RMK Sap 1
RMK Sap 1
RMK Sap 1
3
5) Business shoping tourism (pariwisata dagang besar-belanja)
Jenis perjalanan ini menurut para ahli tidak termasuk dalam kegiatan pariwisata karena
unsur voluntary tidak terlibat di dalamnya. Dalam jenis pariwisata ini, unsur yang
ditekankan adalah kesempatan yang digunakan oleh pelaku perjalanan wisata
menggunakan waktu-waktu bebasnya untuk menjadikan dirinya sebagai wisatawan
dengan mengunjungi dan menikmati objek wisata dan berbelanja.
6) Convention tourism (pariwisata konvensi)
Jenis pariwisata ini mengalami perkembangan yang luar biasa dan menjadi penting dalam
sumbangan terhadap devisa negara. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya negara yang
mulai tertarik dan menggarap jenis pariwisata ini dengan banyaknya hotel atau bangunan-
bangunan yang khusus dilengkapi untuk menunjang convention tourism.
Industri pariwisata merupakan jenis industri yang mempunyai matarantai kegiatan yang
sangat panjang. Banyak kegiatan yang terkait dengan industri pariwisata seperti kegiatan biro
perjalanan, transportasi, perhotelan, restoran, kesenian, budaya daerah, kerajinan rakyat,
guider, pameran, dan olahraga internasional yang diselenggarakan di daerah-daerah. Undang-
undang Republik Indonesia No. 9 tahun 1990 tentang Usaha Pariwisata, yaitu kegiatan yang
bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan objek dan daya tarik wisata,
usaha pariwisata dan usaha lainnya yang terkait dibidang tersebut. United Nations
Conference on Trede and Development (1971) dalam Cuidelines for Tourism Statisties
mengatakan bahwa industri pariwisata atau sektor pariwisata bukan merupakan suatu sektor
ekonomi tertentu atau bukan merupakan cabang produksi tertentu. Adapun barang-barang
dan jasa-jasa yang diperhitungkan dalam pariwisata berasal dari beberapa sektor dan ini
memenuhi permintaan wisatawan asing maupun dalam negeri. Selama tidak ada konsep yang
formal tentang sektor pariwisata yang dapat dikembangkan lebih lanjut, maka istilah tersebut
digunakan untuk menyatakan secara luas terhadap kelompok industri dan aktivitas komersial
yang memprodusir barang-barang dan jasa-jasa yang sebagian atau seluruhnya dikonsumsi
oleh wisatawan asing maupun dalam negeri. Sektor-sektor yang dianggap sebagai sektor
pariwisata antara lain akomodasi, jasa boga, usaha wisata, agen perjalanan, perusahaan
angkutan atau transportasi, convention organizer, dan pelatihan dan pendidikan.
Lastara (1997) mengemukakan bahwa usaha jasa pariwisata adalah usaha yang
menyediakan jasa perencanaan, jasa pelayanan dan jasa penyelenggaraan pariwisata, yang
dapat terdiri dari beberapa jenis usaha. Yang termasuk sebagai usaha jasa pariwisata adalah:
1) Usaha biro perjalanan wisata, merupakan usaha penyediaan jasa perencanaan dan/atau jasa
pelayanan dan penyelenggaraan wisata (UU no. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan).
4
2) Usaha agen perjalanan wisata, adalah usaha jasa perantara untuk menjual dan/atau
mengurus jasa untuk perjalanan wisata.
3) Usaha jasa pramuwisata, adalah seseorang yang bertugas memberikan bimbingan,
penerangan dan petunjuk tentang obyek wisata.
4) Usaha jasa konvensi, perjalanan insentif dan pameran, merupakan usaha dengan kegiatan
pokok memberi jasa pelayanan bagi suatu pertemuan kelompok orang (negarawan,
cendikiawan, usahawan) untuk membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan
kepentingan bersama.
5) Usaha jasa impresariat, adalah kegiatan pengurusan penyelenggaraan hiburan baik yang
berupa mendatangkan, mengirimkan maupun mengembalikannya serta menentukan
tempat, waktu dan jenis hiburan.
6) Usaha jasa konsultan pariwisata, adalah jasa saran dan nasehat yang diberikan untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari penciptaan gagasan, pelaksanaan dan
operasinya disusun secara sistematis berdasarkan disiplin ilmu yang diakui, yang
disampaikan secara lisan, tertulis atau gambar oleh tenaga ahli profesional.
7) Usaha informasi pariwisata, adalah keterangan dalam bentuk apa saja tentang segala
sesuatu yang berkaitan dengan kepariwisataan.
Lastara (1997) juga mengemukakan bahwa usaha sarana pariwisata meliputi kegiatan
pembangunan, pengelolaan, dan penyedia fasilitas, serta pelayanan yang diperlukan dalam
penyelenggaraan pariwisata, seperti jenis usaha berikut ini: 1) Penyediaan akomodasi, 2)
Penyediaan makan dan minum, 3) Penyediaan angkutan wisata, 4) Penyediaan sarana wisata
tirta, 5) Pawasan Pariwisata.
III. MOTIVASI MELAKUKAN PERJALANAN
H. Peter Gray (1970), mengemukakan beberapa alasan seseorang melakukan perjalanan
untuk bersenang-senang (pleasure travel) adalah:
1) Faktor haus akan sinar (sunlust), dimaksudkan sebagai sifat-sifat yang mendasar pada
tabiat manusia, yang menyebabkan seseorang ingin pergi meninggalkan sesuatu yang
sudah biasa dilihat dan dirasakan, untuk melihat suatu daerah atau kebudayaan baru yang
berbeda.
2) Faktor yang menimbulkan jenis perjalanan yang khusus, yang tergantung pada adanya hal-
hal yang menyenangkan (amenities) yang berbeda dan lebih baik untuk tujuan tertentu
dibandingkan dengan yang ada ditempat sendiri, seperti liburan musim dingin di Florida,
Hawaii atau Caribia oleh orang-orang Canada dan orang-orang yang berasal dari Amerika
Serikat sebelah Utara.
5
Hal diatas sangat penting terutama bagi negara yang menerima wisatawan tersebut,
khususnya dalam pembuatan rencana yang sesuai bagi pembangunan industri pariwisata,
dimana kita harus mengetahui apa yang diharapkan oleh para wisatawan potensial tersebut
dan apa yang lebih disenanginya dan lain sebagainya.
Spillane (1989) produk dari obyek atau industri pariwisata mempunyai beberapa sifat
khusus, antara lain:
1) Produk wisata tidak dapat dipindahkan karena orang tidak dapat membawa produk wisata
ke wisatawan, tetapi wisatawan itu sendiri yang harus mengunjungi, mengalami, dan
datang untuk menikmati produk wisata.
2) Produksi dan konsumsi terjadi pada waktu bersamaan. Tanpa wisatawan yang sedang
menggunakan jasa wisata itu tidak akan terjadi kegiatan produksi wisata.
3) Pariwisata tidak mempunyai standart ukuran yang objektif karena pariwisata memiliki
berbagai ragam jenis pariwisata.
4) Wisatawan tidak dapat mencicipi, mengetahui, ataupun menguji produk itu sebelumnya
karena wisatawan hanya melihat melalui brosur, internet, ataupun alat promosi lainya.
5) Produk wisata mengandung resiko tinggi karena memerlukan modal besar, sedangkan
permintaanya sangat peka dan rentan terhadap situasi ekonomi, politik, sikap masyarakat,
dan kesukaan wisatawan.
Dinas Pariwisata Provinsi Bali (2005) mengemukakan bahwa hasrat ingin tahu dan jiwa
petualangan yang diberikan oleh Sang Pencipta kepada manusia merupakan dorongan
terhadap kita untuk melakukan perjalanan kemana saja yang ingin kita lintasi dan nikmati
obyek wisatanya meskipun sampai ke negeri orang. Selain hal tersebut ada beberapa faktor
yang menjadi penyebab untuk melakukan perjalanan wisata yaitu:
1) Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan sekitar yang kurang baik/rusak, lingkungan tempat tinggal yang
bising dan kotor, ataupun pemandangan yang membosankan.
2) Kondisi sosial budaya
Seperti kurang tersedianya fasilitas rekreasi, kegiatan yang rutin dalam masyarakat
sekitar, terlalu banyak kerja, adanya perbedaan sosial antar anggota masyarakat dan lain-
lain yang terlalu sering menjadi alasan untuk pergi ke tempat-tempat yang kondisinya
lebih baik dan menyenangkan.
6
3) Kondisi ekonomi
Konsumsi yang tinggi dari masyarakat, biaya hidup sehari-hari, tingkat daya beli yang
tinggi, banyaknya waktu luang serta relatif rendahnya ongkos angkutan, juga mendorong
seseorang untuk melakukan perjalanan wisata.
4) Pengaruh kegiatan pariwisata
Peningkatan publikasi dan penyebaran informasi serta timbulnya pandangan tentang nilai
lebih dari kegiatan berwisata terhadap fungsi sosial masyarakat dapat mendorong
kegiatan wisata.
IV. PEMASARAN PARIWISATA
Pemasaran mempunyai peran penting dalam industri pariwisata khususnya untuk
memberikan pencitraan daerah tujuan wisata. Pemasaran daerah tujuan wisata adalah
keseluruhan usaha untuk mengenalkan produk wisata yang ditawarkan oleh daerah tujuan
wisata baik yang tangiable maupun intangiable produk, mengenali identitas wisatawan yang
mempunyai waktu, uang dan mempunyai keinginan untuk berwisata, dan mencari cara
terbaik untuk mencapai dan meyakinkan wisatawan untuk berkunjung ke daerah tujuan
wisata.
Tujuan utama pemasaran pariwisata tidak hanya menyangkut jumlah maksimal
wisatawan yang berkunjung dan tinggal lebih lama tetapi lebih diutamakan quality tourism
yang dengan promosi selektif dapat mencapai wisatawan dengan belanja yang sangat besar
dan terjadi repeat guest. Pemasaran daerah tujuan pariwisata memerlukan kerjasama dengan
pihak-pihak terkait seperti: pemerintah (Kementerian), perusahaan jasa penerbangan dalam
dan luar negeri, jasa transportasi darat, biro wisata, travel, restoran, dan hotel.
Pemasaran daerah tujuan wisata dapat dilakukan tidak hanya dengan melakukan promosi
melalui iklan, brosur, internet, ataupun alat-alat promosi lainnya tetapi juga dengan
mengundang penulis atau wartawan pariwisata asing dengan tujuan agar penulis atau
wartawan tersebut menulis atau meliput hasil kunjungannya didaerah tujuan wisata.
Penentuan posisi pasar penting bagi wisatawan dalam memperoleh gambaran yang jelas
tentang produk wisata, kekhususan daerah tujuan wisata, mutu layanan hotel, tarif kamar
hotel, dan kondisi keamanan daerah tujuan wisata.
Dalam manajemen pemasaran global, prinsip-prinsip dalam marketing mix masih
berlaku. Marketing mix masih berlaku. Marketing mix sebagai strategi pemasaran sebenarnya
mempertemukan antara penawaran penawaran dan permintaan pasar. Stanley dalam
(Spillance, 1989), seorang konsultan Pasific Asia Travel Association (PATA) membagi unsur
marketing mix dalam pariwisata menjadi:
7
1) Product mix
Wisatawan memerlukan jasa objek wisata dan sarana wisata tertentu. Sarana wisata
adalah sarana sosial ekonomi secara keseluruhan atau sebagian menghasilkan jasa atau
barang yang digunakan wisatawan seperti hotel, rumah makan, sarana olahraga, dan
atraksi kesenian. Faktor penting dalam product mix adalah masalah pemeliharaan
warisan budaya, peninggalan sejarah, dan pemeliharaan fisik dan nonfisik.
2) Distribution mix
Distribution mix berperan penting membawa wisatawan pada produk wisata yang
ditawarkan. Distribution mix mencakup jasa transportasi darat, laut, dan udara yang
melibatkan perusahaan jasa transportasi darat, laut, dan udara, biro perjalanan dan guide.
Kunci penting distribution mix adalah layanan agar wisatawan memperoleh kepuasan
saat mengkonsusi produk pariwisata.
3) Communication mix
Agar suatu produk wisata diketahui oleh wisatawan maka wisatawan harus diberi
informasi, diperkenalkan, ditarik, dan didorong agar mengunjungi suatu daerah tujuan
wisata. Dalam menginformasikan, mengenalkan, menarik, dan mendorong wisatawan
tersebut diperlakukan communication mix. Ada beberapa pendekatan communication
mix, yaitu:
(a) Sales Promotion
Pendekatan ini meliputi kegiatan komunikasi yang diarahkan kepada wisatawan melalui
media umum, e-commerce, biro perjalanan, dan hubungan langsung dengan karyawan.
(b) Image Promotion
Kegiatan komunikasi ini dilakukan dengan cara membujuk secara halus untuk memberi
kesan dan gambaran suatu daerah tujuan wisata melalui kunjungan perkenalan juru foto
spesialis, penulis atau wisatawan pariwisata, feature khusus disurat kabar atau majalah,
dan pengiriman misi kesenian ke berbagai negara.
(c) Melalui pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan kepada semua staf organisasi yang terkait
dalam mata rantai kegiatan pariwisata.
(d) Melalui jasa penerangan kantor pariwisata, termasuk jasa surat-menyurat, dan hubungan
korespondensi melalui alat komunikasi.
(e) Service mix
Kegiatan dalam service mix merupakan kebijakan pemerintahan untuk memperlancar
perjalanan dan persinggahan wisatawan, seperti kebijakan visa dan ketentuan bea cukai.
8
V. ASPEK DAN DAMPAK PEMBANGUNAN PARIWISATA
A. ASPEK EKONOMIS PARIWISATA
Berkembangnya industri pariwisata di suatu daerah akan menarik sektor lain untuk
berkembang karena produk atau jasanya diperlukan untuk menunjang industri pariwisata.
Penelitian yang dilakukan oleh Chau di Hawai (Spillance, 1989) membuktikan bahwa setiap
kenaikan kunjungan wisatawan sebanyak 25.000 orang mengakibatkan terciptanya
kesempatan kerja langsung sejumlah 390 orang dan tidak langsung sejumlah 243 orang.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh International Union of Office Travel Organization
menyimpulkan bahwa kesempatan kerja yang terbuka diseluruh dunia untuk bidang hotel dan
restoran diperkirakan mencapai 750.000 orang petahunnya (Spillance, 1989).
Menurut Tambunan (1999), industri pariwisata dapat menjadi Sumber Pendapatan Asli
Daerah (PAD) adalah industri pariwisata yang dimiliki masyarakat daerah (community
tourism development atau CTD). Dengan pengembangan CTD, pemerintah daerah dapat
memperoleh peluang penerimaan pajak dan beragam restribusi yang bersifat legal.
Keterkaitan kegiatan industri pariwisata dengan penerimaan daerah melalui jalur PAD yang
terdiri dari pajak daerah, restribusi daerah, pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan, bagi hasil kekayaan bukan pajak dan pendapatan transfer yang terdiri dari
dana bagi hasil pajak, dana bagi hasil sumber daya alam, dana alokasi umum serta dana
alokasi khusus. Matarantai industri pariwisata yang berupa hotel atau penginapan, restoran
atau jasa boga, usaha wisata yang meliputi obyek wisata, souvenir dan hiburan, usaha
perjalanan wisata yang meliputi travel agent dan guider, convention organizer, dan
transportasi dapat menjadi sumber penerimaan PAD yang berupa pajak daerah, restribusi
daerah, laba BUMD, dan penerimaan lain bukan pajak yang diterima oleh daerah kabupaten
kota maupun provinsi. Sebagai contoh, keberadaan sebuah hotel di suatu daerah kabupaten
atau kota akan menjadi sumber PAD bagi kabupaten atau kota dari penerimaan pajak daerah
(berupa pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame dan pajak minuman
beralkohol), retribusi daerah (berupa uang sepadan reklame, retribusi kebersihan, uang sewa
tanah/bangunan, retribusi ijin mendirikan bangunan, dan retribusi parkir), laba BUMD, bagi
hasil pajak (berupa hasil pajak bumi dan bangunan, bagi hasil bea perolehan hak atas tanah
dan bangunan, bagi hasil pajak penghasilan pasal 25, 29, pph pasal 21) dan bukan pajak
(berupa pemberian hak atas tanah pemerintah). Bagi provinsi, keberadaan hotel yang ada di
daerahnya akan menjadi sumber PAD dari penerimaan pajak provinsi (berupa pajak air
bawah tanah, pajak bahan bakar kendaraan bermotor dan pajak kendaraan bermotor),
retribusi provinsi (berupa retribusi pemakaian tanah dan bangunan), laba BUMD provinsi
9
(berupa penggunaan jasa bank BPD) dan bagi hasil pajak provinsi (berupa bagi hasil bumi
dan bangunan, bagi hasil bea perolehan, hak atas tanah dan bangunan, bagi hasil pajak pph
25, 29, 21).
B. DAMPAK PEMBANGUNAN PARIWISATA
Dinas Pariwisata Provinsi Bali (2005), manfaat dan keuntungan dalam pembangunan dan
pengembangan pariwisata bila direncanakan dan diarahkan dengan baik adalah:
a. Manfaat ekonomi
Meningkatkan kunjungan wisatawan lokal maupun mancanegara yang menuntut macam-
macam pelayanan dan fasilitas yang semakin meningkat jumlah dan ragamnya.
b. Manfaat sosial budaya
Manfaat sosial budaya pengembangan pariwisata antara lain meningkatkan pelestarian
budaya dan adat istiadat, meningkatkan kecerdasan masyarakat, meningkatkan kesehatan
dan kesegaran jasmani ataupun rohani, dan mengurangi konflik sosial.
c. Manfaat dalam berbangsa dan bernegara
Pembangunan pariwisata dapat mempererat persatuan dan kesatuan; menumbuhkan rasa
memiliki, keinginan untuk memelihara dan mempertahankan negara yang ujungnya
tumbuh rasa cinta terhadap tanah air, serta memelihara hubungan baik internasional
dalam hal pengembangan pariwisata.
d. Manfaat bagi lingkungan
Pariwisata merupakan salah satu upaya untuk melestarikan lingkungan, karena
pembangunan dan pengembangan pariwisata diarahkan agar dapat memenuhi keinginan
wisatawan seperti hidup tenang bersih, jauh dari polusi, santai dan dapat mengembalikan
kesehatan fisik maupun mental.
Adapun dampak-dampak yang tidak diinginkan karena berkembangnya kepariwisataan
di suatu daerah dari segi ekonomi, sosial budaya, politik serta lingkungan antara lain:
a. Harga barang atau jasa mengalami kenaikan, disebabkan oleh banyaknya pengunjung
atau wisatawan yang dianggap memiliki kelebihan secara ekonomi.
b. Penduduk atau warga lokal mengikuti pola hidup wisatawan yang tidak sesuai dengan
budaya dan kepribadian asli bangsa sendiri.
c. Banyaknya pemanfaatan wisatawan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab
untuk melakukan hal-hal yang tidak pantas seperti pemerasan, perjudian, pencurian,
pengedaran barang-barang terlarang, dan lain-lain.
d. Terjadinya perusakan lingkungan, baik karena adanya pembangunan pariwisata maupun
karena tangan-tangan jahil di daerah pariwisata.
10
SOAL DAN PEMBAHASAN
11
4. Jelaskan ciri-ciri wisatawan.
Jawab:
Wisatawan adalah sesorang yang berpergian dengan ciri-ciri: perjalanan itu dilakukan
lebih dari 24 jam, perjalanan itu dilakukan hanya untuk sementara waktu, dan orang yang
melakukannya tidak mencari nafkah di tempat di negara yang dikunjungi.
5. Jelaskan yang dimaksud dengan kepariwisataan.
Jawab:
Menurut UU No. 9 tahun 1990 yang diperbaharui dengan UU No.10 tahun 2009
Tetang Kepariwisataan, Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan
pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud
kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat
setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.
6. Jelaskan marketing mix di usaha pariwisata.
Jawab:
Marketing mix sebagai strategi pemasaran sebenarnya mempertemukan antara
penawaran penawaran dan permintaan pasar. Stanley dalam (Spillance, 1989), seorang
konsultan Pasific Asia Travel Association (PATA) membagi unsur marketing mix dalam
pariwisata menjadi:
1) Product mix
Wisatawan memerlukan jasa objek wisata dan sarana wisata tertentu. Sarana wisata
adalah sarana sosial ekonomi secara keseluruhan atau sebagian menghasilkan jasa
atau barang yang digunakan wisatawan seperti hotel, rumah makan, sarana olahraga,
dan atraksi kesenian. Faktor penting dalam product mix adalah masalah pemeliharaan
warisan budaya, peninggalan sejarah, dan pemeliharaan fisik dan nonfisik.
2) Distribution mix
Distribution mix berperan penting membawa wisatawan pada produk wisata yang
ditawarkan. Distribution mix mencakup jasa transportasi darat, laut, dan udara yang
melibatkan perusahaan jasa transportasi darat, laut, dan udara, biro perjalanan dan
guide. Kunci penting distribution mix adalah layanan agar wisatawan memperoleh
kepuasan saat mengkonsusi produk pariwisata.
3) Communication mix
Agar suatu produk wisata diketahui oleh wisatawan maka wisatawan harus diberi
informasi, diperkenalkan, ditarik, dan didorong agar mengunjungi suatu daerah tujuan
wisata. Dalam menginformasikan, mengenalkan, menarik, dan mendorong wisatawan
12
tersebut diperlakukan communication mix. Ada beberapa pendekatan communication
mix, yaitu
a) Sales Promotion
Pendekatan ini meliputi kegiatan komunikasi yang diarahkan kepada
wisatawan melalui media umum, e-commerce, biro perjalanan, dan hubungan
langsung dengan karyawan.
b) Image Promotion
Kegiatan komunikasi ini dilakukan dengan cara membujuk secara halus untuk
memberi kesan dan gambaran suatu daerah tujuan wisata melalui kunjungan
perkenalan juru foto spesialis, penulis atau wisatawan pariwisata, feature
khusus disurat kabar atau majalah, dan pengiriman misi kesenian ke berbagai
negara.
c) Melalui pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan kepada semua staf organisasi
yang terkait dalam mata rantai kegiatan pariwisata.
d) Melalui jasa penerangan kantor pariwisata, termasuk jasa surat-menyurat, dan
hubungan korespondensi melalui alat komunikasi.
4) Service mix
Kegiatan dalam service mix merupakan kebijakan pemerintahan untuk memperlancar
perjalanan dan persinggahan wisatawan, seperti kebijakan visa dan ketentuan bea
cukai.
7. Jelaskan faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan perjalanan.
Jawab:
Beberapa faktor yang menjadi penyebab untuk melakukan perjalanan wisata yaitu:
13
lain-lain yang terlalu sering menjadi alasan untuk pergi ke tempat-tempat yang
kondisinya lebih baik dan menyenangkan.
4) Kondisi ekonomi
Konsumsi yang tinggi dari masyarakat, biaya hidup sehari-hari, tingkat daya beli yang
tinggi, banyaknya waktu luang serta relatif rendahnya ongkos angkutan, juga
mendorong seseorang untuk melakukan perjalanan wisata.
5) Pengaruh kegiatan pariwisata
Peningkatan publikasi dan penyebaran informasi serta timbulnya pandangan tentang
nilai lebih dari kegiatan berwisata terhadap fungsi sosial masyarakat dapat mendorong
kegiatan wisata.
8. Sebutkan manfaat yang bisa diperoleh dari pembangunan dan pengembangan pariwisata.
Jawab:
Dinas Pariwisata Provinsi Bali (2005), manfaat dan keuntungan dalam pembangunan
dan pengembangan pariwisata bila direncanakan dan diarahkan dengan baik adalah:
(1) Manfaat ekonomi
Meningkatkan kunjungan wisatawan lokal maupun mancanegara yang menuntut
macam-macam pelayanan dan fasilitas yang semakin meningkat jumlah dan
ragamnya. Hal ini memberi manfaat ekonomi bagi penduduk, pengusaha maupun
pemerintah setempat dalam hal penerimaan devisa, kesempatan usaha, terbukanya
lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan, dan mendorong pembangunan daerah.
(2) Manfaat sosial budaya
Manfaat sosial budaya pengembangan pariwisata antara lain meningkatkan pelestarian
budaya dan adat istiadat, meningkatkan kecerdasan masyarakat, meningkatkan
kesehatan dan kesegaran jasmani ataupun rohani, dan mengurangi konflik sosial.
(3) Manfaat dalam berbangsa dan bernegara
Pembangunan pariwisata dapat mempererat persatuan dan kesatuan; menumbuhkan
rasa memiliki, keinginan untuk memelihara dan mempertahankan negara yang
ujungnya tumbuh rasa cinta terhadap tanah air, serta memelihara hubungan baik
internasional dalam hal pengembangan pariwisata.
(4) Manfaat bagi lingkungan
Pariwisata merupakan salah satu upaya untuk melestarikan lingkungan, karena
pembangunan dan pengembangan pariwisata diarahkan agar dapat memenuhi
keinginan wisatawan seperti hidup tenangm bersih, jauh dari polusi, santai dan dapat
mengembalikan kesehatan fisik maupun mental.
14
9. Berikan contoh konkrit untuk setiap manfaat yang diperoleh, terkait pertanyaan 7.
1) Hasrat Ingin Tahu dan Jiwa Petualang
Bayu memiliki hasrat ingin tahu dan memiliki jiwa petualang yang sangat besar untuk
menikmati obyek wisata patung GWK, Pantai Kuta, dan wisata pesawahan di Ubud
maka Bayu melakukan perjalanan wisata sampai ke Pulau Bali untuk menikmati
obyek wisata tersebut.
2) Kondisi Lingkungan
Santhi tinggal di Jakarta dimana tempat tinggal yang bising dan pemandangan yang
membosankan hanya terlihat gedung-gedung tinggi, perkantoran, dan apartemen
membuat Santhi melakukan perjalanan wisata ke Negara Jepang untuk melihat
pemandangan musim semi dan lingkungan yang bersih.
3) Kondisi Sosial Budaya
Abie tinggal di Ibukota Jakarta dimana kawasan Jakarta kurangnya fasilitas rekreasi
dan terlalu banyak urusan kerja yang membuat Abie ingin rehat sejenak dari kondisi
tersebut dengan melakukan perjalanan wisata, yakni dengan mengunjungi Negara
Thailand dimana Abie dapat menikmati keindahan pantai dan kemegahan kuil-kuil di
Negara Thailand.
4) Kondisi Ekonomi
Dina yang memiliki konsumsi yang tinggi, memiliki daya beli yang tinggi, dan
banyaknya waktu luang dapat melakukan perjalanan wisata ke Negara Korea Selatan
untuk membeli pakaian, menikmati makanan khas, budaya korea, dan pemandangan
kota Seoul.
5) Pengaruh kegiatan pariwisata
Indah melakukan perjalanan wisata ke Pulau Bali karena adanya publikasi tentang
budaya bali yang masih kental dan dijaga dengan baik serta penyebaran informasi
terkait wisata di Bali dari agen wisata yang menarik dan patut dikunjungi.
16
kawasan Legian atau Sanur akan jauh lebih tinggi dengan kawasan lainnya. Hal ini
akan menurunkan daya beli masyarakat lokal setempat.
(e) Pengaruh kegiatan pariwisata
Adanya publikasi mengenai informasi pariwisata terus mengalami peningkatan,
dimana pihak-pihak yang berkecimpung di kegiatan tersebut berlomba-lomba untuk
menggaet lebih banyak wisatawan. Kondisi ini tak jarang mengakibatkan adanya
persaingan tidak sehat antar agen pariwisata tersebut.
17
DAFTAR PUSTAKA
Widanaputra, AAGP. dkk. 2009. Akuntansi Hotel (Pendekatan Sistem Informasi). Denpasar:
Graha Ilmu.
Ariyanto, Dodik. Maria M Ratna, dan Widanaputra, AAGP. 2016. Akuntansi Perhotelan.
Denpasar: Graha Ilmu.
18