pertanian
2 Perkebunan; pergerakan dan potensi Wawancara
Dinas Kehutanan
Kehutanan; dan produksi diskusi
Dinas Perindustrian
Industri
Metode/Pendekatan yang
No Jenis Data Kegunaan Data Sumber Data
akan digunakan
Inventarisasi data dan informasi meliputi data yang diperoleh melalui studi kepustakaan/literatur
(data sekunder) dan melalui survey lapangan (data primer) berdasarkan hasil koordinasi dengan
instansi terkait maupun masyarakat di lokasi pekerjaan, meliputi:
1. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah yang berkaitan dengan program pemerintah
dalam rangka mewujudkan Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS), Tatrawil dan
Tatralok, dimaksudkan untuk mendapatkan suatu tatanan transportasi yang terorganisasi
secara kesisteman dalam lingkup wilayah nasional, provinsi, kabupaten/kota yang mencakup
transportasi jalan raya, transportasi jalan rel dan transportasi laut yang masing-masingnya
terdiri dari sarana dan prasarana yang saling berinteraksi membentuk suatu sistem pelayanan
jasa transportasi yang efektif dan efisien, terpadu dan harmonis, guna menunjang serta
meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.
2. Rencana Tata Guna Lahan dan Prasarana Fisik Wilayah yang ada, meliputi:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi dan Kabupaten/Kota
b. Jaringan prasarana transportasi dan rencana pengembangannya (jika telah ada)
c. Jaringan utilitas dan rencana pengembangannya (jika telah ada).
3. Data Sosial Ekonomi Wilayah, meliputi:
a. Kependudukan
b. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
c. Profil Potensi Investasi di Daerah
d. Potensi Pariwisata
e. Kondisi Sosial Ekonomi lingkungan masyarakat setempat
f. Potensi/Sumber Bahan Bangunan berikut harga bahan/upah.
4. Fisiografi, Topografi, dan Meteorologi
a. Peta topografi pada lokasi dan kawasan di sekitar rencana pelabuhan.
b.
Peta tata guna lahan di sekitar lokasi rencana pelabuhan.
c.
Peta tematik wilayah perencanaan yang terkait dengan rencana pembangunan pelabuhan.
d.
Data status untuk berbagai peruntukan lahan di lokasi rencana pelabuhan.
e.
Data meteorologi dan klimatologi (suhu udara, kelembaban, arah angin dan kecepatan
angin, curah hujan).
5. Dokumen/hasil studi terkait
a. Hasil studi atau perencanaan pengembangan pelabuhan yang terkait.
b. Hasil studi atau rencana pihak-pihak swasta/investor terhadap area tertentu di kawasan
pelabuhan.
c. Hasil studi atau perencanaan sektor-sektor lain yang terkait dengan rencana
pembangunan pelabuhan.
Kegiatan pengumpulan data sekunder meliputi data dari studi terkait, kondisi wilayah hinterland,
kondisi dan kegiatan pelabuhan yang ada di wilayah Provinsi Provinsi Riau dan sekitarnya yang
meliputi:
Kegiatan pengumpulan data sekunder meliputi data dari studi terkait, kondisi wilayah hinterland,
kondisi dan kegiatan pelabuhan yang ada di wilayah Provinsi Provinsi Riau dan sekitarnya yang
meliputi:
1) Pengumpulan dan laporan kebijakan Rencana Pembangunan Daerah dalam jangka
pendek dan jangka panjang (lima tahunan dan dua puluh lima tahunan);
2) Pengumpulan data sekunder laporan yang berkaitan dengan data teknis operasional
meliputi kondisi dan kegiatan pelabuhan-pelabuhan yang ada di wilayah Provinsi Provinsi
Riau dan sekitarnya serta analisis perkiraan kebutuhan fasilitas;
3) Mengumpulkan laporan/dokumen studi terdahulu yang terkait seperti Tataran
Transportasi Wilayah dan Tataran Transportasi Lokal;
4) Mengumpulkan laporan dari rencana program pengembangan wilayah kabupatan serta
Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) yang meliputi:
- Pola pemanfaatan lahan;
- Potensi pemanfaatan ruang, potensi sumber daya alam, sektor ekonomi rakyat, dan
posisi geografis.
Konsultan akan mengumpulkan data dari berbagai narasumber lainnya, khususnya yang berada di
lapangan berkaitan dengan kondisi kepelabuhanan yang telah ada sekarang, yang dikaitkan
dengan rencana pembangunan Pelabuhan Bengkalis. Data serta informasi yang dikumpulkan
dalam studi ini meliputi:
1. Kebijakan Pengembangan Pemerintah Pusat/Daerah menyangkut Tata Guna Lahan dan
Prasarana Fisik Wilayah yang ada, serta strategi pengembangan dari pemerintah dalam
sektor transportasi yang meliputi:
- RTRW Provinsi Provinsi Riau;
- Rencana Detail Ruang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu/kawasan
pertumbuhan Provinsi Provinsi Riau dan daerah sekitarnya yang terkait;
Selain data karakteristik wilayah, dalam tahap ini juga dikumpulkan dokumen perencanaan yang
terkait seperti dokumen rencana pengembangan wilayah dan prasarana wilayah seperti:
1. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Riau;
2. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bengkalis;
3. Rencana Tatanan Transportasi Lokal (Tatralok);
4. Rencana Tatanan Transportasi Wilayah (Tatrawil) di Wilayah Provinsi Riau.
Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui kunjungan dan inventarisasi data-data pada
instansi-instansi terkait.
Data primer diperoleh pada saat melaksanakan survei lapangan untuk mendukung penyusunan
Rencana Induk Pelabuhan, yang meliputi:
- Survei lingkungan;
- Data yang relevan untuk mengevaluasi aspek lingkungan pada pelabuhan.
Konsultan harus melakukan telaah awal beberapa aspek teknis yang paling mendasar, yaitu:
topografi lokasi/kawasan, bathimetri, cuaca, arah dan kecepatan angin, alur pelayaran dan
kawasan perairan. Konsultan juga melaksanakan peninjauan/survey pendahuluan guna
melakukan observasi dan penggalian data secara lebih mendalam terhadap wilayah perencanaan,
khususnya lokasi rencana pembangunan pelabuhan.
Setelah dilakukan telaah awal dan survey pendahuluan (reconnaisance survey), selanjutnya Konsultan
harus melakukan Survey Lapangan, yang terdiri dari beberapa kegiatan.
A. Survey Topografi
Pengukuran Topografi seluas 10,0 Ha dilakukan pada lokasi dan sekitar rencana pelabuhan dan
bertujuan untuk mendapatkan peta situasi wilayah daratan pada lokasi rencana pembangunan
pelabuhan. Lingkup pengukuran topografi meliputi:
1. Pengukuran dengan menggunakan sistem triangulasi.
a. Dipakai titik BM sebagai basis
b. Pengukuran Jarak Basis dengan alat elektronik atau optis (T2 dan intervarbasis) atau
sejenis.
c. Pengukuran sudut dilakukan dengan 4 (empat) seri biasaluar biasa. Selisih sudut antara tiap
bacaan titik boleh lebih dari pada 10 detik.
20
1m
Pelat
No. :
12 x 12 cm
Begel 6 mm - 15 cm (Stirup)
65
10 20 10
10
20
10
15
20
20
U (Geografi)
Matahari
M T
Target
A
2. Pengukuran poligon
a. Pengukuran poligon sepanjang titik-titik poligon dengan jarak antara titik-titik poligon
maksimum 50 m dan radius survey dari tiap poligon adalah 75 m.
b. Pengukuran harus dimulai dari titik ikat awal dan pengukuran poligon harus tertutup
(dimulai dari titik ikat awal dan berakhir pada titik yang sama atau ditutp pada titik lain
yang sudah diketahui koordinatnya sehingga kesalahankesalahan sudut maupun jarak
dapat dikontrol)
Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita ukur 100 meter. Tingkat ketelitian hasil
pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur, sangat tergantung kepada cara pengukuran
itu sendiri dan keadaan permukaan tanah.
Khusus untuk pengukuran jarak pada daerah yang miring dilakukan dengan cara seperti pada
gambar di bawah ini.
Jarak AB = d1 + d2 + d3
Untuk menjamin ketelitian pengukuran jarak, maka dilakukan juga pengukuran jarak optis
pada saat pembacaan rambu ukur sebagai koreksi.
d1
d2
A 1
d3
2
B
AB
B
AC
A
C
Slag 2
Slag 1 b2 m21
b1 m1
Bidang Referensi
D
D
e. Dalam hal tidak didapatkan titik tetap, koordinat geografis bisa menggunakan sistem local
(X,Y) atau UTM (dengan persetujuan Pengguna jasa)
f. Peta menggunakan kertas ukuran A1 dan bila luas daerah yang disurvey melebihi ukuran
di atas, peta dibagi dalam beberapa lembar. Peta harus dibuat dengan skala besar yang
memperlihatkan area survey secara keseluruhan.
g. Peta bathimetri dan topografi dibuat di atas kertas kalkir dengan posisi selalu menghadap
Utara.
h. Penulisan angka-angka kedalaman pada masing-masing jalur maksimum 10 cm untuk
skala 1 : 1.000 dan maksimum 25 cm untuk skala 1:2.500.
B. Survey Bathymetri
Pengukuran Bathimetri seluas 30,0 Ha dilakukan pada lokasi dan sekitar rencana pelabuhan dan
bertujuan untuk mendapatkan peta situasi wilayah perairan pada lokasi rencana pembangunan
pelabuhan. Lingkup pengukuran bathimetri meliputi:
C. Survey Hidro-oceanografi
1. Pengamatan pasang surut
a. Maksud pengamatan pergerakan pasang surut adalah untuk menentukan kedudukan
air tertinggi, duduk tengah dan air terendah yang dicapai maupun kedudukan LWS.
b. Pengamatan/pencatatan pergerakan muka air dilakukan minimum selama 15 hari
terus menerus menggunakan alat pencatat otomatis (automatic tide gauge).
Pencatatan dimulai pukul 00.00 waktu setempat pada hari pertama dan terakhir pada
pukul 24.00 hari ke-15 (atau 24 jam x 15 hari)
c. Untuk perhitungan-perhitungan kontsanta harmonis, duduk tengah, air tinggi yang
dapat dicapai maupun LWS mempergunakan metode Admiralty (tidak diperkenankan
menggunakan formula penentuan air terendah untuk Indian Low Water Spring)
d. Data hasil perhitungan dengan metode Admiralty harus dibandingkan dengan hasil
perhitungan menggunakan metode least Square. Untuk menambah tingkat akurasi
dari hasil perhitungan dengan kedua metode tersebut, dapat dipergunakan data
Naotide sebagai rujukan.
e. Elevasi LWS harus dipindahkan ke bangunan gudang atau dermaga yang ada pada
bagian yang aman, terlindungi dan mudah terlihat.
2. Pengukuran Arus
a. Pengalaman kecepatan dan arah arus dilakukan minimal pada 2 lokasi
b. Pengamatan dilakukan selama 25 jam terus menerus dengan interval waktu 30 menit,
menggunakan alat current meter dan floater yang dilakukan pada saat pasang tertinggi
(Spring Tide) dan pada saat pasangan terendah (Neap Tide) pada bulan yang sama
c. Posisi pengamatan arus adalah 0,2d; 0,6d; dan 0,8d dari permukaan air, dimana d =
kedalaman di lokasi pengamatan arus.
d. Lokasi pengamatan diplotkan dalam peta bathimetri dan hasil pengamatan arus
dilampirkan pada laporan dalam bentuk:
Pertumbuhan kawasan pelabuhan diharapkan dapat meinberikan impas positif bagi pertumbuhan
ekonomi daerah sekitar atau daerah dibelakangnya (hinterland), melalui pembudayaan sektor atau
subsektor basis sebagai penggerak perekonomian daerah dan keterkaitan ekonomi antar daerah.
Secara umum sektor perekonomian suatu wilayah atau kota dapat dibagi menjadi dua, yaitu
sektor perekonomian basis dan sektor perekonomian non-basis (service). Sektor perekonomian
yang menjadi basis ekonomi adalah sektor perekonomian utama yang memiliki pengaruh kuat
dan dapat membangkitkan perekonomian dalam suatu kota atau kawasan perkotaan. Salah satu
cara untuk mengetahui basis ekonomi suatu kota adalah melalui metode analisis Location Quotient
(LQ).
Location Quotient (LQ) adalah suatu metode untuk menghitung perbandingan relatif sumbangan
nilai tambah sebuah sektor di suatu daerah terhadap sumbangan nilai tambah sektor yang
bersangkutan dalam skala Provinsi Riau. Dengan kata lain, LQ dapat menghitung perbandingan
antara share output sektor i di kota dan share output sektor i di provinsi:
Keterangan:
X = Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
r = Kabupaten Bengkalis
n = Provinsi Riau
I = Sektor PDRB
LQi > 1 mengindikasikan ada kegiatan ekspor di sektor tersebut atau sektor basis (B), sedangkan
LQi < 1 disebut sektor nonbasis (NB).
Dalam konteks transportasi laut di Provinsi Provinsi Riau, maka pemahaman terhadap arahan
penggunaan ruang yang dituangkan dalam RTRWP dan RTRWK menjadi sangat penting. Tata
Ruang merupakan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun
tidak. Sedangkan Penataan Ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang, sebagai suatu proses yang ketiganya tersebut merupakan satu
kesatuan sistem yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.
Pendekatan tersebut diilustrasikan pada gambar berikut ini:
Perencanaan Transportasi
Kebutuhan Transportasi
(Demmand) Demmand
Rencana Driven Realisasi Sistem
Pada Sektor Transportasi
Transportasi Supply Driven Tahun Rencana
Kondisi Transportasi
Eksisting
Beberapa poin penting yang menjadi fokus perhatian dalam pendekatan ini antara lain:
a. Peran ataupun tujuan utama dari perencanaan tata ruang, sebagai berikut :
- Mengarahkan serta mengatur sistem atau jenis kegiatan penduduk yang akan
dikembangkan pada suatu wilayah.
Prakiraan arus muatan (traffic forecasting) dilakukan dengan menggunakan metode campuran, yaitu
dengan menggunakan metode laju pertumbuhan untuk komoditi yang kecenderungan
pertumbuhannya bisa dilihat dari data historisnya, serta dengan melakukan wawancara langsung
dengan pengguna jasa pelabuhan yang mengapalkan komoditinya melalui Pelabuhan ini.
Traffic forescasting terhadap komoditi yang melalui Pelabuhan akan dilakukan dengan
menggunakan Model Trend Linear dan Pertumbuhan Majemuk. Penggunaan model tersebut
didasarkan pada asumsi perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia serta perkembangan
perekonomian dunia yang akan datang.
Berdasarkan asumsi tersebut, pengguna model forescasting Trend Linear sangat praktis digunakan.
Menurut Anto Dajan (1975), trend linear menggunakan metode kuadrat minimum yang secara
teoritis menggambarkan probabilitas suatu kejadian yang dimaksimalkan guna memperoleh
penyebaran normal sekitar nilai trend yang telah diminimalkan. Karena peristiwa ekonomi
ataupun perdagangan yang sebagian besar datanya berfluktuasi secara deret berkala di sekitar
garis trendnya dan tidak bersifat independen, maka untuk memperkirakan kondisi yang akan
datang lebih baik menggunakan penarikan garis trend. Sedangkan penggunaan model
Pertumbuhan Majemuk digunakan untuk beberapa sektor yang pertumbuhannya lebih konstan
untuk beberapa tahun sehingga forescasting nilai yang akan datang dapat dilakukan berdasarkan
pertumbuhan yang telah terjadi. Model Formulasi untuk perkiraan arus muatan adalah sebagai
berikut :
1. Model Trend Linear
Y = a + bt
Y = Nilai trend untuk periode tertentu
a = Konstanta yaitu nilai Yt pada saat t = 0
b = Kemiringan garis trend
t = Tahun
2. Model Pertumbuhan Majemuk
Yt = Y0 (1 + i) t
Yt = Nilai tahun t yang akan datang
Y0 = Nilai tahun sekarang
i = Pertumbuhan ekspor (%)
t = Tahun
Kebutuhan kapasitas dan fasilitas pelabuhan laut, pada prinsipnya menganalisis dan
memproyeksikan kebutuhan sarana dan prasarana sebagai upaya mewujudkan kondisi yang
seimbang antara jumlah kebutuhan dengan banyaknya fasilitas yang harus disediakan. Secara
umum terdapat beberapa hal yang perlu diketahui dalam merencanakan kebutuhan fasilitas
pelabuhan laut, antara lain:
1. Dasar perencanaan fasilitas pelabuhan adalah dengan merancang rencana pengembangan
sefleksibel mungkin dalam menghadapi permintaan pasar yang berubah secara cepat.
2. Fasilitas pelabuhan hendaknya direncanakan dengan mempertimbangkan perubahan moda
angkutan selama minimal 10 tahun kedepan.
3. Fasilitas tersebut idealnya dirancang sesuai dengan jenis kapal yang akan menggunakan
fasilitas tersebut.
4. Perencanaan layout dan penempatan fasilitas pelabuhan harus dilakukan secara terpadu agar
keseluruhan rantai sistem transportasi dalam pelabuhan dapat berjalan lancar dan baik.
5. Umur bangunan sipil seperti dermaga, trestel, dan lain-lain harus direncanakan sekurang-
kurangnya 20 tahun, kecuali ada pertimbangan lain yang dapat dipertanggungjawabkan.
Berbagai macam material dapat dipilih sebagai bahan permukaan dari lapangan
penumpukan, namun karena konsentrasi dari beban pada ujung petikemas sangat besar,
sehingga perkerasan di bawah ujung petikemas harus kuat dan dapat menahan beban
yang besar.
Berikut disajikan dasar perhitungan untuk fasilitas lapangan penumpukan, areal tunggu
dan gudang untuk cargo (Velsink, 1993).
f * f *T * t
1 2 ts av
O
ts m * h * * 365
ts
dimana :
Tts = jumlah bongkar muat barang per tahun yang melalui area penumpukan
f1 = faktor pengali yang mengakomodasi kebutuhan area untuk lalu lintas alat
f2 = faktor pengali untuk area penumpukan barang khusus, barang rusak, dan
sebagainya
mts = tingkat okupasi rata-rata area penumpukan komposisi barang yang akan disimpan
: areal tunggu : gudang : lapangan penumpukan : langsung
Ci * t d * F
O
r * 365 * mi
dimana :
F = kebutuhan area per TEU termasuk area untuk lalu lintas alat (m2)
d. Fasilitas lain
Di dalam terminal barang diperlukan pula beberapa fasilitas umum lainnya, seperti :
sumber tenaga listrik untuk peti kemas khusus berpendingin, suplai bahan bakar, suplai
air, sistem penerangan untuk pekerjaan malam hari dan keamanan. Disamping itu juga
fasilitas lain yang diperlukan adalah areal parkir untuk kendaraan-mobil, truk dan trailer.
a. Gedung terminal, yang terdiri dari ruang kantor pelabuhan, ruang embarkasi, ruang
debarkasi, ruang VIP, kantin/restaurant, ruang kesehatan, toilet. Jenis dan luas bangunan
gedung didesain sesuai perkiraan kebutuhan untuk kegiatan pelabuhan.
b. Fasilitas parkir, termasuk tempat manuver kendaraan.
Terminal intermoda, seperti terminal bus. Fasilitas ini diperlukan untuk kebutuhan masa
depan dengan peningkatan kualitas pelayanan (kemudahan, kenyamanan, keselamatan,
kelancaran) yang juga akan menunjang operasi pelabuhan
C. Fasilitas-fasilitas Pendukung
Berikut ini fasilitas-fasilitas pendukung yang menunjang operasional pelabuhan terminal
penumpang dan barang.
a. Jalan dan Jembatan
Jalan dan jembatan sebagai beberapa fasilitas pelabuhan yang kemungkinan perlu
dibangun harus direncanakan sesuai dengan standar perencanaan yang berlaku.
Contoh peraturan-peraturan atau Standar Perencanaan untuk jalan dan jembatan :
Standar Perencanaan Jalan Bina Marga.
Peraturan dari ”American Association for State Highway and Transportation Officials
(AASHTO).
b. Saluran Drainase
Berikut ini dasar pertimbangan dalam perencanaan saluran drainase untuk fasilitas
pelabuhan.
Parameter-parameter kapal yang akan dilayani harus ditentukan lebih dahulu, agar fasilitas
pelabuhan yang dibangun termasuk alur pelayaran dapat berfungsi dengan baik.
Parameter-parameter kapal yang biasa dipakai adalah sebagai berikut.
Gross Tonnage (GT)
Besaran ini menyatakan jumlah isi (volume) ruang kapal secara keseluruhan dalam satuan
Registered Ton. 1 GT = 100 ft3.
Dead Weight Tonnage (DWT)
Besaran ini menyatakan daya angkut total kapal dalam satuan metrik ton.
Light Weight Tonnage (LWT)
Besaran ini menyatakan bobot kapal tanpa muatan (dalam keadaan kosong) dalam satuan
metrik ton.
Length Overall (LOA)
Panjang keseluruhan kapal.
Lenght Between Perpendicular (LBP)
Panjang kapal diukur dari titik perpotongan badan kapal dengan permukaan air.
Beam
Lebar kapal diukur dari bagian luar badan kapal atau dapat juga diartikan sebagai lebar
terbesar yang dimiliki kapal.
Draft/Draught
Jarak ke titik terendah dari keel di bawah muka air.
Berikut ini Kriteria perencanaan alur pelayaran.
a. Kedalaman kolam
Perairan kolam harus memiliki kedalaman yang cukup supaya kapal-kapal dapat keluar-
masuk dengan aman pada saat air surut terendah (LLWL). Kedalaman kolam dihitung
dengan persamaan di bawah ini.
D = d + 1/2H + S + C
dimana :
D = kedalaman kolam pelabuhan pada saat surut terendah.
d = draft kapal terbesar yang direncanakan akan menggunakan pelabuhan tersebut
pada saat muatan penuh.
H = tinggi gelombang rencana dalam kolam pelabuhan.
S = squat = pertambahan draft kapal akibat ayunan vertikal kapal memasuki perairan
dangkal.
C = keel clearence sebagai pengaman, diambil nilai-nilai 25 – 100 cm tergantung kondisi
tanah dasar kolam.
b. Kolam Putar (Turning Basin)
Kawasan kolam tempat kapal melakukan gerak putar untuk berganti haluan harus
direncanakan sedemikian rupa sehingga memberikan ruang cukup luas dan kenyamanan.
Diameter putar turning basin yang ideal adalah :
D = 2 x LOA
dimana :
D = diameter putar turning basin.
LOA = lenght overall = panjang total kapal.
Dengan LOA maksimum sebesar 170 m, sehingga diperoleh diameter putar turning basin
sebesar 340 m.
c. Ketenangan Kolam (Harbor Tranquility)
Kondisi kolam yang tenang menjamin efisiensi operasi pelabuhan. Beberapa prinsip untuk
menambah ketenangan kolam pelabuhan diuraikan di bawah ini.
Areal kolam pelabuhan harus cukup luas.
Perencanaan yang sesuai terhadap bentuk, batu lapis lindung, panjang dan elevasi
puncak pemecah gelombang. Penyediaan bangunan peredam energi untuk mengurangi
pangaruh difraksi, overlopping dan pantulan gelombang.
Menyediakan sarana peredam energi gelombang (misalnya revetment) pada bagian
pantai yang berhadapan langsung dengan mulut pelabuhan.
Jika mungkin mendesain dinding batas kolam pelabuhan berbentuk miring untuk
mengurangi energi pantulan gelombang.
Secara menyeluruh fasilitas minimal yang harus tersedia di suatu pelabuhan. disajikan pada
gambar berikut ini.
1
2
3
6
4 6
7
9
5 6
5
7
7
Fasilitas Pelabuhan
6 1. Menara Suar
8 2. Perkantoran
3. Gudang
7
4. Terminal Penumpang
5. Lapangan Penumpuakan
D. Dermaga
Dermaga berfungsi sebagai tempat membongkar-muat (loading-unloading) dan berlabuh (berthing).
Di pelabuhan modern, biasanya ketiga fungsi ini dipisahkan sehingga dikenal istilah dermaga
bongkar, dermaga muat dan dermaga berlabuh. Namun tidak demikian dengan pelabuhan
sederhana yang biasanya kapal datang, membongkar dan berangkat menggunakan dermaga yang
sama.
Berikut ini dasar pertimbangan dalam perencanaan dermaga.
Dermaga adalah fasilitas untuk pendaratan kapal sehingga bisa melakukan aktivitas bongkar muat
atau untuk lalu lintas penumpang. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan
dermaga diuraikan di bawah ini.
a. Elevasi Dermaga
Elevasi dermaga dibuat sedemikian rupa sehingga pada saat pasang tinggi air tidak
melimpas ke permukaan dermaga. Penentuan elevasi lantai dermaga sesuai dengan
kondisi pasang surut yaitu :
E = HHWL + 1/2H + F
dimana :
HHWL= higest high water level = elevasi pasut tertinggi.
H = tinggi gelombang.
F = free board = tinggi jagaan (biasanya diambil = 0.5 m).
b. Struktur Dermaga
Dermaga didesain sedemikian rupa sehingga mampu menahan gaya tumbuk kapal (gaya
lateral), mampu menahan beban aktifitas dan peralatan bongkar muat (beban vertikal).
Gambar di bawah ini menyajikan tipikal dermaga deck on pile yang dibawahnya diberi
revetment.
c. Panjang Dermaga
Panjang dermaga ditentukan berdasarkan jumlah kapal yang akan merapat di dermaga
tersebut dengan ketentuan jarak antar kapal 15 meter dan jarak ke tepi dermaga 25 meter.
d. Lebar Apron
Lebar apron adalah jarak antara tepi luar dermaga dengan tepi gedung yang merupakan
tempat untuk menempatkan barang atau cargo sementara sebelum ke gudang.
Lokasi dermaga bongkar dan muat berada di satu tempat (tempat yang sama). Ukuran
dermaga ditentukan berdasarkan kebutuhan dermaga yang paling besar antara kegiatan
bongkar dan muat. Kriteria perencanaan dermaga bongkar dan muat disajikan di bawah
ini.
Dermaga Bongkar
Kriteria perencanaan dermaga bongkar
dimana :
n = jumlah kapal yang dilayani (unit).
LU = panjang dermaga yang ditentukan per kapal (m).
= 1.1 x LOA
LOA = panjang total kapal terbesar (m).
Q = jumlah muatan rata-rata per kapal yang bongkar setiap pelayaran
(ton).
S = faktor ketidakteraturan.
Dc = rata-rata perioda ulang pelayaran (hari).
U = rata-rata kecepatan pembongkaran, termasuk persiapan (ton/jam).
T = waktu yang diperlukan untuk pembongkaran per hari (jam).
Dermaga Muat
Kriteria perencanaan dermaga muat adalah sebagai berikut.
dimana :
E. Sistem Fender
Sistem fender ditujukan untuk menjamin kapal pada saat berlabuh dari kerusakan yang mungkin
terjadi karena benturan antara lambung kapal dengan dermaga. Berdasarkan fungsinya fender
dibagi menjadi 2 jenis, seperti diuraikan di bawah ini.
Protective fender. Berfungsi sebagai landasan pelindung yang meredam energi benturan
antara kapal dengan dinding dermaga pada saat kapal bertambat.
Impact fender. Ditujukan untuk meredam benturan pada saat kapal melakukan gerak
manuver.
Energi yang bekerja pada fender secara umum dihitung dengan formula :
Wa v 2
Ek Cm C e C c C s
2g
dimana :
Ek = energi kinetik tumbukan kapal pada fender (ton.m).
Wa= massa air yang dipindahkan pada saat berlabuh (ton).
v = kecepatan berthing (m/s).
g = percepatan gravitasi (m2/s).
Cm = koefisien massa semu.
Ce = koefisien eksentrisitas.
Cc = faktor bentuk tempat berlabuh (= 1.0 sebagai standar).
Cs = softness coeficient (= 1.0 sebagai standar).
F. Alat-alat Penambat
Alat-alat penambat berfungsi untuk menjaga kapal yang berlabuh dari gerakan yang dapat
mengganggu aktivitas bongkar muat. Gerakan-gerakan yang biasanya paling mengganggu
operasional kapal adalah gerakan vertikal (heave) dan gerakan horisontal (surge).
Penambatan kapal dilakukan dengan tali manila yang diikatkan pada bollard. Bollard terbuat dari
kayu atau baja yang ditanam dalam blok beton pada lantai dermaga. Peralatan penambatan
didesain dengan memperhitungkan gaya-gaya tarik yang ditimbulkan oleh kapal. Gaya tarik oleh
kapal pada saat ditambat dipengaruhi oleh bobot kapal, gelombang, angin dan arus.
Perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut.
TPDPG = ANTGH x OFTBSW x 24 jam
TPSPD = TPDPG x ANGESS
BDG = ATF / TPSPD
ANBR = BDR / (NWDT X BOF)
dimana :
TPDF = ton per hari per kelompok.
ANTGH = rata-rata jumlah ton per kelompok.
TPSPD = ton per kapal per hari.
BDR = jumlah hari tambat yang diperlukan.
ANBR = perkiraan jumlah tambatan.
ATF = peramalan tonasi tahunan.
Analisa kelayakan lingkungan ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kegiatan
pelaksanaan pekerjaan pembangunan pelabuhan mempunyai dampak terhadap lingkungan di
sekitarnya. Komponen kegiatan yang ditelaah adalah:
Berdasarkan pada pola kegiatan operasional pelabuhan laut, maka dapat disusun zonasi
pengelolaan sebagai berikut:
1) Zona Bongkar Muat
Kegiatan bongkar muat ini merupakan kegiatan dimana kapal-kapal barang didaratkan dan
membongkar barang bawaannya untuk selanjutnya mengisi muatan kembali. Pada zona ini
terjadi pertemuan antara kegiatan di laut dan di darat, maka di butuhkan ruang terbuka yang
luas serta penataannya yang langsung berhubungan dengan laut. Fasilitas yang terkait dengan
kegiatan bongkar muat ini antara lain:
- Dermaga bongkar muat dengan kelengkapannya (fender, bollard, peralatan bongkar muat
dan sebagainya).
- Tempat penumpukan sementara/apron yang terletak tepat didepan dermaga yang ada.
2) Zona Penyimpanan/Gudang
Zona ini merupakan tempat penyimpanan dalam jangka waktu lama. Letak zona ini
berdekatan dengan zona bongkar muat agar memudahkan dalam pengangkutan dari/ke
kapal. Pemakaian fasilitas ini akan dikenakan biaya yang besarnya telah ditentukan. Fasilitas
yang di sediakan dalam zona ini antara lain:
Zona ini menampung kegiatan muat perbekalan, baik untuk perbekalan kegiatan bongkar
muat dan kebutuhan ABK selama hari operasi maupun kebutuhan di darat. Fasilitas yang
terkait dalam kegiatan pemuatan perbekalan antara lain:
- Shelter
- Tempat penginapan
- Kantin/Waserba
- KM/WC umum
5) Zona Pemeliharaan
Zona ini menampung kegiatan pemeliharaan dan perbaikan bagi kapal-kapal yang mengalami
kerusakan atau perawatan rutin bagi kapal-kapal yang sedang beroperasi. Fasilitas yang
terdapat pada zona ini antara lain:
- Dock/Slipway
- Bengkel
- Gudang peralatan/perlengkapan
- Rumah mesin derek
6) Zona Administrasi
Zona ini merupakan pusat kegiatan pengelolaan pelabuhan yang menyangkut pengelolaan
dan pengawasan pelabuhan, pelayanan masyarakat dan sebagainya dilakukan di kantor
administrasi pelabuhan. Fasilitas yang terkait pada zona ini antara lain:
- Kantor administrasi
- Kantor-kantor pihak instansi terkait
Zona ini menampung kegiatan sosial yang bersifat menunjang kehidupan di pelabuhan.
Fasilitas yang terdapat pada zona ini antara lain:
- Masjid
- Poliklinik
- Kantor agen
Selain pembagian zona menurut kegiatannya, fasilitas-fasilitas yang ada di pelabuhan laut dapat
dikelompokkan berdasarkan pihak pengelolanya, yaitu sebagai berikut:
1) Unit Pengelolaan Teknis (UPT)/Pengelola Pelabuhan
2) Unit pelaksanaan teknis (UPT) dalam hal ini adalah Dinas Perhubungan yang berfungsi
sebagai pengelola dan pengawas seluruh kegiatan operasinal pelabuhan.
3) Koperasi Pelabuhan
4) Koperasi ini akan bekerjasama dengan UPT dalam mengelola fasilitas perbekalan seperti
instalasi air bersih, oli dan BBM, makanan, simpan pinjam dankesejahteraan pekerja.
5) Pihak Swasta
6) Pihak swasta diharapkan memberikan konstribusinya sebagai pemakai fasilitas pelabuhan
yang ada, khususnya fasilitas penyimpanan.
7) Instansi Terkait
Dalam penentuan layout pelabuhan, tidak hanya memperhatikan penataan bangunan di darat
saja, tapi juga fasilitas yang ada di laut. Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan (DLKR), baik
daratan maupun perairan, dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan (DLKP) sangat perlu
diperhatikan.
Untuk keperluan keselamatan pelayaran (safety of navigation) melalui perairan Indonesia dan demi
perlindungan lingkungan perairan terhadap pencemaran (environmental protection against
pollution), maka di kawasan perairan yang padat lalu-lintasnya terutama di perairan-perairan
sempit, perlu dipasang sarana bantu navigasi pelayaran (SBNP-Aids to Navigation) menurut
ketentuan Nasional dan Internasional.
Rencana kerja yang akan dilaksanakan konsultan dalam menyelesaikan pekerjaan ini disusun
berdasarkan tahapan sesuai dengan produk yang akan dihasilkan. Dalam Kerangka Acuan Kerja
(KAK), tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan telah dirinci mulai dari persiapan sampai
produk akhir berupa laporan yang harus diserahkan. Waktu yang dibutuhkan melaksanakan
pekerjaan selama 6 (enam) bulan. Adapun jumlah hari yang dibutuhkan per item kegiatan
berdasarkan rencana kerja yang diusulkan.
Tabel rencana jadwal penyusunan laporan akan menggambarkan waktu penyusunan laporan-
laporan dengan jenis dan syarat sesuai dengan yang telah ditentukan berdasarkan Kerangka
Acuan Kerja.
Jadwal pelaksanaan pekerjaan dan kegiatan pelaporan digambarkan dalam bentuk Bar Chart,
seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini:
PT. CITA PRISMA
Bulan
No Kegiatan Satuan Volume I II III IV V VI Keterangan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
I Pekerjaan Persiapan
1 Penyelesaian Administrasi Lokasi LS
2 Mobilisasi Personil & Peralatan Lokasi LS
II Pengumpulan Data
1 Data Sekunder Lokasi 1
2 Kunjungan Lapangan Lokasi 1
3 Survey Lingkungan, Sosial Ekonomi dan Wilayah Lokasi 1
4 Survey Topografi, Bathimetri dan Hidro-Oceanografi Lokasi 1
V Asistensi
Sebagai kontrol dan pertanggung jawaban dari pelaksanaan pekerjaan jasa konsultansi
Penyusunan Master Plan Pelabuhan ini adalah adanya pelaporan yang diberikan secara bertahap
sesuai dengan tahapan penyelesaian pekerjaan.
Diskusi dari laporan ini dilakukan secara internal dengan Tim Pendamping dari proyek dan
diharapkan dapat diperolah satu kesepakatan mengenai sasaran serta pola kerja yang akan dituju.
Hasil diskusi dituangkan dalam bentuk satu Berita Acara dan dijadikan pedoman dalam
penyusunan laporan berikutnya.
Diskusi dari laporan ini dilakukan secara internal dengan Tim Pendamping dari proyek dan
diharapkan dapat diperoleh satu kesepakatan mengenai hasil kompilasi dan analisis data. Hasil
diskusi dituangkan dalam bentuk satu Berita Acara dan dijadikan pedoman dalam penyusunan
laporan berikutnya.
Laporan akhir diserahkan oleh Tim Konsultan pada akhir masa pelaksanaan pekerjaan yang
terdiri dari :
Executive Summary merupakan ringkasan dari Laporan Akhir yang disajikan secara komunikatif
dalam tampilan yang menarik sebanyak 20 (dua puluh) eksemplar dengan format A3, diserahkan
pada akhir masa pelaksanaan pekerjaan.
a. Terciptanya sistem koordinasi yang baik antara Konsultan dan Pengguna Jasa.
b. Terciptanya koordinasi yang baik antara unit-unit kerja yang terlibat dalam penanganan
pekerjaan.
c. Terjaminnya kelancaran jalannya pekerjaan secara keseluruhan.
Setelah diterima SPMK dan ditandatanganinya Perjanjian Kontrak Pekerjaan antara Penyedia jasa
dengan Pihak Pengguna jasa, maka Direktur Perusahaan menunjuk seorang Ketua Tim (Team
Leader) untuk mengelola dan melakukan evaluasi dan monitoring terhadap pelaksanaan
pekerjaan nantinya. Ketua Tim (Team Leader) akan melakukan mobilisasi seluruh personil yang
akan mengerjakan pekerjaan ini. Ketua Tim (Team Leader) akan bertanggung jawab secara teknis
terhadap pelaksanaan pekerjaan pada Pihak Proyek.
KEMENTERIAN
PERHUBUNGAN
Direktur Utama
Tenaga Ahli :
Supporting Staff :
- Drafter
- Operator Komputer
- Administrasi Proyek
Ket :
= Garis Komando / Hubungan Langsung
= Garis Koordinasi / Hubungan Tidak Langsung
LAMPIRAN
FORM SURVEI
FOTO-FOTO SURVEI PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN a
PT. CITA PRISMA
LAPORAN PENDAHULUAN b
PT. CITA PRISMA
KETERANGAN
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
LAPORAN PENDAHULUAN c
PT. CITA PRISMA
LAPORAN PENDAHULUAN d
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN : ……………………
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT : ……………………
KANTOR OTORITAS PELABUHAN UTAMA BELAWAN
DATA LALULINTAS
LAPORAN PENDAHULUAN
2
orang ton
3
orang ton
4
orang ton
5
orang ton
6
orang ton
7
orang ton
8
orang ton
9
orang ton
10
orang ton
11
orang ton
12
orang ton
13
orang ton
14
orang ton
PT. CITA PRISMA
15
orang ton
e
PT. CITA PRISMA
PELABUHAN BENGKALIS
LAPORAN PENDAHULUAN f
PT. CITA PRISMA
LAPORAN PENDAHULUAN g
PT. CITA PRISMA
LAPORAN PENDAHULUAN h
PT. CITA PRISMA
LAPORAN PENDAHULUAN i
PT. CITA PRISMA
ALUR PELAYARAN
LAPORAN PENDAHULUAN j