Makalah Akuntansi Musyarakah (Psak 106)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

Makalah

AKUNTANSI MUSYARAKAH (PSAK 106)

(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Keuangan Syariah yang diampuh

Oleh La Ode Rasuli, S.Pd.,SE.,MSA)

Oleh:

Kelompok I

AMIN BADOE (921417125)

SITI MUSRIFAH (921417070)

ANDRIANI ZAIN (921417031)

NOVARINA ANWAR (921417057)

SAMSIA RAJULANI (921417053)

SRI FINGKI TOMAYAHU (921417048)

INDAWATI MALANUA (921417037)

YAYU BANTENG (921417058)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2019

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan nikmat, Rahmat
dan Karunia-Nya, sehingga Tim penyusun dapat menyelesaikan makalah Akuntansi
Syariah Tentang “Akuntansi Musyarakah (PSAK 106)”.

Penghargaan dan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Ayah dan
Ibu yang telah mencurahkan segenap cinta dan kasih sayang serta perhatian moril.
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan Rahmat, kesehatan, karunia dan keberkahan
di dunia dan di akhirat atas budi baik yang telah diberikan kepada Tim penyusun.

Penghargaan dan ucapan terima kasih Tim penyusun berikan kepada Bpk. La
Ode Rasuli, S.Pd.,SE.,MSA selaku dosen yang sangat baik dan sabar membimbing
dan membantu Tim penyusun dalam pembuatan makalah ini.

Akhir kata Tim penyusun memohon saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi perbaikan ke depannya dan semoga bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin

Gorontalo, 22 Oktober 2019

Kelompok VII

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.......................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................ iii
BAB I : PENDAHULUAN ................................................... 4
1.1..................................................................................Latar
Belakang ................................................................... 4
1.2..................................................................................Rumusan
Masalah .................................................................... 4
1.3..................................................................................Tujuan 5
BAB II : PEMBAHASAN .................................................... 6
2.1..................................................................................Pengertian
Akad Musyarakah...................................................... 6
2.2..................................................................................Jenis Akad
Musyarakah............................................................... 8
2.3..................................................................................Dasar-dasar
Hukum Akad Musyarakah ......................................... 9
2.4..................................................................................Rukun Dan
Ketentuan Dalam Akad Musyarakah.......................... 10
2.5..................................................................................Perlakuan
Akuntansi Transaksi Musyarakah (PSAK 106)............ 12
BAB III : PENUTUP ........................................................... 21
3.1..................................................................................Kesimpulan
.................................................................................. 21
3.2..................................................................................Saran
21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................... 22

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam sangat menganjurkan pemeluknya untuk berusaha, termasuk melakukan
kegiatan-kegiatan bisnis. Dalam kegiatan bisnis, seseorang dapat merencanakan sesuatu
dengan sebaik-baiknya agar dapat menghasilkan sesuatu yang diharapkan, namun tidak
ada seorangpun yang dapat memastikan hasilnya seratus persen. Suatu usaha, walaupun
direncanakan dengan sebaik-baiknya, namun tetap mempunyai resiko untuk gagal.
Faktor ketidakpastian adalah faktor yang sudah menjadi sunnatullah.
Konsep Bagi hasil, dalam menghadapi ketidakpastian merupakan salah satu prinsip
yang sangat mendasar dari ekonomi Islam, yang dianggap dapat mendukung aspek
keadilan. Keadilan merupakan aspek mendasar dalam perekonomian Islam. Penetapan
suatu hasil usaha didepan dalam suatu kegiatan usaha dianggap sebagai sesuatu hal
yang dapat memberatkan salah satu pihak yang berusaha, sehingga dapat melanggar
keadilan.
Bahwa kegiatan-kegiatan investasi baik pada bank maupun dalam raung lingkup
non bank. Islam oleh para teoritisi medefinisikan tentang transaksi pada pembiayaan
atau dalam transaksi syirkah atau musyarakah adalah suatu perkongsian antara dua
pihak atau lebih dalam suatu usaha atau proyek, dimana masing-masing pihak berhak
atas segala keuntungan dan bertanggungjawab terhadap kerugian yang terjadi sesuai
dengan penyertaan modal masing-masing pemilik modal. Salah satu sebab yang
melatarbelakangi pada penulisan makalah ini adalah. Apakah konsep teoritis yang
ditawarkan dengan sistem transaksi syariah atau musyarakah dalam literature fiqih
terkait transaksi syariah atau musyarakah dapat diaplikasikan dalam realitas.? Makalah
ini akan menjelaskan bagaimana konsep transaksi dalam syariah atau musyarakah dan
apa hal-hal yang berkaitan dengan ruang lingkup yang ada dalam transaksi syariah
atau musyarakah.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam makalah ini dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Apa Pengertian Dari Akad Musyarakah?

4
2. Apa Saja Jenis Dari Akad Musyarakah?
3. Apa Saja Dasar-Dasar Hukum Dari Akad Musyarakah?
4. Apa Saja Rukun dan Ketentuan dalam Akad Musyarakah?
5. Bagaimana Perlakuan Akuntansi Dalam Transaksi Musyarakah Pada PSAK 106?
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Pengertian Dari Akad Musyarakah
2. Untuk mengetahui Jenis Dari Akad Musyarakah
3. Untuk mengetahui Dasar-Dasar Hukum Dari Akad Musyarakah
4. Untuk mengetahui Rukun dan Ketentuan dalam Akad Musyarakah
5. Untuk mengetahui Perlakuan Akuntansi Dalam Transaksi Musyarakah Pada PSAK
106

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Akad Musyarakah


Menurut Afzalur Rahman, seorang Deputy Secretary General in The Musalim
School Trust , secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (percampuran) atau
persekutuan dua orang atau lebih, sehingga antara masing-masing sulit dibedakan atau
tidak dapat dipisahkan. Istilah lain dari akad musyarakah adalah sharikah atau syirkah
atau kemitraan.
Dewan syariah Nasional MUI dan PSAK No. 106 mendefinisikan musyarakah
sebagai  akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu , di
mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan dana bahwa
keuntungan dibagi berdasarkan porsi kontribusi dana. Para mitra bersama-sama
menyediakan dana untuk mendanai  sebuah usaha tertentu dalam masyarakat, baik
usaha yang sudah berjalan maupun yang baru, apabila salah satu mitra dapat
mengembalikan dana tersebut dan bagi hasil yang telah disepakati nisbahnya secara
bertahap atau sekaligus kepada mitra lain.
Investasi musyarakah  dapat dalam bentuk kas, setara kas atau aset nonkas.
Musyarakah merupakan akad kerja sama di antara para pemilik modal yang
mencampurkan modal mereka dengan tujuan mencari keuntungan. Dalam musyarakah,
para mitra sama-sama menyediakan modal untuk membiayai suatu usaha tertentu dan
bekerja bersama mengelola usaha tersebut. Dimana modal yang ada harus digunakan
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama sehingga tidak boleh
digunakan untuk kepentingan pribadi atau dipinjamkan pada pihak lain tanpa seizing
mitra lainnya.
Setiap mitra harus memberi kontribusi dalam pekerjaan dan Ia menjadi wakil mitra
lain juga sebagai agen bagi usaha kemitraan. Sehingga seorang mitra tidak dapat lepas
tangan dari aktivitas yang di lakukan mitra lainnya dalam menjalankan aktivitas bisnis
yang normal.
Dengan bergabungnya dua orang atau lebih hasil yang diperoleh diharapkan jauh
lebih baik dibandingkan jika dilakukan sendiri karena di dukung oleh kemampuan
akumulasi modal yang lebih besar, relasi bisnis yang lebih luas, keahlian yang lebih
beragam, wawasan yang lebih luas, pengendalian yang lebih tinggi, dsb.

6
Apabila usaha tersebut  untung maka keuntungan akan dibagikan kepada para mitra
sesuai dengan nisbah yang telah disepakati (baik persentase maupun periodenya harus
secara tegas dan jelas ditentukan di dalam perjanjian), sedangkan bila rugi akan
didistribusikan kepada para mitra sesuai dengan porsi modal dari setiap mitra. Hal
tersebut sesuai dengan prinsip system keuangan syariah yaitu pihak-pihak yang yang
terlibat dalam suatu transaksi harus bersama-sama menanggung (berbagi) risiko.
Pada dasarnya, atas modal yang ditanamkan tidak boleh ada jaminan dari mitra
lainnya karena bertentangan dengan prinsip untung muncul bersama risiko (al ghunmu
bi al ghurmi). Namun demikian, untuk mecegah mitra melakukan kelalaian, melakukan
kesalahan yang disengaja atau melanggar perjanjian yang sudah disepakati,
diperbolehkan meminta jaminan dari mitra lain atau pihak ketiga.

PSAK NO 106 paragraf 7 memberikan contoh yang disengaja yaitu :

a) pelanggaran terhadap akad; antara lain penyalahgunaan dana investasi, manipulasi


biaya, dan pendapatan operasional.
b) pelaksanaan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah dalam musyarakah, dapat
ditemukan aplikasi ajaran islam tentang ta’awun (gotong royong), ukhuwah
(persaudaraan) dan keadilan. Selain musyarakah, terdapat juga kontrak investasi
untuk bidang pertanian yang pada prinsipnya sama dengan prinsip syirkah. Bentuk
kontrak bagi hasil yang diterapkan pada tanaman pertanian setahun dinamakan
muzara’ah. Bila bibitnya berasal dari pemilik tanah, maka disebut mukhabarah.
Sedangkan bentuk kontrak bagi hasil yang diterapkan pada tanaman pertanian
tahunan disebut musaqat (Karim, 2003). Untuk menghindari persengketaan di
kemudian hari, sebaiknya akad kerja sama dibuat secara tertulis dan dihadiri oleh
para saksi. Akad perjanjian tersebut harus mencakup berbagai aspek antara lain
terkait dengan besaran modal dan penggunaannya (tujuan usaha musyarakah),
pembagian kerja di antara mitra, nisbah yang digunakan sebagai dasar pembagian
laba dan periode pembagiannya dsb.

Apabila terjadi hal yang tidak diinginkan, atau terjadi persengketaan, para pihak
dapat merujuk kepada kontrak yang telah disepakati bersama. Apabila terjadi sengketa
dan tidak terdapat kesepakatan antara pihak yang bersengketa maka penyelesaiannya
dilakukan berdasarkan keputusan institusi yang berwenang, misalnya badan arbitrasi
syariah.

7
2.2 Jenis Akad Musyarakah
1) Bedasarkan eksistensi :
1. Syirkah Al Milk
Mengandung arti kepemilikan bersama (co-ownership) yang keberadaannya
muncul apabila dua orang atau lebih memperoleh kepimilikan bersama (joing)
atas suatu kekayaan (aset) misalnya dua orang atau lebih menerima
warisan/hibah/wasiat sebidang tanah atau harta kekayaan atau perusahaan baik
yang dapat dibagi atau tidak dapat dibagi-bagi.
2. Syirkah Al’uqud (kontrak)
Syirkah Al’uqud yaitu kemitraan yang tercipta dengan kesepekatan dua
orang atau lebih untuk bekerja sama dalam mecapai tujuan tertentu. Setiap mitra
dapat berkontribusi dengan modal/dana dan atau dengan bekerja, serta berbagi
keuntungan dan kerugian. Berbeda dengan syirkah al milk, dalam kerja sama
jenis ini setiap mitra dapat bertindak sebagai wakil dari pihak lainnya Syirkah
Al’quid dapat dibagi menjadi sebagai berikut :
1) Syirkah Abdan (syirkah fisik), disebut juga syirkah a’mal (syirkah kerja)
atau syirkah shanaa’I (syirkah para tukang) atau syirkah taqabbul (syirkah
penerimaan).
2) Syirkah wujuhadalah kerja sama antara dua pihak di mana masing-masing
pihak sama sekali tidak menyertekan modal. Mereka menjalankan usahanya
berdasarkan kepercayaan pihak ketiga.
3) Syirkah ‘Inan (negosiasi) adalah bentuk kerja sama di mana posisi dan
kompisisi pihak-pihak yang terlibat didalamnya adalah tidak sama, baik
dalam hal modal maupun pekerjaan.
4) Syirkah Mufawwadhah adalah bentuk kerja sama di mana posisi dan
kompisisi pihak-pihak yang terlibat di dalamnya harus sama, baik dalam hal
modal, pekerjaan, agama, keuntungan, maupun risiko kerugian.

8
 Skema Musyarakah

2) Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK 106) :


 Musyarakah Permanen adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana setiap
mitra ditentukan saat akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad (PSAK
No. 106 paragraf 04). Contohnya : antara mitra A dan mitra P yang melakukan
akad musyarakah menanamkan modl yang jumlah awal masing-masing Rp
20.000.000 , maka sampai akhir masa akad syirkah modal mereka masing-
masing tetap Rp 20.000.000
 Musyarakah Menurun/Musyarakah Mutanaqisah adalah musyarakah dengan
ketentuan bagian dana salah satu mitra akan dialihkan secara bertahap kepada
mitra lainnya sehingga bagian dananya akan menurun dan pada akhir masa akad
mitra lain tersebut akan menjadi pemilik penuh usaha musyarakah tersebut.
(PSAK No. 106 paragraf 04). Contohnya : antara mitra A dan mitra P
melakukan akad musyarakah, mitra P menanamkan Rp 10.000.000 dan
menanamkan Rp 20.000.000 . seiring berjalannya kerjasama akad musyarakah
tersebut, modal mitra P Rp 10.000.000 tersebut akan beralih kepada mitra A
melalui pelunasan secara bertahap yang dilakukan oleh mitra A .

2.3 Dasar Hukum Dari Akad Musyarakah

Sumber Hukum Akad Musyarakah

9
1. Al-Quran
Ayat-ayat al-qur’an yang dapat dijadikan rujukan dasar akad transaksi syariah
adalah:
“jikalau saudara-saudara lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang
sepertiga itu. (QS. An-Nisa:12)
“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berkongsi itu sebagian
mereka berbuat zalim kepada sebagian lain kecuali orang yang beriman dan
mengerjakan amal yang sholeh” (QS.Ash-shad:24)
2. As-Sunah
Hadit-hadits rasul yang dapat dijadikan rujukan dasar akad transaksi syarikah
adalah:
Dari Hadis Qudsi: “Aku (Allah) adalah pihak ketiga dari dua orang yang berserikat,
sepanjang salah seorang dari keduanya tidak berkhianat terhadap lainnya. Apabila
seorang berkhianat terhadap lainnya maka Aku keluar dari keduanya.”  (HR. Abu
Dawud dan Al-Hakim dari Abu Hurairah)
“Pertolongan Allah tercurah atas dua pihak yang berserikat, sepanjang keduanya
tidak saling berkhianat.” (HR. Muslim)
Berdasarkan keterangan Al-Quran dan Hadis tersebut, pada prinsipnya seluruh ahli
fiqih sepakat menetapkan bahwa hukum musyarakah adalah mubah, meskipun mereka
masih memperselisihkan keabsahan hukum dari beberapa jenis akad musyarakah.

2.4 Rukun dan Ketentuan dalam Akad Musyarakah


1) Pelaku: Para mitra harus cakap hukum dan baligh
2) Objek musyarakah merupakan suatu konsekuensi dengan dilakukannya akad
musyarakah yaitu harus ada modal dan kerja.
3) Modal :
 Modal yang diberikan harus tunai.
 Modal yang diserahkan dapat berupa uang tunai, emas, perak, aset perdagangan,
atau aset tidak berwujud seperti lisensi, hak paten, dsb.
 Apabila modal yang diserahkan dalam bentuk nonkas, maka harus ditentukan
nilai tunainya terlebih dahulu dan harus disepakati bersama
 Modal yang diserahkan oleh setiap mitra harus dicampur. Tidak dibolehkan
pemisahan modal dari masing-masing pihak untuk kepentingan khusus.

10
 Dalam kondisi normal, setiap mitra memiliki hak untuk mengelola aset kemitraan
 Mitra tidak boleh meminjam uang atas nama usaha musyarakah, demikian juga
meminjamkan uang kepada pihak ketiga dari modal musyarakah, menyumbang
atau menghadiahkan uang tsb. Kecuali, mitra lain telah menyepakatinya.
 Seorang mitra tidk diizinkan untuk mencairkan atau menginvestasikan modal itu
untuk kepentingannya sendiri
 Pada prinsipnya dalam musyarakah tidak boleh ada penjaminan modal, seorang
mitra tidak bisa menjamin modal mitra lainnya, karena musyarakah didasarkan
prinsip al-ghunmu bi al ghurmi-hak untuk mendapat keuntungan berhubungan
dengan risiko yang diterima.
 Modal yang ditanamkan tidak boleh digunakan untuk membiayai proyek atau
investasi yang dilarang oleh syariah.
4) Mempunyai pekerjaan :
 Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan
musyarakah.
 Tidak dibenarkan bila salah seorang diantara mitra mengatakan tidak ikut serta
menangani pekerjaan dalam kemitraan tsb.
 Meskipun porsi kerja antara satu mitra dengan mitra lainnya tidak harus sama.
Mitra yang porsi kerjanya lebih banyak boleh meminta bagina keuntungan yang
lebi besar.
 Setiap mitra bekerja atas nama pribadi atau mewakili mitranya.
 Para mitra harus menjalankan usaha sesuai denga syariah
 Seorang mitra yang melaksanakan pekerjaan di luar wilayah tugas yang ia
sepakati, berhak mempekerjakan orang lain untuk menangani pekerjaan tersebut.
 Jika seorang mitra yang mempekerjakan pekerja lain untuk melaksanakan tugas
yang menjadi bagiannya, biaya yang timbul harus di tanggungnya sendiri.
5) Ijab Kabul Adalah pernyataan dan ekspresi saling ridha/rela di antara pihak-pihak
pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau
menggunakan cara-cara komunikasi modern.
6) Nisbah :
 Nisbah diperlukan untuk pembagian keuntungan dan harus disepakati oleh para
mitra di awal akad sehingga risiko perselisihan diantara para mitra dapat
dihilangkan.

11
 Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
 Keuntungan harus dapat dikuantifikasi dan ditentukan dasar perhitungan
keuntungan tersebut. Misalnya, bagi hasil atau bagi laba.
 Keuntungan yang dibagikan tidak boleh menggunakan nilai proyeksi akan tetapi
harus menggunakan nilai realisasi keuntungan.
 Mitra tidak dapat menentukan bagian keuntungannya sendiri.
 Pada prinsipnya keuntungan milik para mitra namun diperbolehkan
mengalokasikan keuntungan untuk pihak ketiga bila disepakati.
7) Berakhirnya Akad Musyarakah
Akad musyarakah akan berhasil, jika:
 Salah seorang mitra menghentikan akad.
 Salah seorang mitra meninggal, atau hilang akal.
Dalam hal ini mitra yang meninggal atau hilang akal dapat digantikan oleh
salah seorang ahli warisnya yang cakap hukum (baligh dan berakal sehat).
Apabila disetujui oleh semua ahli waris lain dan mitra lainnya.
 Modal musyarakah hilang/habis.
Apabila salah satu mitra keluar dar kemitraan baik dengan mengundurkan diri,
meninggal atau hilang akal maka kemitraan tersebut dikatakan bubar. Karena
musyarakah berawal dari kesepakatan utuk bekerja sama dan dalam kegiatan
opersaional setiap mitra mewakili mitra lainnya. Salah seorang mitra tidak ada
lagi berarti hubungan perwakilan itu sudah tidak ada.

2.5 Perlakuan Akuntansi (PSAK 106)


a. Pengakuan dan Pengukuran
Perlakuan Akuntansi untuk transaksi musyarakah akan dilihat dari dua sisi pelaku
yaitu Mitra Aktif dan Mitra Pasif.
Dimana mitra aktif adalah pihak yang mengelola usaha musyarakah baik mengelola
sendiri ataupun merujuk pihak lain untuk mengelola atas namanya, mitra aktif juga
bertanggung jawab untuk melakukan pengelolaan sehingga mitra aktif yang akan
melakukan pencatatan akuntansi, atau jika dia menunjuk pihak lain untuk ikut
mengelola usaha maka pihak tersebut yang akan melakukan pencatatan akuntansi;
sedangkan mitra pasif adalah pihak yang tidak ikut mengelola usaha biasanya adalah
lembaga keuangan.

12
Akuntansi Untuk Mitra Aktif dan Mitra Pasif :
Akuntansi untuk Mitra Aktif dan Mitra Pasif dianggap sama, Karena dalam illustrasi
ini pencatatan akuntansi ini untuk usaha musyarakah dilakukan oleh pihak ketiga yang
ditunjuk agar lebih muda di illustrasikan. Jadi, pada hakikatnya jurnal yang dibuat oleh
pihak ketiga atau Mitra Aktif adalah sama. Perbedaannya jika pencatatan dilakukan
oleh Mitra Aktif, maka ia harus membuat akun buku besar pembantu untuk
memisahkan pencatatan dari transaksi musyarakah dengan transaksi lainnya.
1. Pengakuan investasi musyarakah
Investasi Musyarakah diakui pada saat penyerahan kas atau aset non kas untu usaha
musyarakah.
2. Biaya Pra-akad
Biaya pra-akad yang terjadi akibat musyarakah (misalnya biaya studi kelayakan)
tidak dapat diakui sebagai bagian investasi musyarakah kecuali ada persetujuan dari
seluruh mitra musyarakah.
Jurnal untuk mitra aktif pada saat mengeluarkan biaya :
Dr.Uang muka akad xxx
Kr.Kas xxx

Apabila mitra lain sepakat, biaya ini dianggap sebagai bagian investasi musyarakah
maka dicatat sebagai nilai investasi musyarakah.
Jurnal :
Dr.Investasi musyarakah         xxx
Kr.Uang muka akad             xxx

Apabila mitra lain tidak setuju biaya ini dianggap sebagai bagian investasi
musyarakah maka akan di catat sebagai beban.
Jurnal :
Dr.Beban musyarakah             xxx
Kr.Uang muka akad             xxx
3. Pengukuran investasi musyarakah
Penyerahan kas atau aset nonkas sebagai modal untuk investasi musyarakah
a. apabila investasi dalam bentuk kas akan dinilai sebesar jumlah yang diserahkan ;
maka jurnal :
Dr.Investasi musyarakah-kas xxx
Kr.Kas                     xxx

13
b. Apabila investasi dalam bentuk aset nonkas, maka di nilai sebesar nilai wajar
dan jika nilai wajar aset nonkas yang diserahkan lebih besar dari nilai buku,
maka oleh mitra aktif selisihnya akan dicatat dalam akun selisih penilaian aset
musyarakah ( dilaporkan dalam bagian ekuitas).
Jurnal :
Dr.Investasi musyarakah-aset nonkas xxx
Dr.Akumulasi penyusutan xxx
Kr.Selisih penilaian aset musyarakah(sebagai bag.ekuitas)      xxx
Kr.Aset nonkas                             xxx

Selisih penilaian aset musyarakah tersebut diamortisasi selama masa akad


musyarakah menjadi keuntungan.
Jurnal :
Dr.Selisih penilaian aset musyarakah xxx
Kr.Keuntungan                      xxx

Jika nilai wajar aset nonkas yang diserahkan lebih kecil dari nilai buku, maka
selisihnya dicatat sebagai kerugian dan diakui pada saat penyerahan aset nonkas.
Jurnal :
Dr.Investasi musyarakah-aset nonkas xxx
Dr.akum.Penyusutan xxx
Dr.Kerugian penurunan nilai xxx
Kr.Aset nonkas                         xxx
Apabila investasi dalam bentuk aset nonkas dan diakhir akad akan diterima
kembali maka atas aset nonkas musyarakah disusutkan berdasarkan nilai wajar,
dengan masa manfaat berdasarkan masa akad atau masa manfaat ekonomi aset
Jurnal :
Dr.Beban Depresiasi             xxx
Kr.Akumulasi Depresiasi  xxx
Untuk mitra pasif, akun selisih penilaian aset musyarakah digantikan dengan
akun keuntungan tangguhan dan diamortisasikan selama masa akad. Apabila
aset nonkas dikembalikan di akhir akad maka akun investasi musyarakah nonkas
akan berkurang nilainya sebesar beban penyusutan aset yang diserahkan
dikurangi dengan amortisasi keuntungan tangguhan

14
4. Apabila dari investasi musyarakah diperoleh keuntungan
maka jurnal :
Dr.Kas/piutang                 xxx
Kr.Pendapatan bagi hasil         xxx
Apabila dari investasi yang dilakukan rugi maka jurnal :
Dr.Kerugian                 xxx
Kr.Penyisihan Kerugian             xxx
5. Apabila modal investasi yang diserahkan berupa aset nonkas, dan di akhir akad
dikembalikan dalam bentuk kas sebesar nilai wajar aset nonkas yang disepakati
ketika aset tersebut diserahkan. Maka ketika akad musyarakah berkhir, aset nonkas
akan di likuidasi/dijual terlebih dahulu dan keuntungan atau kerugian dari penjualan
aset ini (selisih antara nilai buku dan nilai jual) didistribusikan pada setiap mitra
sesuai nisbah.
Ketika pelunasan dengan asumsi tidak ada penyisihan kerugian dan penjualan aset
nonkas mengahasilkan keuntungan , maka jurnal :

Dr.Kas                     xxx


Kr.Investasi musyarakah         xxx
Kr.Keuntungan                 xxx
Ketika pelunasan dengan asumsi ada penyisihan kerugian dan penjualan aset nonkas
menghasilkan keuntungan, maka jurnal :
Dr.Kas                      xxx
Dr.Penyisihan kerugian xxx
Kr.Investasi musyarakah         xxx
Kr.Keuntungan xxx

Pencatatan diakhir akad :


6. Apabila modal investasi yang diserahkan berupa kas. Jika tidak ada kerugian, maka
jurnal:
Dr.Kas                     xxx
Kr.Investasi musyarakah         xxx
Jika ada kerugian, maka jurnal :
Dr.Kas                     xxx
Dr.Penyisihan kerugian             xxx

15
Kr.Investasi musyarakah xxx
7. Apabila modal investasi berupa aset nonkas, dan dikembalikan dalam bentuk aset
nonkas yang sama pada akhir akad. Jika tidak ada kerugian , maka jurnal :
Dr.Aset nonkas                      xxx
Kr.Investasi musyarakah             xxx
Jika ada kerugian , mitra yang menyerahkan aset nonkas harus menyetorkan uang
sebesar nilai kerugian, maka jurnal :

Dr.Penyisihan Kerugian             xxx


Kr.Kas                     xxx
Dr.Aset nonkas  xxx
Kr.Investasi musyarakah         xxx
8. Bagian mitra aktif untuk jenis akad musyarakah menurun (dengan pengembalian
dana mitra secara bertahap) nilai investasi musyarakahnya sebesar jumlah kas atau
nilai wajar aset nonkas yang diserahkan pada awal akad ditambah jumlah dana
syirkah temporer yang telah dikembalikan pada mitra pasif dikurangi rugi jika
ada.Sedangkan bagian mitra pasif nilai investasi musyarakahnya sebesar kas atau
nilai wajar aset yang diserahkan pada awal akad dikurangi dengan pengembalian
dari mitra aktif jika ada.
b. Penyajian
1. Mitra aktif menyajikan hal-hal yang terkait dengan usaha musyarakah dalam
laporan keuangan sebagai berikut:
 Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif dan yang diterima oleh
mitra pasif disajikan sebagai investasi musyarakah
 Aset musyarakah yang diterima dari mitra pasif disajikan sebagai unsur dana
syirkah temporer
 Selisih penilaian aset musyarakah (jika ada) disajikan sebagai unsur ekuitas
2. Mitra pasif menyajikan hal-hal yang terkait dengan usaha musyarakah dalam
laporan keuangan sebagai berikut:
 Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif disajikan sebagai
investasi musyarakah.
 Keuntungan tangguhan dari selisih penilaian aset nonkas yang diserahkan
pada nilai wajar disajikan sebagai pos lawan (contra account) dari
musyarakah.

16
c. Pengungkapan
Mitra mengungkapkan hal-hal yang terkait transaksi musyarakah, tetapi tidak
terbatas, pada:
 Isi kesepakatan utama usaha musyarakah, seperti porsi dana, pembagian hasil
usaha, aktivitas usaha musyarakah, dan lain-lain;
 Pengelola usaha, jika tidak ada mitra aktif; dan
 Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian
Laporan Keuangan Syariah.

d. Kasus Transaksi Musyarakah


Bank syariah mitra umat setuju memberikan pembiayaan musyarakah untuk
modal kerja pengusaha tempe “ emang enak “ dengan data-data sebagai berikut:
1. Keutuhan modal kerja seluruhnya sebesar Rp.1.000.000.000 (satu milyar).
Dibiayain oleh bank syariah sebesar 70% dan sisanya dibiayai sendiri oleh
pengusaha tersebut.
2. Porsi pembagian keuntungan (nisbah) yang disepakati 80% untuk bank syariah dan
20% untuk pengusaha tempe emang enak dari laba kotor yang diperoleh dari usaha
tempe tersebut.
3. Jangka waktu pembiayaan 12 (duabelas) bulan, dimulai tanggal satu maret 2008
sampai dengan 28 februari 2009.
4. disepakati pengusaha tempe akan mengembalikan modal musyarakah secara
bertahap sebagai berikut:
Tanggal Jumlah Modal

02 Juni Rp. 150.000.000


10 Agustus Rp. 250.000.000
10 Oktober Rp. 250.000.000
10 Desember Rp. 350.000.000

Selama pelaksanaan kegiatan tersebut diperoleh data-data sebagai berikut (selama


tahun 2008):
o Tanggal Transaksi Penyelesaian /Jurnal (Bank
Syariah sebagai mitra pasif)
1 20 Februari Bank syariah mitra Dr. Uang Muka pra akad

17
umat telah musyarakah Rp. 1.000.000,-
mengeluarkan biaya Cr. Kas   Rp.
untuk study kelayakan 1.000.000,-
sebesar Rp. 5.000.000
dan ditanggung sendiri
oleh bank syariah.

2 Maret Bank syariah mitra Dr. Investasi Musyarakah


umat menyerahkan Rp.5.000.000,-
uang tunai kepada Cr. Kas/Rekening
pengusaha tempe syirkah Rp.5.000.000,-
sebesar Dr. Kewajiban Komitmen
Rp.200.000.000 Invest Musy
sebagai modal kerja Rp.Rp.5.000.000,-
dalam bentuk uang Cr. Kontra komitmen Inv
tunai. Musy Rp.5.000.000,-

3 10 Maret Bank syariah mitra Dr. Investasi Musyarakah


umat menyerahkan Rp.800.000.000,-
kedelai sebanyak 5 Cr. Persediaan /Aset
Ton seharga Musy Rp.740.000.000,-
Rp.800.000.000 yang Cr. Keuntungan Musy
sebelumnya dibeli Tangguhan
dengan harga Rp.60.000.000,-
Rp.740.000.000
Dr. Kewajiban Komitmen
Invest Musy Rp.800.000.000,-
Cr. Kontra komitmen
Inv Musy
Rp.800.000.000,-

4 5 April Diterima laporan dari Perhitungannya:


mitra aktif bahwa 80% x Rp. 1.000.000,- =

18
dalam bulan maret Rp. 800.000,-
2008 telah diperoleh
hasil sebesar Dr. Hak Mitra atas bagi
Rp.1.000.000. sebagai hasil Rp. 800.000,-
hasil ujicoba pasar Cr. Bagi hasil sudah di

namum belum dapat umumkan belum dibagi

dibayarkan Rp. 800.000,-

5 2 juni Diterima Dr. Kas /Rekening Kas


pengembalian modal Rp.100.000.000,-
musyarakah sebesar Cr.InvestasiMusyarakah
Rp. 100.000.000 Rp.100.000.000,-
sebagai pengembalian
sebagai modal
musyarakah.

6 10 Agustus Diterima secara tunai Dr. Kas / Rekening


bagi hasil usaha dari Syirkah Rp.25.000.000,-
pengusaha tempe Cr. Pendapatan Bagi
sebesar Rp.25.000.000 hasl Musyarakah
Rp.25.000.000,-

7 10 Agustus Sampai akhir 10 Dr. Piutang Mitra


agustus 2008 Rp.250.000.000
pengusaha tempe Cr. Investasi
belum dapat Musyarakah
mengembalikan modal Rp.250.000.000
musyarakah yang telah
disepakati sebesar
Rp.250.000.000

8 25 Agustus Diterima pembayaran Dr. Kas / Rekening Syirkah


pengembalian modal Rp.250.000.000
musyarakah dari Cr. Piutang Mitra
pengusaha tempe Rp.250.000.000

19
sebesar
Rp.250.000.000

9 10 Oktober Diterima pembayaran Dr. Kas/ Rekening Syirkah


secara tunai Rp.250.000.000
pengembalian modal Cr. Investasi
musyarakah dari Musyarakah
pengusaha tempe Rp.250.000.000
sebesar
Rp.250.000.000

10 Desember Pengembalian moal Dr. Piutang Mitra


musyarakah sebesar Rp.350.000.000
Rp.350.000.000 telah Cr. Investasi
jatuh tempo namun Musyarakah
pengusaha tempe Rp.350.000.000
belum dapat
membayar.

    

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

20
Kesimpulan nya adalah Musyarakah (partnership) adalah akad kerja sama antara
dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak
memberikan konstribusi dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
Musyarakah termasuk kedalam akad tijarah (for profit transaction).
3.2 Saran
Demikian makalah ini dalam mata kuliah yang tentunya masih jauh dari
kesempurnaan. Kami sadar bahwa ini merupakan proses dalam menempuh
pembelajaran, untuk itu kami mengharapkan kritik serta saran yang membangun demi
kesempurnaan hasil diskusi kami. Harapan kami dapat dijadikan sebagai ilmu yang
bermanfaat bagi kita semua, Aamin.

DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). 2017. Standar Akuntansi Keuangan Syariah. Jakarta:
Ikatan Akuntan Indonesia

21
Aziroh Nur.2014. Musyrakah Dalam Fiqih Dan Perbankan Syari’ah. SMA
Wali Songo Jepara, Indonesia.
Afifudin.2016. Sak Syariah Dalam Tafsiran Ilmu Sosial Profetik. Malang, Jatim:Penerbit
Empatdua.
http://shariaeconomics.blogspot.co.id/2010/10/al-musyarakah.html
https://irwansahaja.blogspot.co.id/2014/05/musyarakah-dalam-syariah.html
http://blog.stie-mce.ac.id/istutik/2011/06/20/perlakuan-akuntansi-transaksi musyarakah/
http://www.contohjurnal.xyz/download/jurnal-akuntansi-musyarakah-pdf/

22

Anda mungkin juga menyukai