Intervensi Dan Monev

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 32

ntervensi Gizi dan Monitoring Evaluasi

Pada topik ini, anda akan mempelajari Intervensi Gizi dan Monitoring Evaluasi
merupakan langkah selanjutnya setelah anda menetapkan diagnosis gizi yang tepat
yang dibahas pada topik ke-3. Topik ini anda akan mempelajari tentang intervensi
gizi dan monitoring evaluasi. Setelah selesai mempelajari topik ini anda diharapkan
dapat menjelaskan Intervensi gizi yang meliputi, pengertian dan tujuan, hubungan
intervensi dengan diagnosis gizi, komponen intervensi gizi, pengelompokan domain dan
terminologi intervensi gizi dan monitoring evaluasi yang meliputi konsep monitoring,
kategori outcome monitoring dan evaluasi, kompoen monitoring dan evaluasi serta
cara dokumentasi monitoring dan evaluasi.

A. INTERVENSI GIZI

1. Pengertian, Tujuan dan Fungsi


Intervensi gizi adalah langkah ketiga dari asuhan gizi terstandar. Intervensi
gizi merupakan suatu tindakan yang terencana yang ditujukan untuk memperbaiki status gizi
dan kesehatan, merubah perilaku gizi dan kondisi lingkungan yang mempengaruhi
masalah gizi pasien.
Tujuan intervensi gizi adalah untuk mengatasi masalah gizi yang teridentifikasi
dalam diagnosa gizi dalam bentuk perencanaan dan penerapannya berkaitan dengan
status kesehatan individu/pasien/klien, perilaku dan kondisi lingkungan untuk
memenuhi kebutuhan gizinya. Sedangkan fungsi intervensi gizi adalah untuk
standarisasi pelayanan asuhan gizi sesuai dengan masalah gizi pasien yang spesifik
dengan pendekatan individu.

2. Hubungan intervensi dengan diagnosis gizi


Hubungan antara diagnosis gizi dan diagnosis digambarkan pada skema di bawah ini :
Gambar di atas menunjukkan bahwa intervensi gizi pada prinsipnya adalah untuk
mengatasi/menghilangkan etiologi seperti yang dicontohkan di bawah ini :
Contoh :

DIAGNOSIS GIZI INTERVENSI


P Kelebihan asupan karbohidrat Menurunkan asupan karbohidrat 10 %
dari hasil kajian asupan
E Kurang pengetahuan mengenai Edukasi gizi tentang jumlah, jenis dan
asupan karbohidrat yang sesuai waktu makan makanan sumber
karbohidrat
S Hiperglikemia (gdp 200 mg/dl)
dan HBA1C (8.2%)

Gambar dibawah ini juga merupakan hubungan antara diagnosis gizi dan
intervensi gizi yang menggambarkan bahwa etiologi tidak dapat dikoreksi oleh
intervensi gizi sehingga intervensi gizi dilakukan untuk mengatasi etiologi sehingga
tanda dan gejala dapat diperbaiki.

Kondisi yang digambarkan di atas dapat dilihat pada contoh berikut :

DIAGNOSIS GIZI INTERVENSI


P Gangguan menelan
E Komplikasi post stroke
S Hasil tes menelan, Modifikasi bentuk, frekuensi,
keluhan/laporan tersedak pada jadwal makan dan bantuan saat
saat makan makan
Contoh di atas dengan etiologi komplikasi post (setelah) stroke tidak dapat
dikoreksi/diperbaiki dengan intervensi gizi. Pada kondisi seperti ini intervensi gizi
membantu memperbaiki sign dan symtom dengan memberikan bentuk makanan yang
sesuai kondisi pasien (dimodifikasi), membantu mengatur jadwal dan frekuensi makan,
agar pasien dapat mengkonsumsi makanannya dan tidak tersedak saat makan serta
dapat memenuhi kebutuhan zat gizi.

3. Komponen intervensi gizi


Intervensi terdiri dari 2 komponen yang saling berkaitan yaitu perencanaan
dan implementasi yaitu:
a. Perencanaan
Dalam komponen ini berisi informasi rekomendasi diet/gizi berdasarkan
pengkajian/asesmen yang dibuat dietisien. Langkah langkah perencanaan adalah
sebagai berikut:
1) Tetapkan prioritas diagnosis gizi berdasarkan derajat kegawatan masalah,
keamanan dan kebutuhan pasien/klien. Intervensi diarahkan untuk
menghilangkan penyebab (etiologi dari problem), bila etiologi tidak
dapat diitangani oleh tenaga gizi maka intervensi direncanakan untuk
mengurangi tanda dan gejala masalah (sign/simptoms).
2) Pertimbangkan penuntun diet, konsesus dan regulasi yang berlaku.
3) Diskusikan rencana asuhan dengan pasien, keluarga atau pengasuh pasien.
4) Tetapkan tujuan yang berfokus pada kebutuhan pasien. Tujuan harus jelas,
hasilnya terukur dalam kurun waktu yang ditetapkan.
5) Merancang preskripsi diet. Preskripsi gizi adalah rekomendasi kebutuhan zat
gizi pasien secara individu mulai dari menetapkan kebutuhan energi,
komposisi zat gizi makro dan mikro, jenis diet secara detil termasuk strategi
pemberian seperti bentuk makanan, frekuensi makan dan rute
pemberian makanan apakah peroral, enteral dan parenteral.
6) Edukasi dan konseling gizi.

b. Implementasi
Impementasi adalah kegiatan intervensi gizi dimana tenaga gizi
mengomunikasikan rencana intervensi gizi yang sudah ditetapkan kepada
pasien/klien dan kepada pihak terkait lainnya misalnya kepada bagian produksi
makanan, perawat termasuk keluarga pasien/klien. Pada kegiatan ini perlu dilakukan
monitoring, pencatatan dan pelaporan pelaksanaan intervensi. Apabila ada
perubahan kondisi pasien/klien perlu dilakukan penyesuaian strategi intervensi.
4. Pengelompokan domain dan terminologi intervensi gizi
Pengelompokan domain dan terminologi intervensi gizi bertujuan untuk digunakan
sebagai standar bagi Dietissien/Nutrisionis di semua fasilitas layanan kesehatan.
Intervensi gizi dikelompokan dalam 4 kategori (domain) yang spesifik sebagai
berikut:
a. Pemberian makanan/ diet (Kode internasional – ND- Nutrition Delivery)
Penyediaan makanan atau zat gizi sesuai kebutuhan melalui pendekatan individu
meliputi:
1) Pemberian Makanan utama dan snack/selingan (ND.1);
2) Enteral dan parenteral ( ND.2) ;
3) Suplemen (ND.3);
4) Substansi bioaktif (ND.4);
5) Bantuan saat makan (ND.5);
6) Suasana makan (ND.4) dan
7) Pengobatan terkait gizi (ND.5).

b. Edukasi (Kode Internasional – E-Education)


Merupakan proses formal am melatih ketrampilan atau memberi pengetahuan
untuk membantu pasien/klien dalam mengelola atau memotivasi diet dan perilaku
secara vsuka rela u8ntuk menjaga atu meningkatkan kesehatannya.
Edukasi gizi meliputi :
1) Edukasi gizi tentang konten/materi yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan (E.1).
2) Edukasi gizi aplikatif yang bertujuan untuk meningkatkan sikap dan keterampilan
(E.2).

c. Konseling (C)
Konseling gizi merupakan proses pemberian dukungan pada pasien/klien
diwujudkan dengan adanya hubungan kerja sama antara dietisien dengan
pasien/klien untuk mengatasi masalah gizi kesehatan yang dirasakan klien dengan
menerapkan beberapa perubahan perilaku (ketrpilan menerapkan anjuran
diet/aktivitas). Perubahan perilaku pasien/klien tersebut diharapkan menjadi
perubahan yang berdampak pada status kesehatan/gizi yang lebih baik. Melalui
proses tersebut dietisien membantu klien menetapkan prioritas masalah, tujuan
perubahan yang akan dicapai, dan bagaimana cara mengatasi hambatan dalam
penerapannya.
d. Kordinasi asuhan gizi
Intervensi ini merupakan kegiatan dietisien melakukan konsultasi, rujukan
atau kolaborasi dan kordinasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam tim asuhan gizi
dalam merawat yang dapat membantu atau mengelola masalah gizi pasien.
Pada langkah intervensi gizi dietisien harus berpikir kritis dalam hal:
1) Menetapkan prioritas dan target/goals/tujuan.
2) Menentukan preskripsi gizi atau perencanaan intervensi gizi.
3) Menggalang hubungan interdisipliner.
4) Intervensi perilaku terkait gizi.
5) Memadukan strategi intervensi gizi dengan kebutuhan pasien/klien,
diagnosis gizi, dan nilai-nilai yang dimiliki pasien/klien.
6) Menentukan waktu dan frekuensi asuhan.

5. Domain pemberian makanan (ND)


Makan didefinisikan sebagai peristiwa memasukan sesuatu ke dalam mulut
sertamengunyah dan menelan yang mencakup berbagai bentuk terdiri dari makanan
pokok, lauk pauk daging/ikan/ayam, buah-buahan dansayuran, dan susuatau hasil
produknya. Makanan Selingan/snak didefinisikan sebagaimakanan yang disajikan di
antara waktu makan.
a. Makanan Utama dan Makanan Selingan (ND 1).
Dalam pemberian intervensi berupa makanan utama dan makanan selingan pemberian
harus jelas dan spesifik dalam bentuk/jenis makanan, jumlah nilai gizi, jumlah
bahan makanan serta jadwal makan. Pemberian intervensi disesuaikan dengan kondisi
pasien dan bentuk pemberiannya berupa :
1) Makanan Biasa (diet makanan sehat).
2) Komposisi makanan utama /makanan selingan.
3) Tekstur Makanan : Modifikasi bentuk makanan berupa cair, saring, lunak,
biasa.
4) Modifikasi diet Energi (Diet rendah energy/kalori, diet tinggi energy/kalori).
5) Modifikasi diet Protein (Diet rendah protein, Diet tinggi protein).
6) Modifikasi diet Karbohidrat (Diet rendahkarbohidrat, Diet tinggi karbohidrat
komplek).
7) Modifikasi diet lemak (Diet rendahlemak, Diet rendah kolesterol).
8) Modifikasi diet serat (Diet tinggi serat, Diet rendah sisa).
9) Modifikasi diet cair (Diet cairpenuh, Diet Cair jernih, Diet cairtanpa susu).
10) Modifikasi diet spesifik /Diet khusus ( Diet dengan perhitungan khusus).
11) Modifikasi diet terkait vitamin.
12) Modifikasi diet terkait mineral.
13) Jadwal makan/cairan (sebagai contoh jam makan utama & minum Pk.
7.00, Pk.12.00, Pk 18.00 jadwal makanan selingan Pk. 10.00, Pk 16.00.
14) Makanan tertentu/minuman atau lainnya.

Pemberian intervensi makanan utama dan makanan selingan diberikan sesuai


dengan diagnosis gizi, etiologi, sygns dan symptoms, dan pertimbangan lain
yaitu: kondisi dimana perlu negosiasi dengan pasien, bial memerlukan kebutuhan
khusus, kesiapan pasien terhadap perubahan berdasarkan :
1) Kepatuhan dan ketrampilan pasien.
2) Kemampuan dalam membelimakanan (social ekonomi).
3) Kemampuan untuk mengubah perilaku dan mematuhi diet.
4) Ketersediaan/akses untuk tindak lanjut intervensi gizi (monev) ke tenaga gizi.
Contoh : Pemberian Makanan utama dan makanan selingan

Diagnosis gizi overweight berkaitan dengan kelebihan asupan energi


ditandai dengan BMI 29 dan estimasi kelebihan
asupan energi

Tujuan intervensi Menurunkan berat badan 2 kg dalam 1 bulan

Rencana Bentuk Makanan biasa/lunak Diet Rendah kalori 1500


kalori Jadwal makan utama 3 kali selingan 2 kali pk.7
pagi, pk.12.00 siang,pk.18.00 malam,selingan pk
10.00 dan pk.16.00. Asupan air cukup Jalur per oral

b. Enteral (ND 2.1)


Salah satu bentuk penanganan masalah-masalah gizi adalah dengan menggunakan zat
gizi pendukung. Zat Gizi pendukung khusus (SNS = Specialized Nutrition Support)
didefinisikan sebagai suatu ketentuan untuk pemberian zat gizi baik secara
oral, enteral, atau parenteral dengan maksud untuk keperluan terapi termasuk
ketentuan pemberian secara total enteral atau parenteral dan ketentuan
terapi gizi guna mempertahankan dan atau meningkatkan status gizi dan
kesehatan.
Makanan Enteral (ME) adalah satu metode untuk memastikan kecukupan zat gizi
pada individu yang tidak mampu, tidak mau, dan tidak mungkin nenenuhi
kebutuhan gizinya melalui makan yang normal (Patricia W, 2003). Sedangkan
nenurut ASPEN (2002) ME merupakan suatu metode penyampaian makanan
pada individu yang tanpa kemauannya sendiri melalui tube feeding ke dalam
saluran cerna. Pemberian makanan enteral dapat dilakukan sebagai total terapi
ataupun suplementasi asupan gizi.
Dalam pemberian makanan enteral harus memperhatikan hal berikut :
1) Nama/deskripsi makanan enteral, kalori/ml, bahan tambahan, nilai gizi
makro.
2) Jalur pemberian makanan enteral.
3) Frekuensi dan volume/pemberian.

Pemberian intervensi makanan enteral diberikan pada kondisi sesuai dengan diagnosis
gizi, etiologi, tanda dan gejala dan pertimbangan lain yaitu : kondisi dimana
perlu negoisasi dengan pasien karena adanya kebutuhan dan keinginan pasien yang
khusus, serta kesiapan terhadap perubahan berdasarkan :
1) Kondisi end of life/dalam perawatan paliatif.
2) Asupan gizi lainnya (oral, enteral dan parenteral).
3) Ketersediaan makanan.
Contoh : Parenteral

Diagnosis gizi Perubahan Fungsi saluran cerna berkaitan dengan


penurunan
fungsi eksokrin ditandai dengan gangguan pankreas
Tujuan intervensi Memberikan makanan parenteral
Rencana Bentuk makanan Parenteral (berkoordinasi dengan DPJP) Diet :
Energi 1500 kalori Protein 54 g, lemak 76 g, KH 145 g
Jenis Makanan parenteral :Kabiven
Jadwal pemberian kontinyu, tetesan disesuaikan dengan
koordinasi dengan DPJP.
Akses/jalur pemberian vena sentral

c. Medical Food Suplement (ND 3.1)


Pemberian suplemen atau makanan jadi komersial untuk menambah asupan
energi, protein, lemak dan serat serta tambahan vitamin dan mineral. Dalam
pemberian intervensi ini harus memperhatikan hal berikut :
1) Rekomendasi secara individu, komposisi, tipe, frekuensi, waktu pemberian
dan pemberhentian pemberian suplemen oral.
2) Deskripsi tujuan dari suplemen, misalnya untuk menambahkan sumber
energi, protein, lemak, karbohidrat, serat).
Pemberian intervensi ini diberikan pada kondisi sesuai dengan diagnosis gizi,
etiologi , tanda dan gejala serta pertimbangan lain yang memerlukan negoisasi
dengan pasien adanya kebutuhan dan keinginan pasien yang khusus, serta
kesiapan perubahan seperti nafsu makan dan adanya pemberian bantuan.
Contoh: Medical food suplemen:

Diagnosis gizi Asupan protein dan energi tidak adekuat berkaitan


dengan
menurunnya kemampuan mengkonsumsi ditandai dengan
estimasi asupan kurang dari kebutuhan
Tujuan intervensi Meningkatkan asupan protein dan energi mencapai lebih
atau sama dengan 80%
Rencana Bentuk makanan enteral sesuai dengan kondisi medis tertentu
Diet : Diabetes makanan, Cair DM
Penyakit Ginjal Kronik, Cair rendah
protein Konstipasi, Cair tinggi serat
Jadwal : 2 kali sehari pk 10.00 dan 16.00 atau sesuai
kebutuhan
Jalur makanan per oral

d. Suplemen Vitamin dan Mineral (ND 3.2)


Pemberian tambahan vitamin dan mineral yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan. Dalam pemberian intervensi ini harus memperhatikan Rekomendasi secara
individu, komposisi, jadwal, dosis dan pemberhentian pemberian. Pemberian
suplemen tidak bisa diberikan oleh dietisien secara mandiri, tetapi
berdasarkan pertimbangan tim asuhan gizi yang diketuai oleh dokter
penanggung jawab pasien.
Pemberian intervensi ini diberikan pada kondisi sesuai dengan sasaran di diagnosis gizi,
antara lain berdasarkan diagnosis gizi, etiologi, tanda dan gejala serta
pertimbangan lain yaitu perlu negoisasi dengan pasien karena adanya kebutuhan
dan keinginan khusus pasien, serta kesiapan terhadap perubahan seperti
misalnya:
1) Pada populasi tertentu yang membutuhkan suplemen vitamin dan
mineral berdasarkan hasil penelitian.
2) Ketersediaan bahan.

Contoh : Tambahan vitamin


e. Manajemen Subtansi Bioaktif (ND 3.3)
Penambahan maupun perubahan subtansi bioaktif dalam makanan misalnya
stanol dan sterol ester pada tanaman, pisillium, food additives dan substansi
bioaktif lainnya. Dalam pemberian intervensi ini harus memperhatikan dosis, bentuk,
jalur, penghentian dari pemberian substansi bioaktif.
Pemberian intervensi ini diberikan pada kondisi sesuai diagnosis gizi, etiologi,
tanda dan gejala serta pertimbangan lain yang membutuhkan negoisasi dengan
pasien karena adanya kebutuhan dan keinginan khusus pasien, serta kesiapan
terhadap perubahan antara lain berdasarkan : populasi tertentu yang
membutuhkan suplemen substansi bioaktif berdasarkan hasil penelitian dan
ketersediaan bahan.
Contoh : Managemen substansi bioaktif

Diagnosis gizi Asupan bioaktif (serat) sub optimal berkaitan dengan


kurang mengkonsumsi makanan sumber serat ditandai
dengan meningkatnya kholesterol
Tujuan intervensi Meningkatkan asupan serat mencapai 25 gram/hari
Rencana Bentuk makanan biasa/lunak
Diet tinggi serat
Jadwal makanan 3 kali makanan utama 2 kali makanan
selingan buah,
Pemberian sumber protein nabati/kedele, tumbuhan
sumber stanol dan sterol (buah, sayur kubis, minyak
sayur, kacang2an)

f. Bantuan pemberian makanan (ND 4)


Bantuan atau akomodasi yang dirancang untuk mendukung kemampuan makan pasien
agar dapat memenuhi kebutuhan gizi yang adekuat dan mengurangi kejadian
penurunan berat badan yang tidak direncanakan dan dehidrasi. Dalam pemberian
intervensi ini harus memperhatikan kondisi spesifik seperti penyesuaian peralatan,
posisi makan, isyarat untuk makan, program dan latihan makan, perawatan mulut,
fasilitas pendukung dan seleksi menu.
Pemberian intervensi ini diberikan pada kondisi sesuai denga diagnosis gizi,
etiologi, tanda dan gejala serta pertimbangan lain yang memerlukan negoisasi
dengan pasien karena adanya kebutuhan dan keinginan khusus serta kesiapan
terhadap perubahan antara lain :
1) Dukungan bantuan makanan yang tersedia.
2) Lingkungan yang tidak mendukung asupan adekuat.
3) Kurangnya sumber daya untuk membantu makanan misalnya orang
yang membantu, metode dan terapis.
4) Kemampuan untuk mengerti alasan dibalik rekomendasi adanya perubahan.

Contoh : Bantuan Pemberian Makan

Diagnosis gizi Tidak adekuat nya asupan energi berkaitan dengan


menurunnya
daya ingat ditandai penurunan berat badan
Tujuan intervensi Meningkatkan asupan energi sampai dengan 80-100%
Rencana Bentuk makanan biasa/lunak
Diet energi 1700 kalori, protein 60
g Jalur makanan per oral
Jadwal makan 3 kali makanan utama 2 kali makanan
selingan Koordinasi dengan perawat/care giver untuk
memberikan
makan dan Mengingatkan/isyarat waktu makan

g. Lingkungan Pemberian Makan (ND 5)


Kondisi fisik misalnya lingkungan, temperatur, kenyamanan dan interaksi yang berada
dilokasi tempat diberikannya makanan yang dapat berdampak terhadap konsumsi
makanan. Dalam pemberian intervensi ini harus memperhatikan pemilihan meja
makanan, warna, susunan dan ketinggan. Faktor lainnya adalah temperatur
ruangan, pencahayaan, jadwal makanan, pilihan menu, penguat nafsu makan,
posisi dan meminimalisir pengganggu/pengharum ruangan serta harus
memperhatikan interaksi sosial.
Pemberian intervensi ini diberikan pada kondisi sesuai dengan diagnosis gizi,
etioogi, tanda dan gejala serta pertimbangan lain yang memerlukan negoisasi
dengan pasien karena adanya kebutuhan dan keinginan khusus serta kesiapan
terhadap perubahan yaitu ketersediaan sumber daya untuk memperbaiki dan
memodifikasi lingkungan makan.
Contoh : Lingkungan Pemberian Makan

Diagnosis gizi Asupan oral tidak adekuat berkaitan dengan


ketidakmampuan
makan dengan cara tertentu ditandai ketidakmampuan
makanan secara mandiri
Tujuan intervensi Meningkatkan asupan makan per oral sampai dengan
80%
Rencana Bentuk makanan biasa/lunak
Diet energi 1900 kalori, protein 60 g Jalur makanan per
oral Jadwal makan 3 kali makanan utama 2 kali makanan
selingan Koordinasi dengan perawat/care giver untuk
memberikan makan dengan alat makanan yang tepat
dan situasi yang
nyaman

h. Pengaturan Gizi yang Berkaitan Dengan Tindakan Medis (ND 6)


Modifikasi pengobatan dan herbal untuk mengoptimalisasi status gizi atau status
kesehatan pasien.
Dalam pemberian intervensi ini dapat berupa :.
1) Jenis pengobatan spesifik diberikan misalnya insulin, obat peningkat nafsu makan
dan enzim dengan dosisi, jadwal dan rute yang jelas
2) Pemberian herbal misalnya minyak pepermint, probiotik dan lainnya yang
harus dicantumkan dengan jelas dosisi, bentuk, jadwal dan rutenya.
3) Jenis pengobatan yang spesifik diberikan misalnya : insulin, obat peningkay
nafsu makan dan enzym dengan dosis, jadwal dan rute yang jelas.

Pemberian intervensi ini diberikan pada kondisi sesuai diagnosis gizi, etiologi,
tanda dan gejala serta pertimbangan lain yang memerlukan negoisasi dengan
pasien karena adanya kebutuhan dan keinginan khusus serta kesiapan terhadap
perubahan yaitu berdasarkan:
1) Ketersediaan akses ke petugas farmasis klinik.
2) Tersedianya tenaga praktisi yang bersertifikat telah mengikuti pelatihan dan
pendidikan pharmakologi.
Contoh : Pengaturan Gizi yang Berkaitan Dengan Tindakan Medis (ND 6)

Diagnosis gizi Perubahan gizi terkait dengan nilai labolatorium


berkaitan
dengan hiperglikemia ditandai dengan diabetes
Tujuan intervensi Membantu mengontrol kadar gula darah
Rencana Bentuk makanan biasa/lunak/cair
Diet Diabetes 1500 kalori
Jalur makanan per oral
Jadwal makan 3 kali makanan utama 2 kali makanan
selingan Koordinasi dengan dokter terkait dengan
pemberian insulin
6. Domain Edukasi (E)
Edukasi gizi diberikan untuk meningkatkan pengetahuan klien/pasien. Edukasi gizi
merupakan proses formal untuk memberikan anjuran atau melatih pasien/klien untuk
suatu ketrampilan atau menanamkan pengetahuan untuk menolong pasien/klien secara
suka rela mengatur atau memodifikasi makanan, gizi, aktivitas fisik dan perilaku yang
dipilih untuk mempertahankan dan memperbaiki kesehatan.
a. Komponen Edukasi Gizi
Edukasi gizi dalam intervensi terdiri dari dua klas,yaitu :
1) Konten/materi edukasi (kode internasional : E-1).
Memberi anjuran atau melatih yang diharapkan untuk meningkatkan
pengetahuan terkait gizi.
2) Penerapan edukasi gizi (Kode Internasional: E-2).
3) Memberi anjuran dan melatih pasien untuk meningkatkan pemahaman dan
ketrampilan terkait gizi.

Sasaran masalah gizi pasien/klien yang harus diberikan edukasi gizi adalah :
1) Kurangnya pengetahuan, misalnya belum pernah mendapatkan informasi
gizi baik edukasi individu maupun penyuluhan gizi.
2) Adanya ketertarikan atau minat terhadap pengetahuan gizi, misalnya pada
lien/pasien yang datang ke tenaga gizi untuk mengetahui informasi gizi
tertentu.
3) Pernah mendapatkan informasi yang salah, misalnya pada ibu hamil yang
pernah mendapatkan informasi tertentu terkait mitos.

Contoh dalam memberikan intervensi edukasi gizi :


1) Menjelaskan hubungan gizi dengan penyakit.
2) Menjelaskan manfaat makan untuk membantu penyembuhan penyakit (mis :
ditujukan pada pasien dengan asupan makan rendah/tidak nafsu
makan).
3) Menjelaskan hubungan gizi, aktivitas fisik dengan kesehatan/penyakit.
4) Interaksi zat gizi dan obat yang digunakan pasien/klien.

Hal yang perlu diperhaikan dalam pemberian edukasi gizi adalah :


1) Pengetahuan dasar yang telah dimiliki oleh pasien/klien.
2) Cara belajar pasien/klien berbeda satu dengan yang lain.
3) Adanya pendamping pasien/klien saat diberikan edukasi.
Contoh :

Diagnosis gizi Kurangnya asupan energi berkaitan dengan kurangnya


pengetahuan gizi ditandai asupan 70% kebutuhan
Tujuan intervensi Meningkatkan asupan energi mencapai 100%
Rencana Diberikan edukasi gizi dengan materi :
- Kebutuhan gizi individu
- Cara meningkatkan asupan energi
- Memilih makanan dengan densitas energi dan
protein tinggi

7. DOMAIN konseling gizi (c)


Konseling gizi merupakan proses pemberian dukungan pada pasien/klien yang ditandai
dengan adanya hubungan kerjasama antara konselor dengan pasien/klien dalam
menentukan prioritas makanan, gizi dan aktivitas fisik, tujuan/target, rancangan
kegiatan yang dapat diterima dan dapat mendukung rasa tanggung jawab untuk
merawat dirinya sendiri untuk mengatasi masalah yang ada dan untuk
meningkatkan kesehatan.
Konseling Gizi dalam proses asuhan gizi terstandar meliputi :
a. Dasar/Pendekatan Teori (C-1)
Dasar/Pendekatan Teori (C-1) adalah teori-teori atau model-model yang digunakan
untuk perencanaan dan penerapan intervensi. Teori-teori dan model model teoritis
berisi prinsip-prinsip, konsep-konsep dan variabel-variabel yang memberikan
penjelasan secara sistematis tentang proses perubahan perilaku manusia diantaranya :
1) Cognitive-Behavioral Theory (CBT)
Cognitive-Behavioral Theory (CBT) adalah pendekatan perilaku yang berdasarkan
dan berhubungan langsung dengan faktor internal berupa pola berfikir dan
faktor eksternal berupa rangsangan dari lingkungan yang berkaitan dengan
masalah perilaku dimana dapat digunakan untuk mempengaruhi perubahan
perillaku. Tujuan dari pendekatan CBT adalah membantu pasien/klien untuk
mengindentifikasi perilaku yang dapat dirubah menjadi lebih baik.
2) Health Belief Model (HBM)
Health Belief Model (HBM) adalah model pendekatan psikologi yang
difokuskan pada sikap dan keyakinan individu dalam upaya menjelaskan
dan memprediksi perilaku kesehatan.
HBM berdasarkan asumsi bahwa seseorang akan termotivasi untuk
melakukan tindakan berkaitan dengan kesehatannya apabila dia :
a) Merasakan bahwa efek negatif dari kondisi penyakitnya (misal
penderita diabetes) dapat dihindari atau dikendalikan.
b) Memiliki harapan yang positif, bahwa dengan menerapkan anjuran dia
akan terhindar dari dampak negatif (komplikasi) penyakitnya (mis
mengendalikan gula darah bisa menjaga penglihatan matanya.
c) Mempunyai keyakinan bahwa ia akan berhasil dalam menerapkan
anjuran gizi dan kesehatan.

Penerapan HBM umumnya sangat membantu tenaga gizi dalam


merancanakan intervensi pada individu dengan penyakit terkait gizi seperti
: diabetes, kadar kolesterol tinggi dan atau hipertensi.
3) Social Learning Theory
Merupakan teori yang menggunakan pendekatan keterampilan kognitif
sosial yang dapat membantu untuk perubahan peilaku pasien/klien. Pada
pendekatan kita harus mengidentifikasi adanya hubungan antara
lingkungan, individu dan perilaku.
4) Transtheoretical Model/Stages of Change
Model ini menunjukan tahapan dari perubahan yang melibatkan sikap dan
minat serta perilaku dalam mencapai perubahan perilaku yang baik yang
terdiri dari tahapan prekontemplasi, kontemplasi, persiapan, aksi dan
maintanance.

b. Strategi (C-2)
Metode perubahan perilaku dilakukan untuk merubah perilaku seseorang
membutuhkan strategi khusus sehingga dapat menerapkan praktek pengetahuan gizi
yang telah diberikan. Strategi harus menggunakan pendekatan teori yang
telah tercantum di pendekatan teori (c1). Intervensi dapat berupa pemecahan
masalah, peneapan tujuan bersama, pemberian reward, dkungan kelompok,
manajemen stres dan monitoring mandiri.
Contoh intervensi konseling gizi :

Diagnosis gizi Tidak siap menjalankan rekomendasi gizi berkaitan dengan


kurangnya kesempatan mempersiapkan makanan karena
kesibukan bekerja ditandai oleh tidak pernah sarapan pagi
dan
tidak jarang mengkonsumsi buah/sayur
Tujuan intervensi Mempersiapkan klien untuk menjalankan anjuran gizi pada
kunjungan berikutnya
Preskripsi Diberikan konseling gizi dengan materi :
- Merencanakan menu sarapan yang praktis
- Membawa buah/sayur dari rumah
- Melibatkan keluarga dalam mempersiapkan makanan
- Menjelaskan cara memilih makanan apabila membeli
makanan di luar rumah
Contoh kasus :
Pasien wanita usia 60 tahun, pensiunan pns tinggal dengan suami dan ada
pembantu yang datang setiap hari unutk membersihkan rumah dan halaman
rumah serta mencuci dan mennyeterika. Aktivitas se hari-hari menonton tv dan
seminggu 2 kali ikut pengajian di masjid dekat rumahnya, sebulan sekali arisan
keluarga bersama suaminya dengan mobil paling jauh memakan waktu 1 jam. Tb
155 cm, bb 65 kg dirawat dirumah sakit dengan keluhan lemas dan pusing.
Pemeriksaan tekanan darah 180/100 mmhg. Kolesterol darah total 280 gr/dl.
Pasien mempunyai riwayat penyakit hipertensi 2 tahun sebelumnya tetapi tidak
patuh minum obat yang diberikan dokter serta merasa kesulitan menghindari
makanan yang banyak mengandung garam. Setiap masakan yang dimasak oleh
selalu menggunakan bumbu penyedap, senang makanan gurih- gurih, ngemil
kacang/ceriping/rempeyek/kerupuk goreng. Selalu tersedia kecap meja untuk
menambah rasa masakan. Sayur lebih suka dimasak dengan santan dan hanya 1
kali/minggu makan buah seperti : pisang, papaya, jeruk atau mangga.
Contoh intervensi edukasi konseling gizi yang diberikan :

STRATEGI INTERVENSI
TERMINOLOGI
HASIL KAJIAN KASUS EDUKASI DAN
DIAGNOSA GIZI (PES)
KONSELING
Problem perilaku  Tidak patuh anjuran diet  Jelaskan dampak dan
 Gizi lebih kaitan antara penyakit
Etiologi  Kurang pengetahuan hipertensi, obesitas,
 Kurang motivasi pola makan tidak
 Kurang ketrampilan dalam seimbang dan aktifitas
modifikasi diet dan fisik yang kurang
mengendalian diri (E)
Tanda/gejala  Tekanan darah diatas  Jelaskan makanan
normal yang banyak
 IMT : 27 (gizi lebih) mengandung natrium
 Asupan makan tinggi yang sebaiknya
natrium dibatasi (gunakan
 Kurang konsumsi sayur liflet) (E)
dan  Jelaskan/demonstrasi
buah pengolahan/modifikasi
 Kurang aktivitas fisik makann rendah
natrium (gunakan
liflet/ contoh
resep/cara modifikasi
makanan rendah
garam (E)
 Jelaskan manfaat/
keuntungan yang akan
STRATEGI INTERVENSI
TERMINOLOGI
HASIL KAJIAN KASUS EDUKASI DAN
DIAGNOSA GIZI (PES)
KONSELING
dirasakan dimasa yang
akan datang dengan
mengikuti anjuran
yang diberikan (E)
 Gali potensi diri yang
ada untuk melakukan
perubahan (C)
 Gali hambatan yang
dirasakan untuk
melakukan perubahan
dan berikan
beberapa alternatih
pilihan
perubahan perilaku (C)

8. Domain Koordinasi Asuhan Gizi (RC)


Adalah kegiatan konsultasi, melakukan rujukan atau melakukan koordinasi dengan
tenaga kesehatan/institusi/fasilitas pelayanan lainnya yang dapat membantu mengatasi atau
mengelola masalah-masalah pasien/klien terkait gizi. Kordinasi gizi ini meliputi :
a. Kolaborasi atau pelayanan rujukan selama pasien mendapat pelayanan gizi (RC-1) yaitu
memfasilitasi pelayanan atau pemberian intervensi bersama dengan tim tenaga
kesehatan lainya (dokter dan atau perawat), institusi atau siapapun yang
dapat mewakili pasien selama pasien mendapat pelayanan gizi.
b. Memberhentikan atau mentransfer asuhan gizi ke fasilitas pelayanan kesehatan
lain atau penyedia layanan lainnya, sperti misalnya ke panti jompo (RC, 2),
yaitu merencanakan pemberhentian pelayanan gizi atau melakukan rujukan
pelayanan gizi dari suatu tingkat pelayanan kesehatan ke tingkat pelayanan
kesehatan lainnya atau kelokasi pelayanan lainnya.
Contoh :
Diagnosis gizi Kurangnya asupan energi berkaitan dengan kondisi pasca
stroke sehingga tidak mandiri dalam makan diandai oleh
asupan 60% dari kebutuhan
Tujuan intervensi Meningkatkan asupan energi sampai dengan 100% dalam 3
hari perawatan
Rencana - Diet 1800 kkal protein protein 115 gram
- Bentuk makanan nasi lunak - jalur makanan per oral
- Terdiri dari 3 kali makanan utama dan 2 kali
makanan selingan
- Koordinasi dengan perawat untuk memberikan bantuan
makan
B. MONITORING DAN EVALUASI GIZI

1. Pengertian Monitoring dan Evaluasi Gizi


Monitoring dan evaluasi gizi merupakan langkah ke-4 dari PAGT, terdiri dari
kata monitoring dan evaluasi. Monitoring berarti kegiatan mengikuti suatu program
dan pelaksanaannya secara mantap, teratur dan terus-menerus dengan cara mendengar,
melihat dan mengamati serta mencatat keadaan dan perkembangan program tersebut.
Sedangkan evaluasi berarti proses untuk menentukan nilai atau harga dari sebuah
program menuju pada tujuan akhir yaitu menghasilkan keputusan mengenai
penerimaan, penolakan atau perbaikan inovasi.
Monitoring gizi adalah mengkaji ulang dan mengukur secara terjadwal
indikator asuhan gizi dari status pasien sesuai dengan kebutuhan yang ditentukan,
diagnosis gizi, intervensi dan outcome/keluaran asuhan gizi. Evaluasi gizi adalah
membandingkan secara sistematik data-data saat ini dengan status sebelumnya, tujuan
intervensi gizi, efektifitas asuhan gizi secara umum dan atau rujukan standar. Outcome
asuhan gizi adalah hasil dari asuhan gizi yang secara langsung berkaitan dengan diagnosis
gizi dan tujuan intervensi yang direncanakan. Indikator asuhan gizi adalah penanda
(marker) yang dapat diukur dan dievaluasi untuk menentukan efektivitas asuhan
gizi.

2. Tujuan Monitoring dan Evaluasi Gizi


Pada dasarnya monitoring dan evaluasi gizi bertujuan untuk menentukan sampai
dimana perkembangan yang ada serta pencapaian tujuan dan outcome yang
diharapkan.

3. Peranan Monitoring & Evaluasi Gizi


Monitoring dan evaluasi gizi merupakan komponen kritis dalam proses asuhan gizi
karena tahap ini :
a. Mengidentifikasi ukuran perubahan atau outcome pasien/klien yang penting dan
relevan dengan diagnosis gizi dan intervensi gizi.
b. Menggambarkan bagaimana mengukur dan mengevaluasi outcomeoutcome tersebut
dengan sebaik-baiknya.

4. Hubungan Monitoring dan EvaluasiGizi Dengan Tahap Lain


Hubungan monitoring dan evaluasi gizi sebagai kegiatan yang dilakukan setelah
intervensi gizi adalah untuk menjawab pertanyaan: “Apakah strategi intervensi gizi
dapat menyelesaikan diagnosis gizi, etiologinya dan atau tanda dan gejalanya?”.
Gambaran tersebut dapat dilihat pada bagan di bawah ini:
Gambar 1.7
Hubungan Monitoring Gizi

Data yang digunakan dalam asesmen gizi dengan monitoring dan evaluasi
cenderung sama, namun tujuan dan penggunaan data tersebut berbeda. Pada
monitoring dan evaluasi gizi, data digunakan untuk mengevaluasi dampak dari intervensi
gizi sesuai dengan outcome dan indikator asuhan gizi. Pada langkah ini secara jelas
didefinisikan outcome asuhan gizi secara spesifik. Contohnya, seorang pasien yang baru
didiagnosis hiperlipidemia, mungkin akan memiliki tujuan yang berhubungan dengan
pengetahuan gizi serta asupan lemak, serat dan energi, juga terkait dengan hasil
pengukuran biokimia dari total Cholesterol dan Cholesterol LDL. Dietisien mungkin
akan mengembangkan sebuah “action plan” (rencana tindak lanjut) untuk secara
periodik memonitor, mengevaluasi dan mendokumentasikan tentang pengetahuan gizi,
asupan lemak dan atau lemak jenuh serta nilai laboratorium terkait profil lipid.
5. Sumber data dan instrumen monitoring & evaluasi gizi
Data yang digunakan dalam monitoring dan evaluasi gizi dapat bersumber dari
data yang telah tercantum dalam rekam medis atau data yang perlu ditambahkan
setelah asuhan gizi terlaksana. Untuk memonitor dan mengevaluasi perkembangan
pasien/ klien/klien, maka instrumen yang mungkin digunakan sebagai berikut:
a. Kuesioner pasien/klien/klien.
b. Survey-survey.
c. Pre-test dan post-test.
d. Interview pasien/klien/klien atau dengan anggota keluarga.
e. Pengukuran antropometrik.
f. Hasil tes biokimia atau tes medis.
g. Instrumen asupan makanan dan gizi.
h. Pemeriksaan fisik terkait gizi.

Instrumen yang digunakan pada point 5 - 8 dapat dilihat penjelasannya pada


Materi Inti 1 yaitu Asesmen Gizi, sedangkan untuk instrumen 1-4 harus disiapkan oleh
dietisien dalam rencana monitoring dan implementasinya sesuai dengan outcome dan
indikator asuhan gizi pasien / klien.

6. Katagori outcome asuhan gizi


a. Konsep Outcome
Asuhan gizi harus menghasilkan perubahan penting untuk meningkatkan kualitas
perilaku dan atau status gizi. Pada kondisi pasien / klien rawat jalan dan
masyarakat, outcome mungkin termasuk peningkatan pemahaman pasien /
klien terhadap kebutuhan makanan dan gizi serta kemampuan dan motivasi
untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Sedangkan di rumah sakit outcome dapat
termasuk peningkatan pada parameter biokimia atau pada pemahaman dasar
terhadap preskripsi gizi. Pada fasilitas pelayanan kesehatan jangka panjang,
outcome dapat termasuk peningkatan kemampuan seorang pasien/klien/klien
untuk dapat makan secara mandiri dan pengurangan kebutuhan dukungan
nutrisi enteral elemental.
b. Karakteristik Outcome Asuhan Gizi
Karakteristk outcome asuhan gizi adalah sebagai berikut :
1) Menggambarkan hasil kinerja dietisien dan asuhan gizi secara independen.
2) Dapat dihubungkan dengan tujuan intervensi gizi.
3) Dapat dukur dengan instrumen dan sumber daya yang ada.
4) Terjadi pada periode waktu yang sesuai.
5) Bersifat logis dan secara biologis atau psikologis dapat menjadi batu
loncatan untuk outcome pelayanan kesehatan lain (seperti kesehatan dan
penyakit; biaya, dan outcome pasien/klien).

c. Domain Outcome Asuhan Gizi


Ada 4 domain asuhan gizi yang digunakan untuk mengukur out come asuhan gizi
yaitu:
1) Riwayat terkait gizi dan makanan
Penjelasan rinci untuk pengukuran dan pencatatan data riwayat terkait
makanan dan gizi dapat dilihat pada Materi Topik 1 Asesmen/Asesmen Gizi.
Data biokimia, tes medis dan prosedur meliputi data laboratorium (elektrolit,
gukosa, profil protein dan lipid) dan tes (seperti waktu pengosongan
lambung, resting metabolic rate, dll). Penjelasan rinci untuk pengukuran
dan pencatatan data biokimia, tes medis dan prosedur dapat dilihat pada
Materi Inti I Asesmen Gizi.
2) Pengukuran antropometri meliputi tinggi badan, berat badan, indeks massa
tubuh (IMT), rangking indeks/persentil pola pertumbuhan dan riwayat berat
badan. Penjelasan rinci untuk pengukuran dan pencatatan data
antropometri dapat dilihat pada Materi Inti I Asesmen Gizi.
3) Pemeriksaan fisik fokus gizi termasuk temuan evaluasi sistem tubuh, otot
dan lemak subkutan, kesehatan mulut, kemampuan menghisap/
mengunyah/menelan serta nafsu makan dan pengaruhnya. Penjelasan rinci
untuk pengukuran dan pencatatan data pemeriksanan fisik fokus gizi dapat
dilihat pada Materi Inti I Asesmen Gizi.
4) Domain Riwayat Klien
Domain Riwayat Klien yang tidak dibutuhkan dalam kegiatan monitoring dan
evaluasi gizi. Oleh karena itu terminologi atau bahasa baku pada Monitoring
dan Evaluasi Gizi sama dengan terminologi atau bahasa baku pada
Asesmen Gizi.

d. Cara monitoring dan evaluasi


1) Monitoring perkembangan
a) Periksa pemahaman dan penerimaan pasien terhadap intervensi gizi.
b) Tentukan jika intervensi sudah dilaksanakan dalam bentuk preskripsi.
c) Menyediakan bukti bahwa intervensi gizi dapat atau tidak dapat
merubah perilaku atau pasien.
d) Identifikasi outcome positif atau negatif.
e) Menggali informasi tentang penjelasan dan alasan yang
mengidentifikasikan tidak adanya atau kurangnya pencapaian.
f) Kesimpulan yang didukung bukti-bukti.

2) Mengukur hasil
a) Pilih indikator asuhan gizi untuk mengukur hasil yang diinginkan.
b) Gunakan indikator asuhan yang terstandar untuk meningkakan
validitas dan realibilitas pengukuran perubahan.

3) Evaluasi hasil
a) Bandingkan data yang di monitor dengan tujuan intervensi gizi atau
standar rujukan untuk mengkaji perkembangan dan untuk menentukan
tindakan selanjutnya.
b) Evaluasi dampak dari keseluruhan intervensi terhadap hasil kesehatan
pasien secara menyeluruh.

e. Kesimpulan hasil monitoring dan evaluasi


Contoh hasil monitoring adalah sebagai
berikut :
1) Aspek Gizi.
2) Aspek status klinis dan kesehatan.
3) Aspek pasien.
4) Aspek pelayanan kesehatan.
i. Alur monitoring dan evaluasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan Monitoring dan Evaluasi Gizi
sebagai berikut :

DIAGRAM ALUR

FASE
1

Monitor Perkembangan : Evaluasi Outcome :


Pengukuran Outcome :
Check pemahaman Bandingkan data
Pilih indikator Asuhan
pasien dan kesesuaian monitoring dengan
Gizi untuk mengukur
dengan intervensi gizi tujuan atau
outcome yang
Tentukan apakah preskripsi gizi atau
diharapkan
intervensi dapat standar rujukan
Gunakan standar
diimplementasi sesuai untuk asesmen
indikator asuhan
FASE 2gizi FASE 3
preskripsi gizi perkembangan dan
untuk meningkatkan
Sediakan Instrumen menentukan tindak
validitas dan
(bukti) bahwa lanjutnya
reliabilitas
intervensi gizi tidak Evaluasi dampak dari
pengukuran perubahan
dapat atau dapat kesimpulan seluruh
yg terjadi
merubah perilaku atau intervensi pada
kondisi pasien outcome kesehatan
Identifikasi pencapaian pasien
outcome (baik negaitif

Sumber : Modul Pelatihan TOT Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) bagi Tenaga Gizi
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Dit. Gizi Kemenkes RI, WHO, PERSAGI, AsDI. 2014

D. CARA MENDOKUMENTASIKAN ASUHAN GIZI

1. Pengertian Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan proses yang sedang terjadi dimana hal ini
mendukung seluruh langkah pada Proses Asuhan Gizi Terstandar.
2. Tujuan
Memberikan informasi yang menggambarkan perkembangan pasien, ketercapaian
tujuan intervensi dan penyelesaian masalah pada diagnosis gizi.
3. Prinsip-Prinsip
Dokumentasi yang bermutu harus mencantumkan beberapa hal seperti:
a. Waktu dan tanggal.
b. Indikator yang diukur, hasil dan metode untuk pengukuran yang diperlukan.
c. Kriteria sebagai pembanding indikator (contoh preskripsi gizi/tujuan
intervensi atau standar referensi).
d. Faktor-faktor yang medukung atau menghambat perkembangan.
e. Beberapa outcome positif atau negatif yang lainnya.
f. Rencana asuhan gizi yang akan datang, monitoring gizi serta tindak lanjut
(follow- up) atau menghentikan asuhan gizi.

4. Cara Dokumentasi
Contoh :

Proses Asuhan
Tanggal Catatan
Gizi Terstandar
15/7/ 2013 Asesmen Berdasarkan 3 hari catatan makanan, konsumsi
Kunjungan lemak 120 gr/hari. Makanan dari restoran
awal yang sering dikonsumsi adalah jenis
Asesmen makanan yang
tinggi lemak. IMT pasien = 29
Diagnosis gizi Kelebihan asupan lemak berkaitan dengan
keterbatasan akses untuk mendapatkan makanan
sehat selama mengkonsumsi makanan di restoran
dengan tinggi lemak yang dibuktikan dengan
estimasi rata-rata asupan lemak 120 gram perha
Intervensi Preskripsi diet : 60 gram lemak per hari dan
diperlukan konseling gizi
Monev Estimasi asupan lemak (indikator) saat ini 200 %
dari preskripsi diet (kriteria). Akan monitor
perubahan asupan lemak pada kunjungan
berikut
10/8/2013 Intervensi Pasien melaporkan kesulitan memesan makanan
Follow up rendah lemak di restoran. Menyediakan edukasi
yang komprehensif untuk mengidentifikasi
makanan rendah lemak dari menu restoran.
Pasien melaksanakan pencatatan sendiri
Monev Berdasarkan catatan diet 3 hari, beberapa
perkembangan preskripsi diet seperti estimasi
asupan lemak telah menurun dari 120 gram
menjadi 90 gram per hari. Akan memonitor
perubahan dalam pemilihan restoran
(menggunakan catatan pasien sendiri) dan asupan
lemak pada kunjungan berikut
Latihan

1) Apa saja domain dan terminologi intervensi gizi?


2) Bagaimana hubungan intervensi gizi dengan diagnosis gizi?
3) Apa tujuan intervensi gizi?
4) Apa saja domain dan terminologi monitoring dan evaluasi?
5) Bagaimana hubungan monitoring dan evaluasi gizi dengan asesmen gizi dan
diagnosis gizi?

Petunjuk Jawaban Latihan

Untuk membantu Anda dalam mengerjakan soal latihan tersebut silakan pelajari
kembali materi tentang:
1) Domain dan terminologi intervensi gizi.
2) Hubungan intervensi gizi dengan diagnosis gizi.
3) Tujuan intervensi gizi.
4) Domain dan terminilogi monitoring dan evaluasi.
5) Hubungan monitoring dan evaluasi dengan asesmen gizi dan diagnosis gizi.

Ringkasan

Intervensi gizi adalah langkah ke-3 dari PAGT dimana intervensi gizi tujuannnya
adalah mengatasi masalah-masalah gizi yang sudah diidentifikasi pada tahap diagnosis
gizi. Intervensi gizi diberikan pada pasien untuk mengoreksi etiologi yang menyebabkan
problem gizi. Salah satu contohnya Kelebihan berat badan disebabkan asupan makan
melebihi kebutuhan ditandai dengan IMT > 29 dan asupan energi 120% dari
kebutuhan, maka intervensi gizi yang diberikan adalah memodifikasi makanan dan
memodifikasi pola makan. Sedangkan apabila masalah gizi yang ditetapkan adalah
masalah nilai laboratorium terkait gizi, maka intervensi gizi tidak dapat mengoreksi
etiologi tetapi meminimalisisr signs dan simptomsnya. Contohnya masalah pasien Nilai
gula darah meningkat disebabkan adanya gangguan metabolisme karbohidrat
ditandai dengan gula darah 250 gr/dl dan asupan karbohidrat 130% dari kebutuhan,
maka intervensi yang diberikan untuk mengurangi gula darah pasien.
Domain dan terminologi intervensi gizi adalah Pemberian makan (ND), Edukasi
(E), Konseling (C) dan Kordinasi Asuhan Gizi (RC). Sedangkan komponen intervensi gizi
adalah perencanaan dan implementasi.
Langkah terakhir PAGT adalah Monitoring dan Evaluasi, ditujukan untuk melihat
hasil dari intervensi gizi yang diberikan pada pasien. Monitoring adalah kegiatan
pengamatan pada hasil intervensi, sedangkan evaluasi menilai keberhasilan intervensi.
Monitoring dan Evaluasi gizi indikatornya disesuaikan dengan capaian outcome tujuan
interensi. Seperti
contoh misalanya mengurangi asupan energi mencapai 80% dari kebutuhannya, maka
indikator yang dimonitor dan di evaluasi adalah asupan energi.
Domain dan terminologi monitoring dan evaluasi gizi sama dengan domain
asesmen gizi yaitu riwayat terkait gizi dan makanan, antropometri, fisik dan klinit fokus
gizi kecuali domain data personal (data riwayat klien). Dokumentasi catatan asuhan gizi
yang digunakan untuk informasi asuhan gizi yang diberikan pada pasien, tujuan dan
keberhasilannya serta penyelesaian masalah-masalah gizi pasien.

Tes 4

Pilihlah Jawaban yang Paling Tepat!


1) Seorang pasien asupan makannya sangat rendah disebabkan gangguan menelan,
maka intervensi gizi yang diberikan adalah ....
A. Modifikasi cara pemberian makan
B. Modifikasi lingkungan makan
C. Modifikasi bentuk makanan
D. Modifikasi frekuensi makan
E. Modifikasi perilaku makan

2) Masalah gizi pasien adalah obesitas, maka intervensi yang tepat diberikan adalah
....
A. Modifikasi pola makan dan aktifitas fisik
B. Edukasi nilai-nilai berkaitan kesehatan
C. Pemberian makan rendah karbohidrat
D. Pemberian suplemen tinggi serat
E. Modifikasi frekuensi makan

3) Untuk menilai indikator keberhasilan intervensi gizi yang diberikan pada pasien,
yang perlu diperhatikan adalah ....
A. Pengukurannya tepat
B. Standar yang digunakan
C. Konsisten dengan asesmen
D. Tidak mengukur data personal
E. Dilakukan oleh orang yang sama

4) Salah satu indikator yang penting untuk dimonitor pada pasien anak gizi buruk
sebagai gambaran perkembangan asuhan gizi yang diberikan pada anak tersebut
adalah ....
A. Berat badan
B. Tinggi badan
C. Suhu tubuh
D. Tekanan darah
E. Kondisi klinis
5) Dokumentasi asuhan gizi informasinya ditujukan untuk ....
A. Menilai keberhasilan asuhan gizi
B. Menilai profesionalisme dietisien
C. Menilai kualitas layanan kesehatan
D. Dokumentasi perkembangan pasien
E. Komunikasi antar tenaga kesehatan
Kunci Jawaban Tes
Tes 1
1) B
2) C
3) C
4) A
5) B

Tes 2
1) C
2) C
3) B
4) E
5) B

Tes 3
1) C
2) A
3) A
4) C
5) B

Tes 4
1) C
2) A
3) C
4) A
5) D
Glosarium

AND : Academy of Nutrition and Dietetic


Dietisien : Tenaga gizi sesuai Undang undang Tenaga Kesehatan tahun
2014 NCP : Nutrition Care Process
PAGT : Proses Asuhan Gizi
Terstandar MNT : Medical Nutrition
Theraphy
TGM : Terapi Gizi Medik
PES : Problem-Etiology-Sign/Symptom
ADIME : Asesmen-Diagnosis-Intervensi-Monitoring dan Evaluasi
Daftar Pustaka

American Dietetic Association. 2017. Nutrition Diagnosis and Intervention :


Standardized language for the nutrition care process

American Dietetic Association. 2013. International Dietetics & Nutrition


Terminology (IDNT)
Reference Manual, Fourth Edition.

Kemmenkes RI. 2014. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)

Kemenkes RI. 2013. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Kemenkes, Jakarta

Miranti Gutawa dkk. 2011. Proses Asuhan Gizi Terstandar, AsDI –PERSAGI,

Abadi Publishing &


Printing, 2011

Kemenkes RI, WHO, AsDI, PERSAGI. 2014. Buku Pedoman Training of


the Traininr (TOT) Proses Asuhan Gizi Terstandar pada Tenaga Gizi di
Pelayanan Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai