LP Waham
LP Waham
LP Waham
Disusun Oleh :
Nita Nurmiati
1814201116
Pengertian
Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak
sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis
oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan
kontrol (Direja, 2011).
Waham curiga adalah keyakinan seseorang atau sekelompok orang berusaha
merugikan atau mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan (Kelliat, 2009).
Gangguan isi pikir adalah ketidakmampuan individu memproses stimulus
internal dan eksternal secara akurat. Gangguannya adalah berupa waham yaitu
keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau dibuktikan dengan realitas.
Keyakinan individu tersebut tidak sesuai dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budayanya, serta tidak dapat diubah dengan alasan yang logis. Selain itu keyakinan
tersebut diucapkan berulang kali (Kusumawati, 2010).
Gangguan orientasi realitas adalah ketidakmampuan menilai dan berespons
pada realitas. Klien tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan sehingga
muncul perilaku yang sukar untuk dimengerti dan menakutkan. Gangguan ini
biasanya ditemukan pada pasien skizofrenia dan psikotik lain. Waham merupakan
bagian dari gangguan orientasi realita pada 10 isi pikir dan pasien skizofrenia
menggunakan waham untuk memenuhi kebutuhan psikologisnya yang tidak terpenuhi
oleh kenyataan dalam hidupnya. Misalnya : harga diri, rasa aman, hukuman yang
terkait dengan perasaan bersalah atau perasaan takut mereka tidak dapat mengoreksi
dengan alasan atau logika (Kusumawati, 2010).
Yang ketiga adalah Faktor Psikologis seperti: Ibu pengasuh yang cemas/over
protektif, tidak sensitif, Hubungan dengan ayah tidak dekat/perhatian yang
berlebihan dan Konflik perkawinan, Sosial budaya,
Kemiskinan, Ketidakharmonisan sosial dan Stress yang menumpuk.
B. Faktor Presipitasi
Faktor Presipitasi yang menyebabkan terjadinya suatu masalah terdiri dari:
Pertama adalah Stressor sosial budaya seperti terjadinya Stres dan kecemasan
akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas keluarga, perpisahan dengan
orang yang paling penting, atau diasingkan dari kelompok. Kedua adalah Faktor
Biokimia Penelitian tentang pengaruh dopamine, inorefinefrin,zat halusinogen
diduga berkaitan dengan orientasi realita. Ketiga adalah Faktor Psikologi:
Intensitas kecemasan yang ekstrim dan menunjang disertai terbatasnya
kemampuan mengatasi masalah memungkinkan berkurangnya orientasi realiata.
C. Jenis
Jenis-Jenis Waham, Meliputi :
1) Waham Kebesaran: Individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran
atau kekuasaan khusus yang diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
kenyataan.
2) Waham Curiga: Individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok
yang berusaha merugikan/mencederai dirinya dan diucapkan berulang
kali, tetapi tidak sesuai kenyataan
3) Waham Agama: Individu memiliki keyakinan terhadap terhadap suatu
agama secara berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
kenyataan.
4) Waham Somatic: Individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya
terganggu atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan.
5) Waham Nihilistik: Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di
dunia/meninggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
kenyataan.
6) Waham Kontrol Pikir: Keyakinan klien bahwa pikirannya dikontrol oleh
kekuatan di luar dirinya.
D. Fase-Fase
Menurut Yosep (2009), proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu :
1) Fase Of Human Need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik
secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat
terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat
terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan
kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi
terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti dengan self ideal sangat
tinggi.
2) Fase Lack Of Self Esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan
antara self idealdengan self reality (keyataan dengan harapan) serta
dorongn kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan
sudah melampaui kemampuannya.
3) Fase Control Internal External
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa
yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak
sesuai dengan keyataan, tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah
suatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan
untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas
dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil
secara optimal.Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi
bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar.
4) Fase Envinment Support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien
menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran
karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan
kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai
dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
5) Fase Comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien sering menyendiri
dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
6) Fase Improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap
waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham
yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau
kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham
bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat
menimbulkan ancaman diri dan orang lain.
F. Mekanisme Koping
Mekanisme Koping Dapat Dibedakan Menjadi Dua Yaitu :
1) Reaksi Yang Berorientasi Pada Tugas: Yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara reakstik tuntunan
situasi stress seperti prilaku menyerang dan menarik diri.
2) Mekanisme Pertahana Ego: Merupakan mekanismne yang dapat
membantu mengatasi cemas, jika berlangsung pada tingkat sadar dan
melibatkan penipuan diri dan disorientasi realitas, maka mekanisme ini
dapat merupakan respon maladaptive terhadap stress. (Anonymous,
2009).
III.
A. Pohon Masalah
Data Objektif:
a. Klien tampak mondar-mandir tak menentu.
b. Klien tampak curiga, kadang panik, sangat waspada
c. Ekspresi wajah klien tampak tegang
VI.Sumber
Stuart Gail.2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa.Jakarta: EGC
Komalasari.Renata.2008.Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta:EGC