Makalah PRK Kinerja BK (Kel 4) - Dikonversi
Makalah PRK Kinerja BK (Kel 4) - Dikonversi
Makalah PRK Kinerja BK (Kel 4) - Dikonversi
Dosen Pengajar :
Disusun oleh :
Jl. Raya Tengah No.80 Gedong, Pasar Rebo, Jakarta Timur 13760
1. Konsep Program
2. Ketentuan Program
5. Syarat-Syarat Program
Dalam membuat rancangan program, setidaknya harus mencakup
komponen ”SMART” (Specific, Measurable, Achievable, Realistic and Time
Bound).
1. Specific, artinya program yang disusun memiliki fokus yang jelas dan
mencakup bidang tertentu secara khusus.
2. Measureable, artinya program-program dan kegiatan-kegiatan yang dipilih
dapat diukur pencapaiannya.
3. Achieveable, artinya program-program yang dirancang terjangkau untuk
dicapai, baik dari segi waktu, biaya maupun kondisi yang ada.
4. Realistics, artinya program-program benar-benar didasarkan pada data atau
kondisi dan kebutuhan riil sekolah-sekolah binaan serta tidak mengada-ada.
5. Time Bound, artiya program yang dirancang memiliki batasan waktu
pencapaian atau pelaksanaan yang jelas. (Depdiknas, 2009)
Selain itu, program bimbingan dan konseling yang dibuat oleh guru BK
dalam rangka memberikan pelayanan yang sesuai pada siswanya bukanlah di
buat secara acak saja. Namun pembuatan program dilakukan dengan
pertimbangan yang matang, dan memenuhi syarat-syarat dari program. Syarat
program bimbingan dan konseling ( Prayitno : 1997) yaitu :
1. Berdasarkan kebutuhan, bagi pengembangan siswa sesuai dengan kondisi
pribadinya serta jenjang dan jenis pendidikannya.
2. Lengkap dan menyeluruh, memuat segenap fungsi bimbingan, meliputi
semua jenis layanan dan kegiatan pendukung serta menjamin dipenuhinya
prinsip dan asas-asas bimbingan konseling. Kelengkapan program ini
disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik pada satuan
pendidikan yang bersangkutan.
3. Sistematik, dalam arti program disusun menurut urutan logis,
tersinkronisasi dengan menghindari tumpang tindih yang tidak perlu serta
dibagi-bagi secara logis.
4. Terbuka dan luwes, mudah menerima masukan untuk pengembangan dan
penyempurnaannya tanpa harus merombak program itu secara menyeluruh
5. Memungkinkan kerjasama, dengan semua pihak yang terkait dalam rangka
memanfaatkan berbagai sumber dan kemudahan yang tersedia bagi
kelancaran dan keberhasilan pelayanan bimbingan konseling.
6. Memungkinkan diselenggarakannya penilaian dan tindak lanjut, untuk
penyempurnaan program pada khususnya dan peningkatan keefektifan dan
keefisienan penyelenggaraan program bimbingan konseling pada
umumnya.
6. Unsur-Unsur Program BK
Prayitno menjelaskan dalam Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Berbasis Kompetensi (2002) bahwa unsur-unsur program bimbingan dan
konseling diantaranya adalah:
1. Kebutuhan siswa yang diketahui melalui berbagai instrumen
pengungkapan masalah dan data yang terdapat dalam himpunan data.
2. Jumlah siswa asuh yang wajib dibimbing oleh guru BK yaitu minimal 150
siswa
3. Bidang-bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karier
4. Jenis-jenis layanan; orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran,
penguasaan konten, konseling perorangan, bimbingan kelompok,
konseling kelompok, konsultasi, dan meditasi (Prayitno, 2004).
A. PENYUSUNAN PROGRAM BULANAN
Komponen yang terdapat dalam program bulanan meliputi; (1) bulan, (2)
persiapan, (3) layanan dasar, (4) layanan responsif, (5) layanan perminatan dan
perencanaan individual, (6) dukungan sistem, dan (7) akuntanbilitas.
1. Bulan
Dalam merancang program bulanan maka harus ditetapkan apa saja
program yang akan dibuat selama 1bulan dan beberapa bulan kedepan untuk
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
2. Persiapan
Persiapan dalam merancang program bulanan meliputi;
(a) Studi kelayakan, (b) Menyusun draf program BK, (c) Pembagian tugas,
(d) Analisis kebutuhan , (e) Melengkapi sarana dan instrumen, (f)
Menyusun revisi draf program BK.
3. Layanan Dasar
Pelayanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada
seluruh konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara
klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka
mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap dan tugas-
tugas perkembangan (yang dituangkan sebagai standar kompetensi
kemandirian) yang diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih
dan mengambil keputusan dalam menjalani kehidupannya.
Pelayanan ini bertujuan untuk membantu semua konseli agar
memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan
memperoleh keterampilan dasar hidupnya, atau dengan kata lain membantu
konseli agar mereka dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya. Untuk
mencapai tujuan tersebut, fokus perilaku yang di kembangkan menyangkut
aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan karir.
4. Layanan Responsif
Pelayanan responsif merupakan pemberi bantuan kepada konseli yang
menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan
segera, sebab jika tidak segera dibantu dapat menimbulkan gangguan dalam
proses pencapaian tugas-tugas perkembangan. Konseling individual,
konseling krisis, konsultasi dengan orang tua, guru, dan alih tangan kepada
ahli lain adalah program bantuan yang dapat dilakukan dalam pelayanan
responsif.
Tujuan pelayanan responsif adalah membantu konseli agar dapat
memenuhi kebutuhannya dan memecahkan masalah yang dialaminya atau
membantu konseli yang mengalami hambatan, kegagalan dalam mencapai
tugas-tugas perkembangannya. Tujuan pelayanan ini dapat juga
dikemukakan sebagai upaya untuk mengintervensi masalah-masalah atau
kepedulian pribadi konseli.
Fokus pengembangan pelayanan responsif bergantung kepada masalah
atau kebutuhan konseli. Masalah dan kebutuhan konseli berkaitan dengan
keinginan untuk memehami sesuatu hal karena dipandang penting bagi
perkembangan dirinya secara positif. Masalah (gejala perilaku bermasalah)
yang mungkin dialami konseli diantaranya: 1) merasa cemas tentang masa
depan, 2) merasa rendah diri, 3) berperilaku impulsif(kekanak-kanakan atau
melakukan sesuatu tanpa mempertimbangkannya secara matang), 4)
membolos dari sekolah/madrasah, 5) malas belajar, 6) kurang memiliki
kebiasaan belajar yang positif, 7) kurang bisa bergaul, 8) prestasi belajar
rendah, 9) malas beribadah, 10) masalah pergaulan bebas (free sex), 11)
masalah tawuran, 12) manajemen sress, dan 13) masalah dalam keluarga.
Untuk memahami kebutuhan dan masalah konseli dapat ditempuh
dengan cara asesmen dan analisis perkembangan konseli, dengan
menggunakan berbagai teknik, misalnya inventori tugas-tugas
perkembangan (ITP), angket konseli, wawancara, observasi, daftar hadir
konseli, leger, psikotes, dan daftar masalah konseli atau alat ungkap masalah
(AUM).
5. Layanan Perminatan dan Perencanaan Individual
Perencanaan individual diartikan sebagai bantuan kepada konseli agar
mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan
perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan
kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang
tersedia di lingkungannya.
Perencanaan individual bertujuan untuk membantu konseli agar: 1)
memiliki pemahaman tentang diri dan lingkungannya, 2) mampu
merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan terhadap
perkembangan dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar,
maupun karir, dan 3) dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman,
tujuan, dan rencana yang telah dirumuskannya.
Melalui pelayanan perencanaan individual, konseli diharapkan dapat:
1) Mempersiapkan diri untuk mengikuti pendidikan lanjutan, merencanakan
karir, dan mengembangkan kemampuan sosial pribadi, yang didasarkan atas
pengetahuan akan dirinya, informasi tentang sekolah/madrasah, dunia kerja,
dan masyarakatnya.
2) Menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya dalam rangka pencapaian
tujuannya.
3) Mengukur tingkat pencapaian tujuan dirinya.
4) Mengambil keputusan yang mereflesikan perencanaan diri.
Fokus pelayanan perencanaan individual berkaitan erat dengan
pengembangan aspek akademik, karir, dan sosial pribadi.
6. Dukungan Sistem
Dukungan sistem meliputi aspek-aspek: (a) pengembangan jejaring
(networking); (b) kegiatan manajemen; dan (c) riset dan pengembangan.
a. Pengembangan Jejaring (networking)
Pengembangan jejaring menyangkut kegiatan konselor yang
meliputi: (a) konsultasi dengan guru-guru; (b) menyelenggarakan
program kerjasama dengan orang tua atau masyarakat; (c)
berpartisipasi dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan-
kegiatan sekolah; (d) bekerjasama dengan personel sekolah lainnya
dalam rangka menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif bagi
perkembangan konseli; (e) melakukan penelitian tentang masalah-
masalah yang berkaitan erat dengan bimbingan dan konseling; dan (f)
melakukan kerjasama atau kolaborasi dengan ahli lain yang terkait
dengan pelayanan bimbingan dan konseling.
b. Kegiatan Manajemen
Kegiatan manajemen merupakan berbagai upaya untuk
memantapkan, memelihara, dan meningkatkan mutu program
bimbingan dan konseling melalui kegiatan-kegiatan: (a)
pengembangan program, (b) pengembangan staff; (c) pemanfaatan
sumber daya; dan (d) pengembangan penataan kebijakan.
c. Pengembangan Profesionalitas
Konselor secara terus menerus berusaha untuk memutakhirkan
pengetahuan dan keterampilannya melalui: (1) inservice training; (2)
aktif dalam organisasi profesi; (3) aktif dalam kegiatan-kegiatan
ilmiah, seperti seminar, workshop, atau (3) melanjutkan studi ke
program yang lebih tinggi (pascasarjana).
d. Pemberian konsultasi dan berkolaborasi
Konselor perlu melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan guru,
orang tua, staf sekolah lainnya, dan pihak institusi di luar sekolah untuk
memperoleh informasi, dan umpan balik tentang pelayanan bantuan
yang telah diberikannya kepada para konseli, menciptakan lingkungan
sekolah yang kondusif bagi perkembangan konseli, melakukan referal,
serta meningkatkan kualitas program bimbingan dan konseling.
e. Manajemen program
Suatu program pelayanan bimbingan dan konseling tidak mungkin
akan terselenggara dan tercapai bila tidak memiliki suatu sistem
pengelolaan (manajemen) yang bermutu, dalam arti dilakukan secara
jelas, sistematis, dan terarah.
f. Riset dan Pengembangan
Kegiatan riset dan pengembangan merupakan aktivitas konselor
yang berhubungan dengan pengembangan profesional secara
berkelanjutan.
7. Akuntanbilitas
Dalam pembuatan laporan harus dapat dipertanggung jawabkan
keabsahannya baik laporan bulanan,mingguan dan harian.
2. Sasaran kelas
Sasaran dari program mingguan bk ialah rata-rata setiap kelas yang
berisi siswa-siswi yang bermasalah. Dan masalah yang dihadapi para siswa-
siswi ini antara lain berupa masalah pribadi, sosial, belajar, dan karir.
3. Kegiatan program mingguan
1. Layanan orientasi
Bagi siswa, ketidakkenalan atau ketidaktahuannya terhadap
lingkungan lembaga pendidikan (sekolah) yang di sekolah baru
dimasukinya itu dapat memperlambat kelangsungan proses belajarnya
kelak. Bahkan lebih jauh dari itu dapat membuatnya tidak mencapai
hasil belajar yang diharapkan. Oleh sebab itu, mereka perlu
diperkenalkan dengan berbagai hal tentang lingkungan lembaga
pendidikan yang baru itu.
Individu yang memasuki lingkungan baru perlu segera dan secepat
mungkin memahami lingkungan barunya itu. Hal-hal yang perlu
diketahui itu pada garis besarnya adalah keadaan lingkungan fisik
(seperti gedung-gedung, peralatan, kemudahan-kemudahan fisik),
materi dan kondisi kegiatan (seperti jenis kegiatan, lamanya kegiatan
berlangsung, syarat-syarat bekerja, suasana kerja), peraturan dan
berbagai ketentuan lainnya (seperti disiplin,hak dan kewajiban), jenis
personal yang ada, tugas masing-masing dan saling hubungan di antara
mereka.
2. Layanan informasi
Layanan informasi adalah layanan bimbingan yang berupa
pemberian penerangan, penjelasan, pengarahan. Informasi yang perlu
disampaikan kepada siswa terutama mengenai hal-hal yang amt berguna
bagi kehidupan siswa, namun hal itu jarang dibicarakan dalam mata
pelajaran, misalnya informasi mengenai sistem belajar, informasi
mengenai jurusan, informasi mengenai kelanjutan studi, cara bergaul
dengan teman, cara membuat ringkasan, dan informasi mengenai jenia-
jenis pekerjaan. Layanan informasi umumnya disampaikan dalam
bentuk kelompok. Layanan ini merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
petugas bimbingan untuk membekali siswa pengetahuan, pemahaman
tentang lingkungan hidup, proses perkembangan, pendidikan pekerjaan,
dan sebagainya agar mereka dapat mengatur dirinya sendiri dan
merencanakan kehidupannya sendiri
8. Layanan konsultasi
Menurut Prayitno, Layanan konsultasi (KSI) merupakan layanan
konseling yang dilaksanakan oleh konselor terhadap seorang pelanggan,
disebut konsulti yang memungkinkan konsulti memperoleh wawasan,
pemahaman dan cara-cara yang perlu dilaksanakannya dalam
menangani kondisi atau permasalahan pihak ketiga. Konsultasi pada
dasarnya dilaksanakan secara perorangan dalam format tatap muka
antara konselor (sebagai konsultan) dengan konsulti.
9. Layanan mediasi
Layanan mediasi merupakan layanan konseling yang dilaksanakan
konselor terhadap dua pihak (atau lebih) yang sedang dalam keadaan
saling tidak menemukan kecocokan. Ketidakcocokan itu menjadikan
mereka saling berhadapan, saling bertentangan, saling
bermusuhan. Dengan layanan mediasi konselor berusaha mengantarai
atau membangun hubungan diantara mereka, sehingga mereka
menghentikan dan terhindar dari pertentangan lebih lanjut yang
merugikan semua pihak.
1. Jadwal
kegiatan layanan dan pendukung dilaksanakan pada jam pelajaran
sekolah dan diluar jam pelajaran sekolah, sampai 50% dari seluruh kegiatan
bimbingan dan konseling, sesuai dengan SK Mendikbud No. 25/O/1995.
2. Program harian
a. Layanan responsif
Layanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada konseli
yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan
pertolongan dengan segera, sebab jika tidak segera dibantu dapat
menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas
perkembangan. Konseling indiviaual, konseling krisis, konsultasi
dengan orangtua, guru, dan alih tangan kepada ahli lain adalah ragam
bantuan yang dapat dilakukan dalam pelayanan responsif.
Tujuan pelayanan responsif adalah membantu konseli agar dapat
memenuhi kebutuhannya dan memecahkan masalah yang dialaminya
atau membantu konseli yang mengalami hambatan, kegagalan dalam
mencapai tugas-tugas perkembangannya. Tujuan pelayanan ini dapat
juga dikemukakan sebagai upaya untuk mengintervensi masalah-
masalah atau kepedulian pribadi konseli yang muncul segera dan
dirasakan saat itu, berkenaan dengan masalah sosial-pribadi, karir, dan
atau masalah pengembangan pendidikan.
b. Layanan dasar
Pelayanan dasar merupakan proses pemberian bantuan kepada
seluruh peserta didik melalui penyiapan pengalaman terstruktur secara
klasikal/kelompok yang disajikan secara sistematis/terjadwal dalam
rangka mengembangan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap dan
tugas-tugas perkembangan (yang dituangkan sebagai standar
kompetensi kemandirian) yang diperlukan dalam pengembangan
kemampuan memilih dan mengambil keputusan dalam menjalani
kehidupannya.
c. Layanan perencanaan individual
Pelayanan perencanaan individual merupakan kegiatan pemberian
bantuan kepada peserta didik agar mampu merumuskan dan melakukan
aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan
pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman
akan peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya. Kegiatan
orientasi, informasi, konseling individual, rujukan, kolaborasi, dan
advokasi diperlukan dalam implementasi pelayanan ini.
3. Sasaran
Mengarahkan siswa-siswi untuk mengikuti kegiatan program
harian,bersadarkan kebutuhan dan tingkatan tertentu.
Dengan pertimbangan kapan dan dimana jenis kegiatan konseling itu dapat
dilakukan dengan tidak mengurangi dan menggangu kegiatan belajar siswa
sedikitpun. Dengan demikian, jika semua tahap-tahap, hal-hal urgen yang
dibutuhan serta kerjasama dalam kegiatan telah dipertimbangkan dan dilakukan
maka tujuan dari perencanaan layanan bimbingan dan konseling dapat tercapai
secara efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA