Makalah Akuntansi Musyarakah (Psak 106)
Makalah Akuntansi Musyarakah (Psak 106)
Makalah Akuntansi Musyarakah (Psak 106)
(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Keuangan Syariah yang diampuh
Oleh:
Kelompok I
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2019
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan nikmat, Rahmat
dan Karunia-Nya, sehingga Tim penyusun dapat menyelesaikan makalah Akuntansi
Syariah Tentang “Akuntansi Musyarakah (PSAK 106)”.
Penghargaan dan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Ayah dan
Ibu yang telah mencurahkan segenap cinta dan kasih sayang serta perhatian moril.
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan Rahmat, kesehatan, karunia dan keberkahan
di dunia dan di akhirat atas budi baik yang telah diberikan kepada Tim penyusun.
Penghargaan dan ucapan terima kasih Tim penyusun berikan kepada Bpk. La
Ode Rasuli, S.Pd.,SE.,MSA selaku dosen yang sangat baik dan sabar membimbing
dan membantu Tim penyusun dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata Tim penyusun memohon saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi perbaikan ke depannya dan semoga bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin
Kelompok VII
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.......................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................ iii
BAB I : PENDAHULUAN ................................................... 4
1.1..................................................................................Latar
Belakang ................................................................... 4
1.2..................................................................................Rumusan
Masalah .................................................................... 4
1.3..................................................................................Tujuan 5
BAB II : PEMBAHASAN .................................................... 6
2.1..................................................................................Pengertian
Akad Musyarakah...................................................... 6
2.2..................................................................................Jenis Akad
Musyarakah............................................................... 8
2.3..................................................................................Dasar-dasar
Hukum Akad Musyarakah ......................................... 9
2.4..................................................................................Rukun Dan
Ketentuan Dalam Akad Musyarakah.......................... 10
2.5..................................................................................Perlakuan
Akuntansi Transaksi Musyarakah (PSAK 106)............ 12
BAB III : PENUTUP ........................................................... 21
3.1..................................................................................Kesimpulan
.................................................................................. 21
3.2..................................................................................Saran
21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................... 22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam sangat menganjurkan pemeluknya untuk berusaha, termasuk melakukan
kegiatan-kegiatan bisnis. Dalam kegiatan bisnis, seseorang dapat merencanakan sesuatu
dengan sebaik-baiknya agar dapat menghasilkan sesuatu yang diharapkan, namun tidak
ada seorangpun yang dapat memastikan hasilnya seratus persen. Suatu usaha, walaupun
direncanakan dengan sebaik-baiknya, namun tetap mempunyai resiko untuk gagal.
Faktor ketidakpastian adalah faktor yang sudah menjadi sunnatullah.
Konsep Bagi hasil, dalam menghadapi ketidakpastian merupakan salah satu prinsip
yang sangat mendasar dari ekonomi Islam, yang dianggap dapat mendukung aspek
keadilan. Keadilan merupakan aspek mendasar dalam perekonomian Islam. Penetapan
suatu hasil usaha didepan dalam suatu kegiatan usaha dianggap sebagai sesuatu hal
yang dapat memberatkan salah satu pihak yang berusaha, sehingga dapat melanggar
keadilan.
Bahwa kegiatan-kegiatan investasi baik pada bank maupun dalam raung lingkup
non bank. Islam oleh para teoritisi medefinisikan tentang transaksi pada pembiayaan
atau dalam transaksi syirkah atau musyarakah adalah suatu perkongsian antara dua
pihak atau lebih dalam suatu usaha atau proyek, dimana masing-masing pihak berhak
atas segala keuntungan dan bertanggungjawab terhadap kerugian yang terjadi sesuai
dengan penyertaan modal masing-masing pemilik modal. Salah satu sebab yang
melatarbelakangi pada penulisan makalah ini adalah. Apakah konsep teoritis yang
ditawarkan dengan sistem transaksi syariah atau musyarakah dalam literature fiqih
terkait transaksi syariah atau musyarakah dapat diaplikasikan dalam realitas.? Makalah
ini akan menjelaskan bagaimana konsep transaksi dalam syariah atau musyarakah dan
apa hal-hal yang berkaitan dengan ruang lingkup yang ada dalam transaksi syariah
atau musyarakah.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam makalah ini dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Apa Pengertian Dari Akad Musyarakah?
4
2. Apa Saja Jenis Dari Akad Musyarakah?
3. Apa Saja Dasar-Dasar Hukum Dari Akad Musyarakah?
4. Apa Saja Rukun dan Ketentuan dalam Akad Musyarakah?
5. Bagaimana Perlakuan Akuntansi Dalam Transaksi Musyarakah Pada PSAK 106?
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Pengertian Dari Akad Musyarakah
2. Untuk mengetahui Jenis Dari Akad Musyarakah
3. Untuk mengetahui Dasar-Dasar Hukum Dari Akad Musyarakah
4. Untuk mengetahui Rukun dan Ketentuan dalam Akad Musyarakah
5. Untuk mengetahui Perlakuan Akuntansi Dalam Transaksi Musyarakah Pada PSAK
106
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Apabila usaha tersebut untung maka keuntungan akan dibagikan kepada para mitra
sesuai dengan nisbah yang telah disepakati (baik persentase maupun periodenya harus
secara tegas dan jelas ditentukan di dalam perjanjian), sedangkan bila rugi akan
didistribusikan kepada para mitra sesuai dengan porsi modal dari setiap mitra. Hal
tersebut sesuai dengan prinsip system keuangan syariah yaitu pihak-pihak yang yang
terlibat dalam suatu transaksi harus bersama-sama menanggung (berbagi) risiko.
Pada dasarnya, atas modal yang ditanamkan tidak boleh ada jaminan dari mitra
lainnya karena bertentangan dengan prinsip untung muncul bersama risiko (al ghunmu
bi al ghurmi). Namun demikian, untuk mecegah mitra melakukan kelalaian, melakukan
kesalahan yang disengaja atau melanggar perjanjian yang sudah disepakati,
diperbolehkan meminta jaminan dari mitra lain atau pihak ketiga.
Apabila terjadi hal yang tidak diinginkan, atau terjadi persengketaan, para pihak
dapat merujuk kepada kontrak yang telah disepakati bersama. Apabila terjadi sengketa
dan tidak terdapat kesepakatan antara pihak yang bersengketa maka penyelesaiannya
dilakukan berdasarkan keputusan institusi yang berwenang, misalnya badan arbitrasi
syariah.
7
2.2 Jenis Akad Musyarakah
1) Bedasarkan eksistensi :
1. Syirkah Al Milk
Mengandung arti kepemilikan bersama (co-ownership) yang keberadaannya
muncul apabila dua orang atau lebih memperoleh kepimilikan bersama (joing)
atas suatu kekayaan (aset) misalnya dua orang atau lebih menerima
warisan/hibah/wasiat sebidang tanah atau harta kekayaan atau perusahaan baik
yang dapat dibagi atau tidak dapat dibagi-bagi.
2. Syirkah Al’uqud (kontrak)
Syirkah Al’uqud yaitu kemitraan yang tercipta dengan kesepekatan dua
orang atau lebih untuk bekerja sama dalam mecapai tujuan tertentu. Setiap mitra
dapat berkontribusi dengan modal/dana dan atau dengan bekerja, serta berbagi
keuntungan dan kerugian. Berbeda dengan syirkah al milk, dalam kerja sama
jenis ini setiap mitra dapat bertindak sebagai wakil dari pihak lainnya Syirkah
Al’quid dapat dibagi menjadi sebagai berikut :
1) Syirkah Abdan (syirkah fisik), disebut juga syirkah a’mal (syirkah kerja)
atau syirkah shanaa’I (syirkah para tukang) atau syirkah taqabbul (syirkah
penerimaan).
2) Syirkah wujuhadalah kerja sama antara dua pihak di mana masing-masing
pihak sama sekali tidak menyertekan modal. Mereka menjalankan usahanya
berdasarkan kepercayaan pihak ketiga.
3) Syirkah ‘Inan (negosiasi) adalah bentuk kerja sama di mana posisi dan
kompisisi pihak-pihak yang terlibat didalamnya adalah tidak sama, baik
dalam hal modal maupun pekerjaan.
4) Syirkah Mufawwadhah adalah bentuk kerja sama di mana posisi dan
kompisisi pihak-pihak yang terlibat di dalamnya harus sama, baik dalam hal
modal, pekerjaan, agama, keuntungan, maupun risiko kerugian.
8
Skema Musyarakah
9
1. Al-Quran
Ayat-ayat al-qur’an yang dapat dijadikan rujukan dasar akad transaksi syariah
adalah:
“jikalau saudara-saudara lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang
sepertiga itu. (QS. An-Nisa:12)
“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berkongsi itu sebagian
mereka berbuat zalim kepada sebagian lain kecuali orang yang beriman dan
mengerjakan amal yang sholeh” (QS.Ash-shad:24)
2. As-Sunah
Hadit-hadits rasul yang dapat dijadikan rujukan dasar akad transaksi syarikah
adalah:
Dari Hadis Qudsi: “Aku (Allah) adalah pihak ketiga dari dua orang yang berserikat,
sepanjang salah seorang dari keduanya tidak berkhianat terhadap lainnya. Apabila
seorang berkhianat terhadap lainnya maka Aku keluar dari keduanya.” (HR. Abu
Dawud dan Al-Hakim dari Abu Hurairah)
“Pertolongan Allah tercurah atas dua pihak yang berserikat, sepanjang keduanya
tidak saling berkhianat.” (HR. Muslim)
Berdasarkan keterangan Al-Quran dan Hadis tersebut, pada prinsipnya seluruh ahli
fiqih sepakat menetapkan bahwa hukum musyarakah adalah mubah, meskipun mereka
masih memperselisihkan keabsahan hukum dari beberapa jenis akad musyarakah.
10
Dalam kondisi normal, setiap mitra memiliki hak untuk mengelola aset kemitraan
Mitra tidak boleh meminjam uang atas nama usaha musyarakah, demikian juga
meminjamkan uang kepada pihak ketiga dari modal musyarakah, menyumbang
atau menghadiahkan uang tsb. Kecuali, mitra lain telah menyepakatinya.
Seorang mitra tidk diizinkan untuk mencairkan atau menginvestasikan modal itu
untuk kepentingannya sendiri
Pada prinsipnya dalam musyarakah tidak boleh ada penjaminan modal, seorang
mitra tidak bisa menjamin modal mitra lainnya, karena musyarakah didasarkan
prinsip al-ghunmu bi al ghurmi-hak untuk mendapat keuntungan berhubungan
dengan risiko yang diterima.
Modal yang ditanamkan tidak boleh digunakan untuk membiayai proyek atau
investasi yang dilarang oleh syariah.
4) Mempunyai pekerjaan :
Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan
musyarakah.
Tidak dibenarkan bila salah seorang diantara mitra mengatakan tidak ikut serta
menangani pekerjaan dalam kemitraan tsb.
Meskipun porsi kerja antara satu mitra dengan mitra lainnya tidak harus sama.
Mitra yang porsi kerjanya lebih banyak boleh meminta bagina keuntungan yang
lebi besar.
Setiap mitra bekerja atas nama pribadi atau mewakili mitranya.
Para mitra harus menjalankan usaha sesuai denga syariah
Seorang mitra yang melaksanakan pekerjaan di luar wilayah tugas yang ia
sepakati, berhak mempekerjakan orang lain untuk menangani pekerjaan tersebut.
Jika seorang mitra yang mempekerjakan pekerja lain untuk melaksanakan tugas
yang menjadi bagiannya, biaya yang timbul harus di tanggungnya sendiri.
5) Ijab Kabul Adalah pernyataan dan ekspresi saling ridha/rela di antara pihak-pihak
pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau
menggunakan cara-cara komunikasi modern.
6) Nisbah :
Nisbah diperlukan untuk pembagian keuntungan dan harus disepakati oleh para
mitra di awal akad sehingga risiko perselisihan diantara para mitra dapat
dihilangkan.
11
Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
Keuntungan harus dapat dikuantifikasi dan ditentukan dasar perhitungan
keuntungan tersebut. Misalnya, bagi hasil atau bagi laba.
Keuntungan yang dibagikan tidak boleh menggunakan nilai proyeksi akan tetapi
harus menggunakan nilai realisasi keuntungan.
Mitra tidak dapat menentukan bagian keuntungannya sendiri.
Pada prinsipnya keuntungan milik para mitra namun diperbolehkan
mengalokasikan keuntungan untuk pihak ketiga bila disepakati.
7) Berakhirnya Akad Musyarakah
Akad musyarakah akan berhasil, jika:
Salah seorang mitra menghentikan akad.
Salah seorang mitra meninggal, atau hilang akal.
Dalam hal ini mitra yang meninggal atau hilang akal dapat digantikan oleh
salah seorang ahli warisnya yang cakap hukum (baligh dan berakal sehat).
Apabila disetujui oleh semua ahli waris lain dan mitra lainnya.
Modal musyarakah hilang/habis.
Apabila salah satu mitra keluar dar kemitraan baik dengan mengundurkan diri,
meninggal atau hilang akal maka kemitraan tersebut dikatakan bubar. Karena
musyarakah berawal dari kesepakatan utuk bekerja sama dan dalam kegiatan
opersaional setiap mitra mewakili mitra lainnya. Salah seorang mitra tidak ada
lagi berarti hubungan perwakilan itu sudah tidak ada.
12
Akuntansi Untuk Mitra Aktif dan Mitra Pasif :
Akuntansi untuk Mitra Aktif dan Mitra Pasif dianggap sama, Karena dalam illustrasi
ini pencatatan akuntansi ini untuk usaha musyarakah dilakukan oleh pihak ketiga yang
ditunjuk agar lebih muda di illustrasikan. Jadi, pada hakikatnya jurnal yang dibuat oleh
pihak ketiga atau Mitra Aktif adalah sama. Perbedaannya jika pencatatan dilakukan
oleh Mitra Aktif, maka ia harus membuat akun buku besar pembantu untuk
memisahkan pencatatan dari transaksi musyarakah dengan transaksi lainnya.
1. Pengakuan investasi musyarakah
Investasi Musyarakah diakui pada saat penyerahan kas atau aset non kas untu usaha
musyarakah.
2. Biaya Pra-akad
Biaya pra-akad yang terjadi akibat musyarakah (misalnya biaya studi kelayakan)
tidak dapat diakui sebagai bagian investasi musyarakah kecuali ada persetujuan dari
seluruh mitra musyarakah.
Jurnal untuk mitra aktif pada saat mengeluarkan biaya :
Dr.Uang muka akad xxx
Kr.Kas xxx
Apabila mitra lain sepakat, biaya ini dianggap sebagai bagian investasi musyarakah
maka dicatat sebagai nilai investasi musyarakah.
Jurnal :
Dr.Investasi musyarakah xxx
Kr.Uang muka akad xxx
Apabila mitra lain tidak setuju biaya ini dianggap sebagai bagian investasi
musyarakah maka akan di catat sebagai beban.
Jurnal :
Dr.Beban musyarakah xxx
Kr.Uang muka akad xxx
3. Pengukuran investasi musyarakah
Penyerahan kas atau aset nonkas sebagai modal untuk investasi musyarakah
a. apabila investasi dalam bentuk kas akan dinilai sebesar jumlah yang diserahkan ;
maka jurnal :
Dr.Investasi musyarakah-kas xxx
Kr.Kas xxx
13
b. Apabila investasi dalam bentuk aset nonkas, maka di nilai sebesar nilai wajar
dan jika nilai wajar aset nonkas yang diserahkan lebih besar dari nilai buku,
maka oleh mitra aktif selisihnya akan dicatat dalam akun selisih penilaian aset
musyarakah ( dilaporkan dalam bagian ekuitas).
Jurnal :
Dr.Investasi musyarakah-aset nonkas xxx
Dr.Akumulasi penyusutan xxx
Kr.Selisih penilaian aset musyarakah(sebagai bag.ekuitas) xxx
Kr.Aset nonkas xxx
Jika nilai wajar aset nonkas yang diserahkan lebih kecil dari nilai buku, maka
selisihnya dicatat sebagai kerugian dan diakui pada saat penyerahan aset nonkas.
Jurnal :
Dr.Investasi musyarakah-aset nonkas xxx
Dr.akum.Penyusutan xxx
Dr.Kerugian penurunan nilai xxx
Kr.Aset nonkas xxx
Apabila investasi dalam bentuk aset nonkas dan diakhir akad akan diterima
kembali maka atas aset nonkas musyarakah disusutkan berdasarkan nilai wajar,
dengan masa manfaat berdasarkan masa akad atau masa manfaat ekonomi aset
Jurnal :
Dr.Beban Depresiasi xxx
Kr.Akumulasi Depresiasi xxx
Untuk mitra pasif, akun selisih penilaian aset musyarakah digantikan dengan
akun keuntungan tangguhan dan diamortisasikan selama masa akad. Apabila
aset nonkas dikembalikan di akhir akad maka akun investasi musyarakah nonkas
akan berkurang nilainya sebesar beban penyusutan aset yang diserahkan
dikurangi dengan amortisasi keuntungan tangguhan
14
4. Apabila dari investasi musyarakah diperoleh keuntungan
maka jurnal :
Dr.Kas/piutang xxx
Kr.Pendapatan bagi hasil xxx
Apabila dari investasi yang dilakukan rugi maka jurnal :
Dr.Kerugian xxx
Kr.Penyisihan Kerugian xxx
5. Apabila modal investasi yang diserahkan berupa aset nonkas, dan di akhir akad
dikembalikan dalam bentuk kas sebesar nilai wajar aset nonkas yang disepakati
ketika aset tersebut diserahkan. Maka ketika akad musyarakah berkhir, aset nonkas
akan di likuidasi/dijual terlebih dahulu dan keuntungan atau kerugian dari penjualan
aset ini (selisih antara nilai buku dan nilai jual) didistribusikan pada setiap mitra
sesuai nisbah.
Ketika pelunasan dengan asumsi tidak ada penyisihan kerugian dan penjualan aset
nonkas mengahasilkan keuntungan , maka jurnal :
15
Kr.Investasi musyarakah xxx
7. Apabila modal investasi berupa aset nonkas, dan dikembalikan dalam bentuk aset
nonkas yang sama pada akhir akad. Jika tidak ada kerugian , maka jurnal :
Dr.Aset nonkas xxx
Kr.Investasi musyarakah xxx
Jika ada kerugian , mitra yang menyerahkan aset nonkas harus menyetorkan uang
sebesar nilai kerugian, maka jurnal :
16
c. Pengungkapan
Mitra mengungkapkan hal-hal yang terkait transaksi musyarakah, tetapi tidak
terbatas, pada:
Isi kesepakatan utama usaha musyarakah, seperti porsi dana, pembagian hasil
usaha, aktivitas usaha musyarakah, dan lain-lain;
Pengelola usaha, jika tidak ada mitra aktif; dan
Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian
Laporan Keuangan Syariah.
17
umat telah musyarakah Rp. 1.000.000,-
mengeluarkan biaya Cr. Kas Rp.
untuk study kelayakan 1.000.000,-
sebesar Rp. 5.000.000
dan ditanggung sendiri
oleh bank syariah.
18
dalam bulan maret Rp. 800.000,-
2008 telah diperoleh
hasil sebesar Dr. Hak Mitra atas bagi
Rp.1.000.000. sebagai hasil Rp. 800.000,-
hasil ujicoba pasar Cr. Bagi hasil sudah di
19
sebesar
Rp.250.000.000
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
20
Kesimpulan nya adalah Musyarakah (partnership) adalah akad kerja sama antara
dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak
memberikan konstribusi dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
Musyarakah termasuk kedalam akad tijarah (for profit transaction).
3.2 Saran
Demikian makalah ini dalam mata kuliah yang tentunya masih jauh dari
kesempurnaan. Kami sadar bahwa ini merupakan proses dalam menempuh
pembelajaran, untuk itu kami mengharapkan kritik serta saran yang membangun demi
kesempurnaan hasil diskusi kami. Harapan kami dapat dijadikan sebagai ilmu yang
bermanfaat bagi kita semua, Aamin.
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). 2017. Standar Akuntansi Keuangan Syariah. Jakarta:
Ikatan Akuntan Indonesia
21
Aziroh Nur.2014. Musyrakah Dalam Fiqih Dan Perbankan Syari’ah. SMA
Wali Songo Jepara, Indonesia.
Afifudin.2016. Sak Syariah Dalam Tafsiran Ilmu Sosial Profetik. Malang, Jatim:Penerbit
Empatdua.
http://shariaeconomics.blogspot.co.id/2010/10/al-musyarakah.html
https://irwansahaja.blogspot.co.id/2014/05/musyarakah-dalam-syariah.html
http://blog.stie-mce.ac.id/istutik/2011/06/20/perlakuan-akuntansi-transaksi musyarakah/
http://www.contohjurnal.xyz/download/jurnal-akuntansi-musyarakah-pdf/
22