MSDM
MSDM
MSDM
PENDAHULUAN
1
akan dicapai dan SDM yang dibutuhkan. Dengan tujuan yang jelas perencanaan SDM
akan lebih mudah dilakukan karena proses recruitment fokus pada pencarian SDM yang
sesuai dengan kriteria perusahaan.
Tahap selanjutnya adalah penyusunan alur bisnis perusahaan yang menjelaskan detil
aktifitas sebagai panduan bagi karyawan di dalam menjalankan tugas pokok dan
fungsinya. Prosedur ini memiliki fungsi sebagai kontrol kegiatan dan meminimalisir
munculnya tumpang tindih kewenangan dan akan memudahkan langkah telusur jika
terjadi kesalahan. Dengan adanya standar di dalam melakukan setiap aktivitas pekerjaan
akan memudahkan proses perbaikan berkelanjutan serta performance management and
appraisal. Di sini masuk dalam tahap pengeolaan SDM sampai dengan penyelenggaraan
program pelatihan dan pengembangan untuk meningkatkan kemampuan karyawan
sejalan dengan tujuan perusahaan. Pengelolaan terhadap SDM juga sampai pada
pemberian reward, hubungan karyawan dan aturan-aturan perundangan yang mengatur
hak dan kewajiban karyawan dan pemberi kerja.
Dari uraian di atas menjelaskan peran fungsi MSDM yang luas bagi pengelolaan SDM
dalam perusahaan. Praktek MSDM yang baik akan mempengaruhi keberhasilan
perusahaan dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu, diperlukan study empiris terkait
praktek MSDM yang dilakukan perusahaan untuk mengetahui apakah penerapan MSDM
yang dilakukan telah berhasil mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Diharapkan
dengan praktek MSDM yang efektif akan membantu pengembangan SDM yang
berkualitas unggul sehingga mampu mendorong organisasi mencapai keunggulan
kompetitif melalui SDM yang dimilikinya.
2
BAB II
ISI
3
sesuai. Misalnya, salah satu kriteria untuk orang adalah bahwa 'orang terlibat dan
diberdayakan'.
Manajerialisme Baru
Pada akhir 1990-an, terjadi pergeseran menuju pendekatan yang lebih berorientasi
kepada pelanggan untuk pengukuran kinerja (Mwita, 2000) yang disebut sebagai
'manajerialisme baru'. Kerangka Kerja Nilai Terbaik diperkenalkan di Inggris pada
tahun 1997, diikuti oleh lima dimensi indikator kinerja:
1. Tujuan strategis, yaitu tentang tujuan mengapa layanan ada dan apa yang ingin
dicapai.
2. Biaya/efisiensi, yaitu mencakup sumber daya yang berkomitmen untuk
menjalankan layanan dan efisiensi dalam menghasilkan output.
3. Layanan yang lakukan, yaitu seberapa baik layanan dioperasikan untuk mencapai
tujuan strategis.
4. Kualitas, yaitu kualitas layanan yang diberikan, secara eksplisit mencerminkan
pengalaman pengguna pelayanan.
5. Akses yang adil, yaitu kemudahan dan kesetaraan dalam menggunakan akses
layanan.
4
Penilaian kinerja merupakan kegiatan yang secara formal dilakukan untuk
mengetahui atau menilai seberapa jauh pelaksanaan kinerja masih sesuai atau tidak
dengan rencana yang telah disepakati.
Penghargaan kinerja merupakan tindak lanjut proses penilaian kinerja yaitu kegiatan
untuk memberikan penghargaan atas kinerja yang telah dicapai karyawan. Kegiatan
tersebut berupa promosi dan rotasi atau peningkatan kompetensi juga termasuk
pembe-rian bonus atau peningkatan indeks gaji.
Umpan balik kinerja kepada karyawan merupakan pemberian informasi tentang tepat dan
tidaknya atau baik dan tidaknya pekerjaan yang dilakukan karyawan pada periode
tertentu.
5
Wawancara penilaian adalah suatu wawancara dimana penyelia dan bawahan meninjau
kembali penilaian tertentu dan membuat rencana untuk mengoreksi kekurangan dan
menambah kekuatan.
6
Cara Melaksanakan Wawancara Penilaian
Menggunakan data kerja yang objektif, yaitu dilakukan dengan menggunakan cotoh-
contoh seperti ketidakhadiran, waktu tunda, catatan kualitas, laporan inspeksi, daftar
hadir, sampah atau sisa, pemprosesan pesanan, catatan produktivitas, materi yang
telah digunakan, atau dikonsumsi, waktu pelaksanaan tugas-tugas atau proyek,
kontrol atau penguragan biaya, jumlah kesalahan, biaya dibandingkan terhadap
anggaran, komentar pelanggan, produk yang dikembalikan, waktu pemprosesan
pesanan, tingkat persediaan/inventori dan akurasi, catatan kecelakaan, dan lainnya.
Menghindari percakapan yang terlalu pribadi.
Beri kesempatan untuk menyampaikan yang ingin dijelaskan.
Hindari percakapan yang berbelit-belit.
7
Tahapan dalam Penilaian Kinerja
Proses peilaian kinerja terdiri dari tiga tahap, yakni :
a. Pendefinisian pekerjaan, berarti memastikan bahwa Anda dan bawahan Anda setuju
dengan kewajiban dan standar pekerjaannya.
b. Penilaian kinerja, berarti membandingkan kinerja sesungguhnya dari bawahan Anda
dengan standar yang telah ditetapkan; ini biasanya melibatkan beberapa jenis
formulir peringkat.
c. Umpan Balik, disini berarti bahwa atasan dan bawahan mendiskusikan kinerja dan
kemajuan bawahan, dan membuat rencana untuk pengembangan apa pun yang
dibutuhkan.
8
g. Skala peringkat standar perilaku (Behaviourally Anchored Rating Scale-BARS),
metode penilaian yang menggunakan kombinasi antara narasi kejadian penting dan
penilaian kuantitatif dengan patokan skala kuantitatif dan contoh naratif dari kinerja
baik dan buruk.
Mengembangkan BARS membutuhkan lima tahapan, yakni :
Membuat kejadian kritis. Tanya seseorang yang mengetahui pekerjaan
(pemegang jabatan dan/atau penyelia) untuk menjelaskan ilustrasi khusus
(kejadian kritis) kinerja yang efektif dan tidak efektif.
Mengembangkan dimensi kinerja. Minta orang-orang ini untuk
mengelompokkan kejadian tersebut ke dalam kelompok yang lebih kecil
dimensi kerja dan didefinisikan setiap dimensi, seperti “keterampilan menjual”.
Mengalokasikan kembali kejadian. Kelompok lain dari orang-orang yang juga
mengetahui pekerjaan ini kemudian mengalokasikan kembali kejadian kritis ini
dari awal. Mereka membuat definisi pengelompokan dan kejadian kritis, dan
harus menugaskan kembali setiap kejadian untuk kelompok yang mereka
anggap paling sesuai.
Membuat skala kejadian. Membuat peringkat perilaku yang dijelaskan oleh
kejadian itu dengan seberapa efektif dan efisien ia merepresentasikan kinerja
pada dimensinya.
Mengembangkan perangkat akhir. Pilih sekitar enam atau tujuh kejadian sebagai
standar perilaku dimensi itu.
Keuntungan. Meskipun BARS telah menyita waktu daripada alat penilaian lainnya,
BARS juga memiliki beberapa keuntungan, yakni :
Ukuran yang leih akurat. Orang-orang yang mengembangkan BARS adalah
mereka yang tahu gdan melakukan pekerjaan serta persyaratannya dengan lebih
baik dari orang lain. Hal ini seharusnya menghasilkan kinerja pekerjaan dengan
akurasi yang baik.
Standar yang lebih jelas. Kejadian kritis di sepanjang skala menjelaskan apa
yang harus dicari berjkaitan dengan kinerja superior, kinerja rata-rata dan
seterusnya.
Umpan balik. Kejadian kritis memudahkan untuk menjelaskan peringkat pada
yang dinilai.
Dimensi independen. Pengelompkkan secara sistematis kejadian kritis ke dalam
lima atau enam dimensi kerja (seperti “keterampilan menjual”) harus membantu
9
untuk membuat dimensi kinerja lebih tidak terkait satu sama lain. Contohnya,
penilai lebih memilih untuk tidak memberikan peringkat tinggi pada karyawan
di semua dimensi hanya karena dia diperingkatkan tinggi dalam “keterampilan
seorang menjual”.
Konsistensi. Evaluasi berdasarkan BARS tampaknya juga konsisten dan dapat
dipercaya secara relatif, karena penilaian yang diberikan oleh penilai yang
bereda-beda terhadap orang yang sama akan cenderung sama.
i. Penilaian kinerja terkomputerisasi dan berbasis web, Telah ada software yang
beredar di pasaran dengan biaya tidak terlalu mahal yang memungkinkan manajer
untuk menyimpan catatan bawahan selama setahun, kemudian secara elektronik
memberikan peringkat para karyawan untuk serangkaian ciri kinerja. Program
tersebut kemudian memberikan teks tertulis untuk mendukung setiap bagaian dari
penilaian. Pengawasan kinerja elektronik (Electronic perfomance monitoring-EPM)
memungkinkan penyelia mengawasi secara elektronik sejumlah data yang
terkomputerisasi yang sedang diproses oleh karyawan setiap hari, dan oleh karena
itu, juga dapat mengawasi kinerjanya.
j. Penggabungan metode, sebagian besar perusahaan menggabungkan beberapa
perangkat penilaian. Ini memungkinkan penilai menjabarkan beberapa kejadian
kritis. Penilaian yang dapat dikuantifikasi memfasilitasi perbandingan karyawan, dan
ini berguna untuk keputusan mengenai gaji, transfer, dan promosi.
10
Cara Menghindari Masalah Penilaian
Pelajari dan pahami potensi masalah, dan solusi (seperti klarifikasi standar) untuk
setiap masalah.
Gunakan perangkat penilaian yang benar.
Latihlah penyelia untuk mengurangi kesalahan peringkat seperti efek halo,
kelonggaran, dan kecenderungan terpusat.
Menyimpan catatan harian seimbang dengan usahanya.
11
2.3 LEADERSHIP & MANAGEMENT DEVELOPMENT
Pemimpin transformasional memiliki visi yang jelas bahwa mereka mampu
mengartikulasikan kepada pengikut. Para pemimpin ini juga mampu membantu
meningkatkan gairah pengikut dan motivasi untuk memenuhi tujuan
Kharismatik
Bahwa kharisma secara tradisional dipandang sebagai hal yang bersifat inheren dan
hanya dimiliki oleh pemimpin-pemimpin kelas dunia. Penulisan membuktikan bahwa
kharisma bisa saja dimiliki oleh pimpinan di level bawah dari sebuah organisasi (Hartiti,
2013). Pemimpin yang memiliki ciri tersebut, memperlihatkan visi, kemampuan, dan
keahliannya serta tindakan yang lebih mendahulukan kepentingan organisasi dan
kepentingan orang lain (masyarakat) daripada kepentingan pribadi. Karena itu, pemimpin
kharismatik dijadikan suri tauladan, idola, dan model panutan oleh bawahannya.
Bawahan mempercayai pemimpin karena pemimpin dianggap mempunyai pandangan,
nilai dan tujuan yang dianggapnya benar. Oleh sebab itu pemimpin yang mempunyai
karisma lebih besar dapat lebih mudah mempengaruhi dan mengarahkan bawahan agar
bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pemimpin. Selanjutnya dikatakan
kepemimpinan karismatik karena pemimpin dapat memotivasi bawahan untuk
mengeluarkan upaya kerja ekstra karena mereka menyukai pemimpinnya (Hartiti, 2013).
Pengaruh idealis
Para pemimpin transformasional berfungsi sebagai role model bagi pengikut. Karena
pengikut percaya dan menghormati pemimpin, mereka meniru orang ini dan internalisasi
kedalam dirinya. Mereka percaya pada filosofi bahwa seorang pemimpin dapat
mempengaruhi pengikutnya hanya ketika pemimpin mempraktekan apa yang dia
katakan. Para pemimpin bertindak sebagai role-model bagi pengikutnya (Kendra, 2013).
Pemimpin tipe ini berupaya mempengaruhi bawahannya melalui komunikasi langsung
dengan menekankan pentingnya nilai-nilai, asumsi-asumsi, komitmen dan keyakinan,
serta memiliki tekad untuk mencapai tujuan dengan senantiasa mempertimbangkan
akibat-akibat moral dan etik dari setiap keputusan yang dibuat. Ia memperlihatkan
kepercayaan pada cita-cita, keyakinan, dan nilai-nilai hidupnya (Hartiti, 2013).
Dampaknya adalah dikagumi, dipercaya, dihargai, dan bawahan berusaha
mengindentikkan diri dengannya. Hal ini disebabkan perilaku yang menomorsatukan
kebutuhan bawahan, membagi resiko dengan bawahan secara konsisten, dan
12
menghindari penggunaan kuasa untuk kepentingan pribadi. Dengan demikian, bawahan
bertekad dan termotivasi untuk mengoptimalkan usaha dan bekerja ke tujuan bersama.
Motivasi Inspirasi
Pemimpin transformasional memiliki visi yang jelas bahwa mereka mampu
mengartikulasikan kepada pengikut. Para pemimpin ini juga mampu membantu
meningkatkan gairah pengikut dan motivasi untuk memenuhi tujuan (Kendra, 2013).
Pemimpin transformasional bertindak dengan cara memotivasi dan memberikan inspirasi
kepada bawahan melalui pemberian arti dan tantangan terhadap tugas bawahan (Hartiti,
2013). Perilaku pemimpin yang inspirational menurut Yulk, (2002) dapat merangsang
antusiasme bawahan terhadap tugas-tugas kelompok dan dapat mengatakan hal-hal yang
dapat menumbuhkan kepercayaan bawahan terhadap kemampuannya untuk
menyelesaikan tugas dan mencapai tujuan kelompok (Hartiti, 2013). Pemimpin
transformasional membimbing pengikut dengan menyediakan rasa, makna dan
tantangan. Mereka bekerja dengan antusias dan optimis untuk menumbuhkan semangat
kerja tim dan komitmen (Managementstudyguide,2013).
Bawahan diberi keleluasaan untuk berpartisipasi secara optimal dalam hal gagasan-
gagasan, memberi visi mengenai keadaan organisasi masa depan yang menjanjikan
harapan yang jelas dan transparan. Pengaruhnya diharapkan dapat meningkatkan
semangat kelompok, antusiasisme dan optimisme dikorbankan sehingga harapan-harapan
itu menjadi penting dan bernilai bagi mereka dan perlu di realisasikan melalui komitmen
yang tinggi.
Stimulasi intelektual
Pemimpin mendorong bawahan untuk memikirkan kembali cara kerja dan mencari cara-
cara kerja baru dalam menyelesaikan tugasnya. Pengaruhnya diharapkan, bawahan
merasa pimpinan menerima dan mendukung mereka untuk memikirkan cara-cara kerja
mereka, mencari cara-cara baru dalam menyelesaikan tugas, dan merasa menemukan
cara-cara kerja baru dalam mempercepat tugas-tugas mereka. Pengaruh positif lebih jauh
adalah menimbulkan semangat belajar yang tinggi oleh Peter Senge, hal ini disebut
sebagai learning organization (Hartiti, 2013).
Pemimpin mendorong pengikutnya untuk mengeksplorasi cara-cara baru melakukan
sesuatu dan kesempatan baru untuk belajar (Kendra, 2013). Pemimpin seperti
mendorong pengikut mereka untuk menjadi inovatif dan kreatif. Mereka mendorong ide-
ide baru dari para pengikut mereka dan tidak pernah mengkritik mereka secara terbuka
untuk kesalahan yang dilakukan oleh mereka. Mereka tidak ragu-ragu membuang
13
praktek lama yang ditetapkan oleh mereka jika praktek lama tersebut diketahui tidak
efektif (Managementstudyguide,2013).
Melalui stimulasi intelektual, pemimpin merangsang kreativitas bawahan dan mendorong
untuk menemukan pendekatan-pendekatan baru terhadap masalah-masalah lama. Melalui
stimulasi intelektual, bawahan didorong untuk berpikir melalui relevansi cara, sistem
nilai, kepercayaan, harapan dan didorong melakukan inovasi dalam menyelesaikan
masalah, melakukan inovasi dalam menyelesaikan masalah dan berkreasi untuk
mengembangkan kemampuan diri serta didorong untuk menetapkan tujuan atau sasaran
yang menantang. Kontribusi intelektual dari seorang pemimpin pada bawahan harus
didasari sebagai suatu upaya untuk memunculkan kemampuan bawahan (Hartiti, 2013).
Konsiderasi Individu
Perhatian secara individual yaitu pimpinan memberikan perhatian pribadi kepada
bawahannya, seperti memperlakukan mereka sebagai pribadi yang utuh dan menghargai
sikap peduli mereka terhadap organisasi. Perhatian atau pertimbangan terhadap
perbedaan individual implikasinya adalah memelihara kontak langsung face to face dan
komunikasi terbuka dengan para pegawai (Hartiti, 2013). Dalam rangka mendorong
hubungan yang mendukung, pemimpin transformasional menjaga jalur komunikasi tetap
terbuka sehingga pengikutnya merasa bebas untuk berbagi ide dan agar pemimpin dapat
secara langsung untuk mengetahui kontribusi unik setiap pengikutya (Kendra, 2013).
Perhatian secara individual tersebut dapat sebagai identifikasi awal terhadap para
bawahan terutama bawahan yang mempunyai potensi untuk menjadi seorang pemimpin.
Pemimpin bertindak sebagai mentor bagi pengikut mereka dan menghargai pengikutnya
atas kreativitas dan inovasinya. Para pengikut diperlakukan berbeda sesuai dengan bakat
dan pengetahuan mereka. Mereka diberdayakan untuk membuat keputusan dan selalu
memberikan dukungan yang diperlukan untuk melaksanakan keputusan tersebut
(Managementstudyguide,2013). Sedangkan monitoring merupakan bentuk perhatian
individual yang ditunjukkan melalui tindakan konsultasi, nasehat dan tuntutan yang
diberikan oleh senior kepada yunior yang belum berpengalaman bila dibandingkan
dengan seniornya. Pengaruh terhadap bawahan antara lain, merasa diperhatikan dan
diperlakukan manusiawi dari atasannya (Hartiti, 2013).
14
2.4 REWARD MANAGEMENT
Reward mengacu pada bundling pembayaran moneter, non-moneter dan psikologis bahwa
suatu organisasi menyediakan reward bagi karyawannya dalam satu kesatuan nilai dan
perilaku pada hubungan pekerjaannya.
Ekstrinsik
• Kebutuhan dasar karyawan
• Keamanan dan pengakuan
• Pembayaran finansial
• Suasana kerja
• Perilaku manajerial
Intrinsik
• Kepuasan psikologis
• Satisfaction of ‘challenge’
• Pendapatan psikis
• Emosi positif
Bentuk pemberian gaji kepada karyawan dapat dilakukan dalam kategori sebagai berikut:
15
2.5 EMPLOYEE RELATION & INVOLVEMENT
Istilah 'hubungan karyawan' mengacu pada upaya perusahaan untuk mengelola hubungan
antara pengusaha dan karyawan.
16
2.6 HEALTH & SAFETY MANAGEMENT
Atasan memiliki kewajiban untuk memelihara tempat kerja yang sehat , aman dan fungsi
keselamatan terkait langsung dengan kegiatan kegiatan Manajemen sumber daya manusia
seperti seleksi, penilaian, penghargaan dan pembelajaran, dan pengembangan. Masalah
dan kebijakan kesehatan dapat memengaruhi pemilihan proses rekruitmen. Yaitu pertama,
selama proses rekruitmen , potensi pelamar resmi akan lebih tertarik pada organisasi yang
memiliki reputasi untuk menawarkan lingkungan kerja yang sehat dan aman bagi
karyawannya. Kedua pemeliharaan yang sehat dan tempat kerja yang aman dapat di
fasilitasi dalam proses seleksi dengan memilih pelamar dengan ciri ciri kepribadian yang
mengurangi kecelakaan.
Undang-Undang Kesehatan dan Keselamatan
Laporan Robens
1. Hukum harus dirasionalisasi.
2. Sistem pengaturan yang melibatkan pengusaha, karyawan dan serikat pekerja harus
dibuat untuk mendorong pengambilan keputusan organisasi untuk merancang dan
memelihara system kerja yang aman dan membantu karyawan untuk lebih
bertanggungjawab atas kesehatan dan keselamatan kerja.
3. Kerangka hukum yang baru diberlakukan harus menjabarkan pronsip prinsip K3
4. Lembaga penegakan hokum yang baru yang dipimpin oleh badan nasional harus
memberikan kekuatan sanksi-sanksi baru yang lebih kuat
17
BAB III
PEMBAHASAN
18
kemajuan atas tujuan-tujuan tersebut. Penilaian dilakukan secara kolaborasi antara
atasan langsung dan bagian SDM. Atasan langsung menilai pencapaian atas kinerja
dan perilaku dalam bekerja, sedangkan bagian SDM menilai terkait kedisiplinan
dan ketaatan terhadap peraturan perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan belum
menerapkan penilaian dari rekan kerja, bawahan, diri sendiri, maupun 360 0. Hal ini
menyebabkan hasil penilaian secara keseluruhan setelah dikumpulkan dan diolah
oleh bagian SDM menjadi data peringkat yang kurang valid. Hal tersebut
dikarenakan bias persepsi masing-masing atasan dalam memberikan nilai. Hasil
penilaian dari masing-masing atasan disampaikan kepada masing-masing karyawan
sebagai feedback.
Pada tahap Penghargaan, perusahaan memberikan reward kepada karyawan
dalam bentuk tambahan insentif dan secara periodik setiap 6 bulan sekali diadakan
pemilihan best employee. Karyawan yang dinyatakan sebagai best employee akan
mendapatkan penghargaan dari perusahaan berupa bonus dan menjadi kandidat
yang dipertimbangkan untuk promosi.
19
20
2. Persyaratan Desain
Persyaratan desain harus disesuaikan dengan peraturan dan standar kerja yang
berlaku. Sebagai contohnya yang baru-baru ini dilakukan perusahaan adalah
trekait dengan pelatihan implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001.
Pelatihan yang dipilih harus yang masih berlaku yaitu 9001:2015. Hal ini juga
sama diperhatikan untuk pelatihan-pelatihan lain seperti oerkembangan
teknologi terbaru.
3. Transfer Pelatihan
Proses transfer pelatihan yang diterapkan di perusahaan yaitu setiap karyawan
yang telah selesai mengikuti pelatihan diwajibkan untuk mentransferkan hasil
pelatihan yang diperoleh kepada karyawan lain baik yang sesuai bidang atau
lintas bidang tergantung pada jenis materi dan kebutuhannya. Namun,
kegiatan ini belum secara efektif penerapannya. Karyawan yang melakukan
transfer pelatihan harusnya memiliki pemahaman yang baik terkait materi
yang diperoleh sehingga dalam penyampaiannya dapat diterima dengan baik
oleh karyawan yang lain. Selain itu, seharusnya karyawan diwajibkan
membuat silabus sebelum melakukan transfer pelatihan sehingga proses
transfer dapat terukur. Sejauh ini seringkali karyawan lain melakukan
pemahaman sendiri dari hasil materi pelatihan yang didapatkan. Materi ini
terdokumentasi di bagian SDM yang dapat dijadikan tema pelatihan internal
saat kapanpun dibutuhkan.
4. Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil pelatihan dilakukan oleh atasan langsung atau kolaborasi dengan
bagian lain yang terkait melalui instrumen penilaian yang disediakan oleh
bagian SDM. Evalusi ini dilakukan untuk memberi umpan balik kepada
karyawan. Untuk mengetahui sejauh mana manfaat yang diperoleh perusahaan
dari peningkatan kemampuan karyawan setelah mengikuti pelatihan
hubungannya dengan pencapaian tujuan perusahaan.
21
Perusahaan dalam ini secara umum menerapkan praktek training and
development sesuai dengan Model Pelatihan Sistematis seperti dalam gambar di
bawah ini:
22
untuk secara bebas belajar memutuskan cara terbaik dengan tetap memperhatikan
pencapaian target. Pemimpin perusahaan sangat memperhatikan pada kebutuhan
pengembangan individu karyawan, memberikan kesempatan belajar di dalam
menjalankan pekerjaan bukan semata pada ketaatan terhadap instruksi. Pimpinan
juga memposisikan diri sebagai Participant Leadership. Gaya kepemimpinan ini
ditunjukkan dengan pimpinan mempertimbangkan pendapat karyawan,
mendiskusikan tindakan karyawan untuk kemajuan bersama, serta
mengikutsertakan karyawan dalam memecahkan masalah. Sebagai seorang
pimpinan, direktur Multi menunjukkan perannya sebagai manajer yaitu peran
interpersonal, perannya sebagai informasional, dan peran pengambil keputusan
(Bratton and Gold, 2012 hal. 330).
3.1.3.1 Peran Interpersonal, meliputi peran sebagai figur, pemimpin, dan
penghubung.
3.1.3.2 Peran Informasional, meliputi peran sebagai pemantau, penyebar, dan
juru bicara.
3.1.3.3 Peran Pengambil Keputusan, meliputi peran enterpreuner, pemecah
masalah, pembagi sumber daya, dan negosiator.
23