Standar Pelayanan Kesehatan
Standar Pelayanan Kesehatan
Standar Pelayanan Kesehatan
Disusun Oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, serta taufik dan
hidayahnya sehingga makalah yang berjudul “Standar Pelayaan Kesehatan”
ini bisa terselesaikan dengan lancar. Tidak lupa shalawat serta salam kita ucapkan
kepada Baginda besar Nabi Muhammad SAW yang telah mengubah era dari
zaman kebodohan ke jalan yang terang benderang ini dan yang selalu kita
nantikan syafa`atnya di yaumul akhir nanti.
Makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Konsep Dasar
Keperawatan. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada ibu Lailatul Fadhilah,
S.Kep., M.Kep, selaku dosen mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan yang telah
membimbing.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan pembaca
dan kami selaku penyusun makalah ini menyadari bahwa masih banyak
kekurangan, maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi menyempurnakan makalah selanjutnya.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
A. Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan...................................................................3
B. Perspektif Mutu Pelayanan Kesehatan....................................................................5
C. Standar Mutu Pelayanan Kesehatan........................................................................6
D. Mengukur Mutu Pelayanan Kesehatan....................................................................9
E. Manfaat Program Jaminan Mutu Kesehatan............................................................14
BAB III PENUTUP...........................................................................................................16
A. Kesimpulan..............................................................................................................16
B. Saran........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mutu pelayanan kesehatan menjadi hal yang penting dalam organisasi
pelayanan kesehatan, peningkatan kesadaran masyarakat tentang kesehatan
dan pelayanan kesehatan untuk sadar mutu dalam memberikan pelayanan
kepada pengguna jasa organisasi pelayanan kesehatan. Setiap permasalahan
yang muncul dalam organisasi pelayanan kesehatan khususnya berkaitan
dengan mutu layanan kesehatan, terdapat tiga konsep utama yang selalu
muncul. Konsep tersebut adalah akses,biaya,dan mutu (Herlambang, 2016).
Tentu saja, akses mencakup akses fisik, keuangan, dan mental atau
intelektual terhadap perawatan dan layanan kesehatan yang tersedia. Masalah
keterjangkauan dan efesiensi juga merupakan hal yang penting. Namun,
layanan yang disediakan dalam suatu institusi kesehatan harus memiliki
karakteristik tertentu, disamping persoalan keterjangkauan dan ketersediaan.
Karakteristik itu harus mencakup elemen dan karakteristik mutu. (Pohan,
2006).
Elemen kepuasan konsumen sebenarnya merupakan yang terpenting. Jika
konsumen (si pasien) tidak puas dengan layanan yang diberikan, dia tidak
akan mencari layanan itu atau menerimanya, walaupun layanan tersebut
tersedia, mudah didapat, dan mudah dijangkau. Oleh karena itu, mutu layanan
yang ditawarkan merupakan hal yang penting dalam layanan kesehatan,
namun, mutu harus berasal dari perspektif konsumen karena mutu layanan
merupakan jasa yang diterima oleh konsumen layanan tersebut (Pohan, 2006).
Jadi apa sebenarnya mutu? Apakah sesuatu yang luar biasa? Apakah
sesuatu yang terbaik? Apakah sesuatu layanan yang mahal? Belum tentu
demikian. Mutu dapat berarti suatu cara sederhana untuk meraih tujuan yang
diinginkan dengan cara yang paling efisien dan efektif, dengan penekanan
untuk memuaskan pembeli atau konsumen.(Pohan 2006).
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian mutu pelayanan kesehatan?
2. Bagaimana perspektif mutu pelayanan kesehatan?
3. Bagaimana standar mutu pelayanan kesehatan?
4. Bagaimana cara mengukur mutu pelayanan kesehatan?
5. Apa manfaat mutu pelayanan kesehatan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian mutu pelayanan kesehatan
2. Untuk mengetahui perspektif mutu pelayanan kesehatan
3. Untuk mengetahui standar mutu pelayanan kesehatan
4. Untuk mengetahui cara mengukur mutu pelayanan kesehatan
5. Untuk mengethaui manfaat mutu pelayanan kesehatan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dikelola sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
prosedur kerjayang berlaku dengan maksud pelayanan kesehatantersebut
dapat diterima oleh pelanggan secara baik.
2. Proses Yang Dilakukan
Proses adalah semua kegiatan atau aktivitas dari seluruh karyawan dan
tenaga profesi dalam interaksinya dengan pelanggan, baik pelanggan
internal (sesama petugas atau karyawan) masyarakat yang datang ke
puskesmas atau rumah sakit. Baik atau tidaknya proses yang dilakukan
dipuskesmas atau rumah sakit dapat diukur dari:
a. Relevan atau tidaknya proses yang diterima oleh pelanggan
b. Efektif atau tidaknya proses yang dilakukan
c. Mutu proses yang dilakukan
Variabel adalah proses pendekatan langsung terhadap mutu pelayanan
kesehatan. Semakin patuh petugas (profesi) terhadap standar pelayanan,
maka semakin bermutu pelayanan kesehatan yang diberikan.
3. Hasil Yang Dicapai
Hasil yang dimaksud disini adalah tindak lanjut dari keluaran berupa
hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga profesi serta seluruh karyawan
terhadap pelanggan. Hasil yang diharapkan berupa perubahan yang terjadi
pada pelanggan, baik secara fisik-fisiologis maupun sosial-psikologis,
termasuk kepuasan pelanggan. Hasil merupakan pendekatan secara tidak
langsung, namun sangat bermanfaat untuk mengukur mutu pelayanan
dipuskesmas, rumah sakit, atau institusi pelayanan kesehatan lainnya.
Logika yang dipakai adalah jika masukan telah tersedia sesuai rencana,
maka proses akan bisa terlaksana. Apabila proses dilaksanakan sesuai
yang direncanakan berdasarkan standar yang ada, maka hasil akan tercapai
dengan baik.
4
B. Perspektif Mutu Pelayanan Kesehatan
Menurut Wiyono (1999), beberapa perspektif mengenai mutu pelayanan
kesehatan yaitu:
1. Bagi Pemakai Jasa Pelayanan Kesehatan/Masyarakat
Pasien/masyarakat (konsumen) melihat layanan kesehatan yang
bermutu sebagai suatu layanan kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan
dan diselenggarakan dengan cara yang sopan dan santun, tepat waktu,
tanggap dan mampu menyembuhkan keluhannya serta mencegah
berkembangnya atau meluas penyakitnya.
Pandangan pasien ini sangat penting karena pasien yang merasa puas
akan mematuhi pengobatan dan mau datang berobat kembali. Pemberi
layanan harus memahami status kesehatan dan kebutuhan layanan
kesehatan masyarakat yang dilayaninya dan mendidk masyarakat tentang
layanan kesehatan dasar dan melibatkan masyarakat dalam menentukan
bagaimana cara yang paling efektif menyelenggarakan layanan kesehatan,
sehingga diperlukan suatu hubungan yang saling percaya antara pemberi
layanan kesehatan atau provider dengan pasien/masyarakat.
2. Bagi Pemberi Layanan Kesehatan
Pemberi layanan kesehatan (provider) mengaitkan layanan kesehatan
yang bermutu dengan ketersediaan peralatan, prosedur kerja atau protokol,
kebebasan profesi dalam melakukan setiap layanan kesehatan sesuai
dengan teknologi kesehatan mutakhir, dan bagaimana keluaran (outcome)
atau hasil layanan kesehatan tersebut.
Komitmen dan motivasi pemberi layanan keschatan bergantung pada
kemampuannya dalam melaksanakan tugas dengan cara yang optimal.
Profesi layanan kesehatan membutuhkan dan mengaharapkan adanya
dukungan teknis, administratif, dan layanan pendukung lainnya yang
efektif serta efisien dalam menyelenggarakan layanan kesehatan yang
bermutu tinggi.
5
3. Bagi penyandang dana pelayanan kesehatan
Penyandang dana atau asuransi kesehatan menganggap bahwa layanan
kesehatan yang bermutu sebagai suatu layanan keschatan yang efektif dan
efisien. Pasien diharapkan dapat disembuhkan dalam waktu yang sesingkat
mungkin sehingga biaya pengobatan dapat menjadi efisien. Kemudian
upaya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit akan ditingkatkan agar
layanan kesehatan penyembuhan semakin berkurang.
4. Bagi pemilik sarana layanan kesehatan
Pemilik sarana layanan keschatan berpandangan bahwa layanan
kesehatan yang bermutu merupakan layanan kesehatan yang menghasilkan
pendapatan yang mampu menutupi biaya operasional dan pemeliharaan,
tetapi dengan tarif yang masih terjangkau oleh pasien/masyarakat, yaitu
pada tingkat biaya yang tidak mendapat keluhan dari pasien dan
masyarakat.
5. Bagi administrator layanan kesehatan
Administrator walau tidak langsung memberikan layanan kesehatan
pada masyarakat, ikut bertanggung jawab dalam masalah mutu layanan
kesehatan. Administrator dapat menyusun prioritas dalam menyediakan
apa yang menjadi kebutuhan dan harapan pasien serta pemberi layanan
kesehatan.
6
telah ditetapkan. Semakin sesuai suatu yang diukur dengan indikator, semakin
sesuai keadaanya dengan standar yang telah ditetapkan (Herlambang, 2016).
7
karena menunjuk kepada unsur keluaran, disebut dengan nama standar
keluaran atau standar penampilan.
Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan keempat
standar ini perlulah dipantau serta dinilai secara obyektif dan
berkesinambungan. Apabila ditemukan penyimpangan, perlu segem
diperbaiki. Pemantauan dan penilaian standar ini diukur dari indikator
yang sesuai, yang secara umum dapat dibedakan menjadi empat macam,
yaitu indikator masukan, indikator proses, indikator lingkungan, serta
indikator keluaran.
8
4. Mudah dijangkau
Syarat pokok pelayanan kesehatan yang keempat adalah mudah
dijangkau (affordable) oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan disini
terutama dari sudut jarak dan biaya. Untuk mewujudkan keadaan seperti
ini harus diupayakan pendekatan sarana pelayanan keschatan dan biaya
kesehatan diharapkan sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.
5. Bermutu
Syarat pokok pelayanan kesehatan yang kelima adalah yang bermutu
(quality). Pengertian mutu yang dimaksud adalah yang menunjuk pada
tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang
disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan pihak
lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar
yang telah ditetapkan.
9
melakukan pelayanan kesehatan seperti yang tersebut dalam standar
pelayanan kesehatan.
Standar struktur antara lain ialah tenaga kesehatan yang kompeten,
peralatan pemeriksaan, obat, kamar pemeriksaan, pasien dan waktu
konsultasi harus ditentukan.
2. Standar proses/process
Standar proses menentukan kegiatan apa yang harus dilakukan agar
standar pelayanan kesehatan dapat dicapai, proses akan menjelaskan apa
yang dikerjakan, untuk siapa, siapa yang mengerjakan, kapan dan
bagaimana standar pelayanan keschatan dapat dicapai.
Dalam contoh standar pelayanan ISPA, maka sebagai proses adalah,
petugas kesehatan memeriksa balita yang batuk, dengan melakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik seperti apa yang telah ditentukan dalam
standar pelayanan kesehatan. Semua hasil anamnesis dan pemeriksaan
fisik tersebut dicatat dengan lengkap dan akurat dalam rekam medik.
3. Standar keluaran atau output
Standar keluaran atau ousput atau hasil pelayanan kesehatan ialah
hasil pelayanan kesehatan yang dilaksanakan sesuai standar pelayanan
keschatan dan ini sangat penting. Kriteria “outcome’ yang umum
digunakan antara lain:
a. Kepuasan pasien
b. Pengetahuan pasien
c. Fungsi pasien
d. Indikator kesembuhan, kematian, komplikasi dIl.
10
Standar pelayanan kesehatan merupakan suatu alat organisasi untuk
menjabarkan mutu kedalam terminologi operasional. Standar, indikator dan
nilai ambang batas merupakan unsur-unsur yang akan membuat jaminan mutu
pelayanan kesehatan dapat diukur. Indikator didefinisikan sebagai tolok ukur
untuk mengetahui adanya perubahan yang dikaitkan dengan target/standar
yang telah ditentukan sebelumnya. Jenis-jenis indikator bisa dikelompokkan
berdasarkan; input (berkaitan dengan man, money, material, method dan
management), process (berkaitan dengan proses yang dilakukan untuk
menghasilkan sesuatu baik barang maupun jasa). ouput (berkaitan dengan
sesuatu yang dihasilkan bisa dalam bentuk barang ataupun selesainya
pekerjaan jasa), outcome (berkaitan dengan ukuran yang dirasakan pelanggan,
biasanya merupakan persepsi pelanggan terhadap pemanfaatan layanan),
benefit (berkaitan dengan ukuran terhadap manfaat bagi pelanggan atau bagi
pemberi pelayanan) dan impact (berkaitan dengan ukuran dampak dari suatu
produk secara luas dan biasanya jangka panjang).
11
Perizinan merupakan salah satu mekanisme untuk menjamin mutu
pelayanan kesehatan. SID (Surat Izin Dokter) dan SIP (Surat lzin Praktek)
yang diberikan merupakan suatu pengakuan bahwa dokter tersebut
memenuhi syarat untuk melakukan profesi dokter. Demikian pula halnya
degan profesi kesehatan lain, harus mempunyai izin kerja sesuai dengan
profesinya. Mekanisme perizinan belum menjamin sepenuhnya
kompetensi tenaga kesehatan yang ada atau mutu pelayanan kesehatan
fasilitas pelayanan kesehatan tersebut.
c. Standardisasi
Dengan menerapkan standardisasi, seperti standardisasi peralatan,
tenaga, gedung, sistem, organisasi, anggaran, dll, maka diharapkan
fasilitas pelayanan kesehatan menjadi bemmutu. Standardisasi akan
membangun klasifikasi pelayanan kesehatan. Contohnya standardisasi
pelayanan rumah sakit akan dapat mengelompokkan atau
mengklasifikasikan rumah sakit dalam berbagai kelas tertentu, misalnya
rumah sakit umum kelas A, kelas B, kelas C dan kelas D. Rumah sakit
jiwa kelas A dan kelas B.
d. Sertifikasi (certification)
Sertifikasi adalah langkah selanjutnya dari perizinan. Misalnya,
pengakuan sebagai dokter spesialis adalah sertifikasi. Di Indonesia
perizinan itu dilakukan oleh departemen kesehatan atau dinas kesehatan
sedang sertifikasi oleh pendidikan profesi (Dpdikbud, CHS, Organisasi
Profesi).
e. Akreditasi
Akreditasi adalah pengakuan bahwa suatu instuisi pelayanan kesehatan
seperti rumah sakit telah memenuhi beberapa standar pelayanan kesehatan
tertentu. Indonesia telah melakukan akreditasi rumah sakit umum yang
dilakukan oleh Departemen Kesehatan.
Pengukuran mutu prospektif terfokus pada penilaian sumber daya,
bukan kinerja penyelenggaraan pelayanan keschatan. Ini merupakan salah
12
satu kekurangan pengukuran mutu dengan cara prospektif (Prastiwi,
2010).
13
E. Manfaat Program Jaminan Mutu Kesehatan
Program menjaga mutu adalah suatu upaya yang dilakukan secara
berkesinambungan, sistematis, objektif dan terpadu dalam menetapkan
masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan kesehatan berdasarkan
standar yang telah ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan cama
penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia, serta menilai
hasil yang dicapai dan menyusun saran-saran tindak lanjut untuk lebih
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan (Herlambang, 2016).
14
4. Dapat Melindungi Penyelenggara Pelayanan Kesehatan dan Kemungkinan
Timbulnya Gugatan Hukum.
Pada saat ini sebagai akibat makin baiknya tingkat pendidikan
masyarakat, maka kesadaran hukum masyarakat juga telah semakin
meningkat. Untuk mencegah kemungkinan gugatan hukum terhadap
penyelenggara pelayanan kesehatan, antara lain karena ketidakpuasan
terhadap pelayanan kesehatan, perlulah diselenggarakan pelayanan
kesehatan yang sebaik-baiknya.
Dari uraian tersebut, mudah dipahami bahwa terselenggaranya
program menjaga mutu pelayanan kesehatan mempunyai peranan yang
besar dalam melindungi penyelenggara pelayanan kesehatan dan
kemungkinan timbulnya gugatan hukum, karena memang pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan telah terjamin mutunya.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kita ambil adalah sebagai berikut:
1. Mutu pelayanan kesehatan adalah derajat kesempurrnaan pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan pelayanan dengan
menggunakan potensi sumber daya yang tersedia secara wajar, efisien, dan
efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan norma, etika, hukum,
dan sosial budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan
pemerintah dan masyarakat.
2. Terdapat beberapa perspektif mengenai mutu pelayanan kesehatan di
antara menurut konsumen layanan kesehatan sebagai suatu layanan
kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat .
3. Standar mutu pelayanan kesehatan terbagi menjadi 2 yaitu standar
persyaratan minimal yaitu menunjuk kepada keadaan minimal yang harus
dipenuhi untuk dapat menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan
bermutu dan standar penampilan minimal yaitu menunjuk kepada
penampilan pelayanan kesehatan yang masih dapat diterima
4. Pengukuran mutu pelayanan kesehatan terdapat beberapa langkah-langkah
yaitu pembentukan kelompok jaminan mutu pelayanan kesehatan,
kemudian menyusun standar pelayanan kesehatan setelah itu memilih
teknik yang akan digunakan dalam pengukuran mutu kemudian melakukan
mutu dengan cara membandingkan standar pelayanan kesehatan dengan
kenyataan yang tercapai.
5. Manfaat dari program penjaminan mutu adalah dapat meningkatkan
efektifitas pelayanan kesehatan, dapat meningkatkan efisiensi pelayanan
kesehatan, dapat meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan, serta dapat melindungi penyelenggara pelayanan
kesehatan dan kemungkinan timbulnya gugatan hukum.
16
B. Saran
Adapun saran yang diberikan yaitu agar mutu pelayanan kesehatan di
Indonesia harus lebih ditingkatkan salah satunya dengan meningkatkan
disiplin kepada karyawan yang sesuai dengan aturan yang berlaku sehingga
dapat menumbuhkan kehandalan dalam memberikan pelayanan kesehatan
sehingga ada kepuasan tersendiri bagi konsumen dan akhirnya meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan yang baik.
17
DAFTAR PUSTAKA
Prastiwi, Elyana Niken. 2010. Analisis Mutu Pelayanan Intensive Care Unit
(ICU) melalui Audit Kematian di RSUD Kota Bekasi Tahun 2009.
Universitas Indonesia. Depok.
Wiyono, DJ. 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan: Teori, Strategi dan
Aplikasi. Universitas Airlangga. Surabaya.
18