Makalah Ekonomi APBN Dan APBD Real
Makalah Ekonomi APBN Dan APBD Real
Makalah Ekonomi APBN Dan APBD Real
Oleh :
Saya Sendiri
XI IPS 1
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, puji
syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunianya
sehingga penulis dapat menyusun makalah ini.
Tugas ini dikerjakan untuk bukan hanya untuk melengkapi nilai ekonomi tetapi juga
untuk meningkatkan kemampuan agar bermanfaat dikemudian hari. Tak lupa penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Terlepas dari semua itu penulis menyadari bahwa hasih ada kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, penulis menerima segala kritik dan saran dari
pembaca. Penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
i.
Daftar Isi
KATA PENGANTAR...................................................................................................................1
DAFTAR ISI..................................................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................................3
1.1 Latar Belakang........................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................................
1.3 Tujuan Makalah......................................................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN................................................................................................................
2.1 Anggaran Pendapatan Belanja Negara ( APBN )...............................................................
2.1.1 Pengertian APBN...............................................................................................................
2.1.2 Fungsi APBN.....................................................................................................................
2.1.3 Tujuan APBN....................................................................................................................
2.1.4 Struktur dan Komponen APBN......................................................................................
BAB 3 APBD..............................................................................................................................
2.2.1 Pengertian APBD.............................................................................................................
2.2.2 Fungsi APBD...................................................................................................................
2.2.3 Tujuan APBD..................................................................................................................
2.2.4 Sumber Penerimaan Pendapatan Negara dalam APBN dan APBD.........................
2.2.5 Cara Penyusunan APBN dan APBD...........................................................................
BAB 4 PENUTUP..................................................................................................................
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anggaran Pendapatan Belanja Negara ( APBN ) adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat ( DPR ). APBN
berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara
selam satu tahun anggaran, bisa diibaratkan sebagai anggaran rumah tangga ataupun anggaran
perusahaan yang memiliki dua sisi, yaitu sisi penerimaan dan sisis pengeluaran.
Walaupun APBN terus meningkat tiap tahun, PDB juga naik pesat, perekonomian
tumbuh tiap tahun, pendapatan per kapita juga naik tiap tahun, tapi tidak diikuti dengan
peningkatan kesejahteraan rakyat yang signifikan. Jumlah rakyat miskin juga nyaris tidak
berkurang, ini mengindikasikan ada kesalahan besar dalam APBN sehingga APBN yang
sebagian besar penerimaannya berasal dari pajak yang dibayar oleh rakyat tapi tidak memberikan
kontribusi nyata meningkatkan kesejahteraan rakyat.
1.2 Rumusan Masalah
Dari pendahuluan yang sudah penulis sampaikan maka rumusan masalah yang muncul
adalah sebagai berikut :
Apa yang dimaksud dengan Anggaran Pendapatan Belanja Negara ( APBN ) ?
Apa yang dimaksud dengan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah ( APBD ) ?
Apa saja sumber penerimaan pendapatan negara dalam APBN dan APBD ?
Bagaimana proses penyusunan APBN dan APBD
1.3 Tujuan Makalah
Dari rumusan masalahh yang ada, maka tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui APBN dan APBD di Indonesia
2. Untuk mengetahui apa saja sumber penerimaan pendapatan negara dalam APBN dan
APBD
3. Untuk mengetahui tahapan dalam RAPBN dan RAPBD sehingga bisa digunakan dalam
mengolah dana.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Anggaran Pendapatan Belanja Negara ( APBN )
2.1.1 Pengertian APBN
Anggaran Pendapatan Belanja Negara ( APBN ) adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat ( DPR ). Pasal 1 angka 7,
UU No.17/2003. Merujuk Pasal 12 UU No.1/2004 tentang perbendaharaan negara.APBN dakam
satu tahun anggaran meliputi :
Hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan.
Kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan.
Penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran yang akan diterima
kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun
anggaran berikutnya.
Semua penerimaan dan pengeluaran negara dilakukan melalui rekening kas umum
negara.Pasal 12 ayat 2 UU No.1/2004 tahun anggaran dalah periode pelaksanaan APBN selama
12 bulan. Sejak tahun 2000, Indonesia menggunakan tahun kalender sebagai tahun anggaran,
yaitu dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Sebelumnya tahun anggran
dimulai tanggal 1 April sampai dengan 31 Maret tahun berikutnya. Penggunaan tahun kalender
sebgai tahun anggaran ini kemudian dikukuhkan dalam UU Keuangan Negara dan UU
Perbendaharaan Negara ( Pasal 4 UU No. 17/2003 dan Pasal 11 UUNo.1/2004 ).
2.1.2 Fungsi APBN
APBN merupakan instrumrn untuk mengatur pengeluaran dan pendapata negara dalam
rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan,mencapai
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabitas perekonomian,
dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum.
APBN mempunyai fungsi otorisasi,perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan
stabilisasi.
1. Fungsi otosisasi, mengandung arti bahwa anggarn negara menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan dan pembelanjaan
atau pendapatan dapat dipertanggung jawabkan kepada rakyat.
2. Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran negara dapat menjadi pedoman
bagi negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun tersebut
3. Fungsi pengawasan berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk menilai
apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
4. Fungsi alokasi berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumber daya sertameningkatkan efisiensi dan efektivitas
perekonomian.
5. Funsi distribusi berarti bahwa kebijkan anggaran negara harus memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan.
6. Fumgsi stabilisasi memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk
memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
2.1.3 Tujuan APBN
Tujuan APBN adalah sebagai pedoman pengeluaran dan penerimaan negara agar terjadi
keseimbangan yang dinamis, dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan kenegaraan demi
tercapainya peningkatan produksi, peningkatan kesempatan kerja, dan pertumbuhan ekonomi
yang cukup tinggi. Semua itu ditujukan untuk tercapainya masyarakat adil dan makmur, baik
material maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
2.1.4 Struktur dan Komponen APBN
1. Pendapatan negara dan hibah
Pendapatan negara adalah penambahan nilai kekayaan bersih dalam sebuah negara. Beberapa
sumber pendapatan negara antara lain :
Penerimaan pajak meliputi : dalam negri,perdagangan internasional.
Peneimaan negara bukan pajak ( PNBP ) , meliputi : Sumber daya alam,BUMN,
Layanan umum ( BLU ) , dan pajak lainnya.
2. Belanja negara adalah pengurangan nilai kekayaan bersih dari suatu negara oleh
pemerintahan dalam periode tertentu. Beberapa belanja negara antara lain, belanja
pegawai,belanja barang, belanja modal, pinjaman, belanja hibah, belanja bantuan sosial
dan lain-lain.
3. Keseimbangan primer APBN adalah jumlah pendapatan negara dikurangi belanja negra
diluar pembayaran bunga utang.
4. Surplus/ Defisit APBN adalah keadaan dimanaa pendapatan negara lenih besar daripada
belanjaan negara.
5. Pembiayaan APBN adalah setiap yang dibayarkan kembali dan atau pengeluaran yang
akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun
anggaran berikutnya.
BAB 3
APBD
2.2.1 Pengertian APBD
APBD adalah suatu daftar yang secara sistematis membuat sumber-sumber penerimaan
daerah dan alokasi pengeluaran daerah dalam jangka waktu tertentu ( biasanya satu tahun ).
Periode APBD sama dengan APBN, yaitu dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember.
2.2.2 Fungsi APBD
APBD mempunyai fungsi yang sama dengan APBN yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Diantaranya fungsi stabilisasi, fungsi alokasi, fungsi distribusi, fungsi regulasi. Berdasarkan
UUD 1945 ayat 1,2,3,pemerintah wajiib menyusun APBN. Sebelum menjadi APBN, pemerintah
menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan Negara ( RAPBN ).
1. Fungsi distribusi dan fungsi stabilisasi pada umumnya lebih efektif dilaksanakan
pemerintah pusat, sedangkan fungsi alokasi pada umunya dilaksanakan pemerintah
daerah.
2.2.3 Tujuan APBD
Tujuan APBD adalah untuk mengatur pembelanjaan daerah dan penerimaan daerah agar
tercapai kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi daerah secara merata.
2.2.4 Sumber Penerimaan Pendapatan Negara dalam APBN dan APBD
A. Sumber penerimaan pendapatan negara dalam APBN
Penerimaan negara adalah uang yang masuk ke kas negara. Penerimaan negara terdiri dari 2
yaitu :
a. Penerimaan dalam negeri : Penerimaan APBN diperoleh dari berbagai sumber. Secara
umum penerimaan negara dibedakan menjadi 2 sumber yaitu :
1) Pajak Penerimaan berasal dari dalam negeri dan pajak perdagangan internasional.
Pajak dalam negeri terdiri dari pajak penghasilan migas dan nonmigas, PPN dan
PPnBM, BPHTB, cukai dan pajak lainnya. Pajak perdagangan internasional
berasal dari bea masuk dan pajak/ pungutan ekspor.
2) Penerimaan negara bukan pajak berasal dari sumber daya alam, bagian
pemerintah atas laba BUMN, dan penerimaan negara bukan pajak lainnya.
Penerimaan negara juga berasal dari hibah. Hibah merupakan pemberian dana
dari negara lain tanpa keharusan untuk mengembalikannya.
b. Penerimaan hibah merupakan semua penerimaan negara yang berasal dari sumbangan
swasta dalam negeri, dan sumbangan lembaga swasta dan pemerinahan luar negeri,
termasuk lembaga internasional. Penerimaan hibah ini tidak perlu dikembalikan.
B. Sumber penerimaan pendapatan negara dalam APBD
Menurut UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan
daerah, pendapatan daerah berasal dari :
a. Pendapatan daerah
1) Pendapatan asli daerah.
2) Sumber PAD adalah pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan.
PAD yang sah terdiri dari :
1) Penjualan kekayaan daerah yang tidak terpisahkan, jasa giro, pendapatan bunga.
2) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
3) Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan pengadaan
barang atau jasa oleh daerah.
b. Penerimaan pusat
Pendapatan daerah juga dapat diperboleh melalui pemerintah pusat, yaitu dari dana perimbangan
dan dana otonomi khusus.
2.2.5 Cara Penyusunan APBD dan APBN
Proses penyusunan APBN bisa dikelompokkan kedalam 2 tahapan, yaitu :
1. Proses pembicara pendahuluan antara pemerintah dan DPR dari bulan Februari sampai
dengan pertengahan Agustus.
2. Pengajuan, pembahasandan penetapan APBN, dimulai pertengahan Agustus sampai
dengan bulan Desember.
Langkah-langkah penyusunan APBN adalah sebagai berikut :
1. Pemerintah menyusun rancangan anggran pendapatan dan belanja negara ( RAPBN ),
RAPBN disusun pemerintah atas dasar usulan anggaran yang dibuat oleh setiiap
departemen atau lembaga negara yang diusulkan kepada pemerintah dalam bentul
DUK ( Daftar Usulan Kegiatan ) dan DUP ( Daftar Usulan Proyek ). DUK diusulkan
untuk membiayai pembangunan.
2. Pemerintah mengajukan RAPBN kepada DPR untuk dibahas.
3. DPR membahas RAPBN dengan tujuan diterima atau ditolak.
4. Jika diterima, RAPBN akan disahkan menjadi APBN dan disampaikan kepada
pemerintah unuk dilaksanakan. Namun jika ditlak, pemerintah harus menggunakan
APBN sebelumnya.
Langkah-langkah penyusunan APBD adalah sebagai berikut :
1. Pemerintah daerah mengajukan rancangan peraturan daerah tentang APBD disertai
penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD pada minggu pertama
bulan Oktober tahun sebelumnya.
2. Setelah disetujui oleh DPRD, RAPBD kemudian ditetapkan menjadi APBD melalui
peraturan daerah.Apabila DPRD tidak menyetujui rancangan peraturan daerah, maka
untuk membiayai keperluan setiap bulan, pemerintah dapat melaksanakan pengeluaran
setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun anggaran sebelumnya.
3. Setelah APBD ditetapkan dengan peraturan daerah, pelaksanaannya dituangkan lebih
lanjut dengan keputusan gubernur atau bupati atau wali kota.
BAB 4
4.1 Pengertian Pajak
Secara ekonomis, ada asumsi bahwa setiap pengeluaran yang dilakukan masyarakat
umumnya harus diimbangi dengan penerimaan barang atau jasa maupun fasilitas. Asumsi ini
secara tidak langsung berlaku bagi pajak. Pajak mempunyai karakteristik sendiri. Dalam
mekanisme pembayaran pajak, dana terlebih dahulu masuk dalam proses anggaran ( budgeter )
yang akan didistribusikan dan digunakan untuk pengadaan maupun penyediaan barang dan jasa
publik yang akan dinikmati oleh seluruh masyarakat. Ada beberapa pengertian pajak,
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Prof. Dr. Rochmat Soemitro dalam Zain ( 2009 ), pajak adalah peralihan dari
pihakrakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran – pengeluaran rutin.
Surplusnya digunakan untuk investasi pada barang – barang publik, misalnya
jalan raya dan jembatan.
2. Prof. Dr. P.J.A. Adrianindalam Zain ( 2009 ), pajak adalah iuran masyarakat
kepada negara ( yang dapat dipaksakan ) yang terutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan – peraturan umum ( undang-undang ) dengan
tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjukan dan yang
gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung
tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
3. Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan, yang telah beberapa kali diubah dengan Undang-Undang Nomor 9
tahun 1994 dengan Undang-Undang Nomor 16 tahun 2000 san terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007, pajak adalah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undnag dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong
pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa ciri – ciri pajak adalah sebagai berikut :
1. Iuran wajib yang dibayar oleh wajib pajak pada negara.
2. Pembayaran yang didasarkan pada norma – norma hukum.
3. Sumber pembiayaan pengeluaran kolektif.
4. Sarana untuk meningkatkan kesejahteraan umum.
5. Balas jasa yang tidak diberikan secara langsung.
4.2 Fungsi Pajak
A. Fungsi Bujeter ( budgetair ) pajak
Fungsi bujeter disebut fungsi utama pajak, atau fungsi fiskal ( fiscal function ), yaitu
suatu fungsi dimana pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukkan dana secara optimal ke
kas negara berdasarkan undang-undang perpajakan yang berlaku. Fungsi ini disebut fungsi utama
karena fungsi inilah yang secara historis pertama kali timbul. Disini, pajak merupakan sumber
pembiayaan negara yang terbesar. Fungsi bujeter pajak memegang peranan sangat penting di
Indonesia, karena sekitar 70% pengeluaran negara dibiayai oleh pajak. Pajak menjadi sumber
pendapatan APBN itulah sebabnya data penerimaan pajak tercantum dalam APBN.
B. Fungsi Alat Pengatur ( regulerend )
Fungsi ini mempunyai pengertian bahwa pajak dapat dijadikan sebagai instrumen untuk
mencapai tujuan tertentu. Sebagai contoh ketika pemerintah berkeinginan untuk melindungi
kepentingan petani dalam negeri, pemerintah dapat menetapkan pajak tambahan,seperti pajak
impor atau bea masuk atas kegiatan impor komoditas tertentu. Sebaliknya, pembebasan pajak
ekspor merupakan salah satu contoh peran pajak pada kegiatan ekonomi. Dengan pembebasan
pajak ekspor, barang-barang Indonesia diluar negeri semakin kompetitif dan sekaligus
menggairahkan perusahaan ekspor.
C. Fungsi Alat Penjaga Stabilitas
Pemerintah dapat menggunakan sarana perpajakan untuk stabilisasi ekonomi. Sebagian
barang-barang impor dikenakan pajak agar produksi dalam negeri dapat bersaing. Untuk
menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan menjaga agar defisit perdagangan tidak semakin
melebar, pemerintah dapat menetapkan kebijakan pengenaan PPnBm terhadap impor produk
tertentu yang bersifat mewah. Upaya tersebut dilakukan untuk meredam impor barang mewah
yang berkontribusi terhadap defisit neraca perdagangan.
D. Fungsi Sarana Redistribusi Pendapatan
Pemerintah membutuhkan dan untuk membiayai pembangunan infrastruktur, seperti jalan
raya dan jembatan. Kebutuhan kan dana itu dapat dipenuhi melalui pajak yang hanya dibebankan
kepada mereka yang mampu membayar pajak. Namun demikian, infrastruktur yang dibangun
tadi dapat juga dimanfaatkan oleh mereka yang tidak mampu membayar pajak.
4.3 Manfaat Pajak
Pajak memiliki manfaat yang sangat besar bagi rakyat dan pembangunan Indonesia.
Melalui pajak yang kita bayar, pemerintah akan memiliki pendanaan untuk membiayai berbagai
pembangunan fisik, menggaji pegawai negeri, bahkan membatu korban bencana alam. Selain itu
manfaat lain bagi pajak adalah sebagai berikut :
1. Pembangunan fasilitas dan infrastruktur.
2. Dana alokasi umum.
3. Pemilihan umum.
4. Penegakan umum.
5. Subsidi pangan.
6. Subsidi BBM.
7. Pelayanan kesehatan.
8. Pertahanan dan keamanan ( hankam ).
9. Pelestarian lingkungan hidup.
10. Penanggulangan bencana.
11. Pelestarian budaya.
12. Transportasi massal.
13. Menyediakan biaya listrik yang relatif terjangkau oleh masyarakat.
4.4 Tarif Pajak
Tarif pajak dapat dihitung dengan empat tarif yaitu :
1. Tarif Proporsional adalah tarif yang tetap atau sejenis untuk setiap jumlah penghasilan.
Jika penghasilan kecil, jumlah pajak kecil. Sebaliknya, jika penghasilan besar, jumlah
pajaknya juga besar.
2. Tarif Progresif adalah penetapan tarif pajak yang dibayar semakin besar jika penghasilan
bertambah. Jika pendapatan semakin besar, tarif pajak menjadi semakin besar pula.
3. Tarif Degresif adalah tarif pajak akan semakin menurun untuk pendapatan yang semakin
meningkat. Jika pendapatan semakin besar, tarif pajak menjadi semakin kecil.
4. Tarif Tetap adalah besarnya pajak dikenakan jumlah tetap dengan jumlah rupiah tertentu.
Jumlah pajak tetap berapa pun jumlah pendapatan.
4.5 Perbedaan Pajak dengan Pungutan Resmi lainnya.
1. Dasar hukum : pada pajak, pemungutan diatur berdasarkan undang-undang. Adapun
pemungutan retribusi berdasarkan pada peraturan pemerintah, peraturan menteri, atau
pejabat yang lebih rendah.
2. Balas jasa : Pada pajak, balas jasa tidak bisa ditunjukkan secra langsung. Adapun pada
retribusi, balas jasa dapat ditunjukkan secara langsung kepada individu.
3. Objek Pemungutan : Pada pajak, pemungutannya dilakukan secara umum. Artinya, pajak
berlaku pada setiap orang yang memenuhi syarat. Adapun pada retribusi, pemungutan
hanya dilakukan untuk orang-orang tertentu yang menggunakan jasa pemerintah.
4. Sifat dan Sanksi : Pada pajak, pemungutan bersifat memaksa dan barang siapa tidak
membayar, maka ia akan mendapat sanksi secara yuridis. Pada retribusi, pemungutan
dapat dipaksakan, tetapi keputusan terakhir diserahkan pada pihak yang bersangkutan
untuk membayar atau tidak.
5. Lembaga Pemungut : Pajak dapat dipungut oleh pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah. Adapun retribusi hanya dipungut oleh pemerintah daerah saja.
4.6 Asas Pemungutan Pajak
1. Equality, asas ini menekankan pentingnya keseimbangan berdasarkan kemampuan tiap
subjek pajak. Tidak ada diskriminasi diantara sesama waji pajak. Pemungutan pajak yang
dilakukan terhadap semua subjek pajak harus sesuai dengan batas kemampuan masing-
masing. Setiap orang yang mempunyai kondisi yang sama harus dikenakan pajak yang
sama.
2. Certainty, asas ini menekankan pentingnya kepastian pemungutan pajak, seperti
kepastian hukum yang mengaturnya, kepastian objek pajak, dan kepastian tata cara
pemungutannya. Kepastian ini menjamin setiap orang untuk tidak ragu-ragu dalam
menjalankan kewajiban membayar pajak karena segala sesuatunya sudah jelas.
3. Convenience of payment, asas ini menekankan pentingnya saat dan waktu yang tepat
dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Sangat bijaksana jika pemotongan pajak
dilakukan pada saat wajib pajak menerima penghasilan dan yang sudah memenuhi syarat
objektifnya, yaitu penghasilan diatas penghasilan minimumnya.
4. Economics, asas ini menekankan pentingnya prinsip ekonomi dalam pemungutan pajak.
Artinya, biaya yang dikeluarkan dalam melaksanakan pemungutan pajak tidak boleh
lebih besar daripada jumlah pajak yang dipungut.
4.7 Jenis-Jenis Pajak
1. Pihak yang menanggung pajak
Berdasarkan pihak yang menanggung, pajak dibedakan atas pajak langsung dan pajak
tidak langsung.
a. Pajak Langsung (direct tax). Pajak langsung adalah pajak yang dikenakan secara
berkala terhadap seseorang atau badan usaha berdasarkan ketetapan pajak. Pajak
langsung dipikul sendiri oleh wajib pajak. Contohnya adalah pajak penghasilan (PPh) dan
pajak bumi dan bangunan (PBB).
b. Pajak Tidak Langsung (indirect tax). Pajak tidak langsung adalah pajak yang
dikenakan atas perbuatan atau peristiwa. Pemungutan pajak itu dipungut tanpa surat
ketetapan pajak dan bisa dialihkan pada pihak lain. Contohnya adalah pajak pertambahan
nilai, pajak penjualan, dan cukai. Pada pajak pertambahan nilai,pajak penjualan dan
cukai, pihak yang memungut adalah perusahaan dan pihak yang menanggung adalah
konsumen.
2. Lembaga yang Memungut Pajak
Sementara itu, berdasarkan lembaga pemungut pajak dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Pajak Negara adalah pajak yang pemungutannya dilaksanakan oleh pemerintah pusat.
Pajak yang termasuk pajak negara adalah pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai
barang dan jasa, dan pajak penjualan atas barang mewah.
b. Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah, baik oleh pemerintah
provinsi maupun oleh pemerintah kabupaten/kota. Pajak daerah digunakan oleh
pemerintah daerah untuk membiayai rumah tangganya. Berdasarkan UU Nomor 28 tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Derah, jenis pajak provinsi dan kabupaten/kota
adalah sebagai berikut:
1) Jenis pajak provinsi terdiri atas pajak kendaraan bermotor, bea balik nama kendaraan
bermotor, pajak bahan bakar lendaraan bermotor, pajak air pemukiman, dan pajak rokok.
2) Jenis pajak kabupaten/kota terdiri atas pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak
reklame, pajak penerangan jalan, pajak mineral bukan logam dan batuan, pajak parkir,
pajak air tanah, pajak sarang burung walet, pajak bumi dan bangunan perdesaan dan
perkotaan, seta bea perolehan hak atas tanah dan bangunan.
4.8 Sistem Pemungutan Pajak di Indonesia
a. Official Assesment System
Sistem ini dilaksanakan sampai pada tahun 1967. Dalam sistem ini, wewenang
pemungutan pajak pada fiscus ( Pemungutan pajak ). Fiscus berhak menentukan besarnya
utang pajak orang pribadi maupun badan dengan mengeluarkan surat ketetapan pajak.
Surat ini menjadi bukti timbulnya suatu utang pajak. Dalam sistem ini para wajib pajak
bersifat pasif dan menunggu ketetapan fiscus mengenai utang pajaknya. Keadaan ini
sering disalah gunakan oleh para fiscus untuk mencari kesempatan dalam kesempitan.
Terutama dalam proses negosiasi penetapan atau perhitungan besar pajak, sering kali
terjadi “ tawar menawar “ antara fiscus dan wajib pajak.
b. Semi Self Assesment System dan Withholding System
Sistem ini dilaksanakan pada periode 1968-1983. Semi self assesment system adalah
suatu sistem pemungutan pajak yang pelimpahan wewenang untuk menentukan besarnya
pajak yang terutang oleh seseorang berada pada kedua belah pihak, yaitu wajib pajak dan
fiscus. Mekanisme dalam pelaksanaan sistem ini berdasarkan suatu anggapan bahwa
wajib pajak pada akhir tahun menaksir sendiri besarnya utang pajak yang harus dibayar
pada akhirtahun pajak. Besarnya pajak terutang yang sesungguhnya ditetapkan oleh
fiscus. Di Indonesia sistem ini diterapkan dengan sistem witholding yang pada itu dikenal
dengan sebutan tata cara MPS (menghitung pajak sendiri) dan MPO (menghitung pajak
orang). Witholding adalah suatu sistem pemungutan pajak dimana wewenang untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh seseorang berada pada pihak ketiga,
bukan pada fiscus ,aupun wajib pajak itu sendiri. Pada masa tersebut, besarnya angsuran
pajak ditentukan oleh wajib pajak yang bersangkutan dan oleh pihak ketiga berdasarkan
suatu anggapan, sedangkan besarnya pajakterutang yang sesungguhnya akan ditetapkan
kemudian oleh fiscus. Penerapan sistem ini pada hakikatnya sudah jauh lebih baik
daripada sistem pemungutan yang sebelumnya, namun disana-sini masih ditemukan
penyelewengan oleh oknum pajak, misalnya pembayaran pajak atas dasar kompromi.
c. Full Self Assesment System
Sistem ini dilaksanakan secara efektif pada tahun 1984 atas dasar perombakan
perundang-undangan perpajakan pada tahun 1983. Sistem pembayaran pajak yang
berlaku saat ini dilandasi oleh sistem pemungutan dimana wajib pajak boleh menghitung
dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus disetorkan. Sistem ini dikenal dengan
sebutan Full Self Assesment System. Pengertian ini jelas penekanannya adalah wajib
pajak harus aktif menghitung dan melaporkan jumlah pajak terutangnya tanpa campur
tangan dari fiscus. Sistem ini diberlakukan untuk memberikan kepercayaan yang sebesar-
besarnya bagi masyarakat guna meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat
dalam menyetorkan pajaknya.
4.9 Alur Administrasi Perpajakan di Indonesia
Landasan alur prosedur administrasi pajak adalah prinsip sistem perpajakan self assesment.
Dalam sistem ini, wajib pajak hendaknya lebih proaktif dalam menjalankan hak dan kewajiban
perpajakan. Wajib pajak melakukan sendiri pendaftaran, penghitungan, penyetoran hingga
pelaporan pajak. Dilain pihak, kantor pajak memiliki tugas melayani wajib pajak. Kantor pajak
memberikan pembinaan, penyuluhan, pengawasan, hingga pada langkah-langkah penegakan
hukum (law enforcement).
4.10 Objek dan Cara Pengenaan Pajak
1. Objek Pajak
Objek pajak adalah segala sesuatu yang menurut undang-undang dijadikan dasar atau sasaran
pemungutan pajak. Pada prinsipnya, segala sesuatu yang ada dalam masyarakat dapat dijadikan
sasaran atau objek pajak, baik itu keadaan, perbuatan, maupun peristiwa. Misalnya, objek PPh
adalah penghasilan itu sendiri, dan objek pajak bumi dan bangunan adalah bumi dan bangunan.
2. Tata Cara Pemungutan Pajak
Terdapat berbagai tata cara pemungutan pajak terhadap objek pajak. Tata cara itu dapat
dilakukan berdasarkan stelsel berikut :
a. Stelsel Nyata. Stelsel ini menerangkan bahwa pemungutan pajak baru dapat
dilaksanakan pada akhir tahun setelah mengetahui penghasilan sesungguhnya yang
diperoleh dalam masa pajak yang bersangkutan.
b. Stelsel Anggapan. Dalam stesel ini, anggapan pemungutan pajak dapat dilakukan
pada awal tahun pajak. Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, hal
ini dimungkinkan untuk dilaksanakan berdasarkan suatu anggaran penerimaan atau
pendapatan oleh wajib pajak. Anggapan ini dapat menggunakan perbandingan data
antara penerimaan/pendapatan wajib pada tahun sebelumnya yang dianggap sama
dengan pendapatan yang akan diperoleh pada tahun sekarang.
c. Stelsel Campuran. Dalam stelsel ini berlaku pengenaan pajak pada awal tahun yang
didasarkan pada suatu anggapan dan pada akhir tahun yang didasarkan pada suatu
kenyataan, sehingga menurut stelsel ini akan terjadi penghitungan kembali untuk
menentukan masalah kelebihan atau kekurangan pajak.
Unsur unsur yang digunakan dalam Perpajakan
1) Keadilan
2) Kepastian (kepastian Hukum yang jelas)
3) Kelayakan (Pajak dipungut tidak memberatkan wajib Pajak)
4) Prinsip Ekonomi (Mempertimbangkan Biaya Pungut Pajak)
1) Sanksi Adminstrasi
2) Sanksi Pidana