MAKALAH

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEBIJAKAN K3 BERKAITAN DENGAN KEPERAWATAN DI INDONESIA

Mata Kuliah:
K3 Dalam Keperawatan
Dosen MK:
Ns.Tinny Akay,S.Kep.,MKes

Disusun Oleh Kel V:


Zefanya Pongai Fanicia Laluan
Maria Sibau Yuli Dimara
Putri Makalew Elisabet Yogobi
Anggela Reyaan Jhosua Tarore
Feyby Wongkar Enjelika Tampi

UNIVERSITAS SARIPUTRA INDONESIA TOMOHON


FAKULTAS KEPERAWATAN
TAHUN 2020

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih
atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, dan untuk ke depannya semoga kami dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kelompok,kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI

COVER ......................................................................................................................................

KATA PENGANTAR .................................................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................

1.1 Latar belakang......................................................................................................................


1.2 Rumusan masalah................................................................................................................
1.3 Tujuan...................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................................................

2.1 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja ....................................................................


2.2 Pengertian kebijakan ............................................................................................................
2.3 Kebijakan K3 yang berkaitan dengan keperawatan di Indonesia..........................................
2.4 Peran perawat dalam  melaksanakan K3 RS ( kesehatan dan keselamatan kerja )..............
2.5 Fungsi dan Tugas Perawat dalam Usaha K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)..............

BAB III PENUTUP......................................................................................................................

3.1 KESIMPULAN.......................................................................................................................
3.2 SARAN .................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kondisi  keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia secara umum


diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati posisi yang buruk jauh di
bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi  tersebut mencerminkan kesiapan
daya saing perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia akan
sulit menghadapi pasar global karena mengalami ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja
(produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan
mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu
memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Nuansanya harus bersifat manusiawi atau bermartabat. 
Kebijakan merupakan persyaratan utama dalam semua system manajemen
sepertiManajemen Lingkungan, Manajemen mutu dan lainnya. Kebijakan merupakanroh dari
semua system, yang mampu memberikan spirit dan daya gerak untukkeberhasilan suatu
usaha.Kebijakan adalah arah yang ditentukan untuk dipatuhi dalam proses kerja danorganisasi
perusahaan.

Kebijakan yang ditetapkan manajemen


menuntut partisipasi dan kerja sama semua pihak. Setiap peserta diberi arahan dan pemikiran
yang akan membantunya mencapai sasaran dan hasil. Setiap kebijakan mengandung sasaran
jangka panjang dan ketentuan yang harus dipatuhi setiapkategori fungsionaris perusahaan
(Direksi, Manajer, Penyelia, dan Mandor).

Kebijakan K3 (OH&S Policy) merupakan perwujudan dari komitmen


pucuk pimpinan yang memuat visi dan tujuan organisasi, komitmen dan tekad untukmelaksanak
an keselamatan dan kesehatan kerja, kerangka dan program kerja.Oleh karena itu, kebijakan
K3 sangat penting dan menjadi landasan utama yangdiharapkan mampu menggerakkan semua
partikel yang ada dalam organisasisehingga program K3 yang diinginkan dapat berhasil dengan
baik. 

Namun demikian, suatu kebijakan hendaknya jangan hanya bagus dan indahdiatas kertas
tetapi tidak ada implementasi atau tindak lanjutnya sehingga akansia-sia belaka. Tanpa adanya

4
kebijakan yang dilandasi dengan komitemen yangkuat, apapun yang direncanakan tidak akan
berhasil dengan baik.         

Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak
lama.  Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja
karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas
keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020
mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan
dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh
seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta
mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia; telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat
2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup dalam
lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil
dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi
pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh,
merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan
dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka
kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan)
menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi
karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang
memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-
alat pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun
1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus
melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja,
keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Dalam
bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting untuk
diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan

5
berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat
meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan
mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat
memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja.

1.2 Rumusan masalah

1. Mengetahui pengertian K3
2. Mengetahui kebijakan K3 berkaitan dengan keperawatan di Indonesa.

1.3 Tujuan

2 Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui peran tenaga kesehatan dalam
menangani korban kecelakaan kerja dan mencegah kecelakaan kerja guna meningkatkan
kesehatan dan keselamatan kerja.
3 Menambah wawasan mahasiswa tentang kebijakan K3 yang berkaitan dengan
keperawatan.

BAB II

6
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Pengertian Kesehatan Kerja menurut joint ILO/WHO Committee 1995 ialah


penyelenggaraan dan pemeliharaan derajat setinggi-tingginya dari kesehatan fisik, mental dan
sosial tenaga kerja di semua pekerjaan, pencegahan gangguan kesehatan tenaga kerja yang
disebabkan kondisi kerjanya, perlindungan tenaga kerja terhadap resiko faktor-faktor yang
mengganggu kesehatan, penempatan dan pemeliharaan tenaga kerja di lingkungan kerja
sesuai kemampuan fisik dan psikologisnya, dan sebagai kesimpulan ialah penyesuaian
pekerjaan kepada manusia dan manusia kepada pekerjaannya.
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja,
bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaan. (Ridley, 2004).
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat
makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan
dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi
baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka
menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula
meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja.
Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 Bagian 6 Tentang Kesehatan Kerja, pada
Pasal 23 berisi:
1. Kesehatan kerja disenggelarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal.
2. Kesehatan kerja meliputi perlindungan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat
kerja, dan syarat kesehatan kerja.
3. Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja. Kecelakaan adalah
kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak terduga oleh karena latar
belakang peristiwa itu tidak terdapat adanya unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam
bentuk perencanaan.

7
Oleh karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun penderitaan dari
yang paling ringan sampai pada yang paling berat. (Austen dan Neale, 1991).
Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam
mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis kecelakaannya.
Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang dilaksanakan tersebut maka disusunlah
UU No.14 tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya
mengalami perubahan menjadi UU No.12 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan.
Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh
mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral
dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama.
Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah peraturan
perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja sebagai pengganti
peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl No.406 tahun 1910 yang dinilai sudah
tidak memadai menghadapi kemajuan dan perkembangan yang ada.
Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di  darat, didalam tanah,
permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum
Republik Indonesia.
Undang-undang tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari
perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian,
penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk tekhnis dan aparat
produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada pelaksaannya masih
banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya personil pengawasan, sumber daya
manusia K3 serta sarana yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan upaya untuk
memberdayakan lembaga-lembaga K3 yang ada di masyarakat, meningkatkan sosialisasi dan
kerjasama dengan mitra sosial guna membantu pelaksanaan pengawasan norma K3 agar
terjalan dengan baik.

2.2 Pengertian kebijakan

8
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan rencana dalam
pelaksanaan suatu pekerjaan/kepemimpinan dan cara bertindak (Balai Pustaka, 2007).
Menurut Ealau dan Pewitt (1973) (Edi Suharto, 2008), kebijakan adalah sebuah ketetapan
yang berlaku, dicirikan oleh perilaku yang konsisten dan berulang baik dari yang membuat atau
yang melaksanakan kebijakan tersebut.
Menurut Titmuss (1974) (Edi Suharto,2008), kebijakan adalah prinsip prinsip yang mengatur
tindakan dan diarahkan pada tujuan tertentu. Kebijakan adalah suatu ketetapan yang memuat
prinsip-prinsip untuk mengarahkan cara bertindak yang dibuat secara terencana dan konsisten
untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Carl Friedrich, kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang
diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu
sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang
untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan. Anderson merumuskan
kebijakan sebagai langkah tindakan secara sengaja dilakukan oleh seorang aktor atau sejumlah
aktor berkenaan dengan adanya masalah atau persoalan tertentu yang dihadapi
(Winarno,Budi,2002)
Disimpulkna bahwa kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja adalah rangkaian konsep
dan asas yang menjadi garis besar dan rencana dalam pelaksanaan suatu
pekerjaan/kepemimpinan dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja dan menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani
tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju
masyarakat makmur dan sejahtera.
kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja adalah rangkaian konsep dan asas yang
menjadi garis besar dan rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan/kepemimpinan dalam
usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan
manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan
sejahtera.

2.3 Kebijakan K3 yang berkaitan dengan keperawatan di Indonesia

9
Relevansi kebijakan K3 Nasional dengan tugas perawat :

 Pemberi asuhan keperawatan


 Penyuluh dan konselor bagi klien
 Pengelola pelayanan keperawatan
 Peneliti keperawatan
 Pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang
 Pelaksanaan tugas dalam keterbatasan tertentu

Penerapan Kebijakan Kesehatan Keselamatan Kerja di Indonesia

Penetapan kebijakan K3 dibuat dikarenakan kecelakaan kerja adalah kejadian yang


tidak terduga dan tidak diharapkan kejadiannya. Untuk itu diperlukannya kebijakan yang
melindungi pekerja dalam menjaga kesehatan dan keselamatan selama bekerja. Pekerja
memiliki hak untuk terjamin kesehatan dan keselamatan kerjanya selama bekerja yang diatur di
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 mengenai Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 harus
diterapkan dalam setiap perusahaan di Indoneisa. Untuk itu diperlukannya pengawasan dalam
penerapan kebijakan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 pada perusahaan apa
sudah diterapkan, dilaksanakan atau bahkan tidak ada sama sekali.

Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 pada perusahaan yang


dijelaskan pada pasal 7 ayat 2 dan 3 yaitu perusahaan harus mengenali risiko bahaya yang
dapat terjadi dalam lingkungan pekerjaan di perusahaan untuk mencegah terjadinya
kecelakaan. Jika terjadi kecelakaan kerja, perusahaan menanggung biaya yang lebih besar
untuk menanggung kerugian dari kecelakaan kerja tersebut.

Dari penjelasan peraturan diatas, dapat disimpulkan penetapan kebijakan perusahaan


harus disesuaikan dengan kebutuhan lingkungan kerja, proses pekerjaan dan bahaya yang
memungkinkan dapat terjadi dilingkungan kerja guna menghindari kecelakaan kerja dengan
tetap berlandaskan dengan Peraturan Pemerintah yang berlaku .

Penetapan kebijakan K3 di perusahaan harus diawasi penerapannya dilapangan, sesuai


atau tidaknya penerapan kebijakan tersebut dengan pelaksanaanya serta sesuai dengan
kebutuhan dari lingkungan pekerjaan tersebut atau tidak. Kepala Subdirektorat Pengkajian dan
Standarisasi K3.

10
Rendahnya kesadaran perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia dan kurangnya
kesadaran pegawai terhadap risiko yang dapat saja terjadi terhadap diri sendiri akibat pekerjaan
terhadap penerapan K3 di perusahaan berakibat pada tingginya dampak risiko kecelakaan kerja
di tempat kerja. Pengawasan dan penerapan sanksi yang kurang maksimal dari Kementrian
Tenaga Kerja terhadap perusahaan- perusahaan diakui menjadi salah satu kendala penerapan
K3 di Indonesia kurang maksimal.

Peningkatan pengawasan perusahaan penting sebagai usaha Tidak adanya sanksi


mengikat yang diterapkan dan di jelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012
juga menjadi sebab masih rendahnya penerapan K3 di Indonesia. Dari pembahasan diatas
dapat disimpulkan belum diterapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 dengan
baik, Kurangnya pengawasan Kementrian Ketenagakerjaan terhahadap pelaksanaan K3 oleh
perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia dan belum adanya sanksi yang dijelaskan di
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 sehingga perusahaan-perusahaan tidak
takut jika tidak menerapkan K3 pada Perusahaan.

Untuk itu diperlukannya penambahan aturan mengenai sanksi pada Peraturan Pemerintah
Nomor 50 Tahun 2012 sehingga ada sanksi yang mengikat bagi perusahaan yang tidak
menerapkan K3 serta meningkatkan pengawasan oleh Kementrian Ketenagakerjaan dan
kesadaran dari pegawai untuk melaporkan apabila perusahaan tersebut tidak menerapkan K3
pada pelaksanaan pekerjaanya. Dengan awarenya pegawai dan perusahaan tingkat
kecelakaan kerja yang mungkin dapat terjadi dapat diminimalisir, kerugiaan perusahaan akibat
kecelakaan kerja juga dapat terminimalisir. Pegawai juga sebaiknya melaporkan apabila
kesehatan keselamatan kerja dilingkungan perusahaannya kurang memadai. Hal tersebut untuk
melindungi dirinya sendiri dari kemungkinan kecelakaan yang terjadi dalam pekerjaan.

2.4 Peran perawat dalam  melaksanakan K3RS ( kesehatan dan keselamatan kerja )

1. Peran perawat dalam meningkatkan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)

            Pelayanan kesehatan kerja memerlukan pula ilmu terapan berbagai disiplin seperti
kesehatan masyarakat, toksikologi industri, psikologi kerja, gizi, ergonomic, hygiene
perusahaan dan peraturan mengenai ketenagakerjaan.

11
Perawat yang melayani pelayanan kesehatan kerja, memiliki kebebasan professional dalam
melaksanakan tugasnya, bebas memasuki tempat kerja untuk melakukan pemeriksaan dan
mendapatkan keterangan yang diperlukan.

            Secara umum perawat perlu mengenal dan mengetahui proses produksi, peralatan dan
bahan yang digunakan dalam produksi, system dan cara kerja di perusahaan, lingkungan kerja
seta beberapa aspek lainnya.Tugas yang dilakukan oleh seorang perawat dalam pelaksanaan
pelayanan kesehatan kerja antara lain berupa tugas administrasi dan pelaporan, tugas
pemeliharaan dan perawatan kesehatan serta tugas penyuluhan/ pelatihan/ pendidikan
kesehatan, keselamatan kerja yang diberikan kepada seluruh tenaga kerja. Perawat
memberikan keterangan tentang pelaksanaan pelayanan kesehatan kerja kepada pegawai
pengawas keselamatan dan kesehatan kerja bila diperlukan.

            Disamping itu perawat perlu mengetahui arah dan tujuan perusahaan secara umum,
merencanakan dan menerapkan program beserta evaluasinya, dan dapat mengembangkan
kemampuan menajerialnya, selaras dengan pengetahuan kedokteran yang tlah dimilikinya.

            Dengan demikian, perawat yang memimpin suatu unit pelayanan kesehatan kerja harus
mampu menjalin kerja sama dengan pihak pengurus perusahaan, tenaga kerja, dinas  atau
instansi terkait dan tetap berpedoman pada etika profesinya.

Peranan perawat pada program Kesehatan dan Keselamatan Kerja bisa dikatakan sangat
bermakna,mengingat tugas fungsional perawat dalam K3 begitu luas. Bisa dikatakan bahwa
fokus utamaperawatan kesehatan kerja adalah kesehatan dan keselamatan kerja bagi tenaga
kerja denganpenekanan pada pencegahan terjadinya penyakit dan cidera. Hal ini senada
dengan tujuan K3.Hanya   saja   perawatan   kesehatan   kerja di Indonesia belum seperti yang
diharapkan. Hal   ini terjadi/antara lain karena perkembangan yang sangat pesat dari industri di
Indonesia dan perkembangan
fasilitas   pendidikan   di   bidang  kesehatan   dan   keselamatan   kerja   yang   ada
diIndonesia.

Pengaruh lain adalah hambatan jenjang pendidikan dasar perawat yang berbeda-
beda.Peranan profesi dalam mengembangkan tingkat profesi-onalisme belum terlihat
bermakna. Untukmenjaga mutu profesionalisme, sudah saatnya kita semua memikirkan upaya
yang perlu
dilakukan.Salah   satunya  diharapkan   organisasi   profesi   meningkatkan   peranannya   dala

12
m   membina   danmemantau  anggotanya,  serta  menerus aktif  dalam meningkatkan
kemampuan dan   ketrampilananggotanya.

            American Association of Occupational Health Nurses mendefenisikan perawat hiperkes


sebagai “Orang yang memberikan pelayanan medis kepada tenaga kerja”. Sedangkan
Departement of Labor (DOL) USA mendefenisikan sebagai “Orang yang memberikan
pelayanan medis atas petunjuk umum kesehatan kepada si sakit atau pekerja yang mendapat
kecelakaan atau orang lain yang menjadi sakit atau menderita kecelakaan di tempat kerja.

            Seorang perawat hiperkes adalah seseorang yang berijazah perawat dan memiliki
pengalaman/training keperawatan dalam hiperkes dan bekerja melayani kesehatan tenaga
kerja di perusahaan.

            Fungsi seorang perawat hiperkes sangat tergantung kepada kebijaksanaan perusahaan
dalam hal luasnya ruang lingkup usaha kesehatan, susunan dan jumlah tenaga kesehatan yang
dipekerjakan dalam perusahaan. Perawat merupakan satu-satunya tenaga kesehatan yang full
time di perusahaan, maka fungsinya adalah :

1. Membantu dokter perusahaan dalam menyusun rencana kerja hiperkes


diperusahaan.
2. Melaksanakan program kerja yang telah digariskan, termasuk
administrasikesehatan kerja.
3. Memelihara dan mempertinggi mutu pelayanan perawatan dan pengobatan.
4. Memelihara alat-alat perawatan, obat-obatan dan fasilitas kesehatan
perusahaan.
5. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan sesuai cara-cara yang
telahdisetujui.
6. Ikut membantu menentukan kasus-kasus penderita, serta berusaha
menindaklanjuti           sesuai wewenang yang diberikan kepadanya.
7. Ikut menilai keadaan kesehatan tenaga kerja dihubungkan dengan faktor
pekerjaandan melaporkan kepada dokter perusahaan.
8. Membantu usaha perbaikan kesehatan lingkungan dan perusahaan sesuai
kemampuan yang ada.
9. Ikut mengambil peranan dalam usaha-usaha kemasyarakatan : UKS.
10. Membantu, merencanakan dan atau melaksanakan sendiri kunjungan
rumahsebagai salah satu dari segi kegiatannya.
11. Menyelenggarakan pendidikan hiperkes kepada tenaga kerja yang dilayani.

13
12. Turut ambil bagian dalam usaha keselamatan kerja.
13. Mengumpulkan data-data dan membuat laporan untuk statistic dan evaluasi.
14. Turut membantu dalam usaha penyelidikan kesehatan tenaga kerja
15. Memelihara hubungan yang harmonis dalam perusahaan
16. Memberikan penyuluhan dalam bidang kesehatan
17. Bila lebih dari satu paramedis hiperkes dalam satu perusahaan, maka pimpinan
paramedis hiperkes harus mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan semua
usaha      perawatan hiperkes.

            Menurut Jane A. Le R.N dalam bukunya The New Nurse in Industry, beberapa fungsi
specifik dari perawat hiperkes adalah :

1. Persetujuan dan kerjasama dari pimpinan perusahaan/ industry dalam membuat                 
program dan pengolahan pelayanan hiperkes yang mana bertujuan memberikan                  
pemeliharaan / perawatan kesehatan yang sebaik mungkin kepada tenaga kerja
2. Memberikan/ menyediakan primary nursing care untuk penyakit -penyakit atau                  
korban kecelakaan baik akibat kerja maupun yang bukan akibat kerja bedasarkan      
petunjuk- petunjuk kesehatan yang ada.
3. Mengawasi pengangkutan si sakit korban kecelakaan ke rumah sakit , klinik atau ke          
kantor dokter untuk mendapatkan perawatan / pengobatan lebih lanjut
4. Melakukan referral kesehatan dan pencanaan kelanjutan perawatan dan follow up
dengan rumah sakit atau klinik spesialis yang ada.
5. Mengembangkan dan memelihara system record dan report kesehatan dan                        
keselamatan yang sesuai dengan prosedur yang ada di perusahaan.
6. Mengembangkan dan memperbarui policy dan prosedur servis perawatan.
7. Membantu program physical examination (pemeriksaan fisik) dapatkan data-data              
keterangan-keterangan mengenai kesehatan dan pekerjaan. Lakukan referral yang           
tepat dan berikan suatu rekomendasi mengenai hasil yang positif.
8. Memberi nasehat pada tenaga kerja yang mendapat kesukaran dan jadilaj perantara
untuk membantu menyelesaikan persoalan baik emosional maupun personal.
9. Mengajar karyawan praktek kesehatan keselamatan kerja yang baik,dan                             
memberikan motivasi untuk memperbaiki praktek-praktek kesehatan.
10. Mengenai kebutuhan kesehatan yang diperlukan karyawan dengan obyektif dan             
menetapkan program Health Promotion, Maintenance and Restoration.

14
11. Kerjasama dengan tim hiperkes atau kesehatan kerja dalam mencari jalan                         
bagaimana untuk peningkatan pengawasan terhadap lingkungan kerja dan                     
pengawasan kesehatan yang terus menerus terhadap karyawan yang terpapar dengan
bahan-bahan yang dapat membahayakan kesehatannya.
12. Tetap waspada dan mengikuti standar-standar kesehatan dan keselamatan kerja             
yang ada dalam menjalankan praktek-praktek perawatan dan pengobatan dalam                    
bidang hiperkes ini.
13. Secara periodic untuk meninjau kembali program-program perawatan dan aktifitas         
perawatan lainnya demi untuk kelayakan dan memenuhi kebutuhan serta efisiensi.
14. Ikut serta dalam organisasi perawat (professional perawat) seperti ikatan                         
paramedic hiperkes, dan sebagainya.Merupakan tanggung jawab pribadi yang tidak      
boleh dilupakan dan penting adalah mengikuti kemajuan dan perkembangan                    
professional (continues education).

            Secara sistimatis DR. Suma’mur PK, MSc, menggambarkan tugas-tugas paramedis
hiperkes sebagai berikut :

1. Tugas medis teknis yang berhubungan dengan perawatan dan pengobatan


a. Perawatan dan pengobatan penyakit umum, meliputi:
 Menurut petunjuk dokter perusahaan
 Menurut pedoman tertulis (standing orders)
 Rujukan pasien ke rumah sakit
 Mengawasi pasien sakit hingga sembuh
 Menyelenggarakan rehabilitasi
b. Perawatan dan pengobatan pada kecelakaan dan penyakit jabatan
c. Menjalankan pencegahan penyakit menular (vaksinasi, dll)
d. Pemeriksaan kesehatan:
 Sebelum bekerja (pre-employment)
 Berkala
 Pemeriksaan khusus
2. Tugas administratif mengenai dinas kesehatan perusahaan

15
a. Memelihara administrasi (dinas kesehatan)
b. Mendidik dan mengamati pekerjaan bawahannya
c. Memelihara catatan-catatan dan membuat laporan
 Catatan perseorangan yang memuat hasil pemeriksaan kesehatan pekerja
 Laporan mengenai angka kesakitan, kecelakaan kerja
3. Laporan pemakaian obat dan sebagainya.
4. Tugas sosial dan pendidikan
a. Memberi pendidikan kesehatan kepada pekerja
 Ketrampilan PPPK
 Pola hidup sehat.
 Pencegahan penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan yang kurang baik
b. Menjaga kebersihan dalam perusahaan
c. mencegah kecelakaan kerja

            Menurut American Association of Occupational Health Nurses, ruang lingkup pekerjaan
perawat hiperkes adalah :

1. Health promotion / Protection

Meningkatkan derajat kesehatan, kesadaran dan pengetahuan tenaga kerja akan paparan
zat toksik di lingkungan kerja. Merubah faktor life style dan perilaku yang berhubungan dengan
resiko bahaya kesehatan.

2. Worker Health / Hazard Assessment and Surveillance

Mengidentifikasi masalah kesehatan tenaga kerja dan menilai jenis pekerjaannya .

3. Workplace Surveillance and Hazard Detectio

Mengidentifikasi potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan keselamatan tenaga


kerja. Bekerjasama dengan tenaga profesional lain dalam penilaian dan pengawasan terhadap
bahaya

4. Primary Care

Merupakan pelayanan kesehatan langsung terhadap penyakit dan kecelakaan pada tenaga
kerja, termasuk diagnosis keperawatan, pengobatan, rujukan dan perawatan emergensi.

5. Counseling

16
Membantu tenaga kerja dalam memahami permasalahan kesehatannya dan membantu 
untuk mengatasi dan keluar dari situasi krisis.

6. Management and Administration

Acap kali sebagai manejer pelayanan kesehatan dengan tanggung-jawab pada progran
perencanaan dan pengembangan, program pembiayaan dan manajemen.

7. Research

Mengenali pelayanan yang berhubungan dengan masalah kesehatan, mengenali faktor –


faktor yang berperanan untuk mengadakan perbaikan.

2.5 Fungsi dan Tugas Perawat dalam Usaha K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)

Fungsi dan tugas perawat dalam usaha K3 adalah sebagai berikut (Effendy, Nasrul, 1998) :

            Fungsi :

1. Mengkaji masalah kesehatan


2. Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja
3. Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan terhadap pekerja
4. Penilaian

            Tugas :

1. Pengawasan terhadap lingkungan pekerja


2. Memelihara fasilitas kesehatan perusahaan
3. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja
4. Membantu dalam penilaian keadaan kesehatan pekerja
5. Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah dan perawatan di rumah kepada
pekerja dan keluarga pekerja yang mempunyai masalah
6. Ikut menyelenggarakan pendidikan K3 terhadap pekerja
7. Turut ambil bagian dalam usaha keselamatan kerja
8. Pendidikan kesehatan mengenai keluarga berencana terhadap pekerja dan keluarga
pekerja.
9. Membantu usaha penyelidikan kesehatan pekerja
10. Mengkordinasi dan mengawasi pelaksanaan K3.

17
 

BAB III

PENUTUP

18
3.1 KESIMPULAN

Pengertian Kesehatan Kerja menurut joint ILO/WHO Committee 1995 ialah


penyelenggaraan dan pemeliharaan derajat setinggi-tingginya dari kesehatan fisik, mental dan
sosial tenaga kerja di semua pekerjaan, pencegahan gangguan kesehatan tenaga kerja yang
disebabkan kondisi kerjanya, perlindungan tenaga kerja terhadap resiko faktor-faktor yang
mengganggu kesehatan, penempatan dan pemeliharaan tenaga kerja di lingkungan kerja
sesuai kemampuan fisik dan psikologisnya, dan sebagai kesimpulan ialah penyesuaian
pekerjaan kepada manusia dan manusia kepada pekerjaannya.
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan rencana dalam
pelaksanaan suatu pekerjaan/kepemimpinan dan cara bertindak (Balai Pustaka, 2007).

Kebijakan K3 yang berkaitan dengan keperawatan di Indonesia


Relevansi kebijakan K3 Nasional dengan tugas perawat :

 Pemberi asuhan keperawatan


 Penyuluh dan konselor bagi klien
 Pengelola pelayanan keperawatan
 Peneliti keperawatan
 Pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang
 Pelaksanaan tugas dalam keterbatasan tertentu

3.2 SARAN

Makalah ini masih belum lengkap dan ringkas. Dengan makalah ini penyusun
mengharapkan setiap mahasiswa mau memberikan kritik dan saran untuk memaksimalkan
keberhasilan makalah selanjutnya. Karena kritik dan saran kalian semua berarti bagi penyusun.
Semoga makalah ini berguna bagi pendidikan kita agar lebih maju.

DAFTAR PUTAKA

19
 Kemenkes RI, (2015) Situasi Kesehatan Kerja. Pusat Data Kementerian Kesehatan RI.
Jakarta;

Lynda Robson,Judy Clarke, Kimberley dkk (2005). The Effectiveness of Occupational Health


and Safety Management Systems: A Systematic Review.,Institute for Work & Health, Toronto
and University of York, England;

Robert Asher, (2014).Occupational Health & Safety Management Systems – When are they
good for your health?. New Solutions, Vol. 24(3) 279-301;

Febyana Pangkey, Grace Y. Malingkas, D.O.R. Walangitan, (2012). Penerapan sistem


manajemen keselamatan dan kesehatan Kerja (SMK3) Pada Proyek Konstruksi Di
Indonesia. Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol. 2, No. 2. ISSN 2087-9334 (100-113) Teknik
Sipil Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi. Manado.

20

Anda mungkin juga menyukai