Makalah Akad Musyarakah
Makalah Akad Musyarakah
Makalah Akad Musyarakah
Makalah Ini
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas
Perkuliahan Akuntansi Syariah
Semester Genap
Disusun Oleh:
Akhirnya kami ucapkan mohon maaf jika ada kesalahan kata, semoga
ringkasan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua serta bisa
dikembangkan lagi lebih lanjut.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
PSAK No. 106 mendefinisikan musyarakah sebagai akad kerja sama antara
dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, di mana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi
berdasarkan porsi kontribusi dana. Para mitra bersama-sama menyediakan dana
untuk mendanai sebuah usaha tertentu dalam masyarakat, baik usaha yang sudah
berjalan maupun yang baru, apabila salah satu mitra dapat mengembalikan dana
tersebut dan bagi hasil yang telah disepakati nisbahnya secara bertahap atau
sekaligus kepada mitra lain.
Investasi musyarakah dapat dalam bentuk kas, setara kas atau aset nonkas.
Musyarakah merupakan akad kerja sama di antara para pemilik modal yang
mencampurkan modal mereka dengan tujuan mencari keuntungan. Dalam
musyarakah, para mitra sama-sama menyediakan modal untuk membiayai suatu
usaha tertentu dan bekerja bersama mengelola usaha tersebut. Dimana modal yang
ada harus digunakan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan
bersama sehingga tidak boleh digunakan untuk kepentingan pribadi atau
dipinjamkan pada pihak lain tanpa seizin mitra lainnya.
Pada dasarnya, atas modal yang ditanamkan tidak boleh ada jaminan dari
mitra lainnya karena bertentangan dengan prinsip untung muncul bersama risiko
(al ghunmu bi al ghurmi). Namun demikian, untuk mecegah mitra melakukan
kelalaian, melakukan kesalahan yang disengaja atau melanggar perjanjian yang
sudah disepakati, diperbolehkan meminta jaminan dari mitra lain atau pihak
ketiga.
Apabila terjadi hal yang tidak diinginkan, atau terjadi persengketaan, para
pihak dapat merujuk kepada kontrak yang telah disepakati bersama. Apabila
terjadi sengketa dan tidak terdapat kesepakatan antara pihak yang bersengketa
maka penyelesaiannya dilakukan berdasarkan keputusan institusi yang
berwenang, misalnya badan arbitrasi syariah.
1. Syirkah Al Milk
Mengandung arti kepemilikan bersama (co-ownership) yang
keberadaannya muncul apabila dua orang atau lebih memperoleh
kepimilikan bersama (joing) atas suatu kekayaan (asset) misalnya dua
orang atau lebih menerima warisan/hibah/wasiat sebidang tanah atau
harta kekayaan atau perusahaan baik yang dapat dibagi atau tidak dapat
dibagi-bagi.
2. Syirkah Aluqud (kontrak)
Syirkah Aluqud yaitu kemitraan yang tercipta dengan kesepekatan dua
orang atau lebih untuk bekerja sama dalam mecapai tujuan tertentu.
Setiap mitra dapat berkontribusi dengan modal/dana dan atau dengan
bekerja, serta berbagi keuntungan dan kerugian. Berbeda dengan
syirkah al milk, dalam kerja sama jenis ini setiap mitra dapat bertindak
sebagai wakil dari pihak lainnya Syirkah Alquid dapat dibagi menjadi
sebagai berikut :
a. Syirkah Abdan (syirkah fisik), disebut juga syirkah amal
(syirkah kerja) atau syirkah shanaaI (syirkah para tukang) atau
syirkah taqabbul (syirkah penerimaan).
b. Syirkah wujuhadalah kerja sama antara dua pihak di mana
masing-masing pihak sama sekali tidak menyertekan modal.
Mereka menjalankan usahanya berdasarkan kepercayaan pihak
ketiga.
c. Syirkah Inan (negosiasi) adalah bentuk kerja sama di mana
posisi dan kompisisi pihak-pihak yang terlibat didalamnya
adalah tidak sama, baik dalam hal modal maupun pekerjaan.
d. Syirkah Mufawwadhah adalah bentuk kerja sama di mana
posisi dan kompisisi pihak-pihak yang terlibat di dalamnya
harus sama, baik dalam hal modal, pekerjaan, agama,
keuntungan, maupun risiko kerugian.
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) akad syirkah
dibagi dalam beberapa jenis yaitu:
1. Musyarakah Permanen adalah musyarakah dengan ketentuan bagian
dana setiap mitra ditentukan saat akad dan jumlahnya tetap hingga akhir
masa akad (PSAK No. 106 par 04). Contohnya : antara mitra A dan
mitra P yang melakukan akad musyarakah menanamkan modal yang
jumlah awal masing-masing Rp20.000.000 , maka sampai akhir masa
akad syirkah modal mereka masing-masing tetap Rp20.000.000.
2. Musyarakah Menurun/Musyarakah Mutanaqisah adalah musyarakah
dengan ketentuan bagian dana salah satu mitra akan dialihkan secara
bertahap kepada mitra lainnya sehingga bagian dananya akan menurun
dan pada akhir masa akad mitra lain tersebut akan menjadi pemilik
penuh usaha musyarakah tersebut. (PSAK No. 106 par 04) contohnya :
antara mitra A dan mitra P melakukan akad musyarakah, mitra P
menanamkan Rp 10.000.000 dan menanamkan Rp 20.000.000 . seiring
berjalannya kerjasama akad musyarakah tersebut, modal mitra P Rp
10.000.000 tersebut akan beralih kepada mitra A melalui pelunasan
secara bertahap yang dilakukan oleh mitra A .
b. Kerja
1) Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar
pelaksanaan musyarakah.
2) Tidak dibenarkan bila salah seorang diantara mitra mengatakan
tidak ikut serta menangani pekerjaan dalam kemitraan tsb.
3) Meskipun porsi kerja antara satu mitra dengan mitra lainnya
tidak harus sama. Mitra yang porsi kerjanya lebih banyak boleh
meminta bagina keuntungan yang lebi besar.
4) Setiap mitra bekerja atas nama pribadi atau mewakili mitranya.
5) Para mitra harus menjalankan usaha sesuai denga syariah
6) Seorang mitra yang melaksanakan pekerjaan di luar wilayah
tugas yang ia sepakati, berhak mempekerjakan orang lain untuk
menangani pekerjaan tersebut.
7) Jika seorang mitra yang mempekerjakan pekerja lain untuk
melaksanakan tugas yang menjadi bagiannya, biaya yang timbul
harus di tanggungnya sendiri.
3. Ijab Kabul
Adalah pernyataan dan ekspresi saling ridha/rela di antara pihak-pihak
pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui
korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
4. Nisbah
a. Nisbah diperlukan untuk pembagian keuntungan dan harus
disepakati oleh para mitra di awal akad sehingga risiko perselisihan
diantara para mitra dapat dihilangkan.
b. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah
pihak.
c. Keuntungan harus dapat dikuantifikasi dan ditentukan dasar
perhitungan keuntungan tersebut. Misalnya, bagi hasil atau bagi
laba.
d. Keuntungan yang dibagikan tidak boleh menggunakan nilai
proyeksi akan tetapi harus menggunakan nilai realisasi keuntungan.
e. Mitra tidak dapat menentukan bagian keuntungannya sendiri.
f. Pada prinsipnya keuntungan milik para mitra namun diperbolehkan
mengalokasikan keuntungan untuk pihak ketiga bila disepakati.
Dalam hal ini mitra yang meninggal atau hilang akal dapat digantikan
oleh salah seorang ahli warisnya yang cakap hukum (baligh dan berakal
sehat). Apabila disetujui oleh semua ahli waris lain dan mitra lainnya.
Perlakuan Akuntansi untuk transaksi musyarakah akan dilihat dari dua sisi
pelaku yaitu Mitra Aktif dan Mitra Pasif. Mitra aktif adalah pihak yang mengelola
usaha musyarakah baik mengelola sendiri ataupun merujuk pihak lain untuk
mengelola atas namanya, mitra aktif juga bertanggung jawab untuk melakukan
pengelolaan sehingga mitra aktif yang akan melakukan pencatatan akuntansi, atau
jika dia menunjuk pihak lain untuk ikut mengelola usaha maka pihak tersebut
yang akan melakukan pencatatan akuntansi; sedangkan mitra pasif adalah pihak
yang tidak ikut mengelola usaha biasanya adalah lembaga keuangan.
2.5.1. Akuntansi Untuk Mitra Aktif dan Mitra Pasif
Akuntansi untuk Mitra Aktif dan Mitra Pasif dianggap sama, Karena dalam
illustrasi ini pencatatan akuntansi ini untuk usaha musyarakah dilakukan oleh
pihak ketiga yang ditunjuk agar lebih muda di illustrasikan. Jadi, pada hakikatnya
jurnal yang dibuat oleh pihak ketiga atau Mitra Aktif adalah sama. Perbedaannya
jika pencatatan dilakukan oleh Mitra Aktif, maka ia harus membuat akun buku
besar pembantu untuk memisahkan pencatatan dari transaksi musyarakah dengan
transaksi lainnya.
Apabila mitra lain sepakat, biaya ini dianggap sebagai bagian investasi
musyarakah maka dicatat sebagai nilai investasi musyarakah.
Jurnal :
Dr.Investasi musyarakah xxx
Kr.Uang muka akad xxx
Apabila mitra lain tidak setuju biaya ini dianggap sebagai bagian
investasi musyarakah maka akan di catat sebagai beban.
Jurnal :
Dr.Beban musyarakah xxx
Kr.Uang muka akad xxx
Jika nilai wajar aset nonkas yang diserahkan lebih kecil dari nilai
buku, maka selisihnya dicatat sebagai kerugian dan diakui pada saat
penyerahan aset nonkas.
Jurnal :
Dr.akum.Penyusutan xxx
Apabila investasi dalam bentuk aset nonkas dan diakhir akad akan
diterima kembali maka atas aset nonkas musyarakah disusutkan
berdasarkan nilai wajar, dengan masa manfaat berdasarkan masa
akad atau masa manfaat ekonomi aset
Jurnal :
Dr.Kas xxx
Kr.Keuntungan xxx
Dr.Kas xxx
Dr.Penyisihan kerugian xxx
Kr.Keuntungan xxx
a. Apabila modal investasi yang diserahkan berupa kas. Jika tidak ada
kerugian, maka jurnal:
Dr.Kas xxx
Dr.Kas xxx
Kr.Kas xxx
7. Penyajian
a. Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif dan yang
diterima oleh mitra pasif disajikan sebagai investasi musyarakah
b. Aset musyarakah yang diterima dari mitra pasif disajikan sebagai
unsur dana syirkah temporer
c. Selisih penilaian aset musyarakah (jika ada) disajikan sebagai unsur
ekuitas
a. Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif disajikan
sebagai investasi musyarakah.
8. Pengungkapan
1. Penerimaan dana musyarakah dari mitra fasif atauu mitra aktif diakui
sebagai dana syirkah temporer sebesar:
b. Nilai wajar untuk penerimaan dalam bentuk aset nonkas, maka akan
dicatat sebesar nilai wajarnya dan jurnal:
2. Pencatatan untuk pembagian laba untuk mitra aktif dan mitra pasif
Pada akhir periode, akun pendapatan yang belum dibagikan dan beban
bagi hasil ditutup.Jurnal:
Jika kerugin akibat kelalaian atau kesalahan mitra aktif atau pengelola
usaha, maka kerugian tersebut ditanggung oleh mitra aktif atau
pengelola usaha musyarakah.Jurnal:
Jika aset harus dikembalikan, dan terjadi kerugian maka mitra yang
menyerahkan aset nonkas harus menyerahkan kas untuk menutup
kerugian.Jurnal:
3.1. Kesimpulan
Investasi musyarakah sebagai akad kerja sama antara dua pihak atau lebih
untuk menjalankan sesuatu usaha tertent dengan tujuan mencari keuntungan
dimana masing masing pihak memberikan kontribusi modal dan kerja. Hal ini
yang membedakan antara musyarakah dengan mudharabah, dimana dalam
mudharabah hanya salah satu pihak saja sebagai penyandang dana.
Musyarakah adalah transaksi halal, karena atas sumber hukum yang kuat
baik Al-Quran maupun As-Sunah, sepanjang seluruh rukun dan ketentuan syariah
nya terpenuhi. Untuk pencatatan akuntansi musyarakah telah diatur pada PSAK
No. 106. Tanggung jawab pencatatan berada dipihak mitra aktif sebagai
pengelola, namun mitra aktif dapat melakukannya sendiri atau menunjuk pihak
lain untuk melakukannya. Jika mitra aktif memilih melakukannnya sendiri maka
mitra aktif harus melakukannya secara terpisah dengan catatan lainnya, minimal
ada buku besar pembantu yang berfungsi untuk melakukan pencatan terpisah
untuk transaksi musyarakah tersebut.
3.2. Saran
2. Kritik dan saran dari pembaca semua sangat kami harapkan demi
kesempurnaan penulisan.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.Altundo.com/pengertian-musyarakah-dasar-hukum-syarat-dan-jenis-
jenisnya.