Makalah PRK Kinerja BK (Kel 4) - Dikonversi

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PERANGKAT KINERJA DAN PROGRAM BIMBINGAN DAN


KONSELING

PENYUSUNAN PROGRAM BULANAN, MINGGUAN, DAN HARIAN


BIMBINGAN DAN KONSELING

Dosen Pengajar :

Dr. Julinda Siregar, M.Pd

Disusun oleh :

1. Steven Oktavianus Elu (201801500010)

2. Mega sesva (201801500047)

3. Adinda Mega Shakyla (201801500040)

UNIVERSITAS INDRAPRASTA (UNINDRA) PGRI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL

PROGRAM STUDI BIMIBINGAN DAN KONSELING

Jl. Raya Tengah No.80 Gedong, Pasar Rebo, Jakarta Timur 13760

Tahun Akademik 2018/2019


PENDAHULUAN

Bimbingan dan konseling diselenggarakan di sekolah sebagai bagian dari


keseluruhan usaha sekolah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Sebagai
subsistem pendidikan di sekolah, bimbingan dan konseling dalam pelaksanaannya
tidak pernah lepas dari perencanaan yang seksama dan bersistem. Sebagai suatu
kegiatan, apabila dilakukan secara sembarangan, tak terencana, dapat dipastikan
hasilnya tidak akan diketahui secara pasti. Apabila bimbingan dan konseling tidak
dilakukan secara terencana dan sembarangan maka tidak akan dapat diketahui
seberapa hasil yang telah dicapai dalam konteks kontribusinya bagi pencapaian
tujuan pendidikan di sekolah. Sedangkan program itu merupakan rencana kerja.
Menurut Suherman (2010) program adalah kegiatan yang dirancang dan dilakukan
secara kait mengkait untuk mencapai tujuan tertentu. Pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah, termasuk dalam bidang bimbingan belajar, diarahkan untuk
memenuhi kebutuhan siswa (Cobia & Handerson, 2003; Gysbers & Handerson,
2006).
Bimbingan dan konseling memiliki konsep dan peran yang ideal, karena
dengan berfungsinya bimbingan dan konseling secara optimal semua kebutuhan
dan permasalahan siswa di sekolah akan dapat ditangani dengan baik (Zamroni &
Rahardjo, 2014).
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 111 Tahun 2014
Tentang Pelayanan Bimbingan dan Konseling pada Jalur Pendidikan Dasar dan
Menengah, memberikan pandangan baru tentang arah manajemen bimbingan dan
konseling. Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah
bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum
(perundang-undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting yaitu
menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut konseli,
agar mampu mengembangkan petensi dirinya atau mencapai tugas-tugas
perkembangannya (Kamaluddin, 2011).
PEMBAHASAN

1. Konsep Program

Program merupakan bagian merancang sesuatu kegiatan agar dapat terarah,


sistematis dan dikemas melalui tahap-tahap perencanaan, desain, implementasi,
evaluasi, dan tindak lanjut. Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014 diterbitkan
untuk menjadi acuan baru pelaksanaan tata kelola bimbingan dan konseling
mulai dari planning, organizing, staffing, leading dan controlling. Program yaitu
serangkaian rancangan kegiatan yang disusun secara tertulis dan terarah untuk
mencapai tujuan yang diharapkan dan memiliki tenggat waktu tertentu.
Menurut Wahyu Sumidjo (1999) yang dimaksud dengan program ialah rencana
komprehensif yang memuat penggunaan sumber-sumber dalam pola yang
terintegrasi serta urutan tindakan kegiatan yang dijadwalkan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.

Program bimbingan dan konseling adalah suatu rangkayan kegiatan


bimbingan yang telah direncanakan, terorganisasi dan terkoordinir selama
periode waktu tertentu, yaitu tahunan, semesteran, bulanan dan mingguan, serta
juga program harian (W.S Winkel, 1997). Sejalan dengan pendapat di atas,
Pengurus Besar IPBI (2001) mendefinisikan program bimbingan dan konseling
sebagai satuan rencana keseluruhan kegiatan bimbingan dan konseling yang
akan dilaksanakan pada periode waktu tertentu, seperti periode bulanan,
semester, tahunan. Program Bimbingan dan Konseling disusun berdasarkan
pada kebutuhan siswa (need assestment), kebutuhan sekolah masing-masing,
tuntutan masyarakat, tuntutan perkembangan jaman serta tugas perkembangan.
Oleh sebab itu program bimbingan dan konseling pada lembaga sekolah di
berbagai jenjang pendidikan berbeda.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa program bimbingan dan


konseling adalah penjabaran dari kegiatan yang akan dilaksanakan oleh seorang
konselor atau guru BK yang di buat berdasarkan need asesemen dari siswa dan
dilakukan dalam periode waktu tertentu.

2. Ketentuan Program

Berikut merupakan ketentuan-ketentuan tentang bimbingan dan konseling


di SLTA, yaitu:
1. Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi yang
didalamnya memuat struktur kurikulum, telah mempertajam perlunya
disusun dan dilaksanakannya program pengembangan diri yang bertujuan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap
peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri
difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga pendidikan
yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.

2. Permendiknas Nomor 23 tahun 2006 dirumuskan SKL yang harus


dicapai peserta didik melalui proses pembelajaran bidang studi, maka
kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan
bimbingan dan konseling adalah kompetensi kemandirian untuk
mewujudkan diri (self actualization) dan pengembangan kapasitasnya
(capacity development) yag dapat mendukung pencapaian kompetensi
lulusan. Sebaliknya, kesuksesan peserta didik dalam mencapai SKL akan
secara signifikan menunjang terwujudnya pengembangan kemandirian

3. Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas


Sekolah/Madrasah; dan

4. Permendikbud No 81 A tahun 2013 tentang kurikulum.

5. Permendikbud No 111 tahun 2014

3. Jenis jenis Program


Program bimbingan konseling merupakan isi dari keseluruhan organisasi
bimbingan konseling di sekolah. Program-program ini disusun dengan
memperhatikan pola umum bimbingan konseling dan berbagai kondisi yang
terdapat di lapangan. Dewa Ketut Sukardi, (2003) menjelaskan jenis-jenis dari
program bimbingan konseling di sekolah antara lain :
a. Program Tahunan, yaitu program pelayanan Bimbingan dan
Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu tahun untuk masing-
masing kelas di sekolah/madrasah.
b. Program Semesteran, yaitu program pelayanan Bimbingan dan
Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu semester yang
merupakan jabaran program tahunan.
c. Program Bulanan, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling
meliputi seluruh kegiatan selama satu bulan yang merupakan jabaran
program semesteran.
d. Program Mingguan, yaitu program pelayanan Bimbingan dan
Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu minggu yang
merupakan jabaran program bulanan.
e. Program Harian, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling
yang dilaksanakan pada hari-hari tertentu dalam satu minggu. Program
harian merupakan jabaran dari program mingguan dalam bentuk satuan
layanan (SATLAN) dan atau satuan kegiatan pendukung (SATKUNG)
Bimbingan dan Konseling.

4. Dasar Penyusunan Program


Dalam buku Panduan Pengembangan Diri (2007) dijelaskan bahwa dalam
menyusun program BK, subtansi program pelayanan konseling meliputi empat
bidang bimbingan, jenis layanan dan kegiatan pendukung, format kegiatan,
sasaran layanan, dan volume/beban tugas konselor. Dasar penyusunan program
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah need assesmen
(kebutuhan siswa).
Adapun dasar penyusunan program BK di sekolah adalah sebagai berikut :
1. Program pelayanan konseling disusun berdasarkan kebutuhan peserta
didik (need assessment) yang diperoleh melalui aplikasi instrumentasi.
Pengukuran kebutuhan ini memegang peranan penting dalam penyusunan
program, mengingat hasil asesmen yang memadai akan menjadi dasar untuk
menentukan intervensi edukatif secara tepat (Anni, 2012).
2. Substansi program pelayanan konseling meliputi keempat bidang, jenis
layanan dan kegiatan pendukung, bentuk kegiatan, sasaran pelayanan, dan
volume/beban tugas konselor/guru kelas (guru yang mendapatkan tugas
mengelola kegiatan pelayanan konseling. (Depdiknas, 2007).

5. Syarat-Syarat Program
Dalam membuat rancangan program, setidaknya harus mencakup
komponen ”SMART” (Specific, Measurable, Achievable, Realistic and Time
Bound).
1. Specific, artinya program yang disusun memiliki fokus yang jelas dan
mencakup bidang tertentu secara khusus.
2. Measureable, artinya program-program dan kegiatan-kegiatan yang dipilih
dapat diukur pencapaiannya.
3. Achieveable, artinya program-program yang dirancang terjangkau untuk
dicapai, baik dari segi waktu, biaya maupun kondisi yang ada.
4. Realistics, artinya program-program benar-benar didasarkan pada data atau
kondisi dan kebutuhan riil sekolah-sekolah binaan serta tidak mengada-ada.
5. Time Bound, artiya program yang dirancang memiliki batasan waktu
pencapaian atau pelaksanaan yang jelas. (Depdiknas, 2009)
Selain itu, program bimbingan dan konseling yang dibuat oleh guru BK
dalam rangka memberikan pelayanan yang sesuai pada siswanya bukanlah di
buat secara acak saja. Namun pembuatan program dilakukan dengan
pertimbangan yang matang, dan memenuhi syarat-syarat dari program. Syarat
program bimbingan dan konseling ( Prayitno : 1997) yaitu :
1. Berdasarkan kebutuhan, bagi pengembangan siswa sesuai dengan kondisi
pribadinya serta jenjang dan jenis pendidikannya.
2. Lengkap dan menyeluruh, memuat segenap fungsi bimbingan, meliputi
semua jenis layanan dan kegiatan pendukung serta menjamin dipenuhinya
prinsip dan asas-asas bimbingan konseling. Kelengkapan program ini
disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik pada satuan
pendidikan yang bersangkutan.
3. Sistematik, dalam arti program disusun menurut urutan logis,
tersinkronisasi dengan menghindari tumpang tindih yang tidak perlu serta
dibagi-bagi secara logis.
4. Terbuka dan luwes, mudah menerima masukan untuk pengembangan dan
penyempurnaannya tanpa harus merombak program itu secara menyeluruh
5. Memungkinkan kerjasama, dengan semua pihak yang terkait dalam rangka
memanfaatkan berbagai sumber dan kemudahan yang tersedia bagi
kelancaran dan keberhasilan pelayanan bimbingan konseling.
6. Memungkinkan diselenggarakannya penilaian dan tindak lanjut, untuk
penyempurnaan program pada khususnya dan peningkatan keefektifan dan
keefisienan penyelenggaraan program bimbingan konseling pada
umumnya.

6. Unsur-Unsur Program BK
Prayitno menjelaskan dalam Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Berbasis Kompetensi (2002) bahwa unsur-unsur program bimbingan dan
konseling diantaranya adalah:
1. Kebutuhan siswa yang diketahui melalui berbagai instrumen
pengungkapan masalah dan data yang terdapat dalam himpunan data.
2. Jumlah siswa asuh yang wajib dibimbing oleh guru BK yaitu minimal 150
siswa
3. Bidang-bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karier
4. Jenis-jenis layanan; orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran,
penguasaan konten, konseling perorangan, bimbingan kelompok,
konseling kelompok, konsultasi, dan meditasi (Prayitno, 2004).
A. PENYUSUNAN PROGRAM BULANAN
Komponen yang terdapat dalam program bulanan meliputi; (1) bulan, (2)
persiapan, (3) layanan dasar, (4) layanan responsif, (5) layanan perminatan dan
perencanaan individual, (6) dukungan sistem, dan (7) akuntanbilitas.
1. Bulan
Dalam merancang program bulanan maka harus ditetapkan apa saja
program yang akan dibuat selama 1bulan dan beberapa bulan kedepan untuk
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
2. Persiapan
Persiapan dalam merancang program bulanan meliputi;
(a) Studi kelayakan, (b) Menyusun draf program BK, (c) Pembagian tugas,
(d) Analisis kebutuhan , (e) Melengkapi sarana dan instrumen, (f)
Menyusun revisi draf program BK.
3. Layanan Dasar
Pelayanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada
seluruh konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara
klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka
mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap dan tugas-
tugas perkembangan (yang dituangkan sebagai standar kompetensi
kemandirian) yang diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih
dan mengambil keputusan dalam menjalani kehidupannya.
Pelayanan ini bertujuan untuk membantu semua konseli agar
memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan
memperoleh keterampilan dasar hidupnya, atau dengan kata lain membantu
konseli agar mereka dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya. Untuk
mencapai tujuan tersebut, fokus perilaku yang di kembangkan menyangkut
aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan karir.
4. Layanan Responsif
Pelayanan responsif merupakan pemberi bantuan kepada konseli yang
menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan
segera, sebab jika tidak segera dibantu dapat menimbulkan gangguan dalam
proses pencapaian tugas-tugas perkembangan. Konseling individual,
konseling krisis, konsultasi dengan orang tua, guru, dan alih tangan kepada
ahli lain adalah program bantuan yang dapat dilakukan dalam pelayanan
responsif.
Tujuan pelayanan responsif adalah membantu konseli agar dapat
memenuhi kebutuhannya dan memecahkan masalah yang dialaminya atau
membantu konseli yang mengalami hambatan, kegagalan dalam mencapai
tugas-tugas perkembangannya. Tujuan pelayanan ini dapat juga
dikemukakan sebagai upaya untuk mengintervensi masalah-masalah atau
kepedulian pribadi konseli.
Fokus pengembangan pelayanan responsif bergantung kepada masalah
atau kebutuhan konseli. Masalah dan kebutuhan konseli berkaitan dengan
keinginan untuk memehami sesuatu hal karena dipandang penting bagi
perkembangan dirinya secara positif. Masalah (gejala perilaku bermasalah)
yang mungkin dialami konseli diantaranya: 1) merasa cemas tentang masa
depan, 2) merasa rendah diri, 3) berperilaku impulsif(kekanak-kanakan atau
melakukan sesuatu tanpa mempertimbangkannya secara matang), 4)
membolos dari sekolah/madrasah, 5) malas belajar, 6) kurang memiliki
kebiasaan belajar yang positif, 7) kurang bisa bergaul, 8) prestasi belajar
rendah, 9) malas beribadah, 10) masalah pergaulan bebas (free sex), 11)
masalah tawuran, 12) manajemen sress, dan 13) masalah dalam keluarga.
Untuk memahami kebutuhan dan masalah konseli dapat ditempuh
dengan cara asesmen dan analisis perkembangan konseli, dengan
menggunakan berbagai teknik, misalnya inventori tugas-tugas
perkembangan (ITP), angket konseli, wawancara, observasi, daftar hadir
konseli, leger, psikotes, dan daftar masalah konseli atau alat ungkap masalah
(AUM).
5. Layanan Perminatan dan Perencanaan Individual
Perencanaan individual diartikan sebagai bantuan kepada konseli agar
mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan
perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan
kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang
tersedia di lingkungannya.
Perencanaan individual bertujuan untuk membantu konseli agar: 1)
memiliki pemahaman tentang diri dan lingkungannya, 2) mampu
merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan terhadap
perkembangan dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar,
maupun karir, dan 3) dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman,
tujuan, dan rencana yang telah dirumuskannya.
Melalui pelayanan perencanaan individual, konseli diharapkan dapat:
1) Mempersiapkan diri untuk mengikuti pendidikan lanjutan, merencanakan
karir, dan mengembangkan kemampuan sosial pribadi, yang didasarkan atas
pengetahuan akan dirinya, informasi tentang sekolah/madrasah, dunia kerja,
dan masyarakatnya.
2) Menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya dalam rangka pencapaian
tujuannya.
3) Mengukur tingkat pencapaian tujuan dirinya.
4) Mengambil keputusan yang mereflesikan perencanaan diri.
Fokus pelayanan perencanaan individual berkaitan erat dengan
pengembangan aspek akademik, karir, dan sosial pribadi.
6. Dukungan Sistem
Dukungan sistem meliputi aspek-aspek: (a) pengembangan jejaring
(networking); (b) kegiatan manajemen; dan (c) riset dan pengembangan.
a. Pengembangan Jejaring (networking)
Pengembangan jejaring menyangkut kegiatan konselor yang
meliputi: (a) konsultasi dengan guru-guru; (b) menyelenggarakan
program kerjasama dengan orang tua atau masyarakat; (c)
berpartisipasi dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan-
kegiatan sekolah; (d) bekerjasama dengan personel sekolah lainnya
dalam rangka menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif bagi
perkembangan konseli; (e) melakukan penelitian tentang masalah-
masalah yang berkaitan erat dengan bimbingan dan konseling; dan (f)
melakukan kerjasama atau kolaborasi dengan ahli lain yang terkait
dengan pelayanan bimbingan dan konseling.
b. Kegiatan Manajemen
Kegiatan manajemen merupakan berbagai upaya untuk
memantapkan, memelihara, dan meningkatkan mutu program
bimbingan dan konseling melalui kegiatan-kegiatan: (a)
pengembangan program, (b) pengembangan staff; (c) pemanfaatan
sumber daya; dan (d) pengembangan penataan kebijakan.
c. Pengembangan Profesionalitas
Konselor secara terus menerus berusaha untuk memutakhirkan
pengetahuan dan keterampilannya melalui: (1) inservice training; (2)
aktif dalam organisasi profesi; (3) aktif dalam kegiatan-kegiatan
ilmiah, seperti seminar, workshop, atau (3) melanjutkan studi ke
program yang lebih tinggi (pascasarjana).
d. Pemberian konsultasi dan berkolaborasi
Konselor perlu melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan guru,
orang tua, staf sekolah lainnya, dan pihak institusi di luar sekolah untuk
memperoleh informasi, dan umpan balik tentang pelayanan bantuan
yang telah diberikannya kepada para konseli, menciptakan lingkungan
sekolah yang kondusif bagi perkembangan konseli, melakukan referal,
serta meningkatkan kualitas program bimbingan dan konseling.
e. Manajemen program
Suatu program pelayanan bimbingan dan konseling tidak mungkin
akan terselenggara dan tercapai bila tidak memiliki suatu sistem
pengelolaan (manajemen) yang bermutu, dalam arti dilakukan secara
jelas, sistematis, dan terarah.
f. Riset dan Pengembangan
Kegiatan riset dan pengembangan merupakan aktivitas konselor
yang berhubungan dengan pengembangan profesional secara
berkelanjutan.
7. Akuntanbilitas
Dalam pembuatan laporan harus dapat dipertanggung jawabkan
keabsahannya baik laporan bulanan,mingguan dan harian.

B. PENYUSUNAN PROGRAM MINGGUAN


Program mingguan adalah rencana kegiatan selama satu minggu Untuk
membantu kemajuan balajar peserta didik, di samping modul penting
dikembangkan program mingguan. Program ini merupakan penjabaran program
dari pogram semester dan program modul. Memalui program ini dapat diketahui
tujuan-tujuan yang telah dicapai dan yang perlu diulang, bagi setiap peserta
didik. Melalui program ini juga diidenfikasikan kemajuan belajar setiap peserta
didik, modul yang dikerjakan, dan peserta didik yang memiliki kecepatan
belajar di atas rata-rata kelas. Bagi peserta didik yang cepat bisa diberikan
pengayaan, sedangkan bagi yang lambat dilakukan pengulangan modul untuk
mencapai dengan menggunakan waktu cadangan.

1. Waktu pelaksanaan program mingguan

a. Tahap perencanaan (minggu pertama)


Program satuan layanan dan kegiatan pendukung direncanakan
secara tertulis dengan memuat sasaran, tujuan, materi, metode, waktu,
tempat dan rencana penilaian.
b. Tahap pelaksanaan (minggu kedua)
Program tertulis satuan kegiatan (layanan atau pendukung)
dilaksanakan sesuai dengan perencanaannya.
c. Tahap penulaian (minggu ketiga)
Hasil kegiatan diukur dengan nilai.
d. Tahap analisis hasil dan tindak lajut (minggu keempat)
Hasil penilaian dianalisis untuk mengetahui aspekaspek yang perlu
mendapat perhatian lebih lanjut.

2. Sasaran kelas
Sasaran dari program mingguan bk ialah rata-rata setiap kelas yang
berisi siswa-siswi yang bermasalah. Dan masalah yang dihadapi para siswa-
siswi ini antara lain berupa masalah pribadi, sosial, belajar, dan karir.
3. Kegiatan program mingguan

1. Layanan orientasi
Bagi siswa, ketidakkenalan atau ketidaktahuannya terhadap
lingkungan lembaga pendidikan (sekolah) yang di sekolah baru
dimasukinya itu dapat memperlambat kelangsungan proses belajarnya
kelak. Bahkan lebih jauh dari itu dapat membuatnya tidak mencapai
hasil belajar yang diharapkan. Oleh sebab itu, mereka perlu
diperkenalkan dengan berbagai hal tentang lingkungan lembaga
pendidikan yang baru itu.
Individu yang memasuki lingkungan baru perlu segera dan secepat
mungkin memahami lingkungan barunya itu. Hal-hal yang perlu
diketahui itu pada garis besarnya adalah keadaan lingkungan fisik
(seperti gedung-gedung, peralatan, kemudahan-kemudahan fisik),
materi dan kondisi kegiatan (seperti jenis kegiatan, lamanya kegiatan
berlangsung, syarat-syarat bekerja, suasana kerja), peraturan dan
berbagai ketentuan lainnya (seperti disiplin,hak dan kewajiban), jenis
personal yang ada, tugas masing-masing dan saling hubungan di antara
mereka.

2. Layanan informasi
Layanan informasi adalah layanan bimbingan yang berupa
pemberian penerangan, penjelasan, pengarahan. Informasi yang perlu
disampaikan kepada siswa terutama mengenai hal-hal yang amt berguna
bagi kehidupan siswa, namun hal itu jarang dibicarakan dalam mata
pelajaran, misalnya informasi mengenai sistem belajar, informasi
mengenai jurusan, informasi mengenai kelanjutan studi, cara bergaul
dengan teman, cara membuat ringkasan, dan informasi mengenai jenia-
jenis pekerjaan. Layanan informasi umumnya disampaikan dalam
bentuk kelompok. Layanan ini merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
petugas bimbingan untuk membekali siswa pengetahuan, pemahaman
tentang lingkungan hidup, proses perkembangan, pendidikan pekerjaan,
dan sebagainya agar mereka dapat mengatur dirinya sendiri dan
merencanakan kehidupannya sendiri

3. Layanan penempatan dan penyaluran


Layanan penempatan ialah pada waktu siswa melewati masa p
eralihan antara situasi sekolah berikutnya.
Pemilihan dan penempatan jurusan, pemilihan kegiatan
ekstrakurikuler, sekolah sambungan, dan penempatan pada layanan
kerja. (Elia Flurentin) Layanan penempatan dan penyaluran merupakan
salah satu layanan dalam bimbingan dan konseling. Menurut
Prayitno layanan penempatan adalah: “Suatu kegiatan bimbingan yang
dilakukan untuk membantu individu atau kelompok yang mengalami
mismatch (ketidaksesuaian antara potensi dengan usaha
pengembangan), dan penempatan individu pada lingkungan yang cocok
bagi dirinya serta pemberian kesempatan kepada individu untuk
berkembang secara optimal”.
Layanan penempatan dan penyaluran bermanfaat untuk
menghindari ketidaksesuaian antara bakat dan usaha untuk
mengembangkan bakat tersebut. Senada dengan pendapat diatas,
Purwoko menjelaskan bahwa: “Layanan penempatan dan penyaluran
adalah “serangkaian kegiatan bantuan yang diberikan kepada siswa agar
siswa dapat menempatkan dan menyalurkan segala potensinya pada
kondisi yang sesuai”.
Kedua pendapat diatas, mensiratkan bahwa layanan penempatan dan
penyaluran membantu siswa untuk dapat menyesuaikan potensi dan
bakatnya dengan usaha yang dilakukan. Pendapat yang sama juga di
kemukakan oleh Mulyadi yang menjelaskan bahwa: “Layanan
penempatan dan penyaluran merupakan layanan bimbingan dan
konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh
penempatan dan penyaluran yang tepat (misalnya penempatan dan
penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan atau program
studi, program latihan, magang, kegiatan kolektra kurikuler) sesuai
dengan potensi, bakat, dan minat, serta kondisi pribadinya”.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa layanan
penempatan dan penyaluran adalah layanan bimbingan dan konseling
yang membantu siswa mengembangkan dan menyalurkan bakat, minat
, dan potensi yang dimiliki secara tepat dan sesuai.

4. Layanan penguasaan konten


Layanan penguasaan konten adalah layanan konseling yang
memungkinkan klien mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan
kebiasaan belajar yang baik, materi pelajaran yang cocok dengan
kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan
kegiatan belajar lainnya.
Selain itu, layanan penguasaan konten (PKO) merupakan layanan
bantuan kepada individu baik secara (sendiri dan kelompok) untuk
menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melalui proses belajar.
Dengan penguasaan konten, individu diharapkan mampu memenuhi
kebutuhannya serta mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya.

5. Layanan konseling perorangan


Layanan konseling perorangan yaitu layanan bimbingan dan
konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) mendapat layanan
langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing
dalam rangka pembahasan dan permasalahan pribadi yang dideritanya.
Tujuan layanan konseling perorangan adalah agar klien memahami
kondisi dirinya sendiri, lingkungnnya, permasalahan yang
dialami,kekuatan dan kelemahan dirinya sehingga klien mampu
mengatasinya. Dengan perkataan lain, konseling perorangan bertujuan
untuk mengentaskan masalah yang dialami klien.

6. Layanan bimbingan kelompok


Layanan bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan dan
konseling yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-
sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari
narasumber tertentu (terutama dari guru pembimbing) dan membahas
secara bersama-sama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna
untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-hari.
Secara umum layanan ini bertujuan untuk pengembangan
kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomunikasi
peserta layanan (siswa). Secara lebih khusus , layanan ini bertujuan
untuk mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan
dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih efektif,
yakni peningkatan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun
nonverbal para siswa.

7. Layanan konseling kelompok


Layanan konseling kelompok adalah layanan bimbingan dan
konseling yang memungkinkan siswa memperoleh kesempatan untuk
pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui
dinamika kelompok. Dinamika kelompok ialah suasana yang hidup,
yang berdenyut, yang bergerak, yang ditandai dengan adanya interaksi
antar sesama anggota kelompok (Prayitno dalam Vitalis, 2008:63).
Layanan konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang
dinamis, terpusat pada pikiran dan perilaku yang disadari, dibina, dalam
suatu kelompok kecil mengungkapkan diri kepada sesama anggota dan
konselor, dimana komunikasi antar pribadi tersebut dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan diri terhadap nilai-
nilai kehidupan dan segala tujuan hidup serta untuk belajar perilaku
tertentu ke arah yang lebih baik (Winkel dan Hastuti, 2004:198).

8. Layanan konsultasi
Menurut Prayitno, Layanan konsultasi (KSI) merupakan layanan
konseling yang dilaksanakan oleh konselor terhadap seorang pelanggan,
disebut konsulti yang memungkinkan konsulti memperoleh wawasan,
pemahaman dan cara-cara yang perlu dilaksanakannya dalam
menangani kondisi atau permasalahan pihak ketiga. Konsultasi pada
dasarnya dilaksanakan secara perorangan dalam format tatap muka
antara konselor (sebagai konsultan) dengan konsulti.

9. Layanan mediasi
Layanan mediasi merupakan layanan konseling yang dilaksanakan
konselor terhadap dua pihak (atau lebih) yang sedang dalam keadaan
saling tidak menemukan kecocokan. Ketidakcocokan itu menjadikan
mereka saling berhadapan, saling bertentangan, saling
bermusuhan. Dengan layanan mediasi konselor berusaha mengantarai
atau membangun hubungan diantara mereka, sehingga mereka
menghentikan dan terhindar dari pertentangan lebih lanjut yang
merugikan semua pihak.

10. Layanan advokasi


Layanan advokasi adalah layanan BK yang membantu peserta didik
untuk memperoleh kembali hak-hak dirinya yang tidak diperhatikan dan
atau mendapatkan perlakuan yang salah sesuai dengan tuntutan
karakter-cerdas dan terpuji.

11. Aplikasi instrumental


Aplikasi instrumentasi dapat bermakna upaya pengungkapan
melalui pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur atau
instrumen tertentu.
Kondisi dalam diri klien (siswa) perlu melalui aplikasi instrumentasi
dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling untuk memperoleh
pemahaman yang tentang klien (siswa) secara lebih tepat. Upaya
pengungkapan sebagai aplikasi instrumentasi dapat dilakukan melalui
tes dan non tes. Hasil aplikasi instrumen selanjutnya dianalisis dan
ditafsirkan serta disikapi dan digunakan untuk memberikan
perlakuan secara tepat kepada klien dalam bentuk layanan dan
konseling.
Secara umum, tujuan aplikasi instrumentasi adalah diperolehnya
data tentang kondisi tertentu atas diri klien (siswa). Data yang diperoleh
melalui aplikasi instrumentasi selanjutnya digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk penyelenggaraan bimbingan dan konseling.
Dengan data tersebut, penyelenggaraan layanan bimbingan dan
konseling khususnya di sekolah dan madrasah akan lebih efektif dan
efisien.

12. Alih tangan kasus


Bagaimanapun konselor atau pembimbing adalah manusia biasa
yang selain memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan. Tidak semua
masalah siswa berada dalam pengetahuan pembimbing atau konselor
untuk memecahkannya. Demikian juga tidak semua kasus atau masalah
siswa berada dalam kewenangan konselor atau pembimbing untuk
pemecahannya baik secara keilmuwan maupun profesi. Adakalanya
kasus-kasus tertentu berada dalam kewenangan keilmuan psikologi, dan
penanganannya merupakan kewenangan psikolog atau psikiater.
Secara umum alih tangan kasus atau layanan rujukan bertujuan
untuk memperoleh pelayanan yang optimal dan pemecahan masalah
klien secara lebih tuntas.

13. Konferensi kasus


Konferensi kasus merupakan forum terbatas yang dilakukan oleh
pembimbing atau konselor guna membahas suatu permasalahan dan
arah pemecahannya. Konferensi kasus direncanakan dan dipimpin oleh
pembimbing atau konselor, dihadiri oleh pihak-pihak yang terkait
dengan kasus dan upaya pemecahannya. Pihak-pihak yang terkait
diharapkan memiliki komitmen yang tinggi untuk teratasinya kasus
secara baik dan tuntas.
Sesuai dengan sifatnya yang kasus, pertemuan konferensi kasus
bukan pertemuan formal, adalam arti berdasarkan surat keputusan
tertentu. Penyelenggaraan kasus tidak terikat pada jumlah peserta
tertentu, waktu dan jadwal pertemuan tertentu, serta keharusan membuat
surat keputusan tertentu. Konferensi kasus merupakan pertemuan
terbuka dalam arti terbuka untuk kasus yang dibaha,terbuka dari segi
pihak-pihak yang diundang, terbuka dalam waktu penyelenggaraan,
terbuka dalam dinamika kegiatan, dan terbuka dalam hasil-hasilnya,
namun tetap menjunjung tinggi norma-norma dan kaidah-kaidah,
prinsip-prinsip, dan asas-asas pelayanan bimbingan dan konseling.
Secara umum konferensi kasus bertujuan untuk mengumpulkan data
secara lebih luas dan akurat serta menggalang komitmen pihak-pihak
yang terkait dengan kasus (masalah tertentu) dalam rangka pemecahan
masalah.

14. Kunjungan rumah


Kunjungan rumah bisa bermakna upaya mendeteksi kondisi
keluarga dalam kaitannya dengan permasalahan individu atau siswa
yang menjadi tanggung jawab pembimbing atau konselor dalam
pelayanan bimbingan dan konseling. Kunjungan rumah dilakukan
apabila data siswa untuk kepentingan pelayanan bimbingan dan
konseling belum atau tidak diperoleh melalui wawancara dan angket.
Selain itu, kujungan rumah juga perlu dilakukan untuk melakukan cek
silang berkenaan dengan data yang diperoleh melalui angket dan
wawancara.
Secara umum, kunjungan rumah bertujuan untuk memperoleh data
yang lebih lengkap dan akurat tentang siswa berkenaan dengan masalah
yang dihadapinya. Selain itu juga bertujuan untuk menggalang
komitmen antara orang tua dan anggota keluarga lainnya dengan pihak
sekolah atau madrasah, khususnya berkenaan dengan pemecahan
masalah klien. Menurut winkel (1991), kunjungan rumah bertujuann
untuk mengenal lebih dekat lingkungan hidup siswa sehari-hari.

15. Himpunan data


Data merupakan diskripsi atau gambaran, keterangan atau catatan
tentang sesuatu. Dikaitkan dengan siswa, dan bisa berarti deskripsi atau
gambaran, keterangan atau catatan tentang siswa. Himpunan data dapat
bermakna suatu upaya penghimpunan, pengolongan–penggolongan, dan
pengemasan data dalam bentuk tertentu. Himpunan data juga bermakna
usaha untuk memperoleh data tentang peserta didik, menganalisis dan
menafsirkan, serta menyimpannya.
Penyelenggaraan himpunan data bertujaun untuk memperoleh
pengertian yang lebih luas, lebih lengkap, dan lebih mendalam tentang
masing-masing peserta didik dan membantu siswa memperoleh
pemahaman diri sendiri. Penyelenggaraan himpunan data juga
bertujuan untuk menyediakan data yang berkualitas dan lengkap juga
bertujuan untuk menyediakan data yang berkualitas dan lengkap guna
menunjang penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling.
Dengan adanya himpunan data yang berkualitas dan lengkap,
diharapkan pelaksanaan berbagi jenis layanan dan kegiatan bimbingan
dan konseling dapat terselenggara secara efektif dan efisien

4. Materi bidang pengembangan

1. Pengembangan kehidupan pribadi yaitu bidang pelayanan BK yang


membantu peserta didik dalam memahami, menilai, dan
mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat, serta kondisi
kehidupan yang berkarakter cerdas dan beragama sesuai dengan
karakteristik dan kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistik
2. Pengembangan kehidupan sosoal yaitu bidang pelayanan BK yang
membantu peserta didik dalam memahami, menilai, dan
mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat, efektif, dan
berkarakter cerdas dengan teman sebaya, angota keluarga, dan warga
lingkungan sosial yang lebih luas
3. Pengembangan kemampuan belajar yaitu bidang pelayanan BK yang
membatu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar sesuai
dengan studi dan arah peminatannya, berdisiplin, ulet dan optimal dalam
rangka mengikuti pendidikan pada jenjang/jenis suatu pendidikannya,
serta belajar secara mandiri
4. Pengembangan karir yaitu bidang pelayanan BK yang membantu
peserta didik dalam menerima, memahami, dan menilai informasi serta
memilih, dan mengambil keputusan arah karir sejara jelas, objektif, dan
bijak
C. PENYUSUNAN PROGRAM HARIAN
Program harian merupakan pejabaran dari program mingguan yang
mencakup seluruh kegiatan yang akan dilaksanakan selama satu hari. Satuan
waktu terbesar dalam hari yang digunakan dalam pendidikan sekarang adalah
jam pelajaran. Dalam program harian seluruh kegiatan didistribusikan ke dalam
satuan waktu jam pelajaran. Oleh karena itu dalam program harian ditampilkan
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam setiap jam pelajaran selama satu
hari.
Mengingat layanan yang diselenggarakan dalam satu sekitar dua sampai tiga
layanan, maka program harian bisa ditulis untuk satu minggu.
Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, dalam KTSP program harian
sekaligus merupakan satuan layanan (SATLAN) dan satuan kegiatan
pendukung (SATKUNG). Program harian memuat:
1. Jenis layanan/kegiatan pendukung, serta alat bantu yang digunakan
2. Pelaksana layanan/kegiatan pendukung dan pihak-pihak yang terlibat
3. Waktu dan tempat yang sudah direncanakan

Komponen harian meliputi:

1. Jadwal
kegiatan layanan dan pendukung dilaksanakan pada jam pelajaran
sekolah dan diluar jam pelajaran sekolah, sampai 50% dari seluruh kegiatan
bimbingan dan konseling, sesuai dengan SK Mendikbud No. 25/O/1995.

2. Program harian
a. Layanan responsif
Layanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada konseli
yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan
pertolongan dengan segera, sebab jika tidak segera dibantu dapat
menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas
perkembangan. Konseling indiviaual, konseling krisis, konsultasi
dengan orangtua, guru, dan alih tangan kepada ahli lain adalah ragam
bantuan yang dapat dilakukan dalam pelayanan responsif.
Tujuan pelayanan responsif adalah membantu konseli agar dapat
memenuhi kebutuhannya dan memecahkan masalah yang dialaminya
atau membantu konseli yang mengalami hambatan, kegagalan dalam
mencapai tugas-tugas perkembangannya. Tujuan pelayanan ini dapat
juga dikemukakan sebagai upaya untuk mengintervensi masalah-
masalah atau kepedulian pribadi konseli yang muncul segera dan
dirasakan saat itu, berkenaan dengan masalah sosial-pribadi, karir, dan
atau masalah pengembangan pendidikan.
b. Layanan dasar
Pelayanan dasar merupakan proses pemberian bantuan kepada
seluruh peserta didik melalui penyiapan pengalaman terstruktur secara
klasikal/kelompok yang disajikan secara sistematis/terjadwal dalam
rangka mengembangan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap dan
tugas-tugas perkembangan (yang dituangkan sebagai standar
kompetensi kemandirian) yang diperlukan dalam pengembangan
kemampuan memilih dan mengambil keputusan dalam menjalani
kehidupannya.
c. Layanan perencanaan individual
Pelayanan perencanaan individual merupakan kegiatan pemberian
bantuan kepada peserta didik agar mampu merumuskan dan melakukan
aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan
pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman
akan peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya. Kegiatan
orientasi, informasi, konseling individual, rujukan, kolaborasi, dan
advokasi diperlukan dalam implementasi pelayanan ini.

3. Sasaran
Mengarahkan siswa-siswi untuk mengikuti kegiatan program
harian,bersadarkan kebutuhan dan tingkatan tertentu.

D. PROSEDUR PENYUSUNAN PROGRAM BULANAN, MINGGUAN,


DAN HARIAN BK

Perencanaan bimbingan konseling adalah langkah penting untuk


merumuskan mengenai apa yang akan diharapkan dan apa yang harus
dilakukan. Perencanaan ini harus dilakukan secara matang mulai dari program
yang akan dilaksanakan hingga disusun secara matang dan sistematis hingga
evaluasi programnya. Maka berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan
dalam menyusun program Bimbingan Konseling di sekolah:
1. Menentukan karakteristik siswa. Penentuan karakteritik siswa
merupakan hal yang sangat penting karena layanan bimbingan konseling
diadakan adalah untuk membantu siswa. Jadi layanan tersebut harus
disesuaikan dengan karakteristik siswa.
2. Identifikasi kebutuhan. Yakni penyusunan program harus disesuaikan
dengan kebutuhan nyata siswa secara lengkap dan menyeluruh.
3. Penyusunan program. Setelah identifikasi karakteristik siswa barulah
dapat dilakukan penyusunan program yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

4. penyusunan rencana kegiatan. yakni bentuk kegiatan yang seperti apa


saja yang akan dilakukan, pelaksanaan kegiatan yang telah disusun serta
penilaian kegiatan agar dapat dijadikan modal dalam kegiatan layanan
berikutnya.

Hal berikutnya yang harus diperhatikan adalah perencanaan program


bimbingan sesuai dengan waktu pelaksanaan program BK. Karena jenis-jenis
program bimbingan dapat dilaksanakan tahunan, semester, bulanan, mingguan,
dan harian maka guru juga harus dapat menyusun waktu yang tepat dalam
melakukan perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan penindak lanjutan program
agar jenis-jenis program tersebut dapat dilakukan sesuai tujuan.

Dengan pertimbangan kapan dan dimana jenis kegiatan konseling itu dapat
dilakukan dengan tidak mengurangi dan menggangu kegiatan belajar siswa
sedikitpun. Dengan demikian, jika semua tahap-tahap, hal-hal urgen yang
dibutuhan serta kerjasama dalam kegiatan telah dipertimbangkan dan dilakukan
maka tujuan dari perencanaan layanan bimbingan dan konseling dapat tercapai
secara efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA

Faturohman. Penyusunan Program Bimbingan Konseling di Sekolah.


Yogyakarta:2010 (Makalah).

Ketut Sukardi, Dewa. Pengantar Pelaksana Program Bimbingan dan


Konseling. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

W. S. Winkel. (2005). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan (Edisi


Revisi). Jakarta: Grafindo.

Prayitno. (2002). Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berbasis


Kompetensi, Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.

A, Hallen. 2005. Bimbingan & Konseling. Jakarta: Quantum Teaching

Anda mungkin juga menyukai