Kelompok H5
Kelompok H5
Kelompok H5
Asisten :
1. Arief Pamungkas Yudhianto
2. Triwila Nindra Putra Perdana
3. Moh. Aji Prasetyo
4. Alivia Permatasari
5. Nindy Novianti Anggraeni
6. Mega Puspitasari
7. Avidatul Yasinta
8. Sanggit Pujangkoro
9. Novi Dwi Rahayu
10. Yuni Mumfaridah
11. Nur Asfia Aina Haque
12. Lutfiyana
13. Dina Roffida H. D.
14. Gatot Arya Dewanta
Oleh:
Golongan H/5
diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas mata praktikum
Pengantar Ilmu Pertanian pada Laboratorium Ekonomi dan Pembangunan Pertanian
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Jember
Asisten Pembimbing
Nindy Novianti Anggraeni
Oleh
Golongan H/5
i
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Diterima Oleh:
Laboratorium Ekonomi dan Pembangunan Pertanian
Sebagai:
Laporan Praktek Lapang
Dipertahankan Pada :
Hari :
Tanggal :
Tempat : Fakultas Pertanian
Universitas Jember
Mengesahkan,
iii
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah AWT, atas segala rahmat serta karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktek lapang mata praktikum
Pengantar Ilmu Pertanian yang berjudul “Identifikasi Komoditas Jeruk Siam di
Desa Wisata Pujon Kidul Kecamatan Pujon Kabupaten Malang”.
Penyusunan laporan praktek lapang tidak akan terwujud tanpa adanya
bantuan dan dukungan dari beberapak pihak. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan terimakasih kepada:
1. Ir. Sigit Soeparjono, MS., PhD. Selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Jember.
2. M. Rondhi, SP. MP. PhD. Selaku koordinator Program studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Jember.
3. Seluruh dosen pengampu mata kuliah Pengantar Ilmu Pertanian di Fakultas
Pertanian Universitas Jember.
4. Seluruh asisten Laboratorium Ekonomi dan Pembangunan Pertanian.
5. Semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penulisan laporan Praktek
Lapang.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan kritif sasaran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
3.4 Pemasaran Komoditas Jeruk Siam di Desa Pujon Kidul
Kecamatan Pujon Kabupaten Malang ........................................36
BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................45
4.1 Kesimpulan ......................................................................................45
4.2 Saran ................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA
DOKUMENTASI
LAMPIRAN
Kuesioner
Kartu Konsultasi
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB 1. PENDAHULUAN
1
2
pula, hal ini menjadikan sub-sektor hortikultura memiliki potensi yang cukup
besar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, salah satu tanaman
hortikultura yaitu tanaman jeruk siam (Riantari dkk., 2015).
Menurut Ashari dkk. (2014), komoditas jeruk siam banyak dijumpai dan
dibudidayakan mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi. Tanaman jeruk
siam merupakan salah satu komoditas unggulan dalam sub-sektor hortikultura
yang sudah lama dibudidayakan di Indonesia. Komoditas jeruk siam dapat
tumbuh dan berkembang di beberapa daerah, masing-masing komoditas jeruk
siam tersebut mempunyai spesifikasi dan kriteria tersendiri yang dipengaruhi oleh
faktor perbedaan iklim dan lingkungan. Tanaman jeruk siam termasuk tanaman
tahunan karena dapat hidup dan berproduksi sepanjang tahun. Tanaman jeruk
siam merupakan salah satu komoditas hortikultura yang berfungsi sebagai sumber
gizi, sumber pendapatan, dan sumber devisa negara. Besarnya kontribusi
agroindustri komoditas jeruk siam dalam meningkatkan pendapatan dipercaya
dapat menumbuhkan sentra pengembangan jeruk baru. Ketersediaan varietas
unggul, baik dari segi mutu maupun produktivitas yang sesuai dengan kebutuhan
konsumen menjadi sebuah kewajiban yang harus dipenuhi dalam era pasar bebas.
Peningkatan produksi jeruk nasional utamanya jeruk siam perlu terus ditingkatkan
agar keseimbangan permintaan dan pendapatan dapat tercapai. Komoditas jeruk
siam memiliki prospek dan potensi pasar yang sangat baik di dalam maupun di
luar negeri, maka pengusahaan komoditas tersebut memerlukan peningkatan baik
dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik terkait
komoditas jeruk siam pada tahun 2017 terjadi peningkatan pada luas lahan di
Negara Indonesia dari tahun 2014 sampai tahun 2016, namun pada produksi dan
produktivitas terjadi naik turun. Kenaikan luas lahan menjadi salah satu faktor
yang mempengaruhi jumlah produksi dan persentase produktivitas komoditas
jeruk siam yang ada di Negara Indonesia. Luas lahan, produksi, dan produktivitas
merupakan hal yang saling berikatan satu sama lain. Berikut adalah data luas
lahan, produksi, dan produktivitas tanaman Jeruk Siam pada tahun 2014 - 2016 di
Negara Indonesia.
3
Tabel 1.1 Luas Lahan, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Jeruk Siam Tahun 2014-2016 di Negara Indonesia.
Tahun Luas Lahan Produksi Produktivitas
2014 51.098 1.785.256 34,97
2015 51.420 1.744.330 36,25
2016 62.363 2.014.206 33,38
Total 164.881 5.543.792 104,6
Sumber : Badan Pusat Statistik (2017)
Berdasarkan data Tabel 1.1, luas lahan, produksi, dan produktivitas
tanaman jeruk siam tahun 204-2016 di Negara Indonesia pada tahun 2014 terdapat
luas lahan sebesar 51.098 dan produksi sebesar 1.785.256 dengan produktivitas
sebesar 34,97. Pada tahun 2016 terdapat luas lahan sebesar 62.363 hektar dan
produksi sebesar 2.014.206 dengan produktivitas sebesar 33,38. Produktivitas
pada tahun 2014 lebih besar dibandingkan dengan tahun 2016 dikarenakan lahan
yang luas memerlukan tenaga kerja yang lebih banyak sehingga semakin
bertambahnya luas lahan semakin banyak pula pengeluaran dalam pembudidayaan
dan teknologi yang digunakan. Produktivitas juga dipengaruhi oleh modal yang
bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman jeruk siam. Umur tanaman jeruk
siam juga mempengaruhi produktivitas karena semakin tua umur tanaman akan
semakin sedikit memproduksi buah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik komoditas jeruk siam pada tahun
2017 terjadi kenaikan pada luas lahan di daerah Provinsi Jawa Timur pada tahun
2014 sampai tahun 2016. Peningkatan luas lahan yang terjadi di Jawa Timur ini
mempengaruhi produksi dan produktivitas komoditas jeruk siam di Provinsi Jawa
Timur pada tahun 2014 sampai tahun 2016. Komoditas jeruk siam ini dapat
meningkatkan perekonomian di Provinsi Jawa Timur karena merupakan salah satu
komoditas yang cocok diusahakan mengingat kondisi lahan dan topografi yang
sesuai. Berikut adalah data luas lahan, produksi, dan produktivitas tanaman jeruk
siam pada tahun 2014 - 2016 yang terjadi di Provinsi Jawa Timur.
Tabel 1.2 Luas Lahan, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Jeruk Siam Tahun 2014-2016 di Provinsi Jawa Timur.
Tahun Luas Lahan Produksi Produktivitas
2014 14.480 568.774 39,28
2015 15.116 480.395 31,78
2016 25.856 837.369 32,40
Total 55.452 1.886.538 103,46
Sumber : Badan Pusat Statistik (2017)
4
sama yaitu sebesar 1,16%. Kondisi ini disebabkan oleh faktor-faktor produksi
yang meliputi perencanaan, pengkordinasian, dan pengendalian produksi.
Peningkatanproduktivitas akan berjalan dengan baik apabila semua faktor
produksi berjalan dengan baik.
Menurut Intan dkk. (2019), potensi desa memiliki pengertian sebagai suatu
daya, kekuatan, kesanggupan dan kemampuan yang dimiliki oleh suatu desa yang
mempunyai kemungkinan besar untuk bisa dikembangkan sehinga sebuah tujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dapat tercapai. Potensi desa
juga dapat digunakan untuk menggerakkan roda perekonomian nasional melalui
adanya pemasukan yang diperoleh dari potensi desa yang bisa dijadikan sebagai
tempat wisata. Desa Pujon Kidul memiliki potensi yang besar dengan didukung
sumber daya alam yang melimpah serta kondisi lahan dan topografi yang sesuai.
Desa pujon Kidul awalnya hanya merupakan sebuah desa biasa sebelum
berkembang menjadi desa wisata seperti sekarang ini. Desa Pujon Kidul
berkembang menjadi desa wisata karena potensi desa berupa peternakan,
pertanian, sosial budaya, dan potensi alam yang melimpah menjadi sebuah sebab
terbentuknya desa wisata. Desa Wisata Pujon Kidul memanfaatkan kekayaan
sumber daya alam sebagai sebuah sarana untuk mengembangkan wisata edukasi
pertanian serta cafe sawah yang cukup populer dan banyak dikunjungi. Desa
Wisata Pujon Kidul berpotensi untuk mendatangkan wisatawan baik lokal
maupun mancanegara karena memiliki kecantikan alam, sumber daya dan
kegiatan penduduk yang beragam. Destinasi wisata di Desa Pujon Kidul ini
menawarkan suasana alam alami yang erat hubungannya dengan suasana
pedesaan, tradisional, dan kekeluargaan.
Desa Pujon Kidul memiliki potensi yang cukup besar dalam kegiatan
pertanian dan wisata. Sektor pertanian dan wisata di Desa Pujon Kidul menjadi
kawasan edukasi yang mempelajari tentang pertanian. Desa Pujon Kidul juga
mengembangkan budidaya tanaman hortikultura berupa komoditas tanaman jeruk
siam. Tanaman jeruk siam di Desa Pujon Kidul dapat tumbuh dengan baik dan
menghasilkan produk yang berkualitas karena didukung oleh kondisi iklim, jenis
tanah, dan topografi yang sesuai dengan kebutuhan tanaman jeruk siam. Tanaman
6
jeruk siam menjadi salah satu komoditas unggulan yang ada di Desa Pujon Kidul
dan banyak dipasarkan ke luar daerah. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti
ingin mengetahui mengenai identifikasi komoditas jeruk siam berdasarkan empat
aspek yaitu teknologi dan budidaya, agroindustri, kelembagaan, dan pemasaran di
Desa Pujon Kidul Kecamatan Pujon Kabupaten Malang.
1.3.2 Manfaat
1. Bagi petani, diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi dalam
pengembangan komoditas jeruk siam.
7
8
9
atau sekelompok orang yang tinggal di suatu daerah atau tempat tertentu. Jumlah
penduduk di setiap daerah pasti berbeda-beda, faktor yang mempengaruhi salah
satunya yaitu luas wilayah suatu daerah. Desa Pujon Kidul merupakan desa yang
memiliki jumlah penduduk paling sedikit diantara beberapa desa yang terletak di
Kecamatan Pujon Kabupaten Malang. Jumlah penduduk di Desa Pujon Kidul
berdasarkan jenis kelaminnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Desa Pujon Kidul berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Penduduk
Laki-Laki 2216
Perempuan 1917
Jumlah 4133
Sumber: BPS Kabupaten Malang (2018)
Berdasarkan Tabel 2.1, di atas jumlah penduduk di Desa Pujon Kidul
yang terdiri dari 9 RW dan 18 RT serta 1370 KK pada akhir tahun 2017 sebesar
4133 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 2216 jiwa dan perempuan
1917 jiwa. Rasio jenis kelamin di desa ini yaitu mencapai 115,59%. Desa Pujon
Kidul yang memiliki luas desa 27,23 km² atau sekitar 330 Ha ini memiliki
kepadatan penduduk yang mencapai 148 jiwa/km². Angka tersebut merupakan
angka yang cukup rendah dibandingkan desa lain yang ada di Kecamatan Pujon.
Jumlah penduduk di setiap daerah dapat dikategorikan berdasarkan
usianya. Menurut usianya penduduk dibedakan menjadi tiga jenis yaitu penduduk
belum produktif, produktif, dan tidak produktif. Penduduk belum produktif
merupakan penduduk yang memiliki rentang usia antara 0-15 tahun. Penduduk
usia produktif yaitu yang berusia antara 16-60 tahun, sedangkan untuk penduduk
tidak produktif merupakan penduduk yang memiliki usia 60 tahun ke atas.
Penduduk di Desa Pujon Kidul berdasarkan usianya dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Desa Pujon Kidul berdasarkan Usia
Rentang Usia Jumlah Penduduk
0-5 252
6-12 470
13-17 322
18-45 2013
>45 1394
Jumlah 4451
Sumber: sie.pujonkidul.desa.id
11
Desa Pujon Kidul dalam menempuh pendidikan hanya tamat SD/Sederajat yaitu
sejumlah 2297 jiwa dengan total jumlah penduduknya yaitu sejumlah 4475 jiwa.
Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan di Desa Pujon Kidul masih
tergolong rendah karena hampir sebagian penduduknya hanya tamat SD/Sederajat
dalam menempuh pendidikan. Tingkat pendidikan ini dapat berpengaruh langsung
pada pekerjaan yang dimiliki oleh masyarakat Desa Pujon Kidul.
Mata pencaharian merupakan salah satu hal penting dalam berlangsungnya
kehidupan manusia. Mata pencaharian adalah pekerjaan atau aktivitas sehari-hari
yang dilakukan oleh manusia guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Melalui
pekerjaan manusia akan mendapatkan upah atau pendapatan yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jumlah penduduk Desa Pujon
Kidul yang semakin hari semakin meningkat juga menyebabkan pemenuhan akan
kebutuhan sehari-hari bertambah. Kondisi alam yang sesuai di Desa Pujon Kidul
membuat masyarakatnya memilih sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Berikut merupakan data mengenai jenis-jenis mata pencaharian
penduduk Desa Pujon Kidul.
Tabel 2.4 Jenis Mata Pencaharian Penduduk Desa Pujon Kidul
Jenis Mata Pencaharian Jumlah Penduduk
Wiraswasta 345
Pertanian 1493
Peternakan 67
Pemerintahan 9
Pedagang 57
Jasa 28
Pelajar/Mahasiswa 629
PNS 6
Mengurus rumah tangga 729
Sektor lain 629
Belum/Tidak bekerja 952
Jumlah 4475
Sumber: sie.pujonkidul.desa.id
Berdasarkan Tabel 2.4, dapat diketahui bahwa masyarakat Desa Pujon
Kidul mayoritas bermata pencaharian sebagai petani yang berjumlah 1493 orang.
Pertanian menjadi sektor unggulan yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
Desa Pujon Kidul. Penduduk Desa Pujon Kidul memilih bekerja pada sektor
13
pertanian karena kondisi alam dan kesesuaian lahan desa ini yang sangat
mendukung untuk budidaya komoditas pertanian khususnya pada sub-sektor
hortikultura. Sub-sektor hortikultura memberikan dampak besar pada
perekonomian masyarakat Desa Pujon Kidul.
Desa Pujon Kidul merupakan sebuah desa yang terletak di Provinsi Jawa
Timur sehingga di desa ini masih kental dengan adat budaya masyarakat jawa.
Kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Pujon Kidul masih dipengaruhi oleh nilai-
nilai dan kebudayaan Jawa, seperti pada saat melaksanakan ritual keagamaan.
Masyarakat di Desa Pujon Kidul masih menjalankan budaya penanggalan jawa,
kemudian masih ada acara-acara seperti slametan, mitoni, bersih desa, dan juga
slametan untuk memperingati kerabat yang meninggal serta masih banyak lagi.
Keadaan sosial budaya masyarakat di Desa Pujon Kidul tetap dilestarikan karena
merupakan warisan dari sesepuh terdahulu serta juga merupakan bentuk kearifan
lokal desa tersebut.
Karakteristik wilayah Desa Pujon Kidul yang merupakan daerah
perbukitan dan pegunungan cocok untuk mengembangkan budidaya sektor
pertanian. Desa Pujon Kidul saat ini masih menerapkan sistem pertanian semi-
modern, hal ini ditandai dengan masih adanya pengolahan lahan pertanian yang
menggunakan bantuan cangkul dan hand tractor. Kondisi tanah dan iklim Desa
Pujon Kidul cocok untuk kegiatan budidaya tanaman pertanian khususnya
tanaman hortikultura. Tanaman hortikultura yang banyak dikembangkan di Desa
Pujon Kidul mencakup berbagai jenis sayur-sayuran, buah-buahan, dan tanaman
hias. Tanaman tersebut cocok dibudidayakan di Desa Pujon Kidul karena kondisi
tanah yang mendukung yaitu tanah andisol yang merupakan tanah dari abu
vulkanik yang berasal dari letusan gunung berapi. Komoditas unggulan pada sub-
sektor hortikultura di Desa Pujon Kidul salah satunya adalah tanaman jeruk siam.
Tanaman jeruk siam dapat tumbuh dengan baik karena karakteristik wilayah yang
sesuai dengan kebutuhan tanaman yaitu berupa keadaan topografi, iklim, dan jenis
tanahnya. Dukungan dari keadaan lingkungan tersebut membuat produksi
tanaman jeruk siam menghasilkan produk yang berkualitas, hal ini terbukti dengan
banyaknya hasil produksi tanaman jeruk siam yang dipasarkan ke luar daerah.
14
Petani di Desa Pujon Kidul dalam kegiatan budidaya tanaman pertanian memilih
mengembangkan sistem tumpang sari, hal ini dikarenakan untuk mengantisipasi
jika salah satu komoditas pertanian yang dibudidayakan harganya sedang
menurun. Tanaman jeruk siam juga dapat ditumpang sarikan dengan tanaman
hortikultura lainnya seperti sayur-sayuran yang memiliki masa panen lebih pendek
dibandingkan dengan tanaman jeruk siam.
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Teknologi dan Budidaya Komoditas Jeruk Siam di Desa Pujon Kidul
Kecamatan Pujon Kabupaten Malang
Tanaman jeruk (Citrus sp.) merupakan salah satu tanaman buah yang
digemari banyak orang. Tanaman jeruk merupakan tanaman perennial atau
tanaman tahunan yang berasal dari Asia Tenggara, khususnya Cina. Cina
dipercaya menjadi tempat pertama kali jeruk tumbuh. Buah jeruk di Indonesia
tumbuh secara alami maupun dibudidayakan di lahan pekarangan sejak ratusan
tahun lalu. Tanaman jeruk di Indonesia beragam contohnya yaitu yang sangat
terkenal seperti tanaman jeruk manis dan jeruk keprok. Jeruk manis di Indonesia
merupakan peninggalan dari bangsa Belanda, sedangkan untuk jeruk keprok
sendiri berasal dari negara Amerika dan Italia (Sobir, 2009).
Buah jeruk memiliki bebagai macam jenis salah satunya yaitu Jeruk Siam
(Citrus nobilis var. Microcarpa). Nama siam berasal dari daerah asal buah ini
sendiri yaitu Siam (Muangthai), di negara ini jeruk siam dikenal dengan sebutan
som kin wan. Awal masuknya tanaman jeruk siam di Indonesia yaitu diawali oleh
seorang warga negara asing yang berasal dari Cina yang tidak diketahui namanya
menanam dan membudidayakan jeruk siam di daerah Kalimantan Barat,
kemudian budidaya tanaman jeruk siam ini diteruskan oleh H. A. Rani dan Lim
Kun Sin di Desa Bekut Kecamatan Tebas hingga daerah ini menjadi sentral
produksi jeruk siam di Kalimantan Barat (Sugito, 2002).
Buah jeruk yang ada saat ini memiliki berbagai macam jenis baik berupa
jeruk lokal maupun jeruk impor. Buah jeruk merupakan buah yang kaya akan
vitamin C dan memiliki rasa asam kemanis-manisan, selain itu kandungan air
yang terdapat dalam buah jeruk ini memberikan rasa kesegaran yang mampu
menghilangkan dahaga pada saat musim panas sehingga buah jeruk banyak
digemari orang. Tanaman jeruk merupakan tanaman perennial yang masuk ke
dalam jenis tanaman dikotil atau tanaman berkeping dua yang memiliki berbagai
macam spesies. Jeruk masuk ke dalam famili Rutaceae dimana dalam famili ini
masih terbagi lagi menjadi banyak spesies jeruk yang mencapai sekitar 1300
spesies, dari banyaknya jenis jeruk yang ada terdapat jeruk yang terkenal salah
15
16
satunya yaitu jeruk siam yang berasal dari subtribe Citirinae. Jeruk siam
merupakan salah satu bagian kecil dari sekian banyak jenis jeruk yang dikenal
masyarakat luas. Menurut Saparinto dan Susiana (2016), klasifikasi tanaman
jeruk siam adalah sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus nobilis var. Microcarpa
Morfologi tanaman jeruk siam memiliki ciri-ciri tertentu baik dari segi
akar, batang, daun, bunga, dan buahnya sendiri. Akar tanaman jeruk siam terdiri
dari akar akar tunggang, akar serambut, dan akar rambut. Pohon jeruk siam
memiliki ketinggian kurang lebih 2,5-3 meter, pohon jeruk siam memiliki cabang
yang banyak dan ditumbuhi dedaunan yang agak lebat sehingga membuat
tanaman ini cukup rindang. Daun jeruk siam berbeda dari daun tanamaman jeruk
lainnya, bentuk daunnya oval dan memiliki ukuran lebih besar. Ukuran daun jeruk
siam sekitar 7,5 x 3,9 cm dan memiliki sayap daun kecil, ujung daun agak terbelah
dan bagian pada pangkalnya meruncing. Bunga tanaman jeruk memiliki bau yang
harum dan tumbuh pada ketiak daun atau pucuk ranting yang masih muda. Bunga
ini memiliki mahkota sekitar lima helai, warna dari bunga ini berwarna putih atau
biasanya putih kekuning-kuningan. Buah jeruk siam memiliki ciri yang khas
seperti kulit buahnya yang tipis, permukaannya halus, mengkilap, licin, dan
umumnya menempel lekat pada daging buahnya. Buah jeruk siam umumnya
berbentuk bulat yang mempunyai diameter sekitar 2-30 cm. Warna buah jeruk
siam yaitu hijau pada saat buah belum masak dan saat masak berwarna hijau
kekuning-kuningan (Sugito, 2002).
17
Syarat tumbuh tanaman jeruk siam sama dengan jenis jeruk pada
umumnya. Jeruk merupakan tanaman yang tergolong mudah dalam beradaptasi
karena dapat tumbuh di beberapa tempat seperti daerah dataran rendah dan juga
dataran tinggi, namun hal ini juga tergantung dari jenis jeruknya. Jeruk akan
mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang baik apabila
kebutuhannya terpenuhi. Kebutuhan tersebut berupa dukungan yang diberikan
oleh keadaan tanah, iklim, cahaya matahari, kelembaban udara, dan ketinggian
tempat. Jenis tanah yang cocok untuk pertumbuhan jeruk adalah tanah andosol
dan latosol. Kondisi tanah tersebut harus memiliki kandungan air yang tidak
terlalu banyak dan juga harus selalu gembur, selain itu pH tanah optimum yaitu
sekitar 4,5-8,0. Tanaman jeruk harus memperoleh air yang cukup dan tidak
berlebihan karena jika airnya terlalu banyak dapat membahayakan kelangsungan
hidup tanaman jeruk. Tanaman jeruk membutuhkan suhu optimum yang berkisar
antara 20°C-30°C dan curah hujan optimum antara 1990-2400 mm setahun
dengan curah hujan minimum 1270 mm, serta jeruk juga memerlukan 5-6, 6-7,
atau 9 bulan basah. Sinar matahari yang cukup diperlukan agar pertumbuhan jeruk
dapat maksimal dan tidak terhambat, oleh karena itu pengaturan jarak tanam
diperlukan agar sinar matahari yang datang tidak tertutupi oleh tanaman lainnya.
Daerah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman jeruk adalah daerah yang
memiliki kadar kelembaban udara rata-rata 70%-80% dalam satu tahunnya.
Unsur-unsur sebagai syarat tumbuh tanaman jeruk tersebut harus terpenuhi karena
berhubungan dengan proses kelangsungan hidup, tingkat produksi, produktivitas
dan kualitas buah yang dihasilkan oleh tanaman jeruk (Servina, 2019).
Menurut Budiyati dkk. (2016), tanaman jeruk memiliki keanekaragaman
yang cukup tinggi karena terdapat banyak genus dan spesies jeruk yang beraneka
ragam. Genus dari tanaman jeruk diantaranya yaitu Citrus, Microcitrus,
Fortunella, Poncirus, Cymenia, dan Eremocitrus. Genus yang banyak dikenal oleh
kalangan masyarakat saat ini adalah genus Citrus. Genus Citrus yang banyak di
budidayakan adalah Citrus reticulata blanco atau yang biasa dikenal dengan
istilah jeruk keprok. Jeruk keprok termasuk ke dalam golongan jeruk mandarin
(Citrus nobilis). Jeruk keprok yang ada di Indonesia ada dua jenis yaitu jeruk
18
keprok batu 55 dan jeruk keprok siam. Jeruk keprok batu 55 diantaranya yaitu
jeruk keprok boci, jeruk keprok brastepu, jeruk keprok garut, jeruk keprok soe,
jeruk keprok gayo, dan jeruk keprok siam. Jeruk keprok siam juga memiliki
berbagai macam jenis seperti jeruk siam madu, jeruk siam gunung omeh, jeruk
siam kintamani, jeruk siam jatibarang, jeruk siam klaten, jeruk siam kroya, dan
jeruk siam banjar.
Menurut Hutapea (2018), kandungan nilai gizi yang tedapat pada buah
jeruk siam cukup tinggi terutama kandungan vitamin C di dalamnya, sehingga
bermanfaat bagi kesehatan manusia apabila dikonsumsi secara rutin dan tidak
berlebihan. Jeruk merupakan tanaman buah-buahan yang memiliki banyak
kandungan gizi yang bermanfaat bagi makhluk hidup terutama manusia. Jeruk
memiliki kandungan vitamin C yang sangat tinggi yaitu berkisar antara 20-60
mg/100 gr. Vitamin C yang dihasilkan ini sangat bermanfaat bagi kesehatan
manusia karena vitamin C berperan sebagai antioksidan yang dapat menetralkan
radikal bebas hasil oksidasi lemak dan juga dapat meningkatkan sistem kekebalan
tubuh. Kandungan vitamin C pada buah jeruk ini juga bisa mencegah penyakit
yang dapat menyerang tubuh manusia seperti kanker, jantung, dan penuaan dini.
Kandungan gizi yang terdapat dalam buah jeruk tidak hanya vitamin C saja,
namun juga terdapat komponen gula sebesar 4,93-7,57 gr yang di dalamnya terdiri
dari senyawa glukosa, fruktosa, sukrosa, asam malat, dan asam sitrat.
Usahatani merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan
produksi hasil pertanian dengan cara memanfaatkan sumber daya yang ada,
dimana para petani atau keluarga petani memanfaatkan sumber daya yang ada
dengan cara bercocok tanam atau memelihara ternak. Usahatani dapat
memberikan petani keuntungan yang maksimal dengan mengolah faktor-faktor
produksi secara efisien. Usahatani pada dasarnya dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Usahatani yang berhasil disebabkan oleh beberapa faktor seperti
teknologi yang digunakan contohnya traktor. Usahatani merupakan sebuah
pengaplikasian oleh petani dalam mengolah faktor-faktor produksi seperti lahan
dan sumber daya yang mendukung sehingga dapat memberikan manfaat yang
sebaik-baiknya (Suratiyah, 2008).
19
mengupas kulit sekeliling batang, sedangkan setek adalah menaam salah satu
bagian dari tanaman seperti batang, akar dan daun. Bibit yang berasal dari hasil
cangkokan memiliki kelebihan seperti sifat yang hampir sama dengan induknya
dan cepat menghasilkan buah, namun bibit ini juga memiliki kekurangan seperti
perakarannya yang kurang kuat sehingga tanaman akan mudah roboh. Tanaman
jeruk yang berasal dari bibit ini cocok ditanam pada lahan sawah atau lahan
pasang surut. Bibit hasil dari setek memiliki kelebihan yaitu memiliki sifat yang
sama dengan induknya, sedangkan kelemahannya adalah mudah mati ketika
disemaikan, serta tanaman dari bibit ini tidak memiliki akar tunggang sehingga
cocok di tanam di daerah pasang surut (Sugito, 2002).
Perbanyakan bibit secara generatif yaitu diperoleh dari penyemaian biji
jeruk siam hingga mendapatkan bibit baru. Bibit baru yang berasal dari biji
memiliki kelebihan yaitu memiliki perakaran yang lebih baik dan kuat, sedangkan
kekurangannya adalah tanaman ini membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
bisa berproduksi menghasilkan buah. Tanaman jeruk yang berasal dari bibit ini
biasanya mampu bertahan hidup sampai lebih dari 20 tahun, sedangkan untuk
tanaman jeruk siam yang berasal dari gabungan vegetatif dan generatif didapat
melalui okulasi. Bibit dari hasil okulasi ini merupakan bibit yang paling banyak
diminati karena merupakan gabungan dari 2 sifat unggul yang dimiliki induknya.
Bibit dari hasil okulasi ini memiliki kelebihan yaitu memiliki akar tunggang yang
kuat sehingga cocok ditanam pada lahan yang memiliki air tanah cukup dalam,
sedangkan untuk kekurangannya yaitu bibit ini membutuhkan waktu yang cukup
lama untuk bisa menghasilkan buah namun lebih cepat dari pada bibit yang
berasal dari biji (Sugito, 2002).
Bibit tanaman jeruk siam yang memiliki kualitas baik dapat berasal dari
penangkaran perusahaan benih yang sudah memiliki sertifikat kelayakan benih.
Bibit yang digunakan para petani harus berupa bibit unggul yang dicirikan
mempunyai akar serabut yang banyak, percabangan yang banyak serta daunnya
mengkilap hal ini untuk memenuhi bahan tanam sebagai dasar utama proses
pencapaian yang diinginkan petani jeruk. Bibit yang diperjual belikan dari
penangkar harus berlabel, bermutu dan berkualitas supaya para petani percaya
21
bibit tersebut memiliki kualitas dan bebas penyakit. Hal ini menjadikan petani
dapat berbudidaya secara optimal sampai menghasilkan produksi yang sehat
sehingga pihak konsumen merasa aman. Bibit tanaman jeruk siam yang digunakan
oleh para petani di Desa Pujon Kidul merupakan bibit yang diperoleh dari Balai
Penelitian Tanaman Jeruk dan Tanaman Subtropika (Balitjestro) sehingga mutu
dan kualitas jeruk siam yang dihasilkan terjamin (Jeffry dkk., 2017).
Proses penanaman jeruk siam diawali dengan pemasangan ajir kemudian
pembuatan lubang tanam. Penyiapan lubang tanam dilakukan setelah pengajiran
agar tanaman dapat diatur lurus, setelah ada lubang tanam biasanya akan diberi
pupuk dasar. Pupuk dasar untuk tanaman jeruk berupa pupuk kandang dan pupuk
fosfat. Jarak tanam jeruk siam yaitu 5x5 m dengan kedalaman lubang 50x50 cm
diatur sejajar ke arah timur-barat supaya bibit tanaman jeruk siam terkena sinar
matahari secara optimal, setelah bibit tertanam siram secukupnya. Penanaman
sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan agar lebih efisien terhadap
penggunaan tenaga. Petani jeruk pada umumnya menerapkan sistem tanam
tumpang sari pada usahataninya, hal ini juga berlaku pada usahatani jeruk siam di
Desa Pujon Kidul (Malik dkk., 2019).
Perawatan pada tanaman jeruk siam meliputi pemupukan, pengairan,
pemangkasan, penjarangan buah, sanitasi dan pengendalian hama penyakit.
Pemupukan pada tanaman jeruk siam dilakukan dengan menggunakan pupuk
anorganik dan organik seperti urea, ZA, NPK agar tanaman jeruk dapat
berproduksi secara maksimal. Petani biasanya melakukan pemupukan 3-4 bulan
sekali dengan menggunakan pupuk anorganik N.P.K. Petani di Desa Pujon Kidul
juga memanfaatkan pupuk organik seperti pupuk kandang dan pupuk kompos
sebagai penambah kesuburan pada tanah serta memenuhi unsur mikro tanah.
Perbandingan pupuk organik dan anorganik adalah 2,5:1. Pemberian pupuk
organik dilakukan setiap 10 bulan sekali pada tanaman jeruk siam dengan dosis
1,4 kg/petak (Purba dan Purwoko, 2019).
Pengairan pada tanaman jeruk siam sangat diperlukan, karena untuk
menunjang keberlangsungan hidup tanaman. Pengairan pada tanaman jeruk siam
berupa pengairan permukaan, yaitu pengairan dilakukan melalui parit-parit yang
22
ada di setiap sisi alur tanaman atau dengan membuat cekungan yang mengikuti
bentuk tajuk pohon terluar. Pengairan sangat diperlukan khususnya pada masa
vegetatif karena jika kekurangan akan menghambat pertumbuhan tunas dan akar,
namun pada fase generatif kekurangan air juga dapat menyebabkan bunga dan
buah rontok. Sistem pengairan yang ada di Desa Pujon Kidul merupakan
pengairan bergilir jadi setiap petani akan menerima jatahnya sendiri-sendiri
dengan waktu yang sudah ditentukan (Sobir, 2009).
Pemangkasan pada tanaman jeruk siam berguna untuk mengelola
percabangan pada tanaman sehingga tanaman tidak tumbuh terlalu tinggi dan
mudah dikelola. Budidaya tanaman jeruk siam akan berjalan efektif dan efisien
apabila teknik yang diterapkan sesuai, seperti teknik pemangkasan. Pemangkasan
yang banyak diterapkan oleh masyarakat yaitu pemangkasan bentuk dan
pemangkasan pemeliharaan. Pemangkasan bentuk pada tanaman jeruk siam
diterapkan pada tahun pertama yang tingginya sudah melebihi 75 cm. Pucuk
tanaman akan dipangkas menjadi setinggi ± 60 cm yang kemudian akan dipelihara
4- 5 tunas. Tunas yang dipelihara tersebut akan menjadi cabang yang kemudian
akan dipilih 3 cabang utama yang akan dipertahankan. Pemangkasan
pemeliharaan dilakukan pada tanaman jeruk siam yang produktif yang bertujuan
untuk menyeimbangkan pertumbuhan vegetatif tanaman dan untuk melaksanakan
sanitasi kebun. Pemangkasan pemeliharaan dilakukan dengan membuang bagian
tanaman yang tidak produktif, seperti cabang balik, tangkai bekas buah, dan
cabang atau ranting yang sakit. Pemangkasan pemeliharaan pada tanaman jeruk
siam biasanya dilaksanakan apabila telah melewati masa panen. Pemangkasan
terhadap tanaman jeruk siam juga dilakukan secara berkala agar dapat
meningkatkan kemampuan berproduksi tanaman, seperti dilakukan pada saat
musim hujan (Datika dkk., 2018).
Menurut Datika dkk. (2018), penjarangan merupakan kegiatan untuk
mengurangi jumlah buah yang terdapat dalam setiap tanaman jeruk siam hingga
sesuai dengan daya dukung tanaman. Teknik penjarangan pada tanaman jeruk
siam dilakukan untuk menghasilkan buah yang memiliki ukuran besar, berkualitas
dan seragam. Penjarangan buah jeruk siam dilakukan dengan memelihara 2-3
23
buah per pucuk cabang dengan menggunakan gunting pangkas. Buah yang tidak
memenuhi kriteria seperti cacat, terserang hama dan penyakit, dan memiliki
ukuran yang kecil harus dibuang agar tidak menular ke buah lainnya.
Sanitasi yang dilakukan untuk merawat tanaman jeruk adalah dengan cara
membersihkan gulma yang tumbuh di sekitar tanaman jeruk. Gulma merupakan
tanaman yang tidak diinginkan kehadirannya dan bersifat sebagai pengganggu
tanaman utama. Pembersihan gulma perlu dilakukan agar tidak terjadi perebutan
unsur hara antara tanaman produksi yaitu jeruk dengan gulma itu sendiri, selain
itu juga bertujuan untuk mengurangi hama dan penyakit karena gulma dapat
dijadikan sebagai inang bagi hama maupun penyakit tersebut. Cara yang dapat
dilakukan untuk mengendalikan gulma ada 2 yaitu cara manual dan kimiawi,
secara manual seperti menggunakan cangkul atau tangan langsung, sedangkan
secara kimiawi menggunakan herbisida. Pembudidayaan pada jeruk siam
terkadang mengalami kendala selain tumbuhnya gulma tetapi juga dapat berupa
hama dan penyakit (Saparinto dan Susiana, 2016).
Hama adalah hewan atau binatang yang berpotensi merusak tanaman serta
merugikan ekonomi manusia. Pada budidaya tanamana jeruk siam ada beberapa
spesies hama dan penyakit yang menyerang tanaman jeruk siam. Hama yang
menyerang jeruk siam antara lain yaitu Toxoptera sp., Aphis gossypii, Aonidiella
aurantii, Lepidosaphes beckii, Myzus persicae, Aleurocanthus woglumi,
Planococcus citri dan Bemisia, sedangkan untuk penyakitnya adalah CVPD
(Citrus Vein Phloem Degeneration) yang perlu diwaspadai karena merupakan
penyakit berbahaya. Penyakit ini sangat berbahaya karena mudah menular dan
apabila tanaman sudah terserang tanaman akhirnya akan mati, dan selama masih
hidup penyakit ini dapat menyebabkan penurunan produksi dan produktivitas
tanaman jeruk. Hama yang menyerang tanaman buah-buahan di Desa Pujon Kidul
adalah lalat buah, hama ini menyebabkan buah akan rontok sebelum masanya
serta dapat menyebabkan busuk buah (Syafitri dkk., 2017).
Penanggulangan hama dan penyakit tanaman dapat cara kimiawi maupun
dengan mekanik. Hama penyakit yang sering dijumpai pada tanaman jeruk siam
di Desa Pujon Kidul yaitu lalat buah dan kutu-kutuan yang mempengaruhi
24
Teknologi yang berkembang pada saat ini umumnya dapat dibagi menjadi
teknologi tradisional dan teknologi modern. Teknologi tradisional berhubungan
dengan penggunaan alat-alat yang masih sederhana, sedangkan teknologi modern
berhubungan dengan penggunaan alat-alat yang sudah semakin canggih. Sektor
pertanian mulai terlibat dengan keberadaan teknologi yang berkembang sangat
cepat dan pesat. Petani yang awalnya hanya menggunakan teknologi tradisional
untuk membantu dalam penggarapan sawah kini sudah mulai beralih kepada
penggunaan teknologi modern. Dampak tersebut dapat dilihat dari penggunaan
hand tractor, mesin pompa air, alat semprot, penggunaan pupuk kimia dan
pestisida kimia. Keberadaan teknologi modern dalam sektor pertanian tersebut
memberikan dampak positif seperti waktu yang dibutuhkan lebih efisien, namun
juga memberikan dampak negatif seperti berkurangnya lapangan pekerjaan bagi
para buruh tani. Penerapan teknologi pertanian modern yang tidak seimbang dan
tidak terkontrol oleh petani dapat menyebabkan ketergantungan terhadap
penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia, sehingga dapat merusak
keseimbangan lingkungan (Kuntariningsih dkk., 2014).
Teknologi juga diperlukan dalam budidaya tanaman hortikultura seperti
budidaya tanaman jeruk siam. Keberadaan teknologi dapat membantu proses
budidaya jeruk siam agar menghasilkan hasil panen yang berkualitas unggul.
Teknologi yang digunakan tersebut tidak hanya mengenai penggunaan mesin saja,
namun juga bisa berupa penerapan pola tanam. Penerapan pola tanam tersebut
biasanya dilakukan oleh petani dengan sistem tumpang sari. Tumpang sari
merupakan metode bercocok tanam yang menanam dua tanaman atau lebih dalam
satu lahan. Sistem tumpang sari ini diterapkan oleh petani dalam upaya untuk
mengantisipasi harga jual produksi yang sedang menurun. Petani biasanya
mengkombinasikan sistem tumpang sari antara tanaman jeruk siam dengan
tanaman lain seperti kopi, ketela pohon, ketela rambat, jagung dan tanaman
lainnya termasuk jenis rumput gajah yang bisa digunakan untuk pakan ternak.
Sistem tumpang sari jeruk siam juga dapat dilakukan dengan beberapa jenis
sayuran seperti mentimun, tomat, dan kubis dengan tanaman jeruk siam sebagai
tanaman utama (Yawan dkk., 2017).
26
petani, maka dari itu harus ada penanganan setelah panen yaitu dengan cara
pengolahan hasil pertanian. Pengolahan hasil pertanian bertujuan untuk
meningkatkan nilai tambah suatu komoditas, meningkatkan daya saing, serta juga
dapat menambah pendapatan dan keuntungan petani. Bentuk-bentuk pengolahan
hasil pertanian yang dapat dilakukan antara lain pembersihan, pemilihan
(grading), pengepakan atau pengemasan, serta ada juga pengolahan yang
memanfaatkan teknologi yang lebih canggih seperti penggilingan (milling),
penepungan (powdering), ekstrasi dan penyulingan, penggorengan (roasting),
pemintalan, pengalengan, dan proses lainnya yang menggunakan teknologi pabrik.
Pengepakan atau pengemasan merupakan salah satu bentuk pengolahan hasil
komoditas pertanian yang sangat sederhana sebelum produk sampai ke tangan
terakhir yaitu konsumen (Soetriono dan Suwandari, 2016).
Menurut Ekariski dkk. (2017), pengemasan merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk melindungi suatu produk dari kerusakan dengan cara membatasi
kontak suatu produk dengan sekelilingnya. Buah merupakan salah satu komoditas
yang perlu penanganan pengolahan hasil khususnya yaitu pengemasan.
Pengemasan pada buah bertujuan untuk melindungi buah dari luka, memudahkan
pengelolaan, mempertahankan mutu, serta memberikan daya tarik kepada
konsumen. Buah jeruk siam merupakan buah yang memiliki karakteristik cepat
busuk sehingga diperlukan cara pengemasan yang tepat. Cara pengemasan buah
jeruk siam yang paling sederhana adalah menggunakan keranjang buah.
Keranjang buah untuk pengemasan jeruk siam memiliki banyak jenis
seperti keranjang plastik, peti kayu, dan kotak karton. Keranjang buah ini
memiliki kegunaan yaitu untuk mempermudah dalam pendistribusian suatu
produk atau komoditas, selain itu juga untuk melindungi buah dari kerusakan-
kerusakan yang terjadi seperti goresan pada kulit buah jeruk. Kemasan tersebut
harus memenuhi syarat-syarat tertentu seperti ukuran dan kesesuaian isi jeruk
serta syarat mutu, higienis, dan memiliki ventilasi agar sirkulasi udara tetap
terjaga. Buah jeruk siam sebelum dilakukan pengemasan akan melalui tahap-tahap
seperti pembersihan, sortasi, dan grading. Pembersihan pada jeruk siam dilakukan
dengan menggunakan kain yang halus dan lembut, hal ini bertujuan untuk
28
menghindari goresan yang dapat menyebabkan luka pada buah. Tahap selanjutnya
adalah sortasi, sortasi buah jeruk siam dilakukan untuk memisahkan buah yang
rusak baik berupa goresan maupun karena penyakit dan kemudian buah jeruk siam
akan dilakukan grading. Buah yang dipilih untuk masuk ke dalam pengemasan
adalah yang memiliki ukuran diameter kurang lebih 6 cm, dan kemudian buah-
buah tersebut akan masuk tahap pengemasan (Nofriati dan Asni, 2015).
Wadah yang dapat digunakan untuk mengemas jeruk siam yang pertama
adalah keranjang plastik. Keranjang plastik yang digunakan bervariasi ada yang
memiliki ukuran 47,5 x 34 x 15,5 cm, ukuran ini muat kurang lebih 12,5 kg jeruk
siam. Ukuran yang kedua adalah 60 x 40 x 40 cm, keranjang ini mampu
menampung buah jeruk maksimal 60 kg. Kemasan dengan keranjang plastik
cocok untuk pendistribusian yang memerlukan transportasi jarak pendek seperti
pendistribusian antar kota. Keranjang plastik ini memiliki ventilasi yang cukup
sehingga sirkulasi udara buah jeruk tetap terjaga sehingga suhu udara sesuai, tidak
terlalu kering maupun terlalu lembab kondisi ini dapat membuat buah tidak
gampang busuk. Keranjang ini juga merupakan kemasan yang baik dalam
menekan susut bobot serta kerusakan yang terjadi pada buah jeruk, selain
keranjang plastik jeruk siam juga dapat dikemas dengan menggunakan kemasan
peti dari kayu (Nofriati dan Asni, 2015).
Peti kayu merupakan salah satu wadah yang umum dijumpai dalam
pengemasan komoditas hortikultura khususnya buah-buahan seperti jeruk siam.
Kayu yang digunakan untuk kemasan biasanya kayu yang ringan namun kuat
sehingga akan memudahkan dalam pemindahan saat distribusi. Permukaan kayu
juga harus halus, hal ini agar tidak terjadi goresan yang dapat memicu luka dan
menimbulkan pembusukan pada buah. Peti kayu yang biasa digunakan untuk
buah jeruk berukuran 60 x 40 x40 cm dengan ketebalan kayu 1,5 – 2 cm. Ukuran
yang sedemikian rupa dapat menampung maksimal 40 kg buah jeruk siam. Cara
pengemasan dengan peti adalah menyusun buah dengan rapi dan diusahakan tidak
terdapat ruang antar jeruk, jika dalam pengemasan masih terdapat ruang antar
jeruk maka dapat menggunakan kertas untuk menutupi bagian yang kosong, hal
ini bertujuan agar tidak terjadi gesekan antar buah jeruk. Pengemasan dengan peti
29
kayu cocok untuk distribusi jarak jauh seperti antar provinsi karena karakteristik
kayu yang kuat sehingga buah di dalamnya tidak akan mengalami kerusakan saat
di perjalanan. Kemasan pada buah jeruk siam juga dapat berupa kardus karton
atau kotak karton (Khairani dan Dalapati, 2006).
Menurut Pratiwi (2012), kotak karton yang digunakan sebagai kemasan
buah jeruk siam adalah kardus karton gelombang, kardus ini merupakan bahan
mentah yang paling terkenal untuk kemasan pada berbagai jenis produk, khusunya
buah-buahan. Kemasan ini terdiri dari pelapis luar dan lapisan gelombang, untuk
lapisan luar menggunakan kertas linier sedangkan untuk lapisan gelombang
menggunakan kertas medium. Kedua lapisan tersebut akan direkatkan
menggunakan mesin penggelombang kertas (corrugator). Kardus karton yang
digunakan sebagai kemasan jeruk siam memiliki ukuran 40 x 40 x 20 cm dengan
ketebalan karton 3-5 mm. Daya tampung kemasan ini sekitar 5-10 kg buah.
Kardus karton memiliki kelebihan seperti bobot yang lebih ringan, permukaan
halus dan dapat meredam getaran dengan baik. Kemasan keranjang buah yang
digunakan untuk buah jeruk siam biasanya adalah kemasan yang bertujuan untuk
proses pendistribusian ke outlet-outlet atau toko-toko buah, sedangkan pada
pedagang pengecer biasanya mereka menggunakan tas yang dianyam dari bahan
polipropilen atau biasa disebut dengan polynet.
Polynet merupakan salah satu kemasan buah jeruk yang digunakan untuk
pendistribusian secara langsung ke konsumen. Bentuk dari kemasan ini adalah
jaring-jaring menyerupai jala ikan dan biasanya yang digunakan untuk kemasan
buah adalah polynet yang berwarna merah dan kuning. Polynet ini biasanya dijual
dalam bentuk gulungan, sehingga para pengecer biasanya memotong manual
kemasan ini dan kemudian akan dibentuk sedemikian rupa hingga menyerupai
kantong tas sehingga dapat digunakan sebagai kemasan jeruk. Kemasan polynet
ini berasal dari bahan polipropilen. Polipropilen merupakan bahan yang baik
digunakan untuk kemasan buah dibandingkan dengan bahan lainnya seperti
polyetilen. Para pedagang pengecer yang menjual buah jeruk dengan kemasan ini
akan menetepakan isi pada kemasan per kilogram, penetapan berat ini beragam
tergantung besar kecilnya buah jeruk siam. Setiap 1 kilogram jumlah buah jeruk
30
irigasi yang digunakan selama proses usahatani. HIPPA dibentuk oleh pemerintah
dengan tujuan sebagai konektor antara panitia irigasi di pemerintahan dengan
pemakai air di desa. Tugas pokok dari HIPPA adalah mengelola air jaringan
tersier, mengelola jaringan irigasi, dan memberikan bimbingan pada anggotanya.
HIPPA sangat diperlukan pada proses usahatani di Desa Pujon Kidul karena di
desa ini penerapan sistem irigasinya adalah sistem irigasi bergilir sehingga dengan
adanya lembaga ini pembagian air akan terstruktur dan bisa memenuhi semua
usahatani di Desa Pujon Kidul (Wirosoedarmo, 2017).
Gapoktan “Sari Agung” merupakan lembaga formal yang dibentuk atas
izin pemerintah, kelembagaan ini didirikan untuk menaungi para petani yang ada
di Desa Pujon Kidul, mempermudah proses penyaluran dana dari pemerintah dan
mempermudah mengatasi masalah pertanian yang ada di sana, selain itu juga
merupakan salah satu lembaga yang membantu dalam proses produksi hingga
pemasaran khususnya komoditas jeruk siam. Gapoktan “Sari Agung” merupakan
Gapoktan yang di dalamnya terdiri dari gabungan tiga kelompok tani yaitu
kelompok tani Sari Agung 1, Sari Agung 2, dan Sari Agung 3. Kelompok tani
“Sari Agung” sudah ada sejak tahun 1997 dan diresmikan pada tahun 2016. Petani
yang tergabung dalam gapoktan akan mendapatkan manfaat karena petani dapat
memperoleh informasi dari perkembangan usahatani serta para petani akan mudah
mendapat bantuan modal karena Gapoktan telah menjalin kerja sama dengan
penyedia modal seperti perbankan. Kelembagaan kelompok tani ini dinaungi oleh
BUMDes atau Badan Usaha Milik Desa (Ratnasari dkk., 2017).
Kelembagaan informal merupakan organisasi yang terbentuk atau terlahir
dari bawah atau masyarakat yang biasanya tidak memiliki suatu sasaran dan
berjalan sesuai adat istiadat yang berlaku di suatu daerah tertentu. Lembaga
informal memiliki peran dalam pengembangan agroindustri yaitu sebagai penjual
(seller), penyedia lahan, perencana (planner), pembeli (buyer), penyedia jasa
keuangan, inovator, dan fasilitator. Lembaga-lembaga informal contohnya seperti
kelompok tani, industri pengolahan produk skala kecil, perdagangan dan lembaga
keuangan tradisional. Desa Pujon Kidul selain memiliki lembaga formal juga
memiliki lembaga informal seperti Pokdarwis (Hakimi, 2019).
35
terlibat dalam proses pemasaran antara lain petani, pedagang perantara, tengkulak,
pedagang pengumpul, pedagang pengecer, spekulator, pengolah, serta organisasi
lainnya baik berupa individu maupun kelompok. Lembaga pemasaran tidak hanya
berperan dalam mendistribusikan suatu produk, tetapi juga dapat berperan dalam
memberikan informasi pasar seperti harga dari suatu komoditas. Lembaga
pemasaran ini yang nantinya akan menjalankan saluran pemasaran pada suatu
barang atau jasa (Annisa dkk. 2018).
Saluran pemasaran merupakan kegiatan perpindahan atau aliran suatu
produk atau barang yang dimulai dari tangan pertama yaitu produsen sampai ke
tangan terakhir yaitu konsumen. Aliran barang ini dapat terjadi karena adanya
peranan lembaga pemasaran. Peranan lembaga pemasaran sangat tergantung dari
sistem pasar yang berlaku, oleh karena itu dikenal suatu istilah yaitu saluran
pemasaran. Proses panjang pendeknya suatu saluran pemasaran yang dilakukan
kepada suatu produk dapat mempengaruhi batas pemasaran yang dilakukan,
karena semakin panjang saluran pemasaran maka semakin besar pula harga jual
produk yang sampai kepada tangan konsumen tersebut, hal ini memberikan
keuntungan pada pihak pengepul atau tengkulak (Husnarti dan Ranti, 2019).
Menurut Soetriono dan Suwandari (2016), saluran pemasaran secara
umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu saluran pemasaran sederhana dan
saluran pemasaran kompleks. Saluran pemasaran sederhana biasanya hanya
membutuhkan beberapa lembaga pemasaran yang terkait saja dan alur yang
dijalani barang untuk sampai ke konsumen pendek, sedangkan saluran kompleks
biasanya memerlukan banyak lembaga pemasaran yang terkait di dalamnya dan di
dalam saluran kompleks mencakup berbagai macam saluran lagi. Bentuk saluran
pemasaran sederhana dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Pengecer
Konsumen
Gambar 3.1 Bentuk Saluran Pemasaran Sederhana (Soetriono dan Suwandari, 2016)
38
Petani
Pengecer Konsumen
Tengkulak
Pedagang Pengumpul
Gambar 3.2 Bentuk Saluran Pemasaran Kompleks (Soetriono dan Suwandari, 2016)
Berdasarkan Gambar 3.2, dapat dilihat bahwa saluran pemasaran
kompleks membutuhkan banyak lembaga pemasaran dalam kelangsungan
prosesnya yang meliputi petani, tengkulak, pedagang pengumpul, pengecer,
pedagang besar, eksportir, dan konsumen. Saluran pemasaran kompleks dapat
terjadi melalui petani kemudian dijual ke pengecer yang kemudian pengecer akan
mendistribusikan ke konsumen. Saluran pemasaran kedua yaitu yang lebih singkat
yaitu dari petani langsung ke konsumen. Saluran yang ketiga meliputi petani lalu
39
Gambar 3.3 Saluran Pemasaran I Komoditas Jeruk Siam di Desa Pujon Kidul
Berdasarkan Gambar 3.3, saluran pemasaran I menunjukkan bagaimana
hubungan lembaga pemasaran yang terjadi di Desa Pujon Kidul. Proses aliran
pemasaran yang pertama yaitu terjadi pada petani yang menjual produk jeruk siam
kepada tengkulak. Petani menjual hasil produksi jeruk siam kepada tengkulak
dengan harga Rp. 4000/kg, dimana dalam proses ini menerapkan fungsi
41
pertukaran yaitu kegiatan jual beli yang dilakukan oleh kedua belah pihak, fungsi
fisik berupa fungsi penyimpanan agar produk yang dihasilkan tidak rusak sebelum
dijual, dan fungsi fasilitas yaitu kegiatan sortasi serta grading oleh tengkulak,
fungsi penanggungan risiko karena sifat produk jeruk siam, fungsi permodalan
dan fungsi informasi pasar untuk memperlancar proses pemasaran. Proses aliran
pemasaran yang kedua yaitu tengkulak menjual produk jeruk siam kepada
pedagang pengecer baik yang ada di Desa Pujon Kidul maupun di luar daerah.
Tengkulak menjual produk jeruk siam kepada pedagang pengecer dengan harga
Rp. 6.000/kg, dimana aliran ini menerapkan fungsi pemasaran berupa fungsi
pertukaran yaitu kegiatan jual beli, fungsi fisik yaitu fungsi pengangkutan dan
fungsi penyimpanan, dan fungsi fasilitas yaitu fungsi penanggungan risiko, sortasi
serta grading, permodalan dan informasi pasar. Proses aliran pemasaran yang
ketiga yaitu pedagang pengecer menjual produk jeruk siam kepada konsumen
akhir. Pedagang pengecer menjual produk jeruk siam kepada konsumen akhir
dengan harga Rp. 9.000/kg., dimana aliran ini menerapkan fungsi pertukaran yaitu
kegiatan jual beli, fungsi fisik yaitu pengangkutan dan penyimpanan, dan fungsi
fasilitas yaitu fungsi penanggungan risiko, permodalan dan informasi pasar.
Saluran pemasaran ini merupakan yang terpanjang dalam saluran yang ada di
Desa Pujon Kidul. Saluran pemasaran ini menggunakan perantara tengkulak dan
pedagang pengecer agar produk jeruk siam bisa sampai ke tangan konsumen.
Kebanyakan petani lebih memilih saluran pemasaran ini karena tidak ada risiko
buah jeruk siam yang tidak terjual. Berapapun produk jeruk siam yang dihasilkan
petani akan ditampung oleh tengkulak, namun dalam segi perolehan harga jual
risiko petani lebih lemah dibandingkan dengan petani yang menjual sendiri
produk jeruk siam kepada pengecer.
Gambar 3.4 Saluran Pemasaran II Komoditas Jeruk Siam di Desa Pujon Kidul
Berdasarkan Gambar 3.4, saluran pemasaran II menunjukkan bagaimana
hubungan lembaga pemasaran yang terjadi di Desa Pujon Kidul. Lembaga
pemasaran yang terlibat pada Gambar 3.4 adalah petani, pengecer, dan konsumen.
42
Proses aliran pemasaran yang pertama yaitu terjadi pada petani yang menjual
produk jeruk siam kepada pedagang pengecer. Petani menjual produk jeruk siam
kepada pedagang pengecer dengan harga Rp. 5.000/kg. Aliran ini menerapkan
fungsi pemasaran berupa fungsi pertukaran yaitu kegiatan jual beli, fungsi fisik
yaitu fungsi penyimpanan, dan fungsi fasilitas yaitu fungsi penanggungan risiko,
sortasi serta grading, permodalan dan informasi pasar. Proses aliran pemasaran
yang kedua yaitu pedagang pengecer menjual produk jeruk siam kepada
konsumen akhir. Pedagang pengecer menjual produk jeruk siam kepada
konsumen akhir dengan harga Rp. 9.000/Kg, dimana mereka ini menerapkan
fungsi pemasaran berupa fungsi pertukaran yaitu kegiatan jual beli, fungsi fisik
yaitu pengangkutan dan penyimpanan, dan fungsi fasilitas yaitu fungsi
penanggungan risiko, permodalan dan informasi pasar. Saluran pemasaran ini
menggunakan perantara pedagang pengecer agar produk jeruk siam bisa sampai
ke tangan konsumen. Saluran pemasaran ini memposisikan pedagang pengecer
memiliki tanggungan risiko yang lebih besar daripada petani. Tanggungan risiko
tersebut berupa produk jeruk siam yang tidak dapat terjual dalam waktu yang
singkat sehingga menyebabkan kualitas jeruk siam menurun, namun pedagang
pengecer juga memiliki keunggulan dari kemampuan menjual dan harga jual jeruk
siam yang lebih tinggi dari petani yang menjual langsung kepada konsumen.
Petani Konsumen
Gambar 3.5 Saluran Pemasaran III Komoditas Jeruk Siam di Desa Pujon Kidul
Berdasarkan Gambar 3.5, saluran pemasaran III menunjukkan bagaimana
hubungan lembaga pemasaran yang terjadi di Desa Pujon Kidul. Lembaga
pemasaran yang terlibat pada Gambar 3.5 adalah petani dan konsumen akhir.
Proses aliran pemasaran yang terjadi yaitu petani menjual produk jeruk siam
secara langsung kepada konsumen akhir. Petani menjual produk jeruk siam
kepada konsumen akhir dengan harga Rp. 8.000/kg. Aliran pemasaran yang
terjadi antara petani dengan konsumen akhir ini menerapkan fungsi pemasaran
berupa fungsi pertukaran yaitu kegiatan jual beli, fungsi fisik yaitu penyimpanan,
dan fungsi fasilitas yaitu fungsi penanggungan risiko, permodalan dan informasi
43
pasar. Saluran pemasaran ini merupakan saluran terpendek dalam pemasaran jeruk
siam di Desa Pujon Kidul karena petani langsung menjual produk kepada
konsumen akhir tanpa melalui perantara. Saluran pemasaran ini jika dilihat dari
segi harga lebih menguntungkan petani karena harga jual yang mereka tetapkan
tidak mengalami penurunan atau lebih tinggi dari harga jual terhadap tengkulak
dan pedagang eceran, namun jika dilihat dari segi penjualan tidak begitu efektif.
Konsumen akhir kebanyakan hanya membeli jeruk siam dalam jumlah sedikit
sedangkan jeruk memiliki sifat yang tidak tahan lama, sehingga saluran
pemasaran ini dinilai tidak efektif bagi petani, namun saluran ini merupakan
saluran yang paling efektif dalam persoalan harga, karena di dalam saluran ini
harga yang diterima petani lebih besar daripada harga yang didapat dari pengecer
maupun tengkulak.
Kendala pada proses pemasaran komoditas jeruk siam yaitu buah jeruk
segar yang baru saja dipanen rentan mengalami kerusakan. Buah jeruk siam yang
baru dipetik masih melakukan proses biokimia seperti respirasi, transpirasi, dan
pematangan buah karena jeruk siam termasuk buah nonklimakterik. Non
klimakterik sendiri adalah buah yang proses pematangannya melalui tahap
pemeraman. Proses biokimia yang terjadi tersebut dapat menurunkan kualitas
buah jeruk siam sebelum dilakukan proses pemasaran. Respirasi pada buah jeruk
akan mengeluarkan energi panas yang dapat mengakibatkan buah cepat layu dan
busuk, serta proses transpirasi karena perbedaan tekanan uap air di bagian
tanaman dan di udara, kondisi ini akan menyebabkan buah mengalami susut
bobot. Penanganan pasca panen yang salah dapat menyebabkan kerusakan pada
buah jeruk siam secara permanen dan manajemen yang kurang baik akan
menyebabkan hilangnya nilai tambah produk (Rahayu dan Adhi, 2015).
Solusi untuk mengatasi beberapa kendala yang sudah disebutkan di atas
yaitu dapat dilakukan dengan adanya tahap grading, sortasi, dan pengemasan.
Tahap grading bertujuan untuk melakukan pemilihan berdasarkan kriteria jeruk
siam yang dihasilkan. Proses ini diusahakan tidak terpapar sinar matahari secara
langsung karena dapat menyebabkan susut bobot, pelayuan, dan pembusukan.
Tahap selanjutnya yaitu sortasi yang bertujuan untuk memisahkan buah jeruk
44
4.1 Kesimpulan
1. Teknologi dan budidaya komoditas jeruk siam di Desa Pujon Kidul
kecamatan Pujon Kabupaten Malang yang digunakan dalam
pembudidayan jeruk siam di Desa Pujon Kidul termasuk dalam teknologi
modern seperti hand tractor, mesin pompa air, alat semprot, penggunaan
pupuk, dan pestisida kimia. Budidaya pada komoditas jeruk siam dimulai
dari pengolahan tanah, penyediaan bibit, penanaman, perawatan
(pemupukan, pengairan, pemangkasan, penjarangan buah, sanitasi, dan
pengendalian hama penyakit), dan pemanenan.
2. Pengolahan hasil komoditas jeruk siam yang ada di Desa Pujon Kidul
Kecamatan Pujon Kabupaten Malang berupa pembersihan, sortasi atau
pemilian, kemudian ada pengkelasan (grading), dan terakhir ada
pengepakan atau pengemasan yang bertujuan untuk melindungi buah jeruk
siam dari kerusakan-kerusakan yang terjadi seperti goresan yang dapat
melukai buah jeruk dan mengakibatkan kualitas dan mutu buah jeruk siam
menurun. Kemasan yang digunakan berupa keranjang plastik, peti kayu,
kotak karton, dan juga jaring buah (polynet).
3. Kelembagaan komoditas jeruk siam yang ada di Desa Pujon Kidul
Kecamatan Pujon Kabupaten Malang mencakup kelembagaan formal dan
kelembagaan non formal. Kelembagaan formal pada komoditas jeruk siam
antara lain Balitjestro, BUMDes, cafe sawah, HIPPA. Kelembagaan non
formal yang ada di Desa Pujon Kidul khususnya komoditas jeruk siam
yaitu Gapoktan Sari Agung dan Pokdarwsis.
4. Pemasaran komoditas jeruk siam di Desa Pujon Kidul Kecamatan Pujon
Kabupaten Malang termasuk saluran pemasaran sederhana yang hanya
melibatkan lembaga pemasaran seperti petani, tengkulak, pengecer, dan
konsumen. Saluran pemasaran di Pujon Kidul terdapat 3 aliran pemasaran
yaitu (1) petani - tengkulak - pengecer - konsumen, (2) petani - pengecer -
konsumen, dan (3) petani - konsumen.
45
46
4.2 Saran
1. Bagi mahasiswa, sebaiknya laporan hasil praktikum ini dapat digunakan
sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya dan digunakan dengan
sebijak mungkin.
2. Bagi petani, sebaiknya lebih memanfaatkan sumber daya yang ada untuk
meningkatkan produksi dan produktivitas hasil pertanian. Selain itu
pengetahuan petani juga harus lebih ditingkatkan lagi agar dapat
memanfaarkan sumber daya tersebut secara maksimal.
3. Bagi pemerintah, sebaiknya lebih menggiatkan program-progam bantuan
kepada para petani agar kebutuhan petani tercukupi sehingga produksi dan
produktivitas hasil pertanian semakin meningkat, selain itu perlu diadakan
penyuluhan kepada para petani agar mengikuti perkembangan teknologi
serta pertanian pada zaman yang lebih maju ini.
DAFTAR PUSTAKA
KUESIONER
Pewawancara
Nama : Kelompok H5
Hari / Tanggal Wawancara : Minggu, 6 Oktober 2019
Identitas Responden
TTD
A. Gambaran Umum Desa Wisata Pujon Kidul Kecamatan Pujon
Kabupaten Malang