PENGERTIAN PARIWISATA - Docx XBR

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

PENGERTIAN PARIWISATA

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan


disebutkan bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas
serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.
Pariwisata adalah keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk mengatur,
mengurus dan melayani kebutuhan wisatawan. (Karyono, 1997:15). Pariwisata merupakan rangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik secara perorangan maupun kelompok di dalam wilayah
negara lain. Kegiatan tersebut menggunakan kemudahan, jasa dan faktor penunjang lainnya yang
diadakan oleh pemerintah dan atau masyarakat, agar dapat mewujudkan keinginan wisatawan.

Menurut Ensiklopede Nasional Indonesia Jilid 12 bahwa pariwisata adalah kegiatan perjalanan
seseorang atau seerombongan orang dari tempat tinggal asalnya ke suatu tempat di kota lain atau di
negara lain dalam jangka waktu tertentu. Tujuan perjalanan dapat bersifat pelancongan, bisnis,
keperluan ilmiah, bagian kegiatan agama,

Defenisi pariwisata menurut Yoeti (1996:108) adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk
sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ketempat lain, dengan maksud bukan untuk
berusaha atau mencari nafkah ditempat yang dikunjungi tetapi semata-mata untuk menikmati
perjalanan hidup guna bertamasya dan rekreasi atau memenuhi keinginan yang beranekaragam.
Robert Mc.Intosh bersama Shashiakant Gupta mengungkapkan bahwa pariwisata adalah gabungan
gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta
masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan-wisatawan ini serta para
pengunjung lainnya (Pendit, 1999:31).

The Ecotourism Society (1990) mendefinisikan pariwisata sebagai berikut: “Pariwisata adalah suatu
bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan
melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat”.

Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut
kegiatan sosial dan ekonomi. Diawali dari kegiatan yang semula hanya dinikmati oleh segelintir
orang-orang yang relatif kaya pada awal abad ke-20, kini telah menjadi bagian dari hak azasi manusia.
Hal ini terjadi tidak hanya di negara maju tetapi mulai dirasakan pula di negara berkembang.
Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dalam tahap pembangunannya, berusaha
membangun industri pariwisata sebagai salah satu cara untuk mencapai neraca perdagangan luar
negeri yang berimbang. Melalui industri ini diharapkan pemasukan devisa dapat bertambah (Pendit,
2002).

Sebagaimana diketahui bahwa sektor pariwisata di Indonesia masih menduduki


peranan yang sangat penting dalam menunjang pembangunan nasional sekaligus
merupakan salah satu faktor yang sangat strategis untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat dan devisa negara Pariwisata lebih populer dan banyak dipergunakan
dibanding dengan terjemahan yang seharusnya dari istilah tourism, yaitu turisme,
Terjemahan yang seharusnya dari tourism adalah wisata. Yayasan Alam Initra
Indonesia (1995) membuat terjemahan tourism dengan turisme. Di dalam tulisan
ini dipergunakan istilah pariwisata yang banyak digunakan oleh para rimbawan,
mempergunakan istilah pariwisata untuk menggambarkan adanya bentuk wisata
yang baru muncul pada dekade delapan puluhan.

Pengertian tentang pariwisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.


Namun, pada hakekatnya, pengertian pariwisata adalah suatu bentuk wisata yang
bertanggungjawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural
area), memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya
bagi masyarakat setempat. Atas dasar pengertian ini, bentuk pariwisata pada
dasarnya merupakan bentuk gerakan konservasi yang dilakukan o!eh penduduk
dunia. Eco-traveler ini pada hakekatnya konservasionis.

Semula pariwisata dilakukan oleh wisatawan pecinta alam yang menginginkan di


daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari, di samping budaya dan kesejahteraan
masyarakatnya tetap terjaga. Namun dalam perkembangannya ternyata bentuk
pariwisata ini berkembang karena banyak digemari oleh wisatawan. Pada tahun
1995 The Tourism Society kemudian mendefinisikan pariwisata sebagai bentuk
baru dari kegiatan perjalanan wisata bertanggungjawab di daerah yang masih alami
atau daerah-daerah yang dikelola dengan kaidah alam dimana tujuannya selain
untuk menikmati keindahannya juga melibatkan unsur pendidikan, pemahaman
dan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi alam dan peningkatan pendapatan
masyarakat setempat sekitar daerah tujuan pariwisata.

Di beberapa wilayah berkembang suatu pemikiran baru yang berkait dengan


pengertian pariwisata. Fenomena pendidikan diperlukan dalam bentuk wisata ini.
Hal ini seperti yang didefinisikan oleh Australian Department of Tourism yang
mendefinisikan pariwisata adalah wisata berbasis pada alam dengan mengikutkan
aspek pendidikan dan interpretasi terhadap lingkungan alami dan budaya
masyarakat dengan pengelolaan kelestarian ekologis. Definisi ini memberi
penegasan bahwa aspek yang terkait tidak hanya bisnis seperti halnya bentuk
pariwisata lainnya, tetapi lebih dekat dengan pariwisata minat khusus, alternatife
tourism atau special interest tourism dengan obyek dan daya tarik wisata alam.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka terdapat lima hal penting yang


mendasari kegiatan pariwisata :

1. Perjalanan wisata yang bertanggung jawab, artinya bahwa semua pelaku


kegiatan pariwisata harus bertanggung jawab terhadap dampak yang
ditimbulkan dari kegiatan pariwisata terhadap lingkungan alam dan budaya
2. Kegiatan pariwisata dilakukan ke/di daerah-daerah yang masih alami
(nature made) atau di/ke daerah-daerah yang dikelola berdasarkan kaidah
alam.
3. Tujuannya selain untuk menikmati pesona alam, juga untuk mendapatkan
tambahan pengetahuan dan pemahaman mengenai berbagai fenomena alam
dan budaya.
4. Memberikan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi alam.
5. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Definisi wisatawan menurut Norval (Yoeti, 1995) adalah setiap orang yang datang
dari suatu Negara yang alasannya bukan untuk menetap atau bekerja di situ secara
teratur, dan yang di Negara dimana ia tinggal untuk sementara itu membalanjakan
uang yang didapatkannya di lain tempat, sedangkan menurut Soekadijo (2000),
wisatawan adalah pengunjung di Negara yang dikunjunginya setidak-tidaknya
tinggal 24 jam dan yang datang berdasarkan motivasi:

1. Mengisi waktu senggang atau untuk bersenang-senang, berlibur, untuk alasan


kesehatan, studi, keluarga, dan sebagainya.
2. Melakukan perjalanan untuk keperluan bisnis.
3. Melakukan perjalanan untuk mengunjungi pertemuan-pertemuan atau sebagai utusan
(ilmiah, administratif, diplomatik, keagamaan, olahraga dan sebagainya).
4. Dalam rangka pelayaran pesiar, jika kalau tinggal kurang dari 24 jam.

Berdasarkan sifat perjalanan, lokasi di mana perjalanan dilakukan wisatawan dapat


diklasifikasikan sebagai berikut (Karyono, 1997).

1. Foreign Tourist (Wisatawan asing)

Orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang datang memasuki suatu negara lain
yang bukan merupakan Negara di mana ia biasanya tinggal. Wisatawan asing disebut juga
wisatawan mancanegara atau disingkat wisman.

2. Domestic Foreign Tourist

Orang asing yang berdiam atau bertempat tinggal di suatu negara karena tugas, dan
melakukan perjalanan wisata di wilayah negara di mana ia tinggal. Misalnya, staf kedutaan
Belanda yang mendapat cuti tahunan, tetapi ia tidak pulang ke Belanda, tetapi melakukan
perjalanan wisata di Indonesia (tempat ia bertugas).

3. Domestic Tourist  (Wisatawan Nusantara)

Seorang warga negara suatu negara yang melakukan perjalanan wisata dalam batas wilayah
negaranya sendiri tanpa melewati perbatasan negaranya. Misalnya warga negara Indonesia
yang melakukan perjalanan ke Bali atau ke Danau Toba. Wisatawan ini disingkat wisnus.

4. Indigenous Foreign Tourist

Warga negara suatu negara tertentu, yang karena tugasnya atau jabatannya berada di luar
negeri, pulang ke negara asalnya dan melakukan perjalanan wisata di wilayah negaranya
sendiri. Misalnya, warga negara Perancis yang bertugas sebagai konsultan di perusahaan
asing di Indonesia, ketika liburan ia kembali ke Perancis dan melakukan perjalanan wisata di
sana. Jenis wisatawan ini merupakan kebalikan dari Domestic Foreign Tourist.

DAERAH TUJUAN WISATA


Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 tentang
kpariwisataan, menjelaskan beberapa pengertian istilah kepariwisataan, antara lain.

1. Wisata adalah suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh individu atau kelompok
mengunjungi suatu tempat dan bertujuan untuk rekreasi, pengembangan pribadi, atau
untuk mempelajari keunikan daya tarik suatu tempat wisata yang dikunjungi dalam
waktu sementara.
2. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai
layanan fasilitas yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan
pemerintah daerah.
3. Daerah tujuan wisata dapat disebut juga dengan destinasi pariwisata adalah kawasan
geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administrasi yang di dalamnya
terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesbilitas, serta
masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

Leiper (dalam Gde Pitana, 2005: 99) mengemukakan bahwa suatu daerah tujuan wisata
(destinasi wisata) adalah sebuah susunan sistematis dari tiga elemen. Seorang dengan
kebutuhan wisata adalah inti/pangkal (keistimewaan apa saja atau karekteristik suatu tempat
yang akan mereka kunjungi) dan sedikitnya satu penanda (inti informasi). Seseorang
melakukan perjalanan wisata dipengaruhi oleh faktor-faktor yang menjadi daya tarik yang
membuat seseorang rela melakukan perjalanan yang jauh dan menghabiskan dana cukup
besar. Suatu daerah harus memiliki potensi daya tarik yang besar agar para wisatawan mau
menjadikan tempat tersebut sebagai destinasi wisata.

Menurut Jackson (dalam Gde Pitana, 2005: 101) suatu daerah yang berkembang menjadi
sebuah destinasi wisata dipengaruhi oleh beberapa hal yang penting, seperti.

1. Menarik untuk klien.


2. Fasilitas-fasilitas dan atraksi.
3. Lokasi geografis.
4. Jalur transportasi.
5. Stabilitas politik.
6. Lingkungan yang sehat.
7. Tidak ada larangan/batasan pemerintah.

Salah satu yang menjadi suatu daya tarik terbesar pada suatu destinasi wisata adalah sebuah
atraksi, baik itu berupa pertunjukan kesenian, rekreasi, atau penyajian suatu paket
kebudayaan lokal yang khas dan dilestarikan. Atraksi dapat berupa keseluruhan aktifitas
keseharian penduduk setempat beserta setting fisik lokasi desa yang memungkinkan
berintegrasinya wisatawan sebagai partisipasi aktif seperti belajar tari, bahasa, membatik
seperti yang ada di Desa Wisata Krebet, memainkan alat musik tradisional, membajak sawah,
menanam padi, melihat kegiatan budaya masyarakat setempat, dan lain-lain (Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata, 2011: 13).

Atraksi merupakan komponen yang sangat vital, oleh karena itu suatu tempat
wisata tersebut harus memiliki keunikan yang bisa menarik wisatawan. Fasilitas-
fasilitas pendukungnya juga harus lengkap agar kebutuhan wisatawan terpenuhi,
serta keramahan masyarakat tempat wisata juga sangat berperan dalam menarik
minat wisatawan. Faktor-faktor tersebut harus dikelola dengan baik, sehingga
menjadikan tempat tersebut sebagai destinasi wisata dan wisatawan rela melakukan
perjalanan ke tempat tersebut.

Unsur pokok yang harus mendapat perhatian guna menunjang pengembangan pariwisata di
daerah tujuan wisata yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan
pengembangannya meliputi lima unsur:

DAYA TARIK WISATA

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan


disebutkan bahwa daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan
dan nilai berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang
menjadi sarana atau tujuan kunjungan wisatawan.

Daya tarik wisata juga disebut objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong
kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Menurut Suwantoro dalam
bukunya Dasar-dasar Pariwisata (1997:19) mengatakan bahwa objek dan daya tarik wisata
dikelompokkan atas :

1. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata dikelompokkan ke dalam pengusahaan


objek dan daya tarik wisata alam, pengusahaan objek dan daya tarik wisata budaya,
pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat khusus.
2. Umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasar pada:
3. Adanya sumberdaya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih.
4. Adanya aksesbilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.
5. Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka.
6. Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir.
7. Objek wisata alam mempunyai daya tarik karena keindahan alam, pegunungan,
sungai, pantai, pasir, hutan dan sebagainya.
8. Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus
dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung
dalam suatu objek buah karya manusia pada masa lampau.
1. Pembangunan suatu objek wisata harus dirancang dengan bersumber pada
potensi daya tarik yang memiliki objek tersebut dengan mengacu pada kriteria
keberhasilan pengembangan yang meliputi berbagai kelayakan.
9. Kelayakan Finansial

Studi kelayakan ini menyangkut perhitungan secara komersial dari pembangunan objek
wisata tersebut.

1. Kelayakan Sosial Ekonomi Regional

Studi kelayakan ini dilakukan untuk melihat apakah investasi yang ditanamkan untuk
membangun suatu objek wisata juga akan memilki dampak sosial ekonomi secara regional,
dapat menciptakan lapangan pekerjaan, dapat meningkatkan devisa dan sebagainya.

2. Layak Teknis
Pembangunan objek wisata harus dapat dipertanggung-jawabkan secara teknis dengan
melihat daya dukung yang ada. Tidaklah perlu memaksakan diri untuk membangun suatu
objek wisata apabila daya dukung oleh wisata tersebut rendah. Daya tarik suatu objek wisata
akan berkurang atau bahkan hilang bila objek wisata tersebut membahayakan keselamatan
para wisatawan.

3. Layak Lingkungan

Analisis dampak lingkungan dapat dipergunakan sebagai acuan kegiatan pembangunan


suatu objek wisata. Pembangunan objek wisata yang mengakibatkan rusaknya lingkungan
harus dihentikan pembangunannya. Pembangunan objek wisata buaknlah untuk merusak
lingkungan tetapi sekedar memanfaatkan sumber daya alam untuk kebaikan manusia dan
untukmeningkatkan kulitas hidup manusia sehingga menjadi keseimbangan, keselarasan
dan keserasian (Suwantoro, 1997:20).

PRASARANA PARIWISATA

Prasarana wisata adalah sumberdaya alam dan sumberdaya buatan manusia yang mutlak
dibutuhkan oleh wisatawan perjalanannya di daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air,
telekomunikasi, terminal, jembatan dan lain sebagainya. Untuk kesiapan objek-objek wisata
yang akan dikunjungi oleh wisatawan di daerah tujuan wisata, prasarana wisata tersebut perlu
dibangun dengan disesuaikan lokasi dan kondisi objek wisata yang bersangkutan (Suwantoro,
1997: 21).

Pembangunan prasarana wisata yang mempertimbangkan kondisi dan lokasi akan


meningkatkan aksesbilitas suatu objek wisata yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan
daya tarik objek wisata itu sendiri. Di samping berbagai kebutuhan yang telah disebutkan di
atas, kebutuhan wisatawan yang lain juga perlu disediakan di daerah tujuan wisata seperti
bank, apotik, rumah sakit, pom bensin, pusat-pusat pembelanjaan dan sebagainya.

Dalam pembangunan prasarana pariwisata pemerintah lebih dominan karena pemerintah


dapat mengambil manfaat ganda dari pembangunan tersebut, seperti untuk meningkatkan
arus informasi, arus lalu lintas ekonomi, arus mobilitas manusia antara daerah dan sebagainya
yang tentu saja dapat meningkatkan kesempatan berusaha dan bekerja.

Yang dimaksud dengan prasarana adalah semua fasilitas yang memungkinkan proses
perekonomian, dalam hal ini adalah sektor pariwisata dapat berjalan dengan lancar
sedemikian rupa, sehingga dapat memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi
fungsinya adalah melengkapi sarana kepariwisataan sehingga dapat memberikan pelayanan
sebagaimana mestinya.

Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumberdaya manusia yang mutlak dibutuhkan
oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air,
telekomunikasi, terminal, jembatan, dan lain sebagainya. Suwantoro (2004:21)

Prasarana khusus bagi pariwisata dapat dikatakan tidak ada. Pembagunan prasarana wisata
yang mempertimbangkan kondisi dan lokasi akan meningkatkan daya tarik obyek wisata itu
sendiri. Disamping berbagai kebutuhan yang telah disebutkan di atas, kebutuhan wisatawan
yang lain juga perlu disediakan di daerah tujuan wisata, seperti bank, apotik. Untuk lebih
jelasnya Prasarana dibagi atas tiga komponen :
1. Prasarana Umum

Yaitu prasarana yang menyangkut kebutuhan umum bagi kelancaran perekonomian. Adapun
yang termasuk dalam kelompok ini diantaranya ialah :

 Jaringan Air bersih,


 Jaringan Listrik,
 Jaringan Jalan,
 Dainase : Sanitasi dan Penyaluran Limbah
 Sistem Persampahan dan
 Jaringan Telekomunikasi dan Internet

1. Prasarana Penunjang (RS,Apotek, Pusat Perdagangan, Kantor Pemerintah, Perbankan)


2. Prasarana Wisata (Kantor Informasi, Tempat Promosi dan Tempat Rekreasi ,
pengawas pantai)

Ada lima kategori yang termasuk dalam prasarana (infrastructures), masing-masing adalah:

1. Prasarana Umum (General Infrastructures) meliputi prasarana umum, mencakup hal-


hal sebagai berikut sistem penyedian air bersih, tenaga listrik, jalan dan jembatan,
pelabuhan, airport, terminal atau stasiun kereta api.
2. Kebutuhan Masyarakat Banyak (Basic Needs of Civilized Life) Kebutuhan pokok
manusia modern, seperti: kantor pusat dan telepon, rumah sakit, apotik bank, pusat-
pusat perbelanjaan, bar dan restoran, salon kecantikan., barbershop, kantor polisi, toko
obat, penjualan rokok, toko kacamata, took-toko penjual Koran dan majalah, pompa
bensin bengkel mobil, wartel, warnet dan lainnya.
3. Prasarana Kepariwisataan
1. Residential tourist plants.
2. Semua fasilitas yang dapat menampung kedatangan para wisatawan untuk
menginap dan tinggal untuk sementara waktu di daerah tujuan wisata.
Termasuk ke dalam kelompok ini adalah semua bentuk akomodasi yang
diperuntukan bagi wisatawan dan juga segala bentuk rumah makan dan
restoran yang ada. Misalnya hotel, motor hotel (motel), wisma, homestay,
cottages, camping, youth hostel, serta rumah makan, restoran, self-services,
cafetaria, coffee shop, grill room, bar, tavern, dan lain-lain
3. Receptive tourist plants

Segala bentuk badan usaha atau organisasi yang kegiatannya khusus untuk mempersiapkan
kedatangan wisatawan pada suatu daerah tujuan wisata, yaitu :

1. Perusahaan yang kegiatannya adalah merencanakan dan menyelenggarakan


perjalanan bagi orang yang akan melakukan perjalanan wisata (tour operator
and travel agent).
2. Badan atau organisasi yang memberikan penerangan, penjelasan, promosi dan
propagansa tentang suatu daerah tujuan wisata (Tourist Information
Center yang terdapat di airport, terminal, pelabuhan, atau suatu resort).
3. Recreative and sportive plants
Termasuk dalam kelompok ini adalah semua Fasilitas yang dapat digunakan untuk tujuan
rekreasi dan olah raga. Termasuk ke dalam kelompok ini adalah fasilitas untuk bermain golf,
kolam renang, boating, surfing, fishing, tennis court, dan fasilitas lainnya

SARANA PARIWISATA

Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani
kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya. Pembangunan sarana wisata di
daerah tujuan wisata maupun objek wisata tertentu harus disesuaikan dengan kebutuhan
wisatawan baik seecara kuantitatif maupun kualitatif. Lebih dari itu selera pasar pun dapat
menentukan tuntutan sarana yang dimaksud. Berbagai sarana wisata yang harus disediakan di
daerah tujuan wisata adalah hotel, biro perjalanan, alat transportasi, restoran dan rumah
makan serta sarana pendukung lainnya. Tidak semua objek wisata memerlukan sarana yang
sama atau lengkap. Pengadaan sarana wisata tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan
wisatawan.

 Sarana pariwisata adalah hal-hal yang keberadaannya adalah berhubungan dengan


usaha untuk membuat wisatawan lebih banyak datang, lebih banyak mengeluarkan
uang di tempat yang dikunjunginya. Dalam kepariwisataan dikenal ada tiga macam
sarana, yakni:

1. Sarana Pokok Kepariwisata (main tourism superstructure)


Yakni perusahaan-perusahaan yang fungsinya adalah menyediakan fasilitas pokok
kepariwisataan. Sarana ini juga dibagi ke dalam tiga bagian, antara lain:
A. Receptive Tourist Plan
Adalah perusahaan yang mempersiapkan perjalanan dan penyelenggaraan
tour, sightseeing bagi wisatawan.
Contoh : travel agent, tour operator, tourist transportation, dan lain-lain.
B. Residential Tourist Plan
Adalah perusahaan yang memberikan pelayanan untuk menginap, Contoh : hotel, motel,
dan jenis akomodasi lainnya.
1. Perusahaan angkutan (transportasi wisata baik darat, laut mupun udara)
2. Restoran/Tempat makan
2. Sarana Pelengkap Kepariwisataan (supplementing tourism superstructure)
Sarana pelengkap kepariwisataan adalah perusahaan atau tempat yg menyediakan
fasilitas yang fungsinya melengkapi sarana pokok dan membuat wisatawan dapat lebih
lama tinggal di suatu DTW. (Suwantoro, 1997)

1. Sarana Ketangkasan
2. Perlengkapan wisata atau fasilitas rekreasi dan olah raga air.
3. Sarana Penunjang Kepariwisataan (supporting tourism superstructure)

Sarana Penunjang Kepariwisataan adalah perusahaan yg menunjang sarana pelengkap


dan sarana pokok. Berfungsi tidak hanya membuat wisatawan tertahan lebih lama tetapi
berfungsi agar wisatawan lebih banyak mengeluarkan uang di daerah yang
dikunjunginya seperti :

1. Karaoke/ Entertaint
2. Ruang Atraksi Wisata

Anda mungkin juga menyukai