Latar Belakang 2

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS KETERKAITAN KUALITAS KODING DIAGNOSA

PASIEN RAWAT INAP DENGAN PENDING KLAIM INA-

CBG’s BPJS KESEHATAN DI RSUD DR. RASIDIN PADANG

TAHUN 2020

Oleh:

ELYNA SYAFITRI

1101701086

PROGRAM STUDI D-3 REKAM MEDIS INFORMASI

KESEHATAN STIKES DHARMA LANDBOUW PADANG

TAHUN 2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyelenggaraan perkembangan pelayanan kesehatan di Indonesia,

pemerintah sedang menggalakkan pelaksanaan program JKN (Jaminan

Kesehatan Nasional) yang diselenggarakan oleh BPJS (Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial) Kesehatan. Dalam pelaksanaannya BPJS Kesehatan

mengikuti prinsip-prinsip penyelenggaraan sebagaimana yang diatur dalam

Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional Nomor 40 Tahun 2004,

yaitu secara gotong royong, nasional, nirlaba, portability, transparan, efisien

dan efektif. Pelaksanaan program JKN adalah tindak lanjut pemerintah terkait

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 yang menyebutkan bahwa setiap

orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya

di bidang keesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman,

bermutu dan terjangkau baik di Puskesmas, Rumah Sakit, ataupun sarana

pelayanan kesehatan lainnya.

Adapun Rumah Sakit menurut Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009,

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara peripurna yang menyediakan

pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Sebuah Rumah Sakit

wajib untuk menyelenggarakan rekam medis. Rekam medis dalam

penyelenggaraannya memiliki fungsi pengolahan data pasien salah satunya


dalah fungsi coding atau kodefikasi diagnosa baik penyakit dan tindakan.

Pengkodean diagnosis adalah pemberian penetapan kode dengan

menggunakan huruf atau angka yang mewakili komponen data (Budi, 2011).

Dalam pengkodean diagnosis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

diantaranya adalah ketepatan, keakuratan, dan kelengkapan kode diagnosa

sesuai dengan ICD 10 untuk penyakit dan ICD 9-CM untuk tindakan dan

prosedur, dalam hal ini petugas rekam medis sebagai pemberi kode harus

memperhatikan kaidah-kaidah pengkodean agar meminimalisir kesalahan

dalam pemberian kode.

Menurut Hatta (2013:155) elemen kualitas penkodean terdiri dari empat

elemen yaitu konsisten bila dikode petugas yang berbeda (reliability), kode

tepat sesuai diagnosis dan tindakan (validity), mencangkup semua diagnosis

dan tindakan yang ada di rekam medis (completeness), tepat waktu

(timeliness). Hatta (2010) juga menjelaskan kualitas data terkode merupakan

hal penting bagi kalangan tenaga personel manajemen informasi kesehatan,

fasilitas asuhan kesehatan, dan para professional manajemen informasi

kesehatan. Ketepatan data diagnosis sangat krusial di bidang manajemen data

klinis, penagihan biaya, beserta hal-hal lain yang berkaitan dengan asuhan

dan pelayanan kesehatan.

Pada era JKN sekarang ini pemerintah Indonesia dalam

menyelenggarakan sistem penagihan pembiayaan kesehatan memberlakukan

sistem case-mix INA-CBG’s (Indonesian Case Base Group) sebagai sistem

klasifikasi klinis yang berguna sebagai penentu tarif biaya pelayanan


kesehatan yang nantinya akan diklaim ke BPJS Kesehatan. Pada proses klaim

inilah kode diagnosa yang tepat dan akuran perlukan guna menjamin

lancarnya proses klaim baik dari segi sistem INA-CBG’s maupun BPJS

Kesehatan karena disini ketepatan dan keakuratan kode diagnosa akan

mempengaruhi besar atau kecilnya klaim perhitungan biaya pelayanan

kesehatan yang harus dikeluarkan. Sesuai Petunjuk Teknis Verifikasi Klaim

(2014), diagnosa yang telah diberi kode akan diinput dan diklaim sesuai

dengan klasifikasi INA-CBG’s dan diserahkan ke verifikator BPJS Kesehatan

untuk diverifikasi. Apabila klaim yang diajukan disetujui oleh verifikator

BPJS Kesehatan maka akan diganti oleh pihak BPJS Kesehatan, jika tidak

disetujui maka klaim akan dikembalikan ke pihak Rumah Sakit.

Melihat pentingnya kode diagnosa dalam proses pengajuan klaim untuk

penggantian biaya kesehatan, muncul suatu hubungan antara kode diagnosa

dengan klaim, dimana keduanya saling berkaitan satu dengan lain, kode

diagnosa mempengaruhi biaya yang akan diklaimkan dan klaim

membutuhkan kode diagnosa sebagai data awal untuk penentuan tarif. Dari

hubungan di atas juga muncul pemikiran apakah hubungan ini dapat

mengakibatkan kendala dalam proses klaim ataupun klaim yang menjadi

kendala dalam proses pelaynan kesehatan di Rumah Sakit.

Hasil penelitia Kurwanzi (2013) menyipulkan bahwa masih banyak

berkas rekam medis yang tidak lengkap kode diagnosisnya, serta masih

terdapat beberapa kode yang tidak tepat dalam lembar verifikasi Jamkesmas.

Tingkat kesesuaian dan keterisian kode diagnosa antara lembar verifikasi dan
berkas rekam medis pada pasien rawat jalan sebeesar 6% dan pada rawat inap

sebesar 41, 33%. Adapun penyebab ketidaksesuaian dan ketidaklengkapan

kode diagnosis terkait dipengaruhi oleh sumber daya manusia dan kurangnya

aplikasi sistem untuk pengkodean, hal ini akan berdampak pada menurunnya

mutu dari isi rekam medis, sehingga menyulitkan petugas dalam mengolah

data serta menghambat dalam proses klaim Jamkesmas.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Andi Tenri Nurrul Izzah

Alik (2016) untuk kasus diagnosa obstetric dari 44 rekam medis, diketahui

adanya hubungan ketepatan kode diagnosa obstetric terhadap kelancaran

klaim BPJS di RSUD Saweringading Kota Palopo Sulawesi Selatan dimana

kode diagnosa yang tepat mempunyai peluang kelancaran klaim sebesar 9

kali dibanding kode diagnosa yang tidak tepat.

Melalui survey awal dan wawancara singkat dengan petugas rekam

medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Rasidin Padang, peneliti

mendapati jumlah petugas yang bertanggung jawb atas kode dan klaim

adalah 8 orang dengan pembagian 3 orang koder rawat jalan, 3 petugas entry

INA-CBG’s rawat jalan dan 2 orang petugas bertanggung jawab atas koding

dan klaim rawat inap. Adapun prosedur singkat pemberian kode dan

pengajuan klaim BPJS Kesehatan untuk rawat inap adalah sebelum berkas

klaim di serahkan ke BPJS maka petugas coder akan memberikan kode dan

menginputkannya ke sistem INA-CBG’s untuk di final klaimkan yang mana

nantinya diserahkan ke pihak BPJS setiap satu bulan sekali. Artinya di RSUD

Dr. Rasidin Padang petugas coder dan INA-CBG’s adalah orang yang sama
hal ini berguna untuk mengurangi pengulangan pekerjaan tetapi juga dapat

menambah beban kerja petugas.

Dari survey awal dan wawancara ini peneliti juga menemukan

bahwasanya untuk rawat inap keterkaitan antara pemberian kode dengan

pengklaiam BPJS sangat jelas terlihat, seperti pemberian kode dijadikan

penentu dasar biaya tarif yang akan diklaimkan, untuk kasusnya terdapat kode

diagnosa yang tidak tepat sehingga berpengaruh terhadap klaim yang

diajukan ke BPJS Kesehatan, adanya perbedaan kode diagnosa antara Rumah

Sakit dengan BPJS Kesehatan, berkas penunjang seperti Resume Medis harus

diberi kode yang tepat dan sesuai dengan apa yang diinputkan pad sistem

INA-CBG’s, ketidaksesuaian antara kode diagnosa penyakit dengan tindakan

juga menjadi kendala dalam proses klaim karena adanya perbedaan tarif biaya

antara rumah sakit dengan INA-CBG’s, serta adanya perbedaan persepsi

antara koder dengan dokter.

Dari uraian permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang keterkaitan kode diagnosa dengan klaim BPJS Kesehatn

dengan judul “Analisis Keterkaitan Kualitas Koding Diagnosa Pasien

Rawat Inap dengan Klaim INA-CBG’s BPJS Kesehatan di RSUD Dr.

Rasidin Padang Tahun 2020”


1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana keterkaitan kualitas

koding diagnosa pasien rawat inap dengan klaim INA-CBG’s BPJS

Kesehatan di RSUD Dr. Rasidin Padang tahun 2020.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1Tujuan Umum

Menganalisis keterkaitan kualitas koding diagnosa pasien rawat

inap dengan klaim INA-CBG’s BPJS Kesehatan di RSUD Dr. Rasidin

Padang tahun 2020.

1.3.2Tujuan Khusus

1. Menganalisis keterkaitan kualitas koding elemen reliabilitity pada

diagnosa pasien rawat inap dengan klaim INA-CBG’s BPJS

Kesehatan di RSUD Dr. Rasidin Padang tahun 2020.

2. Menganalisis keterkaitan kualitas koding elemen validity pada

diagnosa pasien rawat inap dengan klaim INA-CBG’s BPJS

Kesehatan di RSUD Dr. Rasidin Padang tahun 2020.

3. Menganalisis keterkaitan kualitas koding elemen completenens pada

diagnosa pasien rawat inap dengan klaim INA-CBG’s BPJS

Kesehatan di RSUD Dr. Rasidin Padang tahun 2020


1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1Bagi Mahasiswa

Menambah pengetahuan, pengalaman dan keterampilan kami

dalam mengaplikasikan ilmu yang dipelajari selama perkuliahan,

terutama dalam implementasi pelaksanaan pengkodean dan

pengklaiman BPJS Kesehatan melalui Case-mix INA-CBG’s.

1.4.2Bagi Akademik

Sebagai bahan pengembangan kurikulim dan sumber informasi

dalam meningkatkan ilmu pengetahuan khusunya tentang pengkoedean

diagnosa dan pngklaiman, sebagai bahan untuk mengambil keputusan

bagi akademik dalam mengembangkan dan meningkatkan motivasi dan

sebagai penyesuaian materi yang diterima selama perkuliahan dengan

implementasi yang ada di Lapangan. Dan selanjutnya dapat menjadi

arsip di Perpustakaan dan bisa di gunakan untuk keperluan di masa

yang akan datang.

1.4.3Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan pertimbangan bagi rumah sakit dalam membuat

kebijakan pelayanan, khususnya unit rekam medis bagian koding dan

klaim. Selanjutnya juga sebagai peningkatan kualitas mutu rekam medis

utamanya mutu pengkodean.


1.5 Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Rasidin Padang tahun 2020. Jenis

penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu, melihat

keterkaitan kelengkapan dan ketepan kode diagnosa pasien rawat inap dengan

klaim BPJS, dengan cara wawncara mendalam terkait dengan tujuan

penelitian.

Anda mungkin juga menyukai