Kelompok H5

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 73

IDENTIFIKASI KOMODITAS JERUK SIAM DI DESA

WISATA PUJON KIDUL KECAMATAN PUJON


KABUPATEN MALANG

LAPORAN PRAKTEK LAPANG

Asisten :
1. Arief Pamungkas Yudhianto
2. Triwila Nindra Putra Perdana
3. Moh. Aji Prasetyo
4. Alivia Permatasari
5. Nindy Novianti Anggraeni
6. Mega Puspitasari
7. Avidatul Yasinta
8. Sanggit Pujangkoro
9. Novi Dwi Rahayu
10. Yuni Mumfaridah
11. Nur Asfia Aina Haque
12. Lutfiyana
13. Dina Roffida H. D.
14. Gatot Arya Dewanta

Oleh:
Golongan H/5

LABORATORIUM EKONOMI DAN PEMBANGUNAN PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
IDENTIFIKASI KOMODITAS JERUK SIAM DI DESA
WISATA PUJON KIDUL KECAMATAN PUJON
KABUPATEN MALANG

LAPORAN PRAKTEK LAPANG

diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas mata praktikum
Pengantar Ilmu Pertanian pada Laboratorium Ekonomi dan Pembangunan Pertanian
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Jember

Asisten Pembimbing
Nindy Novianti Anggraeni

Oleh
Golongan H/5

LABORATORIUM EKONOMI DAN PEMBANGUNAN PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKLUTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019

i
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK

Koordinator : Pulung Damar Panuluh 191510501084


Anggota : 1. Alisya Agustiningtyas U. 191510501111
2. Farhan Adi Prasetyo 191510501120
3. Dimas Ristian Putra 191510501127
4. Annisya Choirun Ni’mah 191510601033
5. Rudy Julianto 191510601097

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Diterima Oleh:
Laboratorium Ekonomi dan Pembangunan Pertanian
Sebagai:
Laporan Praktek Lapang

Dipertahankan Pada :
Hari :
Tanggal :
Tempat : Fakultas Pertanian
Universitas Jember

Mengesahkan,

Ketua Laboratorium Koordinator Praktikum


Ekonomi dan Pembangunan Pertanian Pengantar Ilmu Pertanian

M. Rondhi, SP., MP. PhD Arief Pamungkas Y


NIP. 197707062008011012 NIM. 171510601119

iii
PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Allah AWT, atas segala rahmat serta karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktek lapang mata praktikum
Pengantar Ilmu Pertanian yang berjudul “Identifikasi Komoditas Jeruk Siam di
Desa Wisata Pujon Kidul Kecamatan Pujon Kabupaten Malang”.
Penyusunan laporan praktek lapang tidak akan terwujud tanpa adanya
bantuan dan dukungan dari beberapak pihak. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan terimakasih kepada:
1. Ir. Sigit Soeparjono, MS., PhD. Selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Jember.
2. M. Rondhi, SP. MP. PhD. Selaku koordinator Program studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Jember.
3. Seluruh dosen pengampu mata kuliah Pengantar Ilmu Pertanian di Fakultas
Pertanian Universitas Jember.
4. Seluruh asisten Laboratorium Ekonomi dan Pembangunan Pertanian.
5. Semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penulisan laporan Praktek
Lapang.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan kritif sasaran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini.

Jember, November 2019

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK ................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
PRAKATA ............................................................................................................ iv
DAFTAR ISI ...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii

BAB 1. PENDAHULUAN ....................................................................................1


1.1 Latar Belakang ..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................6
1.3 Tujuan dan Manfaat .........................................................................6
1.3.1 Tujuan .....................................................................................6
1.3.2 Manfaat ...................................................................................6

BAB 2. GAMBARAN UMUM WILAYAH ........................................................8


2.1 Sejarah Desa Pujon Kidul Kecamatan Pujon Kabupaten Malang ...8
2.2 Kondisi Geografi Desa Pujon Kidul Kecamatan Pujon
Kabupaten Malang ..........................................................................9
2.3 Kondisi Demografi Desa Pujon Kidul Kecamatan Pujon
Kabupaten Malang ..........................................................................9

BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................15


3.1 Teknologi dan Budidaya Komoditas Jeruk Siam di Desa Pujon
Kidul Kecamatan Pujon Kabupaten Malang ..............................15
3.2 Pengolahan Hasil Komoditas Jeruk Siam di Desa Pujon
Kidul Kecamatan Pujon Kabupaten Malang ..............................26
3.3 Kelembagaan Pertanian di Desa Pujon Kidul Kecamatan Pujon
Kabupaten Malang .........................................................................31

v
3.4 Pemasaran Komoditas Jeruk Siam di Desa Pujon Kidul
Kecamatan Pujon Kabupaten Malang ........................................36
BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................45
4.1 Kesimpulan ......................................................................................45
4.2 Saran ................................................................................................46

DAFTAR PUSTAKA
DOKUMENTASI
LAMPIRAN
Kuesioner
Kartu Konsultasi

vi
DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1.1 Luas Lahan, Produksi, dan Produktivitas Tanaman


Jeruk Siam Tahun 2014-2016 di Negara Indonesia 3
1.2 Luas Lahan, Produksi, dan Produktivitas Tanaman
Jeruk Siam Tahun 2014-2016 di Provinsi Jawa Timur 3
1.3 Produksi dan Produktivitas Tanaman Jeruk Siam Tahun
2014-2016 di Kota Malang 4
2.1 Jumlah Penduduk Desa Pujon Kidul berdasarkan Jenis
Kelamin 10
2.1 Jumlah Penduduk Desa Pujon Kidul berdasarkan Usia 10
2.3 Tingkat Pendidikan di Desa Pujon Kidul 11
2.4 Jenis Mata Pencaharian Penduduk Desa Pujon Kidul 12

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Peta Wilayah Desa Pujon Kidul 8


3.1 Bentuk Saluran Pemasaran Sederhana 37
3.2 Bentuk Saluran Pemasaran Kompleks 38
3.2 Saluran Pemasaran I Komoditas Jeruk Siam di Desa
Pujon Kidul 40
3.4 Saluran Pemasaran II Komoditas Jeruk Siam di Desa
Pujon Kidul 41
3.5 Saluran Pemasaran III Komoditas Jeruk Siam di Desa
Pujon Kidul 42

viii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Hakim (2017), pertanian di Indonesia menerapkan sistem
pertanian berkelanjutan atau sustainable agriculture yang bertujuan untuk
meningkatkan produk pertanian dengan memaksimalkan input yang berasal dari
bahan-bahan organik. Pertanian di Indonesia saat ini sudah mengalami
pembangunan dan perkembangan serta mulai menerapkan gerakan kembali ke
alam melalui gerakan pertanian berkelanjutan atau disebut sustainable
agriculture. Pertanian berkelanjutan merupakan suatu usaha kegiatan pertanian
yang penerapannya tidak merusak keseimbangan atau ekosistem lingkungan.
Pertanian berkelanjutan diterapkan oleh petani di Indonesia dengan menjurus
kepada konsep berbasis ekologi yang sejalan dengan berkembangnya taraf hidup
dan kesadaran lingkungan, dengan maksud manusia diajak untuk meningkatkan
kesadaran kepada lingkungan yang telah rusak. Gerakan pertanian berkelanjutan
atau sustainable agriculture dapat melahirkan kesejahteraan dan kemakmuran
kepada masyarakat Indonesia khususnya petani. Gerakan pertanian berkelanjutan
atau sustainable agriculture ini juga menerapkan pertanian di masa depan harus
menerapkan teknologi supaya lebih efisien dalam waktu dan dapat meningkatkan
dua sampai tiga kali produktivitas petani Indonesia. Kegiatan budidaya pertanian
terdiri dari beberapa sektor, salah satunya yang banyak dibudidayakan adalah sub-
sektor hortikultura.
Budidaya tanaman hortikultura dapat diartikan sebagai suatu usaha kegiatan
budidaya tanaman pertanian yang di dalamnya dapat dikategorikan dalam
budidaya sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias. Kegiatan budidaya tanaman
hortikultura membutuhkan lahan yang luas agar dapat meningkatkan produktivitas
jumlah panen pada lahan berskala besar. Lahan yang yang berskala besar tersebut
dapat mempengaruhi proses perkembangan tanaman. Tanaman hortikultura
merupakan bahan pangan yang menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat
sehingga turut serta meningkatkan jumlah permintaan pasar. Permintaan pasar
yang tinggi menjadikan tanaman hortikultura memiliki nilai ekonomis yang tinggi

1
2

pula, hal ini menjadikan sub-sektor hortikultura memiliki potensi yang cukup
besar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, salah satu tanaman
hortikultura yaitu tanaman jeruk siam (Riantari dkk., 2015).
Menurut Ashari dkk. (2014), komoditas jeruk siam banyak dijumpai dan
dibudidayakan mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi. Tanaman jeruk
siam merupakan salah satu komoditas unggulan dalam sub-sektor hortikultura
yang sudah lama dibudidayakan di Indonesia. Komoditas jeruk siam dapat
tumbuh dan berkembang di beberapa daerah, masing-masing komoditas jeruk
siam tersebut mempunyai spesifikasi dan kriteria tersendiri yang dipengaruhi oleh
faktor perbedaan iklim dan lingkungan. Tanaman jeruk siam termasuk tanaman
tahunan karena dapat hidup dan berproduksi sepanjang tahun. Tanaman jeruk
siam merupakan salah satu komoditas hortikultura yang berfungsi sebagai sumber
gizi, sumber pendapatan, dan sumber devisa negara. Besarnya kontribusi
agroindustri komoditas jeruk siam dalam meningkatkan pendapatan dipercaya
dapat menumbuhkan sentra pengembangan jeruk baru. Ketersediaan varietas
unggul, baik dari segi mutu maupun produktivitas yang sesuai dengan kebutuhan
konsumen menjadi sebuah kewajiban yang harus dipenuhi dalam era pasar bebas.
Peningkatan produksi jeruk nasional utamanya jeruk siam perlu terus ditingkatkan
agar keseimbangan permintaan dan pendapatan dapat tercapai. Komoditas jeruk
siam memiliki prospek dan potensi pasar yang sangat baik di dalam maupun di
luar negeri, maka pengusahaan komoditas tersebut memerlukan peningkatan baik
dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik terkait
komoditas jeruk siam pada tahun 2017 terjadi peningkatan pada luas lahan di
Negara Indonesia dari tahun 2014 sampai tahun 2016, namun pada produksi dan
produktivitas terjadi naik turun. Kenaikan luas lahan menjadi salah satu faktor
yang mempengaruhi jumlah produksi dan persentase produktivitas komoditas
jeruk siam yang ada di Negara Indonesia. Luas lahan, produksi, dan produktivitas
merupakan hal yang saling berikatan satu sama lain. Berikut adalah data luas
lahan, produksi, dan produktivitas tanaman Jeruk Siam pada tahun 2014 - 2016 di
Negara Indonesia.
3

Tabel 1.1 Luas Lahan, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Jeruk Siam Tahun 2014-2016 di Negara Indonesia.
Tahun Luas Lahan Produksi Produktivitas
2014 51.098 1.785.256 34,97
2015 51.420 1.744.330 36,25
2016 62.363 2.014.206 33,38
Total 164.881 5.543.792 104,6
Sumber : Badan Pusat Statistik (2017)
Berdasarkan data Tabel 1.1, luas lahan, produksi, dan produktivitas
tanaman jeruk siam tahun 204-2016 di Negara Indonesia pada tahun 2014 terdapat
luas lahan sebesar 51.098 dan produksi sebesar 1.785.256 dengan produktivitas
sebesar 34,97. Pada tahun 2016 terdapat luas lahan sebesar 62.363 hektar dan
produksi sebesar 2.014.206 dengan produktivitas sebesar 33,38. Produktivitas
pada tahun 2014 lebih besar dibandingkan dengan tahun 2016 dikarenakan lahan
yang luas memerlukan tenaga kerja yang lebih banyak sehingga semakin
bertambahnya luas lahan semakin banyak pula pengeluaran dalam pembudidayaan
dan teknologi yang digunakan. Produktivitas juga dipengaruhi oleh modal yang
bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman jeruk siam. Umur tanaman jeruk
siam juga mempengaruhi produktivitas karena semakin tua umur tanaman akan
semakin sedikit memproduksi buah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik komoditas jeruk siam pada tahun
2017 terjadi kenaikan pada luas lahan di daerah Provinsi Jawa Timur pada tahun
2014 sampai tahun 2016. Peningkatan luas lahan yang terjadi di Jawa Timur ini
mempengaruhi produksi dan produktivitas komoditas jeruk siam di Provinsi Jawa
Timur pada tahun 2014 sampai tahun 2016. Komoditas jeruk siam ini dapat
meningkatkan perekonomian di Provinsi Jawa Timur karena merupakan salah satu
komoditas yang cocok diusahakan mengingat kondisi lahan dan topografi yang
sesuai. Berikut adalah data luas lahan, produksi, dan produktivitas tanaman jeruk
siam pada tahun 2014 - 2016 yang terjadi di Provinsi Jawa Timur.
Tabel 1.2 Luas Lahan, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Jeruk Siam Tahun 2014-2016 di Provinsi Jawa Timur.
Tahun Luas Lahan Produksi Produktivitas
2014 14.480 568.774 39,28
2015 15.116 480.395 31,78
2016 25.856 837.369 32,40
Total 55.452 1.886.538 103,46
Sumber : Badan Pusat Statistik (2017)
4

Berdasarkan Tabel 1.2, luas lahan, produksi, dan produktivitas tanaman


jeruk siam tahun 2014-2016 di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014 terdata luas
lahan komoditas jeruk siam sebesar 14.480 hektar, produksi komoditas jeruk siam
sebesar 568.774 dengan produktivitas 39,28. Pada tahun 2015 terjadi peningkatan
luas lahan sebesar 636, namun terjadi penurunan pada produksi sebesar 88.379
dan produktivas sebesar 7,5. Produksi dan produktivitas pada tahun 2015
mengalami penurunan yang disebabkan oleh luas lahan yang memerlukan
pengawasan lebih dalam pengelolaannya, semakin luas lahan yang dimanfaatkan
maka semakin banyak perlakuan yang dibutuhkan. Perlakuan yang dibutuhkan
dalam pengelolaan dapat berupa penggemburan tanah dengan cara dibajak yang
membutuhkan lebih banyak tenaga kerja yang mengakibatkan bertambahnya
pengeluaran yang berpengaruh pada pendapatan petani.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik komoditas jeruk siam pada tahun
2017 di daerah Kota Malang terjadi penurunan pada produksi dan produktivitas
dari tahun 2014 sampai tahun 2016. Penurunan data produksi dan produktivitas ini
dapat mempengaruhi perekonomian di Kota Malang. Penurunan pada produksi
dan produktivitas juga dapat mengakibatkan turunnya pendapatan petani. Berikut
merupakan data produksi dan produktivitas tanaman jeruk siam pada tahun 2014-
2016 di Kota Malang.
Tabel 1.3 Produksi dan Produktivitas Tanaman Jeruk Siam Tahun 2014-2016 di Kota Malang
Tahun Produksi Produktivitas
2014 5.888 1,16
2015 5.875 1,16
2016 5.429 0,72
Total 17.192 3,04
Sumber : Badan Pusat Statistik (2017)
Berdasarkan Tabel 1.3, produksi dan produktivitas tanaman jeruk siam
tahun 2014-2016 di Kota Malang pada tahun 2014 dan tahun 2015 memiliki data
produktivitas komoditas jeruk siam yang sama namun memiliki data produksi
komoditas jeruk siam yang berbeda, hal ini dikarenakan umur tanaman yang
sudah tua menyebabkan produksi tanaman Jeruk Siam menurun. Penurunan
produksi Jeruk Siam juga diikuti dengan menurunya produktivitas tanaman,
namun produktivitas tanaman pada tahun 2014 dan 2015 mencapai nilai yang
5

sama yaitu sebesar 1,16%. Kondisi ini disebabkan oleh faktor-faktor produksi
yang meliputi perencanaan, pengkordinasian, dan pengendalian produksi.
Peningkatanproduktivitas akan berjalan dengan baik apabila semua faktor
produksi berjalan dengan baik.
Menurut Intan dkk. (2019), potensi desa memiliki pengertian sebagai suatu
daya, kekuatan, kesanggupan dan kemampuan yang dimiliki oleh suatu desa yang
mempunyai kemungkinan besar untuk bisa dikembangkan sehinga sebuah tujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dapat tercapai. Potensi desa
juga dapat digunakan untuk menggerakkan roda perekonomian nasional melalui
adanya pemasukan yang diperoleh dari potensi desa yang bisa dijadikan sebagai
tempat wisata. Desa Pujon Kidul memiliki potensi yang besar dengan didukung
sumber daya alam yang melimpah serta kondisi lahan dan topografi yang sesuai.
Desa pujon Kidul awalnya hanya merupakan sebuah desa biasa sebelum
berkembang menjadi desa wisata seperti sekarang ini. Desa Pujon Kidul
berkembang menjadi desa wisata karena potensi desa berupa peternakan,
pertanian, sosial budaya, dan potensi alam yang melimpah menjadi sebuah sebab
terbentuknya desa wisata. Desa Wisata Pujon Kidul memanfaatkan kekayaan
sumber daya alam sebagai sebuah sarana untuk mengembangkan wisata edukasi
pertanian serta cafe sawah yang cukup populer dan banyak dikunjungi. Desa
Wisata Pujon Kidul berpotensi untuk mendatangkan wisatawan baik lokal
maupun mancanegara karena memiliki kecantikan alam, sumber daya dan
kegiatan penduduk yang beragam. Destinasi wisata di Desa Pujon Kidul ini
menawarkan suasana alam alami yang erat hubungannya dengan suasana
pedesaan, tradisional, dan kekeluargaan.
Desa Pujon Kidul memiliki potensi yang cukup besar dalam kegiatan
pertanian dan wisata. Sektor pertanian dan wisata di Desa Pujon Kidul menjadi
kawasan edukasi yang mempelajari tentang pertanian. Desa Pujon Kidul juga
mengembangkan budidaya tanaman hortikultura berupa komoditas tanaman jeruk
siam. Tanaman jeruk siam di Desa Pujon Kidul dapat tumbuh dengan baik dan
menghasilkan produk yang berkualitas karena didukung oleh kondisi iklim, jenis
tanah, dan topografi yang sesuai dengan kebutuhan tanaman jeruk siam. Tanaman
6

jeruk siam menjadi salah satu komoditas unggulan yang ada di Desa Pujon Kidul
dan banyak dipasarkan ke luar daerah. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti
ingin mengetahui mengenai identifikasi komoditas jeruk siam berdasarkan empat
aspek yaitu teknologi dan budidaya, agroindustri, kelembagaan, dan pemasaran di
Desa Pujon Kidul Kecamatan Pujon Kabupaten Malang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana teknologi dan budidaya yang diterapkan pada komoditas jeruk
siam di Desa Pujon Kidul Kecamatan Pujon Kabupaten Malang ?
2. Bagaimana aspek agroindustri komoditas jeruk siam di Desa Pujon Kidul
Kecamatan Pujon Kabupaten Malang ?
3. Bagaimana aspek kelembagaan terkait komoditas jeruk siam di Desa
Pujon Kidul Kecamatan Pujon Kabupaten Malang ?
4. Bagaimana aspek pemasaran terkait komoditas jeruk siam di Desa Pujon
Kidul Kecamatan Pujon Kabupaten Malang ?

1.3 Tujuan dan Manfaat


1.3.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui teknologi dan budidaya yang diterapkan pada
komoditas jeruk siam di Desa Pujon Kidul Kecamatan Pujon
Kabupaten Malang.
2. Untuk mengetahui aspek agroindustri komoditas jeruk siam di Desa Pujon
Kidul Kecamatan Pujon Kabupaten Malang.
3. Untuk mengetahui aspek kelembagaan terkait komoditas jeruk siam di
Desa Pujon Kidul Kecamatan Pujon Kabupaten Malang.
4. Untuk mengetahui aspek pemasaran terkait komoditas jeruk siam di Desa
Pujon Kidul Kecamatan Pujon Kabupaten Malang.

1.3.2 Manfaat
1. Bagi petani, diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi dalam
pengembangan komoditas jeruk siam.
7

2. Bagi mahasiswa, diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk


mengkaji penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan usahatani
komoditas jeruk siam.
3. Bagi pemerintah, diharapkan dapat menjadi acuan dalam menetapkan
kebijakan terkait pengembangan komoditas jeruk siam.
BAB 2. GAMBARAN UMUM WILAYAH

2.1 Sejarah Desa Pujon Kidul Kecamatan Pujon Kabupaten Malang


Pujon dahulunya merupakan hutan belantara yang tidak berpenghuni.
Awal mula nama Pujon yaitu berasal dari nama seorang pertapa yang singgah di
daerah tersebut yaitu Fauzan atau Ki Ageng Selo, beliau terkenal sebagai sosok
yang bijaksana serta taat kepada Tuhan sehingga beliau terkenal hingga ke seluruh
daerah di sekitarnya. Mulai dari situ masyarakat menyebut tempat yang awalnya
digunakan untuk pertapaan Ki Ageng Selo dengan sebutan Pujon. Sejarah Desa
Pujon Kidul sendiri ini berawal dari dua orang yang bernama Mbah Brojonolo dan
Den Ajeng Karsinah yang pada tahun 1901 membuka sebuah hutan atau yang
biasa disebut dengan kegiatan babat alas. Hutan yang dibabat merupakan hutan di
daerah barat, namun Mbah Brojonolo dan Den Ajeng Karsinah saat membabat
hutan ini kehilangan arah. Mbah Brojonolo dan Den Ajeng Karsinah kemudian
mencoba melalui hutan dengan terus melakukan pembabatan. Hutan ini kemudian
terbagi menjadi dua bagian yaitu di sebelah utara dan di sebelah selatan serta dari
situlah mulai terbentuk pemerintahan desa dengan kepala pemerintah pertama kali
yaitu Bapak Aris. Berikut merupakan peta wilayah Desa Pujon Kidul.

Gambar 2.1 Peta Wilayah Desa Pujon Kidul

8
9

2.2 Kondisi Geografi Desa Pujon Kidul Kecamatan Pujon Kabupaten


Malang
Kecamatan Pujon merupakan salah satu daerah yang berada di Kabupaten
Malang Provinsi Jawa Timur. Pujon memiliki luas wilayah 130,75 km² atau
sekitar 4,39% total luas Kabupaten Malang. Kecamatan Pujon terdiri dari 10 desa
yang mayoritas berada pada lereng gunung sehingga karakteristik wilayahnya
berupa perbukitan dan pegunungan. Terdapat salah satu desa yang memanfaatkan
kondisi alamnya sebagai sektor wisata yaitu Desa Pujon Kidul. Desa ini memiliki
luas wilayah seluas 27,23 km² atau sekitar 330 Ha. Letak geografis Desa Pujon
Kidul ini berada pada posisi 7º21’-7º31’ LS dan 110º10’-111º40’ BT. Wilayah
Desa Pujon Kidul terbagi menjadi tiga dusun yaitu Dusun Tulungrejo, Dusun
Krajan, dan Dusun Maron. Secara administratif Desa Pujon Kidul memiliki batas-
batas wilayah dengan daerah lain yaitu sebagai berikut.
Utara : Desa Ngroto
Barat : Desa Sukomulyo
Selatan : Hutan Milik Perhutani
Timur : Desa Pujon Lor
Berdasarkan data di atas, Desa Pujon Kidul berbatasan langsung dengan
desa-desa lainnya seperti Desa Ngroto, Desa Sukomulyo, dan Desa Pujon Lor
pada sebelah utara, barat, dan timur, serta selatan berbatasan dengan hutan milik
perhutani. Karakteristik topografi Desa Pujon Kidul berupa perbukitan dan
pegunungan yang memiliki ketinggian sekitar 1100 mdpl – 1200 mdpl. Jarak
tempuh desa ini untuk sampai ke kecamatan memerlukan waktu sekitar 10 menit
dengan jarak sejauh 3 km. Wilayah Desa Pujon Kidul terbagi atas beberapa
kawasan antara lain kawasan persawahan 84,70 Ha, pemukiman/pekarangan 45,80
Ha, tegal/kebun 192,10 Ha, dan lain-lain 2,5 Ha (BPS Kabupaten Malang, 2018).

2.3 Kondisi Demografi Desa Pujon Kidul Kecamatan Pujon Kabupaten


Malang
Keadaan demografis Desa Pujon Kidul meliputi seberapa besar jumlah
penduduk berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, mata pencaharian
serta kondisi sosial, dan juga kondisi pertaniannya. Penduduk merupakan orang
10

atau sekelompok orang yang tinggal di suatu daerah atau tempat tertentu. Jumlah
penduduk di setiap daerah pasti berbeda-beda, faktor yang mempengaruhi salah
satunya yaitu luas wilayah suatu daerah. Desa Pujon Kidul merupakan desa yang
memiliki jumlah penduduk paling sedikit diantara beberapa desa yang terletak di
Kecamatan Pujon Kabupaten Malang. Jumlah penduduk di Desa Pujon Kidul
berdasarkan jenis kelaminnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Desa Pujon Kidul berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Penduduk
Laki-Laki 2216
Perempuan 1917
Jumlah 4133
Sumber: BPS Kabupaten Malang (2018)
Berdasarkan Tabel 2.1, di atas jumlah penduduk di Desa Pujon Kidul
yang terdiri dari 9 RW dan 18 RT serta 1370 KK pada akhir tahun 2017 sebesar
4133 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 2216 jiwa dan perempuan
1917 jiwa. Rasio jenis kelamin di desa ini yaitu mencapai 115,59%. Desa Pujon
Kidul yang memiliki luas desa 27,23 km² atau sekitar 330 Ha ini memiliki
kepadatan penduduk yang mencapai 148 jiwa/km². Angka tersebut merupakan
angka yang cukup rendah dibandingkan desa lain yang ada di Kecamatan Pujon.
Jumlah penduduk di setiap daerah dapat dikategorikan berdasarkan
usianya. Menurut usianya penduduk dibedakan menjadi tiga jenis yaitu penduduk
belum produktif, produktif, dan tidak produktif. Penduduk belum produktif
merupakan penduduk yang memiliki rentang usia antara 0-15 tahun. Penduduk
usia produktif yaitu yang berusia antara 16-60 tahun, sedangkan untuk penduduk
tidak produktif merupakan penduduk yang memiliki usia 60 tahun ke atas.
Penduduk di Desa Pujon Kidul berdasarkan usianya dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Desa Pujon Kidul berdasarkan Usia
Rentang Usia Jumlah Penduduk
0-5 252
6-12 470
13-17 322
18-45 2013
>45 1394
Jumlah 4451
Sumber: sie.pujonkidul.desa.id
11

Berdasarkan Tabel 2.2, dapat diketahui bahwa penduduk di Desa Pujon


Kidul yang berusia produktif yaitu sebesar 2013 jiwa. Penduduk belum produktif
1004 jiwa dan penduduk yang tidak produktif 1394 jiwa. Usia produktif
mendominasi penduduk di desa ini. Jumlah penduduk usia produktif yang tinggi
dapat memberikan dampak positif bagi suatu daerah karena penduduk usia
produktif biasanya mempunyai kelebihan seperti fisik, tingkat kecerdasan, dan
kreativitas. Kelebihan tersebut dapat berguna untuk mendukung pelaksanaan
pembangunan di suatu daerah dalam segi perekonomian maupun sosial.
Perwujudan hal tersebut tentunya harus diimbangi dengan pendidikan yang tinggi.
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam suatu upaya guna
memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pendidikan dapat
meningkatkan taraf hidup seseorang karena dengan semakin tingginya tingkat
pendidikan yang ditempuh oleh seseorang maka akan semakin memudahkan
seseorang untuk mencari sebuah pekerjaan. Tingkat pendidikan yang tinggi dapat
menumbuhkan keterampilan dan kreativitas seseorang untuk membantu
mengembangkan dan membangun suatu daerah. Desa Pujon Kidul merupakan
desa yang mayoritas tingkat pendidikan penduduknya masih rendah, hal ini dapat
dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 2.3 Tingkat Pendidikan di Desa Pujon Kidul
Pendidikan Jumlah Penduduk
Strata II 1
Diploma IV/Strata I 29
Akademi/Diploma III/Sarjana Muda 13
Diploma I/II 8
SLTA/Sederajat 285
SLTP/Sederajat 622
Tamat SD/Sederajat 2297
Belum Tamat SD/Sederajat 494
Tidak/Belum Sekolah 726
Jumlah 4475
Sumber: sie.pujonkidul.desa.id
Berdasarkan Tabel 2.3, dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan di
masyarakat di Desa Pujon Kidul masih tergolong rendah, hal ini dapat dilihat dari
jumlah penduduk yang merupakan lulusan sarjana yaitu sejumlah 43 jiwa,
sedangkan untuk lulusan diploma yaitu sejumlah 8 jiwa. Kebanyakan penduduk di
12

Desa Pujon Kidul dalam menempuh pendidikan hanya tamat SD/Sederajat yaitu
sejumlah 2297 jiwa dengan total jumlah penduduknya yaitu sejumlah 4475 jiwa.
Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan di Desa Pujon Kidul masih
tergolong rendah karena hampir sebagian penduduknya hanya tamat SD/Sederajat
dalam menempuh pendidikan. Tingkat pendidikan ini dapat berpengaruh langsung
pada pekerjaan yang dimiliki oleh masyarakat Desa Pujon Kidul.
Mata pencaharian merupakan salah satu hal penting dalam berlangsungnya
kehidupan manusia. Mata pencaharian adalah pekerjaan atau aktivitas sehari-hari
yang dilakukan oleh manusia guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Melalui
pekerjaan manusia akan mendapatkan upah atau pendapatan yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jumlah penduduk Desa Pujon
Kidul yang semakin hari semakin meningkat juga menyebabkan pemenuhan akan
kebutuhan sehari-hari bertambah. Kondisi alam yang sesuai di Desa Pujon Kidul
membuat masyarakatnya memilih sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Berikut merupakan data mengenai jenis-jenis mata pencaharian
penduduk Desa Pujon Kidul.
Tabel 2.4 Jenis Mata Pencaharian Penduduk Desa Pujon Kidul
Jenis Mata Pencaharian Jumlah Penduduk
Wiraswasta 345
Pertanian 1493
Peternakan 67
Pemerintahan 9
Pedagang 57
Jasa 28
Pelajar/Mahasiswa 629
PNS 6
Mengurus rumah tangga 729
Sektor lain 629
Belum/Tidak bekerja 952
Jumlah 4475
Sumber: sie.pujonkidul.desa.id
Berdasarkan Tabel 2.4, dapat diketahui bahwa masyarakat Desa Pujon
Kidul mayoritas bermata pencaharian sebagai petani yang berjumlah 1493 orang.
Pertanian menjadi sektor unggulan yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
Desa Pujon Kidul. Penduduk Desa Pujon Kidul memilih bekerja pada sektor
13

pertanian karena kondisi alam dan kesesuaian lahan desa ini yang sangat
mendukung untuk budidaya komoditas pertanian khususnya pada sub-sektor
hortikultura. Sub-sektor hortikultura memberikan dampak besar pada
perekonomian masyarakat Desa Pujon Kidul.
Desa Pujon Kidul merupakan sebuah desa yang terletak di Provinsi Jawa
Timur sehingga di desa ini masih kental dengan adat budaya masyarakat jawa.
Kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Pujon Kidul masih dipengaruhi oleh nilai-
nilai dan kebudayaan Jawa, seperti pada saat melaksanakan ritual keagamaan.
Masyarakat di Desa Pujon Kidul masih menjalankan budaya penanggalan jawa,
kemudian masih ada acara-acara seperti slametan, mitoni, bersih desa, dan juga
slametan untuk memperingati kerabat yang meninggal serta masih banyak lagi.
Keadaan sosial budaya masyarakat di Desa Pujon Kidul tetap dilestarikan karena
merupakan warisan dari sesepuh terdahulu serta juga merupakan bentuk kearifan
lokal desa tersebut.
Karakteristik wilayah Desa Pujon Kidul yang merupakan daerah
perbukitan dan pegunungan cocok untuk mengembangkan budidaya sektor
pertanian. Desa Pujon Kidul saat ini masih menerapkan sistem pertanian semi-
modern, hal ini ditandai dengan masih adanya pengolahan lahan pertanian yang
menggunakan bantuan cangkul dan hand tractor. Kondisi tanah dan iklim Desa
Pujon Kidul cocok untuk kegiatan budidaya tanaman pertanian khususnya
tanaman hortikultura. Tanaman hortikultura yang banyak dikembangkan di Desa
Pujon Kidul mencakup berbagai jenis sayur-sayuran, buah-buahan, dan tanaman
hias. Tanaman tersebut cocok dibudidayakan di Desa Pujon Kidul karena kondisi
tanah yang mendukung yaitu tanah andisol yang merupakan tanah dari abu
vulkanik yang berasal dari letusan gunung berapi. Komoditas unggulan pada sub-
sektor hortikultura di Desa Pujon Kidul salah satunya adalah tanaman jeruk siam.
Tanaman jeruk siam dapat tumbuh dengan baik karena karakteristik wilayah yang
sesuai dengan kebutuhan tanaman yaitu berupa keadaan topografi, iklim, dan jenis
tanahnya. Dukungan dari keadaan lingkungan tersebut membuat produksi
tanaman jeruk siam menghasilkan produk yang berkualitas, hal ini terbukti dengan
banyaknya hasil produksi tanaman jeruk siam yang dipasarkan ke luar daerah.
14

Petani di Desa Pujon Kidul dalam kegiatan budidaya tanaman pertanian memilih
mengembangkan sistem tumpang sari, hal ini dikarenakan untuk mengantisipasi
jika salah satu komoditas pertanian yang dibudidayakan harganya sedang
menurun. Tanaman jeruk siam juga dapat ditumpang sarikan dengan tanaman
hortikultura lainnya seperti sayur-sayuran yang memiliki masa panen lebih pendek
dibandingkan dengan tanaman jeruk siam.
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Teknologi dan Budidaya Komoditas Jeruk Siam di Desa Pujon Kidul
Kecamatan Pujon Kabupaten Malang
Tanaman jeruk (Citrus sp.) merupakan salah satu tanaman buah yang
digemari banyak orang. Tanaman jeruk merupakan tanaman perennial atau
tanaman tahunan yang berasal dari Asia Tenggara, khususnya Cina. Cina
dipercaya menjadi tempat pertama kali jeruk tumbuh. Buah jeruk di Indonesia
tumbuh secara alami maupun dibudidayakan di lahan pekarangan sejak ratusan
tahun lalu. Tanaman jeruk di Indonesia beragam contohnya yaitu yang sangat
terkenal seperti tanaman jeruk manis dan jeruk keprok. Jeruk manis di Indonesia
merupakan peninggalan dari bangsa Belanda, sedangkan untuk jeruk keprok
sendiri berasal dari negara Amerika dan Italia (Sobir, 2009).
Buah jeruk memiliki bebagai macam jenis salah satunya yaitu Jeruk Siam
(Citrus nobilis var. Microcarpa). Nama siam berasal dari daerah asal buah ini
sendiri yaitu Siam (Muangthai), di negara ini jeruk siam dikenal dengan sebutan
som kin wan. Awal masuknya tanaman jeruk siam di Indonesia yaitu diawali oleh
seorang warga negara asing yang berasal dari Cina yang tidak diketahui namanya
menanam dan membudidayakan jeruk siam di daerah Kalimantan Barat,
kemudian budidaya tanaman jeruk siam ini diteruskan oleh H. A. Rani dan Lim
Kun Sin di Desa Bekut Kecamatan Tebas hingga daerah ini menjadi sentral
produksi jeruk siam di Kalimantan Barat (Sugito, 2002).
Buah jeruk yang ada saat ini memiliki berbagai macam jenis baik berupa
jeruk lokal maupun jeruk impor. Buah jeruk merupakan buah yang kaya akan
vitamin C dan memiliki rasa asam kemanis-manisan, selain itu kandungan air
yang terdapat dalam buah jeruk ini memberikan rasa kesegaran yang mampu
menghilangkan dahaga pada saat musim panas sehingga buah jeruk banyak
digemari orang. Tanaman jeruk merupakan tanaman perennial yang masuk ke
dalam jenis tanaman dikotil atau tanaman berkeping dua yang memiliki berbagai
macam spesies. Jeruk masuk ke dalam famili Rutaceae dimana dalam famili ini
masih terbagi lagi menjadi banyak spesies jeruk yang mencapai sekitar 1300
spesies, dari banyaknya jenis jeruk yang ada terdapat jeruk yang terkenal salah

15
16

satunya yaitu jeruk siam yang berasal dari subtribe Citirinae. Jeruk siam
merupakan salah satu bagian kecil dari sekian banyak jenis jeruk yang dikenal
masyarakat luas. Menurut Saparinto dan Susiana (2016), klasifikasi tanaman
jeruk siam adalah sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus nobilis var. Microcarpa
Morfologi tanaman jeruk siam memiliki ciri-ciri tertentu baik dari segi
akar, batang, daun, bunga, dan buahnya sendiri. Akar tanaman jeruk siam terdiri
dari akar akar tunggang, akar serambut, dan akar rambut. Pohon jeruk siam
memiliki ketinggian kurang lebih 2,5-3 meter, pohon jeruk siam memiliki cabang
yang banyak dan ditumbuhi dedaunan yang agak lebat sehingga membuat
tanaman ini cukup rindang. Daun jeruk siam berbeda dari daun tanamaman jeruk
lainnya, bentuk daunnya oval dan memiliki ukuran lebih besar. Ukuran daun jeruk
siam sekitar 7,5 x 3,9 cm dan memiliki sayap daun kecil, ujung daun agak terbelah
dan bagian pada pangkalnya meruncing. Bunga tanaman jeruk memiliki bau yang
harum dan tumbuh pada ketiak daun atau pucuk ranting yang masih muda. Bunga
ini memiliki mahkota sekitar lima helai, warna dari bunga ini berwarna putih atau
biasanya putih kekuning-kuningan. Buah jeruk siam memiliki ciri yang khas
seperti kulit buahnya yang tipis, permukaannya halus, mengkilap, licin, dan
umumnya menempel lekat pada daging buahnya. Buah jeruk siam umumnya
berbentuk bulat yang mempunyai diameter sekitar 2-30 cm. Warna buah jeruk
siam yaitu hijau pada saat buah belum masak dan saat masak berwarna hijau
kekuning-kuningan (Sugito, 2002).
17

Syarat tumbuh tanaman jeruk siam sama dengan jenis jeruk pada
umumnya. Jeruk merupakan tanaman yang tergolong mudah dalam beradaptasi
karena dapat tumbuh di beberapa tempat seperti daerah dataran rendah dan juga
dataran tinggi, namun hal ini juga tergantung dari jenis jeruknya. Jeruk akan
mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang baik apabila
kebutuhannya terpenuhi. Kebutuhan tersebut berupa dukungan yang diberikan
oleh keadaan tanah, iklim, cahaya matahari, kelembaban udara, dan ketinggian
tempat. Jenis tanah yang cocok untuk pertumbuhan jeruk adalah tanah andosol
dan latosol. Kondisi tanah tersebut harus memiliki kandungan air yang tidak
terlalu banyak dan juga harus selalu gembur, selain itu pH tanah optimum yaitu
sekitar 4,5-8,0. Tanaman jeruk harus memperoleh air yang cukup dan tidak
berlebihan karena jika airnya terlalu banyak dapat membahayakan kelangsungan
hidup tanaman jeruk. Tanaman jeruk membutuhkan suhu optimum yang berkisar
antara 20°C-30°C dan curah hujan optimum antara 1990-2400 mm setahun
dengan curah hujan minimum 1270 mm, serta jeruk juga memerlukan 5-6, 6-7,
atau 9 bulan basah. Sinar matahari yang cukup diperlukan agar pertumbuhan jeruk
dapat maksimal dan tidak terhambat, oleh karena itu pengaturan jarak tanam
diperlukan agar sinar matahari yang datang tidak tertutupi oleh tanaman lainnya.
Daerah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman jeruk adalah daerah yang
memiliki kadar kelembaban udara rata-rata 70%-80% dalam satu tahunnya.
Unsur-unsur sebagai syarat tumbuh tanaman jeruk tersebut harus terpenuhi karena
berhubungan dengan proses kelangsungan hidup, tingkat produksi, produktivitas
dan kualitas buah yang dihasilkan oleh tanaman jeruk (Servina, 2019).
Menurut Budiyati dkk. (2016), tanaman jeruk memiliki keanekaragaman
yang cukup tinggi karena terdapat banyak genus dan spesies jeruk yang beraneka
ragam. Genus dari tanaman jeruk diantaranya yaitu Citrus, Microcitrus,
Fortunella, Poncirus, Cymenia, dan Eremocitrus. Genus yang banyak dikenal oleh
kalangan masyarakat saat ini adalah genus Citrus. Genus Citrus yang banyak di
budidayakan adalah Citrus reticulata blanco atau yang biasa dikenal dengan
istilah jeruk keprok. Jeruk keprok termasuk ke dalam golongan jeruk mandarin
(Citrus nobilis). Jeruk keprok yang ada di Indonesia ada dua jenis yaitu jeruk
18

keprok batu 55 dan jeruk keprok siam. Jeruk keprok batu 55 diantaranya yaitu
jeruk keprok boci, jeruk keprok brastepu, jeruk keprok garut, jeruk keprok soe,
jeruk keprok gayo, dan jeruk keprok siam. Jeruk keprok siam juga memiliki
berbagai macam jenis seperti jeruk siam madu, jeruk siam gunung omeh, jeruk
siam kintamani, jeruk siam jatibarang, jeruk siam klaten, jeruk siam kroya, dan
jeruk siam banjar.
Menurut Hutapea (2018), kandungan nilai gizi yang tedapat pada buah
jeruk siam cukup tinggi terutama kandungan vitamin C di dalamnya, sehingga
bermanfaat bagi kesehatan manusia apabila dikonsumsi secara rutin dan tidak
berlebihan. Jeruk merupakan tanaman buah-buahan yang memiliki banyak
kandungan gizi yang bermanfaat bagi makhluk hidup terutama manusia. Jeruk
memiliki kandungan vitamin C yang sangat tinggi yaitu berkisar antara 20-60
mg/100 gr. Vitamin C yang dihasilkan ini sangat bermanfaat bagi kesehatan
manusia karena vitamin C berperan sebagai antioksidan yang dapat menetralkan
radikal bebas hasil oksidasi lemak dan juga dapat meningkatkan sistem kekebalan
tubuh. Kandungan vitamin C pada buah jeruk ini juga bisa mencegah penyakit
yang dapat menyerang tubuh manusia seperti kanker, jantung, dan penuaan dini.
Kandungan gizi yang terdapat dalam buah jeruk tidak hanya vitamin C saja,
namun juga terdapat komponen gula sebesar 4,93-7,57 gr yang di dalamnya terdiri
dari senyawa glukosa, fruktosa, sukrosa, asam malat, dan asam sitrat.
Usahatani merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan
produksi hasil pertanian dengan cara memanfaatkan sumber daya yang ada,
dimana para petani atau keluarga petani memanfaatkan sumber daya yang ada
dengan cara bercocok tanam atau memelihara ternak. Usahatani dapat
memberikan petani keuntungan yang maksimal dengan mengolah faktor-faktor
produksi secara efisien. Usahatani pada dasarnya dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Usahatani yang berhasil disebabkan oleh beberapa faktor seperti
teknologi yang digunakan contohnya traktor. Usahatani merupakan sebuah
pengaplikasian oleh petani dalam mengolah faktor-faktor produksi seperti lahan
dan sumber daya yang mendukung sehingga dapat memberikan manfaat yang
sebaik-baiknya (Suratiyah, 2008).
19

Budidaya merupakan suatu usaha yang terencana untuk


mengembangbiakkan dan memelihara suatu tanaman atau hewan. Budidaya
dilakukan dengan tujuan melestarikan tanaman atau hewan sehingga manusia atau
petani atau keluarga petani dapat memperoleh manfaat dari tanaman atau hewan
tersebut. Manfaat tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia sehari-
hari. Pembudidayaan pada tanaman memiliki tahapan-tahapan dalam
melakukannya, pertama dilakukan penyiapan lahan kemudian pemilihan bibit dan
perawatan. Tahap perawatan membutuhkan pengawasan supaya tanaman
terhindar dari hama dan penyakit yang menyerang (Astuti, 2019).
Usahatani biasanya dikaitkan dengan budidaya tanaman yang dimulai dari
pengolahan lahannya sampai perawatan tanaman. Usahatani dan pembudidayaan
komoditas jeruk siam di Desa Pujon Kidul Kabupaten Malang dimulai dari
pengolahan tanah, kemudian akan dilanjutkan dengan penyediaan bahan tanam
berupa bibit. Bibit yang sudah siap kemudian akan dilakukan proses penanaman
tanaman jeruk siam, setelah itu perawatan pada tanaman jeruk juga diperlukan.
Perawatan ini mencakup pemupukan, pengairan, pemangkasan, penjarangan buah,
sanitasi dan pengendalian hama penyakit. Proses budidaya usahatani yang terakhir
adalah pemanenan.
Pengolahan tanah pada budidaya jeruk siam dimulai dari pembersihan
lahan dari tunggul pohon, batu-batuan dan sisa-sisa akar tanaman sampai bersih.
Lahan yang biasanya digunakan berupa lahan tegalan atau persawahan. Media
tanam untuk lahan tegalan langsung dibuat lubang tanam pada tanah, sedangkan
untuk lahan sawah media tanam dibuat gundukan (bedengan) berdiameter 1m x
1m x 1m. Media tanam bisa berasal dari lapisan atas tanah dicampur dengan
pupuk kandang dan pupuk kompos 20 kg/lubang. Sisa tanah bagian atas diratakan
pada lubang yang masih rumpang. Pengolahan tanah dilakukan sedemikian rupa
hingga lahan siap ditanami bibit (Malik dkk., 2019).
Bibit tanaman jeruk siam dapat diperoleh melalui tiga cara yaitu vegetatif,
generatif, serta penggabungan dari dua cara tersebut yaitu vegetatif dan generatif.
Bibit jeruk siam yang diperoleh melalui cara vegetatif dapat berupa bibit hasil
cangkokan maupun hasil setek. Cangkok dilakukan dengan cara menyayat dan
20

mengupas kulit sekeliling batang, sedangkan setek adalah menaam salah satu
bagian dari tanaman seperti batang, akar dan daun. Bibit yang berasal dari hasil
cangkokan memiliki kelebihan seperti sifat yang hampir sama dengan induknya
dan cepat menghasilkan buah, namun bibit ini juga memiliki kekurangan seperti
perakarannya yang kurang kuat sehingga tanaman akan mudah roboh. Tanaman
jeruk yang berasal dari bibit ini cocok ditanam pada lahan sawah atau lahan
pasang surut. Bibit hasil dari setek memiliki kelebihan yaitu memiliki sifat yang
sama dengan induknya, sedangkan kelemahannya adalah mudah mati ketika
disemaikan, serta tanaman dari bibit ini tidak memiliki akar tunggang sehingga
cocok di tanam di daerah pasang surut (Sugito, 2002).
Perbanyakan bibit secara generatif yaitu diperoleh dari penyemaian biji
jeruk siam hingga mendapatkan bibit baru. Bibit baru yang berasal dari biji
memiliki kelebihan yaitu memiliki perakaran yang lebih baik dan kuat, sedangkan
kekurangannya adalah tanaman ini membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
bisa berproduksi menghasilkan buah. Tanaman jeruk yang berasal dari bibit ini
biasanya mampu bertahan hidup sampai lebih dari 20 tahun, sedangkan untuk
tanaman jeruk siam yang berasal dari gabungan vegetatif dan generatif didapat
melalui okulasi. Bibit dari hasil okulasi ini merupakan bibit yang paling banyak
diminati karena merupakan gabungan dari 2 sifat unggul yang dimiliki induknya.
Bibit dari hasil okulasi ini memiliki kelebihan yaitu memiliki akar tunggang yang
kuat sehingga cocok ditanam pada lahan yang memiliki air tanah cukup dalam,
sedangkan untuk kekurangannya yaitu bibit ini membutuhkan waktu yang cukup
lama untuk bisa menghasilkan buah namun lebih cepat dari pada bibit yang
berasal dari biji (Sugito, 2002).
Bibit tanaman jeruk siam yang memiliki kualitas baik dapat berasal dari
penangkaran perusahaan benih yang sudah memiliki sertifikat kelayakan benih.
Bibit yang digunakan para petani harus berupa bibit unggul yang dicirikan
mempunyai akar serabut yang banyak, percabangan yang banyak serta daunnya
mengkilap hal ini untuk memenuhi bahan tanam sebagai dasar utama proses
pencapaian yang diinginkan petani jeruk. Bibit yang diperjual belikan dari
penangkar harus berlabel, bermutu dan berkualitas supaya para petani percaya
21

bibit tersebut memiliki kualitas dan bebas penyakit. Hal ini menjadikan petani
dapat berbudidaya secara optimal sampai menghasilkan produksi yang sehat
sehingga pihak konsumen merasa aman. Bibit tanaman jeruk siam yang digunakan
oleh para petani di Desa Pujon Kidul merupakan bibit yang diperoleh dari Balai
Penelitian Tanaman Jeruk dan Tanaman Subtropika (Balitjestro) sehingga mutu
dan kualitas jeruk siam yang dihasilkan terjamin (Jeffry dkk., 2017).
Proses penanaman jeruk siam diawali dengan pemasangan ajir kemudian
pembuatan lubang tanam. Penyiapan lubang tanam dilakukan setelah pengajiran
agar tanaman dapat diatur lurus, setelah ada lubang tanam biasanya akan diberi
pupuk dasar. Pupuk dasar untuk tanaman jeruk berupa pupuk kandang dan pupuk
fosfat. Jarak tanam jeruk siam yaitu 5x5 m dengan kedalaman lubang 50x50 cm
diatur sejajar ke arah timur-barat supaya bibit tanaman jeruk siam terkena sinar
matahari secara optimal, setelah bibit tertanam siram secukupnya. Penanaman
sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan agar lebih efisien terhadap
penggunaan tenaga. Petani jeruk pada umumnya menerapkan sistem tanam
tumpang sari pada usahataninya, hal ini juga berlaku pada usahatani jeruk siam di
Desa Pujon Kidul (Malik dkk., 2019).
Perawatan pada tanaman jeruk siam meliputi pemupukan, pengairan,
pemangkasan, penjarangan buah, sanitasi dan pengendalian hama penyakit.
Pemupukan pada tanaman jeruk siam dilakukan dengan menggunakan pupuk
anorganik dan organik seperti urea, ZA, NPK agar tanaman jeruk dapat
berproduksi secara maksimal. Petani biasanya melakukan pemupukan 3-4 bulan
sekali dengan menggunakan pupuk anorganik N.P.K. Petani di Desa Pujon Kidul
juga memanfaatkan pupuk organik seperti pupuk kandang dan pupuk kompos
sebagai penambah kesuburan pada tanah serta memenuhi unsur mikro tanah.
Perbandingan pupuk organik dan anorganik adalah 2,5:1. Pemberian pupuk
organik dilakukan setiap 10 bulan sekali pada tanaman jeruk siam dengan dosis
1,4 kg/petak (Purba dan Purwoko, 2019).
Pengairan pada tanaman jeruk siam sangat diperlukan, karena untuk
menunjang keberlangsungan hidup tanaman. Pengairan pada tanaman jeruk siam
berupa pengairan permukaan, yaitu pengairan dilakukan melalui parit-parit yang
22

ada di setiap sisi alur tanaman atau dengan membuat cekungan yang mengikuti
bentuk tajuk pohon terluar. Pengairan sangat diperlukan khususnya pada masa
vegetatif karena jika kekurangan akan menghambat pertumbuhan tunas dan akar,
namun pada fase generatif kekurangan air juga dapat menyebabkan bunga dan
buah rontok. Sistem pengairan yang ada di Desa Pujon Kidul merupakan
pengairan bergilir jadi setiap petani akan menerima jatahnya sendiri-sendiri
dengan waktu yang sudah ditentukan (Sobir, 2009).
Pemangkasan pada tanaman jeruk siam berguna untuk mengelola
percabangan pada tanaman sehingga tanaman tidak tumbuh terlalu tinggi dan
mudah dikelola. Budidaya tanaman jeruk siam akan berjalan efektif dan efisien
apabila teknik yang diterapkan sesuai, seperti teknik pemangkasan. Pemangkasan
yang banyak diterapkan oleh masyarakat yaitu pemangkasan bentuk dan
pemangkasan pemeliharaan. Pemangkasan bentuk pada tanaman jeruk siam
diterapkan pada tahun pertama yang tingginya sudah melebihi 75 cm. Pucuk
tanaman akan dipangkas menjadi setinggi ± 60 cm yang kemudian akan dipelihara
4- 5 tunas. Tunas yang dipelihara tersebut akan menjadi cabang yang kemudian
akan dipilih 3 cabang utama yang akan dipertahankan. Pemangkasan
pemeliharaan dilakukan pada tanaman jeruk siam yang produktif yang bertujuan
untuk menyeimbangkan pertumbuhan vegetatif tanaman dan untuk melaksanakan
sanitasi kebun. Pemangkasan pemeliharaan dilakukan dengan membuang bagian
tanaman yang tidak produktif, seperti cabang balik, tangkai bekas buah, dan
cabang atau ranting yang sakit. Pemangkasan pemeliharaan pada tanaman jeruk
siam biasanya dilaksanakan apabila telah melewati masa panen. Pemangkasan
terhadap tanaman jeruk siam juga dilakukan secara berkala agar dapat
meningkatkan kemampuan berproduksi tanaman, seperti dilakukan pada saat
musim hujan (Datika dkk., 2018).
Menurut Datika dkk. (2018), penjarangan merupakan kegiatan untuk
mengurangi jumlah buah yang terdapat dalam setiap tanaman jeruk siam hingga
sesuai dengan daya dukung tanaman. Teknik penjarangan pada tanaman jeruk
siam dilakukan untuk menghasilkan buah yang memiliki ukuran besar, berkualitas
dan seragam. Penjarangan buah jeruk siam dilakukan dengan memelihara 2-3
23

buah per pucuk cabang dengan menggunakan gunting pangkas. Buah yang tidak
memenuhi kriteria seperti cacat, terserang hama dan penyakit, dan memiliki
ukuran yang kecil harus dibuang agar tidak menular ke buah lainnya.
Sanitasi yang dilakukan untuk merawat tanaman jeruk adalah dengan cara
membersihkan gulma yang tumbuh di sekitar tanaman jeruk. Gulma merupakan
tanaman yang tidak diinginkan kehadirannya dan bersifat sebagai pengganggu
tanaman utama. Pembersihan gulma perlu dilakukan agar tidak terjadi perebutan
unsur hara antara tanaman produksi yaitu jeruk dengan gulma itu sendiri, selain
itu juga bertujuan untuk mengurangi hama dan penyakit karena gulma dapat
dijadikan sebagai inang bagi hama maupun penyakit tersebut. Cara yang dapat
dilakukan untuk mengendalikan gulma ada 2 yaitu cara manual dan kimiawi,
secara manual seperti menggunakan cangkul atau tangan langsung, sedangkan
secara kimiawi menggunakan herbisida. Pembudidayaan pada jeruk siam
terkadang mengalami kendala selain tumbuhnya gulma tetapi juga dapat berupa
hama dan penyakit (Saparinto dan Susiana, 2016).
Hama adalah hewan atau binatang yang berpotensi merusak tanaman serta
merugikan ekonomi manusia. Pada budidaya tanamana jeruk siam ada beberapa
spesies hama dan penyakit yang menyerang tanaman jeruk siam. Hama yang
menyerang jeruk siam antara lain yaitu Toxoptera sp., Aphis gossypii, Aonidiella
aurantii, Lepidosaphes beckii, Myzus persicae, Aleurocanthus woglumi,
Planococcus citri dan Bemisia, sedangkan untuk penyakitnya adalah CVPD
(Citrus Vein Phloem Degeneration) yang perlu diwaspadai karena merupakan
penyakit berbahaya. Penyakit ini sangat berbahaya karena mudah menular dan
apabila tanaman sudah terserang tanaman akhirnya akan mati, dan selama masih
hidup penyakit ini dapat menyebabkan penurunan produksi dan produktivitas
tanaman jeruk. Hama yang menyerang tanaman buah-buahan di Desa Pujon Kidul
adalah lalat buah, hama ini menyebabkan buah akan rontok sebelum masanya
serta dapat menyebabkan busuk buah (Syafitri dkk., 2017).
Penanggulangan hama dan penyakit tanaman dapat cara kimiawi maupun
dengan mekanik. Hama penyakit yang sering dijumpai pada tanaman jeruk siam
di Desa Pujon Kidul yaitu lalat buah dan kutu-kutuan yang mempengaruhi
24

pertumbuhan tanaman jeruk serta dapat juga menyebabkan buah rontok.


Penyemprotan pestisida perlu dilakukan secara rutin guna memantapkan hasil
produktivitas yang tinggi. Pengendalian hama di Desa Pujon Kidul dapat
dilakukan dengan cara membuat perangkap hama serangga lalat buah, perangkap
tersebut disebut dengan perangkap kuning (yellow trap), perangkap ini biasanya
digantung pada tiang yang dipasang diantara pohon-pohon jeruk. Pengendalian
hama juga dapat dilakukan dengan melakukan penanaman tanaman refugia.
Tanaman ini merupakan tanaman yang umumnya meiliki warna-warna yang cerah
seperti tanaman hias. Tanaman refugia di Desa Pujon Kidul contohnya seperti
bunga matahari, bunga marigold, dan lain-lain. Penanaman bunga-bunga ini untuk
mengalihkan perhatian hama supaya hama tidak langsung menyerang tanaman
utama serta dapat meminimalisir kehilangan hasil produksi yang ingin dicapai
oleh sekelompok usahatani (Datika dkk., 2018).
Pemanenan tanaman jeruk siam di Desa Pujon Kidul rata–rata dilakukan
saat tanaman jeruk sudah berumur antara tiga sampai enam tahun. Tanaman jeruk
siam yang siap panen memiliki ciri-ciri jika dipijat tidak terlalu keras dan pada
bagian bawah terasa lunak, kulit buah mulai berwarna kuning, dan tidak berbunyi
jika dipukul. Pemanenan harus memilih jeruk siam yang benar–benar matang,
karena jeruk siam bukan tipe buah untuk diperam. Waktu dalam pemanenan buah
jeruk siam harus memperhatikan tingkat kematangannya yang dapat diketahui dari
tampilan fisiknya agar memperoleh buah yang berkualitas (Sugito, 2002).
Teknologi merupakan sarana atau alat yang berfungsi untuk
mempermudah pekerjaan manusia atau membantu pekerjaan manusia agar bisa
lebih efektif dan efisien. Perkembangan era globalisasi yang cukup pesat
berdampak pada kemunculan teknologi-teknologi baru yang semakin
berkembang. Perkembangan teknologi tersebut dapat terjadi karena manusia
menggunakan akal pikirannya untuk mencari sebuah solusi dalam mengatasi
masalah yang dihadapinya. Kemajuan teknologi yang terjadi saat ini tidak dapat
dihindari karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan berpengaruh terhadap segala aspek pada keberlangsungan
kehidupan manusia (Budiman, 2017).
25

Teknologi yang berkembang pada saat ini umumnya dapat dibagi menjadi
teknologi tradisional dan teknologi modern. Teknologi tradisional berhubungan
dengan penggunaan alat-alat yang masih sederhana, sedangkan teknologi modern
berhubungan dengan penggunaan alat-alat yang sudah semakin canggih. Sektor
pertanian mulai terlibat dengan keberadaan teknologi yang berkembang sangat
cepat dan pesat. Petani yang awalnya hanya menggunakan teknologi tradisional
untuk membantu dalam penggarapan sawah kini sudah mulai beralih kepada
penggunaan teknologi modern. Dampak tersebut dapat dilihat dari penggunaan
hand tractor, mesin pompa air, alat semprot, penggunaan pupuk kimia dan
pestisida kimia. Keberadaan teknologi modern dalam sektor pertanian tersebut
memberikan dampak positif seperti waktu yang dibutuhkan lebih efisien, namun
juga memberikan dampak negatif seperti berkurangnya lapangan pekerjaan bagi
para buruh tani. Penerapan teknologi pertanian modern yang tidak seimbang dan
tidak terkontrol oleh petani dapat menyebabkan ketergantungan terhadap
penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia, sehingga dapat merusak
keseimbangan lingkungan (Kuntariningsih dkk., 2014).
Teknologi juga diperlukan dalam budidaya tanaman hortikultura seperti
budidaya tanaman jeruk siam. Keberadaan teknologi dapat membantu proses
budidaya jeruk siam agar menghasilkan hasil panen yang berkualitas unggul.
Teknologi yang digunakan tersebut tidak hanya mengenai penggunaan mesin saja,
namun juga bisa berupa penerapan pola tanam. Penerapan pola tanam tersebut
biasanya dilakukan oleh petani dengan sistem tumpang sari. Tumpang sari
merupakan metode bercocok tanam yang menanam dua tanaman atau lebih dalam
satu lahan. Sistem tumpang sari ini diterapkan oleh petani dalam upaya untuk
mengantisipasi harga jual produksi yang sedang menurun. Petani biasanya
mengkombinasikan sistem tumpang sari antara tanaman jeruk siam dengan
tanaman lain seperti kopi, ketela pohon, ketela rambat, jagung dan tanaman
lainnya termasuk jenis rumput gajah yang bisa digunakan untuk pakan ternak.
Sistem tumpang sari jeruk siam juga dapat dilakukan dengan beberapa jenis
sayuran seperti mentimun, tomat, dan kubis dengan tanaman jeruk siam sebagai
tanaman utama (Yawan dkk., 2017).
26

Menurut Ambarsari dkk. (2019), kendala yang dihadapi dalam proses


usahatani dan budidaya tanaman jeruk siam yaitu dari segi perawatan yang kurang
optimal. Serangan HPT serta kurangnya pengendalian menggunakan bahan
pestisida yang ramah lingkungan juga merupakan bentuk kendala yang dihadapi
pada usaha budidaya tanaman jeruk. Bibit tanaman jeruk sendiri juga masih
banyak yang belum tahan terhadap CVPD (citrus vein phloem degeneration),
selain itu para petani juga kurang cermat untuk mengamatinya karena mayoritas
pengetahuan petani masih tergolong rendah. Kendala yang sering terjadi saat
melakukan usaha budidaya tanaman jeruk selain perawatan adalah kurangnya
lahan yang lebar, hal ini disebabkan karena semakin sempitnya lahan untuk
pertanian sehingga sangat sulit mencari lahan yang luas dan cocok untuk ditanami
tanaman jeruk. Lahan yang sempit diakibatkan karena adanya alih fungsi lahan
pertanian sebagai lahan pemukiman dan juga industri.
Solusi yang dapat diberikan untuk mengatasai berbagai macam kendala di
atas yaitu dengan memberikan pengarahan terhadap budidaya tanaman jeruk siam
kepada para petani serta juga tentang pengaturan lokasi penanaman supaya para
petani bisa lebih efektif sehingga dapat mempertahankan dan meningkatan
budidaya serta produksi dan produktivitas tanaman jeruk siam. Pengendalian HPT
pada tanaman jeruk siam dapat dilakukan dengan cara mencarikan jalan alternatif
pada petani untuk mengendalikan hama penyakit tanaman yang bersifat ramah
terhadap lingkungan sehingga usahatani komoditas jeruk siam yang dilaksanakan
di Desa Pujon Kidul akan berjalan efektif dan efesien. Teknologi pengendalian
hama dan penyakit juga diperlukan agar tanaman jeruk siam dapat terhindar dari
serangan hama dan penyakit, yaitu dengan melaksanakan Pengelolaan Kebun
Jeruk Sehat (PKJS) (Salamiah dan Aziza, 2018).

3.2 Pengolahan Hasil Komoditas Jeruk Siam di Desa Pujon Kidul


Kecamatan Pujon Kabupaten Malang
Pengolahan hasil pertanian adalah suatu kegiatan yang dilakukan terhadap
suatu bahan mentah untuk dirubah bentuknya atau komposisinya agar memiliki
mutu tinggi. Produk pertanian memiliki karakteristik yang mudah rusak setelah
tahap pemanenan, selain itu pemanenan yang terlambat juga akan merugikan
27

petani, maka dari itu harus ada penanganan setelah panen yaitu dengan cara
pengolahan hasil pertanian. Pengolahan hasil pertanian bertujuan untuk
meningkatkan nilai tambah suatu komoditas, meningkatkan daya saing, serta juga
dapat menambah pendapatan dan keuntungan petani. Bentuk-bentuk pengolahan
hasil pertanian yang dapat dilakukan antara lain pembersihan, pemilihan
(grading), pengepakan atau pengemasan, serta ada juga pengolahan yang
memanfaatkan teknologi yang lebih canggih seperti penggilingan (milling),
penepungan (powdering), ekstrasi dan penyulingan, penggorengan (roasting),
pemintalan, pengalengan, dan proses lainnya yang menggunakan teknologi pabrik.
Pengepakan atau pengemasan merupakan salah satu bentuk pengolahan hasil
komoditas pertanian yang sangat sederhana sebelum produk sampai ke tangan
terakhir yaitu konsumen (Soetriono dan Suwandari, 2016).
Menurut Ekariski dkk. (2017), pengemasan merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk melindungi suatu produk dari kerusakan dengan cara membatasi
kontak suatu produk dengan sekelilingnya. Buah merupakan salah satu komoditas
yang perlu penanganan pengolahan hasil khususnya yaitu pengemasan.
Pengemasan pada buah bertujuan untuk melindungi buah dari luka, memudahkan
pengelolaan, mempertahankan mutu, serta memberikan daya tarik kepada
konsumen. Buah jeruk siam merupakan buah yang memiliki karakteristik cepat
busuk sehingga diperlukan cara pengemasan yang tepat. Cara pengemasan buah
jeruk siam yang paling sederhana adalah menggunakan keranjang buah.
Keranjang buah untuk pengemasan jeruk siam memiliki banyak jenis
seperti keranjang plastik, peti kayu, dan kotak karton. Keranjang buah ini
memiliki kegunaan yaitu untuk mempermudah dalam pendistribusian suatu
produk atau komoditas, selain itu juga untuk melindungi buah dari kerusakan-
kerusakan yang terjadi seperti goresan pada kulit buah jeruk. Kemasan tersebut
harus memenuhi syarat-syarat tertentu seperti ukuran dan kesesuaian isi jeruk
serta syarat mutu, higienis, dan memiliki ventilasi agar sirkulasi udara tetap
terjaga. Buah jeruk siam sebelum dilakukan pengemasan akan melalui tahap-tahap
seperti pembersihan, sortasi, dan grading. Pembersihan pada jeruk siam dilakukan
dengan menggunakan kain yang halus dan lembut, hal ini bertujuan untuk
28

menghindari goresan yang dapat menyebabkan luka pada buah. Tahap selanjutnya
adalah sortasi, sortasi buah jeruk siam dilakukan untuk memisahkan buah yang
rusak baik berupa goresan maupun karena penyakit dan kemudian buah jeruk siam
akan dilakukan grading. Buah yang dipilih untuk masuk ke dalam pengemasan
adalah yang memiliki ukuran diameter kurang lebih 6 cm, dan kemudian buah-
buah tersebut akan masuk tahap pengemasan (Nofriati dan Asni, 2015).
Wadah yang dapat digunakan untuk mengemas jeruk siam yang pertama
adalah keranjang plastik. Keranjang plastik yang digunakan bervariasi ada yang
memiliki ukuran 47,5 x 34 x 15,5 cm, ukuran ini muat kurang lebih 12,5 kg jeruk
siam. Ukuran yang kedua adalah 60 x 40 x 40 cm, keranjang ini mampu
menampung buah jeruk maksimal 60 kg. Kemasan dengan keranjang plastik
cocok untuk pendistribusian yang memerlukan transportasi jarak pendek seperti
pendistribusian antar kota. Keranjang plastik ini memiliki ventilasi yang cukup
sehingga sirkulasi udara buah jeruk tetap terjaga sehingga suhu udara sesuai, tidak
terlalu kering maupun terlalu lembab kondisi ini dapat membuat buah tidak
gampang busuk. Keranjang ini juga merupakan kemasan yang baik dalam
menekan susut bobot serta kerusakan yang terjadi pada buah jeruk, selain
keranjang plastik jeruk siam juga dapat dikemas dengan menggunakan kemasan
peti dari kayu (Nofriati dan Asni, 2015).
Peti kayu merupakan salah satu wadah yang umum dijumpai dalam
pengemasan komoditas hortikultura khususnya buah-buahan seperti jeruk siam.
Kayu yang digunakan untuk kemasan biasanya kayu yang ringan namun kuat
sehingga akan memudahkan dalam pemindahan saat distribusi. Permukaan kayu
juga harus halus, hal ini agar tidak terjadi goresan yang dapat memicu luka dan
menimbulkan pembusukan pada buah. Peti kayu yang biasa digunakan untuk
buah jeruk berukuran 60 x 40 x40 cm dengan ketebalan kayu 1,5 – 2 cm. Ukuran
yang sedemikian rupa dapat menampung maksimal 40 kg buah jeruk siam. Cara
pengemasan dengan peti adalah menyusun buah dengan rapi dan diusahakan tidak
terdapat ruang antar jeruk, jika dalam pengemasan masih terdapat ruang antar
jeruk maka dapat menggunakan kertas untuk menutupi bagian yang kosong, hal
ini bertujuan agar tidak terjadi gesekan antar buah jeruk. Pengemasan dengan peti
29

kayu cocok untuk distribusi jarak jauh seperti antar provinsi karena karakteristik
kayu yang kuat sehingga buah di dalamnya tidak akan mengalami kerusakan saat
di perjalanan. Kemasan pada buah jeruk siam juga dapat berupa kardus karton
atau kotak karton (Khairani dan Dalapati, 2006).
Menurut Pratiwi (2012), kotak karton yang digunakan sebagai kemasan
buah jeruk siam adalah kardus karton gelombang, kardus ini merupakan bahan
mentah yang paling terkenal untuk kemasan pada berbagai jenis produk, khusunya
buah-buahan. Kemasan ini terdiri dari pelapis luar dan lapisan gelombang, untuk
lapisan luar menggunakan kertas linier sedangkan untuk lapisan gelombang
menggunakan kertas medium. Kedua lapisan tersebut akan direkatkan
menggunakan mesin penggelombang kertas (corrugator). Kardus karton yang
digunakan sebagai kemasan jeruk siam memiliki ukuran 40 x 40 x 20 cm dengan
ketebalan karton 3-5 mm. Daya tampung kemasan ini sekitar 5-10 kg buah.
Kardus karton memiliki kelebihan seperti bobot yang lebih ringan, permukaan
halus dan dapat meredam getaran dengan baik. Kemasan keranjang buah yang
digunakan untuk buah jeruk siam biasanya adalah kemasan yang bertujuan untuk
proses pendistribusian ke outlet-outlet atau toko-toko buah, sedangkan pada
pedagang pengecer biasanya mereka menggunakan tas yang dianyam dari bahan
polipropilen atau biasa disebut dengan polynet.
Polynet merupakan salah satu kemasan buah jeruk yang digunakan untuk
pendistribusian secara langsung ke konsumen. Bentuk dari kemasan ini adalah
jaring-jaring menyerupai jala ikan dan biasanya yang digunakan untuk kemasan
buah adalah polynet yang berwarna merah dan kuning. Polynet ini biasanya dijual
dalam bentuk gulungan, sehingga para pengecer biasanya memotong manual
kemasan ini dan kemudian akan dibentuk sedemikian rupa hingga menyerupai
kantong tas sehingga dapat digunakan sebagai kemasan jeruk. Kemasan polynet
ini berasal dari bahan polipropilen. Polipropilen merupakan bahan yang baik
digunakan untuk kemasan buah dibandingkan dengan bahan lainnya seperti
polyetilen. Para pedagang pengecer yang menjual buah jeruk dengan kemasan ini
akan menetepakan isi pada kemasan per kilogram, penetapan berat ini beragam
tergantung besar kecilnya buah jeruk siam. Setiap 1 kilogram jumlah buah jeruk
30

berbeda-beda tergantung pada pengkelasan yang dilakukan, untuk kelas A


biasanya berisi 5-6 buah/kg, kelas B 7-8 buah/kg, kelas C 9-11 buah/kg, dan untuk
kelas D 12-20 buah/kg (Hartono dkk., 2018).
Menurut Setiawan dkk. (2019), kendala pada pengolahan hasil komoditas
jeruk siam yaitu buah jeruk siam yang mudah mengalami perubahan baik secara
fisik maupun kimia diantaranya penurunan kadar air yang dapat menyebabkan
terjadinya penyusutan, degradasi pektin dan hemiselulosa yang dapat
menyebabkan buah menjadi lebih lunak, serta penurunan senyawa asam organik
dan terjadinya proses degradasi pati pada buah yang dapat menyebabkan cita rasa
buah menjadi lebih manis. Jeruk siam merupakan produk pertanian yang memiliki
sifat mudah rusak. Sifat jeruk siam yang mudah rusak tersebut disebabkan oleh
adanya reaksi enzimatis yang terjadi setelah dilakukannya tahap pemanenan.
Aktivitas enzimatis yang terjadi tersebut dapat mengakibatkan produk jeruk siam
mengalami perubahan sehingga mudah mengalami kerusakan. Peran teknologi
dalam pengolahan jeruk siam juga belum diterapkan secara maksimal karena
kebanyakan masih melakukan pengolahan dengan teknik manual dan tradisional.
Faktor lain yang mempengaruhi pengembangan sektor agroindustri jeruk siam
yaitu tidak adanya modal, kurangnya sarana prasarana yang mendukung, tenaga
kerja kurang memadai, kurangnya kebijakan pemerintah dan faktor lokasi.
Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi sifat jeruk yang mudah rusak
yaitu dengan melakukan teknik penanganan yang tepat. Teknik penanganan
tersebut dapat berupa cara memanen yang tepat, proses distribusi yang tepat dan
penyimpanan yang tepat sesuai dengan karakteristik jeruk siam. Sifat yang mudah
rusak (perishable) merupakan karakteristik fisik produk hortikultura seperti buah-
buahan contohnya jeruk, sehingga sifat tersebut juga dapat diatasi dengan proses
pemasaran yang cepat sesuai dengan tingkat ketahanan jeruk siam serta
diperlukan sikap waspada dalam proses distribusinya. Sifat mudah rusak tersebut
dapat diminimalisir dengan menerapkan teknologi pengemasan dan transportasi
yang baik dan sesuai dengan karakteristik jeruk siam. Sumber daya manusia yang
memadai juga diperlukan untuk menunjang kegiatan agroindustri pengolahan
jeruk siam (Amilia dkk., 2016).
31

3.3 Kelembagaan Komoditas Jeruk Siam di Desa Pujon Kidul Kecamatan


Pujon Kabupaten Malang
Menurut Aini dan Nadida (2014), kelembagaan merupakan pola,
organisasi, dan aktivitas yang berada di sekeliling kebutuhan dasar manusia. Isi
dari kelembagaan berarti suatu aturan atau norma yang berada di dalam sebuah
organisasi yang menjadi pedoman bagi anggotanya untuk meraih tujuan bersama.
Kelembagaan berperan penting dalam mendukung keberlangsungan kehidupan
manusia seperti kelembagaan pada usahatani. Kelembagaan pada usahatani
bertujuan untuk meningkatkan produktivitas serta pendapatan yang diterima oleh
pelaku usahatani yaitu manusia sehingga tingkat kesejahteraan manusia juga akan
meningkat. Kelembagaan biasanya dibuat berdasarkan kesamaan tujuan yang
ingin dicapai oleh para anggotanya. Lembaga-lembaga yang ada di dalam
masyarakat sangat banyak sekali macamnya seperti salah satu contohnya adalah
kelembagaan pertanian.
Kelembagaan pertanian merupakan kelembagaan yang sangat penting
dalam pembangunan pertanian karena dengan kelembagaan ini diharapkan
mampu membantu petani keluar dari persoalan-persoalan yang belum bisa
diselesaikan. Keberadaan kelembagaan ini berdasar pada kerjasama yang dapat
dilakukan oleh petani dalam mengelola sumberdaya pertanian. Bentuk-bentuk
kegiatan pada kelembagaan ini dapat berupa pemprosesan, pemasaran, pembelian,
pemakaian alat-alat pertanian, kerjasama pelayanan, bank kerjasama, dan kerja
sama multi tujuan. Semua bentuk kegiatan tersebut ditujukan untuk membantu
memudahkan petani dalam melaksanakan proses usahataninya. Kelembagaan
pertanian yang ada di masyarakat saat ini dapat berupa kelompok tani, lembaga
tenaga kerja, lembaga penyedia input, lembaga penyuluh, dan lembaga
perekonomian berupa permodalan (Parma, 2014).
Menurut Demallino dkk. (2018), peran kelembagaan pertanian sangat
penting dalam pembangunan sektor pertanian, karena lembaga pertanian dapat
menjadi salah satu media penyelesaian permasalahan yang ada pada pertanian.
Kelembagaan pertanian memiliki beberapa peran seperti interorganizational task
(tugas dalam organisasi) contohnya yaitu untuk memberikan relasi antar
masyarakat dan negara. Peran yang kedua adalah resource tasks (tugas
32

sumberdaya) contohnya yaitu mencakup pengelolaan sumber daya untuk


mencapai tujuan dalam masyarakat. Peran-peran tersebut dapat terwujud apabila
pihak-pihak yang bersangkutan ikut berpartisipasi dalam meningkatkan
kelembagaan yang ada sehingga pembangunan sektor pertanian akan berkembang
menjadi lebih maju.
Menurut Soetriono dan Suwandari (2016), kelembagaan dapat dibagi
menjadi dua aspek yaitu kelembagaan yang bersifat formal dan informal.
Kelembagaan formal merupakan sebuah organisasi yang melakukan suatu
aktivitas dengan terdapat aturan yang tertulis serta biasanya dalam kelembagaan
formal sudah terdapat struktur organisasi secara jelas yang mengindikasikan
bahwa lembaga yang dibuat sudah memiliki tujuan yang ingin dicapai.
Kelembagaan formal berperan sebagai katalisator, fasilitator, regulator, perencana,
penyedia jasa keuangan, dan inovator. Lembaga formal dapat berupa
pemerintahan seperti pemerintah daerah sampai kelembagaan tingkat desa seperti
badan-badan di bawah naungan pemerintah yang bertempat di desa-desa.
Kelembagaan formal yang ada di Desa Pujon Kidul antara lain seperti Balitjestro,
BUMDes, cafe sawah, HIPPA dan juga ada Gapoktan.
Balitjestro merupakan sebuah Unit Pelaksana Teknis (UPT) penelitian dan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang bertanggung jawab langsung
kepada Kepala Pusat Penelitian Pengembangan Hortikultura. Balitjestro
mempunyai tugas yaitu melaksanakan kegiatan penelitian tanaman jeruk dan buah
subtropika, dalam menjalankan tugasnya terdapat struktur organisasi agar rencana
yang ditetapkan dapat berjalan secara sistematis. Organisasi Balitjestro dipimpin
oleh seorang kepala yang dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh sub bagian
tata usaha, seksi pelayanan teknis dan jasa penelitian, dan kelompok peneliti.
Keberadaan Balitjestro di Desa Pujon Kidul ini untuk meningkatkan ketersediaan
produk inovasi teknologi jeruk dan buah subtropika agar menghasilkan produk
yang berkualitas dan berdaya saing serta mendukung pengembangan kawasan
hortikultura. Balitjestro di Desa Pujon Kidul juga membantu petani meningkatkan
hasil panen jeruk dengan menerapkan sitem PKTJS (Pengelolaan Terpadu Kebun
Jeruk Sehat) (Ashari dkk., 2014).
33

Menurut Chintary (2016), BUMDes atau Badan Usaha Milik Desa


merupakan program yang dibentuk oleh pemerintah melalui musyawarah dengan
tujuan memberdayakan sosial ekonomi masyarakat desa. Badan Usaha Milik Desa
juga didirikan untuk membantu masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan meningkatkan perekonomian. Terdapat Badan Usaha Milik Desa
di Desa Pujon Kidul Kabupaten Malang yang berperan dalam menyejahterakan
petani dan keluarganya. Badan Usaha Milik Desa di Desa Pujon Kidul dapat
meningkatkan PADes atau Pendapatan Asli Desa dengan mengembangkan sebuah
desa menjadi desa wisata. Badan Usaha Milik Desa di Desa Pujon Kidul didirikan
berawal dari permasalahan kebutuhan yang menuntut desa memiliki PADes yang
tinggi yang diangkat dalam forum musyawarah desa, sehingga dapat kita ketahui
bahwa Badan Usaha Milik Desa atau BUMDes adalah suatu program yang
dibentuk oleh pemerintah melalui musyawarah dengan tujuan menyejahterakan
masyarakat serta meningkatkan perekonomian desa.
Menurut Agfianto (2019), kelembagaan BUMDes memiliki sebuah
destinasi wisata yang unggul bernama cafe sawah, dimana cafe sawah ini
merupaka tempat peristirahatan dan tempat membeli hasil produk lokal Desa
Pujon. Cafe sawah merupakan tempat yang dikelola dengan tujuan wisata edukasi.
Cafe sawah membantu meningkatkan angka kunjungan wisatawan sehingga angka
pengangguran di Desa Pujon menurun. Cafe sawah juga mampu meningkatkan
pendapatan masyarakat dan Pendapatan Asli Desa. Cafe sawah menawarkan daya
tarik berupa keindahan alamnya, cafe sawah ini cocok dijadikan tempat untuk
menyaksikan matahari terbenam. Cafe sawah didirikan untuk menarik banyak
wisatawan yang lelah setelah mengelilingi dan mendapat edukasi. Cafe sawah
sendiri merupakan tempat kuliner yang menyediakan olahan produk lokal Desa
Pujon Kidul yang terletak di tengah sawah. Cafe sawah tidak hanya tempat untuk
beristirahat dan menikmati olahan tetapi juga tempat untuk mengabadikan foto
dengn spot-spot yang menarik untuk berfoto dengan keindahan alam yang indah.
Kelembagaan formal yang ada di Desa Pujon Kidul selain itu adalah
kelembagaan dalam bidang pengairan yang disebut dengan HIPPA (Himpunan
Petani Pemakai Air). Lembaga ini berperan sebagai pengelola pelayanan air
34

irigasi yang digunakan selama proses usahatani. HIPPA dibentuk oleh pemerintah
dengan tujuan sebagai konektor antara panitia irigasi di pemerintahan dengan
pemakai air di desa. Tugas pokok dari HIPPA adalah mengelola air jaringan
tersier, mengelola jaringan irigasi, dan memberikan bimbingan pada anggotanya.
HIPPA sangat diperlukan pada proses usahatani di Desa Pujon Kidul karena di
desa ini penerapan sistem irigasinya adalah sistem irigasi bergilir sehingga dengan
adanya lembaga ini pembagian air akan terstruktur dan bisa memenuhi semua
usahatani di Desa Pujon Kidul (Wirosoedarmo, 2017).
Gapoktan “Sari Agung” merupakan lembaga formal yang dibentuk atas
izin pemerintah, kelembagaan ini didirikan untuk menaungi para petani yang ada
di Desa Pujon Kidul, mempermudah proses penyaluran dana dari pemerintah dan
mempermudah mengatasi masalah pertanian yang ada di sana, selain itu juga
merupakan salah satu lembaga yang membantu dalam proses produksi hingga
pemasaran khususnya komoditas jeruk siam. Gapoktan “Sari Agung” merupakan
Gapoktan yang di dalamnya terdiri dari gabungan tiga kelompok tani yaitu
kelompok tani Sari Agung 1, Sari Agung 2, dan Sari Agung 3. Kelompok tani
“Sari Agung” sudah ada sejak tahun 1997 dan diresmikan pada tahun 2016. Petani
yang tergabung dalam gapoktan akan mendapatkan manfaat karena petani dapat
memperoleh informasi dari perkembangan usahatani serta para petani akan mudah
mendapat bantuan modal karena Gapoktan telah menjalin kerja sama dengan
penyedia modal seperti perbankan. Kelembagaan kelompok tani ini dinaungi oleh
BUMDes atau Badan Usaha Milik Desa (Ratnasari dkk., 2017).
Kelembagaan informal merupakan organisasi yang terbentuk atau terlahir
dari bawah atau masyarakat yang biasanya tidak memiliki suatu sasaran dan
berjalan sesuai adat istiadat yang berlaku di suatu daerah tertentu. Lembaga
informal memiliki peran dalam pengembangan agroindustri yaitu sebagai penjual
(seller), penyedia lahan, perencana (planner), pembeli (buyer), penyedia jasa
keuangan, inovator, dan fasilitator. Lembaga-lembaga informal contohnya seperti
kelompok tani, industri pengolahan produk skala kecil, perdagangan dan lembaga
keuangan tradisional. Desa Pujon Kidul selain memiliki lembaga formal juga
memiliki lembaga informal seperti Pokdarwis (Hakimi, 2019).
35

Pokdarwis atau Kelompok Sadar Wisata merupakan lembaga informal


yang ada di Desa Pujon Kidul. Lembaga ini didirkan karena wisatawan cenderung
bosan dengan wisata yang monoton, melihat keadaan tersebut masyarakat
berinisiatif untuk melakukan sesuatu seperti mengembangkan desa menjadi desa
wisata dikarenakan banyak wisatawan yang menginginkan tempat wisata yang
tidak biasa. Kelompok Sadar Wisata ini berperan membantu BUMDes dalam
mengelola desa wisata dan meningkatkan pendapatan masyarakat, seperti
membantu mengelola salah satu tempat wisata yaitu cafe sawah. Pokdarwis ini
juga berperan sebagai penyambung komunikasi antar desa serta mendidik
masyarakat desa untuk menciptakan suasana yang nyaman untuk pengunjung.
Kelembagaan kelompok tani ini dinaungi oleh BUMDes.
Kendala yang dihadapi oleh masyarakat Desa Pujon Kidul adalah
masyarakat yang ada di sana masih kurang sadar akan pentingnya berpatisipasi
dengan kelompok tani, masyarakat Desa Pujon Kidul sendiri masih kurang
percaya akan teknologi yang ada. Kelompok tani di Desa Pujon Kidul juga masih
kurang memahami tentang pengolahan terhadap usaha pertanian. Masyarakat
sendiri juga kurang percaya diri dengan yang diolah sehingga membuat sektor
pertanian semakin mengalami penurunan. Masalah yang kerap terjadi dalam hal
kelembagaan selain hal tersebut adalah belum optimalnya kelembagaan yang
tersedia seperti misalnya kelompok tani yang masih belum mempunyai struktur
organisasi tetap sehingga masih belum tersusun secara sistematis, hal ini yang
menjadikan masyarakat masih ragu untuk bergabung dengan kelembagaan
kelompok tani (Parma, 2014).
Solusi yang tepat untuk kelembagaan adalah diharapkan para petani bisa
berpatisipasi dengan kelompok tani yang ada, supaya bisa meningkatkan kualitas
sumber daya manusia dengan cara mengikuti studi banding guna meningkatkan
daya saing, dengan adanya studi banding masyarakat mempunyai banyak
wawasan dan mengerti cara menjual produk dengan harapan yang diinginkan.
Perlu adanya bantuan pemerintah dalam hal ini, karena masyarakat dan kelompok
tani di Desa Pujon Kidul kurangnya biaya untuk mengelola pertanian yang ada,
selain itu perlunya kelompok tani untuk membujuk para petani agar percaya diri
36

dalam hal pengeloaan usahatani. Solusi untuk kelembagaan sendiri adalah


dibutuhkan suatu model penguatan kelembagaan pertanian yang dapat digunakan
sebagai pedoman dalam menjalankan kelembagaan pertanian (Suardi dkk., 2016).

3.4 Pemasaran Komoditas Jeruk Siam di Desa Pujon Kidul Kecamatan


Pujon Kabupaten Malang
Pasar adalah sebuah tempat sebagai penunjang kegiatan ekonomi dimana
di sana akan terjadi transaksi, transaksi ini tercipta karena ada permintaan barang
atau jasa oleh pembeli dan penawaran yang berasal dari produsen atau distributor
yang menawarkan barang atau jasa yang kemudian akan tercipta suatu
kesepakatan dan pertukaran. Pasar memiliki peran yang penting karena di
dalamnya terdapat proses jual beli antara penjual dan pembeli untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Kegiatan yang dilakukan oleh penjual dan pembeli di
pasar yaitu proses transaksi tawar-menawar untuk mendapatkan apa yang
diinginkan oleh kedua belah pihak. Transaksi tersebut dapat terjadi secara
langsung maupun tidak langsung tergantung permintaan konsumen atau
penawaran dari pihak distributor yang saling berkomunikasi. Transaksi tidak
langsung dapat melalui media online yang berdasar pada harga yang sudah
ditetapkan sehingga memudahkan para konsumen dalam memperoleh barang dan
kebutuhan yang diinginkan (Rompas dkk., 2019).
Menurut Agustian dkk. (2019), pemasaran merupakan sebuah kegiatan
penjualan suatu produk yang ditujukan kepada permintaan pasar untuk
memperoleh keuntungan pada sektor perekonomian. Pemasaran dilakukan dengan
cara menghasilkan suatu produk yang memiliki nilai jual dan manfaat bagi pihak
konsumen. Pemasaran dapat diterapkan melalui penyampaian suatu produk secara
langsung kepada konsumen mengenai kualitas dan harga produk yang ingin
diperjual belikan. Pemasaran sebuah produk dapat dikatakan berhasil apabila
pihak konsumen merasa puas akan barang yang dibelinya tersebut. Pemasaran
dapat berlangsung dengan didukungnya lembaga pemasaran yang ada.
Lembaga pemasaran merupakan suatu organisasi atau badan usaha atau
individu yang melakukan proses pemasaran dan menyalurkan produk berupa
barang atau jasa dari produsen kepada konsumen akhir. Lembaga pemasaran yang
37

terlibat dalam proses pemasaran antara lain petani, pedagang perantara, tengkulak,
pedagang pengumpul, pedagang pengecer, spekulator, pengolah, serta organisasi
lainnya baik berupa individu maupun kelompok. Lembaga pemasaran tidak hanya
berperan dalam mendistribusikan suatu produk, tetapi juga dapat berperan dalam
memberikan informasi pasar seperti harga dari suatu komoditas. Lembaga
pemasaran ini yang nantinya akan menjalankan saluran pemasaran pada suatu
barang atau jasa (Annisa dkk. 2018).
Saluran pemasaran merupakan kegiatan perpindahan atau aliran suatu
produk atau barang yang dimulai dari tangan pertama yaitu produsen sampai ke
tangan terakhir yaitu konsumen. Aliran barang ini dapat terjadi karena adanya
peranan lembaga pemasaran. Peranan lembaga pemasaran sangat tergantung dari
sistem pasar yang berlaku, oleh karena itu dikenal suatu istilah yaitu saluran
pemasaran. Proses panjang pendeknya suatu saluran pemasaran yang dilakukan
kepada suatu produk dapat mempengaruhi batas pemasaran yang dilakukan,
karena semakin panjang saluran pemasaran maka semakin besar pula harga jual
produk yang sampai kepada tangan konsumen tersebut, hal ini memberikan
keuntungan pada pihak pengepul atau tengkulak (Husnarti dan Ranti, 2019).
Menurut Soetriono dan Suwandari (2016), saluran pemasaran secara
umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu saluran pemasaran sederhana dan
saluran pemasaran kompleks. Saluran pemasaran sederhana biasanya hanya
membutuhkan beberapa lembaga pemasaran yang terkait saja dan alur yang
dijalani barang untuk sampai ke konsumen pendek, sedangkan saluran kompleks
biasanya memerlukan banyak lembaga pemasaran yang terkait di dalamnya dan di
dalam saluran kompleks mencakup berbagai macam saluran lagi. Bentuk saluran
pemasaran sederhana dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Produsen Pedagang Pengumpul

Pengecer

Konsumen

Gambar 3.1 Bentuk Saluran Pemasaran Sederhana (Soetriono dan Suwandari, 2016)
38

Berdasarkan Gambar 3.1, dapat dilihat bahwa bentuk saluran pemasaran


sederhana hanya membutuhkan sedikit lembaga pemasaran dalam praktiknya dan
waktu yang dibutuhkan untuk barang atau jasa yang sampai ke konsumen relatif
singkat. Saluran pemasaran sederhana proses penyaluran barang atau jasa dapat
melalui produsen lalu ke pedagang pengumpul, kemudian ke pengecer dan
terakhir kepada konsumen, selain itu juga dapat melalui produsen langsung ke
pengecer dan kemudian ke tangan akhir yaitu konsumen. Saluran yang ketiga
merupakan saluran yang membutuhkan waktu paling singkat untuk barang atau
jasa sampai ke tangan konsumen karena pada saluran ini produsen langsung
menyalurkan barang atau jasa langsung ke tangan konsumen. Saluran ini yang
biasanya banyak digunakan oleh produsen karena dengan saluran ini pendapatan
yang didapat lebih besar dan memadai jika dibandingkan dengan para produsen
yang menjual barang atau jasanya kepada pedagang pengumpul atau pengecer
terlebih dahulu (Husnarti dan Ranti, 2019).

Petani

Pengecer Konsumen

Tengkulak

Pedagang Besar Eksportir

Pedagang Pengumpul

Gambar 3.2 Bentuk Saluran Pemasaran Kompleks (Soetriono dan Suwandari, 2016)
Berdasarkan Gambar 3.2, dapat dilihat bahwa saluran pemasaran
kompleks membutuhkan banyak lembaga pemasaran dalam kelangsungan
prosesnya yang meliputi petani, tengkulak, pedagang pengumpul, pengecer,
pedagang besar, eksportir, dan konsumen. Saluran pemasaran kompleks dapat
terjadi melalui petani kemudian dijual ke pengecer yang kemudian pengecer akan
mendistribusikan ke konsumen. Saluran pemasaran kedua yaitu yang lebih singkat
yaitu dari petani langsung ke konsumen. Saluran yang ketiga meliputi petani lalu
39

diambil tengkulak kemudian ke pedagang pengumpul yang kemudian akan


didistribusikan ke konsumen, saluran ini dapat lebih sederhana yaitu dari petani
langsung ke pedagang pengumpul dan pedagang pengumpul langsung ke
konsumen. Saluran berikutnya adalah saluran yang sudah mencapai pasar dalam
tingkat besar yaitu melibatkan eksportir, saluran ini dimulai dari petani ke
tengkulak lalu ke pedagang besar dan terakhir ke eksportir. Saluran yang terakhir
yaitu dari petani langsung ke pedagang besar kemudian ke eksportir. Saluran
pemasaran yang terjadi pada komoditas pertanian biasanya adalah saluran
pemasaran kompleks (Hartati, 2018).
Fungsi pemasaran pada dasarnya dibedakan menjadi tiga yaitu fungsi
pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Pelaksanaan fungsi pemasaran
tersebut dilakukan untuk meningkatkan nilai guna produk yang dihasilkan. Fungsi
Pertukaran merupakan sebuah fungsi dalam kegiatan pemasaran produk-produk
pertanian meliputi berbagai kegiatan yang menyangkut pengalihan hak
kepemilikan dalam sistem pemasaran. Fungsi pertukaran tersebut dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu penjualan dan pembelian. Fungsi fisik pada kegiatan
pemasaran meliputi berbagai kegiatan yang secara langsung diberlakukan
terhadap komoditas pertanian dengan tujuan untuk meningkatkan nilai guna dan
waktu. Fungsi fisik tersebut terdiri dari pengangkutan dan penyimpanan. Fungsi
pemasaran selanjutnya yaitu fungsi fasilitas yang memiliki peran untuk
menyediakan sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan pemasaran suatu
produk. Fungsi fasilitas terdiri dari empat bagian yaitu fungsi standardisasi dan
grading (pengkelasan), fungsi penanggungan resiko, fungsi pembiayaan, dan
fungsi informasi pasar. Fungsi fasilitas ini dibentuk dengan tujuan untuk
memperlancar fungsi pertukaran dan fungsi fisik yang diterapkan dalam kegiatan
pemasaran suatu produk (Gisti dkk., 2018).
Pemasaran jeruk siam di Desa Pujon Kidul Kabupaten Malang dilakukan
oleh para petani atau masyarakat dengan memasarkannya secara langsung kepada
konsumen yang datang ke desa tersebut melalui outlet-oulet yang telah disediakan
maupun dipasarkan kepada konsumen yang berada di luar daerah Malang dan di
luar Pulau Jawa. Pemasaran yang dilakukan dapat meningkatkan perekonomian
40

serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Pujon Kidul. Pemasaran di


Desa Pujon Kidul dapat dikatakan efisien dikarenakan pemasaran yang dilakukan
memiliki beberapa kriteria pemasaran yang efisien, seperti lokasi yang dipilih
untuk melakukan pemasaran sudah strategis dan sesuai dikarenakan dekat dengan
lokasi wisata edukasi, sehingga pemasaran akan lebih mudah dilakukan. Efisiensi
pemasaran juga dapat diukur melalui kepuasan yang didapatkan oleh para
lembaga pemasaran seperti produsen, distributor, sampai ke konsumen.
Pemasaran yang dilakukan di Desa Pujon Kidul melibatkan beberapa lembaga
pemasaran seperti petani, tengkulak, pedagang pengecer, dan konsumen.
Hubungan antar lembaga pemasaran tersebut akan menciptakan suatu rantai aliran
produk yang disebut dengan saluran pemasaran, di dalam saluran pemasaran ini
nantinya para lembaga pemasaran baik mulai dari petani sampai ke konsumen
akan menerapkan fungsi-fungsi dalam pemasaran yaitu fungsi pertukaran, fungsi
fisik, dan fungsi fasilitas (Annisa dkk. 2018).
Saluran pemasaran jeruk siam yang terjadi di Desa Pujon Kidul cukup
beragam. Saluran pemasaran ini diperlukan agar produksi yang dihasilkan dari
kegiatan budidaya jeruk siam dapat tersalurkan ke tangan konsumen akhir.
Saluran pemasaran dalam pelaksanaannya dapat dilakukan oleh beberapa pihak
mulai dari petani, pedagang pengepul/tengkulak, pedagang pengecer, dan
konsumen. Usaha untuk memperlancar arus barang dan jasa dari produsen ke
konsumen diperlukan sebuah saluran pemasaran yang efektif dan efisien
(Hasudungan dkk., 2019). Berikut adalah saluran pemasaran yang terdapat di
Desa Pujon Kidul.

Petani Tengkulak Pengecer Konsumen

Gambar 3.3 Saluran Pemasaran I Komoditas Jeruk Siam di Desa Pujon Kidul
Berdasarkan Gambar 3.3, saluran pemasaran I menunjukkan bagaimana
hubungan lembaga pemasaran yang terjadi di Desa Pujon Kidul. Proses aliran
pemasaran yang pertama yaitu terjadi pada petani yang menjual produk jeruk siam
kepada tengkulak. Petani menjual hasil produksi jeruk siam kepada tengkulak
dengan harga Rp. 4000/kg, dimana dalam proses ini menerapkan fungsi
41

pertukaran yaitu kegiatan jual beli yang dilakukan oleh kedua belah pihak, fungsi
fisik berupa fungsi penyimpanan agar produk yang dihasilkan tidak rusak sebelum
dijual, dan fungsi fasilitas yaitu kegiatan sortasi serta grading oleh tengkulak,
fungsi penanggungan risiko karena sifat produk jeruk siam, fungsi permodalan
dan fungsi informasi pasar untuk memperlancar proses pemasaran. Proses aliran
pemasaran yang kedua yaitu tengkulak menjual produk jeruk siam kepada
pedagang pengecer baik yang ada di Desa Pujon Kidul maupun di luar daerah.
Tengkulak menjual produk jeruk siam kepada pedagang pengecer dengan harga
Rp. 6.000/kg, dimana aliran ini menerapkan fungsi pemasaran berupa fungsi
pertukaran yaitu kegiatan jual beli, fungsi fisik yaitu fungsi pengangkutan dan
fungsi penyimpanan, dan fungsi fasilitas yaitu fungsi penanggungan risiko, sortasi
serta grading, permodalan dan informasi pasar. Proses aliran pemasaran yang
ketiga yaitu pedagang pengecer menjual produk jeruk siam kepada konsumen
akhir. Pedagang pengecer menjual produk jeruk siam kepada konsumen akhir
dengan harga Rp. 9.000/kg., dimana aliran ini menerapkan fungsi pertukaran yaitu
kegiatan jual beli, fungsi fisik yaitu pengangkutan dan penyimpanan, dan fungsi
fasilitas yaitu fungsi penanggungan risiko, permodalan dan informasi pasar.
Saluran pemasaran ini merupakan yang terpanjang dalam saluran yang ada di
Desa Pujon Kidul. Saluran pemasaran ini menggunakan perantara tengkulak dan
pedagang pengecer agar produk jeruk siam bisa sampai ke tangan konsumen.
Kebanyakan petani lebih memilih saluran pemasaran ini karena tidak ada risiko
buah jeruk siam yang tidak terjual. Berapapun produk jeruk siam yang dihasilkan
petani akan ditampung oleh tengkulak, namun dalam segi perolehan harga jual
risiko petani lebih lemah dibandingkan dengan petani yang menjual sendiri
produk jeruk siam kepada pengecer.

Petani Pengecer Konsumen

Gambar 3.4 Saluran Pemasaran II Komoditas Jeruk Siam di Desa Pujon Kidul
Berdasarkan Gambar 3.4, saluran pemasaran II menunjukkan bagaimana
hubungan lembaga pemasaran yang terjadi di Desa Pujon Kidul. Lembaga
pemasaran yang terlibat pada Gambar 3.4 adalah petani, pengecer, dan konsumen.
42

Proses aliran pemasaran yang pertama yaitu terjadi pada petani yang menjual
produk jeruk siam kepada pedagang pengecer. Petani menjual produk jeruk siam
kepada pedagang pengecer dengan harga Rp. 5.000/kg. Aliran ini menerapkan
fungsi pemasaran berupa fungsi pertukaran yaitu kegiatan jual beli, fungsi fisik
yaitu fungsi penyimpanan, dan fungsi fasilitas yaitu fungsi penanggungan risiko,
sortasi serta grading, permodalan dan informasi pasar. Proses aliran pemasaran
yang kedua yaitu pedagang pengecer menjual produk jeruk siam kepada
konsumen akhir. Pedagang pengecer menjual produk jeruk siam kepada
konsumen akhir dengan harga Rp. 9.000/Kg, dimana mereka ini menerapkan
fungsi pemasaran berupa fungsi pertukaran yaitu kegiatan jual beli, fungsi fisik
yaitu pengangkutan dan penyimpanan, dan fungsi fasilitas yaitu fungsi
penanggungan risiko, permodalan dan informasi pasar. Saluran pemasaran ini
menggunakan perantara pedagang pengecer agar produk jeruk siam bisa sampai
ke tangan konsumen. Saluran pemasaran ini memposisikan pedagang pengecer
memiliki tanggungan risiko yang lebih besar daripada petani. Tanggungan risiko
tersebut berupa produk jeruk siam yang tidak dapat terjual dalam waktu yang
singkat sehingga menyebabkan kualitas jeruk siam menurun, namun pedagang
pengecer juga memiliki keunggulan dari kemampuan menjual dan harga jual jeruk
siam yang lebih tinggi dari petani yang menjual langsung kepada konsumen.

Petani Konsumen

Gambar 3.5 Saluran Pemasaran III Komoditas Jeruk Siam di Desa Pujon Kidul
Berdasarkan Gambar 3.5, saluran pemasaran III menunjukkan bagaimana
hubungan lembaga pemasaran yang terjadi di Desa Pujon Kidul. Lembaga
pemasaran yang terlibat pada Gambar 3.5 adalah petani dan konsumen akhir.
Proses aliran pemasaran yang terjadi yaitu petani menjual produk jeruk siam
secara langsung kepada konsumen akhir. Petani menjual produk jeruk siam
kepada konsumen akhir dengan harga Rp. 8.000/kg. Aliran pemasaran yang
terjadi antara petani dengan konsumen akhir ini menerapkan fungsi pemasaran
berupa fungsi pertukaran yaitu kegiatan jual beli, fungsi fisik yaitu penyimpanan,
dan fungsi fasilitas yaitu fungsi penanggungan risiko, permodalan dan informasi
43

pasar. Saluran pemasaran ini merupakan saluran terpendek dalam pemasaran jeruk
siam di Desa Pujon Kidul karena petani langsung menjual produk kepada
konsumen akhir tanpa melalui perantara. Saluran pemasaran ini jika dilihat dari
segi harga lebih menguntungkan petani karena harga jual yang mereka tetapkan
tidak mengalami penurunan atau lebih tinggi dari harga jual terhadap tengkulak
dan pedagang eceran, namun jika dilihat dari segi penjualan tidak begitu efektif.
Konsumen akhir kebanyakan hanya membeli jeruk siam dalam jumlah sedikit
sedangkan jeruk memiliki sifat yang tidak tahan lama, sehingga saluran
pemasaran ini dinilai tidak efektif bagi petani, namun saluran ini merupakan
saluran yang paling efektif dalam persoalan harga, karena di dalam saluran ini
harga yang diterima petani lebih besar daripada harga yang didapat dari pengecer
maupun tengkulak.
Kendala pada proses pemasaran komoditas jeruk siam yaitu buah jeruk
segar yang baru saja dipanen rentan mengalami kerusakan. Buah jeruk siam yang
baru dipetik masih melakukan proses biokimia seperti respirasi, transpirasi, dan
pematangan buah karena jeruk siam termasuk buah nonklimakterik. Non
klimakterik sendiri adalah buah yang proses pematangannya melalui tahap
pemeraman. Proses biokimia yang terjadi tersebut dapat menurunkan kualitas
buah jeruk siam sebelum dilakukan proses pemasaran. Respirasi pada buah jeruk
akan mengeluarkan energi panas yang dapat mengakibatkan buah cepat layu dan
busuk, serta proses transpirasi karena perbedaan tekanan uap air di bagian
tanaman dan di udara, kondisi ini akan menyebabkan buah mengalami susut
bobot. Penanganan pasca panen yang salah dapat menyebabkan kerusakan pada
buah jeruk siam secara permanen dan manajemen yang kurang baik akan
menyebabkan hilangnya nilai tambah produk (Rahayu dan Adhi, 2015).
Solusi untuk mengatasi beberapa kendala yang sudah disebutkan di atas
yaitu dapat dilakukan dengan adanya tahap grading, sortasi, dan pengemasan.
Tahap grading bertujuan untuk melakukan pemilihan berdasarkan kriteria jeruk
siam yang dihasilkan. Proses ini diusahakan tidak terpapar sinar matahari secara
langsung karena dapat menyebabkan susut bobot, pelayuan, dan pembusukan.
Tahap selanjutnya yaitu sortasi yang bertujuan untuk memisahkan buah jeruk
44

siam berdasarkan tampilan fisiknya agar dapat meminimalisir kerusakan. Tahap


lainnya yaitu pengemasan yang dapat mencegah buah jeruk siam dari kerusakan
seperti benturan dan melindungi buah jeruk dari perbedaan tekanan uap air di
udara sehingga dapat meminimalisir terjadinya susut bobot. Pengemasan dapat
memperlama daya simpan buah jeruk siam agar tidak cepat busuk, pengemasan
juga mempermudah dalam proses distribusi yang menempuh jarak cukup jauh.
Pengemasan dapat dilakukan dengan menggunakan bahan dari plastik, kertas atau
karton, dan kayu. Upaya dalam melindungi buah jeruk siam dari kerusakan yaitu
dengan menerapkan teknologi pengemasan buah-buahan seperti inovasi dalam
kemasan, coating buah, dan pengendalian pematangan agar produk tidak mudah
rusak dan dapat meluaskan jangkauan pemasaran (Rahayu dan Adhi, 2015).
BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. Teknologi dan budidaya komoditas jeruk siam di Desa Pujon Kidul
kecamatan Pujon Kabupaten Malang yang digunakan dalam
pembudidayan jeruk siam di Desa Pujon Kidul termasuk dalam teknologi
modern seperti hand tractor, mesin pompa air, alat semprot, penggunaan
pupuk, dan pestisida kimia. Budidaya pada komoditas jeruk siam dimulai
dari pengolahan tanah, penyediaan bibit, penanaman, perawatan
(pemupukan, pengairan, pemangkasan, penjarangan buah, sanitasi, dan
pengendalian hama penyakit), dan pemanenan.
2. Pengolahan hasil komoditas jeruk siam yang ada di Desa Pujon Kidul
Kecamatan Pujon Kabupaten Malang berupa pembersihan, sortasi atau
pemilian, kemudian ada pengkelasan (grading), dan terakhir ada
pengepakan atau pengemasan yang bertujuan untuk melindungi buah jeruk
siam dari kerusakan-kerusakan yang terjadi seperti goresan yang dapat
melukai buah jeruk dan mengakibatkan kualitas dan mutu buah jeruk siam
menurun. Kemasan yang digunakan berupa keranjang plastik, peti kayu,
kotak karton, dan juga jaring buah (polynet).
3. Kelembagaan komoditas jeruk siam yang ada di Desa Pujon Kidul
Kecamatan Pujon Kabupaten Malang mencakup kelembagaan formal dan
kelembagaan non formal. Kelembagaan formal pada komoditas jeruk siam
antara lain Balitjestro, BUMDes, cafe sawah, HIPPA. Kelembagaan non
formal yang ada di Desa Pujon Kidul khususnya komoditas jeruk siam
yaitu Gapoktan Sari Agung dan Pokdarwsis.
4. Pemasaran komoditas jeruk siam di Desa Pujon Kidul Kecamatan Pujon
Kabupaten Malang termasuk saluran pemasaran sederhana yang hanya
melibatkan lembaga pemasaran seperti petani, tengkulak, pengecer, dan
konsumen. Saluran pemasaran di Pujon Kidul terdapat 3 aliran pemasaran
yaitu (1) petani - tengkulak - pengecer - konsumen, (2) petani - pengecer -
konsumen, dan (3) petani - konsumen.

45
46

4.2 Saran
1. Bagi mahasiswa, sebaiknya laporan hasil praktikum ini dapat digunakan
sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya dan digunakan dengan
sebijak mungkin.
2. Bagi petani, sebaiknya lebih memanfaatkan sumber daya yang ada untuk
meningkatkan produksi dan produktivitas hasil pertanian. Selain itu
pengetahuan petani juga harus lebih ditingkatkan lagi agar dapat
memanfaarkan sumber daya tersebut secara maksimal.
3. Bagi pemerintah, sebaiknya lebih menggiatkan program-progam bantuan
kepada para petani agar kebutuhan petani tercukupi sehingga produksi dan
produktivitas hasil pertanian semakin meningkat, selain itu perlu diadakan
penyuluhan kepada para petani agar mengikuti perkembangan teknologi
serta pertanian pada zaman yang lebih maju ini.
DAFTAR PUSTAKA

Agfianto, T., M. Antara, dan I. W. Suardana. 2019. Dampak Ekonomi


Pengembangan Community Based Tourism terhadap Masyarakat Lokal di
Kabupaten Malang (Studi Kasus Destinasi Wisata Cafe Sawah Pujon
Kidul. JUMPA, 5(2): 259-282.
Agustian, H., A. Pujiastuti, A. Ayuningtyas, A. Setiawan, Honggowibowo, Y.
Indrianingsih. 2019. Pembuatan Profil Produk untuk Pemasaran Barang
dan Jasa bagi UP2K-PKK Kelurahan Prawirodirjan Gondomanan
Yogyakarta. Pengabdian pada Masyarakat, 2(2): 89-98.
Aini, Y. N. dan Z. Nadida. 2014. Analisis Kelembagaan Petani dalam Mendukung
Kebefungsian Infrastruktur Irigasi (Studi Kasus: Daerah Irigasi Batang
Anai, Sumatera Barat). Sosek Pekerjaan Umum, 6(3): 140-221.
Ambarsari, R. D., K. P. Wicaksono, W. Sumiya D. Y., dan A. Sugiyatno. 2019.
Pengaruh Pemberian Pyraclostrobin dan Azoxystrobin terhadap Kualitas
Buah Jeruk Keprok Batu 55 (Citrus reticulate). Produksi Tanaman, 7(6):
1032-1039.
Amilia, E., B. Joy, dan Sunardi. 2016. Residu Pestisida pada Tanaman
Hortikultura (Studi Kasus di Desa Cihanjuang Rahayu Kecamatan
Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Agrikultura, 27(1): 23-29.
Annisa, I., R. W. Asmarantaka, dan R. Nurmalina. 2018. Efisiensi Pemasaran
Bawang Merah (Kasus: Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah). Ilmiah
Manajemen, 8(2): 254-271.
Ashari, H., Z. Hanif, dan A. Supriyanto. 2014. Kajian Dampak Iklim Ekstrim
Curah Hujan Tinggi (La-Nina) Pada Jeruk Siam (Citrus nobilis var
Microcarpa) di Kabupaten Banyuwangi, Jember dan Lumajang. Agro
Science, 2(1): 51-55.
Astuti, S. P., S. Rosida, R. Jannati, dan N. M. A. R. Ulan. 2019. Peningkatan
Kapasistas Petani Melalui Pelatihan Perawatan dan Pemeliharaan
Budidaya Jamur Tiram. Abdi Mas TPB, 1(2): 47-51.
Badan Pusat Statistik Kota Malang. 2017. Jumlah Tanaman Menghasilkan,
Produksi, dan Produktivitas, Tanaman Buah-Buahan dan Sayuran Tahun
Dirinci Menurut Jenis Komoditas di Kota Malang Tahun 2014-2016.
Malang: Badan Pusat Statistik Kota Malang.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Malang. 2018. Kecamatan Pujon dalam Angka
2018. Malang: Badan Pusat Statistik Kabupaten Malang.
Budiman, Haris. 2017. Peran Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam
Pendidikan. Pendidikan Islam, 8(1): 31-43.
Budiyati, Emi, Nirmala F. D., dan Setiono. 2016. Pemanfaatan Hasil Eksplorasi
Plasma Nutfah Jeruk Nusantara. Agrovigor, 9(1): 58-66.
Chintary, V. Q. dan A. W. Lestari. 2016. Peran Pemerintah Desa dalam
Mengelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDES). Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, 5(2): 59-63.
Datika, W., R. H. Anang, dan R. Abubakar. 2018. Motivasi Membangun Kebun
Jeruk Keprok RGL (Rimau Gerga Lebong) di Kelurahan Agung Lawangan
Kecamatan Dempo Utara Kota Pagar Alam (Studi Kasus Sidarhan Pemilik
Kebun Jeruk Keprok RGL). Societa, VII(1): 40-50.
Demallino, E. B., Rahmadanih, dan Aswar. 2018. Efektivitas Kinerja Organisasi
Gabungan Kelompok Tani Pottanae. Sosial Ekonomi Pertanian, 14(3):
285-296.
Ekariski, D., Basito, dan B. Yudhistira. 2017. Studi Karakteristik Fisik dan
Mekanik Edible Film Pati Ubi Jalar Ungu dengan Penambahan Kitosan.
Teknologi Hasil Pertanian, 10(2): 128-134.
Gisti, S. E., S. Tarumun, dan J. Yusri. 2018. Analisis Pemasaran Jeruk Siam
Gunung Omeh (Citrus nobilis lourvar) di Nagari Koto Tinggi Kecamatan
Gunung Omeh Kabupaten Lima Puluh Kota. Agricultural Economics,
9(1): 72-80.
Hakim, A. R. 2017. Pembangunan Pertanian Memerlukan Arah Baru. Agrisilvika,
1(1): 29-36.
Hakimi, R., M. Noer, Nofialdi, Hasnah. 2019. Peran Lembaga Formal dan
Informal dalam Pengembangan Agroindustri di Kabupaten Limapuluh
Kota. Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, 3(3): 511-525.
Hartati, J. 2018. Analisis Pemasaran Jahe (Zingiber officinale Rose.). Agrohita,
2(2): 1-4.
Hartono, N. A. D., Sutrisno, dan E. Darmawati. 2018. Pengemasan Untuk
Mengurangi Resiko Cemaran Timbal (Pb) dan Penurunan Mutu Pada
Sistem Sistem Penjualan Buah Pedagang Kaki Lima. Penelitian Pasca
Panen Pertanian, 15(1): 52-62.
Hasudungan, A., E. Tety, dan Eliza. 2018. Analisis Pemasaran Jeruk Siam (Citrus
nobilis Lour var) di Desa Kuok Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar.
Agricultural Economics, 9(1): 57-71.
Husnarti, dan G. Ranti. 2018. Analisis Efisiensi Pemasaran Jeruk Siam Gunung
Omeh (JESIGO) di Nagari Koto Tinggi Kecamatan Gunung Omeh
Kabupaten Lima Puluh Kota. Pertanian, 2(1): 19-27.
Hutapea, Kenal. 2018. Analisis Sikap Kepuasan Konsumen terhadap Buah Jeruk
Lokal dan Jeruk Impor. Stindo Profesional, 4(4): 140-153.
Intan, L., Sunariyanto, dan Fiffudin. 2019. Implementasi Kebijakan Dana Desa
untuk Pengembangan Potensi Desa. Ji Mild, 10(2): 28-45.
Jeffry, M., A. H. A. Yusra, dan Radian. 2017. Strategi Pengembangan Usaha
Penangkar Bibit Jeruk Siam (Citrus nobilis) di Kabupaten Sambas. Social
Economic of Agriculture, 6(2): 97-103.
Kementerian Republik Indonesia. 2019. Luas Panen Jeruk Siam Menurut
Provinsi, 2014-2018. https://www.pertanian.go.id/home/ (diakses 27
Oktober 2019).
Kementerian Republik Indonesia. 2019. Produksi Jeruk Siam Menurut Provinsi,
2014-2018. https://www.pertanian.go.id/home/ (diakses 27 Oktober
2019).
Kementerian Republik Indonesia. 2019. Produktivitas Jeruk Siam Menurut
Provinsi, 2014-2018. https://www.pertanian.go.id/home/ (diakses 27
Oktober 2019).
Khairani, C. dan A. Dalapati. 2006. Penanganan Jeruk Segar. Sulawesi Tengah:
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.
Kuntariningsih, Apri, dan J. Mariyono. 2014. Adopsi Teknologi Pertanian untuk
Pembangunan Pedesaan: Sebuah Kajian Sosiologis. Agriekonomika, 3(2):
180-191.
Malik, M., W. H. Lestari, D. Karimah, D. S. Sa’diyah, W.S Pulko, M. I. Arwin, E.
Alvirawati. Kamaludin, A. J. Na’imah. R. M. Agustin. 2019. Penyuluhan
dan Pelatihan Pertanian Budidaya Jeruk. Prosiding Konferensi Pengabdian
Masyarakat, 1: 281-284.
Nofriati, D. dan N. Asni. 2015. Pengaruh Jenis Kemasan dan Tingkat Kematangan
Terhadap Kualitas Buah Jeruk Selama Penyimpanan. Penelitian
Pascapanen Pertanian, 12(2): 37-42.
Parma, P. G. 2014. Pengembangan Model Penguatan Lembaga Pertanian Sebagai
Prime Mover Pembangunan Kawasan Daerah Penyangga Pembangunan
(DPP) Destinasi Wisata Kintamani – Bali. Ilmu Sosial dan Humaniora,
3(1): 381-393.
Pemerintah Desa Wisata Pujon Kidul. 2017. Data Kependudukan Desa Pujon
Kidul. https://www.sie.pujonkidul.desa.id/penduduk.php (diakses 1
Oktober 2019).
Pratiwi, G. C. 2012. Kajian Penggunaan Kemasan Karton dan Peti Kayu Terhadap
Mutu Buah Tomat dalam Transportasi Darat. Skripsi. Bogor: Departemen
Teknik Mesin dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian Institut
Pertanian Bogor.
Purba, E. C., dan B. S. Purwoko. 2019. Teknik Pembibitan, Pemupukan, dan
Pengendalian Hama Penyakit Tanaman Komoditi Jeruk Siam (Citrus
nobilis var. microcarpa) di Kecamatan Simpang Empat dan Kecamatan
Payung, Kabupaten Karo, Sumatra Utara, Indonesia. Pro-Life, 6(1): 66-75.
Salamiah dan N. L. Aziza. 2018. Pengendalian Hayati Penyakit Diplodia pada
Jeruk Siam Banjar di Kabupaten Barito Kuala. Prosiding Seminar
Nasional Lingkungan Lahan Basah, 3(2): 375-379.
Saparinto, C. dan R. Susiana. 2016 Grown Your Own Fruits – Panduan Praktis
Menanam 28 Tanaman Buah Populer di Pekarangan. Yogyakarta: Lyly
Publisher.
Servina, Y. 2019. Dampak Perubahan Iklim dan Strategi Adaptasi Tanaman
Buah dan Sayuran di Daerah Tropis. Litbang Pertanian, 38(2): 65-76.
Setiawan, H. D. W. Soedibyo, dan D. Purbasari. 2019. Kajian Sifat Fisik dan
Kimia Jeruk Siam (Citrus nobilis var. microcarpa) Semboro Berdasarkan
Umur Simpan Menggunakan Pengolahan Citra Digital Teknologi
Pertanian Andalas, 23(1): 68-74.
Sobir. 2009. Buku Pintar Budi Daya Tanaman Buah Unggul Indonesia. Jakarta
Selatan: PT Agromedia Pustaka.
Soetriono, dan A. Suwandari. 2016. Pengantar Ilmu Pertanian. Malang:
Intimedia.
Suardi, I. D. P. O., D. P. Darmawan, I. D. G. R. Sarjana. 2016. Potensi dan Peran
Kelembagaan Pertanian dalam Perlindungan Lahan Pertanian Pangan di
Provinsi Bali. Manajemen Agribisnis, 4(1): 1-9.
Sugito, J. 2002. Peluang Usaha dan Pembudidayaan Jeruk Siam. Jakarta: PT
Penebar Swadaya.
Suratiyah, K. 2008. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya.
Syafitri, D. D., H. Fauzana, dan D. Salbiah. 2017. Kelimpahan Hama Kutu pada
Tanaman Jeruk Siam (Citrus nobilis Lour.) di Desa Kuok Kecamatan
Kuok Kabupaten Kampar Provinsi Riau, Jom FAPERTA. 4(1): 1-11.
Rahayu, W. P. Dan W. Adhi. 2015. Penerapan Good Logistic Practices sebagai
Penunjang Ekspor Buah Tropis. Manajemen Transportasi Logistik, 2(1):
93-106.
Ratnasari, D., A. Rauf, dan Y. Boekoesoe. 2017. Analisis Hubungan Manajemen
Usahatani Padi Sawah dengan Tingkat Keberhasilan Gapoktan Serumpun.
Agrinesia, 2(1): 74-82.
Riantari, N. M. A., I. W. Widyantara, dan I. D. G. R. Sarjana. 2015. Prospek
Pengembangan Usahatani Jeruk Siam di Desa Pupuan Kecamatan
Tegallalang Kabupaten Gianyar. Agribisnis dan Agrowisata, 4(4): 250-
258.
Rompas, R. V., R. Gosal, dan G. Undap. 2018. Efektifitas Pengelolaan Pasar
Tradisional Kawangkoan dalam Menunjang Pendapatan Asli Daerah
(Studi di Kec. Kawangkoan Kab. Minahasa), Jurusan Ilmu Pemerintahan.
1(1): 1-10.
Wirosoedarmo, R. 2017. Irigasi Pertanian Bertekanan. Malang: UB Press.
Yawan, C. A., A. A. I. Kesumadewi, dan I. W. D. Atmaja. 2017. Jumlah Spora
dan Genus Endomikhoriza pada Tanah Monokultur dan Tumpangsari
Jeruk Siam (Citrus nobilis Tan.) dengan Tanaman Sayuran di Desa
Sekaan Kecamatan Kintamani. Agrotrop, 7(1): 31-41.
DOKUMENTASI

Gambar 1. Foto Kelompok H5

Gambar 2. Tanaman Jeruk Siam


Gambar 3. Wawancara kepada Narasumber di Desa Pujon Kidul

Gambar 4. Pengangkutan Komoditas Pertanian yang Akan Dipasarkan


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
LABORATORIUM EKONOMI DAN PEMBANGUNAN PERTANIAN
PRAKTIKUM PENGANTAR ILMU PERTANIAN

KUESIONER

JUDUL : Identifikasi Sistem Pertanian Terintegrasi di Desa Wisata


Pujon Kidul Kecamatan Pujon Kabupaten Malang
LOKASI : Desa Wisata Pujon Kidul Kecamatan Pujon Kabupaten
Malang

Pewawancara
Nama : Kelompok H5
Hari / Tanggal Wawancara : Minggu, 6 Oktober 2019
Identitas Responden

Nama Responden : Ali Muhtar


Jabatan/Pekerjaan : Anggota Gapoktan Sari Agung

TTD
A. Gambaran Umum Desa Wisata Pujon Kidul Kecamatan Pujon
Kabupaten Malang

1. Bagaimana sejarah berdirinya Desa Wisata Pujon Kidul Kecamatan Pujon


Kabupaten Malang ?
Jawab : Sejarah Desa Wisata Pujon Kidul yaitu terpilihnya kepala desa Pujon
yaitu Budi Hartoko. Beliau mengutarakan visi misinya untuk menjadikan
Desa Pujon Kidul sebagai desa wisata karena terdapat banyak sumber daya
alam yang ada di Desa Pujon Kidul. Beliau menggerakkan para pemuda yang
disebut capung alas untuk mengembangkan wisata. Keadaan ini memberikan
daya tarik pada masyarakat sekitar, dengan latar belakang sebagai mantan
manajer hotel bidang pariwisata, beliau mulai menjalankan pembangunan
dalam berbagai aspek pada pertaniansebagai objek wisata,salah satunya yaitu
cafe sawah.
2. Apa saja komoditas yang diusahakan di Desa Wisata Pujon Kidul ?
Jawab : Komoditas sayuran : tomat, cabai, kol, sawi, wortel, bawang merah,
kubis, terong, kentang, dan selada. Komoditas buah-buahan : apel, jeruk, dan
alpukat.
3. Komoditas apa yang paling unggul di Desa Wisata Pujon ?
Jawab : Tomat.
4. Berapa luas lahan untuk komoditas yang dibudidayakan ?
Jawab : Total luas lahan di Desa Pujon Kidul adalah kurang lebih sekitar 230
ha dan untuk budidaya tomat kurang lebih sekitar 1000 m2.
5. Berapa tenaga kerja yang diperlukan untuk budidaya komoditas tomat dalam
sekali produksi ?
Jawab : Satu sampai dua orang tenaga kerja.
6. Apakah dengan jumlah pekerja tersebut dapat membuat kegiatan produksi di
Desa Wisata Pujon Kidul cukup efisien ?
Jawab : Jumlah pekerja yang ada tersebut dapat membuat kegiatan produksi
tomat di Desa Wisata Pujon Kidul berjalan efisien.
7. Apa saja kegiatan yang dikerjakan di Desa Wisata Pujon Kidul ?
Jawab : Bertani dan bercocok tanam, berternak, berdagang, dan ada yang
menjadi seorang guide atau pemandu wisata.
8. Apakah pemilihan tempat sudah strategis? Jika dirasa tempat yang dipilih
cukup strategis mengapa dan jika tidak mengapa ?
Jawab : Pemilihan tempat dari sekitar perkebunan maupun pariwisata dirasa
kurang strategis karena jenis tanah perkebunan memiliki kadar pH tanah yang
rendah sehingga di dalam pengolahannya memerlukan penetralan dengan
kapur pertanian terlebih dahulu. Alasan lain dari segi wisatanya yaitu dapat
dilihat dari lahan parkir yang kurang luas sehingga kurang memadai untuk
para pengunjung apalagi pada saat pengunjung membludak.
B. Teknologi dan Budidaya Usahatani Tomat di Desa Wisata Pujon kidul
Kecamatan Pujon Kabupaten Malang
1. Mengapa Desa Wisata Pujon memilih untuk membudidayakan komoditas
tersebut?
Jawab : Karena komoditas tersebut cocok dan dapat tumbuh dengan baik di
wilayah tersebut, karena sesuai dengan , iklim, cuaca, dan faktor penentu
lainya.
2. Apakah kondisi alam di lokasi DesaWisata Pujon sudah menjadi tempat yang
sesuai ? baik dari topografinya, letak geografisnya dan juga kondisi tanah
untuk mengembangkan komoditas yang dipilih ?
Jawab : Ya, Tomat dapat tumbuh dengan baik di dataran tinggi dengan
ketinggian > 900 mdpl, sementara desa pujon kidul memiliki ketinggian 1200
mdpl sehingga cocok untuk dibudidayakan disini.
3. Berapa jumlah input (Jumlah spesifik alat-alat ataupun bahan baku) yang
dibutuhkan guna memenuhi keperluan budidaya atau produksi pada
komoditas tersebut ?
Jawab : 1kg tomat = 3000- 3500, sementara total tomat ada 2000-an sehingga
total input bibit = Rp. 6000.00. pupuk kimia sebanyak 1,2-2 kg dan pupuk
kandang sebanyak 240 kg . alat proses budidaya meliputi: cangkul, traktor,
dan pompa juga dibutuhkan dalam proses budidaya.
4. Teknologi seperti apa yang sering digunakan untuk dapat memperlancar
kegiatan usahatani di Desa Wisata Pujon ?
Jawab: Hand tractor untuk pengolahan tanah, cangkul untuk membuat
bedengan, sprey pompa untuk penggunaan pupuk dan pestisida petani
menerapkan sistem semi organik.
5. Apakah teknologi yang digunakan dalam proses budidaya dapat membantu
dalam meningkatkan produksi ?
Jawab : Teknologi yang digunakan berdampak pada efisien waktu dan tenaga
kerja dalam proses penanaman, perawatan, hingga panen.
6. Bagaimana proses budidaya yang dilakukan pihak DesaWisata Pujon dalam
melakukan usahatani pada komoditas tersebut ?
Jawab : Tahap pertama proses budidaya adalah pengolahan tanah dimana
tanah yang akan ditanami tomat di taburi kapur pertanian untuk menetralkan
PH dalam tanah setelah netral, dilakukan penggemburan tanah dengan
menggunakan hand traktor kemudian dengan menggunakan cangkul dibentuk
bedengan lalu diberi jarak tanam antar tanaman tomat. Dalam satu bedengan
dapat di tanam1 tanaman pada bagian tengah atau 2 tanaman bagian kanan
dan kiri bedengan. Setelah pembutan bedengan selesai, bedengan di tutup
mulsa guna menghambat pertumbuhan gulma dan menghindari hama tanah
agar tidak merusak bibit tanaman yang masih mudah, kemudian dilakukan
penanaman 1 pembindahan bibit ke dalam tanah di tempat yang sudah
disiapkan ( bedengan). Kemudian dilakukan perawatan insetif pada tanaman
tomat dengan memberikan pupuk dan pestisida sesuai sayuran. Yaitu pupuk
npk sebanyak 30-50 gr/ tanaman tomat dan 1-2 kg pupuk kandang / tanaman
tomat.
7. Apa saja kendala yang dialami DesaWisata Pujon untuk membudidayakan
komoditas Tomat ?
Jawab : Kendala yang dialami yaitu harga jual tidak bisa ditentukan , modal
tidak sedikit , serta serangan hama dan penyakit seperti: ulat, orong- orong,
virus, kutu kutuan , jamur, dsb. Dan kurangnya air saat musim kemarau.
8. Bagaimana solusi dari DesaWisata Pujon untuk mengatasi kendala dalam
proses budidaya ?
Jawab : - dengan pemberian obat dan pestisida pada tanaman
- Pembentukan ulu- ulu ( kelompok pengairan) untuk pembagian
jatah air.
- Melakukan sistem tumpang sari, untuk mengantisipasi penurunan
harga pada salah satu komuditas pertanian.
C. Pengolahan Hasil Komoditas / Agroindustri Komoditas Apel dan Tomat
di Desa Wisata Pujon Kidul Kecamatan Pujon Kabupaten Malang
1. Dimana lokasi kegiatan pasca panen atau agroindustri Desa Wisata Pujon
Kidul?
Jawab : Di lahan pertanian untuk melakukan penyortiran hasil panen untuk
kemudian dijual. Hasil panen ada yang dijual langsung pada konsumen dan
ada yang diekspor ke luar kota dan luar pulau seperti Kalimantan dan
Sumatera. Kegiatan agroindustri oleh masing-masing pengusaha atau petani
di rumah masing-masing
2. Apa saja input yang dibutuhkan dalam melakukan kegiatan pada pasca panen
/ agroindustri yang ada di Desa Wisata Pujon Kidul?
Jawab : Input yang dibutuhkan
yaitu plastik mika untuk packing hasil panen tomat dan strawberry, jaring polinet
untuk packing buah dan sayur seperti apel, kentang dsb.
3. Bagaimana cara Desa Wisata Pujon Kidul memperoleh input yang dibutuhkan
untuk melaksanakan kegiatan pasca panen / agroindustri?
Jawab : Didapatkan dari toko-toko atau pasar penyedia input yang dibutuhkan
dalam kegiatan pasca panen maupun agroindustri di Desa Wisata Pujon
Kidul.
4. Apa saja produk yang dihasilkan oleh kegiatan pengolahan pasca panen /
agroindustri?
Jawab : Serta hasil panen lainnya dapat diubah menjadi makanan yang dijual
dikedai atau cafe sawah di Desa Wisata Pujon Kidul
5. Bagaimana proses pembuatan atau pengolahan produk pasca panen /
agroindustri?
Jawab : Keripik apel dibuat dengan pemotongan apel secara vertikal
kemudian digoreng dialat penggorengan selama satu hari.
6. Apa saja kendala yang dihadapi selama proses pengolahan produk pasca
panen / agroindustri?
Jawab : Produk tidak cepat dipasarkan dapat menjadi basi sehingga
menyebabkan input penerimaan petani menurun.
7. Bagaimana solusi yang diterapkan untuk mengatasi kendala tersebut?
Jawab : Pembuatan produk disajikan semenarik mungkin, baik dari segi isi,
rasa dan pengemasan dalam produk menth ataupun jadi agar menarik minat
pembeli.
D. Kelembagaan Pertanian di Desa Wisata Pujon Kidul Kecamatan Pujon
Kabupaten Malang
1. Apa saja lembaga yang berperan dalam membantu proses produksi maupun
agroindustri atau pemasaran Desa Wisata Pujon Kidul ?
Jawab : yaitu adanya kelompok-kelompok tani yang tergabung dalam
Gapoktan, serta terhadap lembaga Badan Usaha Milik Desa yang membantu
para petani.
2. Apakah kelembagaan yang ada di Desa Wisata Pujon Kidul sudah memiliki
ijin hukum ?
Jawab : BUMDES sudah memiliki izin hukum yang legal dan sah begitupun
dengan Gapoktan yang ada di Desa Wisata Pujon Kidul.
3. Apa tujuan utama didirikan kelembagaan tersebut ?
Jawab : Untuk membantu proses pertanian di desa tersebut serta membeli
solusi atas permasalahan yang terjadi.
4. Apa fungsi dan peran kelembagaan di Desa Wisata Pujon Kidul ?
Jawab : BUMDES membantu petani dalam hal penyewaan lahan, pemberian
bantuan berupa pupuk dan pestisida.
5. Sejak kapan lembaga tersebut mulai bekerja sama dengan Desa Wisata Pujon
Kidul ?
Jawab : BUMDES sudah terbentuk dan bekerja sama dengan para kelompok
tani sudah sekitar 5 tahun. Kelompok tani ini sudah terbentuk sebelum ada
desa wisata.
6. Apakah ada kendala yang dialami oleh Desa Wisata Pujon Kidul selama di
bekerja sama dengan lembaga tersebut?
Jawab : Yaitu sulitnya prosedur yang harus dilakukan untuk meminjam alat
dan meminta bantuan pada BUMDES, serta terjadinya kesalahpahaman yang
kerap terjadi.
7. Bagaimana langkah Desa Wisata Pujon Kidul guna mengatasi kendala
tersebut ?
Jawab : Yaitu dengan bermusyawarah untuk menemukan titik terang atau
solusi dari permasalahan yang terjadi di Desa Wisata Pujon Kidul.
E. Pemasaran Komoditas Apel, Tomat di Desa Wisata Pujon Kidul
Kecamatan Pujon Kabupatenn Malang
1. Bagaimana cara Desa Wisata Pujon Kidul memasarkan hasil panen yang
diperoleh ?
Jawab : Ada yang dijual langsung kepada konsumen dan ada juga yang
langsung didatangi tengkulak jika harga jualnya sedang tinggi.
2. Disimpan dimanakah hasil produksi dari Desa Wisata Pujon Kidul sebelum
barang akan dipasarkan ?
Jawab : Hasil produksi tidak disimpan terlebih dahulu, tapi langsung
dipasarkan karena hasil produksi tidak tahan lama.
3. Berapa harga jual produk yang dihasilkan oleh Desa Wisata Pujon Kidul dari
hasil panen yang diperoleh?
Jawab : Tomat = Rp. 2.500/Kg, cabai=Rp. 11.000-Rp. 15.000/Kg, sayur-
sayuran=mulai Rp. 2.500/Kg, apel=Rp. 5.000-Rp. 11.000/Kg
4. Apakah Desa Wisata Pujon Kidul memiliki outlet sendiri untuk memasarkan
produknya ?
Jawab : Ya, ada yang di rumah masing-masing petani dan ada yang berada di
sepanjang jalan Desa Wisata Pujon Kidul dan ada juga di Cafe Sawah.
5. Bagaimana alur/saluran pemasaran dari hasil produksi Desa Wisata Pujon
Kidul ?
Jawab : Petani  Tengkulak  Konsumen. Konsumen berasal dari dalam
wilayah maupun luar wilayah.
6. Apakah ada hambatan dalam saluran pemasaran yang dijalankan Desa Wisata
Pujon Kidul?
Jawab : Ya, persediaan apel tidak mencukupi kebutuhan pasar di luar pulau
seperti Sumatera dan Bali.
7. Bagaimana solusi dari kendala yang terjadi selama kegiatan pemasaran ?
Jawab : Dengan meningkatkan produksi apel serta perluasan lahan untuk
dapat memenuhi permintaan pasar.

Anda mungkin juga menyukai